SlideShare a Scribd company logo
1 of 15
HUKUM PEMBUKTIAN
PEMBUKTIAN TERBALIK TINDAK PIDANA
KORUPSI BERDASARKAN UNDANG – UNDANG
KORUPSI
KELOMPOK I
NAMAANGGOTA:
MUHAMMAD FATKHU RIZAL SOFAN FITRI 191010200391
ANGGA SAPUTRA 191010200436
ARMAN APRIYADI 191010200370
MOCH. HAIKAL 191010200348
LATAR BELAKANG
Salah Satu fenomena sosial di Indonesia adalah semakin
banyaknya terjadi kasus tindak pidana korupsi. Fenomena
korupsi telah menimbulkan ketidakpercayaan publik
terhadap hukum dan sistem peradilan pidana. Adapun
bentuk tindak pidana korupsi yaitu berupa perbuatan yang
dapat merugikan keuangan negara, suap menyuap,
penggelapan dalam jabatan, pemerasan, perbuatan curang,
benturan kepentingan dalam pengadaan dan gratifikasi.
Dalam penegakan hukum khususnya tindak pidana korupsi
pembuktian merupakan masalah yang memegang peranan
paling penting dalam proses pengungkapan tindak pidana
korupsi di persidangan. Pemeriksaan di persidangan akan
terungkap fakta-fakta yang menentukan bahwa seseorang
RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud pembuktian ?
2. Bagaimana pembuktian terbalik dalam
tindak pidana korupsi berdasarkan
undang – undang korupsi ?
TEORI
Bambang Poernomo menyatakan, hukum pembuktian adalah
keseluruhan aturan hukum atau peraturan undang - undang
mengenai kegiatan untuk rekontruksi suatu kenyataan yang
benar dari setiap kejadian masa lalu yang relevan dengan
persangkaan terhadap orang yang diduga melakukan
perbuatan pidana dan pengesahan setiap sarana bukti menurut
ketentuan hukum yang berlaku untuk kepentingan peradilan
dalam perkara pidana
Romli Atmasasmita, menjelaskan asas pembalikan beban
pembuktian bertujuan untuk merampas harta kekayaan yang
diduga berasal dari korupsi melalui civil recovery tidak
merupakan pelanggaran HAM tersangka, karena yang harus
dibuktikan adalah asal – usul harta kekayaannya dimana
PEMBUKTIAN TERBALIK
Pembuktian merupakan bagian yang terpenting dari keseluruhan
proses pemeriksaaan perkara dalam persidangan di pengadilan, baik
perkara pidana maupun perdata karena dari sinilah akan ditarik
suatu kesimpulan yang dapat mempengaruhi keyakinan hakim dalam
menilai perkara yang diajukan. Hakim memberikan putusanya
berdasarkan atas penilaianya terhadap pembuktian. Adapun tujuan
dari pembuktian adalah untuk mencari dan menempatkan kebenaran
materiil dan bukanlah untuk mencari kesalahan orang lain.
Secara universal beberapa asas penting dalam hukum pidana yang
berkait erat dengan ketentuan pembuktian adalah asas legalitas
(nullum delictum nulla poena sine praevia legi poenali) merupakan
asas berasal dari Von Feurbach sarjana hukum pidana Jerman (1775-
1833). Pada dasarnya asas legalitas diatur dalam ketentuan Pasal 1
ayat (1) KUHP yang berbunyi :
“ Tiada suatu peristiwa dapat dipidana selain dari kekuatan
Pembuktian terhadap tindak pidana korupsi dilakukan menurut
hukum acara pidana umum (KUHAP) dan hukum acara pidana khusus
Undang - Undang Nomor 31 Tahun 1999 jo Undang - Undang
Nomor 20 Tahun 2001 tentang Tindak Pidana Korupsi
Pembuktian terbalik merupakan upaya untuk meyakinkan hakim atas
kebenaran dalil – dalil yang diajukan di persidangan yang tidak
hanya dilakukan oleh Penuntut Umum, melainkan juga oleh
Terdakwa maupun kuasa hukumnya.
Pembuktian Terbalik merupakan suatu jenis pembuktian yang
berbeda dengan hukum acara pidana yang diatur dalam Kitab
Undang-Undang Hukum Acara Pidana. Jenis pembuktian ini
mewajibkan Terdakwa untuk membuktikan bahwa dirinya tidak
bersalah atau membuktikan secara negatif (sebaliknya) terhadap
dakwaan Penuntut Umum. Walaupun Terdakwa dibebani beban
pembuktian tetapi tidak menghapuskan kewajiban Penuntut Umum
PEMBUKTIAN TERBALIK
Undang – Undang Tindak Pidana Korupsi diatur dalam Undang - Undang
Nomor 31 Tahun 1999 jo Undang - Undang Nomor 20 Tahun 2001
tentang Tindak Pidana Korupsi.
Sistem pembuktian terbalik merupakan pengecualian Hukum Acara Pidana
sebagaimana diatur pasal 66 UU Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum
Acara Pidana yang menganut praduga tak bersalah, yakni tersangka atau
terdakwa tidak dibebani kewajiban pembuktian.
Selanjutnya, Undang - undang Pembetantansan Tindak Pidana Korupsi
Nomor 31 Tahun 1999 yang menggantikannya menganut pembuktian
terbalik ‘pura-pura’. Pasal 37 ayat (1) menyatakan, “terdakwa mempunyai
hak untuk membuktikan bahwa ia tidak melakukan tindak pidana korupsi.”
Penjelasannya, ketentuan ini merupakan suatu penyimpangan dari
ketentuan KUHAP yang menentukan bahwa Jaksa yang wajib membuktikan
dilakukannya tindak pidana, bukan terdakwa. Menurut ketentuan ini
PEMBUKTIAN TERBALIK DALAM TINDAK
PIDANA KORUPSI BERDASARKAN
UNDANG – UNDANG KORUPSI
Undang - Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Tindak Pidana Korupsi
ketentuan mengenai pembuktian perkara korupsi terdapat dalam Pasal
12B ayat (1) huruf a dan b, Pasal 37, Pasal 37 A dan Pasal 38B.
PASAL 12 B
Setiap gratifikasi kepada pegawai negeri atau penyelenggara negara
dianggap pemberian suap, apabila berhubungan dengan jabatannya dan
yang berlawanan dengan kewajiban atau tugasnya, dengan ketentuan
sebagai berikut:
a. yang nilainya Rp 10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah) atau lebih,
pembuktian bahwa gratifikasi tersebut bukan merupakan suap dilakukan
oleh penerima gratifikasi;
b. yang nilainya kurang dari Rp 10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah),
pembuktian bahwa gratifikasi tersebut suap dilakukan oleh penuntut
PEMBUKTIAN TERBALIK DALAM TINDAK
PIDANA KORUPSI BERDASARKAN
UNDANG – UNDANG KORUPSI
‘’Pasal 37
(1) Terdakwa mempunyai hak untuk membuktikan bahwa
ia tidak melakukan tindak
pidana korupsi.
(2) Dalam hal terdakwa dapat membuktikan bahwa ia
tidak melakukan tindak pidana
korupsi, maka pembuktian tersebut dipergunakan oleh
pengadilan sebagai dasar
untuk menyatakan bahwa dakwaan tidak terbukti.”
PEMBUKTIAN TERBALIK DALAM TINDAK
PIDANA KORUPSI BERDASARKAN
UNDANG – UNDANG KORUPSI
Pasal 38 A
Pembuktian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12B ayat
(1) dilakukan pada saat pemeriksaan di sidang pengadilan
Pasal 38 B
1. Setiap orang yang didakwa melakukan salah satu tindak
pidana korupsi sebagaimana dimaksud Pasal 2, pasal 3,
Pasal 4, pasal 13, Pasal 14, Pasal 15 dan pasal 16
Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi dan Pasal 5
sampai dengan pasal 12 Undang-Undang ini, wajib
membuktikan sebaliknya terhadap harta benda miliknya
yang belum didakwakan, tetapi juga diduga berasal dari
PEMBUKTIAN TERBALIK DALAM TINDAK
PIDANA KORUPSI BERDASARKAN
UNDANG – UNDANG KORUPSI
2. Dalam hal terdakwa tidak dapat membuktikan bahwa harta
benda sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diperoleh bukan
karena tindak pidana korupsi, harta benda tersebut dianggap
diperoleh juga dari tindak pidana korupsi dan hakim
berwenang memutuskan seluruh atau sebagian harta benda
tersebut dirampas untuk negara.
3. Tuntutan perampasan harta benda sebagaimana dimaksud
dalam ayat (2) diajukan oleh penuntut umum pada saat
membacakan tuntutannya pada perkara pokok
4. Pembuktian bahwa harta benda sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1) bukan bersal dari tindak pidana korupsi
diajukan oleh terdakwa pada saat membacakan pembelaanya
PEMBUKTIAN TERBALIK DALAM TINDAK
PIDANA KORUPSI BERDASARKAN
UNDANG – UNDANG KORUPSI
5. Hakim wajib membuka persidangan yang khusus untuk
memeriksa pembuktian yang diajukan terdakwa
sebagaimana dimaksud dalam ayat (4).
6. Apabila terdakwa dibebaskan atau dinyatakan lepas dari
segala tuntutan hukum dari perkara pokok, maka tuntutan
perampasan harta benda sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1) dan ayat (2) harus ditolak oleh hakim.
PEMBUKTIAN TERBALIK DALAM TINDAK
PIDANA KORUPSI BERDASARKAN
UNDANG – UNDANG KORUPSI
Pembuktian terbalik merupakan upaya untuk meyakinkan
hakim atas kebenaran dalil – dalil yang diajukan di
persidangan yang tidak hanya dilakukan oleh Penuntut
Umum, melainkan juga oleh Terdakwa maupun kuasa
hukumnya. Pembuktian ini dapat dikatakan extra ordinary
enforcement karena pembuktian ini menyimpang dari Pasal
66 Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana yang berisi
bahwa Terdakwa tidak dibebani beban pembuktian sebagai
perwujudan asas presumption of innocence. Pembuktian
terbalik di Indonesia bersifat terbatas dan berimbang.
Upembuktian Terbalik dalam Undang - Undang Nomor 20
Tahun 2001 tentang Tindak Pidana Korupsi ketentuan
mengenai pembuktian perkara korupsi terdapat dalam Pasal
KESIMPULAN
TERIMAKASIH

More Related Content

Similar to Pembuktian terbalik korupsi

Bab II Pengembalian Kerugian Keuangan Negara TP Korupsi tdk hapuskan pidana
Bab II Pengembalian Kerugian Keuangan Negara TP Korupsi tdk hapuskan pidanaBab II Pengembalian Kerugian Keuangan Negara TP Korupsi tdk hapuskan pidana
Bab II Pengembalian Kerugian Keuangan Negara TP Korupsi tdk hapuskan pidanaAndy Susanto
 
Kb 1b bentuk-korupsi-1
Kb 1b bentuk-korupsi-1Kb 1b bentuk-korupsi-1
Kb 1b bentuk-korupsi-1Imam Sarwo Edi
 
Presentasi seminar money laundering
Presentasi seminar money launderingPresentasi seminar money laundering
Presentasi seminar money launderingTri Pamungkas
 
Materi Nefa Claudia Meliala - Eksaminasi Putusan Pinangki Sirna Malasari.pptx
Materi Nefa Claudia Meliala - Eksaminasi Putusan Pinangki Sirna Malasari.pptxMateri Nefa Claudia Meliala - Eksaminasi Putusan Pinangki Sirna Malasari.pptx
Materi Nefa Claudia Meliala - Eksaminasi Putusan Pinangki Sirna Malasari.pptxSpotterVarious
 
UAS HUKUM PERADILAN HAM (Fenti Anita Sari)
UAS HUKUM PERADILAN HAM (Fenti Anita Sari)UAS HUKUM PERADILAN HAM (Fenti Anita Sari)
UAS HUKUM PERADILAN HAM (Fenti Anita Sari)Fenti Anita Sari
 
Tindak pidana korupsi 03 71
Tindak pidana korupsi 03 71Tindak pidana korupsi 03 71
Tindak pidana korupsi 03 71mapjmakassar
 
Hukum Acara Pidana 2.ppt
Hukum Acara Pidana 2.pptHukum Acara Pidana 2.ppt
Hukum Acara Pidana 2.pptahmadreynld23
 
Pendidikan anti korupsi - Hukum formil tindak pidana korupsi (Idik Saeful Bahri)
Pendidikan anti korupsi - Hukum formil tindak pidana korupsi (Idik Saeful Bahri)Pendidikan anti korupsi - Hukum formil tindak pidana korupsi (Idik Saeful Bahri)
Pendidikan anti korupsi - Hukum formil tindak pidana korupsi (Idik Saeful Bahri)Idik Saeful Bahri
 
Percepatan anti korupsi
Percepatan anti korupsiPercepatan anti korupsi
Percepatan anti korupsihadiarnowo
 
Uu nomor 30 tahun 2002 tentang komisi pemberantasan tindak p
Uu nomor 30 tahun 2002 tentang komisi pemberantasan tindak pUu nomor 30 tahun 2002 tentang komisi pemberantasan tindak p
Uu nomor 30 tahun 2002 tentang komisi pemberantasan tindak pIndonesia Anti Corruption Forum
 
Hukum pidana bagian II
Hukum pidana bagian IIHukum pidana bagian II
Hukum pidana bagian IIyahyaanto
 
PPT-HUKUM-PIDANA-1 (3).pptx
PPT-HUKUM-PIDANA-1 (3).pptxPPT-HUKUM-PIDANA-1 (3).pptx
PPT-HUKUM-PIDANA-1 (3).pptxPuputDachi
 
Tugas Pendidikan Anti Korupsi kelompok 7
Tugas Pendidikan Anti Korupsi kelompok 7Tugas Pendidikan Anti Korupsi kelompok 7
Tugas Pendidikan Anti Korupsi kelompok 7MonicaRantePasang
 

Similar to Pembuktian terbalik korupsi (20)

Bab II Pengembalian Kerugian Keuangan Negara TP Korupsi tdk hapuskan pidana
Bab II Pengembalian Kerugian Keuangan Negara TP Korupsi tdk hapuskan pidanaBab II Pengembalian Kerugian Keuangan Negara TP Korupsi tdk hapuskan pidana
Bab II Pengembalian Kerugian Keuangan Negara TP Korupsi tdk hapuskan pidana
 
Kb 1b bentuk-korupsi-1
Kb 1b bentuk-korupsi-1Kb 1b bentuk-korupsi-1
Kb 1b bentuk-korupsi-1
 
Presentasi seminar money laundering
Presentasi seminar money launderingPresentasi seminar money laundering
Presentasi seminar money laundering
 
Tindak pidana di bidang perpajakan
Tindak pidana di bidang perpajakanTindak pidana di bidang perpajakan
Tindak pidana di bidang perpajakan
 
Kumpulan Hasil Legal Anotasi oleh Eksaminator
Kumpulan Hasil Legal Anotasi oleh EksaminatorKumpulan Hasil Legal Anotasi oleh Eksaminator
Kumpulan Hasil Legal Anotasi oleh Eksaminator
 
Materi Nefa Claudia Meliala - Eksaminasi Putusan Pinangki Sirna Malasari.pptx
Materi Nefa Claudia Meliala - Eksaminasi Putusan Pinangki Sirna Malasari.pptxMateri Nefa Claudia Meliala - Eksaminasi Putusan Pinangki Sirna Malasari.pptx
Materi Nefa Claudia Meliala - Eksaminasi Putusan Pinangki Sirna Malasari.pptx
 
Hasil Pemantauan Kejaksaan Periode 2003-2004
Hasil Pemantauan Kejaksaan Periode 2003-2004Hasil Pemantauan Kejaksaan Periode 2003-2004
Hasil Pemantauan Kejaksaan Periode 2003-2004
 
KUHAP.ppt
KUHAP.pptKUHAP.ppt
KUHAP.ppt
 
UAS HUKUM PERADILAN HAM (Fenti Anita Sari)
UAS HUKUM PERADILAN HAM (Fenti Anita Sari)UAS HUKUM PERADILAN HAM (Fenti Anita Sari)
UAS HUKUM PERADILAN HAM (Fenti Anita Sari)
 
Tindak pidana korupsi 03 71
Tindak pidana korupsi 03 71Tindak pidana korupsi 03 71
Tindak pidana korupsi 03 71
 
Surat dakwaan
Surat dakwaanSurat dakwaan
Surat dakwaan
 
Hukum Acara Pidana 2.ppt
Hukum Acara Pidana 2.pptHukum Acara Pidana 2.ppt
Hukum Acara Pidana 2.ppt
 
Pendidikan anti korupsi - Hukum formil tindak pidana korupsi (Idik Saeful Bahri)
Pendidikan anti korupsi - Hukum formil tindak pidana korupsi (Idik Saeful Bahri)Pendidikan anti korupsi - Hukum formil tindak pidana korupsi (Idik Saeful Bahri)
Pendidikan anti korupsi - Hukum formil tindak pidana korupsi (Idik Saeful Bahri)
 
Percepatan anti korupsi
Percepatan anti korupsiPercepatan anti korupsi
Percepatan anti korupsi
 
Uu302002
Uu302002Uu302002
Uu302002
 
Uu nomor 30 tahun 2002 tentang komisi pemberantasan tindak p
Uu nomor 30 tahun 2002 tentang komisi pemberantasan tindak pUu nomor 30 tahun 2002 tentang komisi pemberantasan tindak p
Uu nomor 30 tahun 2002 tentang komisi pemberantasan tindak p
 
UU NO 30 TAHUN 2002
UU NO 30 TAHUN 2002 UU NO 30 TAHUN 2002
UU NO 30 TAHUN 2002
 
Hukum pidana bagian II
Hukum pidana bagian IIHukum pidana bagian II
Hukum pidana bagian II
 
PPT-HUKUM-PIDANA-1 (3).pptx
PPT-HUKUM-PIDANA-1 (3).pptxPPT-HUKUM-PIDANA-1 (3).pptx
PPT-HUKUM-PIDANA-1 (3).pptx
 
Tugas Pendidikan Anti Korupsi kelompok 7
Tugas Pendidikan Anti Korupsi kelompok 7Tugas Pendidikan Anti Korupsi kelompok 7
Tugas Pendidikan Anti Korupsi kelompok 7
 

Recently uploaded

Kelompok 2 Sistem Pemerintahan Pra dan Pasca Amandemen UUD.pptx
Kelompok 2 Sistem Pemerintahan Pra dan Pasca Amandemen UUD.pptxKelompok 2 Sistem Pemerintahan Pra dan Pasca Amandemen UUD.pptx
Kelompok 2 Sistem Pemerintahan Pra dan Pasca Amandemen UUD.pptxbinsar17
 
20230812 - DSLA - Perbandingan KUHP Lama dan Baru.pptx
20230812 - DSLA - Perbandingan KUHP Lama dan Baru.pptx20230812 - DSLA - Perbandingan KUHP Lama dan Baru.pptx
20230812 - DSLA - Perbandingan KUHP Lama dan Baru.pptxahmadrievzqy
 
Slaid Transkrip Temuramah 2 (Falsafah Dalam Kehidupan) (1).pptx
Slaid Transkrip Temuramah 2 (Falsafah Dalam Kehidupan) (1).pptxSlaid Transkrip Temuramah 2 (Falsafah Dalam Kehidupan) (1).pptx
Slaid Transkrip Temuramah 2 (Falsafah Dalam Kehidupan) (1).pptxkhairunnizamRahman1
 
pembahasan mengenai otonomi daerah yang diuraikan dengan ppt
pembahasan mengenai otonomi daerah yang diuraikan dengan pptpembahasan mengenai otonomi daerah yang diuraikan dengan ppt
pembahasan mengenai otonomi daerah yang diuraikan dengan pptJhonatanMuram
 
Kel.5 PPT Hukum Administrasi Negara.pptx
Kel.5 PPT Hukum Administrasi Negara.pptxKel.5 PPT Hukum Administrasi Negara.pptx
Kel.5 PPT Hukum Administrasi Negara.pptxFeniannisa
 
Sistem norma hukum Bab IV dan Bab V.pptx
Sistem norma hukum Bab IV dan Bab V.pptxSistem norma hukum Bab IV dan Bab V.pptx
Sistem norma hukum Bab IV dan Bab V.pptxFucekBoy5
 

Recently uploaded (6)

Kelompok 2 Sistem Pemerintahan Pra dan Pasca Amandemen UUD.pptx
Kelompok 2 Sistem Pemerintahan Pra dan Pasca Amandemen UUD.pptxKelompok 2 Sistem Pemerintahan Pra dan Pasca Amandemen UUD.pptx
Kelompok 2 Sistem Pemerintahan Pra dan Pasca Amandemen UUD.pptx
 
20230812 - DSLA - Perbandingan KUHP Lama dan Baru.pptx
20230812 - DSLA - Perbandingan KUHP Lama dan Baru.pptx20230812 - DSLA - Perbandingan KUHP Lama dan Baru.pptx
20230812 - DSLA - Perbandingan KUHP Lama dan Baru.pptx
 
Slaid Transkrip Temuramah 2 (Falsafah Dalam Kehidupan) (1).pptx
Slaid Transkrip Temuramah 2 (Falsafah Dalam Kehidupan) (1).pptxSlaid Transkrip Temuramah 2 (Falsafah Dalam Kehidupan) (1).pptx
Slaid Transkrip Temuramah 2 (Falsafah Dalam Kehidupan) (1).pptx
 
pembahasan mengenai otonomi daerah yang diuraikan dengan ppt
pembahasan mengenai otonomi daerah yang diuraikan dengan pptpembahasan mengenai otonomi daerah yang diuraikan dengan ppt
pembahasan mengenai otonomi daerah yang diuraikan dengan ppt
 
Kel.5 PPT Hukum Administrasi Negara.pptx
Kel.5 PPT Hukum Administrasi Negara.pptxKel.5 PPT Hukum Administrasi Negara.pptx
Kel.5 PPT Hukum Administrasi Negara.pptx
 
Sistem norma hukum Bab IV dan Bab V.pptx
Sistem norma hukum Bab IV dan Bab V.pptxSistem norma hukum Bab IV dan Bab V.pptx
Sistem norma hukum Bab IV dan Bab V.pptx
 

Pembuktian terbalik korupsi

  • 1. HUKUM PEMBUKTIAN PEMBUKTIAN TERBALIK TINDAK PIDANA KORUPSI BERDASARKAN UNDANG – UNDANG KORUPSI
  • 2. KELOMPOK I NAMAANGGOTA: MUHAMMAD FATKHU RIZAL SOFAN FITRI 191010200391 ANGGA SAPUTRA 191010200436 ARMAN APRIYADI 191010200370 MOCH. HAIKAL 191010200348
  • 3. LATAR BELAKANG Salah Satu fenomena sosial di Indonesia adalah semakin banyaknya terjadi kasus tindak pidana korupsi. Fenomena korupsi telah menimbulkan ketidakpercayaan publik terhadap hukum dan sistem peradilan pidana. Adapun bentuk tindak pidana korupsi yaitu berupa perbuatan yang dapat merugikan keuangan negara, suap menyuap, penggelapan dalam jabatan, pemerasan, perbuatan curang, benturan kepentingan dalam pengadaan dan gratifikasi. Dalam penegakan hukum khususnya tindak pidana korupsi pembuktian merupakan masalah yang memegang peranan paling penting dalam proses pengungkapan tindak pidana korupsi di persidangan. Pemeriksaan di persidangan akan terungkap fakta-fakta yang menentukan bahwa seseorang
  • 4. RUMUSAN MASALAH 1. Apa yang dimaksud pembuktian ? 2. Bagaimana pembuktian terbalik dalam tindak pidana korupsi berdasarkan undang – undang korupsi ?
  • 5. TEORI Bambang Poernomo menyatakan, hukum pembuktian adalah keseluruhan aturan hukum atau peraturan undang - undang mengenai kegiatan untuk rekontruksi suatu kenyataan yang benar dari setiap kejadian masa lalu yang relevan dengan persangkaan terhadap orang yang diduga melakukan perbuatan pidana dan pengesahan setiap sarana bukti menurut ketentuan hukum yang berlaku untuk kepentingan peradilan dalam perkara pidana Romli Atmasasmita, menjelaskan asas pembalikan beban pembuktian bertujuan untuk merampas harta kekayaan yang diduga berasal dari korupsi melalui civil recovery tidak merupakan pelanggaran HAM tersangka, karena yang harus dibuktikan adalah asal – usul harta kekayaannya dimana
  • 6. PEMBUKTIAN TERBALIK Pembuktian merupakan bagian yang terpenting dari keseluruhan proses pemeriksaaan perkara dalam persidangan di pengadilan, baik perkara pidana maupun perdata karena dari sinilah akan ditarik suatu kesimpulan yang dapat mempengaruhi keyakinan hakim dalam menilai perkara yang diajukan. Hakim memberikan putusanya berdasarkan atas penilaianya terhadap pembuktian. Adapun tujuan dari pembuktian adalah untuk mencari dan menempatkan kebenaran materiil dan bukanlah untuk mencari kesalahan orang lain. Secara universal beberapa asas penting dalam hukum pidana yang berkait erat dengan ketentuan pembuktian adalah asas legalitas (nullum delictum nulla poena sine praevia legi poenali) merupakan asas berasal dari Von Feurbach sarjana hukum pidana Jerman (1775- 1833). Pada dasarnya asas legalitas diatur dalam ketentuan Pasal 1 ayat (1) KUHP yang berbunyi : “ Tiada suatu peristiwa dapat dipidana selain dari kekuatan
  • 7. Pembuktian terhadap tindak pidana korupsi dilakukan menurut hukum acara pidana umum (KUHAP) dan hukum acara pidana khusus Undang - Undang Nomor 31 Tahun 1999 jo Undang - Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Tindak Pidana Korupsi Pembuktian terbalik merupakan upaya untuk meyakinkan hakim atas kebenaran dalil – dalil yang diajukan di persidangan yang tidak hanya dilakukan oleh Penuntut Umum, melainkan juga oleh Terdakwa maupun kuasa hukumnya. Pembuktian Terbalik merupakan suatu jenis pembuktian yang berbeda dengan hukum acara pidana yang diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana. Jenis pembuktian ini mewajibkan Terdakwa untuk membuktikan bahwa dirinya tidak bersalah atau membuktikan secara negatif (sebaliknya) terhadap dakwaan Penuntut Umum. Walaupun Terdakwa dibebani beban pembuktian tetapi tidak menghapuskan kewajiban Penuntut Umum PEMBUKTIAN TERBALIK
  • 8. Undang – Undang Tindak Pidana Korupsi diatur dalam Undang - Undang Nomor 31 Tahun 1999 jo Undang - Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Tindak Pidana Korupsi. Sistem pembuktian terbalik merupakan pengecualian Hukum Acara Pidana sebagaimana diatur pasal 66 UU Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana yang menganut praduga tak bersalah, yakni tersangka atau terdakwa tidak dibebani kewajiban pembuktian. Selanjutnya, Undang - undang Pembetantansan Tindak Pidana Korupsi Nomor 31 Tahun 1999 yang menggantikannya menganut pembuktian terbalik ‘pura-pura’. Pasal 37 ayat (1) menyatakan, “terdakwa mempunyai hak untuk membuktikan bahwa ia tidak melakukan tindak pidana korupsi.” Penjelasannya, ketentuan ini merupakan suatu penyimpangan dari ketentuan KUHAP yang menentukan bahwa Jaksa yang wajib membuktikan dilakukannya tindak pidana, bukan terdakwa. Menurut ketentuan ini PEMBUKTIAN TERBALIK DALAM TINDAK PIDANA KORUPSI BERDASARKAN UNDANG – UNDANG KORUPSI
  • 9. Undang - Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Tindak Pidana Korupsi ketentuan mengenai pembuktian perkara korupsi terdapat dalam Pasal 12B ayat (1) huruf a dan b, Pasal 37, Pasal 37 A dan Pasal 38B. PASAL 12 B Setiap gratifikasi kepada pegawai negeri atau penyelenggara negara dianggap pemberian suap, apabila berhubungan dengan jabatannya dan yang berlawanan dengan kewajiban atau tugasnya, dengan ketentuan sebagai berikut: a. yang nilainya Rp 10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah) atau lebih, pembuktian bahwa gratifikasi tersebut bukan merupakan suap dilakukan oleh penerima gratifikasi; b. yang nilainya kurang dari Rp 10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah), pembuktian bahwa gratifikasi tersebut suap dilakukan oleh penuntut PEMBUKTIAN TERBALIK DALAM TINDAK PIDANA KORUPSI BERDASARKAN UNDANG – UNDANG KORUPSI
  • 10. ‘’Pasal 37 (1) Terdakwa mempunyai hak untuk membuktikan bahwa ia tidak melakukan tindak pidana korupsi. (2) Dalam hal terdakwa dapat membuktikan bahwa ia tidak melakukan tindak pidana korupsi, maka pembuktian tersebut dipergunakan oleh pengadilan sebagai dasar untuk menyatakan bahwa dakwaan tidak terbukti.” PEMBUKTIAN TERBALIK DALAM TINDAK PIDANA KORUPSI BERDASARKAN UNDANG – UNDANG KORUPSI
  • 11. Pasal 38 A Pembuktian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12B ayat (1) dilakukan pada saat pemeriksaan di sidang pengadilan Pasal 38 B 1. Setiap orang yang didakwa melakukan salah satu tindak pidana korupsi sebagaimana dimaksud Pasal 2, pasal 3, Pasal 4, pasal 13, Pasal 14, Pasal 15 dan pasal 16 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi dan Pasal 5 sampai dengan pasal 12 Undang-Undang ini, wajib membuktikan sebaliknya terhadap harta benda miliknya yang belum didakwakan, tetapi juga diduga berasal dari PEMBUKTIAN TERBALIK DALAM TINDAK PIDANA KORUPSI BERDASARKAN UNDANG – UNDANG KORUPSI
  • 12. 2. Dalam hal terdakwa tidak dapat membuktikan bahwa harta benda sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diperoleh bukan karena tindak pidana korupsi, harta benda tersebut dianggap diperoleh juga dari tindak pidana korupsi dan hakim berwenang memutuskan seluruh atau sebagian harta benda tersebut dirampas untuk negara. 3. Tuntutan perampasan harta benda sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) diajukan oleh penuntut umum pada saat membacakan tuntutannya pada perkara pokok 4. Pembuktian bahwa harta benda sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) bukan bersal dari tindak pidana korupsi diajukan oleh terdakwa pada saat membacakan pembelaanya PEMBUKTIAN TERBALIK DALAM TINDAK PIDANA KORUPSI BERDASARKAN UNDANG – UNDANG KORUPSI
  • 13. 5. Hakim wajib membuka persidangan yang khusus untuk memeriksa pembuktian yang diajukan terdakwa sebagaimana dimaksud dalam ayat (4). 6. Apabila terdakwa dibebaskan atau dinyatakan lepas dari segala tuntutan hukum dari perkara pokok, maka tuntutan perampasan harta benda sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2) harus ditolak oleh hakim. PEMBUKTIAN TERBALIK DALAM TINDAK PIDANA KORUPSI BERDASARKAN UNDANG – UNDANG KORUPSI
  • 14. Pembuktian terbalik merupakan upaya untuk meyakinkan hakim atas kebenaran dalil – dalil yang diajukan di persidangan yang tidak hanya dilakukan oleh Penuntut Umum, melainkan juga oleh Terdakwa maupun kuasa hukumnya. Pembuktian ini dapat dikatakan extra ordinary enforcement karena pembuktian ini menyimpang dari Pasal 66 Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana yang berisi bahwa Terdakwa tidak dibebani beban pembuktian sebagai perwujudan asas presumption of innocence. Pembuktian terbalik di Indonesia bersifat terbatas dan berimbang. Upembuktian Terbalik dalam Undang - Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Tindak Pidana Korupsi ketentuan mengenai pembuktian perkara korupsi terdapat dalam Pasal KESIMPULAN