MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
CGP 9.255A_ Nono Tri Hariyanto_ SMKN 6 Sby_ trapesium usia.pdf
1. Peristiwa positif :
Saat masih sekolah SMP, khususnya kelas 2, bersama tiga orang teman lainnya dinobatkan
sebagai pelajar teladan. Ada piagam yang kami terima dari kepala sekolah sebagai bukti
penghargaan. Meskipun sebelumnya saat masih di SD saya selalu menempati rangking pertama
mulai kelas 1 hingga kelas 6, dan NEM tertinggi saat itu. Namun, itu bukan istimewa bagi saya.
Yang istimewa saat di SMP, karena bersaing dengan lebih dari 100 teman. Dan, itu terjadi pada
usia 13 tahun.
Bagi saya yang terlibat dalam peristiwa ini adalah orang tua saya, guru bahasa Inggris, guru
ekstrakurikuler pramuka, dan wali kelas. Orang tua selalu memberikan motivasi kepada saya.
Meskipun sudah berprestasi di SD, beliau berdua selalu mengingatkan saya untuk terus belajar.
Selain orang tua, guru bahasa Inggris saya berperan terhadap hal ini. Beliau sabar dalam
mengajarkan materi dan mengarahkan anak didiknya untuk menjadi hebat. Nilai bahasa Inggris
saya selalu sembilan dan 10. Guru pramuka selalu mengajarkan saya untuk tidak menyerah dan
selalu aktif dalam setiap kegiatan sekolah.
Peristiwa negatif :
Kejadian ini saya anggap sebagai peristiwa negatif karena berkesan hingga saat ini. Saat itu,
kelas 2 SMA, ada teman satu kelas yang memberikan julukan "si kelelawar" (maaf) kepada guru
sejarah. Saat itu, guru tersebut menuliskan materi di papan tulis. Jadi, tidak tahu persis siapa
yang berbicara. Namun, beliau langsung menuduh saya sebagai pelakunya. Saya spontan
menjawab,"duduk aku Pak (bukan saya, Pak)". Langsung, beliau kurang berkenan dengan apa
yang saya katakan. Beliau langsung menghukum saya. Saya menjadi malu dengan teman-teman
lainnya. Karena, teman-teman menertawai saya. Peristiwa itu berkesan hingga saat ini.
Yang terlibat dalam peristiwa ini adalah teman satu kelas dan guru Geografi. Ketika ada siswa
yang bersalah, teman lainnya tidak meluruskan, justru merundung. Guru geografi saya belum
berusaha untuk mengetahui kejadian sebenarnya.
2. Dampak emosi yang saya rasakan hingga sekarang
Peristiwa positif
Saya merasakan senang dan bangga bisa menjadi orang yang berguna dan terbaik di antara teman
lainnya. Saat itu saya merasa gembira dan merasakan apa yang saya miliki pada diri pribadi
saya dihargai oleh orang lain (sekolah)
Peristiwa negatif
Awalnya merasa jengkel dan marah. Karena saya tidak melakukan kesalahan yang memang tidak
pernah saya lakukan. Juga, ada rasa dendam. Namun, seiring perjalanan waktu, saya
menganggap bahwa peristiwa tersebut hanya kesalahpahaman saja. Saya merasakan bahwa
belum ada komunikasi yang baik saat itu.
Dampak kedua peristiwa positif dan negatif hingga saat ini
Kedua momen tersebut masih memengaruhi saya di masa sekarang karena pengalaman masa lalu
membentuk bagian dari identitas saya dan memengaruhi cara berpikir dan bertindak saya saat ini.
Pengalaman positif dan negatif tersebut dapat menjadi sumber pembelajaran berharga dan
memengaruhi bagaimana saya merespons situasi yang serupa atau mengejar tujuan saya di masa
depan. Mereka juga dapat membentuk nilai-nilai, sikap, dan kualitas kepribadian yang saya bawa
dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, meskipun masa lalu, momen-momen tersebut
masih memiliki dampak yang berkelanjutan pada diri saya saat ini dan di masa depan
Pengalaman hidup dari trapesium usia
Pengalaman hidup saya, yang mencakup pengalaman sebagai pelajar teladan pada usia 13 tahun
dan kekecewaan terhadap perlakuan guru pada usia 16 tahun, telah memberi saya wawasan
berharga yang dapat saya terapkan dalam peran saya sebagai guru bahasa Indonesia di sekolah
saya. Seperti trapesium usia yang merupakan perjalanan kehidupan saya, roda emosi juga telah
memengaruhi cara saya berinteraksi dengan siswa dan mengajar mereka.
Dengan memadukan pengalaman trapesium usia dan pemahaman roda emosi, saya dapat menjadi
guru yang sensitif terhadap kebutuhan siswa. Saya memiliki kesempatan untuk menciptakan
pengalaman positif dalam proses belajar-mengajar, memberikan dukungan, dan memotivasi
siswa untuk meraih potensi terbaik mereka. Selain itu, saya dapat mengajarkan kepada mereka
bukan hanya pelajaran bahasa Indonesia, tetapi juga nilai-nilai seperti kejujuran, disiplin, dan
empati yang akan membantu mereka mengatasi berbagai rintangan dalam kehidupan mereka.
Nilai-nilai sebagai seorang guru
Sebagai seorang guru, saya harus mengenal lebih mendalam tentang murid saya mulai dari latar
belakang pendidikan, keluarga, maupun minat mereka. Langkah ini ditempuh untuk memperoleh
pengalaman belajar yang lebih bermakna dan menempatkan peran guru dan murid
sebagaimana semestinya.