Dokumen tersebut membahas dua metode akuntansi sistem perhitungan biaya standar, yaitu metode tunggal dan metode ganda. Metode ganda mencatat biaya aktual dan standar secara terpisah, sedangkan metode tunggal mencatat selisih antara biaya aktual dan standar.
2. AKUNTANSI BIAYA STANDAR
Dua metode dalam akuntansi sistem perhitungan
biaya standar, yaitu:
1. Metode Tunggal (Single Plan) :
rekening Barang Dalam Proses di debit dan dikredit
dengan angka tunggal, yaitu angka standar
Penyimpangan antara biaya standar dengan biaya
sesungguhnya dicatat dalam rekening ‘Selisih’ pada saat
terjadinya, sehingga setiap saat manajemen dapat
mengetahui besarnya penyimpangan yang terjadi.
2. Metode Ganda (Partial Plan) :
Rekening Barang Dalam Proses dicatat angka ganda,
sebelah debit diisi dengan biaya sesungguhnya dan
sebelah kredit diisi dengan biaya standar.
Penyimpangan antara biaya sesungguhnya dengan biaya
standar dihitung pada akhir periode akuntansi.
3. Rekening Barang Dalam Proses pada metode tunggal:
Rekening Barang Dalam Proses pada metode ganda:
Barang Dalam Proses
Kuantitas standar x harga
standar, atau
Kuantitas standar Barang Jadi x
Harga Pokok Produksi standar per
satuan
Jam standar x tarif upah standar,
atau
atau
Kapasitas standar x tarif standar Kuantitas standar Barang Dalam
Proses x Harga Pokok Produksi
standar per satuan
Barang Dalam Proses
Kuantitas sesungguhnya x harga
sesungguhnya per satuan, atau
Kuantitas standar Barang Jadi x
Harga Pokok Produksi standar per
satuan
Jam sesungguhnya x tarif upah
sesungguhnya, atau
atau
Biaya overhead pabrik Kuantitas standar Barang Dalam
4. METODE GANDA (PARTIAL
PLAN)
Karakteristik metode ganda:
1. Rekening Barang Dalam Proses didebit dengan biaya
sesungguhnya dan dikredit dengan biaya standar. Dalam
metode ini, persediaan bahan baku dicatat pada biaya
sesungguhnya dan persediaan barang jadi dicatat pada
harga pokok standar. Harga pokok penjualan dicatat
pada harga pokok standar.
2. Selisih biaya sesungguhnya dari biaya standar dihitung
pada akhir periode akuntansi, setelah harga pokok
persediaan barang dalam proses ditentukan dan harga
pokok barang jadi yang ditransfer ke gudang dicatat
dalam rekening Barang Dalam Proses.
3. Selisih biaya sesungguhnya dari biaya
standarmerupakan jumlah total perbedaan antara biaya
standar dengan biaya sesungguhnya. Analisis terhadap
selisih-selisih tersebut memerlukan bantuan informasi
yang tidak tersedia dalam rekening-rekening buku besar.
5. Aliran Biaya Standar dalam metode
ganda
Contoh:
Untuk memproduksi 1 satuan produk diperlukan biaya produksi menurut
standar sbb:
Biaya bahan baku 5 kg @ Rp 1.000 Rp 5.000
Biaya Tenaga kerja 20 jam @ Rp 500 Rp 10.000
Biaya overhead pabrik:
variabel 20 jam @ Rp 400 Rp 8.000
Tetap 20 jam @ Rp 300 Rp 6.000
Kapasitas produksi per bulan direncanakan 5.200 jam tenaga kerja
langsung.
Transaksi yang terjadi dalam bulan Januari:
1. Jumlah bahan baku yang dibeli adalah 1.500 kg @Rp 1.100
2. Jumlah barang yang diproduksi dan selesai diproses dalam bulan
Januari adalah 250 satuan dengan biaya produksi sesungguhnya sbb:
a. Biaya bahan baku 1.050 kg @ Rp 1.100 = Rp 1.155.000
b. Biaya tenaga kerja 5.100 jam @Rp 475 = Rp 2.422.500
c. Biaya overhead pabrik = Rp 3.650.000
6. Berdasarkan contoh tersebut, jurnal yang dibuat untuk mencatat biaya
produksi sesungguhnya, biaya produksi standar dan selisih dalam
metode ganda adalah sbb:
1. Pencatatan biaya bahan baku (pemakaian bahan baku sesungguhnya = Rp 1.155.000)
Barang Dalam Proses- Biaya Bahan Baku 1.155.000
Persediaan Bahan Baku 1.155.000
2. Pencatatan biaya tenaga kerja langsung (BTKL sesungguhnya = Rp 2.422.500)
Barang Dalam Proses-BTK langsung 2.422.500
Gaji dan Upah 2.422.500
3. Pencatatan biaya overhead pabrik: menggunakan salah satu dari metode
berikut:
Metode 1:
Biaya Overhead Pabrik sesungguhnya 3.650.000
Berbagai rekening yg dikredit 3.650.000
Pada akhir periode:
Barang Dalam Proses-BOP 3.650.000
Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya
3.650.000
7. Metode 2:
Biaya overhead pabrik sesungguhnya 3.650.000
Berbagai rekening yang dikredit 3.650.000
Pencatatan pembebanan BOP kpd produk atas dasar tarif standar (5.100 jam x Rp 700 = Rp
3.570.000)
Barang Dalam Proses-BOP 3.570.000
BOP yang dibebankan 3.570.000
Pada akhir periode akuntansi:
BOP yang dibebankan 3.570.000
Biaya overhead pabrik sesungguhnya 3.570.000
4. Pencatatan harga pokok barang jadi:
Harga Pokok Barang Jadi = kuantitas barang jadi x biaya standar per satuan
(250 satuan x Rp 29.000 = Rp 7.250.000)
Persediaan Barang Jadi 7.250.000
Barang Dalam Proses- BBB (250 x Rp 5.000) 1.250.000
Barang Dalam Proses -BTK (250 x Rp10.000) 2.500.000 Barang Dalam
Proses –BOP (250 x Rp 14.000) 3.500.000
8. 5. Pencatatan Harga Pokok Barang Dalam Proses
Dihitung dengan cara: unit ekuivalensi kuantitas barang dalam proses pada akhir periode x
biaya standar per satuan.
Karena dalam contoh tidak tersedia data persediaan barang dalam proses, maka contoh jurnal
tidak menggunakan angka:
Persediaan Barang Dalam Proses xx
Barang Dalam Proses-BBB xx
Barang Dalam Proses-BTK xx
Barang Dalam Proses-BOP xx
6. Pencatatan Harga Pokok Penjualan
Dihitung dengan cara: kuantitas barang yang dijual x biaya standar per satuan:
Harga Pokok Penjualan xx
Persediaan Barang Jadi xx
7. Pencatatan selisih antara biaya sesungguhnya dengan biaya standar:
a. Selisih biaya bahan baku:
Dari contoh diatas dengan model dua selisih diketahui selisih harga = Rp 105.000R dan
selisih kuantitas = Rp 200.000L, jurnal:
Selisih harga bahan baku 105.000
Barang Dalam Proses-BBB 95.000
Selisih kuantitas bahan baku 200.000
9. b. Selisih biaya tenaga kerja langsung:
Dari contoh sebelumnya diketahui selisih tarif upah = Rp 127.500L dan selisih
efisiensi upah = Rp 50.000R, jurnal:
Selisih efisiensi upah 50.000
Barang Dalam Proses -BTK 77.500
Selisih tarif upah 127.500
c. Selisih biaya overhead pabrik:
dari contoh sebelumnya diketahui selisih pengeluaran = Rp 50.000R, selisih
kapasitas = Rp 30.000R, selisih efisensi = Rp 70.000R, jurnal:
metode 1 :
Selisih pengeluaran 50.000
Selisih kapasitas 30.000
Selisih efisiensi 70.000
Barang Dalam Proses-BOP 150.000
10. Metode 2:
Selisih efisiensi 70.000
Barang dalam Proses 70.000
(BDP-BOP didebit sebesar Rp 3.570.000 dan dikredit sebesar Rp
3.500.000, selisih = Rp 70.000)
Selisih pengeluaran 50.000
Selisih kapasitas 30.000
BOP sesungguhnya 80.000
(BOP sesungguhnya didebit sebesar Rp 3.650.000 dan dikredit
sebesar Rp 3.570.000, selisih = Rp 80.000)
11. METODE TUNGGAL (SINGLE
PLAN)
PENCATATAN BIAYA BAHAN BAKU
Pencatatan biaya bahan baku dalam metode
tunggal dibagi menjadi tiga:
1. Selisih harga bahan baku dicatat pada saat
bahan baku dibeli.
2. Selisih harga bahan baku dicatat pada saat
bahan baku dipakai.
3. Selisih harga bahan baku dicatat pada saat
bahan baku dibeli dan dipakai.
12. Pada contoh sebelumnya diketahui:
Kuantitas bahan baku standar 5kg @Rp 1.000
Jumlah bahan baku yang dibeli adalah 1.500 kg @Rp 1.100
Jumlah produk yang diproduksi dan selesai diproses adalah 250 satuan
dengan biaya bahan baku 1.050 kg.
Maka dengan metode dua selisih dapat dihitung sebagai berikut:
Selisih harga pembelian bahan baku:
= (Hstd-HS) x Kuantitas pembelian sesungguhnya
= (Rp 1.000 – Rp 1.100) x 1.500kg = Rp 150.000 R
Selisih kuantitas pemakaian bahan baku:
=(KSt-KS) x HStd
= ((5kg x 250 satuan)-1.050 kg) x Rp 1.000=Rp 200.000L
Selisih harga pemakaian bahan baku;
= (HSt-HS) x Kuantitas pemakaian sesungguhnya
= (Rp 1.000-Rp 1.100) x 1.050 = Rp 105.000 R
13. Selisih harga bahan baku dicatat pada saat bahan
baku dibeli
Rekening persediaan bahan baku didebit:
kuantitas sesungguhnya bahan baku yang dibeli x harga standar bahan
baku per satuan.
= 1.500 kg x Rp 1.000 = Rp 1.500.000
Rekening utang dagang dikredit:
kuantitas sesungguhnya bahan baku yang dibeli x harga sesungguhnya
bahan baku per satuan.
= 1.500 kg x Rp 1.100 = Rp 1.650.000
Selisih antara pendebitan rekening persediaan bahan baku dengan
pengkreditan rekening utang dagang dicatat dalam rekening ‘Selisih harga
pembelian bahan baku’.
Jurnal:
Persediaan bahan baku 1.500.000
Selisih harga pembelian BB 150.000
Utang dagang 1.650.000
14. Pada saat bahan baku dipakai:
rekening Barang Dalam Proses didebit:
kuantitas standar bahan baku yang dipakai x harga standar
= (5kg x 250 satuan) x Rp 1.000 = Rp 1.250.000
Rekening Persediaan Bahan Baku dikredit:
kuantitas bahan baku yang sesungguhnya dipakai x harga standar
= 1.050 kg x Rp 1.000 = Rp 1.050.000
Selisih pendebitan rekening Barang Dalam Proses dengan pengkreditan
rekening Persediaan Bahan Baku dicatat dalam rekening ‘Selisih
Pemakaian Bahan Baku’.
Jurnal:
Barang Dalam Proses-BB 1.250.000
Persediaan Bahan Baku 1.050.000
Selisih pemakaian bahan baku 200.000
15. Selisih harga bahan baku dicatat pada saat bahan
baku dipakai
Pada saat bahan baku dibeli:
Rekening persediaan bahan baku didebit:
kuantitas bahan baku yang dibeli x harga
sesungguhnya.
= 1.500 kg x Rp 1.100 = Rp 1.650.000
Rekening Utang dagang dikredit: dengan jumlah
yang sama.
Tidak terdapat selisih harga.
Jurnal:
Persediaan bahan baku1.650.000
Utang dagang 1.650.000
16. Pada saat bahan baku dipakai:
Rekening Barang Dalam Proses didebit:
kuantitas standar bahan baku x harga standar bahan baku per satuan
= (5kg x 250 satuan) x Rp 1.000 = Rp 1.250.000
Rekening persediaan bahan baku dikredit:
kuantitas sesungguhnya bahan baku yang dipakai x harga sesungguhnya
per satuan bahan baku
= 1.050 kg x Rp 1.100 = Rp 1.155.000
Selisih yang timbul adalah selisih harga yang dicatat dalam rekening
‘Selisih harga bahan baku yang dipakai’ dan selisih kuantitas yang dicatat
dalam rekening ‘Selisih pemakaian bahan baku’.
Jurnal:
Barang Dalam Proses 1.250.000
Selisih harga BB yang dipakai 105.000
Persediaan Bahan Baku 1.155.000
Selisih pemakaian BB 200.000
17. Selisih harga bahan baku dicatat pada saat bahan
baku dibeli dan dipakai
Merupakan kombinasi metode 1 dan 2.
Pada saat bahan baku dibeli: selisih harga
yang terjadi dicatat dalam rekening ‘Selisih
harga pembelian bahan baku’
Pada saat bahan baku dipakai: sebagian dari
selisih harga pembelian yang melekat pada
bahan baku yang dipakai ditransfer ke
rekening ‘Selisih harga bahan baku yang
dipakai’
Rekening persediaan bahan baku didebit dan
dikredit dengan harga standar bahan baku.
18. Jurnal:
Pada saat pembelian bahan baku:
Persediaan bahan baku 1.500.000
Selisih harga pembelian BB 150.000
Utang dagang 1.650.000
Pada saat pemakaian bahan baku:
Barang Dalam Proses-BB 1.250.000
Persediaan Bahan Baku
1.050.000
Selisih pemakaian bahan baku
200.000
Transfer selisih harga pembelian bahan baku yang melekat
pada bahan baku yang dipakai dalam produksi:
Selisih harga BB yang dipakai 105.000
selisih harga pembelian BB 105.000
19. Pencatatan Biaya Tenaga Kerja Langsung
Pencatatan biaya tenaga kerja langsung dilakukan melalui
tiga tahap, yaitu:
Pencatatan upah langsung, jurnal:
Gaji dan upah xx
Utang gaji & upah xx
Pencatatan distribusi upah langsung, jurnal:
Barang Dalam Proses-BTKL xx
Selisih tarif upah xx
Selisih efisiensi upah xx
Gaji dan upah xx
Pencatatan pembayaran upah langsung:
Utang gaji & upah xx
Kas xx
20. Dari contoh sebelumnya diketahui:
Biaya tenaga kerja standar = 20 jam x Rp 500 x 250 satuan =
Rp 2.500.000
Biaya tenaga kerja sesungguhnya = 5.100 jam x Rp 475 = Rp
2.422.500
selisih tarif upah = Rp 127.500 L
selisih efisiensi upah = Rp 50.000 R
Total selisih = Rp 127.500-50.000 = Rp 77.500 L
Maka jurnal pencatatan biaya tenaga kerja langsung adalah
sbb:
Barang dalam proses 2.500.000
Selisih efisiensi upah 50.000
gaji dan upah 2.422.500
selisih tarif upah 127.500
21. Pencatatan Biaya Overhead
Pabrik
Pencatatan biaya overhead pabrik dalam metode tunggal (single
plan) dipengaruhi oleh metode analisis selisih biaya overhead yang
digunakan.
Contoh sebelumnya:
Biaya overhead pabrik per satuan:
Variabel = 20jam @Rp 400 =Rp 8.000
Tetap = 20 jam @ Rp 300 =Rp 6.000
Jumlah produk yang diproduksi = 250 satuan
Kapasitas produksi per bulan direncanakan 5.200 jam tenaga kerja
langsung. Kapasitas sesungguhnya = 5.100 jam
Biaya overhead pabrik sesungguhnya= Rp 3.650.000,
Biaya overhead pabrik dibebankan (BOP pada kapasitas standar
dengan tarif standar) = 20 jam x 250 satuan x Rp 700 =
Rp3.500.000
22. Metode Dua Selisih:
Selisih terkendalikan = Rp 90.000R, Selisih volume = Rp 60.000R
Jurnal pembebanan BOP kepada produk:
Barang Dalam Proses 3.500.000
BOP yg dibebankan 3.500.000
Jurnal untuk mencatat BOP sesungguhnya:
BOP sesungguhnya 3.650.000
Berbagai rek.yg dikredit 3.650.000
Jurnal untuk mencatat penutupan rek.BOP yg dibebankan:
BOP yang dibebankan 3.500.000
BOP sesungguhnya 3.500.000
Jurnal untuk mencatat selisih BOP:
Selisih terkendalikan 90.000
Selisih volume 60.000
BOP sesungguhnya 150.000
23. Metode tiga selisih
Dari contoh sebelumnya: Selisih pengeluaran = Rp 50.000R, selisih
kapasitas Rp 30.000R, selisih efisiensi Rp 70.000R.
BOP yg dibebankan (kapasitas sesungguhnya x tarif standar)= 5.100 jam
x Rp 700 = 3.570.000
Jurnal pembebanan bioya overhead pabrik kepada produk:
Barang Dalam Proses Rp 3.500.000
Selisih efisiensi 70.000
BOP yang dibebankan 3.570.000
Jurnal untuk mencatat BOP sesungguhnya:
BOP sesungguhnya 3.650.000
Berbagai rek.yg dikredit 3.650.000
Jurnal untuk mencatat penutupan rekening BOP yang dibebankan:
BOP yang dibebankan 3.570.000
BOP sesungguhnya 3.570.000
24. Jurnal untuk mencatat selisih BOP:
Selisih pengeluaran 50.000
Selisih kapasitas 30.000
BOP sesungguhnya 80.000
Metode empat selisih, jurnal:
Barang Dalam Proses 3.500.000
Selisih efisiensi variabel 40.000
Selisih efisiensi tetap 30.000
BOP yg dibebankan 3.570.000
Pencatatan harga pokok barang jadi:
Persediaan barang jadi 7.250.000
Barang Dlm Proses 7.250.000
(250 unit x Rp 29.000)