Wawancara dan Observasi alat non tes bimbingan konseling
KRITIK PANCASILA
1. Makalah Pendidikan Pancasila
Kritik Terhadap “Kemanusiaan” Versi Pancasila
Dosen Pembimbing :
Dr. Made Pramono, M.hum
Disusun oleh :
Pascaliandra D.B
Ikor 2017C/17060484093
2. KATA PENGANTAR :
Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih sekaligus Maha Penyayang, saya
panjatkan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat kepada saya,
sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ilmiah tentang kritikan terhadap kemanusiaan
versi pancasila.
Makalah ini telah saya susun dengan maksimal dan saya menyampaikan banyak
terima kasih kepada pihak yang telah membantu saya dalam memperlancar pembuatan
makalah ini.
Terlepas dari semua itu, saya menyadari bahwa masih banyak kekurangan dari segi
susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu, saya dengan tangan terbuka
menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar saya dapat memperbaiki makalah ilmiah
ini lebih baik lagi.
Akhir kata saya berharap semoga makalah tentang kritikan terhadap kemanusiaan
versi pancasila dapat bermanfaat terhadap pembaca.
Surabaya, 16 Februari 2018
Pascaliandra D.B
3. DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang masalah........................................................................1
1.2 Perumusan masalah..............................................................................2
1.3 Tujuan Penulis......................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Pancasila.............................................................................4
2.2 Penerapan Sila Kedua...........................................................................5
2.3 Nilai-nilai Sila Kedua (Kemanusiaan yang adil dan beradab)..............6
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan...........................................................................................7
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................8
4. BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Pancasila sebagai dasar filsafat serta ideologi bangsa dan Negara Indonesia, bukan
terbentuk secara mendadak serta bukan hanya diciptakan oleh seseorang sebagaiman yang
terjadi pada ideologi-ideologi lain di dunia, namun terbentuknya Pancasila melalui proses
yang cukup panjang dalam sejarah Bangsa Indonesia.
Secara Kausalitas Pancasila sebelum disahkan menjadi dasar filsafat negara nilai-
nilainya telah ada dan berasal dari Bangsa Indonesia sendiri yang berupa nilai-nilai adat
istiadat, kebudayaan, nilai-nilai religius. Kemudian para pendiri Bangsa Indonesia
mengangkat nilai-nilai tersebut dirumuskan secara musyawarah mufakat berdasarkan moral
yang luhur, antara lain dalam sidang-sidang BPUPKI pertama, sidang Panitia Sembilan yang
kemudian menghasilkan Piagam Jakarta yang memuat Pancasila yang pertama kali,
kemudian dibahas lagi dalam sidang resmi PPKI Pancasila sebagai calon dasar filsafat negara
dibahas serta disempurnakan kembali dan akhirnya pada tanggal 18 Agustus 1945 disahkan
oleh PPKI sebagai dasar filsafat Negara Republik Indonesia.
5. 1.2 RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan kemanusiaan yang adil dan beradab?
2. Bagaimana peran dan fungsi kemanusiaan yang adil dan beradab?
3. Bagaimana nilai-nilai sila kedua yang berbicara tentang kemanusiaan?
1.3 TUJUAN
1. Agar dapat memahami peran dan fungsi kemanusiaan yang adil dan beradab.
2. Untuk dapat dilaksanakan dalam kehidupan sehari-hari dalam bermasyarakat.
3. Sebagai pedoman menjadi masyarakat yang patuh pada konstitusi Negara Indonesia.
6. BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Pancasila
Pancasila sebagai dasar negara Indonesia. Pancasila adalah dasar Negara Indonesia
yang digunakan untuk pedoman Bangsa Indonesia dalam berperilaku dan bercita-cita.
Secara etimologis istilah “Pancasila” berasal dari Sansekerta dari India (bahasa kasta
Brahmana) adapun bahasa rakyat biasa adalah bahasa Prakerta. Pancasila sudah sejak lama
dikenal yaitu sejak zaman kerajaan Majapahit dan Sriwijaya dimana terdapat sila-sila yang
ada dalam Pancasila sudah diterapkan dalam kehidupan bermasyarakat ataupun dikalangan
kerajaan meskipun sila-sila tersebut belum untuk dirumuskan secara konkrit.
Ir. Soekarno, Pancasila adalah isi jiwa bangsa Indonesia secara turun-temurun yang
sekian abad Iamanya terpendam bisu oleh kebudayaan Barat. Dengan demikian, Pancasila
tidak saja falsafah negara, tetapi Iebih tuas lagi, yakni falsafah bangsa Indonesia.
Moh. Yamin, Pancasila berasal dan kata panca yang berarti lima dan sila yang berarti
sendi, asas, dasar, atau peratu ran tingkah laku yang penting dan baik. Dengan démikian,
Pancasila merupakan lima dasar yang berisi pedoman atau aturan tentang tingkah laku yang
penting dan baik.
Notonegoro, Pancasila adalah dasar falsafah negara Indonesia, sehingga dapat
diartikan kesimpulan bahwa Pancasila merupakan dasar fasafah dan ideologi negara yang
diharapkan menjadi pandangan hidup bangsa Indonesia, sebagai dasar pemersatu, lambang
persatuan dan kesatuan, serta bagian pertahanan bangsa dan negara.
2.2 Penerapan Sila kedua
Kemanusiaan yang berasal dari kata manusia, yaitu makhluk yang paling sempurna
dari makhluk – makhluk yang diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Esa. Yang membedakan
manusia dengan yang lainya adalah manusia dibekali akal dan pikiran untuk melakukan
segala kegiatan. Oleh karena itulah manusia menjadi makhluk yang paling sempurna dari
semua makhluk cipaanNya. Kata adil memiliki arti bahwa suatu keputusan dan tindakan
didasarkan atas ukuran / norma-norma yang obyektif, dan tidak subyektif, sehingga tidak
sewenang-wenang.
7. Kata beradab berasal dari kata adab, yang memiliki arti budaya. Jadi adab mengandung arti
berbudaya, yaitu sikap hidup, keputusan dan tindakan yang selalu dilandasi oleh nilai-nilai
budaya, terutama norma – norma sosial dan kesusilaan / moral yang ada di masyarakat.
Kemanusiaan yang Adil dan Beradab didasari dan dijiwai oleh sila Ketuhanan yang
Maha Esa dan mendasari ketiga sila berikutnya. Sila ke 2 memiliki arti bahwa adanya
kesadaran sikap dan perbuatan manusia yang didasarkan kepada potensi budi nurani manusia
dalam hubungannya dengan norma-norma dan kebudayaan umumnya. Potensi kemanusiaan
dimiliki oleh semua manusia di dunia, tanpa memandang ras, keturunan dan warna kulit, serta
bersifat universal.
Sila kedua Pancasila ini mengandung makna warga negara Indonesia mengakui
adanya manusia yang bermatabat (bermartabat adalah manusia memiliki kedudukan, dan
derajat yang lebih tinggi dan harus dipertahankan dengan kehidupan yang layak),
memperlakukan sesama secara adil (adil dalam pengertian tidak berat sebelah, jujur, tidak
berpihak dan memperlakukan orang secara sama) dan beradab (beradab dalam arti
mengetahui tata karma, sopan santun dalam kehidupan dan pergaulan) di mana manusia
memiliki daya cipta, rasa niat, dan keinginan sehingga jelas adanya perbedaan antara manusia
dan hewan. Jadi sila kedua ini menghendaki warga negara untuk menghormati kedudukan
setiap manusia dengan kelebihan dan kekurangan masing-masing, setiap manusia berhak
mempunyai kehidupan yang layak dan bertindak jujur serta menggunakan norma sopan
santun dalam pergaulan sesama manusia. Butir-butir implementasi sila kedua adalah sebagai
berikut:
1. Mengakui persamaan derajat, persamaan hak, dan persamaan kewajiban antara sesama
manusia. Butir ini menghendaki bahwa setiap manusia mempunyai martabat, sehingga tidak
boleh melecehkan manusia yang lain, atau menghalangi manusia lain untuk hidup secara
layak, serta menghormati kepunyaan atau milik ( harta, sifat, dan karakter) orang lain serta
serta menjalankan kewajiban atau sesuatu yang harus dilakukan sesama manusia yaitu
menghormati hak manusia lain seperti hidup, rasa aman, dan hidup layak.
2. Saling mencintai sesama manusia. Kata cinta menghendaki adanya suatu keinginan yang
sangat besar untuk memperoleh sesuatu dan rasa untuk memiliki dan kalau perlu berkorban
untuk mempertahankannya. Oleh sebab itu, terhadap sesama manusia yang berbeda baik
agama, suku, pendidikan, ekonomi, politik, sebaran geografi seperti kota dan desa, dan lain-
lain, sebagai manusia Indonesia, kita harus tetap memiliki keinginan untuk mencintai sesama
8. manusia (yaitu rasa memiliki dan kemauan berkorban untuk sesama manusia sehingga
tercipta hidup rukun damai dan sejahtera.
3. Mengembangkan sikap tenggang rasa. Tenggang rasa menghendaki adanya usaha dan
kemauan dari setiap manusia Indonesia untuk menghargai dan menghormati perasaan orang
lain. Oleh sebab itu, butir ini menghendaki, setiap manusia Indonesia untuk saling
menghormati perasaan satu sama lain dengan menjaga keseimbangan hak dan kewajiban.
Sebagai contoh selalu memberikan kritik yang membangun dengan cara yang santun dan
berfokus pada permasalahan alih-alih kepada individu.
4. Tidak semena-mena terhadap orang lain. Semena-mena berarti berwenang-wenang, berat
sebelah, dan tidak berimbang. Oleh sebab itu, butir ini menghendaki, perilaku setiap manusia
terhadap orang tidak boleh sewenang-wenang, harus menjunjung hak dan kewajiban.
Manusia karena kemampuan dan usahanya sehingga mempunyai kelebihan dibandingkan
yang lain baik dalam kekuasan, ekonomi atau kekayaan dan status sosial tidak boleh
sewenang-wenang.
2.3 Nilai-nilai Sila Kedua (Kemanusiaan yang adil dan beradab)
1. Mengakui dan memperlakukan manusia sesuai dengan harkat dan martabatnya
sebagai makhluk Tuhan yang Maha Esa.
2. Mengakui persamaan derajat, persamaan hak dan kewajiban asasi setiap manusia,
tanpa membeda-bedakan suku, keturunan, agama, kepercayaan, jenis kelamin, kedudukan
sosial, warna kulit dan sebagainya.
3. Mengembangkan sikap saling mencintai sesama manusia.
4. Mengembangkan sikap tenggang rasa dan tepa selira.
5. Mengembangkan sikap tidak semena-mena terhadap orang lain.
6. Menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan.
7. Gemar melakukan kegiatan kemanusiaan.
8. Berani membela kebenaran dan keadilan.
9. Bangsa Indonesia merasa dirinya sebagai bagian dari seluruh umat manusia.
9. 10. Mengembangkan sikap hormat menghormati dan bekerja sama dengan bangsa
lain.
Dari 10 nilai-nilai tersebut hanya sedikit yang dapat dilakukan dalam kehidupan bernegara
dan bertanah air terutama di daerah kota besar. Bahkan hanya yang nomer 7 yang masih eksis
itupun karna ada kepentingan sesaat misalnya adanya pemilu, gotong royong, adanya
bencana.
10. BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Nilai kemanusiaan yang adil dan beradab adalah berwujudan nilai
kemanusiaan sebagai makhluk yang berbudaya, bermoral dan beragama, dalam
kehidupan kenegaraan, kita harus senantiasa dilandasi moral kemanusiaan, misalnya
dalam kehidupan pemerintah negara, politik, ekonomi, hukum, sosial, budaya,
pertahanan dan keamanan, serta dalam kehidupan bersama dalam negara harus dijiwai
oleh moral kemanusiaan untuk saling menghargai meskipun terhadap perbedaan.