Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1) Thailand memiliki populasi yang menua dengan cepat yang dapat memperlambat pertumbuhan ekonomi,
2) Tingkat pertumbuhan penduduk Thailand rendah dan rasio kesuburan menurun,
3) Hal ini dapat menyebabkan penyusutan angkatan kerja dan menjadi tantangan bagi pemerintah.
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Negara berkembang
1. Negara Berkembang – Thailand
AKTIVITAS EKONOMI
Mata Pencaharian
Mata Pencaharian penduduk Thailand sebagian besar adalah bertani (Agralis) hasil
pertanian yang utama adalah beras. Thailand merupakan lumbung beras dikawasan Asia
Tenggara. Hasil Tambang yang utama adalah timah dan mangaan Pariwisata Merupakan
sumber Penghasilan Devisa yang besar bagi Tahiland.
Mata Uang : Bath
Hasil Pertanian : Beras, Karet, Jagung, tapioca, Gula, Rami, Kelapa,
Hasil tambang : Antimonium, Timah, Besi, Manggan
Hasil Industri : Elekteronik, Berlian, Pakian, dan Teksti
Paendapatan Percapita : $ 2750 (2005)
Income Percapita
Pendapatan Perkapita US $ 2750 (2005) Setelah menikmati rata-rata pertumbuhan
tertinggi di dunia dari tahun 1985 hingga 1995 - rata-rata 9% per tahun - tekanan spekulatif
yang meningkat terhadap mata uang Kerajaan Thai, Baht, pada tahun 1997 menyebabkan
terjadinya krisis yang membuka kelemahan sektor keuangan dan memaksa pemerintah untuk
mengambangkan Baht. Setelah sekian lama dipatok pada nilai 25 Baht untuk satu dolar AS,
Baht mencapai titik terendahnya pada kisaran 56 Baht pada Januari 1998 dan ekonominya
melemah sebesar 10,2% pada tahun yang sama. Krisis ini kemudian meluas ke krisis finansial
Asia.
Kerajaan Thai memasuki babak pemulihan pada tahun 1999; ekonominya menguat
4,2% dan tumbuh 4,4% pada tahun 2000, kebanyakan merupakan hasil dari ekspor yang kuat
- yang meningkat sekitar 20% pada tahun 2000. Pertumbuhan sempat diperlambat ekonomi
dunia yang melunak pada tahun 2001, namun kembali menguat pada tahun-tahun berikut
berkat pertumbuhan yang kuat di RRCdan beberapa program stimulan dalam negeri serta
Kebijakan Dua Jalur yang ditempuh pemerintahThaksin Shinawatra. Pertumbuhan pada
tahun 2003 diperkirakan mencapai 6,3%, dan diperkirakan pada 8% dan 10% pada
tahun 2004 dan 2005.
Sektor pariwisata menyumbang banyak kepada ekonomi Kerajaan Thai, dan industri ini
memperoleh keuntungan tambahan dari melemahnya Baht dan stabilitas Kerajaan Thai.
Kedatangan wisatawan pada tahun 2002 (10,9 juta) mencerminkan kenaikan sebesar 7,3%
dari tahun sebelumnya (10,1 juta).
KEAADAAN ALAM
2. Wilayah
Thailand yang memiliki area seluas 513.115 km2, besarnya hampir sama dengan Pulau
Sumatera. Terletak diantara 6° dan 21° lintang utara dan 97° dan 106° bujur timur. Di sebelah
utara berbatasan dengan Myanmar dan Laos, di sebelah barat dengan Myanmar, di sebelah
timur dengan Kamboja dan Laos, dan di sebelah selatan berbatasan dengan Malaysia (dan
Teluk Thailand). Jarak terjauh utara-selatannya sekitar 1500 km dan jarak terjauh timur
baratnya sekitar 800 km.
Topografinya berupa tapak tanah yang dilewati oleh aliran sungai-sungai yang berliku-
liku di pusat Thailand, dengan dataran tinggi di timur laut, hutan dan pegunungan serta bukit-
bukit di sebelah utara, dan di selatan kebanyakan berupa bukit-bukit.
Iklim
Ada tiga musim di Thailand (kecuali di bagian selatan), yaitu musim dingin, musim
panas, dan musim hujan.
Musim dingin dimulai dari bulan Nopember sampai Februari. Suhu rata-rata pada bulan
Desember adalah 26° C (78° F) di Bangkok, 22° C (71° F) di Chiang Mai dan 27° C (80° F)
di Songkhla.
Musim panas dimulai dari bulan Maret sampai Mei. Suhu rata-rata pada bulan Maret
29° C (85° F) di Bangkok, 23° C (74° F) di Chiang Mai dan 28° C (82° F) di Songkhla. Suhu
rata-rata dapat mencapai 2°-3° C (4°- 6° F) pada pertengahan atau akhir bulan Mei di
Bangkok dan wilayah utara. Tetapi di daerah selatan tidak terjadi perubahan.
Musim hujan dimulai dari bulan Juni hingga Oktober. Suhu rata-rata pada bulan
September adalah 28° C (82° F) di Bangkok, 27° C (80° F) di Chiang Mai dan 28° C (82° F)
di Songkhla. Rata-rata curah hujan di bulan Maret adalah 3cm (1.2in) di Bangkok, 2cm
(0.8in) di Chiang Mai, 6cm (2.4in) di Songkhla.
Rata-rata curah hujan di bulan Juni adalah 17cm (6.7in) di Bangkok, 15cm (5.7in) di
Chiang Mai, 10cm (4in) di Songkhla.
Rata-rata curah hujan di bulan September adalah 31cm (12in) di Bangkok, 29cm
(11.4in) di Chiang Mai, 11cm (4.1in) di Songkhla.
Rata-rata curah hujan di bulan Desember adalah 1cm (0.3in) di Bangkok, 1cm (0.3in)
di Chiang Mai, 44cm (17.2in) di Songkhla.
Rata-rata curah hujan tiap tahun di Bangkok adalah 140cm (56in).
Loei yang terletak di wilayah timur laut merupakan daerah yang paling dingin di
Thailand. Pada malam bulan Januari, suhu di pegunungannya dapat turun hingga di bawah 0°
C.
KEADAAN PENDUDUK
Penduduk
3. Jumlah penduduk Thailand adalah sekita 64 juta jiwa. Pertumbuhan rata-ratanya 1,5%,
dengan kematian bayi sebesar 26 jiwa dari 1.000 bayi yang lahir. Jumlah penduduk yang
melek huruf sebesar 93.8%. Jumlah penduduk Thailand lebih sedikit daripada Vietnam (80
juta jiwa), Filipina (73 juta jiwa) dan Indonesia (210 juta jiwa), tetapi lebih banyak daripada
negara terdekatnya, yaitu Myanmar (50 juta jiwa), Malaysia (22 juta jiwa), Kamboja (11 juta
jiwa) dan Laos (5 juta jiwa).
Pertumbuhan rata-rata penduduk Thailand lebih tinggi dari Cina (1,2%), tetapi lebih
rendah dari negara-negara tetangga lainnya, yaitu Laos (2,9%), Filipina (2,3%), Malaysia
(2,4%), Vietnam (2,3%), Kamboja (2,5%), Myanmar (2,1%) dan Indonesia (1,7%). Rata-rata
kematian bayi di Thailand lebih rendah dari semua negara-negara yang disebutkan di atas,
kecuali Malaysia. Rata-rata jumlah penduduk yang melek huruf di Thailand lebih tinggi
daripada negara-negara tersebut.
Di Thailand modern, tidak ada konflik antar suku. Bila ada konflik, biasanya terjadi di
sebagian besar wilayah selatan kerajaan. Tetapi konflik yang terjadi bukan karena perbedaan
suku, melainkan karena perbedaan agama. Mayoritas penduduk di wilayah selatan menganut
agama Islam, dan mereka memiliki ciri khas Melayu serta menggunakan bahasa Melayu di
samping bahasa Thai. Walaupun hubungan antara wilayah selatan dan Bangkok kerap kali
kurang harmonis, tetapi konflik tidak pernah berkembang hingga wilayah tersebut ingin
memisahkan diri dari Thailand.
Hubungan antar suku di Thailand merupakan hubungan yang harmonis, sebab tidak
pernah terjadi konflik antar suku. Walaupun tidak ada suku minoritas di Thailand (seperti
suku kurdi di Irak, Iran dan Turki), tetapi ada banyak suku-suku bangsa kecil yang hidup
bermasyarakat di samping masyarakat Thai sendiri. Kebanyakan masyarakat suku-suku
bangsa ini tinggal di wilayah bagian utara Thailand.
Di samping masyarakat Thai sendiri, ada juga masyakat budaya lain yang tinggal di
Thailand. Orang-orang Thai ada juga yang tinggal di wilayah Yunnan di selatan Cina, dan
bahasa yang digunakan adalah bahasa Thai dengan dialek seperti orang Cina (lebih
lengkapnya lagi, lihat bab mengenai bahasa). Semenjak awal abad milenium kedua masehi,
mulai banyak orang yang berimigrasi ke Thailand. Sehingga saat ini masyarakat Thailand
sudah berbaur dengan masyarakat imigran yang tinggal di Thailand. Adapula sejumlah
kawasan khusus bagi masyarakat pendatang.
Thailand, atau yang sering disebut Siam, memberikan suaka politik bagi bangsa-bangsa
dari negara-negara tetangga yang pergi meninggalkan wilayahnya akibat konflik agama
maupun suku yang dialaminya. Seperti orang-orang Kristen Vietnam, masyarakat Mon dari
Myanmar, dan masyarakat yang menentang kebijakan politik dari Kamboja, mencari dan
mendapat tempat-tempat penampungan di Thailand sejak beratus tahun yang lalu. Selain itu
juga banyak orang Cina yang berimigrasi ke Thailand. Orang-orang Cina yang datang ke
Thailand biasanya untuk tujuan berdagang. Taksin merupakan satu-satunya raja Thailand
(1767-1782) yang mempunyai ayah orang Cina dan ibunya orang Thai. Sebagian besar
wilayah utara Thailand masih di bawah pengaruh Myanmar. Tidak hanya berpengaruh pada
arsitektur bangunannya saja, tapi juga budaya dari suku-suku yang mendiami wilayah
tersebut.
Ciri khas dari penduduk Thailand dapat dilihat dari budaya, bahasa, agama dan
politiknya, ketimbang kesukuannya. Dalam pengucapan bahasa Thai, memiliki sedikit
perbedaan antara masyarakat di wilayah selatan, utara maupun timur laut. Tetapi
penulisannya tetap sama. Kebijakan politik Thailand di bawah pengaruh kerajaan, yang saat
ini dipimpin oleh raja Bhumiphol Adulyadej.
4. PEMERINTAHAN
Sistem Pemerintahan
Politik Thailand saat ini dilakukan dalam kerangka monarki konstitusional, di mana
Perdana Menteri adalah kepala pemerintahan dan raja turun-temurun adalah kepala negara.
Pengadilan independen dari eksekutif dan legislatif. Bentuk negara Thailand berbentuk
Kesatuan.
Sistem pemerintahan Thailand adalah parlementer. Parlemen Thailand yang
menggunakan sistem dua kamar dinamakan Majelis Nasional atau Rathasapha yang terdiri
dari Dewan Perwakilan (Sapha Phuthaen Ratsadon) yang beranggotakan 480 orang dan Senat
(Wuthisaph) yang beranggotakan 150 orang.
Anggota Dewan Perwakilan menjalani masa bakti selama empat tahun, sementara
para senator menjalani masa bakti selama enam tahun. raja mempunyai sedikit kekuasaan
langsung di bawah konstitusi namun merupakan pelindung Buddhisme Kerajaan Thai dan
lambang jati diri dan persatuan bangsa. Raja yang memerintah saat ini dihormati dengan
besar dan dianggap sebagai pemimpin dari segi moral, suatu hal yang telah dimanfaatkan
pada beberapa kesempatan untuk menyelesaikan krisis politik. kepala pemerintahan adalah
Perdana Menteri, yang dilantik sang raja dari anggota-anggota parlemen.
Usia Produktif
Thailand akan menghadapi bencana demografi pada 2050 jika tidak berbenah. Sebab,
pertumbuhan penduduk lanjut usia (lansia) jauh lebih pesat ketimbang usia produktif. Tanpa
solusi, pertumbuhan ekonomi negara itu bakal melambat.
Laju pertumbuhan usia tua di Thailand berlipat ganda dalam 30 tahun ke depan. Perserikatan
Bangsa-bangsa (PBB) memperkirakan jumlah penduduk usia tua pada 2030 bakal mencapai
15 persen. Padahal, hanya 6 persen penduduk Thailand berasal dari golongan ini pada 2010.
PBB menaksir, hampir sepertiga penduduk Thailand bakal berusia 60 tahun lebih pada 2050.
Angka ini jauh lebih tinggi ketimbang negara tetangga. Usia tua di Filipina diperkirakan
hanya 1/6 dan 1/5 di Malaysia.
Lambatnya laju pertumbuhan penduduk Thailand merupakan penyebab permasalahan
piramida penduduk itu. Pertumbuhan penduduk tahunan rata-rata pada 2010-2015
diperkirakan hanya mencapai 0,3 persen. Angka itu merupakan yang terendah di ASEAN.
Rasio kesuburan di Thailand hanya mencapai 1,3. Di Filipina angka itu mencapai 3,1 dan 2,4
di Indonesia.
5. Analisa lembaga Credit Suisse Group AG menyebutkan, perempuan sekarang cenderung
menikah di usia lebih tua dan memiliki anak lebih sedikit. Akibatnya, jumlah angkatan kerja
bakal menurun. Tren itu diperkirakan bakal menyebabkan permasalahan ekonomi.
“Demografi merupakan alat perkiraan pertumbuhan produk domestik bruto,” kata ekonom
Bank of America Chua Hak Bin, sebagaimana dikutip Bangkok Post pada 18 Maret 2015.
Ia khawatir, Thailand akan mengalami masalah penyusutan jumlah penduduk seperti Jepang.
Untuk itu, perlu ada upaya konkret mengatasi hal tersebut.
Solusi
Pemerintah dan Bank Sentral Thailand jelas waswas dengan masa depan komposisi penduduk
mereka. Gubernur Bank Sentral Thailand Prasarn Trairatvorakul mengatakan, pemerintah
mesti segera menemukan solusi krisis tenaga kerja itu.
6. “Masalah demografi bakal membuat pemulihan ekonomi semakin sulit,” kata Psarn.
Pemerintah menyetujui pendapat Bank Sentral tersebut. Untuk itu, pemerintah bergegas
mencari solusi atas persoalan demografi yang dihadapinya.
“Permasalahan kunci kami, bagaimana membentuk masa depan dan mendorong ekonomi
dengan struktur demografi seperti sekarang,” kata Kepala Badan Pembangunan Sosial dan
Ekonomi Thailand, Arkhom Termpittayapaisith.
Pemerintah berbalik arah dalam kampanye kependudukan mereka untuk menghadapi ini.
Pada 1970, mereka mengkampanyekan bahwa semakin banyak anak bakal mempersulit
ekonomi.
Kini, pemerintah Thailand mengkampanyekan keluarga besar. Mereka menggelar lomba
keluarga besar dengan anak terbanyak. Rata-rata peserta memiliki 15 anak.
“Kami perlu menyadarkan publik dampak serius permasalahan ini dan bagaimana bersiap-
siap,” kata Arkhom.
Pemerintah Thailand juga mendorong pasangan Thailand memiliki anak dengan memberi
iming-iming. Pasangan di Thailand bakal mendapat semakin banyak keringanan pajak dan
insentif jika memiliki banyak anak.
Sayangnya, langkah pemerintah tampaknya tidak mempengaruhi pasangan muda kelas
menengah Thailand.
“Saya mendapat banyak tuntutan di tempat kerja. Bagusnya, saya hanya punya satu anak,”
kata seorang eksekutif muda di perusahaan asuransi, Nuchnart Sakvisetchaikul.
Manajer di sebuah perusahaan kimia Naris Pramteerasomboon mengaku, ia lebih memilih
menabung untuk pensiun dini ketimbang memiliki anak.
“Saya kira insentif pemerintah tidak akan mengubah pendapat kami tentang anak,” katanya.
Arkhom menambahkan, ia kini mengusulkan pemeringah mempermudah pekerja asing
berkarya di Thailand. Human Rights Watch memperkirakan, ada sekitar 3 juta pekerja migran
sekarang mencari nafkah di Thailand. Negara itu diperkirakan membutuhkan 3,3 juta pekerja
dalam tiga tahun ke depan di berbagai industri.
Ekonomi Credit Suisse Santitarn Sathirathai mengusulkan, pemerintah Thailand
menyesuaikan diri dengan mengurangi industri padat karya. Namun, ia menganggap,
pemerintah Thailand belum serius mengatasi permasalahan penduduk.
“Tantangan penduduk belum menjadi prioritas pemerintah. Ini akan menjadi pokok masalah
yang mungkin datang lebih cepat ketimbang perkiraan,” ujarnya.
Ia menambahkan, permasalah ini mungkin memperlambat pertumbuhan ekonomi Thailand
menjadi 3,5-4 persen dari sebelumnya 4-5 persen.