BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
Pertemuan_2IAIN1220928.pdf
1. Pertemuan 2: Pengertian Ushul fiqh, Sejarah Perkembangan Ushul fiqhdan Perbedaan
Ushul fiqhdengan Fiqh
Tujuan Pembelajaran: Mahasiswa memahami tentang pengertian ushul fiqh, sejarah
perkembangan ushul fiqh dan perbedaan ushul fiqhdengan fiqh.
Uraian Singkat Materi:
a. Pengertian Ushul fiqh; Ushul fiqhberasal dari dua kata, yaitu kata ushul bentuk jama`
dari ashl dan kata fiqh. Ashl secara etimologi diartikan sebagai pondasi sesuatu, baik
yang bersifat materi ataupun bukan. Adapun menurut istilah, ashl mempunyai beberapa
arti berikut ini:
1. Dalil, yakni landasan hukum, seperti pernyataan para ulama ushul fiqhbahwa
ashldari wajibnya shalat lima waktu adalah dari firman Allah dan sunnah
Rasulullah.
2. Qa`idah, yaitu dasar atau pondasi sesuatu.
3. Rajih, yaitu yang terkuat.
4. Mustashhab, yaitu memberlakukan hukum yang sudah ada sejak semula selama
tidak ada dalil yang mengubahnya.
5. Far`u, yang berarti cabang.
Dari kelima pengertian ashl di atas, yang biasa digunakan adalah dalil, yakni dalil-dalil
fiqh. Sedangkan fiqh, secara etimologi berarti pemahaman yang mendalam dan
membutuhkan pengerahan potensi akal. Secara terminologi, fiqhmerupakan bagian dari
Syari`ah Islamiyah, yaitu pengetahuan tentang hukum Syari`ah Islamiyah yang
berkaitan dengan perbuatan manusia yang telah dewasa dan berakal sehat (mukallaf)
dan diambil dari dalil-dalil terperinci. Adapun Ushul fiqhpendefinisiannya berbeda-
beda, seperti:
1. Menurut al-Baidhawi dari kalangan ulama Syafi`iyah, ushul fiqhadalah ilmu
pengetahuan tentang dalil fiqhsecara global, metode penggunaan dalil tersebut dan
keadaan (persyaratan) orang yang menggunakannya.
2. Menurut jumhur ulama ushul fiqh, adalah himpunan kaidah (norma-norma) yang
berfungsi sebagai alat penggalian syara` dari dalil-dalilnya.
3. Menurut Abdul Wahab Khalaf, ushul fiqhadalah ilmu pengetahuan tentang kaidah-
kaidah dan metode penggalian hukum-hukum syara` mengenai perbuatan manusia
2. (amaliah) dari dalil-dalil yang terperinci atau kumpulan kaidah-kaidah dan metode
penelitian hukum syara` mengenai perbuatan manusia (amaliah) dari dalil-dalil
yang terperinci.
Dengan demikian dapat dipahami bahwa ushul fiqhadalah ilmu pengetahuan yang
objeknya dalil hukum atau sumber hukum dengan semua seluk-beluknya dan metode
penggaliannya.
b. Sejarah Perkembangan Ushul fiqh; Pertumbuhan ushul fiqh tidak terlepas dari
perkembangan hukum Islam sejak zaman Nabi SAW hingga pada masa tersusunya
ushul fiqh sebagai salah satu bidang ilmu pada abad ke-2 H. Pada zaman Nabi SAW,
sumber hukum Islam ada 2, yaitu Alqur’an dan sunnah. Apabila suatu kasus terjadi,
Nabi SAW menunggu wahyu yang menjelaskan kasus hukum tersebut. Apabila wahyu
tidak turun maka Nabi menetapkan kasus tersebut melalui sabdanya, yang kemudian
dikenal dengan hadis dan sunah. Dalam menetapkan hukum dari berbagai kasus yang
ada di zamanya, ulama ushul fiqh menyimpulkan ada isyarat bahwa Nabi melakukannya
melalui ijtihad. Hasil ijtihad Nabi ini secara otomatis menjadi sunnah bagi ummat.
Dalam beberapa kasus, Nabi SAW juga mengaplikasikan qiyas ketika menjawab
pertanyaan para sahabat. Cara-cara beliau dalam menetapkan hukum inilah yang
menjadi bibit munculnya ilmu ushul fiqh. Oleh sebab itu, para ushuliyyin menyatakan
bahwa ushul fiqh itu sendiri bersamaan hadirnya dengan fiqh, yakni sejak zaman Nabi
SAW. Bibit ini semakin jelas di zaman para sahabat karena persoalan yang mereka
hadapi semakin berkembang, sedangkan Al-qur’an dan sunnah telah selesai turun
seiring dengan wafatnya Nabi SAW. Ilmu ushul Fiqih, lahir sejak abad ke-2 H. Ilmu
tersebut, pada abad pertama Hijriyah memang tidak diperlukan karena keberadaan
Rasulullah SAW masih bisa mengeluarkan fatwa dan memutuskan suatu hukum
berdasarkan ajaran Alqur’an, Sunnah dan apa yang diwahyukan kepada beliau.
Disamping itu secara fithri, ijtihad Rasul tidak memerlukan Ushul atau kaidah-kaidah
yang dijadikan sebagai istinbat dan ijtihad. Begitu pula dengan para sahabat, mereka
memberikan fatwa hukum dan memutuskan suatu keputusan berdasarkan nash-nash
yang dipahami lantaran kemampuan potensial mereka dibidang bahasa arab yang benar,
tanpa memerlukan kaidah-kaidah bahasa yang dapat dijadikan sebagai dasar
pemahaman nash. Para sahabat juga melakukan istinbat terhadap hukum yang tidak ada
3. nashnya berdasarkan kemampuan potensial mereka dalam membina hukum syari’at
Islam yang terpusat di dalam jiwa mereka yang disebabkan akrabnya mereka dengan
Rasulullah di dalam pergaulan. Selain itu, para sahabat juga ikut menyaksikan sebab-
sebab turunnya Al-Qur’an dan sebab-sebab dikeluarkannya hadits, serta memahami
maksud dan tujuan syari’ (pembuat hukum, yakni Allah) disamping prinsip-prinsip
pembentukan hukum Islam. Namun ketika dunia Islam semakin berkembang luas
dengan hasil kemenangan yang diraih, dan bangsa Arab telah banyak bergaul dengan
bangsa-bangsa lain, sehingga timbul interaksi bahasa lisan dan tulis-menulis, maka
beberapa sinonim dan gaya bahasa Arab tercampur dengan bahasa lain. Sebagai
akibatnya, naluri bahasa mereka menjadi tidak murni lagi. Maka terjadilah kerancuan
dan kemungkinan yang terjadi di dalam cara memahami nash. Sehingga dianggap perlu
menyusun batas-batas dan kaidah-kaidah bahasa yang dapat mendukung pemahaman
nash, sebagaimana bangsa arab mampu memahami nash sesuai bahasa yang ia gunakan.
Penyusunan kaidah itu tidak jauh berbeda dengan penyusunan kaidah-kaidah Nahwu
yang dapat membantu kemampuan berbahasa secara baik. Hingga sekarang, masalah
dalam hal furu` semakin meningkat sehingga ilmu ini terus berkembang sesuai dengan
kondisi zaman.
Perbedaan Ushul Fiqhdan Fiqh; Pembahasan ilmu fiqh berkisar tentang hukum-hukum syar’i
yang langsung berkaitan dengan amaliyah seorang hamba seperti ibadahnya, muamalahnya,
apakah hukumnya wajib, sunnah, makruh, haram, ataukah mubah berdasarkan dalil-dalil yang
rinci.Sedangkan ushul fiqh berkisar tentang penjelasan metode seorang mujtahid dalam
menyimpulkan hukum-hukum syar’i dari dalil-dalil yang bersifat global, apa karakteristik dan
konsekuensi dari setiap dalil, mana dalil yang benar dan kuat dan mana dalil yang lemah, siapa
orang yang mampu berijtihad, dan apa syarat-syaratnya.Perumpamaan ushul fiqh dibandingkan
dengan fiqh seperti posisi ilmu nahwu terhadap kemampuan bicara dan menulis dalam bahasa
Arab, ilmu nahwu adalah kaidah yang menjaga lisan dan tulisan seseorang dari kesalahan
berbahasa, sebagaimana ilmu ushul fiqh menjaga seorang ulama/mujtahid dari kesalahan dalam
menyimpulkan sebuah hukum fiqh.