1. “BURUNG MALEO (Macrochepalon maleo)
SATWA ENDEMIK LANGKA
Oleh
Dr Syariffudin Fatmona, SPt, MSi
PROGRAM STUDI PETERNAKAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS KHAIRUN
2023
Pertemuan 7
SPESIES ENDEMIK JENIS AVES
2. TAKSONOMI
Class : Aves,
Sub Class : Neonirthes,
Ordo : Galliformes,
Sub Ordo : Galli,
Famili : Megapodidae,
Sub Famili : Crocoide,
Genus : Macrocephalon,
spesies : Macrocephalon maleo Sal Muller 1846.
Nama daerah senkawor, sengkawur, songkel, maleosan
(Minahasa), saungke (Bintauna), tuanggoi (Bolaang
Mongondow), tuangoho (Bolaang Itang), bagoho (Suwawa),
mumungo, panua (Gorontalo), molo (Sultra)
Nama asing megapode maleo (Perancis), hammerhuhn
(Jerman), talegalo maleo (Spanyol), maleo fowl, gray’s brush
turkey (Inggris).
3. ANATOMI
1. Paruh 12. Anus
2. Kepala 13. Paha
3. Iris 14. Tibio-Tarsal
4. Pupil 15. Tarsus
5. Mantel 16. Kaki
6. Lesser Bulu17. Tulang kering
7. Scapular 18. Perut
8. Bulu Atas 19. Panggul
9. Tertials 20. Dada
10. Pantat 21. Tenggorokan
11. Primari 22. Pial
4. ANATOMI
Sistem tulang pada
kerangka merpati:
1. Tengkorak
2. Tulang leher
3. Furcula
4. Korakoid
5. Bengokan tulang
rusuk
6. Keel
7. Patela
8. Tarsometatarsus
9. Jari
10. Tulang kering
11. Fibia
12. Tulang paha
13. Iskium
14. Pubis
15. Illium
16. Tulang ekor
17. Pygostyle
18. Synsacrum
19. Scapula
20. Lumbar
vertebrae
21. Humerus
22. Tulang hasta
23. Tulang
Pengumpil
24. Karpus
25. Metakarpus
26. Jari
27. Alula
Sistem Kerangka Burung
9. MORFOLOGI
Burung Maleo Bulu : hitam, bagian dada-di atas
kaki berwarna putih & merah
jambu keputih2an menyolok
Paruh kokoh & lancip (kelabu)
Kulit muka&lingkaran sekitar mata
kuning pucat, biji mata hitam cerah
Ekor tegak, cakar dan kaki kuat
Panjang kaki ± 25 cm
Jari2 kaki memp. selaput renang
Bobot anak : 109-169 g, dewasa : 1,6 kg
pjg sayap ♂ 292 mm & ♀ 302 mm
Umur 25-30 tahun
Pada kepala ada benjolan besar menyerupai helm (mahkota)
berwarna kelabu kehitam2an (♂lebih besar drpd ♀ )
10. MORFOLOGI
Telur Maleo
Telur maleo : putih berbintik2
kemerah2an (segar berwarna merah
jambu & lama kelamaan berubah warna
menjadi kecoklat2an)
Bentuk : biconical, elliptical, oval &
conical
Bobot : 240-270 gram
(3-4 x telur itik, 4-5x telur ayam)
Panjang 92,1-112,6 mm
Lebar/diameter 56,6-57,6 mm
Kuning telur 60-64%
Albumen 35-39%
11. HABITAT DAN PENYEBARAN
Habitat
Hidup
Di hutan belukar, dat. rendah &
perbukitan sampai 1.200 m dpl
Di hutan pantai
bertelur, makan dan istirahat
Bertelur
pantai , hutan yg tidak lebat & letaknya agak tinggi dari
garis pantai, pasir yg tidak padat & bebas dari batu2an,
ada sumber panas vulkanik,
sumber panas bumi & lbh byk penyinaran
12. Karakteristik
Sarang
HABITAT DAN PENYEBARAN
Lubang sarang digali agak menjorok ke arah depan dari
burung maleo yg sdg menggali dgn lebar bagian depan lebih
kecil drpd bagian belakang shg bila di lihat dari atas tanpak
berbentuk delta. Jika dibuat suatu irisan dari samping maka
akan bbtk spt huruf “V” miring
Tipe Sarang :
Tempat terbuka
Di Bawah naungan tajuk
Di Bawah pohon tumbang
Di Bawah naungan tebing atau batu
Di dalam goa
Di antara perakaran pohon
Di antara banir pohon
13. HABITAT DAN PENYEBARAN
Penyebaran :
Pada bagian timur Indonesia Pulau Sulawesi, Maluku &
Irian (SulUt, SulTeng dan SulTra)
Menurut perkiraan para ahli di Sulawesi 50 tempat
bertelur yg masih digunakan & umumnya di SulUt
(di Desa Tambun, Tumokang, Pusian, Panua, Gunung
Tangkoko & Desa Waleo)
Terdapat 85 tempat bertelur 48 di pantai (coastal) & 37
di pedalaman (inland) (22 tempat telah ditinggalkan :
19 coastal dan 3 inland)
Dari 63 tempat bertelur yg tersisa (18 tidak ada data,
43 masih dipergunakan meskipun mengalami ancaman,
21 mengalami ancaman berat, hanya 4 yg tidak terancam
14. MAKANAN
Maleo Jenis hewan omnivar
(buah2an, biji2an dan invertebrate spt kumbang,
rayap, cacing, semut serta siput air tawar
dan siput darat)
Bdskan perbedaan temboloknya
makan buah2an dan biji2an
serangga hutan spt belalang, kupu2, semut, cacing
& kepiting
Dalam penangkaran di Kebun Binatang Ragunan
gabah kacang hijau, kacang tanah, touge, kangkung, ulat
hongkong, papaya, semut, kalajengking, lipan &
ular kecil
15. TINGKAH LAKU
Makan
Reproduksi
Mencari makan di sekitar t4 bertelur
(jika dilokasi tersebut tersedia cukup
makanan), Pada musim kemarau
(sembunyi di bawah naungan)
menggaruk & mencakar serasah di
permukaan tanah & memakan
makanan yg kebetulan ditemukannya
Hidup menetap & bersifat monogami
serta memelihara ikatan dgn pasangan
sepanjang tahun (seumur hidup)
♂ &♀ tidak terpisahkan >bbrp meter
saat mencari makan, bertelur /tidur di
atas pohon (Jika terpisah ♂ bersuara
khas untuk memberitahukan posisinya)
16. TINGKAH LAKU
Kopulasi (±4 menit)
♂ mencakar2 tanah dgn keras & penuh semangat sambil
melemparkan material pasir & daun ke udara kemudian
diselingi dgn gerakan melingkar sambil tetap mencakar
tanah. Setelah bbrp saat maju kemudian kembali mundur
sambil mencakar lagi, lalu ujung sayap ♂ dihadapkan ke ♀,
ekornya agak naik dan dadanya menegak.
♀ membiarkan ♂ ketika berjalan melewatinya tetapi
kemudian ia sendiri mulai mencakar tanah dgn semangat
untuk bbrp saat & diikuti oleh ♂, selanjutnya ♂ mendekati
♀ yang telah merendahkan perut & ekornya ke tanah, ♂
menaiki betina (kopulasi tjd bbrp detik). Stlh kopulasi, ♂
mengambilkan makanan untuk ♀
17. TINGKAH LAKU
Bertelur Bila akan bertelur selalu datang
bersama, kadang ♀ terlihat sendiri
Musim bertelur aktif jam 05.00
mengeluarkan suara khas “auwurrr...
auwerrr... auwerrr...”, tanda teritori
Stlh itu bergerak secara berpasangan,
bersuara tak henti2 menuju tempat
makan & minum, dilanjutkan dgn
pemilihan tempat bertelur oleh ♀,
sdgkan ♂ mengikuti dari belakang
♀ menggali lubang dgn kaki, stlh lelah
dilanjutkan oleh ♂ (biasanya dibuat
sarang2 tipuan u/ mengelabui)
18. TINGKAH LAKU
Respon
Thdp Gangguan
Di alam sembunyi di semak
belukar / hutan bila terancam (dapat
didekati bila memperhatikan arah angin
dan posisinya)
Predator sembunyi di bawah
tegakan rapat /bertengger di cabang
pepohonan yg paling tinggi.
Kemarau/hujan sembunyi di t4
teduh,
Apabila terganggu (bertelur)
tidak akan pernah kembali. Perasaan
takut/cemas diekspresikan dgn
gerakan selalu curiga menggerakkan
ekornya ke atas & ke bawah
19. TINGKAH LAKU
Interaksi sosial
Interaksi dgn satwa lain
Monogami & setia
Sifat thdp keturunan masa bodoh
(telur tdk dierami)
Berjalan mondar2 antara ♂ & ♀
mengeluarkan suara teratur dgn
bunyi spt mengerang “mmmm,
mm-mm, mm-mm”.
Tingkah laku mengusir (menjaga
teritori sarang), suara “gak gak gak”
Predator
Persaingan dalam cara mencari
makan &memilih jenis makanan
Komensalisme
20. SIKLUS REPRODUKSI
Musim bertelur Bervariasi dari bulan ke bulan
Diduga bertelur setiap 12-13 hari sekali (±30 telur /tahun)
Produksi telur 8-12 butir per tahun (diperkirakan sebutir
telur dihasilkan dalam 7-9 hari atau 8-12 telur selama musim
bertelur individual 2-3 bulan)
Jumlah telur per induk berkisar antara 16-18 butir /tahun
(bdskan pemeriksaan ovari)
Periode bertelur 14 hari & dihasilkan 6-8 telur setiap
musim bertelur (info pengumpul telur)
Di Sulawesi Utara pada bulan Nov-Jan produksi telur 3-4x
lebih banyak dari bulan2 yg lain (byk pohon berbuah)
Hampir setiap lokasi yg berbeda secara klimatik & ekologis
memp. musim bertelur yg berbeda
21. SIKLUS REPRODUKSI
Penetasan Telur
Masa pengeraman telur berkisar antara 62-85 hari,
69-72 hari, 35-55 hari, 28-29 hari (terpndk 30 hari, suhu
380C & terpjg 98 hari, suhu 340C)
Variasi disebabkan perbedaan lokasi, suhu pengeraman,
kelembaban, jenis sumber panas, musim (iklim) juga
data pengeraman
Alokasi wkt bertelur tgtg individu, kondisi tanah &
predator (maleo tdk menetaskan anak, telur di benamkan &
anak menetas sempurna, dpt lgsng terbang & mandiri)
22. POPULASI DI SULTRA
Tahun 1947
Telur burung maleo : 9.705 butir di Cagar Alam Panua,
SulUt dgn jumlah terbanyak bulan April : 1.596 butir &
paling sedikit bulan Juli : 82 butir
Tahun 1978
5.000-10.000 ekor (prod. telur tahunan : 30 butir/burung
Tahun 1990
Produktivitas 8-12 butir telur /burung
Sultra
100 ekor (BKSDA SULTRA, 2008)
23. KONSERVASI
Menurut UU RI No 5 Tahun 1990, Konservasi SDAH adalah
pengelolaan SDAH yang pemanfatannya dilakukan secara
berkesinambungan persediaannya dgn tetap memelihara &
meningkatkan kualitas keanekaragaman hayati & nilainya
Tujuan :
1). Menjamin keberlanjutan/kesinambungan keberadaan
SDAH dan ekosistem (protection),
2). Memelihara & mempertahankan kualitas
keanekaragaman SDAH & ekosistem (preservation),
3). Meningkatkan nilai manfaat/kegunaan SDAH &
ekosistem (sustainable use). SDAH & ekosistem
diperlukan untuk memenuhi kebutuhan hidup umat
manusia secara berkelanjutan sehingga perlu dijaga
eksistensinya
24. KONSERVASI
Bentuk lembaga : kebun binatang, akuarium, taman safari,
taman burung, taman buaya, taman kupu2, taman rusa,
dunia laut, penangkaran satwa liar (komersial) dan bank
sumber daya genetik.
Konservasi in-situ (di dalam habitat alaminya); melalui
perlindungan jenis, pembinaan habitat & populasi;
ex-situ (di luar habitat alaminya), melalui penangkaran.
Penangkaran burung tidak hanya sekedar untuk konservasi
jenis & peningkatan populasi, tetapi juga untuk pendidikan,
penelitian & pengembangan wisata. Hasil penangkaran
dapat dilepas-liarkan ke habitat alam (sesuai syarat &
peraturan yg berlaku), serta untuk tujuan komersial,
terutama mulai dari hasil keturunan ke dua (F2)
25. PENANGKARAN DAN BUDIDAYA
Tujuan penangkaran :
1). Aspek sosial ekonomi budaya
(pemanfaatan penangkaran dan hasil2nya
untuk memenuhi kebutuhan manusia
2). Aspek ekologis lebih diarahkan untuk
pelestarian atau konservasi ex situ-in situ
Manajemen Penangkaran Satwa :
Harus memperhatikan Prinsip Etik &
Kesejahteraan Satwa satwa yg dipelihara
di luar habitat alaminya (penangkaran) harus
tetap memiliki hak kebebasan, mendapatkan
perlakuan yg baik & memenuhi syarat2 bagi
kesejahteraannya (animal welfare/5 Freedom)
26. PENANGKARAN DAN BUDIDAYA
Penangkaran kesiapan lingkungan agar burung2 yg akan
dipelihara dapat beradaptasi dengan baik & cepat,
terutama untuk jenis2 yg membutuhkan lindungan.
1. Biologi/habitat hidup
2. Fisik spt kandang/sangkar
Pemeliharaan :
1). Pemberian Pakan (jenis & cara,)
2). Pengaturan reproduksi (penentuan jenis kelamin,
pemilihan induk, perjodohan, penetasan,
pembesaran anak
3). Perawatan Kandang
4). Pengendalian penyakit