SlideShare a Scribd company logo
1 of 7
Trip to Prambanan Berbuah Manis
Rencana tak berjalan semestinya…..

Jam 7.45 menit, mundur sesuai jadwal saya. Rencana tidak karuan lagi bahkan tidak sesuai
dengan rencana awal. Pagi itu, aku telambat bangun kemudian menyelesaikan tugas-tugas di pondok.
Lagi-lagi jam sudah menunjukkan 8.59, saya pun bergegas siap untuk berangkat menjalankan rencana
awal saya ke Keraton dengan rute Keraton-Benteng Vredeburg-Taman Sari dan terakhir di Masjid Agung.
Tapi saya merasakan tidak enak dengan kondisi saat ini, beneeerrrr sekaliii. Perut saya sudah tidak bisa
diajak kompromi lagi, karena seharian kemarennya tidak makan nasi. Semangat saya hampir surut
karena hanya sepiring nasi saja.
Siang menjelang siang, pikiranku sudah tak karuan, sepertinya hidup ini hanya ada 2 pilihan, pertama
makan dulu tapi nanti ketinggalan bus seiring waktu terus berjalan. Kedua, berangkat tetapi dengan
perut yang kosong sungguh mengganggu perjalanan nanti takutnya terserang maag meski belum pernah
maag, Alhamdulillah… Jangan sampai pokoknya, itu wajib. Karena saya punya orang yang terkena maag
itu ternyata ngeri sekali kalau mendengar ceritanya. Aduuhh ceritanya ngalor ngidul jadinya... Aku
putuskan pilihan yang pertama, karena saya sudah sangat lapar. Ku cari burjonan di sepanjang jalan
menuju shelter Monjali, ternyata ada satu tapi tutup terus saya jalan ke utara dan ada perempatan
bangjo itu aku ke timur, bener ada satu burjo Coffeemix namanya. Kulihat yang jaga disitu ada sepasang
pemuda pemudi, tapi tetap saya yakinkan itu adalah pasangan suami istri yang mengadu nasib dengan
cara buka burjo atau apalah, “gumamku. Saya pesan mie rebus dengan telor dan es teh, dan ada pisang
goring plus bakwan yang dihidangkan di nampan sama seperti burjo yang lain dalam hal penyajiannya.
Sambil menunggu pesanan, saya coba sms ke teman saya yang lagi di kampus dan katanya tinggal hari
rabu dia terakhir UTS nya, asyik banget rasanya dan sepertinya semangat saya pun bangkit kembali.
Ketemu di shelter De Brito….
“Mesthy, udah selesai belum ujiannya?”, sms ku. Nama aslinya adalah Diah Pramesthy. Dia lahir di
Brebes, 14 April 1995. Dia mengambil jurusan BKI, Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Kalijaga.
Sebentar saja pesanannya datang, “niki mas mienipun sampun mateng”, katanya (sambil senyum).
“Duuhhh anggun sekali” caranya melayani konsumen yang lagi kelaparan (ketawa dalam hati tapi
akhirnya saya juga tersenyum gede dalam hati). Mau tau kenapa? Pertama, mereka berdua menurut
saya mungkin baru buka warung di jalan itu, karena selama ini saya tidak melihat warung kecil di jalan
ringroad utara sebelah kiri selain Rumah Makan Masakan Padang. Kedua, telah saya jelaskan di atas
saya beranggapan mereka adalah pasangan yang masih berumur muda, jadi terlihat sekali cirri-cirinya.
Ketiga, bahasa yang digunakan mereka addalahmenunjukkan keduanya orang jawa kluthuk mungkin
juga orang Jogja asli. Sudah habis dilahap oleh orang yang tak kenal kompromi ini ketika lapar, saya pun
bergegas dan memanggil salah satunya. “Mbak, berapa ya? gorengan 2, mie 1, es teh dan pisangnya 1
mbak?”. “Jadi totalnya 10000 mas”, “astaghfirullah banyak sekali” (pikirku sambil tersenyum dalam
hati), tidak biasanya sampai segini keluar uangku.
15 menit, sms ku dibales olehnya. “Uda mas”, sms yang cukup menggetarkan dunia (bisa jadi). Ku bales
lagi “tunggu saya di gerbang masuk sebelah utara tepatnya di kampus barat deket lampu merah”. Dua
menit kemudian di bales “iya mas, berapa jam mas”. Ada nada ngledek nii pikirku. Ku bales saja “20an
menit, sanggup?” (tersenyum dalam hati). Tak berapa lama Trans Jogja (Tj) pun datang yang ke arah
shelter De Brito. Dan jawabannya “iya mas”. Dua kata yang sangat saya benci ketika seseorang
membalas jawaban lewat sms. “Ya sudah positif saja” dalam hati.
Kurang lebih jam 9.57, saya sampai dan bener orang ini bisa dipercaya. Bukti saya tanya dengan nada
nyindir begini, “buk sudah berapa lama nungguin saya?” dia bales “udah 3 jam mas”, spertinya dia tahu
kalau saya nyindir dia. Ok, lanjut saja ke rencana awal kita ke rute awal yang sudah saya jadwal. Tapi
orangnya menolak, dia maunya ke Prambanan. Hal yang ditunggu-tunggu pun Insya Allah kesampaian.
Bagaimana coba, 2,5 tahun di jogja tidak keliling kemanapun terlebih ke Prambanan yang bisa dijangkau
pake Tj dan hanya membayar 3000 tidaklah mahal dan ide yang bagus menurutku. “Ya sudah”, jawabku.
Menuruti kamauan orang lain juga tidak bisa dipungkiri rasa sedikit kecewanya. Tapi ada baiknya juga,
karena ya tadi saya sudah 2,5 tahun di jogja tidak dapat apa-apa rasanya. Apalagi karakter saya adalah
sejarawan, karena saya hobi meneliti materi-materi kesejarawanan. Dan saya anggap ini adalah
kesempatan yang tidak bisa diulang kembali, saya menyetujui usul dan pendapatnya. Tanpa pikir
panjang saya dan dia ke shelter De Brito tadi, saya yang nyesel baru turun dari shelter ini, dan belum ada
10 menit udah naik lagi, bayar lagi. Tapi kali ini uda mantap kita ke Prambanan. Di jalan sayapun mulai
berpikir rencana apa yang saya lakukan nanti di Prambanan dan agak berat ternyata ketika berjalan
hanya berdua dengan gadis yang belum jadi muhrim, sungguh ini adalah pengalaman saya pertama kali.
Dan ini menjadikan sebuah kenangan tersendiri, eeiittss jangan berpikir macam-macam loo tentang
yang satu ini, karena saya orangnya tidak kaku seperti biasanya ketika saya suka sama seseorang saya
mendadak salting (gaul language). Herannya saya juga tidak ada menaruh curiga atau rasa-rasa yang
lain. Yang ada hanya yaa biasa-biasa sajaalah tidak lebih dari sekadar teman seperjuangan se-sejarawan
dan se-lainnya juga boleh (tersenyum)…. Lagi, sebagai orang yang mungkin bisa dibilang “cupu”, saya
sempat cemas juga diperjalanan dan berpikir “kok gak sampai-sampai yaa” (merenung sambil mengusap
keringat), dan sama saya di jalan terkena penyakit salting juga akhirnya. La saya bawa seseorang gadis
lagi, lain halnya jika saya bawa teman laki-laki bakal fresh di jalan. Memang di dalam Tj ada AC nya, tapi
yang membuat saya tidak tahan adalah pengharumnya, itu membuat saya mual-mual. Dan bener sampai
di terminal Prambanan, saya tidak kuat saya cari tempat buat muntahanku. Rasanya lemaass sekali, dan
herannya kenapa saya malah tertantang ketika naik Tj, mungkin saya tertantangnya bukan karena
melawan pengharumnya, tapi penyakit saya adalah penyakit alergi terhadap pengharum yang tidak saya
bisa deteksi, bau harum apakah itu? Dan apa bahannya?.
Orang pertama masuk Prambanan…

Kami bersikap biasa-biasa saja setelah sampai di terminal. Baik saya maupun dia tidak tau arah
kemana lagi harus ke Prambanannya. Saya coba tanya ke salah satu andong, “maaf Pak, arah ke candi
Prambanan lewat mana ya Pak? (nada mengiba).
“oh mau ke Prambanan ya Mas?”, lampu merah tadi ke timur lurus sekitar 1,5 km nanti ketemu bangjo
lagi, belok kiri ya Mas.” Jawabnya (sambil mencoba menawar jasanya) “naik andong saja Mas, berdua
20000 dah”, jasanya. Ooh njeh Pak, matursuwun sanget keranten niki kalih mlampah-mlampah lan
supados pengalaman njeh mlampah mawon” jawab saya sekenanya.
Eits, saya lupa bawa teman cewek. Saya Tanya aja ke orangnya, “eheemm rasanya seperti di khayangan
yaah ada bidadari yang cantik putih dan imut”, (nada canda). Balesannya apa coba? Singkat padat gak
jelas, “gombal” (sambil berjalan terus), sementara saya bingung sendiri. Lagi, Mesthy mungkin menurut
saya cantik, ngerti saya dan yaa cerdas juga plus kritis banget. Tapi itu semua tidak berpengaruh pada
diri saya. Ketika saya berbicara saya juga kena kritikan darinya dan membuat saya sedikit terenyuh,
karena baru kali ini saya bertemu dengan orang, ketika diajak ngobrol kritis banget. Seketika saja
keheningan itu pudar akibat suara klakson bus lewat. Dan saya sadar, saya kesini bukan untuk
bersenang-senang tapi untuk mempelajari dan ingin sekali menjadi penulis ketika saya ngomong ke
seseorang teman saya. Saya bulatkan tekad saya, dan saya selalu berfikir tentang penulis itu tidak hanya
menulis, buktinya penulis juga bisa jadi pebisnis nantinya. Wallahu A’lam
Arsitektur Masjid Al Muttaqun….

Jam menunjukkan 11.50, suara adzan di masjid raya Al Muttaqun, dan untuk pertama kalinya saya kesini
saya melihat masjid dari luar terlihat megah bagi ukuran orang desa yang masuk kota pertama kali. Dan
ternyata benar, sayaberanjak mencari tempat wudhu dan terheran-heran, dalam benak saya mungkin
karena saya suka ke mesjid kali yaa, jadi sampai seperti inikah kekaguman saya tentang mesjid, karena
apa Zaman Rasullullah saja bangunan yang pertama kali yang dibuat adalah Masjid, namanya Masjid
Quba. Subhanallah, hatipun terpanggil untuk bermunajat di dalamnya.
Suara adzan tidak jauh berbeda seperti yang pernh saya dengar dari pengajiannya Ust Kyai Anwar Zahid
yang berdomisili di kota Bojonegoro. Ternyata suara kakek-kakek yang mulai renta dimakan usia.
Pertanyaan saya adalah anak pemuda disini ada yang belajar agama tidak ya? Cukup mengherankan
saya, ingin meneliti suatu hari nanti tapi jenjang yang saya duduki ini adalah D3 bukan S1, seketika
membuat hati saya surut. Tapi lamunan pikiran saya pecah karena senyuman dari teman saya tadi yang
mempersilahkan saya masuk serta menawarkan tas saya untuk dititipkan kepadanya. Karena saya
anggap dia adalah karib yang paling dekat, saya serahkan semuanya kepadanya dan pas waktu itupun
dia lagi berhalangan. Saya bergegas mengikuti petunjuk arah tempat dimana kami mengambil air
wudhu.
Setelah wudhu saya naik keatas karena sesuai dari petunjuk yang saya dapat untuk mengerjakan shalat
di lantai 2, sungguh menakjubkkan pemandangan sekitarnya. Dan tak kalah indahnya masjid ini
posisinya pun menurut saya sangat ideal untuk beristirahat, bermunajat kepada Sang Khalik.
Subhanallah, di dalam masjid pun, terdapat nama-nama para ulama dan shahabat. Tidak jelas kenapa
harus di beri tulisan-tulisan tokoh pemuka agama bahkan shahabat nabi. Tetapi ada yang menjadi
janggalan di hati dan dalam pikiran saya, kenapa nama “Allah” dan “Muhammad” pun tidak ada. Di tiang
bangunan bagian atas terdapat tulisan “Al Faatiha”, apa arti tulisan ini? Pikiranku semakin menjadi
ketika menunaikan shalat, jelas shalat saya tidak khusyu’. Kenapa? Yaa kita ambil saja ceritanya sahabat
Ali yang diuji kekhusyu’annya oleh Nabi Muhammad SAW, dia bahkan orang yang paling khusyu’
sedunia. Ketika diuji oleh Nabi, dia sendiri merasa tidak kuat. Karena dia teringat dengan tawaran Nabi,
jadi kalau orang seperti saya jelas tidak khusyu’nya….. Saya ingin sekali menanyakan tentang filosofi dan
sejarah berdirinya masjid ini. Tapi saya urungkan niat saya, lain kali juga msih ada waktu dan itu butuh
ilmu yang cukup luas untuk meneliti sebuah bangunan yang mempunyai sejarah panjang. Oleh karena
itu, saya mengajak gadis cantik tadi melanjutkan ke Prambanan bahkan dia sempat mengucapkan
kalimat seperti ini, “saya ingin menginap di candi itu” dengan nada candanya. Saya hanya tersenyum
saja ketika mendengarkan dan mengamini saja. Amiiin…
Aku tahu persis wajahnya, kalau dia merasa lapar dan tidak berani mengajak saya atau
memberitahu saya kalau dia lapar. Saya sengaja tidak bertanya tapi menawarkan kepadanya, “mau
makan dimana?” suatu hal yang mungkin saya belum lontarkan kepada seorang cewek pun yang pernah
saya temui. Dan itulah saya merasa hari itu juga waktu itu juga saya merasakan hal yang sangat konyol,
berdua jalan bareng tanpa rasa malu, tapi tujuan utama kami adalah ke candinya, bukan menuju
perasaan.
Warung Sederhana, namanya. Di diami oleh pasangan yang belum kami kenal, bahkan asing. Jelas sekali
dalam menu santapnya, hidangan di mejanya dan orangnya pun sungguh asing sekali dan panas dalam
ruangan itu. Hujan sebelumnya sudah turun dari perjalanan menuju terminal, tetapi kami melangkah
dengan yakin Allah itu ada, dan mengatur segala rencananya untuk kami bisa sampai di prambanan.
Sepertinya Allah pun mengetahui maksud kami ke Candi. Saya mempunyai kesimpulan seperti ini,
pertama saya tidak jadi ke keraton karena kondisi jalan disana ramai, dan penuh sesak jadi yaa tidak jadi
karena saya bawa teman gadis, yang mungkin kesemsem dengan prambanan. Kedua, karena dorongan
dari diri saya sendiri yaitu sebagai sejarawan, walaupun sudah tes dimana-mana tidak diterima tidak
juga menyurutkan karakter saya sebagai “sejarawan sejati”. Ketiga, karena ada pertolongan dari Allah
untuk jalan-jalan ke Prambanan dan itu salah satu impian saya. Terima Kasih ya Allah, Alhamdulillah…..
Balik ke warung tadi, warungnya tidak cukup terkenal tapi ramai oleh tetangga dekatnya. Lagi-lagi
masakannya tidak seperti yang saya rasakan, tapi cukuplah untuk mengganjal perutku. Sebagai pemikir,
saya berdiskusi tentang makanan yang ada di warung ini. Semuanya sederhana banget, sama seperti
nama warungnya. Saya memulai pembicaraan kepadanya, karena saya lihat dan pandangi terus
wajahnya memerah. Sulit ditebak, saya merasa bodoh dalam hal seperti ini. Sejujurnya, saya juga baru
kali ini melihatnya, dan waahh dinamis sekali dalam hal makan.
Ternyata dia tidak memakannya, saya bertanya “kenapa Mes, kok tidak dimakan?”.
“anu mas, saya tidak makan daging sayurpun tidak” jawabnya. Saya berusaha untuk menebaknya
kenapa dia tidak makan daging, “kamu punya darah tinggi ya”, “bukan mas, tapi dari keterangan dokter
bahwa saya mengidap penyakit maag pada tahap “akut” jawab dia dengan penjelasan yang jelas.
Bahkan katanya “maag itu ada tingkatan mas. Pertama, maag tahap ringan yang tidak terlalu bahaya
artinya tidak sampai merusak dinding lambung. Kedua, maag tahap akut merupakan maag yang bahaya
tapi sedikit mengikis lambung. Ketiga, maag tahap kronis, jenis maag yang bisa merusak lambung
bahkan merobek dinding lambung”. Disebutkan kembali, dia tidak makan segala macem daging, sayur
yang tidak berkuah dan hanya boleh makan telor serta sayur yang berkuah, jika tidak sama halnya saya
menyakiti diri saya sendiri”. Astaghfirullah, mendengar penjelasannya membuat saya jadi gemetar,
sehabis disambar petir, dan bersalah karena saya membawanya ke makanan yang berbau daging,
apalagi daging sapi. Jujur saja saya merasa bersalah. Saya ingin mengajak dia kembali dalam kesempatan
yang lain lagi bahkan saya berjanji untuk yang lebih waah dari perjalanan ini.
Saat kami makan, hujan turun sekitar 2 jam, jadi saya masuk ke Prambanan jam 2.15. kami mengikuti
petunjuk arah masuk dan sesekali kami bertanya kepada petugas keamanan. Dan akhirnya sampai juga
di Loket Umum, maksudnya tempat para wisatawan membeli loket disini tempatnya.
Saya coba bertanya kepada salah satu petugas loket, “mas masuk ke candi berapa ya?”
30000 untuk satu orang dan 45000 untuk paket dari Prambanan-Ratu Boko”. Sebenernya saya sudah
baca kalau harga tiket itu sebesar itu, tapi untuk tidak terkecoh alias berhati-hati saya beranikan diri
untuk bertanya. Saya putuskan untuk keliling Candi saja menimbang kami berdua juga tidak berencana
kesini, dan kami kesini untuk melepas akhir UTS ini.
Terjerat dalam hujan….

Awalnya kami sewa payung 1 untuk berdua karena usul dari kami untuk menghemat
pengeluaran, setelah dipikir-pikir kami sadar bahwa yang kami lakukan keliru berbau salah. Karena kami
bukan siapa-siapa dan sebagai turis lokal yang belum bisa dikatakan muhrim. Jadi kami berdua putuskan
untuk menyewa payung sendiri-sendiri. Kami mondar mandir mencari pintu masuk ke candi utama,
sampai di pintu masuk saya terheran-heran, “kok ada satpamnya siih?” kesalku pada Mesthy. Hujan
mereda meski masih rintik-rintik kami pun mulai berkeliling dan berpikir kamilah yang pertama
mengelilingi Prambanan itu, padahal tidak. Yang kami lakukan ya hanya berpose, mengambil gambar
yang kita anggap penting saja. Dan kami juga tidak lupa mencatat sedikit candi yang ada di kawasan local
pertama. Yang saya catat Candi Brahma, Candi Wishnu, Candi Siwa, Cadi Apit, dan CandI Kelir. Setelah
cukup berputar-putar, kami menyempatkan masuk ke dalam Candi Siwa. Di sana terlihat “orang-orang
setiap masuk kok pakek topi buruh ya, ada apa ya”. Merasa lucu saja ketika melihat orang-orang pakai
topi itu. Lagi-lagi sejarawan saya bergejolak, “kenapa harus sampai seperti itu dan apakah ada sangkut
pautnya dalam pembangunan candi Siwa ini pada masa sejarah berdirinya?”. Sama halnya dengan
masjid yang saya gunakan untuk beribadah, kenapa arsitekturnya seperti itu? “Dimana asma Allah dan
dimana nama Nabi kita, dan kenapa hanya nama para ulama yang terpampang jelas di dinding atas?”.
Saya tertarik nanti untuk bermunajat serta bertanya-tanya sedikit tentang hal itu, tapi perihal saya tidak
kesampaian, karena saya membawa seorang gadis. Itu inti pertama saya kenapa saya tidak jadi
bertanya-tanya baik orang yang ada di mesjid maupun guide yang ada di wisata ini tetapi saya
mengubah ke bentuk liburan. Setelah cukup saya berputar-putar jam menunjukkan 4.15, tidak terasa
saya berkeliling bersamanya selama 2 jam tidak lebih dan tidak kurang, dan dia mengajak saya pulang.
Sama seperti awal masuk ke dalam candi utama, kami bingung untuk menemukan pintu masuknya
padahal kami sudah berada di area candi, dan sewaktu mencari jalan pulang pun kami sempat berputar
mengelilingi candi. Tapi saya lega menemukan mushola kecil dekat jalan itu dan melepas lelah
bersamanya. Kai bercengkerama berdiskusi tentang keindahan candi ini, serta kenapa bias disebut candi
prambanan, siapa yang memelopori pembangunan candi ini?. Dan atas dasar apa candi ini didirikan? Iya
saya tahu setiap candipun menceritakan suatu kehidupanmasyarakatnya yang ada pada masa kerajaan
tersebut.
Allah itu Maha Agung Maha Berkuasa lagi Berkehendak
Tapi kami bisa menikmati pemandangan dari candi, subhanallah indah sekali. Allahu akbar… Allahu
akbar… Allahu akbar… (teriakku di salah satu sisi candi). Ya Allah inilah bentuk kemaha Agungan Mu.
Mesthy, sendiri asyik mengambil foto-foto di sekeliling candi, dia kelihatan semangat dengan minat yang
tersembunyi darinya yaitu “fotografer”. Kami berdiskusi tentang candi, banyak hal mengenai sekeliling
candi. Celetuk darinya menyadarkan saya, “Mas, kenapa candinya bias semegah itu ya?”. Terus terang
saya diam saja, takut kalau mengena perasaannya jadi berAB urusannya. Terus dia mengatakan dari
tafsir Ibnu Katsir, “berfikirlah kamu tentang CiptaanNya, dan jangan berfikir tentang PenciptaNya”, katakata itu seakan tidak pernah hilang dan terus membelenggu pikiran saya. Saya ajukan pertanyaan
kepadanya, “kenapa mesti begitu?” dia pun merasa terpojok, dan kulirik sedikit saja dia tersenyum
menandakan dia tahu apa sebabnya. Saya bilang ke dia “kamu jawab atau saya tinggal disini?”, mencoba
memaksanya menjawab. Lagi-lagi dalam hal perasaan saya terlalu lemah untuk melawannya, tapi dalam
ide bisadikatakan setara dengannya. Kami beranjak pulang setelah 20 menit kami di mushola kecil itu.
Kami masih diselimuti tanggung jawab, karena kami tadi masuk bawa payung sewaan yang terasa
memberatkan iya, dan ada manfaatnya juga iya. Kami seperti anak kecil saja waktu itu, canda tawa tidak
saya tutup-tutupkan lagi. Menurut saya, saya bebas waktu itu. Tetapi bebas dalam menganalisis dan
mendiskusikan asal-usul prambanan yang Insya Allah saya juga akan menulisnya. Sebagai seorang
penulis dan sejarawan sejati saya tetap melakukan apa yang menjadi bagian dari hidup saya. Beresiko
itu perlu, tetapi jangan mudah untuk kita memaknai dalam mengambil resiko itu perlu. Tidak semuanya
hal-hal yang beresiko itu kita ambil dan kita jalani. Kami sesekali saling berpandangan menikmati
indahnya alam buatan Allah. Ketika dia jalan-jalan menyisir candi meninggalkan saya sendiri saya pun
turun sujud seperti orang yang sembahyang. “Sholeh banget” (pikirku dalam hati). “Sajada wajhiya
lilladzi khalaqahu, fa sawwarahu wa basharahu bi haulihii wa quwwatih, fatabarakallahu ahsanul
khaliqiin”, doa yang selalu saya ucapkan ketika saya berhasil dalam melakukan segala sesuatu yang
bermanfaat untuk kita semua. “Tholabul ilmi faridhlotan ‘alaa kulli muslimin wal muslimat”, pegangan
saya dalam mencari ilmu…. Sepanjang jalan menuju pulang, kami diliputi bahagia yang luar biasa untuk
aku ungkapkan kepadanya. Kami memang berdua jalan ke Prambanan dan itupun masih yang pertama.
Sehingga kami senang, seakan Prambanan itu merestui perjalanan kita dan sebagai saksi kalau kami
telah melampaui ekspetasi terhadap diri sendiri salah satunya.
Penutup
Demikian saya tulis cerita singkat ini yang pertama kali ke Prambanan adalah salah satu impian
saya, teman sayapun, bahkan mengakuinya. Diperjalanan pulang, karena saking bahagianya kami berdiri
menuju ke shelter UIN, tempat teman saya turun dari Tj. Saya sempat tersenyum sebagai tanda rasa
terima kasih kepadanya. Jujur saja, saya berhutang budi kepadanya. Dirinyalah yang pertama kali
mengerti saya dan keadaan saya. Pikiran saya pun sempat terbaca olehnya. Bukannya dia sok tautetapi
dia dari jurusan BKI Uin Sunan Kalijaga angkatan 2013 sekarang, jadi menurut saya ya wajar saja bisa
membaca gerak tubuh atau glagat saya bahkan orang lain mungkin plus pikiran saya… ada hal yang
menarik darinya, kenapa dia melihat seseorang bukan dari ketampanan atau kecantikan, status atau
derajatnya. Dia cukup cerdik, dia melihat dari tingkah laku dan bahasa yang digunakan untuk
menangkap makna tersirat dari seseorang salah satunya dari raut muka dan gerak jalan. Maklum, dia
kan BKI jadi anggaplah wajar saja.
Terima kasih atas perhatiannya kepada saya. Terima kasih atas dukungan dari orang tua yang
selalu di hati dan berharap doanya tetap mengalir seperti air yang bening, bersih dan jernih. Terutama
dan yang paling pertama adalah terima kasih teman-teman PII kelas A disini yang merupakan satu
kesatuan bahkan satu keluarga satu tujuan satu hati yang member kesempatan kepada saya untuk
berpartisipasi baik di dalam maupun di luar. Dan terima kasih kepada teman-teman saya yang di
pondok, selalu dan never lost tetap menyemangati saya dalam kondisi yang sulit dan sangat-sangat sulit.
Saya berharap kepada teman-teman PII ini untuk selalu bersama dalam suka duka cita dalam menapaki
hidup yang menjadi penentu masa depan kita.

More Related Content

What's hot

Sepupu Ku Yang Hot Perawan
Sepupu Ku Yang Hot PerawanSepupu Ku Yang Hot Perawan
Sepupu Ku Yang Hot Perawanbeesingle41
 
Sepupu Ku Yang Hot Perawan
Sepupu Ku Yang Hot PerawanSepupu Ku Yang Hot Perawan
Sepupu Ku Yang Hot Perawanbeesingle41
 
Sepupu Ku Yang Hot Perawan
Sepupu Ku Yang Hot PerawanSepupu Ku Yang Hot Perawan
Sepupu Ku Yang Hot Perawanbeesingle41
 
Sepupu Ku Yang Hot Perawan
Sepupu Ku Yang Hot PerawanSepupu Ku Yang Hot Perawan
Sepupu Ku Yang Hot Perawanbeesingle41
 
Sepupu Ku Yang Hot Perawan
Sepupu Ku Yang Hot PerawanSepupu Ku Yang Hot Perawan
Sepupu Ku Yang Hot Perawanbeesingle41
 
Sepupu Ku Yang Hot Perawan
Sepupu Ku Yang Hot PerawanSepupu Ku Yang Hot Perawan
Sepupu Ku Yang Hot Perawanbeesingle41
 
Sepupu Ku Yang Hot Perawan
Sepupu Ku Yang Hot PerawanSepupu Ku Yang Hot Perawan
Sepupu Ku Yang Hot Perawanbeesingle41
 
Sepupu Ku Yang Hot Perawan
Sepupu Ku Yang Hot PerawanSepupu Ku Yang Hot Perawan
Sepupu Ku Yang Hot Perawanbeesingle41
 
Sepupu Ku Yang Hot Perawan
Sepupu Ku Yang Hot PerawanSepupu Ku Yang Hot Perawan
Sepupu Ku Yang Hot Perawanbeesingle41
 
Sepupu Ku Yang Hot Perawan
Sepupu Ku Yang Hot PerawanSepupu Ku Yang Hot Perawan
Sepupu Ku Yang Hot Perawanbeesingle41
 
Sepupu Ku Yang Hot Perawan
Sepupu Ku Yang Hot PerawanSepupu Ku Yang Hot Perawan
Sepupu Ku Yang Hot Perawanbeesingle41
 
Sepupu Ku Yang Hot Perawan
Sepupu Ku Yang Hot PerawanSepupu Ku Yang Hot Perawan
Sepupu Ku Yang Hot Perawanbeesingle41
 
Sepupu Ku Yang Hot Perawan
Sepupu Ku Yang Hot PerawanSepupu Ku Yang Hot Perawan
Sepupu Ku Yang Hot Perawanbeesingle41
 
Sepupu Ku Yang Hot Perawan
Sepupu Ku Yang Hot PerawanSepupu Ku Yang Hot Perawan
Sepupu Ku Yang Hot Perawanbeesingle41
 
Sepupu Ku Yang Hot Perawan
Sepupu Ku Yang Hot PerawanSepupu Ku Yang Hot Perawan
Sepupu Ku Yang Hot Perawanbeesingle41
 
Novels "Sepucuk Surat Cinta untuk Rauzatul Zahra"
Novels "Sepucuk Surat Cinta untuk Rauzatul Zahra"Novels "Sepucuk Surat Cinta untuk Rauzatul Zahra"
Novels "Sepucuk Surat Cinta untuk Rauzatul Zahra"Muklis Bat'Rock
 
Terjalnya jalan hidupku
Terjalnya  jalan hidupkuTerjalnya  jalan hidupku
Terjalnya jalan hidupkuHeni Handayani
 

What's hot (20)

Sepupu Ku Yang Hot Perawan
Sepupu Ku Yang Hot PerawanSepupu Ku Yang Hot Perawan
Sepupu Ku Yang Hot Perawan
 
Sepupu Ku Yang Hot Perawan
Sepupu Ku Yang Hot PerawanSepupu Ku Yang Hot Perawan
Sepupu Ku Yang Hot Perawan
 
Sepupu Ku Yang Hot Perawan
Sepupu Ku Yang Hot PerawanSepupu Ku Yang Hot Perawan
Sepupu Ku Yang Hot Perawan
 
Sepupu Ku Yang Hot Perawan
Sepupu Ku Yang Hot PerawanSepupu Ku Yang Hot Perawan
Sepupu Ku Yang Hot Perawan
 
Sepupu Ku Yang Hot Perawan
Sepupu Ku Yang Hot PerawanSepupu Ku Yang Hot Perawan
Sepupu Ku Yang Hot Perawan
 
Sepupu Ku Yang Hot Perawan
Sepupu Ku Yang Hot PerawanSepupu Ku Yang Hot Perawan
Sepupu Ku Yang Hot Perawan
 
Sepupu Ku Yang Hot Perawan
Sepupu Ku Yang Hot PerawanSepupu Ku Yang Hot Perawan
Sepupu Ku Yang Hot Perawan
 
Sepupu Ku Yang Hot Perawan
Sepupu Ku Yang Hot PerawanSepupu Ku Yang Hot Perawan
Sepupu Ku Yang Hot Perawan
 
Sepupu Ku Yang Hot Perawan
Sepupu Ku Yang Hot PerawanSepupu Ku Yang Hot Perawan
Sepupu Ku Yang Hot Perawan
 
Sepupu Ku Yang Hot Perawan
Sepupu Ku Yang Hot PerawanSepupu Ku Yang Hot Perawan
Sepupu Ku Yang Hot Perawan
 
Sepupu Ku Yang Hot Perawan
Sepupu Ku Yang Hot PerawanSepupu Ku Yang Hot Perawan
Sepupu Ku Yang Hot Perawan
 
Sepupu Ku Yang Hot Perawan
Sepupu Ku Yang Hot PerawanSepupu Ku Yang Hot Perawan
Sepupu Ku Yang Hot Perawan
 
Sepupu Ku Yang Hot Perawan
Sepupu Ku Yang Hot PerawanSepupu Ku Yang Hot Perawan
Sepupu Ku Yang Hot Perawan
 
Sepupu Ku Yang Hot Perawan
Sepupu Ku Yang Hot PerawanSepupu Ku Yang Hot Perawan
Sepupu Ku Yang Hot Perawan
 
Sepupu Ku Yang Hot Perawan
Sepupu Ku Yang Hot PerawanSepupu Ku Yang Hot Perawan
Sepupu Ku Yang Hot Perawan
 
Bongkah keegoan
Bongkah keegoanBongkah keegoan
Bongkah keegoan
 
Aku tak ingin dilupakan sejarah
Aku tak ingin dilupakan sejarahAku tak ingin dilupakan sejarah
Aku tak ingin dilupakan sejarah
 
Novels "Sepucuk Surat Cinta untuk Rauzatul Zahra"
Novels "Sepucuk Surat Cinta untuk Rauzatul Zahra"Novels "Sepucuk Surat Cinta untuk Rauzatul Zahra"
Novels "Sepucuk Surat Cinta untuk Rauzatul Zahra"
 
Sampai jumpa di surga
Sampai jumpa di surgaSampai jumpa di surga
Sampai jumpa di surga
 
Terjalnya jalan hidupku
Terjalnya  jalan hidupkuTerjalnya  jalan hidupku
Terjalnya jalan hidupku
 

Viewers also liked

Viewers also liked (7)

How to land a great internship
How to land a great internshipHow to land a great internship
How to land a great internship
 
Ke toan tai_chinh_02
Ke toan tai_chinh_02Ke toan tai_chinh_02
Ke toan tai_chinh_02
 
Holiday Book Gift Ideas
Holiday Book Gift IdeasHoliday Book Gift Ideas
Holiday Book Gift Ideas
 
Desain web
Desain webDesain web
Desain web
 
Animales 2
Animales 2Animales 2
Animales 2
 
Branded Merchandise Ideas - Fall 2013
Branded Merchandise Ideas - Fall 2013Branded Merchandise Ideas - Fall 2013
Branded Merchandise Ideas - Fall 2013
 
Presentation10x10
Presentation10x10Presentation10x10
Presentation10x10
 

Similar to Trip to prambanan berbuah manis

Mayasari punya story
Mayasari punya storyMayasari punya story
Mayasari punya storymayasarims
 
Sepenggal cerita kisah cinta ku
Sepenggal cerita kisah cinta kuSepenggal cerita kisah cinta ku
Sepenggal cerita kisah cinta kuDerizal Chandra
 
cerita tentang aku (Penghianatan cinta dan persahabatan)
cerita tentang aku (Penghianatan cinta dan persahabatan)cerita tentang aku (Penghianatan cinta dan persahabatan)
cerita tentang aku (Penghianatan cinta dan persahabatan)Mohammad Al-hamzawiyyah
 
'Endahkan?' endah pramesti s x=ph1
'Endahkan?' endah pramesti s x=ph1'Endahkan?' endah pramesti s x=ph1
'Endahkan?' endah pramesti s x=ph1ENDAHSANTOSO
 
Struktur Cerpen Perjalanan Terindah By Zulfa Fadila
Struktur Cerpen Perjalanan Terindah By Zulfa FadilaStruktur Cerpen Perjalanan Terindah By Zulfa Fadila
Struktur Cerpen Perjalanan Terindah By Zulfa Fadilanadyaera24
 
Kelembutan hatinya menghangatkan dinginnya hatiku
Kelembutan hatinya menghangatkan dinginnya hatikuKelembutan hatinya menghangatkan dinginnya hatiku
Kelembutan hatinya menghangatkan dinginnya hatikuAgnes Ervinda Ginting
 
Cerita tentang hana..
Cerita tentang hana..Cerita tentang hana..
Cerita tentang hana..Shika Nara
 
Banyuwangi jenggirat tangi
Banyuwangi jenggirat tangiBanyuwangi jenggirat tangi
Banyuwangi jenggirat tangiTito Aloysius
 
Cinta datang tepat waktu
Cinta datang tepat waktuCinta datang tepat waktu
Cinta datang tepat waktuHeni Handayani
 
Inggit oktaviani
Inggit oktavianiInggit oktaviani
Inggit oktavianiWarnet Raha
 

Similar to Trip to prambanan berbuah manis (17)

Dwi ariyanto
Dwi ariyantoDwi ariyanto
Dwi ariyanto
 
Mayasari punya story
Mayasari punya storyMayasari punya story
Mayasari punya story
 
Sepenggal cerita kisah cinta ku
Sepenggal cerita kisah cinta kuSepenggal cerita kisah cinta ku
Sepenggal cerita kisah cinta ku
 
A. guardian angel
A. guardian angelA. guardian angel
A. guardian angel
 
A. guardian angel
A. guardian angelA. guardian angel
A. guardian angel
 
cerita tentang aku (Penghianatan cinta dan persahabatan)
cerita tentang aku (Penghianatan cinta dan persahabatan)cerita tentang aku (Penghianatan cinta dan persahabatan)
cerita tentang aku (Penghianatan cinta dan persahabatan)
 
'Endahkan?' endah pramesti s x=ph1
'Endahkan?' endah pramesti s x=ph1'Endahkan?' endah pramesti s x=ph1
'Endahkan?' endah pramesti s x=ph1
 
Struktur Cerpen Perjalanan Terindah By Zulfa Fadila
Struktur Cerpen Perjalanan Terindah By Zulfa FadilaStruktur Cerpen Perjalanan Terindah By Zulfa Fadila
Struktur Cerpen Perjalanan Terindah By Zulfa Fadila
 
Post 1
Post 1Post 1
Post 1
 
Kelembutan hatinya menghangatkan dinginnya hatiku
Kelembutan hatinya menghangatkan dinginnya hatikuKelembutan hatinya menghangatkan dinginnya hatiku
Kelembutan hatinya menghangatkan dinginnya hatiku
 
Cerita tentang hana..
Cerita tentang hana..Cerita tentang hana..
Cerita tentang hana..
 
Banyuwangi jenggirat tangi
Banyuwangi jenggirat tangiBanyuwangi jenggirat tangi
Banyuwangi jenggirat tangi
 
Perjalanan terindah
Perjalanan terindahPerjalanan terindah
Perjalanan terindah
 
Belum ada judul
Belum ada judulBelum ada judul
Belum ada judul
 
Aku hanya guru lesmu
Aku hanya guru lesmuAku hanya guru lesmu
Aku hanya guru lesmu
 
Cinta datang tepat waktu
Cinta datang tepat waktuCinta datang tepat waktu
Cinta datang tepat waktu
 
Inggit oktaviani
Inggit oktavianiInggit oktaviani
Inggit oktaviani
 

Trip to prambanan berbuah manis

  • 1. Trip to Prambanan Berbuah Manis Rencana tak berjalan semestinya….. Jam 7.45 menit, mundur sesuai jadwal saya. Rencana tidak karuan lagi bahkan tidak sesuai dengan rencana awal. Pagi itu, aku telambat bangun kemudian menyelesaikan tugas-tugas di pondok. Lagi-lagi jam sudah menunjukkan 8.59, saya pun bergegas siap untuk berangkat menjalankan rencana awal saya ke Keraton dengan rute Keraton-Benteng Vredeburg-Taman Sari dan terakhir di Masjid Agung. Tapi saya merasakan tidak enak dengan kondisi saat ini, beneeerrrr sekaliii. Perut saya sudah tidak bisa diajak kompromi lagi, karena seharian kemarennya tidak makan nasi. Semangat saya hampir surut karena hanya sepiring nasi saja. Siang menjelang siang, pikiranku sudah tak karuan, sepertinya hidup ini hanya ada 2 pilihan, pertama makan dulu tapi nanti ketinggalan bus seiring waktu terus berjalan. Kedua, berangkat tetapi dengan perut yang kosong sungguh mengganggu perjalanan nanti takutnya terserang maag meski belum pernah maag, Alhamdulillah… Jangan sampai pokoknya, itu wajib. Karena saya punya orang yang terkena maag itu ternyata ngeri sekali kalau mendengar ceritanya. Aduuhh ceritanya ngalor ngidul jadinya... Aku putuskan pilihan yang pertama, karena saya sudah sangat lapar. Ku cari burjonan di sepanjang jalan menuju shelter Monjali, ternyata ada satu tapi tutup terus saya jalan ke utara dan ada perempatan bangjo itu aku ke timur, bener ada satu burjo Coffeemix namanya. Kulihat yang jaga disitu ada sepasang pemuda pemudi, tapi tetap saya yakinkan itu adalah pasangan suami istri yang mengadu nasib dengan cara buka burjo atau apalah, “gumamku. Saya pesan mie rebus dengan telor dan es teh, dan ada pisang goring plus bakwan yang dihidangkan di nampan sama seperti burjo yang lain dalam hal penyajiannya. Sambil menunggu pesanan, saya coba sms ke teman saya yang lagi di kampus dan katanya tinggal hari rabu dia terakhir UTS nya, asyik banget rasanya dan sepertinya semangat saya pun bangkit kembali. Ketemu di shelter De Brito…. “Mesthy, udah selesai belum ujiannya?”, sms ku. Nama aslinya adalah Diah Pramesthy. Dia lahir di Brebes, 14 April 1995. Dia mengambil jurusan BKI, Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Kalijaga. Sebentar saja pesanannya datang, “niki mas mienipun sampun mateng”, katanya (sambil senyum). “Duuhhh anggun sekali” caranya melayani konsumen yang lagi kelaparan (ketawa dalam hati tapi akhirnya saya juga tersenyum gede dalam hati). Mau tau kenapa? Pertama, mereka berdua menurut saya mungkin baru buka warung di jalan itu, karena selama ini saya tidak melihat warung kecil di jalan ringroad utara sebelah kiri selain Rumah Makan Masakan Padang. Kedua, telah saya jelaskan di atas saya beranggapan mereka adalah pasangan yang masih berumur muda, jadi terlihat sekali cirri-cirinya. Ketiga, bahasa yang digunakan mereka addalahmenunjukkan keduanya orang jawa kluthuk mungkin juga orang Jogja asli. Sudah habis dilahap oleh orang yang tak kenal kompromi ini ketika lapar, saya pun bergegas dan memanggil salah satunya. “Mbak, berapa ya? gorengan 2, mie 1, es teh dan pisangnya 1 mbak?”. “Jadi totalnya 10000 mas”, “astaghfirullah banyak sekali” (pikirku sambil tersenyum dalam hati), tidak biasanya sampai segini keluar uangku.
  • 2. 15 menit, sms ku dibales olehnya. “Uda mas”, sms yang cukup menggetarkan dunia (bisa jadi). Ku bales lagi “tunggu saya di gerbang masuk sebelah utara tepatnya di kampus barat deket lampu merah”. Dua menit kemudian di bales “iya mas, berapa jam mas”. Ada nada ngledek nii pikirku. Ku bales saja “20an menit, sanggup?” (tersenyum dalam hati). Tak berapa lama Trans Jogja (Tj) pun datang yang ke arah shelter De Brito. Dan jawabannya “iya mas”. Dua kata yang sangat saya benci ketika seseorang membalas jawaban lewat sms. “Ya sudah positif saja” dalam hati. Kurang lebih jam 9.57, saya sampai dan bener orang ini bisa dipercaya. Bukti saya tanya dengan nada nyindir begini, “buk sudah berapa lama nungguin saya?” dia bales “udah 3 jam mas”, spertinya dia tahu kalau saya nyindir dia. Ok, lanjut saja ke rencana awal kita ke rute awal yang sudah saya jadwal. Tapi orangnya menolak, dia maunya ke Prambanan. Hal yang ditunggu-tunggu pun Insya Allah kesampaian. Bagaimana coba, 2,5 tahun di jogja tidak keliling kemanapun terlebih ke Prambanan yang bisa dijangkau pake Tj dan hanya membayar 3000 tidaklah mahal dan ide yang bagus menurutku. “Ya sudah”, jawabku. Menuruti kamauan orang lain juga tidak bisa dipungkiri rasa sedikit kecewanya. Tapi ada baiknya juga, karena ya tadi saya sudah 2,5 tahun di jogja tidak dapat apa-apa rasanya. Apalagi karakter saya adalah sejarawan, karena saya hobi meneliti materi-materi kesejarawanan. Dan saya anggap ini adalah kesempatan yang tidak bisa diulang kembali, saya menyetujui usul dan pendapatnya. Tanpa pikir panjang saya dan dia ke shelter De Brito tadi, saya yang nyesel baru turun dari shelter ini, dan belum ada 10 menit udah naik lagi, bayar lagi. Tapi kali ini uda mantap kita ke Prambanan. Di jalan sayapun mulai berpikir rencana apa yang saya lakukan nanti di Prambanan dan agak berat ternyata ketika berjalan hanya berdua dengan gadis yang belum jadi muhrim, sungguh ini adalah pengalaman saya pertama kali. Dan ini menjadikan sebuah kenangan tersendiri, eeiittss jangan berpikir macam-macam loo tentang yang satu ini, karena saya orangnya tidak kaku seperti biasanya ketika saya suka sama seseorang saya mendadak salting (gaul language). Herannya saya juga tidak ada menaruh curiga atau rasa-rasa yang lain. Yang ada hanya yaa biasa-biasa sajaalah tidak lebih dari sekadar teman seperjuangan se-sejarawan dan se-lainnya juga boleh (tersenyum)…. Lagi, sebagai orang yang mungkin bisa dibilang “cupu”, saya sempat cemas juga diperjalanan dan berpikir “kok gak sampai-sampai yaa” (merenung sambil mengusap keringat), dan sama saya di jalan terkena penyakit salting juga akhirnya. La saya bawa seseorang gadis lagi, lain halnya jika saya bawa teman laki-laki bakal fresh di jalan. Memang di dalam Tj ada AC nya, tapi yang membuat saya tidak tahan adalah pengharumnya, itu membuat saya mual-mual. Dan bener sampai di terminal Prambanan, saya tidak kuat saya cari tempat buat muntahanku. Rasanya lemaass sekali, dan herannya kenapa saya malah tertantang ketika naik Tj, mungkin saya tertantangnya bukan karena melawan pengharumnya, tapi penyakit saya adalah penyakit alergi terhadap pengharum yang tidak saya bisa deteksi, bau harum apakah itu? Dan apa bahannya?. Orang pertama masuk Prambanan… Kami bersikap biasa-biasa saja setelah sampai di terminal. Baik saya maupun dia tidak tau arah kemana lagi harus ke Prambanannya. Saya coba tanya ke salah satu andong, “maaf Pak, arah ke candi Prambanan lewat mana ya Pak? (nada mengiba). “oh mau ke Prambanan ya Mas?”, lampu merah tadi ke timur lurus sekitar 1,5 km nanti ketemu bangjo lagi, belok kiri ya Mas.” Jawabnya (sambil mencoba menawar jasanya) “naik andong saja Mas, berdua
  • 3. 20000 dah”, jasanya. Ooh njeh Pak, matursuwun sanget keranten niki kalih mlampah-mlampah lan supados pengalaman njeh mlampah mawon” jawab saya sekenanya. Eits, saya lupa bawa teman cewek. Saya Tanya aja ke orangnya, “eheemm rasanya seperti di khayangan yaah ada bidadari yang cantik putih dan imut”, (nada canda). Balesannya apa coba? Singkat padat gak jelas, “gombal” (sambil berjalan terus), sementara saya bingung sendiri. Lagi, Mesthy mungkin menurut saya cantik, ngerti saya dan yaa cerdas juga plus kritis banget. Tapi itu semua tidak berpengaruh pada diri saya. Ketika saya berbicara saya juga kena kritikan darinya dan membuat saya sedikit terenyuh, karena baru kali ini saya bertemu dengan orang, ketika diajak ngobrol kritis banget. Seketika saja keheningan itu pudar akibat suara klakson bus lewat. Dan saya sadar, saya kesini bukan untuk bersenang-senang tapi untuk mempelajari dan ingin sekali menjadi penulis ketika saya ngomong ke seseorang teman saya. Saya bulatkan tekad saya, dan saya selalu berfikir tentang penulis itu tidak hanya menulis, buktinya penulis juga bisa jadi pebisnis nantinya. Wallahu A’lam Arsitektur Masjid Al Muttaqun…. Jam menunjukkan 11.50, suara adzan di masjid raya Al Muttaqun, dan untuk pertama kalinya saya kesini saya melihat masjid dari luar terlihat megah bagi ukuran orang desa yang masuk kota pertama kali. Dan ternyata benar, sayaberanjak mencari tempat wudhu dan terheran-heran, dalam benak saya mungkin karena saya suka ke mesjid kali yaa, jadi sampai seperti inikah kekaguman saya tentang mesjid, karena apa Zaman Rasullullah saja bangunan yang pertama kali yang dibuat adalah Masjid, namanya Masjid Quba. Subhanallah, hatipun terpanggil untuk bermunajat di dalamnya. Suara adzan tidak jauh berbeda seperti yang pernh saya dengar dari pengajiannya Ust Kyai Anwar Zahid yang berdomisili di kota Bojonegoro. Ternyata suara kakek-kakek yang mulai renta dimakan usia. Pertanyaan saya adalah anak pemuda disini ada yang belajar agama tidak ya? Cukup mengherankan saya, ingin meneliti suatu hari nanti tapi jenjang yang saya duduki ini adalah D3 bukan S1, seketika membuat hati saya surut. Tapi lamunan pikiran saya pecah karena senyuman dari teman saya tadi yang mempersilahkan saya masuk serta menawarkan tas saya untuk dititipkan kepadanya. Karena saya anggap dia adalah karib yang paling dekat, saya serahkan semuanya kepadanya dan pas waktu itupun dia lagi berhalangan. Saya bergegas mengikuti petunjuk arah tempat dimana kami mengambil air wudhu. Setelah wudhu saya naik keatas karena sesuai dari petunjuk yang saya dapat untuk mengerjakan shalat di lantai 2, sungguh menakjubkkan pemandangan sekitarnya. Dan tak kalah indahnya masjid ini posisinya pun menurut saya sangat ideal untuk beristirahat, bermunajat kepada Sang Khalik. Subhanallah, di dalam masjid pun, terdapat nama-nama para ulama dan shahabat. Tidak jelas kenapa harus di beri tulisan-tulisan tokoh pemuka agama bahkan shahabat nabi. Tetapi ada yang menjadi janggalan di hati dan dalam pikiran saya, kenapa nama “Allah” dan “Muhammad” pun tidak ada. Di tiang bangunan bagian atas terdapat tulisan “Al Faatiha”, apa arti tulisan ini? Pikiranku semakin menjadi ketika menunaikan shalat, jelas shalat saya tidak khusyu’. Kenapa? Yaa kita ambil saja ceritanya sahabat Ali yang diuji kekhusyu’annya oleh Nabi Muhammad SAW, dia bahkan orang yang paling khusyu’ sedunia. Ketika diuji oleh Nabi, dia sendiri merasa tidak kuat. Karena dia teringat dengan tawaran Nabi,
  • 4. jadi kalau orang seperti saya jelas tidak khusyu’nya….. Saya ingin sekali menanyakan tentang filosofi dan sejarah berdirinya masjid ini. Tapi saya urungkan niat saya, lain kali juga msih ada waktu dan itu butuh ilmu yang cukup luas untuk meneliti sebuah bangunan yang mempunyai sejarah panjang. Oleh karena itu, saya mengajak gadis cantik tadi melanjutkan ke Prambanan bahkan dia sempat mengucapkan kalimat seperti ini, “saya ingin menginap di candi itu” dengan nada candanya. Saya hanya tersenyum saja ketika mendengarkan dan mengamini saja. Amiiin… Aku tahu persis wajahnya, kalau dia merasa lapar dan tidak berani mengajak saya atau memberitahu saya kalau dia lapar. Saya sengaja tidak bertanya tapi menawarkan kepadanya, “mau makan dimana?” suatu hal yang mungkin saya belum lontarkan kepada seorang cewek pun yang pernah saya temui. Dan itulah saya merasa hari itu juga waktu itu juga saya merasakan hal yang sangat konyol, berdua jalan bareng tanpa rasa malu, tapi tujuan utama kami adalah ke candinya, bukan menuju perasaan. Warung Sederhana, namanya. Di diami oleh pasangan yang belum kami kenal, bahkan asing. Jelas sekali dalam menu santapnya, hidangan di mejanya dan orangnya pun sungguh asing sekali dan panas dalam ruangan itu. Hujan sebelumnya sudah turun dari perjalanan menuju terminal, tetapi kami melangkah dengan yakin Allah itu ada, dan mengatur segala rencananya untuk kami bisa sampai di prambanan. Sepertinya Allah pun mengetahui maksud kami ke Candi. Saya mempunyai kesimpulan seperti ini, pertama saya tidak jadi ke keraton karena kondisi jalan disana ramai, dan penuh sesak jadi yaa tidak jadi karena saya bawa teman gadis, yang mungkin kesemsem dengan prambanan. Kedua, karena dorongan dari diri saya sendiri yaitu sebagai sejarawan, walaupun sudah tes dimana-mana tidak diterima tidak juga menyurutkan karakter saya sebagai “sejarawan sejati”. Ketiga, karena ada pertolongan dari Allah untuk jalan-jalan ke Prambanan dan itu salah satu impian saya. Terima Kasih ya Allah, Alhamdulillah….. Balik ke warung tadi, warungnya tidak cukup terkenal tapi ramai oleh tetangga dekatnya. Lagi-lagi masakannya tidak seperti yang saya rasakan, tapi cukuplah untuk mengganjal perutku. Sebagai pemikir, saya berdiskusi tentang makanan yang ada di warung ini. Semuanya sederhana banget, sama seperti nama warungnya. Saya memulai pembicaraan kepadanya, karena saya lihat dan pandangi terus wajahnya memerah. Sulit ditebak, saya merasa bodoh dalam hal seperti ini. Sejujurnya, saya juga baru kali ini melihatnya, dan waahh dinamis sekali dalam hal makan. Ternyata dia tidak memakannya, saya bertanya “kenapa Mes, kok tidak dimakan?”. “anu mas, saya tidak makan daging sayurpun tidak” jawabnya. Saya berusaha untuk menebaknya kenapa dia tidak makan daging, “kamu punya darah tinggi ya”, “bukan mas, tapi dari keterangan dokter bahwa saya mengidap penyakit maag pada tahap “akut” jawab dia dengan penjelasan yang jelas. Bahkan katanya “maag itu ada tingkatan mas. Pertama, maag tahap ringan yang tidak terlalu bahaya artinya tidak sampai merusak dinding lambung. Kedua, maag tahap akut merupakan maag yang bahaya tapi sedikit mengikis lambung. Ketiga, maag tahap kronis, jenis maag yang bisa merusak lambung bahkan merobek dinding lambung”. Disebutkan kembali, dia tidak makan segala macem daging, sayur yang tidak berkuah dan hanya boleh makan telor serta sayur yang berkuah, jika tidak sama halnya saya menyakiti diri saya sendiri”. Astaghfirullah, mendengar penjelasannya membuat saya jadi gemetar, sehabis disambar petir, dan bersalah karena saya membawanya ke makanan yang berbau daging,
  • 5. apalagi daging sapi. Jujur saja saya merasa bersalah. Saya ingin mengajak dia kembali dalam kesempatan yang lain lagi bahkan saya berjanji untuk yang lebih waah dari perjalanan ini. Saat kami makan, hujan turun sekitar 2 jam, jadi saya masuk ke Prambanan jam 2.15. kami mengikuti petunjuk arah masuk dan sesekali kami bertanya kepada petugas keamanan. Dan akhirnya sampai juga di Loket Umum, maksudnya tempat para wisatawan membeli loket disini tempatnya. Saya coba bertanya kepada salah satu petugas loket, “mas masuk ke candi berapa ya?” 30000 untuk satu orang dan 45000 untuk paket dari Prambanan-Ratu Boko”. Sebenernya saya sudah baca kalau harga tiket itu sebesar itu, tapi untuk tidak terkecoh alias berhati-hati saya beranikan diri untuk bertanya. Saya putuskan untuk keliling Candi saja menimbang kami berdua juga tidak berencana kesini, dan kami kesini untuk melepas akhir UTS ini. Terjerat dalam hujan…. Awalnya kami sewa payung 1 untuk berdua karena usul dari kami untuk menghemat pengeluaran, setelah dipikir-pikir kami sadar bahwa yang kami lakukan keliru berbau salah. Karena kami bukan siapa-siapa dan sebagai turis lokal yang belum bisa dikatakan muhrim. Jadi kami berdua putuskan untuk menyewa payung sendiri-sendiri. Kami mondar mandir mencari pintu masuk ke candi utama, sampai di pintu masuk saya terheran-heran, “kok ada satpamnya siih?” kesalku pada Mesthy. Hujan mereda meski masih rintik-rintik kami pun mulai berkeliling dan berpikir kamilah yang pertama mengelilingi Prambanan itu, padahal tidak. Yang kami lakukan ya hanya berpose, mengambil gambar yang kita anggap penting saja. Dan kami juga tidak lupa mencatat sedikit candi yang ada di kawasan local pertama. Yang saya catat Candi Brahma, Candi Wishnu, Candi Siwa, Cadi Apit, dan CandI Kelir. Setelah cukup berputar-putar, kami menyempatkan masuk ke dalam Candi Siwa. Di sana terlihat “orang-orang setiap masuk kok pakek topi buruh ya, ada apa ya”. Merasa lucu saja ketika melihat orang-orang pakai topi itu. Lagi-lagi sejarawan saya bergejolak, “kenapa harus sampai seperti itu dan apakah ada sangkut pautnya dalam pembangunan candi Siwa ini pada masa sejarah berdirinya?”. Sama halnya dengan masjid yang saya gunakan untuk beribadah, kenapa arsitekturnya seperti itu? “Dimana asma Allah dan dimana nama Nabi kita, dan kenapa hanya nama para ulama yang terpampang jelas di dinding atas?”. Saya tertarik nanti untuk bermunajat serta bertanya-tanya sedikit tentang hal itu, tapi perihal saya tidak kesampaian, karena saya membawa seorang gadis. Itu inti pertama saya kenapa saya tidak jadi bertanya-tanya baik orang yang ada di mesjid maupun guide yang ada di wisata ini tetapi saya mengubah ke bentuk liburan. Setelah cukup saya berputar-putar jam menunjukkan 4.15, tidak terasa saya berkeliling bersamanya selama 2 jam tidak lebih dan tidak kurang, dan dia mengajak saya pulang. Sama seperti awal masuk ke dalam candi utama, kami bingung untuk menemukan pintu masuknya padahal kami sudah berada di area candi, dan sewaktu mencari jalan pulang pun kami sempat berputar mengelilingi candi. Tapi saya lega menemukan mushola kecil dekat jalan itu dan melepas lelah bersamanya. Kai bercengkerama berdiskusi tentang keindahan candi ini, serta kenapa bias disebut candi prambanan, siapa yang memelopori pembangunan candi ini?. Dan atas dasar apa candi ini didirikan? Iya saya tahu setiap candipun menceritakan suatu kehidupanmasyarakatnya yang ada pada masa kerajaan tersebut.
  • 6. Allah itu Maha Agung Maha Berkuasa lagi Berkehendak Tapi kami bisa menikmati pemandangan dari candi, subhanallah indah sekali. Allahu akbar… Allahu akbar… Allahu akbar… (teriakku di salah satu sisi candi). Ya Allah inilah bentuk kemaha Agungan Mu. Mesthy, sendiri asyik mengambil foto-foto di sekeliling candi, dia kelihatan semangat dengan minat yang tersembunyi darinya yaitu “fotografer”. Kami berdiskusi tentang candi, banyak hal mengenai sekeliling candi. Celetuk darinya menyadarkan saya, “Mas, kenapa candinya bias semegah itu ya?”. Terus terang saya diam saja, takut kalau mengena perasaannya jadi berAB urusannya. Terus dia mengatakan dari tafsir Ibnu Katsir, “berfikirlah kamu tentang CiptaanNya, dan jangan berfikir tentang PenciptaNya”, katakata itu seakan tidak pernah hilang dan terus membelenggu pikiran saya. Saya ajukan pertanyaan kepadanya, “kenapa mesti begitu?” dia pun merasa terpojok, dan kulirik sedikit saja dia tersenyum menandakan dia tahu apa sebabnya. Saya bilang ke dia “kamu jawab atau saya tinggal disini?”, mencoba memaksanya menjawab. Lagi-lagi dalam hal perasaan saya terlalu lemah untuk melawannya, tapi dalam ide bisadikatakan setara dengannya. Kami beranjak pulang setelah 20 menit kami di mushola kecil itu. Kami masih diselimuti tanggung jawab, karena kami tadi masuk bawa payung sewaan yang terasa memberatkan iya, dan ada manfaatnya juga iya. Kami seperti anak kecil saja waktu itu, canda tawa tidak saya tutup-tutupkan lagi. Menurut saya, saya bebas waktu itu. Tetapi bebas dalam menganalisis dan mendiskusikan asal-usul prambanan yang Insya Allah saya juga akan menulisnya. Sebagai seorang penulis dan sejarawan sejati saya tetap melakukan apa yang menjadi bagian dari hidup saya. Beresiko itu perlu, tetapi jangan mudah untuk kita memaknai dalam mengambil resiko itu perlu. Tidak semuanya hal-hal yang beresiko itu kita ambil dan kita jalani. Kami sesekali saling berpandangan menikmati indahnya alam buatan Allah. Ketika dia jalan-jalan menyisir candi meninggalkan saya sendiri saya pun turun sujud seperti orang yang sembahyang. “Sholeh banget” (pikirku dalam hati). “Sajada wajhiya lilladzi khalaqahu, fa sawwarahu wa basharahu bi haulihii wa quwwatih, fatabarakallahu ahsanul khaliqiin”, doa yang selalu saya ucapkan ketika saya berhasil dalam melakukan segala sesuatu yang bermanfaat untuk kita semua. “Tholabul ilmi faridhlotan ‘alaa kulli muslimin wal muslimat”, pegangan saya dalam mencari ilmu…. Sepanjang jalan menuju pulang, kami diliputi bahagia yang luar biasa untuk aku ungkapkan kepadanya. Kami memang berdua jalan ke Prambanan dan itupun masih yang pertama. Sehingga kami senang, seakan Prambanan itu merestui perjalanan kita dan sebagai saksi kalau kami telah melampaui ekspetasi terhadap diri sendiri salah satunya. Penutup Demikian saya tulis cerita singkat ini yang pertama kali ke Prambanan adalah salah satu impian saya, teman sayapun, bahkan mengakuinya. Diperjalanan pulang, karena saking bahagianya kami berdiri menuju ke shelter UIN, tempat teman saya turun dari Tj. Saya sempat tersenyum sebagai tanda rasa terima kasih kepadanya. Jujur saja, saya berhutang budi kepadanya. Dirinyalah yang pertama kali mengerti saya dan keadaan saya. Pikiran saya pun sempat terbaca olehnya. Bukannya dia sok tautetapi dia dari jurusan BKI Uin Sunan Kalijaga angkatan 2013 sekarang, jadi menurut saya ya wajar saja bisa
  • 7. membaca gerak tubuh atau glagat saya bahkan orang lain mungkin plus pikiran saya… ada hal yang menarik darinya, kenapa dia melihat seseorang bukan dari ketampanan atau kecantikan, status atau derajatnya. Dia cukup cerdik, dia melihat dari tingkah laku dan bahasa yang digunakan untuk menangkap makna tersirat dari seseorang salah satunya dari raut muka dan gerak jalan. Maklum, dia kan BKI jadi anggaplah wajar saja. Terima kasih atas perhatiannya kepada saya. Terima kasih atas dukungan dari orang tua yang selalu di hati dan berharap doanya tetap mengalir seperti air yang bening, bersih dan jernih. Terutama dan yang paling pertama adalah terima kasih teman-teman PII kelas A disini yang merupakan satu kesatuan bahkan satu keluarga satu tujuan satu hati yang member kesempatan kepada saya untuk berpartisipasi baik di dalam maupun di luar. Dan terima kasih kepada teman-teman saya yang di pondok, selalu dan never lost tetap menyemangati saya dalam kondisi yang sulit dan sangat-sangat sulit. Saya berharap kepada teman-teman PII ini untuk selalu bersama dalam suka duka cita dalam menapaki hidup yang menjadi penentu masa depan kita.