Sikap terhadap orang-orang yang menjadikan Islam sebagai bahan ejekan adalah meninggalkan mereka dan memberikan peringatan dengan Alquran, sedangkan orang-orang yang tetap melecehkan agama akan mendapat hukuman berat di akhirat seperti minum air mendidih dan azab yang pedih.
Gambar kerangka dasar vertikal metode sipat datar givar
Meninggalkan dan Peringatkan Pelaku Pelecehan Islam
1. 21/12/13
[115] Menyikapi Orang-orang yang Melecehkan Islam dan Ancaman terhadap Pelakunya
Menyikapi Orang-orang yang Melecehkan Islam dan Ancaman
terhadap Pelakunya
Tuesday, 12 Novemb er 2013 10:26
Oleh: Rokhmat S. Labib, M.E.I.
Dan tinggalkanlah orang-orang yang menjadikan agama mereka seb agai main-main dan senda-gurau, dan mereka telah
ditipu oleh kehidupan dunia. Peringatkanlah (mereka) dengan Alquran itu agar masing-masing diri tidak dijerumuskan ke
dalam neraka, karena perb uatannya sendiri. Tidak akan ada b aginya pelindung dan tidak (pula) pemb eri syafaat selain
daripada Allah. Dan jika ia meneb us dengan segala macam teb usan pun, niscaya tidak akan diterima itu daripadanya.
Mereka itulah orang-orang yang dijerumuskan ke dalam neraka, diseb ab kan perb uatan mereka sendiri. Bagi mereka
(disediakan) minuman dari air yang sedang mendidih dan adzab yang pedih diseb ab kan kekafiran mereka dahulu (TQS
al-An’am [6]: 70).
Dalam bergaul dengan sesama manusia, seorang Mukmin bisa bertemu dengan banyak tipe dan sifat manusia yang
berbeda-beda. Perbedaan tersebut mengharuskan perbedaan pula dalam menyikapinya. Menghadapi orang yang taat dan
berpegang teguh dengan Islan, tentu berbeda dengan menghadapi orang suka melecehkan Islam dan menjadikannya
sebagai bahan ejekan dan olok-olokan.
Perkara inilah di antara yang dijelaskan oleh ayat ini. Umat Islam diberikan tuntunan bagaimana menghadapi orang-orang
yang melecehkan Islam.
Menyikapi Orang yang Mempermainkan Agama
Allah SWT berfirman: Wa dzar al-ladzîna [i]ttakhadzû dînahum la’ib [an] wa lahw[an] (dan tinggalkanlah orang-orang yang
menjadikan agama mereka sebagai main-main dan senda-gurau). Khithâb atau seruan ayat ini ditujukan kepada
Rasulullah SAW. Seruan itu berlaku juga untuk seluruh umatnya. Isi seruannya adalah perintah untuk meninggalkan orangorang yang menjadikan dînahum (agama mereka) sebagai la’ib [an] (main-main) dan lahw[an] (senda guru). Yang
dimaksud dengan dînahum, sebagimana diterangkan al-Khazin, al-Alusi, dan para mufassir, adalah Islam. Dikatakan
agama mereka karena Islam merupakan agama yangdiperintahkan dan dibebankan atas mereka.
Sedangkan menjadikan Islam sebagai ‘la’ib [an] dan lahw[an], menurut al-Qurthubi adalah istihzâ[an](mengolok-olok)
terhadap agama tersebut. Tak jauh berbeda, al-Khazin juga memaknainya sebagai perbuatan yang meremehkan dan
menjadikannya sebagai bahan tertawaan. Ditegaskan al-Baghawi dan al-Jazairi, mereka adalah orang-orang kafir, yang
ketika mendengarkan ayat-ayat Allah SWT menertawakannya dan main-main.
Di samping itu, mereka juga: Wa gharrathum al-hayât al-dun-yâ (dan mereka telah ditipu oleh kehidupan dunia). Menurut
al-Alusi, kehidupan dunia telah menipu dan membuat mereka tamak hingga mereka mengingkari hari kebangkitan dan
menganggap tidak ada kehidupan setelah kehidupan dunia; dan mereka menertawakan ayat-ayat Allah SWT. Dikatakan alQuthubi, mereka tidak mengetahui kecuali yang tampak dari kehidupan dunia. Menurut al-Syaukani, mereka lebih
mengutamakan dunia dari akhirat, dan mengingkari hari kebangkitan. Dan mereka mengatakan sebagaimana disitir Allah
SWT dalam firman-Nya: Kehidupan itu tidak lain hanyalah kehidupan kita di dunia ini, kita mati dan kita hidup dan sekalikali tidak akan dib angkitkan lagi(TQS al-Muminun [23]: 37).
Sikap yang diperintahkan kepada Rasulullah SAW dan umatnya dalam menghadapi mereka adalah tinggalkan
mereka! Dijelaskan Fakhruddin al-Razi, yang dimaksud dengan meninggalkan mereka adalah berpaling dari mereka dan
tidak menjalin persahabatan dengan mereka. Bukan meninggalkan dalam hal pemberian peringatan. Sebab, memberikan
peringatan diperintahkan dalam kalimat selanjutnya: Wa dzakkir b ihi an tub sala nafs[un] b imâ kasab at (peringatkanlah
[mereka] dengan Alquran itu agar masing-masing diri tidak dijerumuskan ke dalam neraka, karena perbuatannya sendiri).
Menurut al-Thabari, Ibnu Katsir, al-Sa’di, dan lain-lain, ayat ini berarti: Peringatkanlah mereka dengan Alquran. Mereka
diperingatkan agar tidak terjerumus ke dalam neraka akibat perbuatan yang dilakukan. Perintah memberikan peringatan
dengan Alquran juga disebutkan dalam firman-Nya: Maka b eri peringatanlah dengan Alquran orang yang takut kepada
ancaman-Ku (TQS Qaf [50]: 45). Bisa juga diingat dengan hari perhitungan, sebagaimana dikatakan al-Syaukani.
www.mediaumat.com/telaah-wahyu/5001-115-menyikapi-orang-orang-yang-melecehkan-islam-dan-ancaman-terhadap-pelakunya.html
1/3
2. 21/12/13
[115] Menyikapi Orang-orang yang Melecehkan Islam dan Ancaman terhadap Pelakunya
Selain meninggalkan mereka, umat Islam juga dilaranag menjadikan mereka sebagai pemimpin. Allah SWT berfirman: Hai
orang-orang yang b eriman, janganlah kamu mengamb il jadi pemimpinmu, orang-orang yang memb uat agamamu jadi
b uah ejekan dan permainan, (yaitu) di antara orang-orang yang telah dib eri Kitab seb elummu, dan orang-orang yang kafir
(orang-orang musyrik) (TQS al-maidah [5]: 57).
Hukuman
Ilustrasi
Setelah memerintahkan Rasulullah SAW dan umatnya
berpaling dan memberikan peringatan kepada mereka,
kemudian Allah SWT mengancam mereka dengan firmanNya:Laysa lahâ min dûnil-Lâh waliyy[un] wa lâ syafî’(tidak
akan ada baginya pelindung dan tidak [pula] pemberi
syafa`at selain daripada Allah). Pengertian waliyy di sini
adalah nâshir(penolong,
pelindung). Sedangkan syafî’adalah yang mencegah dari
azab. Demikian menurut al-Zuhaili dalam tafsirnya, alMunîr.Sehingga, sebagaimana diterangkan alSamarqandi, ketika terjatuh dalam azab, maka jiwa
tersebut tidak memiliki pelindung yang melindungnya dari
azab, dan tidak memiliki pemberi syafaat yang
memberikan syafaat kepadanya. Ini sebagaimana firman
Allah SWT: Seb elum datang hari yang pada hari itu tidak
ada lagi jual b eli dan tidak ada lagi persahab atan yang
akrab dan tidak ada lagi syafaat (TQS al-Baqarah [2]: 254).
Ditegaskan pula: Wa in ta’dil kulla ‘ad-l lâ yu’khadzu minhâ (dan jika ia menebus dengan segala macam tebusan pun,
niscaya tidak akan diterima itu daripadanya). Menurut al-Syaukani, pengertian al-‘ad-l adalah al-fidyah (tebusan). Sehingga
ayat ini menegaskan bahwa sekalipun mereka menebus dengan segala tebusan, maka tebusan itu tidak akan diterima
hingga dapat menyelamatkan mereka dari azab. Ini sebagaimana firman Allah SWT: Sesungguhnya orang-orang yang kafir
dan mati sedang mereka tetap dalam kekafirannya, maka tidaklah akan diterima dari seseorang di antara mereka emas
sepenuh b umi, walaupun dia meneb us diri dengan emas (yang seb anyak) itu (TQS Ali Imran [3]: 91).
Kemudian Allah SWT memberitakan balasan yang akan mereka terima di akhirat dengan firman-Nya: Ulâika al-ladzîna
ub silu b imâ kasab û (mereka itulah orang-orang yang dijerumuskan ke dalam neraka, disebabkan perbuatan mereka
sendiri). Mereka telah menjerumuskan diri mereka ke dalam neraka. Ditegaskan bahwa azab harus diterima karena ulah
perbuatan mereka sendiri. Kata al-ib sâl berarti seseorang menjerumuskan dirinya kepada kehancuran. Demikian
penjelasan al-Syaukani.
Kemudian digambarkan sebagian azab yang menimpa mereka: Lahum syarâb min hamîm (bagi mereka [disediakan]
minuman dari air yang sedang mendidih). Hamîm adalah air panas yang telah mencapai puncaknya. Itulah minuman yang
harus minum. Minuman itu tidak menghilangkan rasa dahaga. Sebaliknya, justru semakin membuat mereka makin
menderita. Tentang dahsyatnya siksa minuman tersebut, Allah SWT berfirman: Dan dib eri minuman dengan air yang
mendidih sehingga memotong-motong ususnya? (TQS Muhammad [47]: 15). Air mendidih itu bukan hanya diminumkan
kepada mereka, namun juga disiramkan ke kepala mereka. Allah SWT berfirman: Disiramkan air yang sedang mendidih ke
atas kepala mereka (TQS al-Hajj [22]: 19).
Ayat ini ditutup dengan firman-Nya: Wa ‘adzâb alîm b imâ kânû yakfurûn (dan azab yang pedih disebabkan kekafiran
mereka dahulu). Ditegaskan lagi bahwa azab pedih yang harus mereka terima akibat kekafiran yang mereka lakukan.
Ancaman kepada mereka juga disebutkan dalam firman-Nya: Mereka (penghuni surga) menjawab : "Sesungguhnya Allah
telah mengharamkan keduanya (air dan makanan) itu atas orang-orang kafir, (yaitu) orang-orang yang menjadikan agama
mereka seb agai main-main dan senda gurau, dan kehidupan dunia telah menipu mereka". Maka pada hari (kiamat) ini,
Kami melupakan mereka seb agaimana mereka melupakan pertemuan mereka dengan hari ini, dan (seb agaimana)
mereka selalu mengingkari ayat-ayat Kami (TQS al-A’raf [7]: 50-51).
Demikianlah sikap yang harus dilakukan terhadap orang-orang yang menjadikan Islam sebagai bahan ejekan dan olokolokan. Mereka harus ditinggalkan dalam pergaulan kehidupan. Juga tidak diperbolehkan dijadiksan sebagai pemimpin.
Yang diperintahkan dilakukan terhadap mereka adalah memberikan peringatan. Apabila mereka tetap bersikeras dengan
sikapnya, maka siksa dahsyat yang bakal mereka terima di akhirat kelak. Tidak ada seorang pun yang bisa menolong dan
melindunginya. Juga tidak ada seorang pun yang bisa memberikan syafaat. Maka mereka harus menderita sepanjang
www.mediaumat.com/telaah-wahyu/5001-115-menyikapi-orang-orang-yang-melecehkan-islam-dan-ancaman-terhadap-pelakunya.html
2/3
3. 21/12/13
[115] Menyikapi Orang-orang yang Melecehkan Islam dan Ancaman terhadap Pelakunya
masa. Semoga kita tidak termasuk di dalamnya. Wal-Lâh a’lam b i al-shawâb .
Ikhtisar:
Sikap terhadap orang-orang yang menjadikan Islam sebagai bahan ejekan dan olok-olokan adalah meninggalkan
mereka dan memberikan peringatan dengan Alquran
Orang-orang yang menjadikan Alquran sebagai bahan ejekan dan olok-olokan berarti telah menjerumuskan diri
mereka ke dalam neraka
www.mediaumat.com/telaah-wahyu/5001-115-menyikapi-orang-orang-yang-melecehkan-islam-dan-ancaman-terhadap-pelakunya.html
3/3