Dokumen tersebut membahas tentang pengendalian vektor penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) yang disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti. Pengendalian vektor DBD dilakukan dengan mengendalikan populasi nyamuk dewasa dan larva melalui pengasapan, pengendalian sarang nyamuk, penggunaan larvasida, dan memelihara predator alami larva nyamuk. Kombinasi berbagai metode pengendalian diperl
1. PENGENDALIAN VEKTOR DBD
Apakah pengertian DBD?
Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue
Hemorrhagik Fever (DHF) adalah penyakit
yang disebabkan oleh virus dengue yang
disebarkan terutama oleh nyamuk Aedes
aegypti.
Selain oleh A. aegypti, DBD juga dapat
ditularkan oleh Aedes albopictus dan Aedes
scutellaris tetapi peranannya sangat kecil
dibandingkan dengan Aedes aegypti.
3. Kasus DBD di Indonesia
• Kasus DBD pertama kali ditemukan di Manila,
Filipina pada tahun 1953.
• Kasus DBD di Indonesia pertama kali
dilaporkan di Jakarta dan Surabaya tahun
1968, tetapi sekarang telah menyebar ke
semua propinsi.
• Kasus DBD pada tahun 2009 mencapai
sekitar 150.000. Angka ini cenderung stabil
pada tahun 2010, sehingga kasus DBD di
Indonesia belum bisa dikatakan berkurang.
• Tingkat kematian DBD, tidak banyak berubah
dari 0,89 pada tahun 2009 menjadi 0,87 pada
pada 2010. Ini berarti ada sekitar 1.420
korban tewas akibat DBD pada 2009 dan
sekitar 1.317 korban tewas pada tahun 2010.
4. lanjutan
• Angka kesakitan dan kematian DBD di
Indonesia tahun 2010 paling tinggi di ASEAN.
• Terkait masih tingginya kasus DBD, Konferensi
Tingkat Tinggi ASEAN ke-17 yang berlangsung
di Hanoi, Vietnam, 30 Oktober 2010
menetapkan ASEAN Dengue Day atau Hari
Dengue se-ASEAN yang selanjutnya akan
diperingati setiap tanggal 15 Juni.
• Peringatan pertama sekaligus peluncuran resmi
ASEAN Dengue Day akan dilakukan di Jakarta,
15 Juni 2011.
5. Mengapa Kasus DBD Cepat
Meningkat?
1. Meningkatnya mobilitas penduduk dan sarana
transportasi.
2. Meningkatnya kepadatan penduduk.
3. Bertambahnya permukiman penduduk.
4. Kurangnya perilaku masyarakat terhadap
pembersihan sarang nyamuk.
5. Terdapatnya vektor nyamuk hampir di seluruh
pelosok tanah air.
6. Adanya empat tipe virus yang bersirkulasi
sepanjang tahun.
6. Penyebab DBD
• Penyakit DBD disebabkan oleh Virus
Dengue dengan tipe DEN 1, DEN 2, DEN
3 dan DEN 4.
• Virus tersebut termasuk dalam group B
Arthropod borne viruses (arboviruses).
• Keempat type virus tersebut telah
ditemukan di berbagai daerah di Indonesia
antara lain Jakarta dan Yogyakarta.
• Virus yang banyak berkembang di
masyarakat adalah virus dengue dengan
tipe satu dan tiga.
7. Gejala / Tanda-tanda DBD
Gejala yang tampak akibat infeksi virus dengue biasanya
muncul setelah masa inkubasi (masa dimana virus
berkembang hingga menimbulkan gejala) 3-8 hari setelah
virus masuk ke dalam tubuh. Jika sistem pertahanan tubuh
dapat mengatasi virus, maka gejala yang tampak bisa
ringan atau bahkan tidak didapatkan. Namun jika tidak,
maka dapat timbul beberapa gejala sebagai berikut:
• Mendadak demam tinggi (>38oC) selama 2 – 7 hari
• Badan lemah/lesu, mual, nyeri perut atau ulu hati
• Nyeri sendi, nyeri otot (pegal-pegal), nyeri/pusing kepala
• Timbul bintik-bintik merah pada kulit akibat pecahnya
pembuluh darah (manifestasi perdarahan / uji torniquet
positif).
• Perdarahan gusi dan mimisan.
• Perbesaran hati (hepatomegali) dan limfa
• Syock
8. Lanjutan
• Trombositopenia (jumlah trombosit
<150.000/mm³, normalnya 150-450
ribu/mm³).
• Hemokonsentrasi, yaitu pengentalan
darah akibat perembesan plasma
(komponen darah cair non seluler),
ditandai dengan nilai Hematokrit (Hct)
yang meningkat 20% dari nilai normalnya.
9. Derajat / Tingkatan DHF
• DHF derajat I: Tanda-tanda infeksi virus, dengan
menifestasi perdarahan yang tampak hanya dengan Uji
Torniquet positif.
• DHF derajat II: Tanda infeksi virus dengan manifestasi
perdarahan spontan (mimisan, bintik-bintik merah)
• DHF derajat III: Disebut juga fase pre syok, dengan
tanda DHF grade II namun penderita mulai mengalami
tanda syok; kesadaran menurun, tangan dan kaki dingin,
nadi teraba cepat dan lemah, tekanan nadi masih
terukur.
• DHF derajat IV: Atau fase syok (disebut juga dengue
syok syndrome/DSS), penderita syok dalam dengan
kesadaran sangat menurun hingga koma, tangan dan
kaki dingin dan pucat, nadi sangat lemah sampai tidak
teraba, tekanan nadi tidak dapat terukur.
10. Mekanisme Penularan DBD
• Seseorang yang darahnya mengandung
virus dengue merupakan sumber penular
DBD.
• Bila penderita tersebut kemudian digigit
oleh nyamuk penular, maka virus dalam
darah akan ikut terhisap oleh nyamuk
masuk ke dalam lambung nyamuk.
• Selanjutnya virus akan memperbanyak diri
dan tersebar di berbagai jaringan tubuh
nyamuk termasuk di dalam kelenjar
liurnya.
11. Lanjutan
• Sekitar satu minggu setelah menghisap darah
penderita, nyamuk tersebut siap untuk
menularkan kepada orang lain yang sehat.
• Virus dengue akan tetap berada dalam tubuh
nyamuk A. aegypti tersebut sepanjang
hidupnya, oleh karena itu nyamuk A. aegypti
tersebut menjadi penular sepanjang hidup
nyamuk tersebut.
• Penularan terjadi karena saat A. aegypti
menghisap darah, nyamuk tersebut terlebih
dahulu mengeluarkan air liurnya melalui
probosis agar darah tidak membeku. Bersama
air liur nyamuk tersebut, virus dengue akan
ditularkan ke orang lain.
12. SYARAT NYAMUK Aedes aegypti
DAPAT MENJADI VEKTOR
1. Ada virus Dengue pada orang yang
dihisap darahnya (penderita DBD).
2. Nyamuk dapat berumur >10 hari (karena
masa inkubasi ekstrinsik virus di dalam
tubuh nyamuk 8 – 10 hari).
3. Untuk dapat menularkan DBD, nyamuk
harus menggigit manusia ke manusia.
13. Lanjutan
4. Untuk bertahan hidup, nyamuk harus
berjumlah banyak karena banyak nyamuk
yang mati oleh musuh-musuhnya.
5. Nyamuk harus tahan terhadap virus,
karena virus akan memperbanyak diri
dalam tubuh nyamuk dan bergerak dari
lambung menuju kelenjar ludah.
14. Habitat A. aegypti
• Habitat A. aegypti di dunia tersebar luas di daerah tropis
dan sub tropis dan di Indonesia umumnya hidup di
rumah-rumah, tempat-tempat umum dan sekitarnya.
• A. aegypti umumnya dapat hidup dan berkembang biak
sampai ketinggian daerah 1000 meter di atas
permukaan laut (dpl).
• Tempat perkembangbiakan A. aegypti adalah tempat
penampungan air (TPA) di dalam atau luar rumah :
a. TPA untuk keperluan sehari-hari, contohnya : drum,
bak reservoir, tempayan, bak mandi/wc, ember,dsb.
b. TPA bukan untuk keperluan sehari-hari, contohnya :
tempat minum burung, vas bunga, barang-barang
bekas (ban, kaleng, botol, plastik ) dsb..
c. TPA alamiah, contohnya : lubang pohon, lubang
batu, pelepah daun, tempurung kelapa, potongan
bambu, dsb.
15. Siklus Hidup A. aegypti
• A. aegypti bermetamorfosis sempurna yaitu dari
fase telur – larva (jentik) – pupa (kepompong) –
imago (dewasa).
• Tempat hidup A. aegypti ada dua yaitu di dalam
air untuk stadium telur, larva dan pupa, dan
tempat di luar air yaitu udara dan daratan untuk
nyamuk dewasa.
• Pada umumnya telur akan menetas menjadi
jentik dalam waktu ± 2 hari setelah terendam air.
• Stadium jentik umumnya berlangsung 6 – 8 hari.
• Stadium pupa berlangsung 2 – 4 hari.
• Pertumbuhan dari telur menjadi dewasa
umumnya berlangsung 9 – 10 hari.
17. Pengendalian Vektor DBD
• Pengendalian vektor A. aegypti dilakukan terhadap
nyamuk dewasa ataupun jentik/larva, secara fisik,
mekanik, kimia, atau biologis.
• Pengendalian terhadap nyamuk dewasa umumnya
dilakukan dengan cara pengasapan (fogging) dengan
menggunakan insektisida.
• Insektisida yang dapat digunakan adalah dari golongan
organophosphate seperti malathion dan fenitrothion;
golongan pyretroid sintetic seperti lamda sihalotrin dan
permetrin; dan golongan carbamat. Alat yang digunakan
untuk melakukan pengasapan adalah mesin Fog.
• Pengasapan dapat mengendalikan vektor DBD dalam
waktu singkat, tetapi tindakan tersebut perlu diikuti
dengan pengendalian jentik nyamuk agar populasinya
dapat ditekan serendah-rendahnya sehingga apabila ada
penderita DBD atau penderita viremia maka tidak dapat
menular kepada orang lain.
18. Lanjutan
• Pengendalian terhadap jentik nyamuk A. aegypti
yang umumnya dikenal dengan pengendalian
sarang nyamuk (PSN) dapat dilakukan dengan
cara fisik, kimia dan biologi.
• Pengendalian secara fisik dikenal dengan istilah
3 M (menguras, menutup dan mengubur/
memusnahkan) yaitu menguras bak mandi atau
bak WC, menutup tempat penampungan air
(ember, drum, tempayan) dan
mengubur/memusnahkan barang-barang bekas
seperti kaleng, ban, plastik dan lain-lain.
• Sekarang 3 M Plus (Plus pemberian reppelent,
penyemprotan insektisida, dll).
19. Lanjutan
• Pengendalian larva (larviciding) secara kimia merupakan
cara pengendalian larva nyamuk A. aegypti dengan
menggunakan insektisida pengendali jentik/larva
(larvisida).
• Larviciding dilakukan pada tempat penampungan air
yang tidak mungkin dilakukan pengurasan/penutupan
atau dilakukan pada daerah yang sulit air. Larvisida yang
umumnya digunakan adalah abate (OOOO-Tetrametyl-
OO-thiodi-p-phenylene phosphorothioate). Formulasi
abate yang digunakan adalah sand granules dengan
dosis 1 gram/10 liter air dan dosis ini terbukti efektif
selama 8–12 minggu.
• Prinsip kerja dari abate adalah larut dalam air dan
meresap pada dinding kontainer yang selanjutnya
secara kontinyu selama periode tertentu racun abate
akan membunuh jentik nyamuk.
20. • Pengendalian secara biologi dilakukan dengan
memelihara predator atau hewan pemakan jentik
nyamuk dan menggunakan parasit.
• Beberapa jenis ikan yang berperan sebagai predator
larva nyamuk adalah Gambusia affinis (ikan larvavorus),
Panchax panchax (ikan kepala timah), Puntius binotatus
(ikan beunter), Rasbora lateristriata (ikan cereceh),
Poecilia reticulata (ikan gendol), Dermogenys pusillus
(ikan julung-julung), Ctenops vittatus (ikan cupang) dan
Trichogaster trichopterus (ikan sepat).
• Menurut Depkes RI (1992) dan Blondine, dkk (2000),
mikroorganisme yang dapat digunakan untuk
mengendalikan larva A. aegypti antara lain adalah
bakteri Bacillus thuringiensis var. israeliensis (Bti).
Lanjutan
21. Lanjutan
• Cara yang paling efektif dalam mencegah
penyakit DBD adalah dengan
mengkombinasikan cara-cara di atas, yang
disebut dengan 3M Plus, yaitu menutup,
menguras, menimbun disertai dengan
melakukan beberapa plus seperti memelihara
ikan pemakan jentik, menabur larvasida,
menggunakan kelambu pada waktu tidur,
memasang kasa, menyemprot dengan
insektisida, menggunakan repellent, memasang
obat nyamuk, memeriksa jentik berkala, dll
sesuai dengan kondisi setempat.
23. pulsFOG Model K-10-SP Features :
• pulse-jet engine without movable parts
allows unlimited operation.
• 5 litres solution tank, easily detachable,
made of heavy duty polyethylene,
transparent with litre scale.
• Double stainless steel-cooling
jacket/diffusor with front cooling air intake,
additional sound absorption and effective
heat control.
24. Lanjutan
• pulsFOG fingertip quick-start-system
through patented direct fuel injection and
automatic ignition.
• For safety-reasons: non-pressurized fuel
tank.
• Most metal parts made of stainless steel.
• Manual fog control valve combined with
automatic cut-off device (optional).
• Simple and straightforward design enables
the user to carry out repair work himself.