SlideShare a Scribd company logo
1 of 40
Download to read offline
KOMPRESSOR
KOMPRESSOR
Klasifikasi Kompressor
a. Berdasarkan cara kenaikan tekanan
b. Berdasarkan tekanan
c. Berdasarkan kapasitas
d. Berdasa kan fluida yang dialirkan
e. Berdasarkan penggerak
f. Berdasarkan pendinginan
g. Berdasarkan susunan silinder (untuk kompressor torak)
A. Berdasar Cara Kenaikan Tekanan
1. POSITIVE DISPLACEMENT COMPRESSOR
kenaikan tekanan terjadi karena berkurangnya
volume di dalam silinder, Jenisnya :
• KOMPRESOR TORAK (Reciprocating
Compressor)
• KOMPRESOR ROTARY (Rotary Compressor)
• KOMPRESOR MEMBRAN (Membrane
Compressor)
2. DYNAMIC COMPRESSOR
Kenaikan tekanan terjadi karena tenaga kinetis
dirubah menjadi tenaga tekanan didalam diffuser. Jadi
fungsi diffuser untuk menurunkan fluida, sehingga
mengakibatkan kenaikan tekanan fluida.
Jenis MULTIBLADE COMPRESSOR :
 Centrifugal
 Axial
 Jet compressor
B. Berdasar Tekanan
1. Kompresor tekanan rendah ≤ 25 atm
2. Kompresor tekanan sedang 25–100 atm
3. Kompresor tekanan tinggi 100-500 atm
C. Berdasar Kapasitas
1. Kapasitas kecil ≤ 160 m³/jam
2. Kapasitas sedang 160-4000 m³/jam
3. Kapasitas besar ≥ 4000 m³/jam
D. Berdasar Fluida yang dialirkan
1. Kompresor udara
2. Kompresor gas
E. Berdasar Penggerak
1. Turbin
2. Motor bakar
3. Motor listrik
F. Berdasar Pendingin
1. Udara
2. Air
G. Berdasar Susunan Silinder (untuk kompresor torak)
1. Berjajar / segaris
2. Bentuk V
3. Bentuk W
Positive Displacement compressor
Kompresor torak (reciprocating compressor)
Konsep dasar
Kerja yang dilakukan oleh gas/uap dapat digambarkan
sebagai berikut :
Gaya pada torak : F = p.A
Kerja : dW= F.dx = p A dx = p dV
W = ∫pdv
W positive : dv > 0 ekspansi
W negative : dv < 0 kompressi
Tinjauan termodinamika
a. Specific heat :
Jumlah kalor : dQ = w c dT
c = dQ/wdT
Cv = (dQ/wdT)v
Cp = (dQ/wdT)p
Cp /Cv = k
b. Internal energy :
Jika v constant, maka dV = 0 , jadi W = 0
Berarti tidak ada kerja.
∫dQ = ∫w cv dT = ∫dU
U2–U1 = w cv (T2–T1) = selisih tenaga dalam
c. Enthalpy :
p = constan, p=c
• ∫dQ = ∫w cp dT = ∫dH
• H2-H1 = w cp (T2–T1) = selisih enthalpy
Persamaan Keadaan Gas Sempurna :
pV= RT p1V1 = RT1, p2v2 = RT2
pV= wRT p1V1 = wRT1, p2v2 = wRT2
d. Entropy :
dq = Tds, ds = dq/T
= cv(dT/T) + p(dV/T)
ds = cv(dT/T)+R(dV/V)
∫ds = ∫cv(dT/T)+∫R(dV/V)
• Jadi : s2-s1 = cv ln(T2/T1) + R ln(V2/V1)
• = selisih entrophy
• Macam-macam Perubahan Keadaan Gas:
– 1. isobaris p=c
– 2. isochoris V=c
– 3. isothermis T=c
– 4. adiabatis dQ=c
– 5. polytropis pVn =c
1. Isobaris = Polytropis pVn , n=0
• pV = wRT
• P = const, maka V1/V2=T1/T2
• W’ = p(V2-V1)
• T2
• Q1-2= w∫ cpdT
• T1
• Q1-2= wcp(T2-T1)
2. Isochoris : = Polytropis pVn, n=∞
V=const
P1/P2=T1/T2
• T2
• Q1-2= w ∫ cvdT = w cv (T2-T1)
T1
3. Isothermis : = Polytropis pVn, n=1
p1V1= p2V2= pV= wRT1= konstan
dQ = w cv dT + pdV
dQ = pdV = dW
4. Adiabatis :
dQ = wcvdT + pdV = 0
pV = wRT
d(pV) = d(wRT), pdV + vdp = wRdT
Vdp + pdV
dT = -----------
wR
• Jadi : wcv(Vdp + pdV) + wRpdV = 0
• Substitusi cp = cv + R
• Maka :
• cp pdV + cv Vdp = 0
cp /cv = γ, sehingga γ (dV/V) + (dp/p) = 0
ln p + γ ln V = konstan
• pVγ = C, persamaan ini
adalah persamaan curve adiabatis.
• V = wRT/p, jadi : T2/T1 = (p2/p1)γ-1/γ
• ∫ dQ = ∫ wcvdT +∫ pdV = 0
• Wad = (U1-U2) = wcv (T1-T2)
Dari hubungan : cp – cv = R, cp/cv = γ, R = (γ-1)cv
R w
Jadi : Wad = ------ T1 [1-(p2/p1) (γ-1)/γ
]
γ – 1
p1V1
atau : Wad = ------ [1-(p2/p1) (γ-1)/γ
]
γ – 1
Dari persamaan : p1V1
γ
= p2V2
γ
= pV
γ
V2 V2
Wad = ∫ pdV = p1V1
γ
∫ (dV/Vγ )
V1 V1
p1V1
γ
Wad = ---------- [ V2
1-γ
– V1
1-γ
]
1-γ
p1V1
Wad = ---------- [ (V2/V1)
1-γ
– 1 ]
1-γ
p1V1
Wad = − ------- [(V1/ V2 )
γ-1
– 1 ]
γ-1
p1V1
Wad = ---------- [ 1 – (p2/p1)
(γ-1)/γ
]
γ-1
5. Polytropis
Kurva polytropis mengikuti persamaan : pVn
= C
p1V1
n
= p2V2
n
log p1 + n log V1 = log p2 + n log V2
log p1 - log p2
n = ---------------
log V2 - log V1
Contoh soal :
Berapa temperatur akhir setelah terjadi kompresi adiabatis
dari R12, ammonia, udara dan helium, jika perbandingan
kompresi = 4 dan temperatur awal = -15oC ?
Diketahui : γ R12 = 1,13, γ ammonia = 1,313, γ udara = 1,40
dan γ helium = 1,66.
Kompresor torak tanpa ruang rugi
Diagram p-V dan silinder dapat digambarkan
sebagai berikut :
Kerja yang diberikan pada fluida selama 1
(satu) siklus :
• W’c = - [ W’ + W’d – W’s ]
– W’c = kerja yang diberikan pada fluida selama 1 siklus,
kerja kompresor, dinyatakan oleh luasan (1234)
– W’ = kerja selama kompresi, kerja kompresi,
dinyatakan oleh luasan (a12b)
– W’d = kerja selama pembuangan (discharge), kerja
pembuangan, dinyatakan oleh luasan (b23o)
– W’s = kerja yang dilakukan oleh fluida selama
pengisapan (suction), kerja isap, dinyatakan oleh
luasan (o41a)
Kerja kompresor dalam diagram p-V dinyatakan
oleh luasan (1234), dengan notasi W’c
• Kerja kompresi antara 1-2 :
• V2
• W’ = ∫ p dV,
• V1 kerja ini negative, karena dV < 0
Kompresi diumpamakan berjalan secara
polytropis : pVn = C. Bila eksponen n
bertambah besar, maka kerja kompresi
bertambah kecil, tetapi kerja kompresor
bertambah besar.
Terlihat kerja isothermal terkecil.
Besar n = 1 : pV = p1V1 = p2V2
Kerja kompresi isothermis :
V2
W’isoth = ∫ pdV
V1
V2
• W’isoth = ∫ p1V1 (dV/V) = - p1V1 ln (V1/V2)
V1
= - p1V1 ln (p2/p1) = - wRT1 ln (p2/p1)
Kerja kompresor total bila kompresi berjalan secara
isothermis = kerja non flow, seperti terlihat sebagai berikut
:
W’isoth.comp. = p1V1 - p1V1 ln (p2/p1) - p2V2
= - p1V1 ln (p2/p1)
Keterangan : garis isothermal sangat berpengaruh pada
kompresor bertingkat.
• Untuk proses adiabatis :
p1V1
γ = p2V2
γ = pVγ
1/γV = V1 (p1/p)
• W’ad.c = - ∫ V dp
p2
= - V1 (p1)1/γ ∫ p-1/γ dp
p1
γ
= - V1p1
1/γ(------) p1
γ-1/γ [(p2/p1)γ-1/γ – 1]
γ-1
γ
= - (------) p1V1 [(p2/p1)γ-1/γ – 1]
γ-1
γ
Wad.c = - (------) wRT1 [(p2/p1)γ-1/γ – 1]
γ-1
Kerja total kompresor tanpa volume
p2
ruang rugi : W’c = - ∫ Vdp
p1
Didepan telah didapatkan :
p1V1
Wad = ---------- [ 1 – (p2/p1)(γ-1)/γ
]
γ-1
• Jadi tampak jelas bahwa kerja adiabatis kompresor adalah
perkalian antara γ dengan kerja adiabatis non flow.
• W’ad.c = γ x W’ad. non flow.
Untuk proses polytropis γ menjadi n :
n
W’pol.c = - ----- wRT1 [(p2/p1)(n-1)/n
- 1]
n-1
Contoh : Hitung kerja adiabatis kompresor yang
memampatkan udara 25 m3 dari tekanan 1 ata ke tekanan
3,3 ata. Diketahui konstanta udara n = 1,4.
W’ad.c = - (1,4/(1,4-1)) 10.000 25 [(3,3/1)(1,4-1)/1,4 – 1] = - 355.687
Kompressor dengan ruang rugi
• Pada kompresor yang sesungguhnya selalu ada ruang rugi.
Ini dimaksudkan untuk :
1. Thermal expansion
2. Toleransi
toleransi : C = 0,005L + 0,5 mm
L = langkah (stroke) piston
Perbandingan antara volume ruang rugi (Vo) terhadap
volume yang dilalui piston (vp) :
ε = Vo/Vp
Besar ε tergantung pada susunan dari katub-katub dalam
silinder dan pada kecepatan rata-rata piston (cm).
Ε pada umumnya ≤ 5%.
• Pada beberapa jenis
kompresor kadang-kadang
sampai 12-13%.
• Fluida yang terjebak dalam
ruang rugi setelah
kompresi dan
pembuangan, akan
berekspansi selama
langkah isap.
• Perbandingan antara Vs
dan Vp disebut dengan
efisiensi volumetris :
• ηvol = Vs/Vp
Pada kompresor dengan kecepatan tinggi (cm>3m/detik)
besar ε diambil lebih besar dari besaran diatas.
Pada kompresor dengan perbandingan kompresi ί ≈ 2, maka
proses reekspansi (proses 3-4) kira-kira adiabatis.
• Jadi : V4 = V0 (p2/p1)1/γ
• Vp+V0-V4 Vp+ εVp- ε Vp (p2/p1)1/γ
• ηvol = ---------- = ----------------------
• Vp Vp
ηvol = 1+ ε- ε(p2/p1)1/γ
ηvol = 1- ε [(p2/p1)1/γ-1]
Pada kompresor dengan perbandingan kompresi ί ≥ 4,
maka proses reekspansi (proses 3-4) dianggap polytropis :
pVm = C.
Menurut FRANKEL besar m bervariasi sesuai dengan
tekanan.
Pada kompresor bertingkat banyak, untuk :
Tingkat I, m diambil = 1,20
Tingkat II, m diambil = 1,25
Tingkat III, m diambil = 1,30
Tingkat IV, m diambil = 1,35
Tingkat ≥ V, m diambil = γ
Dengan catatan : tekanan isap (pi) pada tingkat I =
tekanan atmosphere.
Besar efisiensi volumetris dapat juga dilihat pada
“grafik” sebagai fungsi dari : n, p2/p1 dan ε.
Besar kerja per siklus dari kompresi dan reekspansi:
n m
W’ = - ----- p1V1 [(p2/p1)
(n-1)/n
- 1] + ----- p2V3 [(1-p1/p2)
(n-1)/n
]
n-1 m-1
n m
W’ = - ----- p1V1 [(p2/p1)
(n-1)/n
- 1] + ----- p1V4 [(p2/p1)
(m-1)/m
-1]
n-1 m-1
Kalau : Vs = V1 - V4 dan m = n
Maka :
n
W’ = ----- p1Vs [(p2/p1)(n-1)/n
– 1]
n-1
Catatan : pengaruh ruang rugi terhadap kerja kompresor,
jika eksponen polytropis maka untuk ekspansi = m
dan untuk kompresi = n.
KOMPRESOR BERTINGKAT BANYAK
(Kompresor bertingkat 1, 2, 3 dan 4)
• Apabila perbandingan kompresi dinaikkan, maka
temperatur akhir akan naik dan ηv akan turun.
Temperatur akhir yang tinggi akan mempengaruhi
operasi atau kerja katub buang, pelumasan.
• Pada daerah-daerah minyak akan berbahaya, dapat
menyebabkan kebakaran dan lain-lain.
• Bila kebutuhan akan perbandingan kompresi yang
tinggi tidak dapat dihindari, maka perbandingan
kompresi total dapat dibagi dalam beberapa tingkat.
• Diagram pV dapat digambarkan sebagai berikut :
Dalam hal ini kerja kompresor :
−
−
Besar W’ minimal dapat dicari, sebagai berikut :
misal :
Kalau jumlah tingkat n, maka :
]1)[(]1)[('
1
2
1
1 1111 


n
n
x
n
n
x
p
p
n
n
p
p
n
n
wRTwRTW
]2)()[(
1
2
1
111 


n
n
x
n
n
x
p
p
p
p
n
n
wRTW
]2)()[(' 2
1
1
1

 
z
p
pz
p
p
z
wRT
n
n
x
x
W
z
zzz
x
p
zp
p
zp
p
zp
p
pz
z
wRT
dp
dW
ppp
z
x
z
z
z
x
z
x
z
z
z
x
x
21
2
)('
1
2
1
1
1
2
1
1
1
0][







1
2
21
22
1
2
1
21
1
21
p
p
pp
p
p
p
p
p
p
pp
p
p
x
x
x
ppp



012
3
1
2
0
1
....... p
p
p
p
p
p
p
p
p
p n
n
n
 
p
V
xp
1
2
3
4
'1
'2
isothermis
polytropis
polytropis
Daya Kompresor
Kebutuhan daya kompresor tingkat 1 dapat dihitung
menurut hubungan :
• , P = daya kompresor, hp; W=kerja,kgm.
• , P = daya kompresor, kW; W=kerja, kgm.
•
• Daya yang diperlukan untuk proses :
1. Isothermis :
2. Adiabatis :
102.60
75.60
W
W
P
P


kWVpP
hpVpP
p
p
p
pVpW
iso
p
p
p
pVpW
iso
iso
iso
,lnln
,lnln
1
2
1
211
1
2
1
211
116120
10000
61206120
114500
10000
45004500


kWVpP
hpVpP
p
p
p
pVp
ad
p
p
p
pVp
ad
],1)[(]1)[(
],1)[(]1)[(
1
1
2
1
1
211
1
1
2
1
1
211
1116120
10000
16120
1114500
10000
14500






















Untuk kompresor n tingkat, daya yang dibutuhkan adalah jumlah dari daya
yang dibutuhkan pada tiap-tiap tingkat.
Pada kompresor satu silinder, single acting, hp-indikator dapat dihitung dari
hubungan :
Dimana :
• A = luas piston, cm2
• pim = Mean Effective pressure, kg/cm2 (dapat dihitung dari diagram pV)
• L = langkah piston, m
• N = putaran, rpm
• Cm = kecepatan piston rata-rata, m/det.; =1,5-5 m/det. ( cm = LN/30 )
• Untuk kompresor n tingkat :






n
i
iadnad
n
i
iisoniso
PP
PP
1
..
1
..
hpihp mimim AcpALNp
,75.275.60 


n
i
in ihpihp
1
Efisiensi : efisiensi isothermis
efisiensi adiabatis
efisiensi mekanis
• Efisiensi isothermal:
Efisiensi mekanis :
• Efisiensi isothermal overall :
• Efisiensi adiabatis :
• Efisiensi adiabatis overall :
ihp
P
iso
iso

acthp
ihp
m 
act
iso
hp
P
misooiso  
ihp
P
ad
ad

act
ad
hp
P
madoad  
Shaf Horse Power (SHP)
Ai = luas piston individual pada tiap-tiap tingkat (cm2)
Pim= mean effective pressure pada tingkat yang bersangkutan (atm),
didapat dari diagram pV.
• Jadi :
• Apabila kompresor ini digerakkan oleh motor listrik, daya motor :
• ηt= efisiensi transmisi, bila memakai perantaraan transmisi (roda gigi, belt
dan lain-lain)
• Selanjutnya daya listrik yang diperlukan :
kWhpShp m
imim
m
imim pAcpAc
,, 102.275.2 

kWhpShp p
pVp
p
pVp
oisooiso
,ln,ln 1
211
1
211
102.6075.60  
kWhpShp p
pVp
p
pVp
oadoad
],1)[(],1)[(
1
1
211
1
1
211
102.60175.601 










t
shp
mN 15.1
mott
shp
listrN 
Volume udara, gas (fluida) yang dapat dikompresikan :
i = 1, untuk kompresor “single acting”
i = 2, untuk kompresor “double acting”
A = luas piston (luas penampang),
atau jumlah luas piston pada kompresor silinder banyak
L = langkah piston
N = putaran poros (rpm)
ηvo = efisiensi volumetris overall
≈ 4-6% lebih rendah dari ηvol
Kecepatan piston rata-rata : cm = LN/30
cm ≤ 2m/det, kompresor kecil
cm ≤ 3m/det, kompresor sedang
cm ≤ 5m/det, kompresor besar
menit
m
voiALNV
3
,
Perbandingan langkah piston dan diameternya =ν atau ν = L/D yang
besarnya tergantung dari tekanan akhir dan kecepatan kompresor,
maka untuk kompresor dengan 1 silinder :
• Untuk :
 Vaccum pump dan kompresor udara kecepatan tinggi : ν ≥ 0,5
 Kompresor pada pesawat pendingin : ν ≈ 0,8
 Kompresor untuk amonia : ν ≈ 1
 Kompresor tekanan tinggi : ν = 4 - 6
• Luas piston efektive pada tingkat lain, dengan menganggap
putaran N, panjang langkah L dan efisiensi volumetric-overall
sama setiap tingkat, maka :
• (w=V/v, kg/min)
voNDiV  3
4
vomcDiV 
302
4
n
nn
V
Ai
V
Ai
V
Ai
 .........2
22
1
11
nnn pAipAipAi  .........222111
Daya input maksimal pada kompresor
Proses polytropis
Perbandingan kompresi : r = p2/p1
• Daya kompresor :
• Untuk kompresor dengan ruang rugi : (V0 = ruang rugi)
• Harga daya maksimal didapat bila persamaan ini di deferensialkan
terhadap r dan harus = 0.
• Soal :
• Hitung ukuran utma kompresor udara dua tingkat, empat silinder,
konstruksi differential piston yang memampatkan 25 m3/min udara bebas
ke tekanan akhir 8 atg, jika putaran kompresor 600 rpm, perbandingan
panjang langkah piston dengan diameternya = 0,6 dan efisiensi volumetric
overall = 82%.
kWrP n
n
Vp
n
n
pol ],1[
1
11
102.601 


)]1(1[
1
1  n
rVVV PVP 
]1][1[
11
1
102.601 


n
n
nP
rrP Vp
n
n
pol 
Jawab :
1A
2A
voNDiV  3
4
• Untuk 1 silinder :
• L = νD = 0,180 m
• Luas piston tingkat 2 :
• A2/A1 = p1/p2 ; A2 = 706,86. ⅓ = 235,62 cm2
• Luas “piston trnk” = A2 – A1 = 471,24 cm2
• Diameter = d = 24,5 cm.
• Luas sebenarnya : A2 = π/4 (302 – 24,52)
• = 235,42 cm
• Kecepatan piton rata-rata : cm = (0,18.600)/30 = 3,6 m/det.
mDNDi
V
vol 300,0
4
3
4  
D d

More Related Content

What's hot

What's hot (20)

Bab 12 prestasi_mesin (8 files merged)
Bab 12 prestasi_mesin (8 files merged)Bab 12 prestasi_mesin (8 files merged)
Bab 12 prestasi_mesin (8 files merged)
 
Diagram p v pada mesin diesel
Diagram p v pada mesin dieselDiagram p v pada mesin diesel
Diagram p v pada mesin diesel
 
Tabel uap
Tabel uapTabel uap
Tabel uap
 
Termo siklus rankine
Termo siklus rankineTermo siklus rankine
Termo siklus rankine
 
Modul Penyelesaian Soal Alat Penukar Kalor
Modul Penyelesaian Soal Alat Penukar KalorModul Penyelesaian Soal Alat Penukar Kalor
Modul Penyelesaian Soal Alat Penukar Kalor
 
Pertemuan 2 boiler.ok
Pertemuan 2  boiler.okPertemuan 2  boiler.ok
Pertemuan 2 boiler.ok
 
Diagram p v
Diagram p vDiagram p v
Diagram p v
 
Kompressor
Kompressor Kompressor
Kompressor
 
Pompa sentrifugal
Pompa sentrifugalPompa sentrifugal
Pompa sentrifugal
 
Dasar2 termo
Dasar2 termoDasar2 termo
Dasar2 termo
 
Pompa mesin fluida ajar
Pompa mesin fluida ajarPompa mesin fluida ajar
Pompa mesin fluida ajar
 
pompa
pompapompa
pompa
 
Debit air turbin dan kecepatan spesifik
Debit air turbin dan kecepatan spesifikDebit air turbin dan kecepatan spesifik
Debit air turbin dan kecepatan spesifik
 
Modul mekanika fluida: Dasar-dasar Perhitungan Aliran Fluida
Modul mekanika fluida: Dasar-dasar Perhitungan Aliran FluidaModul mekanika fluida: Dasar-dasar Perhitungan Aliran Fluida
Modul mekanika fluida: Dasar-dasar Perhitungan Aliran Fluida
 
Motor bakar
Motor bakarMotor bakar
Motor bakar
 
Turbin Uap
Turbin UapTurbin Uap
Turbin Uap
 
Mekanika fluida 2 pertemuan 1 okk
Mekanika fluida 2 pertemuan 1 okkMekanika fluida 2 pertemuan 1 okk
Mekanika fluida 2 pertemuan 1 okk
 
Perhitungan siklus otto & carnot
Perhitungan siklus otto & carnotPerhitungan siklus otto & carnot
Perhitungan siklus otto & carnot
 
DASAR PSIKROMETRIK
DASAR PSIKROMETRIKDASAR PSIKROMETRIK
DASAR PSIKROMETRIK
 
TURBIN AIR
TURBIN AIRTURBIN AIR
TURBIN AIR
 

Similar to Siklus pada compressor

Compressor
CompressorCompressor
Compressor555
 
7. hk.pertama termodinamika
7. hk.pertama termodinamika7. hk.pertama termodinamika
7. hk.pertama termodinamikaHabibur Rohman
 
Mekanika fluida 1 pertemuan 04
Mekanika fluida 1 pertemuan 04Mekanika fluida 1 pertemuan 04
Mekanika fluida 1 pertemuan 04Marfizal Marfizal
 
Transport Fluida di Industri Pangan 2017.ppt
Transport Fluida di Industri Pangan 2017.pptTransport Fluida di Industri Pangan 2017.ppt
Transport Fluida di Industri Pangan 2017.pptssuser97aaa8
 
Materi kuliah ke- 3 Motor bakar.pptx
Materi kuliah ke- 3 Motor bakar.pptxMateri kuliah ke- 3 Motor bakar.pptx
Materi kuliah ke- 3 Motor bakar.pptxssuserfcf8da1
 
Jtptunimus gdl-s1-2008-dhonaelsap-978-ta+dona+-a
Jtptunimus gdl-s1-2008-dhonaelsap-978-ta+dona+-aJtptunimus gdl-s1-2008-dhonaelsap-978-ta+dona+-a
Jtptunimus gdl-s1-2008-dhonaelsap-978-ta+dona+-arianmitra
 
Mekanika fluida 2 pertemuan 2 okk
Mekanika fluida 2 pertemuan 2 okkMekanika fluida 2 pertemuan 2 okk
Mekanika fluida 2 pertemuan 2 okkMarfizal Marfizal
 
6. hk.pertama termodinamika
6. hk.pertama termodinamika6. hk.pertama termodinamika
6. hk.pertama termodinamikaHabibur Rohman
 
Sesi 2 konveksi
Sesi 2  konveksiSesi 2  konveksi
Sesi 2 konveksiadhegokil
 
termodinamika
termodinamikatermodinamika
termodinamikaaldi1997
 
termodinamikasli sman 1 termodinamika.ppt
termodinamikasli sman 1 termodinamika.ppttermodinamikasli sman 1 termodinamika.ppt
termodinamikasli sman 1 termodinamika.pptHernandaNajmudin
 
Lab Teknik Kimia ITENAS - Aliran Fluida 1
Lab Teknik Kimia ITENAS - Aliran Fluida 1Lab Teknik Kimia ITENAS - Aliran Fluida 1
Lab Teknik Kimia ITENAS - Aliran Fluida 1GGM Spektafest
 

Similar to Siklus pada compressor (20)

Compressor
CompressorCompressor
Compressor
 
7. hk.pertama termodinamika
7. hk.pertama termodinamika7. hk.pertama termodinamika
7. hk.pertama termodinamika
 
Mekanika fluida 1 pertemuan 04
Mekanika fluida 1 pertemuan 04Mekanika fluida 1 pertemuan 04
Mekanika fluida 1 pertemuan 04
 
Kimia fisika
Kimia fisikaKimia fisika
Kimia fisika
 
Transport Fluida di Industri Pangan 2017.ppt
Transport Fluida di Industri Pangan 2017.pptTransport Fluida di Industri Pangan 2017.ppt
Transport Fluida di Industri Pangan 2017.ppt
 
Materi kuliah ke- 3 Motor bakar.pptx
Materi kuliah ke- 3 Motor bakar.pptxMateri kuliah ke- 3 Motor bakar.pptx
Materi kuliah ke- 3 Motor bakar.pptx
 
Jtptunimus gdl-s1-2008-dhonaelsap-978-ta+dona+-a
Jtptunimus gdl-s1-2008-dhonaelsap-978-ta+dona+-aJtptunimus gdl-s1-2008-dhonaelsap-978-ta+dona+-a
Jtptunimus gdl-s1-2008-dhonaelsap-978-ta+dona+-a
 
Mekanika fluida 2 pertemuan 2 okk
Mekanika fluida 2 pertemuan 2 okkMekanika fluida 2 pertemuan 2 okk
Mekanika fluida 2 pertemuan 2 okk
 
Termodinamika
TermodinamikaTermodinamika
Termodinamika
 
6. hk.pertama termodinamika
6. hk.pertama termodinamika6. hk.pertama termodinamika
6. hk.pertama termodinamika
 
Sesi 2 konveksi
Sesi 2  konveksiSesi 2  konveksi
Sesi 2 konveksi
 
Motor bakar-1
Motor bakar-1Motor bakar-1
Motor bakar-1
 
Mekanika fluida 2 ok
Mekanika fluida 2 okMekanika fluida 2 ok
Mekanika fluida 2 ok
 
Dinamika fluida
Dinamika fluidaDinamika fluida
Dinamika fluida
 
Hukum termodinamika-i
Hukum termodinamika-iHukum termodinamika-i
Hukum termodinamika-i
 
distilasi.ppt
distilasi.pptdistilasi.ppt
distilasi.ppt
 
termodinamika
termodinamikatermodinamika
termodinamika
 
termodinamikasli sman 1 termodinamika.ppt
termodinamikasli sman 1 termodinamika.ppttermodinamikasli sman 1 termodinamika.ppt
termodinamikasli sman 1 termodinamika.ppt
 
fluida
fluidafluida
fluida
 
Lab Teknik Kimia ITENAS - Aliran Fluida 1
Lab Teknik Kimia ITENAS - Aliran Fluida 1Lab Teknik Kimia ITENAS - Aliran Fluida 1
Lab Teknik Kimia ITENAS - Aliran Fluida 1
 

Recently uploaded

TEKNIS TES TULIS REKRUTMEN PAMSIMAS 2024.pdf
TEKNIS TES TULIS REKRUTMEN PAMSIMAS 2024.pdfTEKNIS TES TULIS REKRUTMEN PAMSIMAS 2024.pdf
TEKNIS TES TULIS REKRUTMEN PAMSIMAS 2024.pdfYogiCahyoPurnomo
 
Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Kelompok 1.pptx
Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Kelompok 1.pptxPembangkit Listrik Tenaga Nuklir Kelompok 1.pptx
Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Kelompok 1.pptxmuhammadrizky331164
 
materi pengendalian proyek konstruksi.pptx
materi pengendalian proyek konstruksi.pptxmateri pengendalian proyek konstruksi.pptx
materi pengendalian proyek konstruksi.pptxsiswoST
 
Strategi Pengembangan Agribisnis di Indonesia
Strategi Pengembangan Agribisnis di IndonesiaStrategi Pengembangan Agribisnis di Indonesia
Strategi Pengembangan Agribisnis di IndonesiaRenaYunita2
 
Manual Desain Perkerasan jalan 2017 FINAL.pptx
Manual Desain Perkerasan jalan 2017 FINAL.pptxManual Desain Perkerasan jalan 2017 FINAL.pptx
Manual Desain Perkerasan jalan 2017 FINAL.pptxRemigius1984
 
MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++
MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++
MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++FujiAdam
 
Slide Transformasi dan Load Data Menggunakan Talend Open Studio
Slide Transformasi dan Load Data Menggunakan Talend Open StudioSlide Transformasi dan Load Data Menggunakan Talend Open Studio
Slide Transformasi dan Load Data Menggunakan Talend Open Studiossuser52d6bf
 
001. Ringkasan Lampiran Juknis DAK 2024_PAUD.pptx
001. Ringkasan Lampiran Juknis DAK 2024_PAUD.pptx001. Ringkasan Lampiran Juknis DAK 2024_PAUD.pptx
001. Ringkasan Lampiran Juknis DAK 2024_PAUD.pptxMuhararAhmad
 

Recently uploaded (8)

TEKNIS TES TULIS REKRUTMEN PAMSIMAS 2024.pdf
TEKNIS TES TULIS REKRUTMEN PAMSIMAS 2024.pdfTEKNIS TES TULIS REKRUTMEN PAMSIMAS 2024.pdf
TEKNIS TES TULIS REKRUTMEN PAMSIMAS 2024.pdf
 
Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Kelompok 1.pptx
Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Kelompok 1.pptxPembangkit Listrik Tenaga Nuklir Kelompok 1.pptx
Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Kelompok 1.pptx
 
materi pengendalian proyek konstruksi.pptx
materi pengendalian proyek konstruksi.pptxmateri pengendalian proyek konstruksi.pptx
materi pengendalian proyek konstruksi.pptx
 
Strategi Pengembangan Agribisnis di Indonesia
Strategi Pengembangan Agribisnis di IndonesiaStrategi Pengembangan Agribisnis di Indonesia
Strategi Pengembangan Agribisnis di Indonesia
 
Manual Desain Perkerasan jalan 2017 FINAL.pptx
Manual Desain Perkerasan jalan 2017 FINAL.pptxManual Desain Perkerasan jalan 2017 FINAL.pptx
Manual Desain Perkerasan jalan 2017 FINAL.pptx
 
MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++
MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++
MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++
 
Slide Transformasi dan Load Data Menggunakan Talend Open Studio
Slide Transformasi dan Load Data Menggunakan Talend Open StudioSlide Transformasi dan Load Data Menggunakan Talend Open Studio
Slide Transformasi dan Load Data Menggunakan Talend Open Studio
 
001. Ringkasan Lampiran Juknis DAK 2024_PAUD.pptx
001. Ringkasan Lampiran Juknis DAK 2024_PAUD.pptx001. Ringkasan Lampiran Juknis DAK 2024_PAUD.pptx
001. Ringkasan Lampiran Juknis DAK 2024_PAUD.pptx
 

Siklus pada compressor

  • 2. KOMPRESSOR Klasifikasi Kompressor a. Berdasarkan cara kenaikan tekanan b. Berdasarkan tekanan c. Berdasarkan kapasitas d. Berdasa kan fluida yang dialirkan e. Berdasarkan penggerak f. Berdasarkan pendinginan g. Berdasarkan susunan silinder (untuk kompressor torak)
  • 3. A. Berdasar Cara Kenaikan Tekanan 1. POSITIVE DISPLACEMENT COMPRESSOR kenaikan tekanan terjadi karena berkurangnya volume di dalam silinder, Jenisnya : • KOMPRESOR TORAK (Reciprocating Compressor) • KOMPRESOR ROTARY (Rotary Compressor) • KOMPRESOR MEMBRAN (Membrane Compressor)
  • 4. 2. DYNAMIC COMPRESSOR Kenaikan tekanan terjadi karena tenaga kinetis dirubah menjadi tenaga tekanan didalam diffuser. Jadi fungsi diffuser untuk menurunkan fluida, sehingga mengakibatkan kenaikan tekanan fluida. Jenis MULTIBLADE COMPRESSOR :  Centrifugal  Axial  Jet compressor
  • 5. B. Berdasar Tekanan 1. Kompresor tekanan rendah ≤ 25 atm 2. Kompresor tekanan sedang 25–100 atm 3. Kompresor tekanan tinggi 100-500 atm C. Berdasar Kapasitas 1. Kapasitas kecil ≤ 160 m³/jam 2. Kapasitas sedang 160-4000 m³/jam 3. Kapasitas besar ≥ 4000 m³/jam D. Berdasar Fluida yang dialirkan 1. Kompresor udara 2. Kompresor gas
  • 6. E. Berdasar Penggerak 1. Turbin 2. Motor bakar 3. Motor listrik F. Berdasar Pendingin 1. Udara 2. Air G. Berdasar Susunan Silinder (untuk kompresor torak) 1. Berjajar / segaris 2. Bentuk V 3. Bentuk W
  • 7. Positive Displacement compressor Kompresor torak (reciprocating compressor) Konsep dasar Kerja yang dilakukan oleh gas/uap dapat digambarkan sebagai berikut :
  • 8. Gaya pada torak : F = p.A Kerja : dW= F.dx = p A dx = p dV W = ∫pdv W positive : dv > 0 ekspansi W negative : dv < 0 kompressi Tinjauan termodinamika a. Specific heat : Jumlah kalor : dQ = w c dT c = dQ/wdT
  • 9. Cv = (dQ/wdT)v Cp = (dQ/wdT)p Cp /Cv = k b. Internal energy : Jika v constant, maka dV = 0 , jadi W = 0 Berarti tidak ada kerja. ∫dQ = ∫w cv dT = ∫dU U2–U1 = w cv (T2–T1) = selisih tenaga dalam
  • 10. c. Enthalpy : p = constan, p=c • ∫dQ = ∫w cp dT = ∫dH • H2-H1 = w cp (T2–T1) = selisih enthalpy Persamaan Keadaan Gas Sempurna : pV= RT p1V1 = RT1, p2v2 = RT2 pV= wRT p1V1 = wRT1, p2v2 = wRT2 d. Entropy : dq = Tds, ds = dq/T = cv(dT/T) + p(dV/T)
  • 11. ds = cv(dT/T)+R(dV/V) ∫ds = ∫cv(dT/T)+∫R(dV/V) • Jadi : s2-s1 = cv ln(T2/T1) + R ln(V2/V1) • = selisih entrophy • Macam-macam Perubahan Keadaan Gas: – 1. isobaris p=c – 2. isochoris V=c – 3. isothermis T=c – 4. adiabatis dQ=c – 5. polytropis pVn =c
  • 12. 1. Isobaris = Polytropis pVn , n=0 • pV = wRT • P = const, maka V1/V2=T1/T2 • W’ = p(V2-V1) • T2 • Q1-2= w∫ cpdT • T1 • Q1-2= wcp(T2-T1)
  • 13. 2. Isochoris : = Polytropis pVn, n=∞ V=const P1/P2=T1/T2 • T2 • Q1-2= w ∫ cvdT = w cv (T2-T1) T1 3. Isothermis : = Polytropis pVn, n=1 p1V1= p2V2= pV= wRT1= konstan dQ = w cv dT + pdV dQ = pdV = dW
  • 14. 4. Adiabatis : dQ = wcvdT + pdV = 0 pV = wRT d(pV) = d(wRT), pdV + vdp = wRdT Vdp + pdV dT = ----------- wR • Jadi : wcv(Vdp + pdV) + wRpdV = 0 • Substitusi cp = cv + R • Maka : • cp pdV + cv Vdp = 0
  • 15. cp /cv = γ, sehingga γ (dV/V) + (dp/p) = 0 ln p + γ ln V = konstan • pVγ = C, persamaan ini adalah persamaan curve adiabatis. • V = wRT/p, jadi : T2/T1 = (p2/p1)γ-1/γ • ∫ dQ = ∫ wcvdT +∫ pdV = 0 • Wad = (U1-U2) = wcv (T1-T2)
  • 16. Dari hubungan : cp – cv = R, cp/cv = γ, R = (γ-1)cv R w Jadi : Wad = ------ T1 [1-(p2/p1) (γ-1)/γ ] γ – 1 p1V1 atau : Wad = ------ [1-(p2/p1) (γ-1)/γ ] γ – 1 Dari persamaan : p1V1 γ = p2V2 γ = pV γ V2 V2 Wad = ∫ pdV = p1V1 γ ∫ (dV/Vγ ) V1 V1
  • 17. p1V1 γ Wad = ---------- [ V2 1-γ – V1 1-γ ] 1-γ p1V1 Wad = ---------- [ (V2/V1) 1-γ – 1 ] 1-γ p1V1 Wad = − ------- [(V1/ V2 ) γ-1 – 1 ] γ-1 p1V1 Wad = ---------- [ 1 – (p2/p1) (γ-1)/γ ] γ-1
  • 18. 5. Polytropis Kurva polytropis mengikuti persamaan : pVn = C p1V1 n = p2V2 n log p1 + n log V1 = log p2 + n log V2 log p1 - log p2 n = --------------- log V2 - log V1 Contoh soal : Berapa temperatur akhir setelah terjadi kompresi adiabatis dari R12, ammonia, udara dan helium, jika perbandingan kompresi = 4 dan temperatur awal = -15oC ? Diketahui : γ R12 = 1,13, γ ammonia = 1,313, γ udara = 1,40 dan γ helium = 1,66.
  • 19. Kompresor torak tanpa ruang rugi Diagram p-V dan silinder dapat digambarkan sebagai berikut :
  • 20. Kerja yang diberikan pada fluida selama 1 (satu) siklus : • W’c = - [ W’ + W’d – W’s ] – W’c = kerja yang diberikan pada fluida selama 1 siklus, kerja kompresor, dinyatakan oleh luasan (1234) – W’ = kerja selama kompresi, kerja kompresi, dinyatakan oleh luasan (a12b) – W’d = kerja selama pembuangan (discharge), kerja pembuangan, dinyatakan oleh luasan (b23o) – W’s = kerja yang dilakukan oleh fluida selama pengisapan (suction), kerja isap, dinyatakan oleh luasan (o41a)
  • 21. Kerja kompresor dalam diagram p-V dinyatakan oleh luasan (1234), dengan notasi W’c • Kerja kompresi antara 1-2 : • V2 • W’ = ∫ p dV, • V1 kerja ini negative, karena dV < 0 Kompresi diumpamakan berjalan secara polytropis : pVn = C. Bila eksponen n bertambah besar, maka kerja kompresi bertambah kecil, tetapi kerja kompresor bertambah besar.
  • 22. Terlihat kerja isothermal terkecil. Besar n = 1 : pV = p1V1 = p2V2
  • 23. Kerja kompresi isothermis : V2 W’isoth = ∫ pdV V1 V2 • W’isoth = ∫ p1V1 (dV/V) = - p1V1 ln (V1/V2) V1 = - p1V1 ln (p2/p1) = - wRT1 ln (p2/p1) Kerja kompresor total bila kompresi berjalan secara isothermis = kerja non flow, seperti terlihat sebagai berikut : W’isoth.comp. = p1V1 - p1V1 ln (p2/p1) - p2V2 = - p1V1 ln (p2/p1) Keterangan : garis isothermal sangat berpengaruh pada kompresor bertingkat.
  • 24. • Untuk proses adiabatis : p1V1 γ = p2V2 γ = pVγ 1/γV = V1 (p1/p) • W’ad.c = - ∫ V dp p2 = - V1 (p1)1/γ ∫ p-1/γ dp p1 γ = - V1p1 1/γ(------) p1 γ-1/γ [(p2/p1)γ-1/γ – 1] γ-1 γ = - (------) p1V1 [(p2/p1)γ-1/γ – 1] γ-1 γ Wad.c = - (------) wRT1 [(p2/p1)γ-1/γ – 1] γ-1 Kerja total kompresor tanpa volume p2 ruang rugi : W’c = - ∫ Vdp p1
  • 25. Didepan telah didapatkan : p1V1 Wad = ---------- [ 1 – (p2/p1)(γ-1)/γ ] γ-1 • Jadi tampak jelas bahwa kerja adiabatis kompresor adalah perkalian antara γ dengan kerja adiabatis non flow. • W’ad.c = γ x W’ad. non flow. Untuk proses polytropis γ menjadi n : n W’pol.c = - ----- wRT1 [(p2/p1)(n-1)/n - 1] n-1 Contoh : Hitung kerja adiabatis kompresor yang memampatkan udara 25 m3 dari tekanan 1 ata ke tekanan 3,3 ata. Diketahui konstanta udara n = 1,4. W’ad.c = - (1,4/(1,4-1)) 10.000 25 [(3,3/1)(1,4-1)/1,4 – 1] = - 355.687
  • 26. Kompressor dengan ruang rugi • Pada kompresor yang sesungguhnya selalu ada ruang rugi. Ini dimaksudkan untuk : 1. Thermal expansion 2. Toleransi toleransi : C = 0,005L + 0,5 mm L = langkah (stroke) piston Perbandingan antara volume ruang rugi (Vo) terhadap volume yang dilalui piston (vp) : ε = Vo/Vp Besar ε tergantung pada susunan dari katub-katub dalam silinder dan pada kecepatan rata-rata piston (cm). Ε pada umumnya ≤ 5%.
  • 27. • Pada beberapa jenis kompresor kadang-kadang sampai 12-13%. • Fluida yang terjebak dalam ruang rugi setelah kompresi dan pembuangan, akan berekspansi selama langkah isap. • Perbandingan antara Vs dan Vp disebut dengan efisiensi volumetris : • ηvol = Vs/Vp Pada kompresor dengan kecepatan tinggi (cm>3m/detik) besar ε diambil lebih besar dari besaran diatas.
  • 28. Pada kompresor dengan perbandingan kompresi ί ≈ 2, maka proses reekspansi (proses 3-4) kira-kira adiabatis. • Jadi : V4 = V0 (p2/p1)1/γ • Vp+V0-V4 Vp+ εVp- ε Vp (p2/p1)1/γ • ηvol = ---------- = ---------------------- • Vp Vp ηvol = 1+ ε- ε(p2/p1)1/γ ηvol = 1- ε [(p2/p1)1/γ-1] Pada kompresor dengan perbandingan kompresi ί ≥ 4, maka proses reekspansi (proses 3-4) dianggap polytropis : pVm = C. Menurut FRANKEL besar m bervariasi sesuai dengan tekanan.
  • 29. Pada kompresor bertingkat banyak, untuk : Tingkat I, m diambil = 1,20 Tingkat II, m diambil = 1,25 Tingkat III, m diambil = 1,30 Tingkat IV, m diambil = 1,35 Tingkat ≥ V, m diambil = γ Dengan catatan : tekanan isap (pi) pada tingkat I = tekanan atmosphere. Besar efisiensi volumetris dapat juga dilihat pada “grafik” sebagai fungsi dari : n, p2/p1 dan ε. Besar kerja per siklus dari kompresi dan reekspansi:
  • 30. n m W’ = - ----- p1V1 [(p2/p1) (n-1)/n - 1] + ----- p2V3 [(1-p1/p2) (n-1)/n ] n-1 m-1 n m W’ = - ----- p1V1 [(p2/p1) (n-1)/n - 1] + ----- p1V4 [(p2/p1) (m-1)/m -1] n-1 m-1 Kalau : Vs = V1 - V4 dan m = n Maka : n W’ = ----- p1Vs [(p2/p1)(n-1)/n – 1] n-1 Catatan : pengaruh ruang rugi terhadap kerja kompresor, jika eksponen polytropis maka untuk ekspansi = m dan untuk kompresi = n.
  • 31. KOMPRESOR BERTINGKAT BANYAK (Kompresor bertingkat 1, 2, 3 dan 4) • Apabila perbandingan kompresi dinaikkan, maka temperatur akhir akan naik dan ηv akan turun. Temperatur akhir yang tinggi akan mempengaruhi operasi atau kerja katub buang, pelumasan. • Pada daerah-daerah minyak akan berbahaya, dapat menyebabkan kebakaran dan lain-lain. • Bila kebutuhan akan perbandingan kompresi yang tinggi tidak dapat dihindari, maka perbandingan kompresi total dapat dibagi dalam beberapa tingkat. • Diagram pV dapat digambarkan sebagai berikut :
  • 32. Dalam hal ini kerja kompresor : − − Besar W’ minimal dapat dicari, sebagai berikut : misal : Kalau jumlah tingkat n, maka : ]1)[(]1)[(' 1 2 1 1 1111    n n x n n x p p n n p p n n wRTwRTW ]2)()[( 1 2 1 111    n n x n n x p p p p n n wRTW ]2)()[(' 2 1 1 1    z p pz p p z wRT n n x x W z zzz x p zp p zp p zp p pz z wRT dp dW ppp z x z z z x z x z z z x x 21 2 )(' 1 2 1 1 1 2 1 1 1 0][        1 2 21 22 1 2 1 21 1 21 p p pp p p p p p p pp p p x x x ppp    012 3 1 2 0 1 ....... p p p p p p p p p p n n n   p V xp 1 2 3 4 '1 '2 isothermis polytropis polytropis
  • 33. Daya Kompresor Kebutuhan daya kompresor tingkat 1 dapat dihitung menurut hubungan : • , P = daya kompresor, hp; W=kerja,kgm. • , P = daya kompresor, kW; W=kerja, kgm. • • Daya yang diperlukan untuk proses : 1. Isothermis : 2. Adiabatis : 102.60 75.60 W W P P   kWVpP hpVpP p p p pVpW iso p p p pVpW iso iso iso ,lnln ,lnln 1 2 1 211 1 2 1 211 116120 10000 61206120 114500 10000 45004500   kWVpP hpVpP p p p pVp ad p p p pVp ad ],1)[(]1)[( ],1)[(]1)[( 1 1 2 1 1 211 1 1 2 1 1 211 1116120 10000 16120 1114500 10000 14500                      
  • 34. Untuk kompresor n tingkat, daya yang dibutuhkan adalah jumlah dari daya yang dibutuhkan pada tiap-tiap tingkat. Pada kompresor satu silinder, single acting, hp-indikator dapat dihitung dari hubungan : Dimana : • A = luas piston, cm2 • pim = Mean Effective pressure, kg/cm2 (dapat dihitung dari diagram pV) • L = langkah piston, m • N = putaran, rpm • Cm = kecepatan piston rata-rata, m/det.; =1,5-5 m/det. ( cm = LN/30 ) • Untuk kompresor n tingkat :       n i iadnad n i iisoniso PP PP 1 .. 1 .. hpihp mimim AcpALNp ,75.275.60    n i in ihpihp 1
  • 35. Efisiensi : efisiensi isothermis efisiensi adiabatis efisiensi mekanis • Efisiensi isothermal: Efisiensi mekanis : • Efisiensi isothermal overall : • Efisiensi adiabatis : • Efisiensi adiabatis overall : ihp P iso iso  acthp ihp m  act iso hp P misooiso   ihp P ad ad  act ad hp P madoad  
  • 36. Shaf Horse Power (SHP) Ai = luas piston individual pada tiap-tiap tingkat (cm2) Pim= mean effective pressure pada tingkat yang bersangkutan (atm), didapat dari diagram pV. • Jadi : • Apabila kompresor ini digerakkan oleh motor listrik, daya motor : • ηt= efisiensi transmisi, bila memakai perantaraan transmisi (roda gigi, belt dan lain-lain) • Selanjutnya daya listrik yang diperlukan : kWhpShp m imim m imim pAcpAc ,, 102.275.2   kWhpShp p pVp p pVp oisooiso ,ln,ln 1 211 1 211 102.6075.60   kWhpShp p pVp p pVp oadoad ],1)[(],1)[( 1 1 211 1 1 211 102.60175.601            t shp mN 15.1 mott shp listrN 
  • 37. Volume udara, gas (fluida) yang dapat dikompresikan : i = 1, untuk kompresor “single acting” i = 2, untuk kompresor “double acting” A = luas piston (luas penampang), atau jumlah luas piston pada kompresor silinder banyak L = langkah piston N = putaran poros (rpm) ηvo = efisiensi volumetris overall ≈ 4-6% lebih rendah dari ηvol Kecepatan piston rata-rata : cm = LN/30 cm ≤ 2m/det, kompresor kecil cm ≤ 3m/det, kompresor sedang cm ≤ 5m/det, kompresor besar menit m voiALNV 3 ,
  • 38. Perbandingan langkah piston dan diameternya =ν atau ν = L/D yang besarnya tergantung dari tekanan akhir dan kecepatan kompresor, maka untuk kompresor dengan 1 silinder : • Untuk :  Vaccum pump dan kompresor udara kecepatan tinggi : ν ≥ 0,5  Kompresor pada pesawat pendingin : ν ≈ 0,8  Kompresor untuk amonia : ν ≈ 1  Kompresor tekanan tinggi : ν = 4 - 6 • Luas piston efektive pada tingkat lain, dengan menganggap putaran N, panjang langkah L dan efisiensi volumetric-overall sama setiap tingkat, maka : • (w=V/v, kg/min) voNDiV  3 4 vomcDiV  302 4 n nn V Ai V Ai V Ai  .........2 22 1 11 nnn pAipAipAi  .........222111
  • 39. Daya input maksimal pada kompresor Proses polytropis Perbandingan kompresi : r = p2/p1 • Daya kompresor : • Untuk kompresor dengan ruang rugi : (V0 = ruang rugi) • Harga daya maksimal didapat bila persamaan ini di deferensialkan terhadap r dan harus = 0. • Soal : • Hitung ukuran utma kompresor udara dua tingkat, empat silinder, konstruksi differential piston yang memampatkan 25 m3/min udara bebas ke tekanan akhir 8 atg, jika putaran kompresor 600 rpm, perbandingan panjang langkah piston dengan diameternya = 0,6 dan efisiensi volumetric overall = 82%. kWrP n n Vp n n pol ],1[ 1 11 102.601    )]1(1[ 1 1  n rVVV PVP  ]1][1[ 11 1 102.601    n n nP rrP Vp n n pol 
  • 40. Jawab : 1A 2A voNDiV  3 4 • Untuk 1 silinder : • L = νD = 0,180 m • Luas piston tingkat 2 : • A2/A1 = p1/p2 ; A2 = 706,86. ⅓ = 235,62 cm2 • Luas “piston trnk” = A2 – A1 = 471,24 cm2 • Diameter = d = 24,5 cm. • Luas sebenarnya : A2 = π/4 (302 – 24,52) • = 235,42 cm • Kecepatan piton rata-rata : cm = (0,18.600)/30 = 3,6 m/det. mDNDi V vol 300,0 4 3 4   D d