1. Tugas akhir ini bertujuan untuk menganalisis kinerja layanan internet menggunakan teknologi Broadband over Powerline (BPL) di Puri Kencana Depok dengan membandingkan kinerja BPL dan Metronet berdasarkan parameter kualitas layanan seperti delay, jitter, throughput dan lainnya.
2. Hasil pengukuran menunjukkan bahwa BPL mampu memenuhi standar delay, jitter dan packet loss untuk komunikasi VoIP, namun hanya memenuhi sebagian besar standar
Comparison Static ICIC and Adaptive ICIC on TD-LTE
BPL ANALISIS
1. 1
ANALISIS PERFORMANSI LAYANAN INTERNET MENGGUNAKAN TEKNOLOGI
BROADBAND OVER POWERLINE (STUDI KASUS DI PURI KENCANA DEPOK)
Ray Khastur1
; Basuki Rahmat, Ir., MT.2
; Hafidudin, Ir., MT.3
1
Abstraksi - Kebutuhan masyarakat Indonesia akan akses internet cepat semakin meningkat, dengan perkembangan teknologi
muncul teknologi yang memanfaatkan jala-jala listrik sebagai media transmisi jaringan internet yang kini dikenal dengan
Broadband over PowerLine (BPL).
Fakultas Elektro & Komunikasi Institut Teknologi Telkom
Tugas Akhir ini bertujuan untuk mengetahui konfigurasi jaringan BPL yang telah diimplementasikan di Puri Kencana
Depok serta menganalisis kelayakan layanan BPL menurut beberapa standar acuan analisis kinerja.
Kegiatan observasi dilakukan dengan mengukur kinerja Metronet, serta mengukur kinerja BPL pada kondisi trafik dan
beban listrik yang berbeda. Selanjutnya dibandingkan kinerja BPL dengan kinerja Metronet untuk parameter QoS: delay, jitter,
packet loss, throughput, bandwidth, dan line quality.
Dalam komunikasi VoIP melalui BPL didapatkan: delay rata-rata sebesar 57,85 ms, jitter rata-rata sebesar 47,81 ms,
packet loss rata-rata sebesar 0,25%.
Sedangkan untuk aplikasi unduh file melalui BPL didapatkan: utilisasi throughput sebesar 69,47%, dan kapasitas
bandwidth arah downstream sebesar 354 kbps dan 203,5 kbps untuk bandwidth arah upstream, line quality menempati
peringkat B (sangat baik).
Dari beberapa parameter kinerja BPL diatas hanya utilisasi throughput saja yang kurang memenuhi standar yang telah
disepakati dalam Service Level Agreement dari jaringan serat optik berteknologi IP VPN MPLS.
Untuk memperkecil delay dan jitter dalam komunikasi VoIP melalui BPL agar menggunakan SIP server milik
ICON+ bagi pengguna internet BPL di Puri Kencana Depok.
Kata Kunci : BPL, Metronet, QoS, VoIP.
Abstract - Indonesian society needs high speed internet access will increase, with the development of technologies that
utilize the technology emerged grid as transmission media internet network, now known as Broadband over Powerline (BPL).
This Final Project aims to find out that BPL network configuration has been implemented in Puri Kencana Depok and
analyze the feasibility of BPL services, according to some performance analysis of reference standards.
Observation of activities carried out by measuring the Metronet performance, and measure the performance of BPL on
traffic conditions and the different electrical loads.
Further performance compared with the performance of BPL Metronet for QoS parameters: delay, jitter, packet loss,
throughput, bandwidth, and line quality.
In VoIP communications through BPL obtained: an average delay of 57.85 ms, jitter average of 47.81 ms, packet loss
average of 0.25%.
As for the application download files via BPL obtained: the throughput utilization of 69.47%, and the downstream
bandwidth of 354 kbps and 203.5 kbps for the uplink bandwidth, line quality was ranked as B (very good).
Of some parameters on the performance of BPL throughput utilization is only just a little to meet the standards agreed
upon in the Service Level Agreement of fiber-optic network IP VPN MPLS technology.
To minimize delay and jitter in VoIP communications via BPL to use the SIP servers and ICON + for BPL Internet
users in Puri Kencana Depok.
Keywords : BPL, Metronet, QoS, VoIP.
1. Pendahuluan
Dengan membandingkan jumlah pengguna listrik
dengan pengguna telepon tetap, dari data terakhir
pengguna listrik mencapai 30 juta lebih, sedangkan
telepon tetap hanya 8,7 juta SST saja dari total 220 juta
penduduk Indonesia. Sehingga bagi masyarakat pedesaan
yang belum terlayani jaringan PSTN alangkah idealnya
dapat menikmati layanan multimedia seperti telepon dan
internet melalui jaringan listrik melalui teknologi
Broadband over Power Line.
Teknologi BPL (Broadband over Powerline) yang
mampu mengirimkan paket data hingga 200 Mbps melalui
kabel listrik PLN yang terdistribusi hampir diseluruh
wilayah Indonesia. Layanan Internet BPL PT.ICON+
diberi nama Internet e+
Tugas Akhir ini bertujuan untuk mengetahui
konfigurasi BPL di Puri Kencana Depok, dan mencari
tingkat kualitas layanan BPL untuk Internet dan VoIP.
Dalam mengkaji kinerja BPL seperti bandwidth, jitter,
delay, throughtput, packet loss, dan line quality
pengukuran dilakukan terhadap kondisi trafik, dan beban
listrik yang berbeda beda.
yang telah mendukung layanan
triple play (data, suara, video) yang mana setiap pelanggan
dipinjamkan perangkat modem BPL.
Kinerja BPL dibandingkan dengan kinerja
Metronet sesuai dengan SLA yang telah ditetapkan
ICON+. Dari hasil pengukuran yang didapat akan
diketahui tingkat kualitas layanan BPL berdasarkan
standar delay (ITU-T G.114), jitter (ETSI/THIPON
V1.2.5), bandwidth (FCC), throughput (SLA ICON+),
packet loss (SLA ICON+), dan line quality (Pingtest.Net).
Agar dalam pengerjaan Tugas Akhir ini
didapatkan hasil yang optimal, maka masalah akan dibatasi
sebagai berikut : observasi dilakukan pada listrik
bertegangan rendah, pengukuran dilakukan di NOC
(Metronet) dan di Puri Kencana Depok (BPL), Paket data
yang diamati untuk aplikasi real time (VoIP) dan non-real
time (unduh file). Hasil dari analisis diharapkan dapat
menjadi bahan pertimbangan atau acuan bagi masyarakat
Indonesia dalam pemilihan BPL sebagai alternatif akses
internet cepat untuk aplikasi real time dan non-real time
2. 2
dengan memanfaatkan kabel listrik yang sudah ada
sebagai media transmisi.
2.1 Broadband over Powerline
2.1.1 Pengertian BPL
Broadband over Powerline merujuk kepada
layanan komunikasi seperti internet akses dan telepon
melalui jaringan listrik dengan kecepatan hingga 200
Mbps.
Gambar 2.1 Contoh konfigurasi penerapan BPL
BPL menggunakan tegangan rendah dan
tegangan sedang/menengah pada kabel listrik yang
melintas di jalan jalan pada umumnya yang dapat
mendistribusikan layanan broadband pada range
frekuensi 1 Mhz hingga 30 Mhz. BPL menggunakan
frekuensi diatas 50 Hz untuk layanan telekomunikasi
[8]
Gambar 2.2 Klasifikasi Tegangan Listrik
hingga orde beberapa MHz untuk proses transmisinya.
Frekuensi yang umum digunakan adalah 9 kHz – 200
MHz
[1]
[11]
.
Gambar 2.3 Penggunaan frekuensi kerja PLC
2.1.2 Karakteristik BPL pada Tegangan Tinggi
[6]
Data akan rusak jika dilewatkan pada kabel listrik
bertegangan tinggi, sehingga dalam mengatasi
permasalahan tersebut digunakan kabel serat optik yang
diparalelkan dengan kabel tegangan tersebut.
[11]
Gambar 2.4 Infrastruktur umum akses BPL
2.1.3 BPL pada Tegangan Menengah dan Rendah
[11]
Link komunikasi pertama ada di sisi LV antara
modem BPL LV yang berwarna biru pada substation dan
modem BPL LV yang berwarna hijau yang berfungsi
sebagai repeater. Link komunikasi terakhir ada pada
modem yang berada disisi pelanggan yang berwarna
merah.
Gambar 2.5 Jaringan PLC melalui Tegangan
Menengah dan Rendah
2.1.4 Standar-standar BPL
[10]
2.1.4.1 Standar HomePlug 1.0
HomePlug adalah spesifikasi teknologi yang
menghubungkan divais-divais satu sama lain melalui kabel
listrik di rumah.
[11]
2.1.4.2 Standar CENELEC
Aturan CENELEC sangat berbeda dari standar
Amerika dan Jepang, yang menspesifikasikan jangkauan
frekuensi hingga 500 kHz untuk penggunaan layanan PLC.
Standar CENELEC digunakan untuk Narrow Band PLC
yang memiliki bandwidth diantara 2 Mbps.
[7]
2.1.4.3 Standar OPERA
Open PLC European Research Alliance (OPERA)
adalah suatu lembaga PLC yang menghasilkan suatu
standar berdasarkan penelitian dan riset pada region Eropa.
[12]
2.1.5 Perangkat Dasar Jaringan BPL
Perangkat dasar BPL sangat dibutuhkan dalam
membangun jaringan komunikasi melalui kabel listrik.
Tugas utama dari perangkat dasar tersebut adalah guna
mempersiapkan sinyal kirim serta konversi sinyal tersebut
agar dapat dikirimkan melalui kabel listrik sehingga dapat
diterima dengan baik di sisi penerima. Perangkat dasar itu
diantaranya:
• BPL Modem
• BPL Base Station/Master Station
• BPL Repeater
2.2 Model Trafik
Pada sistem komunikasi wireless, metode talkpurt
digunakan dalam meningkatkan utilisasi dari terbatasnya
penggunaan spektrum frekuensi dalam komunikasi
wireless, alasan itulah yang juga menarik
diimplementasikan dalam jaringan akses PLC.
Durasi rata-rata dari periode aktif adalah
Ta = time steps.............(2.1)
Durasi rata-rata dari periode hening adalah
[7]
Ts = time steps.............(2.2)
Asumsi adalah data rate saat sumber sedang
dalam kondisi aktif, maka data rate rata-rata
sebesar: ….(2.3)
[7]
[7]
Gambar 2.6 Fasa sibuk dan hening pada koneksi
suara
2.3 Tumpukan protokol OSI BPL
[7]
Gambar 2.7 Karakteristik jaringan pada lapis 3 OSI
• IP dari tiap modul harus unik.
[12]
3. 3
• IP dari tiap modul didedikasikan untuk fungsi
manajemen.
Tiap modul tidak berkomunikasi satu sama lain
dalam lapis IP.
2.3.1 RTP
Protokol Real Time Transport (RTP) menyediakan fungsi
transport end to end yang sesuai dengan aplikasi yang
bersifat real time.
2.3.2 RTCP
Real Time Control Protocol (RTCP) digunakan
untuk memonitor kualitas layanan real time dan
menguraikan informasi tentang partisipan dalam proses
yang sedang berlangsung serta termasuk beberapa detil
seperti nomor paket RTP yang hilang, delay, dan
interarrial jitter.
2.3.3 UDP
User Data Protocol (UDP) merupakan protokol
pesan yang bersifat connectionless serta tanpa ACK dalam
pengiriman paket atau tanpa garansi data tersebut sampai
tujuan / best effort.
2.3.4 TCP
Transmission Control Protocol (TCP) merupakan
protokol lapis 4 OSI yang menyediakan transmisi data
yang dapat diandalkan dan berurutan.
2.3.5 IP
Internet Protocol (IP) bertanggung jawab dalam
pengiriman paket-paket antara host computer. IP bersifat
unreliable, connectionless, dan datagram delivery service
2.4 Kopling Sinyal
Kopling sinyal menunjukkan fasa dimana sinyal
yang akan disuntikkan pada unit BPL. Terdapat dua jenis
kopling yang digunakan pada sistem BPL yaitu kopling
tiga fasa dan kopling satu fasa.
2.5 Parameter QoS
2.5.1 Jitter
Berdasarkan rekomendasi ETSI/THIPON-05001
V1.2.5 (1998-09) sebagai berikut:
Tabel 2.1 Batas jitter menurut rekomendasi
ETSI/THIPON
Jitter
[15]
Klasifikasi
75 ms Good Speech
125 ms Medium Speech
225 ms Poor Speech
2.5.2 Delay
Tabel 2.2 Spesifikasi delay menurut rekomendasi ITU
G.114
Jangkauan
dalam mili
detik
[2]
Deskripsi
0-150
Dapat diterima oleh
kebanyakan aplikasi
pengguna.
150-400
Diterima dengan
ketentuan bahwa
administrator sadar waktu
transmisi dan dampak
tersebut akibat kualitas
transmisi dari aplikasi
pengguna.
Diatas 400
Tidak dapat diterima
untuk tujuan perencanaan
jaringan. Sehingga, ini
dikenal dalam beberapa
kasus pengecualiaan
batas ini dimaklumi.
2.5.3 Packet Loss
Merupakan rasio dari sejumlah paket yang hilang
terhadap total paket yang dikirimkan.
…(2.4)
2.5.4 Throughput
Dalam analisa pada observasi digunakan metode
normalisasi atau biasa disebut dengan utilisasi kanal
dengan persamaan sebagai berikut:
Utilisasi Throughput→ …(2.5)
2.5.5 Bandwidth
[18]
Definisi FCC dari broadband sekitar 200 kbps dalam satu
arah, dan jalur lebar canggih paling tidak 200 kbps dalam
dua arah.
Utilisasi Efisiensi Bandwidth = …(2.6)
2.6 Hubungan antara MOS dan E-Model
.......(2.7)
R = R
[9]
0 – Is – Ie –Id + A....(2.8)
R
[14]
0 pengaruh dari variasi noise, Is terjadi secara
bersamaan dengan sinyal suara, Ie gangguan yang
disebabkan tipe loss, Id
R = 94.2 - I
oleh delay lintasan, dan A adalah
konpensasi dari beberapa gangguan yang terjadi
tergantung dari kondisi user. Sehingga dapat
disederhanakan menjadi:
e - Id....(2.9)
Nilai Id ditentukan dari persamaan:
[14]
Id = 0.024d + 0.11 (d – 177.3) H(d – 177.3) ....(2.10)
Nilai Ief ditentukan oleh persamaan:
[14]
Ief = 7 + 30 ln(1 + 15e) ....(2.11)
Maka estimasi nilai faktor R adalah:
[14]
R = 94.2 – [0.024d + 0.11 (d – 177.3) H(d – 177.3)] – [7 +
30 ln(1 + 15e)] ....(2.12)
Dengan ketentuan sebagai berikut:
[14]
R = Faktor kualitas transmisi
d = one way delay (mili second)
H = Fungsi tangga ; dengan ketentuan
H(x) = 0 jika x < 0, lainnya
H(x) = 1 untuk x ≥ 0
e = persentasi besarnya paket loss yang terjadi (dalam
bentuk desimal)
2.7 Kualitas Sambungan (Line Quality)
Berdasarkan informasi dari situs
[13]
www.pingtest.net
kualitas sambungan ditentukan oleh beberapa parameter
seperti packet loss, jitter, dan ping.
Tabel 2.3 Kualitas Sambungan
Nilai
Packet
Loss
Ping MOS Keterangan
A 0%
< 50
ms
> 4.37
Excellent, semua
aplikasi internet
berjalan sangat
baik.
B 0%
90
ms
4,28~4.37
Very good,
seharusnya
aplikasi berjalan
lancar. Beberapa
game online tidak
optimal.
C 1%
150
ms
4,00~4,27
Acceptable,
kualitas VoIP
akan menurun.
Kerugian untuk
game online, dan
beberapa media
streaming lancar.
D 3% 300 2,50~3,99 Concerning,
4. 4
ms beberapa aplikasi
online tidak
berjalan dengan
baik.
F 20%
500
ms
< 2,5
Very poor,
performa aplikasi
internet real time
sangat buruk
pada koneksi ini.
3 Pengukuran
3.1 Tujuan Penelitian
Pengukuran bertujuan untuk mendapatkan data-data
kualitas layanan internet menggunakan teknologi
Broadband over Powerline untuk komunikasi real-time
dan nonreal-time yang selanjutnya dari beberapa
parameter QoS yang diukur akan dinilai tingkat layanan
BPL dengan nilai standar yang telah ditetapkan oleh ITU-
T untuk parameter delay, ETSI/THIPON untuk parameter
jitter, FCC untuk parameter bandwidth, SLA ICON+
untuk parameter throughput dan packet loss, dan
PINGTEST.NET untuk parameter line quality.
3.1.1 Alur Pengukuran di NOC Gandul (Jaringan
Fiber Optic Metronet)
Untuk jaringan Metronet, Kapasitas Bandwidth
yang diberikan 10, 100, hingga 1000 Mbps layanan
Metronet digunakan untuk aplikasi berbasis client to
server intranet.
Gambar 3.1 Jaringan Metronet[8]
Gambar 3.2 Blok Diagram Pengukuran di NOC
Gandul
Untuk koneksi internetnya Metronet menggunakan paket
layanan Internet Corporate dengan Bandwidth Ratio 1:1
dan Bandwidth diberikan sebesar 512 kbps. Berbasis
teknologi EFM (Ethernet in The First Mile), sehingga port
interface sudah dalam bentuk Ethernet (RJ-45). Aplikasi
VoIP menggunakan SIP server dari VoIP Rakyat dengan
nomor telepon 105006 dan 89008 yang telah didaftarkan.
3.1.1.1 Pengukuran Bandwidth NOC Gandul
Pengukuran Bandwidth di NOC Gandul dengan
alamat IP 202.162.214.94 dan pengetesan dilakukan
selama 10 kali dan dari informasi yang didapat bahwa
bandwidth yang tersedia di NOC sebesar 512 kbps
upstream dan 512 kbps downstream ( simetris ).
Kecepatan download yang didapat rata-rata sebesar 464
kbps dan kecepatan upload yang didapat rata-rata sebesar
463 kbps dari bandwidth alokasi sebesar 512 kbps dua
arah simetris.
3.1.1.2 Pengukuran QoS aplikasi Real-Time
Pengukuran QoS jaringan yang berada di NOC
Gandul dilakukan komunikasi VoIP sebanyak 10 kali
menggunakan piranti lunak X-Lite dengan SIP server
voiprakyat dengan alamat IP 202.153.128.34 dan alamat
IP 192.168.10.83 sebagai client. Selama komunikasi
berlangsung, dilakukan capture terhadap paket data yang
terjadi menggunakan piranti lunak Wireshark. Untuk
parameter: delay rata-rata selama 20,37 ms, jitter rata-rata
selama 4,33 ms, packet loss rata-rata sebesar 0,29 %, RTP
throughput rata-rata 118,8 kbps.
3.1.1.3 Pengukuran QoS aplikasi Non Real-Time
Untuk aplikasi non-real time parameter QoS yang
dapat diukur oleh Wireshark hanya throughput saja karena
protokol TCP bersifat connection less. Hasil capture
download file untuk paket data TCP dari server
118.214.190.49 menuju 192.168.10.83 sebagai client
sebanyak 10 kali pengukuran mendapatkan rata-rata
throughput 438,4 kbps.
3.1.1.4 Pengukuran Kualitas Sambungan
Pengukuran kualitas sambungan dilakukan dengan
memilih Surabaya sebagai server pengukuran, parameter
packet loss tidak dapat terhitung akibat gangguan yang
berasal dari server. Nilai yang didapatkan setelah 10 kali
pengukuran : ping rata-rata (51,9 ms), jitter rata-rata (16,5
ms), grade rata-rata peringkat B, MOS rata-rata 4,29.
3.1.2 Alur Pengukuran BPL di Puri Kencana Depok
Perangkat BPL Preminet bekerja berdasarkan
alamat fisik (MAC Address), sehingga dalam peta jaringan
menggunakan aplikasi The Dude hanya perangkat
Management Unit saja yang terlihat dengan alamat IP
172.110.3.2 untuk perangkat Base Station, Repeater, dan
CPE tidak tampil pada monitoring.
Gambar 3.3 Blok Diagram Pengukuran BPL di Puri
Kencana
Perangkat BST, Repeater, dan CPE dapat dilihat
statusnya melalui Management Unit dengan berbasiskan
Java. Setelah dilakukan pengukuran perangkat MNG
mengalami kerusakan pada sistem Website yang tidak
5. 5
dapat menampilkan konfigurasi, status perangkat, dan
throughput. Walaupun sistem website berbasis Java rusak
fungsionalitas BPL masih dapat bekerja secara normal.
3.1.2.1 Pengukuran Bandwidth BPL Puri Kencana
Depok
Dari hasil pengukuran 1 di lapangan didapatkan
besar rata-rata bandwidth download sebesar 122 kbps
sedangkan bandwidth upload sebesar 87 kbps. Pada
pengukuran 2 di lapangan , besar bandwidth untuk arah
downstream 586 kbps dan 320 kbps untuk arah upstream.
3.1.2.2 Pengukuran QoS aplikasi Real-Time
Pada pengukuran 1 didapatkan nilai dari beberapa
parameter QoS untuk komunikasi VoIP melalui BPL
diantaranya : delay rata-rata (63,05 ms), jitter rata-rata
(53,6 ms), packet loss rata-rata (0,18%), throughput rata-
rata codec G.711 (47,5 kbps). Serta untuk pengukuran 2
nilai parameter QoS : delay rata-rata (52,63 ms), jitter rata-
rata (42,01 ms), packet loss rata-rata (0,31%), throughput
rata-rata codec G.711 (54,6 kbps).
3.1.2.3 Pengukuran QoS aplikasi Non Real-Time
Dari pengukuran1 untuk aplikasi unduh data dari
server ke client maka Throughput paket data TCP arah
downstream rata-rata sebesar 120,4 kbps. Sedangkan pada
pengukuran 2 untuk kasus serupa maka Throughput paket
data TCP arah downstream rata-rata sebesar 235,8 kbps.
3.1.2.4 Pengukuran Kualitas Sambungan
Pengukuran kualitas sambungan dilakukan
menggunakan server dari Surabaya dimana pada
pengukuran 1: ping rata-rata (71,2 ms), jitter rata-rata
(15,9 ms), grade rata-rata peringkat B, dan MOS rata-rata
4,28. Pada pengukuran 2 parameter line quality: ping rata-
rata (71,3 ms), jitter rata-rata (16,8 ms), grade rata-rata
peringkat B, MOS rata-rata sebesar 4,28.
3.2 Topologi Jaringan BPL pada Tegangan
Rendah
Pada Tugas Akhir ini, tegangan listrik yang
diobservasi meliputi tegangan rendah dengan Fiber Optic
Backhaul pada tegangan menengah berbasis teknologi IP
VPN MPLS.
Gambar 3.4 Konfigurasi IP VPN MPLS ICON+[1]
Service Level Guarantee IP VPN MPLS ICON+:
• Availaibility : 99%.
• Delay (latency) : < 100 ms.
• Troughput : 90%.
• Packet Loss: <1%.
3.2.1 Konfigurasi Pengukuran
Dalam gambar 3.6 terlihat secara singkat mengenai
kondisi pengukuran kinerja Internet melalui jaringan BPL,
IP Backbone bersumber dari PoP APJ Depok. Dari server
dilakukan konversi dari kanal FO diubah ke Ethernet yang
selanjutnya masuk ke BPL Management yang
menyuntikkan informasi data pada kabel listrik tegangan
rendah yang dibantu dengan kopling.
Gambar 3.5 Topologi Pengukuran di Puri Kencana
Depok
3.2.2 Kerangka Analisis Performansi
3.2.2.1 Pengukuran Bandwidth
Setelah didapatkan 10 kali hasil pengukuran
bandwidth dicari nilai rata-ratanya. Selanjutnya hasil ukur
rata-rata dibandingkan dengan definisi dari FCC mengenai
Broadband Bandwidth sebesar 200 kbps untuk arah
downstream atau arah upstream. Pemenuhan nilai
bandwidth dihitung dengan perbandingan bandwidth ukur
dengan bandwidth alokasi. Analisa bandwidth
menggunakan persamaan 2.3 agar didapatkan utilisasi
efisiensi bandwidth.
3.2.2.2 Pengukuran Kualitas Sambungan
Dengan 10 kali hasil pengukuran line quality dicari
nilai rata-ratanya. Kemudian berdasarkan tabel 2.5 hasil
rata-rata tersebut dicari peringkat layanan yang sesuai
dengan standar pingtest.net.
3.2.2.3 Pengukuran nonreal-time
Dari 10 kali pengukuran throughput untuk aplikasi
download paket data TCP dicari rata-ratanya. Dari SLA
tiap layanan baik METRONET maupun IP VPN MPLS
memberikan garansi throughput minimal sebesar 90% dari
alokasi bandwidth. Persamaan 2.2 digunakan dalam
perhitungan utilisasi throughput.
3.2.2.4 Pengukuran real-time
Dengan melakukan 10 kali panggilan menggunakan
dua softphone yaitu X-Lite dan EyeBeam kemudian
komunikasi di capture menggunakan WireShark yang
selanjutnya didapatkan nilai rata-rata jitter, packet loss,
throughput. Untuk delay nilai rata-ratanya dihitung secara
manual dengan mengambil nilai rata-rata dari ± 200 paket
data RTP. Nilai MOS dihitung menggunakan pendekatan
E-Model dari nilai rata-rata delay.
4.1 Analisis Pengukuran di NOC Gandul
4.1.1 Monitoring Jaringan BPL Puri Kencana Depok
Dalam penerapan BPL di Indonesia, PT.ICON+
menggunakan sistem monitoring jaringan menggunakan
piranti lunak What’s Up yang mampu mendeteksi
gangguan.
4.1.2 Bandwidth NOC Gandul
Hasil ukur rata-rata kecepatan download yang
didapat sebesar 464 kbps (90,63%) dari 512 kbps arah
downstream dan kecepatan upload yang didapatkan
sebesar 463 kbps (90,43 %) dari bandwidth alokasi sebesar
512 kbps arah upstream. Berdasarkan definisi FCC
mengenai bandwidth broadband sebesar 200 kbps arah
downstream atau 200 kbps arah upstream, sehingga
bandwidth METRONET masuk pada kriteria Broadband
Internet Access.
4.1.3 Analisis QoS NOC Gandul
4.1.3.1 Aplikasi real time
Untuk komunikasi VoIP nilai rata-rata untuk 10
kali pengukuran untuk delay rata-rata sebesar 20,37 ms,
6. 6
jitter rata-rata sebesar 4,33 ms, packet loss rata-rata 0,29%,
dan throughput rata-rata sebesar 111,8 kbps. Parameter
QoS yang diukur seluruhnya telah memenuhi nilai standar.
Untuk parameter throughput lebih besar dari bandwidth
codec G.711 (64 kbps) karena pengukuran dilakukan pada
durasi ± 60 detik dengan ± 1000 paket data RTP,
rekomendasi pengukuran pada durasi ± 15 detik dengan ±
200 paket. Nilai MOS berdasarkan persamaan 2.4
mendapatkan hasil 4,21 dengang tingkat kepuasan user
memuaskan. Parameter delay dan jitter cukup kecil
dikarenakan penggunaan ethernet interface yang
mendukung komunikasi dua arah secara simultan.
4.1.3.2 Aplikasi non-real time
Hasil capture download file untuk paket data TCP
dari server 118.214.190.49 menuju 192.168.10.83 sebagai
client sebanyak 10 kali pengukuran mendapatkan rata-rata
throughput 438,4 kbps.
Utilisasi Throughput→
=
Sehingga utilisasi throughput METRONET sebesar
94,48%, telah memenuhi SLA yang telah ditetapkan
ICON+ minimal sebesar 90%.
4.1.3.3 Kualitas Sambungan Metronet
Line Quality( Kualitas Sambungan) Metronet
mendapatkan nilai rata-rata B (sangat baik). Jaringan
Metronet sangat cocok untuk aplikasi real time, tetapi
kurang optimal untuk game online.
4.1.4 Pemetaan Jaringan Puri Kencana dari NOC
Pemetaan jaringan menggunakan piranti lunak The
Dude.
Gambar 4.1 Keterangan hasil scanning The Dude
4.2 Analisis Pengukuran di Puri Kencana Depok
Pengukuran 1 dilakukan pada hari sabtu pukul
12.00 saat beban listrik minim dan beban trafik sibuk,
sedangkan pada pengukuran 2 yang dilakukan pada hari
senin pukul 20.00 adalah jam trafik sepi.
Gambar 4.2 Kondisi Trafik Harian Layanan Internet
ICON+
4.2.1 Analisis Perangkat Telekomunikasi
Pada titik terminasi optik dengan perangkat allied
telesyn jaringan MPLS dikonversi menjadi Ethernet
dengan kapasitas maksimun E1 (setara dengan 2048
kbps). Perangkat switch digunakan untuk membagi-bagi
jaringan berdasarkan alamat IP perangkat, untuk
perangkat BPL alamat IP yang terdeteksi hanya pada
Management Unit saja yaitu 172.110.3.2 dikarenakan
pada perangkat Preminet lapis OSI ke-3 masuk kedalam
lapis Media sehingga untuk mengetahui perangkat BPL
yang aktif (HE, Repeater, dan CPE) hanya terdeteksi
alamat fisik saja pada GUI Management Unit.
Gambar 4.3 Perangkat Telekomunikasi di Puri
Kencana
4.2.1.1 Standar PHY Layer HomePlug
Lapis fisik mendefinisikan fungsi listrik, mekanik,
prosedural, dan fungsi untuk aktivasi, perawatan dan
deaktivasi dari hunungan fisik antara sistem komunikasi.
Gambar 4.4 Blok Diagram Lapis Fisik HomePlug
4.2.1.2 Standar MAC Layer HomePlug
Media Access Control menyediakan layanan data
dan akses mekanisme kendali yang memungkinkan banyak
cabang dan perangkat pada jala-jala listrik tanpa adanya
interferensi. Pada perangkat BPL PITEL interaksi antar
perangkat terjadi pada lapis MAC dimana hanya
Management Unit saja yang memiliki alamat IP.
4.2.1.3 Standar Network Layer HomePlug
Pada lapis ketiga layanan data antar jaringan,
metode routing topologi mesh dan tree, dan formasi
keamanan jaringan terjadi pada lapis NL. Penggunaan
throughput NL mencapai 5% dari bandwidth yang
tersedia.
4.2.1.4 Standar Host Layer HomePlug
Saat ini dalam tahap proses terakhir sertifikasi,
tujuan utamanya untuk mendukung interoperability
diantara perangkat yang mendukung standar HomePlug
untuk vendor yang berbeda-beda.
4.2.1.5 PPPoE dan AAA
Sistem BPL ICON+ di Puri Kencana Depok terdiri
dari dua sistem utama antara lain: Jaringa BPL dan sistem
AAA (Authentication Authorization Accounting) yang
berjalan bersama dengan PPPoE (Point to Point Protocol
over Ethernet).
4.2.2 Bandwidth Puri Kencana Depok
efisiensi layanan untuk bandwidth broadband pada
pengukuran 1 adalah:
• Arah downstream → = 23,83
%.
• Arah upstream → = 16,99 %.
• Berdasarkan definisi broadband bandwidth dari FCC
untuk pengukuran BPL pada pengukuran 1 untuk arah
downstream maupun arah upstream belum memenuhi
standar bandwidth broadband internet.
efisiensi layanan untuk bandwidth broadband pada
pengukuran 2 adalah:
• Arah downstream → = 114,45
%.
• Arah upstream → = 62,5 %.
7. 7
• Berdasarkan definisi broadband bandwidth dari FCC
untuk pengukuran
BPL pada pengukuran 2 untuk arah downstream maupun
arah upstream telah memenuhi standar broadband
internet.
4.2.3 Analisis QoS Puri Kencana Depok
4.2.3.1 Aplikasi Non-Real Time
Berdasarkan hasil pengukuran 1 analisa yang didapat:
• Throughput arah downstream rata-rata sebesar 120,4
kbps.
• Utilisasi Throughput→
=
Sehingga pemenuhan throughput BPL-IP VPN
MPLS sebesar 98,69%, telah memenuhi SLA yang telah
ditetapkan ICON+ minimal sebesar 90%.
Berdasarkan hasil pengukuran 2 analisa yang didapat:
• Throughput arah downstream rata-rata sebesar 235,8
kbps.
• Utilisasi Throughput→
=
Sehingga pemenuhan throughput BPL-IP VPN
MPLS sebesar 40,24 % dari bandwidth rata-rata
pengukuran, hal ini dikarenakan pada saat bersamaan
terjadi shared bandwidth antara 2 user yang sama-sama
menggunakan internet.
4.2.3.2 Aplikasi Real Time
Berdasarkan pengukuran 1 hasil yang didapat:
• Delay rata-rata untuk komunikasi VoIP sebesar 63,05
ms, memenuhi ITU G.114.
• Jitter rata-rata untuk komunikasi VoIP sebesar 53,6
ms, memenuhi ETSI/THIPON V1.2.5 dimana jitter <
75 ms masuk dalam kriteria good speech.
• Packet Loss untuk komunikasi VoIP sebesar 0,18%,
memenuhi SLA Packet Loss jaringan IP VPN MPLS.
• Throughput rata-rata untuk komunikasi VoIP dengan
codec G.711 µ-law 64 kbps sebesar 47,5 kbps.
• MOS rata-rata untuk layanan VoIP melalui BPL-IP
VPN MPLS 4,20 dengan tingkat kepuasan adalah
satisfied.
Berdasarkan pengukuran 2 hasil yang didapat:
• Delay rata-rata untuk komunikasi VoIP sebesar 52,64
ms, memenuhi ITU G.114.
• Jitter rata-rata untuk komunikasi VoIP sebesar 42,01
ms, memenuhi ETSI/THIPON V1.2.5 dimana jitter <
75 ms masuk dalam kriteria good speech.
• Packet Loss untuk komunikasi VoIP sebesar 0,31%,
memenuhi SLA Packet Loss jaringan IP VPN MPLS.
• Throughput rata-rata untuk komunikasi VoIP dengan
codec G.711 µ-law 64 kbps sebesar 54,6 kbps.
• MOS rata-rata untuk layanan VoIP melalui BPL-IP
VPN MPLS 4,19 dengan tingkat kepuasan adalah
satisfied.
4.2.3.3 Kualitas Sambungan BPL – IP VPN MPLS
Line Quality( Kualitas Sambungan) Metronet
mendapatkan nilai rata-rata B (sangat baik). Jaringan
Metronet sangat cocok untuk aplikasi real time, tetapi
kurang optimal untuk game online.
4.3 Evaluasi Kinerja BPL
4.3.1 Delay BPL terhadap ITU-T G.114
Delay pada jaringan BPL pada siang dan malam
hari dipengaruhi oleh kondisi trafik. Saat siang hari delay
rata-rata lebih besar dibandingkan delay rata-rata malam
hari.
Gambar 4.5 Grafik delay RTP terhadap kondisi beban
listrik dan kondisi trafik
4.3.2 Jitter BPL terhadap ETSI/THIPON V1.2.5
Lamanya jitter untuk aplikasi VoIP menggunakan
BPL lebih baik saat malam hari dimana kondisi trafik
korporat sepi, dan kondisi beban listrik tidak terlalu
mempengaruhi jitter.
Gambar 4.6 Grafik jitter RTP terhadap kondisi beban
listrik dan kondisi trafik
4.3.3 Bandwidth BPL terhadap definisi FCC
Layanan internet broadband menggunakan
teknologi BPL di Puri Kencana Depok sangat dipengaruhi
pada kondisi trafik internet korporat yang lebih padat pada
siang hari sehingga kurang memenuhi standar FCC untuk
kondisi siang hari.
Gambar 4.7 Nilai Bandwidth BPL terhadap standar
FCC
4.3.4 Throughput BPL terhadap SLA IP VPN MPLS
ICON+
Perbandingan throughput BPL pada kondisi beban
listrik yang berbeda, pada malam hari nilai throughput
paket data TCP turun menjadi 40,24 % berbanding lurus
dengan kondisi beban listrik pada malam hari dimana
makin besar beban listrik makin besar jumlah packet loss
dalam jaringan BPL yang berpengaruh pada throughput.
Gambar 4.8 Nilai Throughput BPL
4.3.5 Packet Loss BPL terhadap SLA IP VPN MPLS
Besarnya paket yang hilang pada jaringan BPL
dipengaruhi oleh besarnya pemakaian beban listrik. Untuk
komunikasi real time seperti VoIP lebih baik dilakukan
saat beban listrik minimum agar didapatkan kualitas suara
yang jernih dan tidak putus-putus akibat pengaruh packet
loss pada jaringan BPL.
8. 8
Gambar 4.9 Besar Packet Loss BPL terhadap kondisi
beban listrik
4.4 Perbandingan Kinerja BPL dengan Metronet
4.4.1 Perbandingan Delay
Metronet lebih unggul dalam perbandingan delay rata-rata
untuk komunikasi VoIP.
Gambar 4.10 Perbandingan delay
4.4.2 Perbandingan Jitter
Sehingga Metronet lebih unggul dalam perbandingan
jitter.
Gambar 4.11 Perbandingan jitter
4.4.3 Perbandingan Packet Loss
Packet Loss komunikiasi VoIP melalui BPL lebih unggul
dari Metronet karena BPL menggunakan repeater untuk
mengurangi rasio paket yang hilang.
Gambar 4.12 Perbandingan packet loss
4.4.4 Perbandingan Throughput
Throughput BPL untuk download file memiliki
kekurangan karena menggunakan jaringan IP VPN MPLS
yang memiliki trafik yang lebih padat penggunanya
dibandingkan jaringan Metronet yang bersifat jaringan
private.
Gambar 4.13 Perbandingan throughput
5 Penutup
5.1 Simpulan
1. Delay yang dihasilkan BPL lebih besar dibandingkan
Metronet karena BPL untuk area pelayanan Puri
Kencana tidak bisa berkomunikasi dua arah secara
simultan.
2. Jitter BPL lebih besar dibandingkan Metronet,
dipengaruhi oleh delay.
3. Packet Loss BPL lebih unggul dari Metronet karena
menggunakan repeater yang berfungsi untuk
meregenerasi sinyal yang lemah.
4. Throughput BPL lebih rendah dari SLA ICON+
sehingga kurang memenuhi standar.
5. Bandwidth rata-rata BPL telah memenuhi standar FCC
mengenai kecepatan internet broadband.
6. Line Quality BPL sangat baik untuk komunikasi real
time, tetapi kurang optimal untuk game online.
7. Kendala yang dialami adalah terbatasnya akses dalam
rangka pengukuran yang lebih mendalam.
5.2 Saran
1.Minimalisir delay VoIP di Puri Kencana dapat
menggunakan SIP server milik ICON+.
2.Agar ditingkatkan kapasitas bandwidth di Puri Kencana
Depok untuk peningkatan utilitas bandwidth.
3.Penelitian lebih lanjut agar menganalisi kinerja
Konferensi Video menggunakan perangakat VICON
milik ICON+ (TANBERG MXP 770/880/990) untuk
kelayakan layanan triple play pada jaringan BPL.
DAFTAR PUSTAKA
[1] Brosur ICON+. 2006. Layanan ICON+. Jakarta:
PT Indonesia Comnets Plus.
[2] Cisco. 2008. Understanding Delay in Packet
Voice Networks. USA: Cisco.
[3] Deployment of Powerline Communications
Systems in Malaysia. Suruhanjaya Komunikasi
dan Multimedia Malaysia. 2005.
[4] FCC. 2009. Broadband Definition. USA: FCC
[5] Grimm, Christian. 2008. IP Traffic Theory and
Performance. Berlin: Springer.
[6] Held, Gilbert. 2006. Understanding Broadband
over Powerline. Boca Raton: Auerbach
Publications.
[7] Hrasnica, Halid. 2004. Broadband Powerline
Communications Network Design. England: Jhon
Wiley & Sons.
[8] ILEVO Slide Presentation. 2006. Installation &
Commisionning-Chapter 09. Sweden: Schneider
Electric Powerline Communications.
[9] ILEVO Slide Presentation. 2006. Installation &
Commisionning-Chapter 04. Sweden: Schneider
Electric Powerline Communications.
[10] Issa, Fawzi., Goldberg, Michel., Marthe,
Emmanuel. 2003. Powerline Communications
using Low and Medium Voltage Networks.
Bahrain: Proc.GCC International Gulf
Conference.
[11] Mohd, Alias., Lee Loon, Ong. 2007. Performance
of VoIP over Wireless LAN for Different
Audio/Voice Codecs. Malaysia: Jurnal Teknologi.
[12] OPERA. 2006. OPERA Technology White Paper.
Europe: OPERA.
[13] Pingtest. 2009. Line Quality. www.pingtest.net.
[14] Raale, Alexander. 2006. Speech Quality of VoIP.
England: Jhon Wiley & Sons.
[15] Stanford University. 2004. Slide QoS on Best –
Effort IP Networks. USA: Stanford.
[16] InTellon. 2006. White Paper Powerline
Communications Performance Testing.
California: InTellon.
[17] Yitran. 2008. PITEL10-(MDU) Broadband
Distribution Using PLC. Israel: Yitran.
[18] Wikipedia. 2010. Throughput.
USA: www.wikipedia.com/throughput