4. Afrika
Alasannya:
• Ditemukannya fosil tepungsari kelapa sawit
pada lapisan-lapisan arkeologis tua (zaman
Miocene) maupun lapisan arkeologis muda ----
indikasi bahwa kelapa sawit telah tumbuh sejak
lama di kawasan afrika
• Penjelajahan bangsa eropa (abad 14-16)
menjumpai tanaman sawit di kawasan afrika
barat (Liberia) dan afrika tengah (Nigeria),
dijumpai adanya minyak sawit dan anggur (wine)
sawit, dijumpai adanya bahan-bahan yang
berasal dari pohon kelapa sawit
5. Alasan lanjutan ….
Telaah bahasa/linguistik:
• Di Suriname, nama-nama yang dipakai
untuk kelapa sawit merupakan modifikasi
kata-kata dalam bahasa afrika
• Di Brazil, ditemukan bukti bahwa kelapa
sawit yang ada di sana, dibawa oleh
budak-budak belian yang datang dari
afrika pada abad 16
6. Amerika selatan
Alasannya:
• Kelapa sawit ditemukan tumbuh secara alamiah
di pantai Brazil
Kelemahan alasan di atas:
• Keluarga palma (salah satunya sawit), memiliki
karakteristik mudah tumbuh dan cepat
berkembangbiak di manapun dan kapanpun
asalkan syarat tumbuhnya terpenuhi
7. Alasan lanjutan ….
• Marga-marga palma lainnya kebanyakan
berasal dari amerika selatan
Kelemahan alasan di atas:
• Di Afrika ditemukan anggota dari keluarga
palma (Jubaeopsis caffra), yang asalnya
dari afrika selatan
8. Alasan lanjutan ….
• Dari afrika hanya ditemukan satu spesies yaitu
Elaeis guineensis
• Di amerika selatan ditemukan dua spesies yaitu
Elaeis odora dan Elaeis oleivera
• Marga palma: 28, 26 diantaranya berasal dari
amerika selatan (karena paling banyak ditemukan
di sana), pengecualian untuk marga Cocos dan
Elaeis
• Marga Cocos, ditemukan merata di semua wilayah
tropika
• Marga Elaeis, semua anggota dari marga tersebut
ditemukan tersebar di afrika
9. Masih terjadi kerancuan pendapat
mengenai
asal kelapa sawit, namun sebagian besar
ahli berpendapat bahwa kelapa sawit
berasal dari afrika
Jalan tengah
Diduga, kelapa sawit terbentuk pada
saat amerika selatan masih menyatu
dengan afrika (sebelum terjadinya
pergeseran benua/continental drift)
12. Kualitas Lahan dan Karakteristik
Lahan
• Temperatur : temperatur rerata atau elevasi
• Ketersediaan air : curah hujan, masa kering, RH
• Ketersediaan oksigen : drainase
• Media perakaran : drainase, tekstur, jeluk tanah,
ketebalan-kematangan gambut
• Retensi hara : KTK, kejenuhan basa, pH, C org
• Toksisisitas : Al, salinitas/DHL
• Sodisitas : alkalinitas
• Sulfidik : pyrit
• Erosi : lereng, erosi
• Banjir : genangan
• Penyiapan lahan : batuan
13. Syarat Tumbuh dan Kesesuaian
Lahan
• Syarat tumbuh : keadaan
yang harus dipenuhi agar
tanaman dapat hidup,
tumbuh dan memberi
hasil yang tinggi
• Syarat tumbuh : iklim
(suhu, curah hujan),
tanah (jeluk, tekstur,
derajat lengas, struktur,
pH, kesuburan)
• Syarat tumbuh :
minimum, optimum dan
maksimum
• Lahan : bagian
bentang alam
mencakup : iklim,
elevasi, topografi,
hidrologi, tanah dan
vegetasi
• Kesesuaian lahan :
kesuaian antara
syarat tumbuh dan
kualitas lahan
14. Klasifikasi Kesesuaian Lahan
• Cara membandingkan : syarat tumbuh,
kualitas dan karakteristik lahan, dengan
keadaan lahan
• Ordo : sesuai (S) dan tidak sesuai (N)
• Kelas : sangat sesuai (S1), cukup sesuai
(S2), sesuai marginal (S3), tidak sesuai
saat ini (N1), tidak sesuai permanen (N2)
15. Kriteria Kesesuaian
• S1: pembatas sangat kecil, tidak
menurunkan hasil nyata
• S2 : ada pembatas kecil, berpengaruh
terhadap hasil, perlu input, dapat diatasi
petani
• S3 : faktor pembatas berat, perlu input
lebih banyak, perlu modal besar dan
bantuan pemerintah
• N : tidak sesuai untuk diusahakan, sulit
diatasi
16. Pada Komoditas Sawit
Daya hasil (ton/ha/tahun) tandan buah
segar
berdasarkan kelas kesesuaian lahan:
• S1 : > 24 ton/ha/th
• S2 : 19-24 ton/ha/th
• S3 : 13-18 ton/ha/th
• N : < 12 ton/ha/th
17. Syarat tumbuh kelapa sawit
1. Iklim:
• Curah hujan dan evapotranspirasi
• Penyinaran
• Suhu
2. Tanah:
• Fisika tanah
• Kimia tanah
• Biologi tanah
18. Curah hujan dan evapotranspirasi
• 2000 mm/tahun, terbagi merata sepanjang
tahun, tidak terdapat periode kering yang tegas
• CH tinggi: produksi bunga tinggi, prosentase bah
jadi rendah, penyerbukan terhambat, sebagian
besar pollen terhanyut oleh air hujan
• CH rendah: pembentukan daun dihambat,
pembentukan bunga dan buah dihambat
(bunga/buah terbentuk pada ketiak daun)
19. CH lanjutan ….
• Daerah dengan 2-4 bulan kering, kelapa
sawitnya memiliki produktifitas yang rendah
• Permasalahan 2-4 bulan kering bisa
diminimalkan pengaruhnya apabila di
wilayah tersebut :
a. tanahnya memiliki kemampuan menahan lengas
tinggi ---- produktifitasnya bisa meningkat 100%
b. Permukaan air tanahnya dangkal ---- dapat
meningkatkan produktifitas kelapa sawit
c. Dilaksanakan pengembangan sistem irigasi
20. Evapotranspirasi lanjutan ….
• Evapotranspirasi < CH,
tidak ada masalah
• Evapotranspirasi > CH,
bisa timbul masalah,
pertanaman bisa
mengalami defisit air
Defisit air per
tahun (mm)
Status
/ klasifikasi
0 – 150 Optimal
150 – 250 Masih sesuai
250 – 350 Intermedier
350 – 400 Batas, limit
400 – 500 Kritis
> 500 Tidak sesuai
21. Penyinaran
Lama penyinaran:
• Minimal 5 jam penyinaran per hari, sepanjang tahun
• Kondisi ideal: paling tidak terdapat periode 3 bulan
dalam 1 tahun yang penyinarannya 7 jam per hari
Intensitas penyinaran:
• Kelapa sawit termasuk sun plant
• > 80%
• < 80%: ternaungi, jarak tanam terlalu rapat --- akibatnya
adalah: bunga mengalami aborsi, produktivitas rendah
Lama penyinaran x Intensitas penyinaran: energi cahaya
total yang diterima oleh setiap tanaman per satuan waktu
(per bulan, per tahun) --- konsep penyinaran efektif
22. Suhu
• Suhu: mempengaruhi aktifitas biokimia
dan metabolisme dalam tubuh tanaman
• 200
C: suhu minimal bagi pertumbuhan
vegetatif
• 22-230
C: suhu rata-rata tahunan yang
diperlukan untuk produksi buah
• Suhu: terkait dengan garis lintang dan
elevasi
23. Suhu lanjutan …
• Batas lintang ideal: 10 – 120
LU/LS, untuk
ketinggian tempat 5 – 400 m dpl
• Pada lintang > 120
, suhu optimal untuk tanaman
sawit tidak pernah tercapai
• Garis lintang juga berkaitan dengan CH dan
penyinaran. Di daerah dekat equator, cocok
untuk sawit karena CH tinggi, merata sepanjang
tahun, IC tinggi, panjang penyinaran rata-rata 11
jam
• Pada ketinggian > 400 m dpl, suhu mulai sejuk,
produksi terhambat, kurang optimal untuk
pembudidayaan sawit
24. Tanah
• Jenis tanah: latosol, aluvial, dan laterit
• Latosol: berwarna kemerahan, kecoklatan, dan
kekuningan
• Aluvial: sepanjang DAS dan sepanjang daerah
pantai, variasi kesuburan tanah sangat tinggi
• Laterit: tanah yang kesuburannya rendah, terdapat
oksida besi dan aluminium terhidrasi, menjadi
lapisan kedap, jika tebal menghambat
perkembangan akar, pada musim kemarau tanah
cepat mengering
• Tanah mineral (latosol, aluvial, dan laterit)
jumlahnya terbatas dan sebagian besar telah
dipergunakan untuk budidaya tanaman
25. Tanah lanjutan ….
• Ke depan: pengembangan sawit di lahan
gambut (organik), luasannya melimpah di
kalimantan dan papua (17 – 27 juta ha)
• Sifat fisik tanah gambut: selalu tergenang air,
dekomposisi bahan organik lambat, konsistensi
lepas, kepadatan masa rendah, bersifat seperti
spon (menyerap dan manahan air dalam jumlah
besar), drainase pada gambut akan diikuti oleh
penyusutan masa, terjadi penurunan muka
tanah, tanaman tumbuh miring dan tumbang,
mudah terbakar
26. Tanah lanjutan ….
• Sifat kimia tanah gambut: bahan organik
mentah sangat tinggi, asam humik dan
fulfik tinggi, pH 3 – 3.5, kandungan N
tinggi dan tersedia, C/N tinggi, KPK tinggi,
status hara rendah kecuali N dan tidak
seimbang, P, K, Mg, Cu, Zn, B dalam
kondisi defisien
27. Tanah lanjutan ….
• Jenis tanah lain yang potensial untuk
pengembangan sawit: tanah sulfat masam (pasang
surut)
• Luasan di Indonesia: 2 juta ha
• Kelebihan tanah sulfat masam: karena disekitar
daerah pantai (pasang surut) topografinya datar
• Kekurangan tanah sulfat masam untuk budidaya
sawit: kandungan senyawa pirit tinggi (FeS2) dan
potensial mengalami oksidasi, letaknya di daerah
pasang surut air laut, NaCl dan MgCl sangat tinggi,
EC tinggi, air tanahnya sangat pekat, pertanaman
akan mengalami plasmolisis
• Perlu ditemukan teknologi yang tepat untuk
mengelola sistem drainase pada tanah sulfat
masam
29. Persyaratan
Kelas Kesesuaian Lahan
S1 S2 S3 N
Tinggi (m dpl) 0-400 0-400 0-400 0-400
Topografi Datar-ombak Datar-
gelombang
berbukit Curam
Lereng (%) 0-15 16-25 25-36 > 36
Solum (cm) > 80 80 60-80 < 60
Dalam air (cm) > 80 60-80 50-60 40-50
Tekstur Lp-lpli Lip-li Plp-li P
Organik (cm) 5-10 5-10 5-10 < 5
Batuan dalam dalam dalam dangkal
Erosi t.a t.a t.a sedikit
Drainase baik baik Agak baik Agak baik
Banjir t.a t.a t.a Sedikit
Pasang surut t.a t.a t.a ada
Keterangan: Li: liat, p: pasir, lp: lempung, t.a.: tidak adaKeterangan: Li: liat, p: pasir, lp: lempung, t.a.: tidak ada