Dokumen tersebut membahas tentang persepsi bahwa ayah seringkali terlihat cuek terhadap urusan rumah tangga dan anak. Akan tetapi, dokumen menjelaskan bahwa ayah sebenarnya peduli, hanya saja seringkali tidak dilatih untuk terlibat secara aktif sejak kecil. Dokumen memberikan saran agar istri dapat melibatkan suami secara bertahap dan memberikan pujian.
5. Apakah Ayah Beneran Cuek?
• Dalam banyak acara, saya selalu bertanya
kepada peserta yang kebanyakan adalah
perempuan, “Apakah suami cenderung cuek
jika menyangkut urusan rumah?”. Hampir
semua peserta menjawab, IYA.
• Pertanyaannya adalah, apakah beneran cuek?
Atau sebenarnya ada hal lain yang
menyebabkan Ayah jadi cuek?
7. Apakah Ayah Beneran Cuek?
• Ernest Prakasa (Co-Founder AyahASI) bilang begini
di buku Catatan AyahASI, ““Laki-laki bukan tidak
peduli, melainkan tidak sadar bahwa mereka
seharusnya peduli”.
• Jadi kalo ditanya apakah kita peduli sama istri dan
anak kita, ya jawabnya IYA BANGET. Kan itu anak
dan istri kita, pasti lah kita peduli.
• Tapi, kita ga tau caranya untuk menunjukkan
peduli itu. Megang bayi baru lahir aja kita
khawatir jatuh, cara nyebokin yang bener itu
sebenarnya gimana?
9. Ketidakseimbangan Gender
• Dari kecil, tampaknya laki-laki tidak dibesarkan
untuk menjadi seorang Ayah. Tapi lebih disiapkan
untuk menjadi seorang suami yang harus bekerja
keras menafkahi keluarganya.
• Kita tidak pernah diajarkan cara menggendong
anak, cara mencuci baju, cara menucuci piring,
bahkan untuk sekadar berada di dapur saja
seringkali dilarang sama ibu mertua.
• Jadi jangan anggap kita cuek, kalau dari kecil saja
kita tidak disiapkan untuk jadi seorang Ayah.
11. Ketidakseimbangan Gender
• Akibatnya apa? Kita jadi gagap parenting, kita
ga tau harus ngapain begitu anak kita lahir. Iya
kita sayang dan peduli, tapi harus ngapain lagi
buat bantuin istri?
• Karenanya kita menganggap bahwa urusan
rumah jadi bukan tugas kita. Kalau semua
kegiatan rumah sudah dilakukan sama istri, ya
udah kita duduk manis aja kan? Daripada
salah?
14. Musti Gimana Dong?
• Oke, bukan kita ga bisa berubah yah, kita juga
mau kok bantuin istri ngurusin anak dan rumah,
tapi tolong kenali cara berkomunikasi sama kami.
• To The Point. Langsung ngomong aja ke titik
persoalan, ga usah pake bumbu-bumbu cerita biar
kita ga kebanyakan informasi
• In Another Room. Seringkali kita hanya bisa fokus
pada satu hal, jadi kalo kebanyakan perintah, pasti
yang kita dengarkan hanya perintah pertama.
16. Musti Gimana Dong?
• Ego Tinggi. Biasanya agak terpaksa kalau harus
bantuin urusan rumah tangga, tetep dilakukan sih,
tapi jangan dicerewetin yak, itu bikin males. Baru
salah pegang busa cuci piring aja cerewetnya udah
sampe Uganda.
• Self Learner. Kami cenderung tidak mau diajarin,
apalagi sama istri..haha..kami lebih suka belajar
sendiri dan mengamati.
• Leave Me Alone. Jadi, biarkan kami menikmati
dan menemukan caranya sendiri ketika harus
membantu istri di rumah.
18. Musti Gimana Dong?
• Contoh: Mandiin anak itu buat suami adalah
main air, tapi buat istri, mandi adalah upaya
terstruktur yang dalam implementasinya harus
mengikuti Anggaran Dasar dan Anggaran
Rumah Tangga urusan Kebersihan Tubuh, buat
istri, mandi itu harus banget mengikuti
langkah-langkah yang baku. Buat suami, mandi
itu jadi hal sederhana, pokoknya ujungnya
anak kering, wangi dan bersih. Udah gitu aja,
ga perlu pake SOP segala.
21. Cara Melibatkan Suami?
• Bertahap. Jika mau kita bantuin istri, libatkan
kami secara bertahap. Misalnya, pas mandiin
anak, minta suami untuk pegangin anaknya
dulu, besoknya minta pegangin dan bantuin
sabunin anak, begitu seterusnya hingga semua
tahapan diikuti dengan benar. Ga usah
dicerewetin dulu, tapi biarkan kita mengamati
dan mengalaminya sendiri
23. Cara Melibatkan Suami?
• Kasih Pujian. Udah diajarin dan dilibatkan secara
bertahap masih salah juga? Ya namanya kita baru
belajar kan, yang penting kan kita mau mencoba,
ya kan? Jadi tolong kasih kita pujian, misalnya
begini,” Aduuh ayah, makasih yah udah mandiin
adek, aku seneng deh..eh tapi besok-besok
bajunya jangan terbalik yaaah”
• Gituu loh, jadi jangan dicerewetin dulu yah.
hahaha
25. Merencanakan Kehamilan
• Pilih Kontrasepsi; seringkali penggunaan kontrasepsi hanya
berfokus pada perempuan, padahal laki-laki juga bisa
menggunakannya. Bicarakan dengan pasangan soal pemilihan
kontrasepsi ini
• Siapkan Dana; bagaimanapun, perencanaan kehamilan juga
harus memikirkan dana untuk kehamilan berikutnya dan
pendidikan anak, hitung sedini mungkin kapan sebaiknya hamil
lagi dan kapan harus mulai nabung
• Berbagi Peran; ketika ada anak yang kedua, bicarakan
bagaimana pembagian perannya, seringkali kita fokus pada
anak kedua sehingga anak pertama merasa tidak diperhatikan
lagi
Editor's Notes
Contoh: beliin pembalut yang kecil, roti tawar dan koyo