SlideShare a Scribd company logo
1 of 31
BAHAN PELATIHAN NASIONAL OTOMOTIF
KENDARAAN RINGAN
ENGINE
DIAGNOSIS KERUSAKAN
SISTEM PENDINGIN
OTO.KR02.012.01
MODUL 1 DARI 1
BUKU
INFORMASI
Sektor Otomotif Sub Sektor Kendaraan Ringan
Engine
Daftar Isi Halaman
Bagian - 1 2
Pendahuluan 2
Definisi Pelatih, Peserta Pelatihan dan Pelatihan 2
Disain Modul 2
Isi Modul 3
Pelaksanaan Modul 3
Definisi istilah-istilah yang digunakan dalam Standar Kompetensi Kerja
Nasional Indonesia (SKKNI)
4
Hasil Pelatihan 5
Pengenalan 5
Prasyarat 5
Pengakuan Kompetensi Tertentu (RCC) 5
Keselamatan Kerja 6
Bagian - 2 7
Prosedur Diagnosis Kerusakan Sistem Pendingin 7
• Diagnosis Kerusakan Sistem Pendingin 7
• Diagnosis KerjaThermostat 8
• Tes Kebocoran Kepala Perapat 9
• Tes Diagnosa Sensor Temperatur 13
• Sender dan Sensor Temperatur Bertipe Resistansi Variabel 17
• Diagnosa Kipas Pendingin 21
• Diagnosa Kopling Fluida Termatik 23
• Diagnosa Kipas Pendingin Listrik Thermatik 25
SKKNI OTO.KR02.012.01
Diagnosis Kerusakan Sistem Pendingin OTO.KR02.012. 01
Buku Informasi
2/30
Sektor Otomotif Sub Sektor Kendaraan Ringan
Engine
Bagian - 1
Pendahuluan.
Modul ini terdiri dari tiga buku petunjuk yaitu Buku Informasi, Buku Kerja dan Buku
Penilaian. Ketiga buku tersebut saling berhubungan dan menjadi referensi Modul
Pelatihan. Berikut ini adalah Buku Informasi.
Modul Pelatihan ini menggunakan Pelatihan Berbasis Kompetensi sebagai
pendekatan untuk mendapatkan keterampilan yang sesuai di tempat kerja.
Pelatihan Berbasis Kompetensi memfokuskan pada keterampilan seseorang yang
harus dimilki di tempat kerja. Fokusnya adalah pada pencapaian keterampilan dan
bukan berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk mengikuti pelatihan.
Modul Pelatihan ini disusun berdasarkan pada SKKNI. SKKNI adalah pernyataan
pengetahuan, keterampilan dan sikap yang diakui secara nasional yang diperlukan
untuk penanganan perbaikan dibidang otomotif.
Modul Pelatihan ini digunakan sebagai Kriteria Penilaian terhadap SKKNI
OTO.KR02.012.01
Definisi Pelatih, Peserta Pelatihan dan Pelatihan.
Pada modul Pelatihan ini, seseorang yang menyampaikan materi pelatihan lebih
dikenal sebagai Pelatih. Di sekolah-sekolah, institusi-institusi dan pusat-pusat
pelatihan, orang tersebut lebih dikenal dengan sebutan guru, instruktur, pembimbing
atau sebutan lainnya.
Berkaitan dengan keterangan di atas, seseorang yang berusaha mencapai
kemampuan disebut sebagai Peserta Pelatihan. Pada sekolah-sekolah, institusi-
institusi dan pusat-pusat pelatihan, orang tersebut lebih dikenal dengan sebutan
siswa, murid, pelajar, peserta, atau sebutan lainnya.
Pelatihan adalah proses pengajaran yang berlangsung di sekolah, institusi ataupun
Balai Latihan Kerja.
Disain Modul.
Modul ini didisain untuk dapat digunakan pada Pelatihan Klasikal dan Pelatihan
Individual/mandiri :
• Pelatihan Klasikal adalah pelatihan yang disampaikan oleh seorang pelatih.
• Pelatihan Individual/mandiri adalah pelatihan yang dilaksanakan oleh peserta
dengan menambahkan unsur-unsur/sumber-sumber yang diperlukan dengan
bantuan dari pelatih.
Diagnosis Kerusakan Sistem Pendingin OTO.KR02.012. 01
Buku Informasi
3/30
Sektor Otomotif Sub Sektor Kendaraan Ringan
Engine
.
Isi Modul.
Buku Informasi
Buku Informasi ini adalah sumber untuk pelatih dan peserta pelatihan yang berisi :
• informasi yang dibutuhkan oleh peserta pelatihan sebelum melaksanakan praktek
kerja.
Buku Kerja
Buku Kerja ini harus digunakan oleh peserta pelatihan untuk mencatat setiap
pertanyaan dan kegiatan praktek baik dalam Pelatihan Klasikal maupun Pelatihan
Individual/mandiri.
Buku ini diberikan kepada peserta pelatihan dan berisi:
• kegiatan-kegiatan akan membantu peserta pelatihan untuk mempelajari dan
memahami informasi
• kegiatan pemeriksaan yang digunakan untuk memonitor pencapaian keterampilan
peserta pelatihan.
• kegiatan penilaian untuk menilai pengetahuan peserta pelatihan
• kegiatan penilaian untuk menilai kemampuan peserta pelatihan dalam
melaksanakan praktek kerja.
Buku Penilaian
Buku Penilaian ini digunakan oleh pelatih untuk menilai jawaban dan tanggapan
peserta pelatihan pada Buku Kerja dan berisi :
• kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh peserta pelatihan sebagai pernyataan
keterampilan
• metode-metode yang disarankan dalam proses penilaian keterampilan peserta
pelatihan
• sumber-sumber yang dapat digunakan oleh peserta pelatihan untuk mencapai
keterampilan
• semua jawaban pada setiap pertanyaan yang diisikan pada Buku Kerja
• petunjuk bagi pelatih untuk menilai setiap kegiatan praktek
• catatan pencapaian keterampilan peserta pelatihan.
Pelaksanaan modul
Pada Pelatihan Klasikal, pelatih akan :
• menyediakan Buku Informasi yang dapat digunakan peserta pelatihan sebagai
sumber pelatihan
• menyediakan salinan Buku Kerja kepada setiap peserta pelatihan
• menggunakan Buku Informasi sebagai sumber utama dalam penyelenggaraan
pelatihan
• memastikan setiap peserta pelatihan memberikan jawaban/tanggapan dan
menuliskan hasil tugas prakteknya pada Buku Kerja
• menggunakan Buku Penilaian untuk menilai jawaban/tanggapan dan hasil-hasil
peserta pelatihan pada Buku Kerja.
Pada Pelatihan Individual/mandiri, peserta pelatihan akan :
Diagnosis Kerusakan Sistem Pendingin OTO.KR02.012. 01
Buku Informasi
4/30
Sektor Otomotif Sub Sektor Kendaraan Ringan
Engine
• menggunakan Buku Informasi sebagai sumber utama pelatihan
• menyelesaikan setiap kegiatan yang terdapat pada Buku Kerja
• memberikan jawaban pada Buku Kerja
• mengisikan hasil tugas praktek pada Buku Kerja
• memiliki tanggapan-tanggapan dan hasil penilaian oleh Pelatih.
Definisi Istilah-istilah yang digunakan dalam Standar Kompetensi Kerja
Nasional Indonesia (SKKNI)
Prasyarat
Kompetensi yang dibutuhkan sebelum memulai suatu kompetensi tertentu.
Elemen-elemen Kompetensi
Tugas-tugas yang harus dilakukan untuk mencapai suatu keterampilan.
Kriteria Unjuk Kerja
Kegiatan-kegiatan yang harus dilakukan untuk menunjukkan keterampilan pada setiap
elemen.
Rentang Variabel
Ruang lingkup materi dan persyaratan yang memenuhi kriteria unjuk kerja yang
ditetapkan.
Petunjuk Penilaian
Merupakan petunjuk bagaimana peserta pelatihan dinilai berdasarkan kriteria unjuk
kerja.
Konteks
Merupakan penjelasan tentang dari mana, bagaimana dan metode penilaian apa
yang seharusnya digunakan.
Aspek-aspek yang diperlukan
Menentukan kegiatan inti yang harus dinilai.
Persyaratan Level Literasi dan Numerasi
Persyaratan Modul Literasi Level 1 dan Numerasi Level 1
Level Literasi
1 Kemampuan untuk membaca, memahami dan menghasilkan teks dasar.
2 Kemampuan untuk memahami hubungan yang kompleks pada teks dan
memahami informasi lisan dan tulisan yang diberikan.
3 Kemampuan untuk menulis, menganalisa kritik dan mengevaluasi teks.
Level Numerasi
1 Kemampuan untuk menggunakan simbul-simbul dasar, diagram, istilah
secara matematik dan dapat memahami konteks serta dapat
mengkomunikasikan secara matematik.
2 Kemampuan untuk menguji, memahami dan menggunakan konsep
Diagnosis Kerusakan Sistem Pendingin OTO.KR02.012. 01
Buku Informasi
5/30
Sektor Otomotif Sub Sektor Kendaraan Ringan
Engine
matematik yang kompleks pada batasan konteks.
3 Kemampuan untuk menganalisa kritik, mengevaluasi dan menggunakan
simbol-simbol matematik, diagram, chart dan teori-teori yang kompleks.
Hasil Pelatihan.
Setelah menyelesaikan Hasil Pelatihan ini anda akan dapat melakukan secara mandiri
Menyebut dan melaksanakan langkah-langkah pencegahan demi keamanan yang
harus diikuti dalam mendiagnosa sistem pendingin untuk mencegah terjadinya
kecelakaan yang bisa menyebabkan luka atau kerusakan pada komponen kendaraan.
• Menjelaskan prosedur tes yang memadai dalam mendiagnosa kerusakan pada
sistem pendingin sesuai spesifikasi pabrik pembuatnya.
• Melaksanakan tes pada sistem pendingin sesuai dengan anjuran pabrik.
• Mengevaluasi tes untuk mendiagnosa kerusakan sistem pendingin.
Pengenalan Topik
Lingkup yang tercakup dalam modul ini termasuk prosedur-prosedur penting dalam
mendiagnosa, melaporkan dan mengevaluasi komponen-komponen sistem pendingin
kendaraan ringan. Prosedur yang tepat dalam mendiagnosa, membuat laporan dan
mengevaluasi komponen merupakan hal yang sangat penting untuk mengetahui
keadaan sistem secara akurat untuk kemudian menentukan perbaikan-perbaikan yang
diperlukan. Seorang teknisi harus memiliki pengetahuan yang baik mengenai prosedur
diagnosa yang tepat dalam sistem pendingin agar dapat segera mengisolir komponen
yang rusak. Dengan demikian kemungkinan terjadinya kerusakan keseluruhan sistem
dapat diperkecil. Selain itu diperlukan kemampuan untuk menyususn laporan dan
mengevaluasi hasil diagnosa supaya dapat menentukan prosedur-prosedur yang
harus dilaksanakan untuk memperbaiki sistem secara keseluruhan.
Melalui modul ini anda akan dapat memperoleh pengetahuan dan ketrampilan dalam
mendiagnosa komponen-komponen sistem pendingin, juga teknik-teknik yang efektif
untuk melaporkan dan mengevaluasi hasil-hasil diagnosa untuk menentukan
prosedur-prosedur perbaikan yang harus dilakukan.
Prasyarat
Sebelum memulai modul ini, anda harus dapat melengkapi modul berikut ini:
OTO.KR01.016.01 - Mengikuti Prosedur Kesehatan dan Keselamatan Kerja
OTO.KR02.002..01 - Cara Kerja Engine 2 dan 4 Langkah
OTO.KR01.017.01 - Penggunaan dan Pemeliharaan Peralatan dan Perlengkapan
Tempat Kerja
Pengakuan Kompetensi Tertentu (RCC)
Jika seorang peserta menyatakan dia mampu/cakap dalam menyelesaikan tugas-
tugas yang ditentukan pada hasil pelatihan, dia harus dapat membuktikan
kemampuannya kepada pelatih.
Diagnosis Kerusakan Sistem Pendingin OTO.KR02.012. 01
Buku Informasi
6/30
Sektor Otomotif Sub Sektor Kendaraan Ringan
Engine
Keselamatan Kerja
Umum
Baca dan patuhi peraturan keamanan dan kesehatan yang diberikan sebelum anda
melaksanakan modul ini. Ringkasan materi modul :
• Pencegah Karat Sistem Pendingin
• Bahan-bahan Pembersih Sistem Pendingin
• Bahan-bahan Pembersih Komponen Sistem Pendingin
Pribadi
Ikuti langkah-langkah pencegahan demi keamanan seperti tertera dalam peraturan.
Ringkasan peraturan :
• Kesehatan dan Keselamatan Kerja Industri Otomotif
• Pencegahan terjadinya Kecelakaan
• Penggunaan dan Perawatan Perkakas Tangan
• Langkah keamanan penanganan cairan pendingin yang panas
• Kehati-hatian dalam area berbahaya
• Langkah keamanan penanganan bahan aditif cairan pendingin
• Langkah keamanan penanganan kipas termal
Diagnosis Kerusakan Sistem Pendingin OTO.KR02.012. 01
Buku Informasi
7/30
Sektor Otomotif Sub Sektor Kendaraan Ringan
Engine
Bagian – 2
Prosedur Diagnosis Kerusakan Sistem Pendingin
Diagnosis Kerusakan Sistem Pendingin
Prosedur tes diagnosa kebocoran kepala perapat (head gasket) secara visual adalah
sebagai berikut :
1. Lakukan tes tekanan pada sistem pendingin terhadap adanya kebocoran eksternal
dan perbaiki.
2. Buka tutup radioator, berhati-hatilah jika cairan pendingin dalam keadaan panas,
dan tambahkan cairan pendingin hingga memenuhi leher lubang.
3. Jalankan mesin hingga themostat membuka (suhu kerja) atau hingga pipa atas
radiator menjadi hangat.
4. Jalankan mesin pada 1500 sampai 2000 RPM dan periksa cairan pendingin
apakah terjadi gelembung-gelembung yang keluar dari leher pengisian radiator.
Catatan :
Jangan jalankan mesin dalam jangka waktu lama dengan tutup tekanan
radiator dalam keadaan terbuka, mesin bisa mengalami panas berlebihan dan
mendesak keluar cairan pendingin yang panas dari leher radiator.
5. Setelah tes selesai, tambahkan cairan pendingin seperlunya dan pasang kembali
tutup radiator.
Gambar 1. Pemeriksaan visual dalam diagnosa kebocoran kepala perapat
Diagnosis Kerusakan Sistem Pendingin OTO.KR02.012. 01
Buku Informasi
8/30
Sektor Otomotif Sub Sektor Kendaraan Ringan
Engine
Diagnosa Kerja Thermostat
Diagnosa terhadap kerja thermostat bisa dilaksanakan dengan memeriksa pengaturan
temperatur pada saat kendaraan dijalankan di jalanan. Dalam keadaan normal, yaitu
sistem pendingin bekerja secara baik, penunjuk temperatur (temperature gauge) akan
bergerak sedikit jika temperatur operasi telah tercapai. Saat terjadi perubahan suhu
pada kendaraan dari dingin menuju temperatur kerja maka penunjuk temperatur harus
bergerak meningkat dengan teratur sampai thermostat membuka sehingga mulai
terjadi pengaturan temperatur. Jika terjadi sedikit penurunan pada penunjuk maka ini
menunjukkan titik buka thermostat yang disebabkan oleh cairan pendingin radiator
yang bersuhu lebih rendah yang memasuki blok mesin. Pada kondisi mesin dijalankan
dengan stabil baik pada kecepatan rendah ataupun tinggi tanpa beban, penunjuk
temperatur harus relatif tetap tidak bergerak.
Catatan:
Kadang-kadang kipas pendinginan yang terkontrol secara thermostatik bisa
menimbulkan peningkatan suhu mesin oleh karena itu atur pembacaan
penunjuk temperatur sebelum menyalakan untuk mendinginkan suhu mesin
kembali pada temperatur kerjanya. Dalam keadaan dengan beban mesin yang
tinggi atau kondisi suhu yang tinggi temperatur mesin dapat sedikit meningkat
di atas temperatur kerja sehingga meningkatkan pembacaan penunjuk
temperatur.
Pemanasan yang Lamban (thermostat tetap sedikit terbuka)
Jika mesin dijalankan dalam kondisi standar tetapi penunjuk temperatur tidak
menunjukkan temperatur kerja yang normal setelah jangka waktu yang memadai,
mungkin thermostat tetap sedikit membuka. Akibat dari keadaan ini maka cairan
pendingin blok mesin memanas karena sirkulasinya melalui sistem saat masih dingin.
Dalam keadaan demikian maka kemungkinan kerusakan yang terjadi adalah waktu
pemanasan yang lamban karena thermostat tetap membuka untuk mengatur aliran
cairan pendingin saat mesin mencapai temperatur kerjanya. Maka jika terjadi
pergerakan penunjuk temperatur yang perlahan menuju temperatur kerja (pemanasan
yang lamban) tetapi bekerja normal mengatur temperatur mesin yang dijalankan
secara normal, bisa ditetapkan adanya thermostat yang tersangkut menjadi tetap
sedikit terbuka.
Pengaturan Temperatur yang Buruk (thermostat tetap membuka)
Thermostat yang tersangkut pada posisi setengah terbuka atau terbuka penuh akan
mengakibatkan waktu pemanasan mesin yang lama. Akan tetapi kegagalan kontrol
pengaturan temperatur akan menimbulkan dua macam ketidakberesan yang
ditunjukkan oleh kerja penunjuk temperatur.
Kurang baiknya kontrol aliran cairan pendingin yang disebabkan oleh thermostat yang
tetap membuka akan menimbulkan problem pendinginan berlebihan dari aliran udara
yang melalui radiator saat kendaraan dijalankan tanpa beban pada kecepatan medium
sampai tinggi. Hal ini mengakibatkan penurunan mendadak pergerakan penunjuk
temperatur dari posisi pembacaaan normal ke dingin. Saat kendaraan dikurangi
kecepatannya atau berhenti, temperatur mesin dan pembacaan penunjuk temperatur
meningkat di atas posisi operasi normal sebagai akibat dari kurangnya aliran udara
melalui radiator dan tingginya aliran cairan pendingin melalui blok mesin yang
mengakibatkan berkurangnya perpindahan panas. Jika mesin bekerja keras akan
terjadi hal yang sama. Jadi jika terjadi gerakan penunjuk temperatur yang lambat
sedangkan kendaraan bekerja pada kecepatan rendah atau medium tetapi meningkat
Diagnosis Kerusakan Sistem Pendingin OTO.KR02.012. 01
Buku Informasi
9/30
Sektor Otomotif Sub Sektor Kendaraan Ringan
Engine
pada nilai yang tinggi pada keadaan diam maka bisa ditentukan adanya kerusakan
thermostat yang tersangkut menjadi tetap terbuka.
Mesin yang Panas (thermostat sedikit menutup)
Thermostat yang tetap berada pada posisi sedikit menutup juga akan menimbulkan
pemanasan mesin yang lambat. Tetapi kegagalan thermostat untuk lebih membuka
dan mengontrol temperatur mesin dengan cara sirkulasi cairan pendingin akan
mengakibatkan posisi penunjuk temperatur yang tinggi atau di atas normal. Sirkulasi
cairan pendingin yang buruk akan mengakibatkan turunnya perpindahan panas dari
blok mesin ke radiator sehingga terjadi temperatur operasi yang tinggi. Selain itu
terjadinya panas berlebihan juga dapat timbul karena membiarkan mesin bekerja
dengan kendaraan tetap diam dalam waktu yang lama, mesin diberi beban yang tinggi
atau mendaki jalan yang curam sedangkan kecepatan dan aliran udara yang melalui
radiator adalah rendah. Maka jika terjadi gerakan penunjuk temperatur yang perlahan
tetapi terdapat keadaan kerja yang tinggi atau panas berlebihan pada kecepatan
rendah, diam atau beban tinggi dapat ditentukan bahwa thermostat tersangkut menjadi
tetap sedikit menutup.
Tes Kebocoran Kepala Perapat
Untuk mendiagnosa terhadap adanya kebocoran kepala perapat silinder pada sistem
pendingin terdapat empat macam metode yang biasa digunakan. Cara pertama
adalah dengan pemeriksaaan visual sederhana apakah ada gelembung pada cairan
pendingin di dalam radiator. Melalui tes ini, walaupun bukan merupakan diagnosa
yang akurat, bisa dilihat jika terjadi tekanan pada sistem yang kemungkinan terjadi dari
gas pembakaran yang memasuki cairan pendingin. Tes ini harus dilaksanakan
sebagai pemeriksaan primer yang diikuti dengan tes diagnosa yang lebih akurat.
Tes ke dua menggunakan alat khusus untuk mencium bau gas cairan pendingin pada
radiator terhadap adanya gas-gas pembakaran (CO2 atau HC) yang menunjukkan
adanya kerusakan kepala perapat. Tes ini sangat mudah untuk dilaksanakan dan bisa
mendiagnosa adanya kebocoran kepala perapat yang hanya sedikit.
Tes yang ke tiga untuk mengecek adanya kebocoran cairan pendingin pada sistem
pendingin dilakukan dengan menggunakan tester (analiser) tekanan cairan pendingin.
Tester ini mendeteksi adanya peningkatan cepat pada tekanan sistem saat mesin
bekerja melalui gas pembakaran yang memasuki sistem pendingin. Tes ini merupakan
metode diagnosa kebocoran perapat yang efektif walaupun tidak seakurat tester CO2,
karena hanya mendeteksi kebocoran minor sampai mayor. Tiga tes diagnosa tersebut
di atas harus dilakukan dengan mesin berada dalam temperatur kerjanya yaitu mesin
dalam keadaan panas dan komponen-komponen telah memuai sehingga
memungkinkan terjadinya kebocoran perapat.
Tes Diagnosa 1
Pemeriksaan Visual
Sebuah sistem pendingin yang dapat bekerja dengan benar dan dalam kondisi baik
merupakan sistem tersekat yang di dalamnya tidak terdapat udara atau kantung gas
dalam cairan pendingin. Jika dengan pemeriksaan visual cairan pendingin dalam
radiator menunjukkan adanya gelembung udara, maka kemungkinan besar
penyebabnya adalah terjadi kebocoran perapat kepala silinder sehingga gas hasil
Diagnosis Kerusakan Sistem Pendingin OTO.KR02.012. 01
Buku Informasi
10/30
Sektor Otomotif Sub Sektor Kendaraan Ringan
Engine
pembakaran masuk ke sistem pendingin. Sebagaimana yang telah disebut di muka
pemeriksaan visual hanya merupakan pemeriksaan primer dan dilaksanakan jika
sistem telah diperiksa terhadap adanya kebocoran eksternal cairan pendingin dan
telah diperbaiki. Adanya kemungkinan tertariknya udara ke cairan pendingin oleh
pompa air melalui kebocoran eksternal dapat menimbulkan diagosa yang tidak tepat.
Agar tidak terjadi diagnosa yang salah maka perlu dilaksanakan tes sekunder serta
tes-tes yang lebih akurat.
Tes Diagnosa 2
Tester Tekanan Sistem Pendingin
Seperti yang telah diketahui, tester tekanan sistem pendingin dapat digunakan untuk
memeriksa adanya kebocoran eksternal cairan pendingin dengan memberikan
tekanan pada sistem pendingin. Selain itu analiser ini juga dapat digunakan untuk
mendeteksi peningkatan tekanan yang terjadi dalam sistem pendingin dari sumber-
sumber internal, seperti misalnya kebocoran kepala perapat atau retakan pada kepala
silinder. Kebocoran tekanan internal yang berasal dari kepala perapat dari retakan
kepala silinder berupa gas pembakaran yang memasuki cairan pendingin sehingga
menimbulkan tekanan yang melonjak naik pada sistem. Peningkatan tekanan ini dapat
dideteksi dengan melihat pembacaan tester dengan mesin yang dijalankan pada
temperatur operasinya. Tester tekanan diatur pada tekanan rendah dan jika mesin
dijalankan maka jarum penunjuk harus bergerak naik perlahan karena adanya
peningkatan suhu cairan pendingin. Jika terjadi kebocoran internal akan menyebabkan
perubahan nilai tekanan yang meningkat cepat. Sebagaimana pada pemeriksaan
visual sebelum ini perlu diperhatikan pada tes ini tidak boleh terjadi kebocoran
eksternal, karena akan mengakibatkan hasil diagnosa yang tidak tepat. Hal ini
disebabkan oleh kemungkinan hilangnya tekanan pembakaran pada kebocoran
eksternal sehingga jarum alat pengukur tekanan tidak bergerak naik. Prosedur tes
diagnosa kebocoran kepala perapat dengan menggunakan tester tekanan (analiser)
adalah sebagai berikut :
1. Periksa tekanan sistem pendingin terhadap kebocoran eksternal dan perbaiki
sesuai yang diperlukan.
2. Buka penutup radiator dengan hati-hati jika cairan pendingin dalam keadaan panas
dan tambahkan cairan pendingin hingga penuh.
3. Jalankan mesin sampai thermostat membuka, yaitu pada temperatur kerja, atau
hingga saluran radiator atas menjadi hangat.
4. Basahi karet bos tester tekanan dan pasang pada leher radiator.
5. Pasang analiser pada leher radiator dan beri tekanan pada sistem sebesar 7
sampai 14 kPa (1 hingga 2 psi).
6. Buka saluran beberapa kali sementara anda memperhatikan pembacaan jarum
penunjuk tester.
Catatan :
Jangan menjalankan mesin terlalu lama dengan tester tekanan dalam keadaan
terpasang karena dapat menimbulkan tekanan pada mesin yang melebihi
kapasitas dan merusak analiser atau sistem pendingin.
7. Angka yang ditunjukkan harus turun sedikit saat mesin diakselerasi dan kembali
lagi jika mesin bekerja perlahan. Jarum penunjuk harus naik perlahan jika
temperatur cairan pendingin meningkat selama dilakukan tes.
Diagnosis Kerusakan Sistem Pendingin OTO.KR02.012. 01
Buku Informasi
11/30
Sektor Otomotif Sub Sektor Kendaraan Ringan
Engine
8. Jika jarum meningkat cepat setiap kali mesin diakselerasi dan tidak turun kembali
berarti terjadi kebocoran pembakaran.
9. Jika tes telah selesai matikan mesin. Hilangkan tekanan pada sistem dengan hati-
hati dan lepas analiser. Tambahkan cairan pendingin seperlunya dan pasang
kembali tutup radiator.
Gambar 2. Prosedur dan pembacaan alat pengukur tekanan untuk diagnosa
kebocoran pembakaran dengan menggunakan tester tekanan (analiser).
Diagnosis Kerusakan Sistem Pendingin OTO.KR02.012. 01
Buku Informasi
12/30
Sektor Otomotif Sub Sektor Kendaraan Ringan
Engine
Tes Diagnosa 3
Detektor Kebocoran STE CO2
Detektor Kebocoran STE merupakan tester khusus yang dapat segera menemukan
adanya kebocoran antara ruang pembakaran dan sistem pendingin. Tester ini dapat
mendeteksi kebocoran pembakaran yang sangat sedikit hanya beberapa jam setelah
terjadi. Kebocoran pembakaran dideteksi oleh tester ini dengan cara memeriksa udara
pada tangki atas radiator apakah mengandung karbon monoksida (CO2) yang
merupakan hasil proses pembakaran. Pada kondisi operasi yang normal pada sistem
pendingin tidak terdapat gas CO2. Dengan demikian jika Detektor Kebocoran STE
menemukan adanya gas CO2 pada sistem pendingin maka bisa ditentukan diagnosa
akurat yang menyatakan bahwa terjadi kebocoran kepala perapat atau retak pada
kepala silinder. Tester bekerja dengan prinsip mendeteksi gas-gas hasil pembakaran
yang bocor menuju sistem pendingin melalui retakan atau perapat yang rusak
berkumpul pada bantalan udara di atas level cairan pendingin radiator. Dengan cara
menarik atau menyedot udara dari radiator menuju cairan kimia tester yang berwarna
biru, adanya gas CO2 akan terdeteksi dengan berubahnya warna cairan dari biru
menjadi kuning. Jika tidak terjadi perubahan warna cairan maka berarti tidak ada gas
pembakaran, yang mana hal ini berarti tidak terjadi kebocoran dari pembakaran.
Hanya sedikit gas CO2 yang diperlukan untuk mengakibatkan terjadinya perubahan
warna cairan tester. Oleh karena itu tester ini sangat akurat dalam mendiagnosa. Pada
tester terdapat dua ruang. Yang pertama berfungsi sebagai filter untuk menyerap zat-
zat yang mengkontaminasi agar diperoleh keakuratan tes yang lebih baik. Ruang
cairan yang ke dua berisi cairan yang akan menunjukkan hasil tes.
Gambar 3. Detektor Kebocoran STE CO2 yang digunakan untuk tes kebocoran
pembakaran
Diagnosis Kerusakan Sistem Pendingin OTO.KR02.012. 01
Buku Informasi
13/30
Sektor Otomotif Sub Sektor Kendaraan Ringan
Engine
Berikut ini prosedur tes diagnosa kebocoran kepala perapat dengan menggunakan
Detektor Kebocoran STE CO2 :
1. Jalankan mesin hingga thermostat membuka (temperatur operasi) atau sampai
saluran radiator atas menjadi hangat.
2. Buka dengan hati-hati tutup radiator dengan tekanan dan kurangi cairan pendingin
hingga setinggi 3 sampai 5 sentimeter di bawah leher pengisian radiator. Jangan
menyedot cairan pendingin ke detektor kebocoran karena akan merusak cairan tes
dan harus diganti.
3. Sembur tangki radiator dengan hati-hati dari jarak sekitar 50 cm untuk menyemprot
udaranya. Semprotan pendek-pendek beberapa kali sudah mencukupi.
4. Tekan bola karet 5 sampai 10 kali untuk menyedot udara baru untuk meyakinkan
cairan tes berwarna biru terang serta bebas dari gas CO2.
5. Starter mesin lalu akselerasi dan deakselerasi sekitar 15 kali untuk meningkatkan
tekanan pembakaran silinder.
6. Letakkan nozel detektor pada leher pengisian radiator dan sedot udaranya dengan
menekan bola karet berulang-ulang sekitar 15 kali.
7. Yakinkan tidak ada cairan pendingin yang tersedot ke tester.
8. Perhatikan cairan tes yang berwarna biru. Jika berubah menjadi kuning maka
berarti hasil tes kebocoran pembakaran adalah positif.
9. Setelah tes selesai pasang kembali tutup radiator.
Tes Diagnosa Sensor Temperatur
Sensor/sender suhu tipe saklar
Sensor suhu tipe saklar merupakan sebuah saklar on/off yang akan menghubungkan
rangkaian listrik ke ground atau menghubungkannya ke catu daya positif (positif
baterai). Hubungan di dalam saklar dapat berupa normal terbuka (normally open) atau
normal tertutup (normally closed).
Sensor/sender tipe normal terbuka bekerja melalui prinsip pada saat dingin
merupakan saklar dengan kontak yang terbuka sehingga rangkaian listrik yang
dikontrolnya menjadi rangkaian terbuka dan tidak terjadi aliran arus listrik. Pada saat
dicapai temperatur kerja/temperatur pen-saklaran (switching) pada sensor/sender
maka kontak akan berubah menjadi tertutup sehingga terbentuk rangkaian tertutup
dan arus listrik akan mengalir. Saklar tipe ini sering dijumpai pada rangkaian-
rangkaian lampu peringatan temperatur, kipas pendingin listrik dan sensor thermo
pengontrolan emisi.
Sensor/sender tipe normal tertutup bekerja secara berkebalikan dengan unit yang
disebut di muka. Saat dingin kontak saklar dalam keadaan tertutup sehingga arus
listrik dapat mengalir melalui rangkaian. Pada saat diperoleh temperatur operasi
kontak saklar berubah menjadi terbuka dan memutuskan aliran arus listrik melalui
rangkaian. Unit dengan tipe seperti ini digunakan untuk mengontrol operasi relay
listrik. Penggunaannya sering diterapkan pada rangkaian kipas thermo serta beberapa
sensor thermo dalam sistem pengontrolan emisi.
Ada dua metode pengecekan yang digunakan untuk memeriksa tipe saklar dari
sensor. Yang pertama adalah dengan mengisolasi unit saklar dan memeriksa apakah
bekerja dengan tepat dalam rangkaian listrik. Sedangkan yang ke dua adalah
mendiagnosa apakah rangkaian bekerja jika dicapai temperatur operasi aktualnya.
Diagnosis Kerusakan Sistem Pendingin OTO.KR02.012. 01
Buku Informasi
14/30
Sektor Otomotif Sub Sektor Kendaraan Ringan
Engine
Gambar 4. Unit sender temperatur dengan tipe saklar normal terbuka
Tes Diagnosa Isolasi pada Unit Sender Bertipe Saklar
Pengisolasian operasi sender/sensor dilakukan dengan menjalankan kontrol sender
rangkaian listrik untuk mengetahui di mana letak kesalahan, apakah pada perkabelan
rangkaian, aktuator (komponen yang dioperasikan oleh rangkaian, misalnya kipas
thermal), atau pada unit sender/sensor. Tes dilaksanakan dengan mengoperasikan
sender/sensor diground-kan atau memberi catu daya positif pada rangkaian secara
manual. Pembumian atau pemberian catu daya pada rangkaian secara manual akan
membuat aktuator (misalnya kipas listrik) bekerja. Jika pada tes isolasi rangkaian listrik
yang tidak sedang beroperasi ternyata aktuator bekerja maka berarti perkabelan dan
relay bekerja dengan baik semuanya. Dengan demikian dapat ditentukan letak
kesalahannya adalah pada sender/sensor temperatur. Tetapi jika aktuator ternyata
tidak bekerja saat rangkaian diswitch secara manual (diberikan catu daya) maka
kerusakannya terdapat pada perkabelan atau komponen lain rangkaian, bukan pada
unit sensor temperatur. Tes diagnosa ini hanya berfungsi untuk menentukan di mana
letak kesalahan atau kerusakan rangkaian terjadi dan bukan untuk menentukan
apakah sensor/sender bekerja dengan benar pada temperatur operasinya.
Prosedur Tes Diagnosa Isolasi
1. Periksa rangkaian yang tidak dalam keadaan bekerja dengan menggunakan
multimeter (volt) untuk meyakinkan bahwa rangkaian telah memperoleh catu
tegangan dari baterai atau sekring serta memiliki pembumian yang baik.
2. Nyalakan saklar menjadi on.
3. Lepas kabel rangkaian tes dari unit sender/sensor, yaitu kabel tunggal untuk
pembumian saja atau kawat dobel untuk pembumian dan catu daya positif.
Aktuator harus bekerja dengan unit normal tertutup.
4. Pada unit normal terbuka dengan kawat tunggal untuk pembumian hubungkan
kawat pembumian pada blok mesin atau chassis.
5. Pada unit normal terbuka dengan pembumian dengan kawat dobel untuk
pembumian dan pemberian catu daya, hubungkan langsung kedua kawat tersebut.
6. Setelah selesai bypass manual sender/sensor, periksalah apakah aktuator bekerja,
misalnya kipas listrik bekerja, lampu peringatan menyala atau selenoid
pengontrolan emisi bekerja.
7. Jika ternyata aktuator tidak bekerja maka berarti terdapat kerusakan pada
sender/sensor.
Diagnosis Kerusakan Sistem Pendingin OTO.KR02.012. 01
Buku Informasi
15/30
Sektor Otomotif Sub Sektor Kendaraan Ringan
Engine
Gambar 5. Tes Isolasi pada rangkaian lampu temperatur (unit sender di-bypass)
Tes Diagnosa Temperatur Switching Aktual pada Unit Sender/Sensor Tipe Saklar
Pengetesan temperatur kerja (switching) aktual pada sender/sensor saklar temperatur
dilaksanakan dengan memanaskan unit hingga mencapai temperatur pengontrolannya
sambil melakukan tes resistansi pada kontak pensaklarannya untuk memeriksa
apakah aksi pensaklarannya baik. Diagnosa dilakukan seperti pada tes untuk operasi
bukan thermostat. Dengan menggunakan Ohmmeter atau multimeter kita periksa
kontak rangkaian unit sender/sensor setelah terlebih dulu dilepas dari mesin, untuk
menentukan apakah merupakan saklar normal tertutup atau normal terbuka pada saat
dingin. Unit dipanaskan dengan cara meletakkan ujung peraba saklar pada sebuah
wadah air yang dipanaskan dengan menggunakan kompor gas atau kumparan listrik.
Suhu air diukur dengan termometer yang diletakkan padanya. Kontak unit diperiksa
pada titik tutup dan bukanya dengan menggunakan Ohmeter atau multimeter yang
dihubungkan dengan sambungan kabelnya pada saat dilakukan pemanasan tersebut.
Jika kontak unit mencapai titik pensaklarannya menjadi terbuka (rangkaian Ohmeter
berubah menjadi loop terbuka) atau tertutup (rangkaian meter berubah menjadi loop
tertutup), maka pembacaan pada thermometer yang diletakkan pada air yang
dipanaskan akan menunjukkan temperatur kerja aktualnya.
Catatan :
Metode tersebut di atas tidak dapat digunakan pada unit sender yang bekerja
di atas titik didih normal air (100o
C pada tekanan atmosfer 101,1 kPa), karena
titik didih air tidak dapat mencapai titik pensaklaran dari unit. Sender-sender
demikian dapat dites pada kendaraan dengan menggunakan sistem pendingin
bertekanan kendaraan sebagai sumber panas untuk tes atau dengan
menambahkan persentase campuran Gycol (25%) pada cairan tes sehingga
dapat diperoleh peningkatan nilai titik didih yang diperlukan bagi terlaksananya
tes. Jika menggunakan kendaraan sebagai sumber panas, dipasang probe
thermostat khusus (tipe fluke meter) pada saluran atas radiator untuk
Diagnosis Kerusakan Sistem Pendingin OTO.KR02.012. 01
Buku Informasi
16/30
Sektor Otomotif Sub Sektor Kendaraan Ringan
Engine
mengukur temperatur cairan pendingin sedangkan mesin tetap dijalankan
hingga diperoleh titik pensaklaran. Titik pensaklaran tersebut diukur juga
dengan menggunakan Ohmmeter atau multimeter terhadap kontak unit.
Prosedur Tes Diagnosa Temperatur Aktual
Unit Sender/Sensor yang Bekerja di bawah 100o
C
1. Buang cairan pendingin radiator hingga lebih rendah daripada unit sender.
2. Lepaskan unit sender dari mesin dengan menggunakan peralatan-peralatan yang
memadai untuk menghindari terjadinya kerusakan.
3. Lakukan pra-tes pada unit dengan Ohmeter atau multimeter untuk mengetahui tipe
kontak internalnya, yaitu normal terbuka atau normal tertutup pada saat dingin.
4. Letakkan ujung peraba unit sender pada wadah air, letakkan thermometer pada
air.
5. Hubungkan Ohm meter atau multimeter pada koneksi unit sender.
6. Panaskan air dengan menggunakan sumber panas yang tidak berbahaya.
7. Periksa Ohm meter atau multimeter apakah tercapai titik kontak saklar dan catat
pembacaan temperatur dari thermostat.
8. Lihat pada buku manual bengkel mengenai temperatur operasi unit sender yang
sebenarnya dan bandingkan dengan hasil yang diperoleh.
Gambar 6. Tes Temperatur Pensaklaran Aktual pada Unit Sender dengan Terminal
Tunggal dan Dobel
Unit Sender/Sensor yang Bekerja di atas100o
C
1. Pasang probe temperatur fluke meter di antara saluran atas radiator dan keluaran
radiator ke aliran cairan pendingin.
2. Lepas kabel-kabel rangkaian unit sender temperatur kemudian hubungkan Ohm
meter atau multimeter dengan koneksi unit. Periksa apakah kontak unit bertie
normal terbuka ataukah normal tertutup.
3. Starter dan jalankan mesin untuk memanaskan cairan pendingin.
4. Lihat pada Ohm meter/multi meter apakah diperoleh titik pensaklaran unit dan
catat pembacaan pada thermostat.
5. Lihat pada buku manual bengkel mengenai temperatur operasi unit sender yang
sebenarnya dan bandingkan dengan hasil yang diperoleh.
Peringatan :
Jangan membuka tutup radiator atau saluran atas radiator karena bisa
menimbulkan luka/kecelakaan, karena sistem pendingin akan mencapai suhu
di atas 100o
C.
Diagnosis Kerusakan Sistem Pendingin OTO.KR02.012. 01
Buku Informasi
17/30
Sektor Otomotif Sub Sektor Kendaraan Ringan
Engine
Sender dan Sensor Temperatur Bertipe Resistansi Variabel
Sender/sensor jenis resistansi variabel merupakan unit tertutup konstan yang
menggunakan resistansi rangkaian internal yang memiliki sifat variabel untuk
mengontrol aliran arus sehingga dapat mengontrol kerja sebuah aktuator (lampu
peringatan) atau komputer. Ada dua macam desain operasional unit, yaitu positive
temperature coefficient PTC atau negative temperature coefficient NTC. Unit dengan
jenis koefisien temperatur positif merupakan resistor variabel yang nilai resistansi
internalnya meningkat saat temperaturnya meningkat, sehingga memperkecil aliran
arus listrik pada rangkaian. Unit dengan koefisien temperatur negatif merupakan jenis
yang nilai resistansi internalnya mengecil jika temperaturnya meningkat, sehingga
memperbesar aliran arus pada rangkaian.
Kedua jenis desain unit bisa digunakan pada rangkaian penunjuk temperatur, tetapi
yang lebih sering digunakan adalah tipe NTC. Sensor temperatur resistansi variabel
pada jenis NTC amupun PTC juga sudah digunakan secara luas dalam sistem injeksi
bahan bakar elektronik EFI (electronic fuel injection) untuk mengirimkan berbagai
sinyal pada komputer manajemen mesin ECU untuk mengontrol perbandingan bahan
bakar. Selain itu sensor temperatur juga digunakan dalam transmisi otomatis yang
terkontrol secara elektronik dan sistem-sistem lain dengan mengirimkan sinyal
resistansi variabel pada ECU. Kerja efisien sistem terkontrol secara elektronik
tergantung pada pengoperasian yang tepat unit-unit perabanya, oleh sebab itu
diperlukan prosedur tes dan diagnosa yang efektif.
Gambar . Sender Temperatur bertipe Resistansi Variabel
Tes diagnosa sender/sensor temperatur yang menggunakan resistansi variabel
dilaksanakan serupa dengan prosedur pada unit pensaklaran terbuka/tertutup. Tes
bisa dilakukan dengan menggunakan dua metoda, yaitu tes isolasi dan tes resistansi
Diagnosis Kerusakan Sistem Pendingin OTO.KR02.012. 01
Buku Informasi
18/30
Sektor Otomotif Sub Sektor Kendaraan Ringan
Engine
unit aktual. Tes isolasi dilakukan untuk memeriksa efektifitas operasi dalam rangkaian
listrik sedangkan tes resistansi aktual memeriksa resistansi internal operasi unit pada
suatu temperatur tertentu.
Tes Isolasi Unit Sender/Sensor Menggunakan Resistansi Variabel
Tes isolasi unit sender/sensor dilaksanakan untuk menentukan apakah kesalahan
yang ada pada rangkaian listrik terletak pada unit sender/sensor temperatur resistansi
variabel ataukah terletak pada rangkaian perkabelan listrik yang dikontrolnya. Tes
isolasi bisa dilaksanakan dengan menggunakan dua metoda. Yang pertama adalah
dengan memberikan suatu nilai resistansi variabel yang ditentukan terlebih dahulu
pada rangkaian listrik melalui sebuah potensiometer (saklar resistansi variabel).
Sedangkan yang ke dua adalah dengan memberikan satu set nilai resistansi pada
rangkaian listrik berupa hambatan tetap. Unit sender kita gantikan dengan sebuah
potensiometer yang bisa memberikan nilai resistansi variabel pada rangkaian
(misalnya sebesar 100 Ohm sampai 500 Ohm), sehingga bisa diketahui apakah
perkabelan rangkaian listrik atau aktuator (misalnya alat pengukur temperatur) bekerja
dengan baik. Jika aktuator yang dikontrol oleh sender ternyata dapat bekerja dengan
baik melalui sebuah nilai resistansi yang dihasilkan oleh potensiometer maka berarti
kerusakan terdapat pada unit sender. Jika aktuator tidak bekerja dengan baik setelah
diberikan nilai resistansi yang sesuai oleh potensiometer maka berarti terdapat
kemungkinan bahwa kerusakan terjadi pada aktuator atau perkabelan rangkaian
bukan pada unit sender. Metode tes dengan menggunakan potensiometer mempunyai
keuntungan dapat digunakan untuk mendiagnosa operasi aktuator sepanjang
jangkauan/range operasinya dari resistansi rendah hingga tinggi (sebagaimana range
alat pengukur temperatur dari dingin sampai panas).
Tes isolasi dengan penggunaan satu set nilai resistansi dipakai untuk melihat operasi
aktuator pada suatu titik resistansi tertentu (misalnya pembacaan alat pengukur
temperatur pada kondisi panas senilai tahanan tetap 240 Ohm), sehingga dapat
diketahui apakah sensor bekerja dengan baik. Tes ini hanya bisa dilakukan hanya jika
spesifikasi nilai tahanan yang diperlukan, yang dipasang pada rangkaian untuk
menggantikan unit sender, telah diketahui sebelumnya. Pelaksanaan tes dengan
mem-bypass unit sender serta menggantikannya dengan sebuah resistor tetap untuk
mengetahui apakah aktuator bekerja dengan baik (yaitu pembacaan nilai alat
pengukur yang sesuai dengan yang seharusnya) disesuaikan dengan spesifikasi
pabrik. Jika aktuator bekerja dengan baik dengan menggunakan sebuah nilai tahanan
yang sesuai untuk mengontrol rangkaian, berarti sensor/sender kemungkinan rusak.
Sedangkan aktuator yang tidak bekerja dengan baik menandakan adanya kerusakan
pada perkabelan rangkaian atau aktuator.
Prosedur Tes Diagnosa Isolasi Unit Sender/Sensor dengan Menggunakan
Resistansi Variabel
Metoda Potensiometer Variabel
1. Lepas kabel koneksi rangkaian dari unit sender temperatur resistansi variabel
(kawat tunggal atau dobel).
2. Baca buku manual untuk mengetahui range resistansi potensiometer yang
diperlukan (misalnya 100 sampai 500 Ohm) serta operasi aktuator yang benar
pada nilai tahanan tertentu.
3. Pasang potensiometer pada range yang sesuai pada koneksi/sambungan kabel
pada rangkaian yang diputus. Pada kawat pemakaian tunggal bumikan
potensiometer, pada kawat dobel hubungkan keduanya secara seri dengan
potensiometer.
Diagnosis Kerusakan Sistem Pendingin OTO.KR02.012. 01
Buku Informasi
19/30
Sektor Otomotif Sub Sektor Kendaraan Ringan
Engine
4. Jika potensiometer tidak dilengkapi dengan meter hambatan, gunakan Ohmmeter
atau multimeter untuk mengukur resistansi aktual pada saat dilakukan tes.
5. Putar saklar menjadi on, atur potensiometer agar memberikan nilai resistansi
rendah menurut spesifikasi dengan cara memperhatikan pembacaan Ohm meter
atau multi meter.
6. Periksa apakah aktuator bekerja dengan benar.
7. Atur potensiometer pada nilai resistansi tinggi berdasarkan spesifikasi dan
periksa kembali kerja aktuator.
8. Jika aktuator tidak bekerja dengan baik maka berarti kerusakan terletak pada
aktuator atau rangkaian.
9. Jika aktuator bekerja dengan baik maka berarti kerusakan terletak pada unit
sender temperatur.
Metode Tes Menggunakan Nilai Resistansi Tertentu
1. Lepas kabel koneksi rangkaian dari unit sender temperatur resistansi variabel
(kawat tunggal atau dobel).
2. Baca buku manual untuk mengetahui nilai tahanan tetap yang diperlukan
(misalnya 100 Ohm) dan operasi aktuator yang benar pada nilai tahanan tersebut (
misalnya pembacaan jarum menunjukkan nilai/keadaan panas).
3. Pasang nilai tahanan tetap yang sesuai pada kabel yang telah dilepaskan
hubungannya.
Catatan :
Pada pemakaian kawat tunggal bumikan tahanan, pada pemakaian kawat dobel
hubungkan tahanan secara seri dengan kedua kabel.
4. Putar saklar menjadi on dan periksa kerja aktuator.
5. Jika aktuator memberikan nilai pembacaan yang sesuai dengan spesifikasi maka
berarti kerusakan terdapat pada unit sender.
6. Jika aktuator tidak bekerja dengan baik maka kesalahan terletak pada perkabelan
atau aktuator.
Diagnosis Kerusakan Sistem Pendingin OTO.KR02.012. 01
Buku Informasi
20/30
Sektor Otomotif Sub Sektor Kendaraan Ringan
Engine
Gambar 9. Pengetesan Rangkaian Pengukur Temperatur dengan menggunakan
Potensiometer Variabel.
Gambar 10. Pengetesan Rangkaian Pengukur Temperatur dengan Menggunakan
Tahanan Tetap
Tes Diagnosa Nilai Resistansi Aktual pada Unit Sender/Sensor Resistansi
Variabel
Pengetesan unit sender/sensor resistansi variabel untuk memperoleh nilai resistansi
internal aktualnya dilaksanakan dengan mengukur nilai resistansinya pada saat panas
maupun dingin dan membandingkan hasilnya dengan spesifikasi pabrik. Tes ini akurat
untuk mendiagnosa kerja unit dan merupakan satu-satunya tes yang memadai untuk
memeriksa kerja sensor resistansi variabel yang mengirimkan sinyal-sinyal pada unit
pengontrolan elektronik ECU (misalnya Sensor Temperatur Cairan Pendingin EFI).
Prosedur tes yang pertama adalah pencatatan nilai resistansi internal pada suatu nilai
suhu dingin tertentu dengan menggunakan Ohm meter atau multimeter dan kemudian
membandingkan hasil yang diperoleh dengan spesifikasi pabrik. Yang kedua adalah
mencatat dengan Ohm meter atau multimeter nilai resistansi internal pada unit pada
saat panas dengan cara memanaskannya pada suhu tertentu. Hasil yang diperoleh
dibandingkan dengan spesifikasi pabrik. Pembandingan hasil yang diperoleh dengan
nilai spesifikasi pabrik akan menunjukkan apakah unit beroperasi dengan baik. Contoh
sender resistansi variabel NTC pada kondisi dingin bernilai 240W pada 15o
C sampai
kondisi panas 50W pada 86o
C.
Prosedur Diagnosa Nilai Resistansi Aktual pada Sender Resistansi Variabel
1. Lihat nilai resistansi unit sender pada kondisi dingin dan panas pada buku manual.
2. Buka tutup radiator dan letakkan sebuah termometer atau fluku meter pada cairan
pendingin kemudian catat pembacaannya.
3. Lepaskan sambungan kabel dari unit sender temperatur, hubungkan dengan Ohm
meter atau multimeter.
4. Catat nilai resistansi saat dingin dan bandingkan dengan spesifikasi pabrik.
Diagnosis Kerusakan Sistem Pendingin OTO.KR02.012. 01
Buku Informasi
21/30
Sektor Otomotif Sub Sektor Kendaraan Ringan
Engine
5. Nyalakan mesin hingga dicapai panas yang sesuai berdasarkan pembacaan pada
termometer. Ukur dan catat nilai resistansi sender dan bandingkan dengan
spesifikasi pabrik. Berhati-hatilah dengan cairan pendingin yang panas dan kipas
pendingin listrik.
6. Jika nilai resistansi yang diperoleh tidak memenuhi spesifikasi pabrik maka berarti
unit sender/sensor rusak dan harus diganti.
Gambar 11. Pengukuran Nilai Resistansi Aktual pada Unit Sender Resistansi
Variabel
Diagnosa Kipas Pendingin
Terdapat tiga macam kipas pendingin berdasarkan prinsip kerjanya, yaitu tipe yang
dikendalikan secara mekanik dengan tetap, tipe kopling fluida/cairan yang dikontrol
secara termatik mekanis dan tipe yang menggunakan motor listrik yang dikontrol
secara termatik. Agar sistem pendingin bekerja dengan baik maka ketiga macam kipas
pendingin tersebut di atas harus bekerja dengan efisien. Jika kipas pendingin tidak
bekerja secara efisien maka akan menimbulkan masalah kelebihan panas yang
diakibatkan oleh tidak memadainya aliran udara pendingin melalui radiator pada cuaca
panas atau mesin dibiarkan menyala dalam waktu lama. Selain itu juga dapat
menyebabkan waktu pemanasan yang lambat dan suhu kerja mesin yang dingin jika
kipas yang dikontrol secara termal tetap berputar.
Kerusakan Kerja Kipas Pendingin
Diagnosis Kerusakan Sistem Pendingin OTO.KR02.012. 01
Buku Informasi
22/30
Sektor Otomotif Sub Sektor Kendaraan Ringan
Engine
Permasalahan panas berlebih (overheat) akibat kipas pendingin terjadi akibat
kesalahan kerja kipas yang digunakan tetapi bisa juga disebabkan oleh kurang
terawatnya sistem pendingin dengan baik. Kipas yang dikendalikan secara mekanis
menggunakan gaya penggerak dari poros engkol mesin melalui sabuk penggerak dari
karet. Sabuk penggerak yang tidak tepat pengaturannya akan mengakibatkan selip
pada puli kipas sehingga kecepatan kipas menjadi tidak efektif yang pada akhirnya
mengakibatkan aliran udara melalui radiator tidak mencukupi dan mesin menjadi
terlalu panas. Permasalahan ini akan bertambah besar jika mesin dijalankan dalam
kecepatan tinggi atau dijalankan malam hari. Kecepatan tinggi pada mesin
meningkatkan kemungkinan selip pada sabuk penggerak. Rpm puli yang tinggi akan
mengurangi cengkraman sabuk karena adanya peningkatan torsi dan suhu akibat
gesekan. Selip pada sabuk penggerak pada malam hari disebabkan oleh peningkatan
beban pada sabuk penggerak dari alternator. Berbagai macam lampu yang dinyalakan
pada malam hari meningkatkan aliran arus sehingga terjadi peningkatan beban pada
alternator yang kemudian meningkatkan pengemudian/pengendalian pada sabuk
penggerak yang akan mengakibatkan selip pada sabuk serta bisa membuat panas
berlebih pada mesin. Problem-problem selip sabuk penggerak bisa terjadi pada kipas
pendingin yang dikendalikan secara mekanik secara tetap dan kipas pendingin yang
menggunakan kopling cairan termostatik yang dikendalikan secara mekanik. Pada
kopling cairan termostatik lebih mudah terjadi selip sabuk penggerak karena bekerja
dengan kecepatan tinggi dan bebannya berubah-ubah pada berbagai kecepatan, di
mana pada kipas tipe pertama kecepatannya konstan.
Pemasangan atau putaran sudu kipas yang tidak tepat juga akan menimbulkan kerja
kipas pendingin yang tidak memadai. Selain beberapa kipas listrik tematik baru (David
Craig), pada umumnya sudu kipas merupakan unit direksional yang harus terpasang
dengan putaran mesin yang sesuai. Sudut atau lengkungan sudu mempengaruhi arah
aliran udara yang akan didorong melalui radiator. Kipas pendingin didesain agar
kecepatan aliran udara meningkat saat kendaraan berjalan ke depan. Kipas yang
berada pada sisi mesin radiator menghisap aliran udara yang melalui radiator,
sedangkan kipas yang berada di depan radiator menghembuskan udara mengalir
melalui radiator. Efisiensi aliran udara dari kipas bergantung pada putaran yang tepat
dari sudu kipas, artinya tepi depan kipas harus menghadap pada arah yang tepat atau
ke arah putaran mesin. Sudu kipas yang terpasang dengan arah putaran terbalik
biasanya menimbulkan suara bising saat bekerja dan menandakan kurangnya aliran
air. Kesalahan kerja akan terjadi pada kipas yang digerakkan dengan listrik jika
perkabelannya keliru. Kipas listrik termostatik biasanya memiliki jenis magnet
permanen yang bisa berputar dalam dua arah tergantung polaritas perkabelannya.
Polaritas motor yang benar harus diketahui terlebih dahulu jika memasang kipas listrik
magnet permanen agar diperoleh putaran sudu yang tepat. Kesalahan dalam
melaksanakan hal tersebut akan mengakibatkan arah aliran udara oleh putaran kipas
bertentangan dengan aliran udara normal saat kendaraan berjalan maju sehingga
terjadi panas berlebih pada mesin.
Diagnosis Kerusakan Sistem Pendingin OTO.KR02.012. 01
Buku Informasi
23/30
Sektor Otomotif Sub Sektor Kendaraan Ringan
Engine
Gambar 13 . Kipas pendingin tipe kopling cairan dengan penggerak mekanik yang
modern
Diagnosa Kopling Fluida Termatik
Kipas yang menggunakan prinsip kopling fluida dengan pengontrolan termatik
merupakan alat yang peka terhadap panas. Alat ini bekerja dengan merasakan panas
yang dikeluarkan dari sirip-sirip radiator untuk mengontrol pengendalian/pergerakan
sudu-sudu kipas. Pergerakan sudu-sudu kipas dikontrol melalui kopling fluida dengan
berbagai tingkat kecepatan sehingga sudu-sudu kipas berputar dengan kecepatan
rendah pada temperatur rendah, kecepatan sedang pada suhu sedang dan kecepatan
tinggi pada kondisi mesin panas. Karena pengendalian kecepatan kipas pendingin
tergantung pada operasi kopling fluida maka pengaturan temperatur mesin akan
terpengaruh jika digunakan kopling fluida yang buruk. Kopling fluida yang tidak baik
akan ikut mengakibatkan kurangnya kecepatan kipas sehingga timbul aliran udara
yang kurang memadai dan panas berlebih atau waktu pemanasan yang lambat, suhu
mesin yang rendah, penggunaan bahan bakar yang tidak efisien dan suara bising
kipas yang melebihi semestinya.
Hilangnya cairan pada kopling atau keausan yang sangat dapat menyebabkan
kesalahan pada kopling fluida. Kesalahan ini dapat kita diagnosa melalui pengukuran
kecepatan puli mesin dan kecepatan putaran sudu kipas pada suhu tertentu dan
membandingkan hasilnya dengan spesifikasi yang terdapat pada manual. Kesalahan
kopling mengakibatkan panas berlebih pada mesin karena kurangnya udara yang
dialirkan melalui radiator serta bisa terjadi saat cuaca panas, mesin dibiarkan menyala
dalam waktu lama, serta bekerja dalam kecepatan tinggi. Kesalahan kopling bisa
disebabkan oleh kerusakan bantalan poros atau kerusakan luar. Kipas dengan kopling
fluida yang mempunyai kecepatan variabel mempunyai efisiensi aliran udara yang
tinggi. Ini disebabkan sudu yang lebih besar sehingga mampu mendinginkan dengan
lebih cepat. Oleh karena itu problem yang ditimbulkannya adalah mesin menjadi lebih
lama pemanasannya dibanding waktu normalnya serta temperatur kerja yang lebih
rendah daripada normalnya. Keadaan yang lebih dingin serta pembebanan pada kipas
yang besar secara konstan akan menimbulkan peningkatan biaya ekonomisnya dan
penurunan performa mesin selain juga menimbulkan suara bising pada saat mesin
Diagnosis Kerusakan Sistem Pendingin OTO.KR02.012. 01
Buku Informasi
24/30
Sektor Otomotif Sub Sektor Kendaraan Ringan
Engine
berkecepatan rendah. Dengan pengetesan pengendalian/pengaturan kecepatan
kopling pada berbagai kecepatan dan temperatur mesin bisa ditemukan kesalahan
kopling fluida ini.
Gambar 14. Kerja kipas pendingin menggunakan kopling fluida thermatik
Prosedur Diagnosa Kopling Fluida dengan Kecepatan Variabel
1. Periksa kondisi sabuk penggerak kipas dan atur kekencangannya agar sesuai
dengan spesifikasi pabrik, periksa adakah kebocoran cairan pada kopling fluida,
kondisi bantalan poros, keausan atau kerusakan.
2. Lihat spesifikasi pabrik dalam buku manual untuk kecepatan mesin dan kecepatan
kopling pada operasi normalnya serta kecepatan mesin dan kecepatan kopling
untuk kondisi panas.
3. Tandai puli penggerak kipas dan sudu-sudu kipas dengan spidol putih.
4. Hubungkan strobe light atau tachometer optis pada mesin untuk mengukur
kecepatan puli dan sudu-sudu kipas, ukur kecepatan mesin.
5. Nyalakan mesin hingga mencapai temperatur yang diharapkan sesuai spesifikasi
manual dengan menggunakan probe temperatur.
6. Naikkan kecepatan mesin untuk memberi kecepatan pada puli dalam batasan
spesifikasinya (misalnya 2000 rpm), ukur kecepatan sudu kipas dan bandingkan
hasilnya dengan spesifikasi (misalnya 570 rpm).
7. Naikkan temperatur mesin dengan membatasi aliran udara pada radiator (letakkan
kertas karton pada radiator tapi jangan sampai ikut mendidih) hingga dicapai
temperatur yang dikehendaki. Sistem pendingin akan menjadi panas, jangan
melepas tutup radiator.
8. Naikkan lagi kecepatan mesin untuk memberi kecepatan pada puli dalam batasan
spesifikasinya (misalnya 2000 rpm), ukur kembali kecepatan sudu kipas dan
bandingkan hasilnya dengan spesifikasi (misalnya 1860 rpm).
9. Jika terjadi selip kopling fluida maka kecepatan sudu-sudu kipas akan menjadi
lebih kecil daripada normalnya.
Diagnosis Kerusakan Sistem Pendingin OTO.KR02.012. 01
Buku Informasi
25/30
Sektor Otomotif Sub Sektor Kendaraan Ringan
Engine
Kecepatan
Puli
Penggerak
Kecepatan Sudu-sudu Kipas
Pada
temperatur
kerja normal
Pada
temperatur
maksimum
Spesifikasi
Hasil tes
Gambar 15. Bagan diagnosa pengetesan kipas pendingin kopling fluida dengan
kecepatan variabel.
Diagnosa Kipas Pendingin Listrik Thermatik
Kipas pendingin listrik yang dikontrol secara thermatik merupakan sebuah unit terpisah
dari mesin dan bergantung pada tegangan dan arus listrik untuk bekerja. Unit kipas ini
terdiri dari sudu kipas plastik yang biasanya digerakkan oleh motor lisrik DC dengan
magnet permanen multi direksional/arah. Kipas ini menggunakan pengarah dari logam
atau plastik untuk mengontrol udara yang mengalir pada sudu-sudu kipas dan melalui
radiator. Kerja kipas dikontrol oleh unit sender peraba temperatur cairan pendingin
yang akan membumikan rangkaian listrik pada motor, meningkatkan kerja motor atau
mengontrol pensaklaran relay rangkaian listrik. Kipas pendingin listrik termatik model
baru pada umunya menggunakan relay untuk mengontrol pensaklaran rangkaian listrik
on dan off. Karena pada beberapa kipas memiliki dua kecepatan maka digunakan dua
relay dan dua sender temperatur. relay yang digunakan bisa yang normal terbuka
ataupun normal tertutup. Pada tipe normal terbuka kontak saklar relay pada awalnya
membuka sehingga kipas tidak bekerja dan saat sender temperatur mencapai
temperatur kerjanya saklar harus menutup agar kipas dapat bekerja. Pada keadaan
awal relay normal tertutup saklarnya menutup dan menggunakan sender temperatur
yang menjadikan relay membuka kontaknya jika terjadi temperatur di bawah
temperatur kerja kipas. Jika dicapai temperatur batas minimum kipas maka sender
mensaklar relay fan dan kontak menjadi tertutup.
Diagnosis Kerusakan Sistem Pendingin OTO.KR02.012. 01
Buku Informasi
26/30
Sektor Otomotif Sub Sektor Kendaraan Ringan
Engine
Gambar 16. Kipas modern pendingin listrik yang dikontrol secara termatik
Diagnosa Kipas Pendingin Listrik Thermatik
Diagnosa kipas pendingin listrik thermatik dilaksanakan dengan memeriksa temperatur
cut in/temperatur nyala dan cut out/temperatur mati di samping tegangan catu daya
listrik dan aliran arus. Temperatur cut in/temperatur nyala menunjukkan temperatur di
mana kipas mulai bekerja. Nilainya bisa berada antara 90o
C sampai 119o
C berbeda-
beda antara tiap pabrik. Temperatur cut out/temperatur mati menunjukkan nilai
temperatur di mana kipas akan dihentikan kerjanya setelah mesin didinginkan pada
suatu level. Temperatur cut out bisa berada dalam nilai antara 75o
C sampai 85o
C
tergantung pada pabrik pembuat. Temperatur cut in dan cut out yang tidak tepat akan
menimbulkan dua macam kesalahan pada sistem pendingin. Pertama adalah panas
berlebih pada mesin yang diakibatkan oleh nilai cut in yang melebihi spesifikasi atau
akibat kegagalan pada kipas untuk bekerja sesuai cut in. Yang kedua adalah mesin
yang lambat panas dan temperatur operasi yang rendah karena kipas tidak bekerja
sesuai dengan nilai cut out atau kipas memang sama sekali tidak bisa berhenti bekerja
pada nilai cut outnya. Diagnosa pengetesan temperatur cut in dan cut out kipas
dilaksanakan dengan menjalankan mesin pada temperatur pensaklaran kipas dan
memeriksa serta mencatat temperatur pensaklaran kipas dengan menggunakan probe
temperatur dipasang pada cairan pendingin.
Prosedur Tes Diagnosa Temperatur Cut In dan Cut Out
1. Buka saluran atas radiator dan letakkan probe temperatur antara pembuangan
radiator dengan pipa saluran radiator dengan sensor ada pada cairan pendingin,
tepatkan kembali saluran radiator.
2. Lihat pada manual nilai temperatur cut in dan cut out kipas pendingin.
3. Starter dan jalankan mesin hingga mencapai temperatur kerjanya. Catat
pembacaan probe temperatur saat kipas pendingin mulai bekerja (cut in). Hati-
hatilah pada sudu-sudu kipas dan komponen-komponen yang panas.
Diagnosis Kerusakan Sistem Pendingin OTO.KR02.012. 01
Buku Informasi
27/30
Sektor Otomotif Sub Sektor Kendaraan Ringan
Engine
4. Biarkan kipas pendingin bekerja terus hingga tercapai cut out. Catat pembacaan
probe temperatur dan bandingkan dengan spesifikasi.
5. Biarkan sistem menjadi dingin dan lepaskan tekanan sebelum mengambil probe
probe temperatur.
6. Beri tekanan pada sistem pendingin dan periksa adakah kebocoran setelah
mengembalikan saluran atas radiator.
7. Temperatur cut in dan cut out yang berada di luar spesifikasi menandakan adanya
kerusakan sender temperatur kipas pendingin termatik.
Gambar 17. Pemeriksaan temperatur cut in dan cut out kipas termo
Aliran arus dan tegangan
Sebagaimana pada semua komponen yang dijalankan oleh listrik, aliran arus dan
tegangan merupakan faktor penting agar unit bekerja dengan benar sehingga
merupakan juga mekanisme tes yang baik untuk mendiagnosa kerja kipas pendingin
listrik. Suplai tegangan pada aktuator listrik harus diberikan dengan nilai yang sesuai
agar motor bekerja dengan performa yang baik. Kipas pendingin otomotif biasanya
menggunakan catu tegangan sebesar 12 V DC. Kehilangan tegangan (penurunan
tegangan) yang disebabkan nilai resistansi sambungan atau perkabelan rangkaian
listrik yang tinggi bisa menyebabkan kerusakan pada motor kipas pendingin.
Akibatnya motor akan mengalami panas berlebih karena kipas berputar kurang cepat
sehingga aliran udara pada radiator kurang besar. Kipas pendingin yang tidak bekerja
diperiksa terlebih dahulu catu dayanya dengan volt meter untuk mengetahui apakah
kerja kipas yang tidak benar disebabkan oleh hilangnya tegangan catu daya pada
Diagnosis Kerusakan Sistem Pendingin OTO.KR02.012. 01
Buku Informasi
28/30
Sektor Otomotif Sub Sektor Kendaraan Ringan
Engine
motor ataukah kerusakan pada motor. Jika tidak ada catu daya sama sekali
mkemungkinan ada kabel rangkaian yang putus, konektor kabel yang rusak atau
kotor, relay rangkaian yang rusak, sekring yang terbuka atau sender temperatur yang
rusak. Untuk mengetes catu tegangan pada motor kipas pendingin digunakan volt
meter multimeter yang dihubungkan secara paralel pada kabel catu daya positif motor
sedangkan colok negatif meter dihubungkan dengan dibumikan pada bodi kendaraan.
Jika diperoleh hasil pengukuran tegangan yang bernilai di bawah spesifikasi maka
berarti terjadi kehilangan tegangan di dalam rangkaian perkabelan. Dalam hal tersebut
maka perlu dilacak dan diperbaiki perkabelannya.
Gambar 18. Pemeriksaan catu tegangan pada rangkaian kipas pendingin termatik
listrik
Diperlukan adanya aliran arus agar motor dapat bekerja. Motor listrik yang
memperoleh beban berlebih karena adanya bantalan poros atau bos yang aus
memerlukan arus tambahan agar dapat bekerja. Maka jika dilakukan tes pengukuran
arus akan diperoleh hasil yang lebih besar daripada spesifikasi. Pengukuran arus yang
memberikan hasil di atas spesifikasi juga bisa terjadi akibat sikat angker yang aus atau
kabel rusak sehingga nilai resistansi internalnya manjadi besar. Pengukuran aliran
arus dilakukan dengan menggunakan ampere meter atau multimeter yang
dihubungkan seri pada rangkaian motor kipas.
Diagnosis Kerusakan Sistem Pendingin OTO.KR02.012. 01
Buku Informasi
29/30
Sektor Otomotif Sub Sektor Kendaraan Ringan
Engine
Gambar 19. Pengukuran aliran arus pada kipas pendingin termatik listrik
Prosedur Tes Diagnosa Aliran Arus dan Tegangan
Pengukuran Tegangan
1. Lihat pada manual nilai spesifikasi catu tegangan kipas.
2. Starter dan jalankan mesin hingga mencapai temperature operasinya. Hati-hati
terhadap sudu kipas pendingin dan komponen-komponen yang panas.
3. Hubungkan colok positif (merah) voltmeter atau multimeter dengan konektor
terdekat pada kabel catu daya motor kipas pendingin.
4. Hubungkan colok negatif (hitam) pada bodi kendaraan atau baterai dan catat nilai
tegangan.
5. Bandingkan dengan spesifikasi pabrik.
Pengukuran Aliran Arus
1. Lihat pada manual nilai spesifikasi catu tegangan kipas.
2. Lepas konektor terdekat kabel kipas pendingin dan hubungkan ampere meter atau
multimeter secara seri dengan kabel catu daya positif motor. Probe/colok positif
(merah) ke arah baterai catu daya dan colok negatif (hitam) ke arah motor kipas.
3. Jika kabel ground motor kipas telah diputuskan hubungannya pada konektor
hubungkan kembali pada bodi.
4. Starter dan jalankan mesin hingga kipas pendingin mulai bekerja. Catat besarnya
arus yang mengalir. Hati-hatilah terhadap sudu kipas pendingin dan komponen-
komponen yang panas.
5. Setelah tes selesai matikan mesin, lepaskan peralatan, pasang kembali konektor
kabel dan nyalakan kembali mesin untuk mengetahui kipas beroperasi dengan
baik.
6. Hasil pengukuran arus yang berada di atas spesifikasi menunjukkan bahwa terjadi
resistansi yang rendah pada motor atau motor mengalami pembebanan berlebih.
7. Jika di bawah nilai pada spesifikasi berarti pada motor timbul resistansi tinggi.
Diagnosis Kerusakan Sistem Pendingin OTO.KR02.012. 01
Buku Informasi
30/30
Sektor Otomotif Sub Sektor Kendaraan Ringan
Engine
Temperatur
cut in
Temperatur
cut out
Tegangan
sistem
Aliran
arus
Spesifikasi
Hasil
aktual
Gambar 20. Diagram diagnosa pengukuran tegangan dan aliran arus pada
kipas pendingin listrik
Diagnosis Kerusakan Sistem Pendingin OTO.KR02.012. 01
Buku Informasi
31/30

More Related Content

What's hot

50 011-5-pelatihan cbt otomotif electrical (2)
50 011-5-pelatihan cbt otomotif electrical (2)50 011-5-pelatihan cbt otomotif electrical (2)
50 011-5-pelatihan cbt otomotif electrical (2)Eko Supriyadi
 
20 010-3-pelatihan cbt otomotif engine (1)
20 010-3-pelatihan cbt otomotif engine (1)20 010-3-pelatihan cbt otomotif engine (1)
20 010-3-pelatihan cbt otomotif engine (1)Eko Supriyadi
 
20 017-4-pelatihan cbt otomotif engine (3)
20 017-4-pelatihan cbt otomotif engine (3)20 017-4-pelatihan cbt otomotif engine (3)
20 017-4-pelatihan cbt otomotif engine (3)Eko Supriyadi
 
20 010-2-pelatihan cbt otomotif engine (2)
20 010-2-pelatihan cbt otomotif engine (2)20 010-2-pelatihan cbt otomotif engine (2)
20 010-2-pelatihan cbt otomotif engine (2)Eko Supriyadi
 
40 014-1-pelatihan cbt otomotif chasis (3)
40 014-1-pelatihan cbt otomotif chasis (3)40 014-1-pelatihan cbt otomotif chasis (3)
40 014-1-pelatihan cbt otomotif chasis (3)Eko Supriyadi
 
20 017-7-pelatihan cbt otomotif engine (1)
20 017-7-pelatihan cbt otomotif engine (1)20 017-7-pelatihan cbt otomotif engine (1)
20 017-7-pelatihan cbt otomotif engine (1)Eko Supriyadi
 
Pelatihan cbt otomotif 10 001-12-i (2)
Pelatihan cbt otomotif 10 001-12-i (2)Pelatihan cbt otomotif 10 001-12-i (2)
Pelatihan cbt otomotif 10 001-12-i (2)Eko Supriyadi
 
20 017-2-pelatihan cbt otomotif engine (3)
20 017-2-pelatihan cbt otomotif engine (3)20 017-2-pelatihan cbt otomotif engine (3)
20 017-2-pelatihan cbt otomotif engine (3)Eko Supriyadi
 
50 011-5-pelatihan cbt otomotif electrical (3)
50 011-5-pelatihan cbt otomotif electrical (3)50 011-5-pelatihan cbt otomotif electrical (3)
50 011-5-pelatihan cbt otomotif electrical (3)Eko Supriyadi
 
20 014-1-pelatihan cbt otomotif engine (2)
20 014-1-pelatihan cbt otomotif engine (2)20 014-1-pelatihan cbt otomotif engine (2)
20 014-1-pelatihan cbt otomotif engine (2)Eko Supriyadi
 
Pelatihan cbt otomotif 10 001-16-k (3)
Pelatihan cbt otomotif 10 001-16-k (3)Pelatihan cbt otomotif 10 001-16-k (3)
Pelatihan cbt otomotif 10 001-16-k (3)Eko Supriyadi
 
20 017-5-pelatihan cbt otomotif engine (3)
20 017-5-pelatihan cbt otomotif engine (3)20 017-5-pelatihan cbt otomotif engine (3)
20 017-5-pelatihan cbt otomotif engine (3)Eko Supriyadi
 
Pelatihan cbt otomotif 10 001-17-i (1)
Pelatihan cbt otomotif 10 001-17-i (1)Pelatihan cbt otomotif 10 001-17-i (1)
Pelatihan cbt otomotif 10 001-17-i (1)Eko Supriyadi
 
Pelatihan cbt otomotif 10 001-13-i (1)
Pelatihan cbt otomotif 10 001-13-i (1)Pelatihan cbt otomotif 10 001-13-i (1)
Pelatihan cbt otomotif 10 001-13-i (1)Eko Supriyadi
 
20 010-3-pelatihan cbt otomotif engine (2)
20 010-3-pelatihan cbt otomotif engine (2)20 010-3-pelatihan cbt otomotif engine (2)
20 010-3-pelatihan cbt otomotif engine (2)Eko Supriyadi
 
20 014-1-pelatihan cbt otomotif engine (3)
20 014-1-pelatihan cbt otomotif engine (3)20 014-1-pelatihan cbt otomotif engine (3)
20 014-1-pelatihan cbt otomotif engine (3)Eko Supriyadi
 
40 012-1-pelatihan cbt otomotif chasis (3)
40 012-1-pelatihan cbt otomotif chasis (3)40 012-1-pelatihan cbt otomotif chasis (3)
40 012-1-pelatihan cbt otomotif chasis (3)Eko Supriyadi
 
50 011-4-pelatihan cbt otomotif electrical (3)
50 011-4-pelatihan cbt otomotif electrical (3)50 011-4-pelatihan cbt otomotif electrical (3)
50 011-4-pelatihan cbt otomotif electrical (3)Eko Supriyadi
 
50 011-4-pelatihan cbt otomotif electrical (2)
50 011-4-pelatihan cbt otomotif electrical (2)50 011-4-pelatihan cbt otomotif electrical (2)
50 011-4-pelatihan cbt otomotif electrical (2)Eko Supriyadi
 
20 017-6-pelatihan cbt otomotif engine (3)
20 017-6-pelatihan cbt otomotif engine (3)20 017-6-pelatihan cbt otomotif engine (3)
20 017-6-pelatihan cbt otomotif engine (3)Eko Supriyadi
 

What's hot (20)

50 011-5-pelatihan cbt otomotif electrical (2)
50 011-5-pelatihan cbt otomotif electrical (2)50 011-5-pelatihan cbt otomotif electrical (2)
50 011-5-pelatihan cbt otomotif electrical (2)
 
20 010-3-pelatihan cbt otomotif engine (1)
20 010-3-pelatihan cbt otomotif engine (1)20 010-3-pelatihan cbt otomotif engine (1)
20 010-3-pelatihan cbt otomotif engine (1)
 
20 017-4-pelatihan cbt otomotif engine (3)
20 017-4-pelatihan cbt otomotif engine (3)20 017-4-pelatihan cbt otomotif engine (3)
20 017-4-pelatihan cbt otomotif engine (3)
 
20 010-2-pelatihan cbt otomotif engine (2)
20 010-2-pelatihan cbt otomotif engine (2)20 010-2-pelatihan cbt otomotif engine (2)
20 010-2-pelatihan cbt otomotif engine (2)
 
40 014-1-pelatihan cbt otomotif chasis (3)
40 014-1-pelatihan cbt otomotif chasis (3)40 014-1-pelatihan cbt otomotif chasis (3)
40 014-1-pelatihan cbt otomotif chasis (3)
 
20 017-7-pelatihan cbt otomotif engine (1)
20 017-7-pelatihan cbt otomotif engine (1)20 017-7-pelatihan cbt otomotif engine (1)
20 017-7-pelatihan cbt otomotif engine (1)
 
Pelatihan cbt otomotif 10 001-12-i (2)
Pelatihan cbt otomotif 10 001-12-i (2)Pelatihan cbt otomotif 10 001-12-i (2)
Pelatihan cbt otomotif 10 001-12-i (2)
 
20 017-2-pelatihan cbt otomotif engine (3)
20 017-2-pelatihan cbt otomotif engine (3)20 017-2-pelatihan cbt otomotif engine (3)
20 017-2-pelatihan cbt otomotif engine (3)
 
50 011-5-pelatihan cbt otomotif electrical (3)
50 011-5-pelatihan cbt otomotif electrical (3)50 011-5-pelatihan cbt otomotif electrical (3)
50 011-5-pelatihan cbt otomotif electrical (3)
 
20 014-1-pelatihan cbt otomotif engine (2)
20 014-1-pelatihan cbt otomotif engine (2)20 014-1-pelatihan cbt otomotif engine (2)
20 014-1-pelatihan cbt otomotif engine (2)
 
Pelatihan cbt otomotif 10 001-16-k (3)
Pelatihan cbt otomotif 10 001-16-k (3)Pelatihan cbt otomotif 10 001-16-k (3)
Pelatihan cbt otomotif 10 001-16-k (3)
 
20 017-5-pelatihan cbt otomotif engine (3)
20 017-5-pelatihan cbt otomotif engine (3)20 017-5-pelatihan cbt otomotif engine (3)
20 017-5-pelatihan cbt otomotif engine (3)
 
Pelatihan cbt otomotif 10 001-17-i (1)
Pelatihan cbt otomotif 10 001-17-i (1)Pelatihan cbt otomotif 10 001-17-i (1)
Pelatihan cbt otomotif 10 001-17-i (1)
 
Pelatihan cbt otomotif 10 001-13-i (1)
Pelatihan cbt otomotif 10 001-13-i (1)Pelatihan cbt otomotif 10 001-13-i (1)
Pelatihan cbt otomotif 10 001-13-i (1)
 
20 010-3-pelatihan cbt otomotif engine (2)
20 010-3-pelatihan cbt otomotif engine (2)20 010-3-pelatihan cbt otomotif engine (2)
20 010-3-pelatihan cbt otomotif engine (2)
 
20 014-1-pelatihan cbt otomotif engine (3)
20 014-1-pelatihan cbt otomotif engine (3)20 014-1-pelatihan cbt otomotif engine (3)
20 014-1-pelatihan cbt otomotif engine (3)
 
40 012-1-pelatihan cbt otomotif chasis (3)
40 012-1-pelatihan cbt otomotif chasis (3)40 012-1-pelatihan cbt otomotif chasis (3)
40 012-1-pelatihan cbt otomotif chasis (3)
 
50 011-4-pelatihan cbt otomotif electrical (3)
50 011-4-pelatihan cbt otomotif electrical (3)50 011-4-pelatihan cbt otomotif electrical (3)
50 011-4-pelatihan cbt otomotif electrical (3)
 
50 011-4-pelatihan cbt otomotif electrical (2)
50 011-4-pelatihan cbt otomotif electrical (2)50 011-4-pelatihan cbt otomotif electrical (2)
50 011-4-pelatihan cbt otomotif electrical (2)
 
20 017-6-pelatihan cbt otomotif engine (3)
20 017-6-pelatihan cbt otomotif engine (3)20 017-6-pelatihan cbt otomotif engine (3)
20 017-6-pelatihan cbt otomotif engine (3)
 

Viewers also liked

10 019-2-pelatihan cbt otomotif (3)
10 019-2-pelatihan cbt otomotif (3)10 019-2-pelatihan cbt otomotif (3)
10 019-2-pelatihan cbt otomotif (3)Eko Supriyadi
 
40 012-1-pelatihan cbt otomotif chasis (1)
40 012-1-pelatihan cbt otomotif chasis (1)40 012-1-pelatihan cbt otomotif chasis (1)
40 012-1-pelatihan cbt otomotif chasis (1)Eko Supriyadi
 
Home house types vocabulary matching exercise worksheet
Home house types vocabulary matching exercise worksheetHome house types vocabulary matching exercise worksheet
Home house types vocabulary matching exercise worksheetLan Nguyễn
 
Curso adm 269 reponedores de mercaderias
Curso adm 269   reponedores de mercaderiasCurso adm 269   reponedores de mercaderias
Curso adm 269 reponedores de mercaderiasProcasecapacita
 
Innovaciones tecnologícas20144
Innovaciones tecnologícas20144Innovaciones tecnologícas20144
Innovaciones tecnologícas20144Daniela Hernández
 
Pravin Shetty's Resume
Pravin Shetty's ResumePravin Shetty's Resume
Pravin Shetty's ResumePravin Shetty
 
Petunjuk singkat mega internet individu
Petunjuk singkat mega internet individuPetunjuk singkat mega internet individu
Petunjuk singkat mega internet individuFerry Steve
 
USO DEL COMANDO COPY
USO DEL COMANDO COPYUSO DEL COMANDO COPY
USO DEL COMANDO COPYAbigail55
 
CETAPHIL: Dermolimpiadores e Hidratantes
CETAPHIL: Dermolimpiadores e HidratantesCETAPHIL: Dermolimpiadores e Hidratantes
CETAPHIL: Dermolimpiadores e HidratantesCapacitacionLider
 

Viewers also liked (14)

10 019-2-pelatihan cbt otomotif (3)
10 019-2-pelatihan cbt otomotif (3)10 019-2-pelatihan cbt otomotif (3)
10 019-2-pelatihan cbt otomotif (3)
 
Bdm resume pravin
Bdm resume pravinBdm resume pravin
Bdm resume pravin
 
40 012-1-pelatihan cbt otomotif chasis (1)
40 012-1-pelatihan cbt otomotif chasis (1)40 012-1-pelatihan cbt otomotif chasis (1)
40 012-1-pelatihan cbt otomotif chasis (1)
 
Home house types vocabulary matching exercise worksheet
Home house types vocabulary matching exercise worksheetHome house types vocabulary matching exercise worksheet
Home house types vocabulary matching exercise worksheet
 
Curso adm 269 reponedores de mercaderias
Curso adm 269   reponedores de mercaderiasCurso adm 269   reponedores de mercaderias
Curso adm 269 reponedores de mercaderias
 
Innovaciones tecnologícas20144
Innovaciones tecnologícas20144Innovaciones tecnologícas20144
Innovaciones tecnologícas20144
 
Iqac 12 13
Iqac 12 13Iqac 12 13
Iqac 12 13
 
Pravin Shetty's Resume
Pravin Shetty's ResumePravin Shetty's Resume
Pravin Shetty's Resume
 
Petunjuk singkat mega internet individu
Petunjuk singkat mega internet individuPetunjuk singkat mega internet individu
Petunjuk singkat mega internet individu
 
montaje y desmontaje
montaje y desmontajemontaje y desmontaje
montaje y desmontaje
 
USO DEL COMANDO COPY
USO DEL COMANDO COPYUSO DEL COMANDO COPY
USO DEL COMANDO COPY
 
CETAPHIL: Dermolimpiadores e Hidratantes
CETAPHIL: Dermolimpiadores e HidratantesCETAPHIL: Dermolimpiadores e Hidratantes
CETAPHIL: Dermolimpiadores e Hidratantes
 
Inducción en salud ocupacional
Inducción en salud ocupacionalInducción en salud ocupacional
Inducción en salud ocupacional
 
Choque
ChoqueChoque
Choque
 

Similar to 20 012-1-pelatihan cbt otomotif engine (3)

50 011-4-pelatihan cbt otomotif electrical (3)
50 011-4-pelatihan cbt otomotif electrical (3)50 011-4-pelatihan cbt otomotif electrical (3)
50 011-4-pelatihan cbt otomotif electrical (3)Eko Supriyadi
 
50 011-3-pelatihan cbt otomotif electrical (2)
50 011-3-pelatihan cbt otomotif electrical (2)50 011-3-pelatihan cbt otomotif electrical (2)
50 011-3-pelatihan cbt otomotif electrical (2)Eko Supriyadi
 
50 002-7-pelatihan cbt otomotif electrical (3)
50 002-7-pelatihan cbt otomotif electrical (3)50 002-7-pelatihan cbt otomotif electrical (3)
50 002-7-pelatihan cbt otomotif electrical (3)Eko Supriyadi
 
50 011-4-pelatihan cbt otomotif electrical (1)
50 011-4-pelatihan cbt otomotif electrical (1)50 011-4-pelatihan cbt otomotif electrical (1)
50 011-4-pelatihan cbt otomotif electrical (1)Eko Supriyadi
 
50 011-4-pelatihan cbt otomotif electrical (1)
50 011-4-pelatihan cbt otomotif electrical (1)50 011-4-pelatihan cbt otomotif electrical (1)
50 011-4-pelatihan cbt otomotif electrical (1)Eko Supriyadi
 
20 014-2-pelatihan cbt otomotif engine (3)
20 014-2-pelatihan cbt otomotif engine (3)20 014-2-pelatihan cbt otomotif engine (3)
20 014-2-pelatihan cbt otomotif engine (3)Eko Supriyadi
 
50 011-5-pelatihan cbt otomotif electrical (1)
50 011-5-pelatihan cbt otomotif electrical (1)50 011-5-pelatihan cbt otomotif electrical (1)
50 011-5-pelatihan cbt otomotif electrical (1)Eko Supriyadi
 
50 011-4-pelatihan cbt otomotif electrical (2)
50 011-4-pelatihan cbt otomotif electrical (2)50 011-4-pelatihan cbt otomotif electrical (2)
50 011-4-pelatihan cbt otomotif electrical (2)Eko Supriyadi
 
50 002-6-pelatihan cbt otomotif electrical (3)
50 002-6-pelatihan cbt otomotif electrical (3)50 002-6-pelatihan cbt otomotif electrical (3)
50 002-6-pelatihan cbt otomotif electrical (3)Eko Supriyadi
 
50 011-2-pelatihan cbt otomotif electrical (3)
50 011-2-pelatihan cbt otomotif electrical (3)50 011-2-pelatihan cbt otomotif electrical (3)
50 011-2-pelatihan cbt otomotif electrical (3)Eko Supriyadi
 
20 017-3-pelatihan cbt otomotif engine (3)
20 017-3-pelatihan cbt otomotif engine (3)20 017-3-pelatihan cbt otomotif engine (3)
20 017-3-pelatihan cbt otomotif engine (3)Eko Supriyadi
 
50 002-3-pelatihan cbt otomotif electrical (1)
50 002-3-pelatihan cbt otomotif electrical (1)50 002-3-pelatihan cbt otomotif electrical (1)
50 002-3-pelatihan cbt otomotif electrical (1)Eko Supriyadi
 
40 001-1-pelatihan cbt otomotif chasis (1)
40 001-1-pelatihan cbt otomotif chasis (1)40 001-1-pelatihan cbt otomotif chasis (1)
40 001-1-pelatihan cbt otomotif chasis (1)Eko Supriyadi
 
50 011-1-pelatihan cbt otomotif electrical (1)
50 011-1-pelatihan cbt otomotif electrical (1)50 011-1-pelatihan cbt otomotif electrical (1)
50 011-1-pelatihan cbt otomotif electrical (1)Eko Supriyadi
 
40 002-1 -pelatihan cbt otomotif chasis (3)
40 002-1 -pelatihan cbt otomotif chasis (3)40 002-1 -pelatihan cbt otomotif chasis (3)
40 002-1 -pelatihan cbt otomotif chasis (3)Eko Supriyadi
 
05 001-3-pelatihan cbt otomotif electrical (1)
05 001-3-pelatihan cbt otomotif electrical (1)05 001-3-pelatihan cbt otomotif electrical (1)
05 001-3-pelatihan cbt otomotif electrical (1)Eko Supriyadi
 
40 003-1 -pelatihan cbt otomotif chasis (1)
40 003-1 -pelatihan cbt otomotif chasis (1)40 003-1 -pelatihan cbt otomotif chasis (1)
40 003-1 -pelatihan cbt otomotif chasis (1)Eko Supriyadi
 
40 009-1-pelatihan cbt otomotif chasis (2)
40 009-1-pelatihan cbt otomotif chasis (2)40 009-1-pelatihan cbt otomotif chasis (2)
40 009-1-pelatihan cbt otomotif chasis (2)Eko Supriyadi
 

Similar to 20 012-1-pelatihan cbt otomotif engine (3) (18)

50 011-4-pelatihan cbt otomotif electrical (3)
50 011-4-pelatihan cbt otomotif electrical (3)50 011-4-pelatihan cbt otomotif electrical (3)
50 011-4-pelatihan cbt otomotif electrical (3)
 
50 011-3-pelatihan cbt otomotif electrical (2)
50 011-3-pelatihan cbt otomotif electrical (2)50 011-3-pelatihan cbt otomotif electrical (2)
50 011-3-pelatihan cbt otomotif electrical (2)
 
50 002-7-pelatihan cbt otomotif electrical (3)
50 002-7-pelatihan cbt otomotif electrical (3)50 002-7-pelatihan cbt otomotif electrical (3)
50 002-7-pelatihan cbt otomotif electrical (3)
 
50 011-4-pelatihan cbt otomotif electrical (1)
50 011-4-pelatihan cbt otomotif electrical (1)50 011-4-pelatihan cbt otomotif electrical (1)
50 011-4-pelatihan cbt otomotif electrical (1)
 
50 011-4-pelatihan cbt otomotif electrical (1)
50 011-4-pelatihan cbt otomotif electrical (1)50 011-4-pelatihan cbt otomotif electrical (1)
50 011-4-pelatihan cbt otomotif electrical (1)
 
20 014-2-pelatihan cbt otomotif engine (3)
20 014-2-pelatihan cbt otomotif engine (3)20 014-2-pelatihan cbt otomotif engine (3)
20 014-2-pelatihan cbt otomotif engine (3)
 
50 011-5-pelatihan cbt otomotif electrical (1)
50 011-5-pelatihan cbt otomotif electrical (1)50 011-5-pelatihan cbt otomotif electrical (1)
50 011-5-pelatihan cbt otomotif electrical (1)
 
50 011-4-pelatihan cbt otomotif electrical (2)
50 011-4-pelatihan cbt otomotif electrical (2)50 011-4-pelatihan cbt otomotif electrical (2)
50 011-4-pelatihan cbt otomotif electrical (2)
 
50 002-6-pelatihan cbt otomotif electrical (3)
50 002-6-pelatihan cbt otomotif electrical (3)50 002-6-pelatihan cbt otomotif electrical (3)
50 002-6-pelatihan cbt otomotif electrical (3)
 
50 011-2-pelatihan cbt otomotif electrical (3)
50 011-2-pelatihan cbt otomotif electrical (3)50 011-2-pelatihan cbt otomotif electrical (3)
50 011-2-pelatihan cbt otomotif electrical (3)
 
20 017-3-pelatihan cbt otomotif engine (3)
20 017-3-pelatihan cbt otomotif engine (3)20 017-3-pelatihan cbt otomotif engine (3)
20 017-3-pelatihan cbt otomotif engine (3)
 
50 002-3-pelatihan cbt otomotif electrical (1)
50 002-3-pelatihan cbt otomotif electrical (1)50 002-3-pelatihan cbt otomotif electrical (1)
50 002-3-pelatihan cbt otomotif electrical (1)
 
40 001-1-pelatihan cbt otomotif chasis (1)
40 001-1-pelatihan cbt otomotif chasis (1)40 001-1-pelatihan cbt otomotif chasis (1)
40 001-1-pelatihan cbt otomotif chasis (1)
 
50 011-1-pelatihan cbt otomotif electrical (1)
50 011-1-pelatihan cbt otomotif electrical (1)50 011-1-pelatihan cbt otomotif electrical (1)
50 011-1-pelatihan cbt otomotif electrical (1)
 
40 002-1 -pelatihan cbt otomotif chasis (3)
40 002-1 -pelatihan cbt otomotif chasis (3)40 002-1 -pelatihan cbt otomotif chasis (3)
40 002-1 -pelatihan cbt otomotif chasis (3)
 
05 001-3-pelatihan cbt otomotif electrical (1)
05 001-3-pelatihan cbt otomotif electrical (1)05 001-3-pelatihan cbt otomotif electrical (1)
05 001-3-pelatihan cbt otomotif electrical (1)
 
40 003-1 -pelatihan cbt otomotif chasis (1)
40 003-1 -pelatihan cbt otomotif chasis (1)40 003-1 -pelatihan cbt otomotif chasis (1)
40 003-1 -pelatihan cbt otomotif chasis (1)
 
40 009-1-pelatihan cbt otomotif chasis (2)
40 009-1-pelatihan cbt otomotif chasis (2)40 009-1-pelatihan cbt otomotif chasis (2)
40 009-1-pelatihan cbt otomotif chasis (2)
 

More from Eko Supriyadi

Kamus Bergambar Bahasa Indonesia Bahasa Inggris Bahasa Arab
Kamus Bergambar Bahasa Indonesia Bahasa Inggris Bahasa ArabKamus Bergambar Bahasa Indonesia Bahasa Inggris Bahasa Arab
Kamus Bergambar Bahasa Indonesia Bahasa Inggris Bahasa ArabEko Supriyadi
 
Modul Penyusunan Soal Hots Tahun 2017
Modul Penyusunan Soal Hots Tahun 2017 Modul Penyusunan Soal Hots Tahun 2017
Modul Penyusunan Soal Hots Tahun 2017 Eko Supriyadi
 
Kata Kerja Operasional KKO Edisi Revisi Teori Bloom
Kata Kerja Operasional KKO Edisi Revisi Teori BloomKata Kerja Operasional KKO Edisi Revisi Teori Bloom
Kata Kerja Operasional KKO Edisi Revisi Teori BloomEko Supriyadi
 
Permendikbud nomor 16 tahun 2019 salinan
Permendikbud nomor 16 tahun 2019   salinanPermendikbud nomor 16 tahun 2019   salinan
Permendikbud nomor 16 tahun 2019 salinanEko Supriyadi
 
Buku 4 Pedoman PKB Dan Angka Kreditnya
Buku 4 Pedoman PKB Dan Angka KreditnyaBuku 4 Pedoman PKB Dan Angka Kreditnya
Buku 4 Pedoman PKB Dan Angka KreditnyaEko Supriyadi
 
1. menguasai karakteristik peserta didik
1. menguasai karakteristik peserta didik1. menguasai karakteristik peserta didik
1. menguasai karakteristik peserta didikEko Supriyadi
 
Jabatan fungsional guru dan angka kreditnya
Jabatan fungsional guru dan angka kreditnyaJabatan fungsional guru dan angka kreditnya
Jabatan fungsional guru dan angka kreditnyaEko Supriyadi
 
Ppt penyusunan soal hots
Ppt  penyusunan soal  hotsPpt  penyusunan soal  hots
Ppt penyusunan soal hotsEko Supriyadi
 
Pendidikan karakter P2KPTK2
Pendidikan karakter P2KPTK2Pendidikan karakter P2KPTK2
Pendidikan karakter P2KPTK2Eko Supriyadi
 
Pendekatan saintifik
Pendekatan saintifikPendekatan saintifik
Pendekatan saintifikEko Supriyadi
 
Panduan penilaian sd desember 2016
Panduan penilaian sd desember 2016Panduan penilaian sd desember 2016
Panduan penilaian sd desember 2016Eko Supriyadi
 
Model model pembelajaran kurikulum 2013
Model model pembelajaran kurikulum 2013Model model pembelajaran kurikulum 2013
Model model pembelajaran kurikulum 2013Eko Supriyadi
 
Lk telaah rpp sd 2017
Lk telaah rpp sd 2017Lk telaah rpp sd 2017
Lk telaah rpp sd 2017Eko Supriyadi
 
Lk pengamatan praktik pembelajaran sd
Lk pengamatan praktik pembelajaran sdLk pengamatan praktik pembelajaran sd
Lk pengamatan praktik pembelajaran sdEko Supriyadi
 

More from Eko Supriyadi (20)

Metode pembelajaran
Metode pembelajaranMetode pembelajaran
Metode pembelajaran
 
Kamus Bergambar Bahasa Indonesia Bahasa Inggris Bahasa Arab
Kamus Bergambar Bahasa Indonesia Bahasa Inggris Bahasa ArabKamus Bergambar Bahasa Indonesia Bahasa Inggris Bahasa Arab
Kamus Bergambar Bahasa Indonesia Bahasa Inggris Bahasa Arab
 
Hots templates 2019
Hots templates  2019Hots templates  2019
Hots templates 2019
 
Buku penilaian hots
Buku penilaian hotsBuku penilaian hots
Buku penilaian hots
 
Modul Penyusunan Soal Hots Tahun 2017
Modul Penyusunan Soal Hots Tahun 2017 Modul Penyusunan Soal Hots Tahun 2017
Modul Penyusunan Soal Hots Tahun 2017
 
Kata Kerja Operasional KKO Edisi Revisi Teori Bloom
Kata Kerja Operasional KKO Edisi Revisi Teori BloomKata Kerja Operasional KKO Edisi Revisi Teori Bloom
Kata Kerja Operasional KKO Edisi Revisi Teori Bloom
 
Permendikbud nomor 16 tahun 2019 salinan
Permendikbud nomor 16 tahun 2019   salinanPermendikbud nomor 16 tahun 2019   salinan
Permendikbud nomor 16 tahun 2019 salinan
 
Buku 4 Pedoman PKB Dan Angka Kreditnya
Buku 4 Pedoman PKB Dan Angka KreditnyaBuku 4 Pedoman PKB Dan Angka Kreditnya
Buku 4 Pedoman PKB Dan Angka Kreditnya
 
1. menguasai karakteristik peserta didik
1. menguasai karakteristik peserta didik1. menguasai karakteristik peserta didik
1. menguasai karakteristik peserta didik
 
Jabatan fungsional guru dan angka kreditnya
Jabatan fungsional guru dan angka kreditnyaJabatan fungsional guru dan angka kreditnya
Jabatan fungsional guru dan angka kreditnya
 
Teori x y
Teori   x yTeori   x y
Teori x y
 
Ppt penyusunan soal hots
Ppt  penyusunan soal  hotsPpt  penyusunan soal  hots
Ppt penyusunan soal hots
 
Personality plus
Personality plusPersonality plus
Personality plus
 
Pendidikan karakter P2KPTK2
Pendidikan karakter P2KPTK2Pendidikan karakter P2KPTK2
Pendidikan karakter P2KPTK2
 
Pendekatan saintifik
Pendekatan saintifikPendekatan saintifik
Pendekatan saintifik
 
Panduan penilaian sd desember 2016
Panduan penilaian sd desember 2016Panduan penilaian sd desember 2016
Panduan penilaian sd desember 2016
 
Model model pembelajaran kurikulum 2013
Model model pembelajaran kurikulum 2013Model model pembelajaran kurikulum 2013
Model model pembelajaran kurikulum 2013
 
Lk telaah rpp sd 2017
Lk telaah rpp sd 2017Lk telaah rpp sd 2017
Lk telaah rpp sd 2017
 
Lk pengamatan praktik pembelajaran sd
Lk pengamatan praktik pembelajaran sdLk pengamatan praktik pembelajaran sd
Lk pengamatan praktik pembelajaran sd
 
Literacy mh
Literacy mhLiteracy mh
Literacy mh
 

20 012-1-pelatihan cbt otomotif engine (3)

  • 1. BAHAN PELATIHAN NASIONAL OTOMOTIF KENDARAAN RINGAN ENGINE DIAGNOSIS KERUSAKAN SISTEM PENDINGIN OTO.KR02.012.01 MODUL 1 DARI 1 BUKU INFORMASI
  • 2. Sektor Otomotif Sub Sektor Kendaraan Ringan Engine Daftar Isi Halaman Bagian - 1 2 Pendahuluan 2 Definisi Pelatih, Peserta Pelatihan dan Pelatihan 2 Disain Modul 2 Isi Modul 3 Pelaksanaan Modul 3 Definisi istilah-istilah yang digunakan dalam Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) 4 Hasil Pelatihan 5 Pengenalan 5 Prasyarat 5 Pengakuan Kompetensi Tertentu (RCC) 5 Keselamatan Kerja 6 Bagian - 2 7 Prosedur Diagnosis Kerusakan Sistem Pendingin 7 • Diagnosis Kerusakan Sistem Pendingin 7 • Diagnosis KerjaThermostat 8 • Tes Kebocoran Kepala Perapat 9 • Tes Diagnosa Sensor Temperatur 13 • Sender dan Sensor Temperatur Bertipe Resistansi Variabel 17 • Diagnosa Kipas Pendingin 21 • Diagnosa Kopling Fluida Termatik 23 • Diagnosa Kipas Pendingin Listrik Thermatik 25 SKKNI OTO.KR02.012.01 Diagnosis Kerusakan Sistem Pendingin OTO.KR02.012. 01 Buku Informasi 2/30
  • 3. Sektor Otomotif Sub Sektor Kendaraan Ringan Engine Bagian - 1 Pendahuluan. Modul ini terdiri dari tiga buku petunjuk yaitu Buku Informasi, Buku Kerja dan Buku Penilaian. Ketiga buku tersebut saling berhubungan dan menjadi referensi Modul Pelatihan. Berikut ini adalah Buku Informasi. Modul Pelatihan ini menggunakan Pelatihan Berbasis Kompetensi sebagai pendekatan untuk mendapatkan keterampilan yang sesuai di tempat kerja. Pelatihan Berbasis Kompetensi memfokuskan pada keterampilan seseorang yang harus dimilki di tempat kerja. Fokusnya adalah pada pencapaian keterampilan dan bukan berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk mengikuti pelatihan. Modul Pelatihan ini disusun berdasarkan pada SKKNI. SKKNI adalah pernyataan pengetahuan, keterampilan dan sikap yang diakui secara nasional yang diperlukan untuk penanganan perbaikan dibidang otomotif. Modul Pelatihan ini digunakan sebagai Kriteria Penilaian terhadap SKKNI OTO.KR02.012.01 Definisi Pelatih, Peserta Pelatihan dan Pelatihan. Pada modul Pelatihan ini, seseorang yang menyampaikan materi pelatihan lebih dikenal sebagai Pelatih. Di sekolah-sekolah, institusi-institusi dan pusat-pusat pelatihan, orang tersebut lebih dikenal dengan sebutan guru, instruktur, pembimbing atau sebutan lainnya. Berkaitan dengan keterangan di atas, seseorang yang berusaha mencapai kemampuan disebut sebagai Peserta Pelatihan. Pada sekolah-sekolah, institusi- institusi dan pusat-pusat pelatihan, orang tersebut lebih dikenal dengan sebutan siswa, murid, pelajar, peserta, atau sebutan lainnya. Pelatihan adalah proses pengajaran yang berlangsung di sekolah, institusi ataupun Balai Latihan Kerja. Disain Modul. Modul ini didisain untuk dapat digunakan pada Pelatihan Klasikal dan Pelatihan Individual/mandiri : • Pelatihan Klasikal adalah pelatihan yang disampaikan oleh seorang pelatih. • Pelatihan Individual/mandiri adalah pelatihan yang dilaksanakan oleh peserta dengan menambahkan unsur-unsur/sumber-sumber yang diperlukan dengan bantuan dari pelatih. Diagnosis Kerusakan Sistem Pendingin OTO.KR02.012. 01 Buku Informasi 3/30
  • 4. Sektor Otomotif Sub Sektor Kendaraan Ringan Engine . Isi Modul. Buku Informasi Buku Informasi ini adalah sumber untuk pelatih dan peserta pelatihan yang berisi : • informasi yang dibutuhkan oleh peserta pelatihan sebelum melaksanakan praktek kerja. Buku Kerja Buku Kerja ini harus digunakan oleh peserta pelatihan untuk mencatat setiap pertanyaan dan kegiatan praktek baik dalam Pelatihan Klasikal maupun Pelatihan Individual/mandiri. Buku ini diberikan kepada peserta pelatihan dan berisi: • kegiatan-kegiatan akan membantu peserta pelatihan untuk mempelajari dan memahami informasi • kegiatan pemeriksaan yang digunakan untuk memonitor pencapaian keterampilan peserta pelatihan. • kegiatan penilaian untuk menilai pengetahuan peserta pelatihan • kegiatan penilaian untuk menilai kemampuan peserta pelatihan dalam melaksanakan praktek kerja. Buku Penilaian Buku Penilaian ini digunakan oleh pelatih untuk menilai jawaban dan tanggapan peserta pelatihan pada Buku Kerja dan berisi : • kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh peserta pelatihan sebagai pernyataan keterampilan • metode-metode yang disarankan dalam proses penilaian keterampilan peserta pelatihan • sumber-sumber yang dapat digunakan oleh peserta pelatihan untuk mencapai keterampilan • semua jawaban pada setiap pertanyaan yang diisikan pada Buku Kerja • petunjuk bagi pelatih untuk menilai setiap kegiatan praktek • catatan pencapaian keterampilan peserta pelatihan. Pelaksanaan modul Pada Pelatihan Klasikal, pelatih akan : • menyediakan Buku Informasi yang dapat digunakan peserta pelatihan sebagai sumber pelatihan • menyediakan salinan Buku Kerja kepada setiap peserta pelatihan • menggunakan Buku Informasi sebagai sumber utama dalam penyelenggaraan pelatihan • memastikan setiap peserta pelatihan memberikan jawaban/tanggapan dan menuliskan hasil tugas prakteknya pada Buku Kerja • menggunakan Buku Penilaian untuk menilai jawaban/tanggapan dan hasil-hasil peserta pelatihan pada Buku Kerja. Pada Pelatihan Individual/mandiri, peserta pelatihan akan : Diagnosis Kerusakan Sistem Pendingin OTO.KR02.012. 01 Buku Informasi 4/30
  • 5. Sektor Otomotif Sub Sektor Kendaraan Ringan Engine • menggunakan Buku Informasi sebagai sumber utama pelatihan • menyelesaikan setiap kegiatan yang terdapat pada Buku Kerja • memberikan jawaban pada Buku Kerja • mengisikan hasil tugas praktek pada Buku Kerja • memiliki tanggapan-tanggapan dan hasil penilaian oleh Pelatih. Definisi Istilah-istilah yang digunakan dalam Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) Prasyarat Kompetensi yang dibutuhkan sebelum memulai suatu kompetensi tertentu. Elemen-elemen Kompetensi Tugas-tugas yang harus dilakukan untuk mencapai suatu keterampilan. Kriteria Unjuk Kerja Kegiatan-kegiatan yang harus dilakukan untuk menunjukkan keterampilan pada setiap elemen. Rentang Variabel Ruang lingkup materi dan persyaratan yang memenuhi kriteria unjuk kerja yang ditetapkan. Petunjuk Penilaian Merupakan petunjuk bagaimana peserta pelatihan dinilai berdasarkan kriteria unjuk kerja. Konteks Merupakan penjelasan tentang dari mana, bagaimana dan metode penilaian apa yang seharusnya digunakan. Aspek-aspek yang diperlukan Menentukan kegiatan inti yang harus dinilai. Persyaratan Level Literasi dan Numerasi Persyaratan Modul Literasi Level 1 dan Numerasi Level 1 Level Literasi 1 Kemampuan untuk membaca, memahami dan menghasilkan teks dasar. 2 Kemampuan untuk memahami hubungan yang kompleks pada teks dan memahami informasi lisan dan tulisan yang diberikan. 3 Kemampuan untuk menulis, menganalisa kritik dan mengevaluasi teks. Level Numerasi 1 Kemampuan untuk menggunakan simbul-simbul dasar, diagram, istilah secara matematik dan dapat memahami konteks serta dapat mengkomunikasikan secara matematik. 2 Kemampuan untuk menguji, memahami dan menggunakan konsep Diagnosis Kerusakan Sistem Pendingin OTO.KR02.012. 01 Buku Informasi 5/30
  • 6. Sektor Otomotif Sub Sektor Kendaraan Ringan Engine matematik yang kompleks pada batasan konteks. 3 Kemampuan untuk menganalisa kritik, mengevaluasi dan menggunakan simbol-simbol matematik, diagram, chart dan teori-teori yang kompleks. Hasil Pelatihan. Setelah menyelesaikan Hasil Pelatihan ini anda akan dapat melakukan secara mandiri Menyebut dan melaksanakan langkah-langkah pencegahan demi keamanan yang harus diikuti dalam mendiagnosa sistem pendingin untuk mencegah terjadinya kecelakaan yang bisa menyebabkan luka atau kerusakan pada komponen kendaraan. • Menjelaskan prosedur tes yang memadai dalam mendiagnosa kerusakan pada sistem pendingin sesuai spesifikasi pabrik pembuatnya. • Melaksanakan tes pada sistem pendingin sesuai dengan anjuran pabrik. • Mengevaluasi tes untuk mendiagnosa kerusakan sistem pendingin. Pengenalan Topik Lingkup yang tercakup dalam modul ini termasuk prosedur-prosedur penting dalam mendiagnosa, melaporkan dan mengevaluasi komponen-komponen sistem pendingin kendaraan ringan. Prosedur yang tepat dalam mendiagnosa, membuat laporan dan mengevaluasi komponen merupakan hal yang sangat penting untuk mengetahui keadaan sistem secara akurat untuk kemudian menentukan perbaikan-perbaikan yang diperlukan. Seorang teknisi harus memiliki pengetahuan yang baik mengenai prosedur diagnosa yang tepat dalam sistem pendingin agar dapat segera mengisolir komponen yang rusak. Dengan demikian kemungkinan terjadinya kerusakan keseluruhan sistem dapat diperkecil. Selain itu diperlukan kemampuan untuk menyususn laporan dan mengevaluasi hasil diagnosa supaya dapat menentukan prosedur-prosedur yang harus dilaksanakan untuk memperbaiki sistem secara keseluruhan. Melalui modul ini anda akan dapat memperoleh pengetahuan dan ketrampilan dalam mendiagnosa komponen-komponen sistem pendingin, juga teknik-teknik yang efektif untuk melaporkan dan mengevaluasi hasil-hasil diagnosa untuk menentukan prosedur-prosedur perbaikan yang harus dilakukan. Prasyarat Sebelum memulai modul ini, anda harus dapat melengkapi modul berikut ini: OTO.KR01.016.01 - Mengikuti Prosedur Kesehatan dan Keselamatan Kerja OTO.KR02.002..01 - Cara Kerja Engine 2 dan 4 Langkah OTO.KR01.017.01 - Penggunaan dan Pemeliharaan Peralatan dan Perlengkapan Tempat Kerja Pengakuan Kompetensi Tertentu (RCC) Jika seorang peserta menyatakan dia mampu/cakap dalam menyelesaikan tugas- tugas yang ditentukan pada hasil pelatihan, dia harus dapat membuktikan kemampuannya kepada pelatih. Diagnosis Kerusakan Sistem Pendingin OTO.KR02.012. 01 Buku Informasi 6/30
  • 7. Sektor Otomotif Sub Sektor Kendaraan Ringan Engine Keselamatan Kerja Umum Baca dan patuhi peraturan keamanan dan kesehatan yang diberikan sebelum anda melaksanakan modul ini. Ringkasan materi modul : • Pencegah Karat Sistem Pendingin • Bahan-bahan Pembersih Sistem Pendingin • Bahan-bahan Pembersih Komponen Sistem Pendingin Pribadi Ikuti langkah-langkah pencegahan demi keamanan seperti tertera dalam peraturan. Ringkasan peraturan : • Kesehatan dan Keselamatan Kerja Industri Otomotif • Pencegahan terjadinya Kecelakaan • Penggunaan dan Perawatan Perkakas Tangan • Langkah keamanan penanganan cairan pendingin yang panas • Kehati-hatian dalam area berbahaya • Langkah keamanan penanganan bahan aditif cairan pendingin • Langkah keamanan penanganan kipas termal Diagnosis Kerusakan Sistem Pendingin OTO.KR02.012. 01 Buku Informasi 7/30
  • 8. Sektor Otomotif Sub Sektor Kendaraan Ringan Engine Bagian – 2 Prosedur Diagnosis Kerusakan Sistem Pendingin Diagnosis Kerusakan Sistem Pendingin Prosedur tes diagnosa kebocoran kepala perapat (head gasket) secara visual adalah sebagai berikut : 1. Lakukan tes tekanan pada sistem pendingin terhadap adanya kebocoran eksternal dan perbaiki. 2. Buka tutup radioator, berhati-hatilah jika cairan pendingin dalam keadaan panas, dan tambahkan cairan pendingin hingga memenuhi leher lubang. 3. Jalankan mesin hingga themostat membuka (suhu kerja) atau hingga pipa atas radiator menjadi hangat. 4. Jalankan mesin pada 1500 sampai 2000 RPM dan periksa cairan pendingin apakah terjadi gelembung-gelembung yang keluar dari leher pengisian radiator. Catatan : Jangan jalankan mesin dalam jangka waktu lama dengan tutup tekanan radiator dalam keadaan terbuka, mesin bisa mengalami panas berlebihan dan mendesak keluar cairan pendingin yang panas dari leher radiator. 5. Setelah tes selesai, tambahkan cairan pendingin seperlunya dan pasang kembali tutup radiator. Gambar 1. Pemeriksaan visual dalam diagnosa kebocoran kepala perapat Diagnosis Kerusakan Sistem Pendingin OTO.KR02.012. 01 Buku Informasi 8/30
  • 9. Sektor Otomotif Sub Sektor Kendaraan Ringan Engine Diagnosa Kerja Thermostat Diagnosa terhadap kerja thermostat bisa dilaksanakan dengan memeriksa pengaturan temperatur pada saat kendaraan dijalankan di jalanan. Dalam keadaan normal, yaitu sistem pendingin bekerja secara baik, penunjuk temperatur (temperature gauge) akan bergerak sedikit jika temperatur operasi telah tercapai. Saat terjadi perubahan suhu pada kendaraan dari dingin menuju temperatur kerja maka penunjuk temperatur harus bergerak meningkat dengan teratur sampai thermostat membuka sehingga mulai terjadi pengaturan temperatur. Jika terjadi sedikit penurunan pada penunjuk maka ini menunjukkan titik buka thermostat yang disebabkan oleh cairan pendingin radiator yang bersuhu lebih rendah yang memasuki blok mesin. Pada kondisi mesin dijalankan dengan stabil baik pada kecepatan rendah ataupun tinggi tanpa beban, penunjuk temperatur harus relatif tetap tidak bergerak. Catatan: Kadang-kadang kipas pendinginan yang terkontrol secara thermostatik bisa menimbulkan peningkatan suhu mesin oleh karena itu atur pembacaan penunjuk temperatur sebelum menyalakan untuk mendinginkan suhu mesin kembali pada temperatur kerjanya. Dalam keadaan dengan beban mesin yang tinggi atau kondisi suhu yang tinggi temperatur mesin dapat sedikit meningkat di atas temperatur kerja sehingga meningkatkan pembacaan penunjuk temperatur. Pemanasan yang Lamban (thermostat tetap sedikit terbuka) Jika mesin dijalankan dalam kondisi standar tetapi penunjuk temperatur tidak menunjukkan temperatur kerja yang normal setelah jangka waktu yang memadai, mungkin thermostat tetap sedikit membuka. Akibat dari keadaan ini maka cairan pendingin blok mesin memanas karena sirkulasinya melalui sistem saat masih dingin. Dalam keadaan demikian maka kemungkinan kerusakan yang terjadi adalah waktu pemanasan yang lamban karena thermostat tetap membuka untuk mengatur aliran cairan pendingin saat mesin mencapai temperatur kerjanya. Maka jika terjadi pergerakan penunjuk temperatur yang perlahan menuju temperatur kerja (pemanasan yang lamban) tetapi bekerja normal mengatur temperatur mesin yang dijalankan secara normal, bisa ditetapkan adanya thermostat yang tersangkut menjadi tetap sedikit terbuka. Pengaturan Temperatur yang Buruk (thermostat tetap membuka) Thermostat yang tersangkut pada posisi setengah terbuka atau terbuka penuh akan mengakibatkan waktu pemanasan mesin yang lama. Akan tetapi kegagalan kontrol pengaturan temperatur akan menimbulkan dua macam ketidakberesan yang ditunjukkan oleh kerja penunjuk temperatur. Kurang baiknya kontrol aliran cairan pendingin yang disebabkan oleh thermostat yang tetap membuka akan menimbulkan problem pendinginan berlebihan dari aliran udara yang melalui radiator saat kendaraan dijalankan tanpa beban pada kecepatan medium sampai tinggi. Hal ini mengakibatkan penurunan mendadak pergerakan penunjuk temperatur dari posisi pembacaaan normal ke dingin. Saat kendaraan dikurangi kecepatannya atau berhenti, temperatur mesin dan pembacaan penunjuk temperatur meningkat di atas posisi operasi normal sebagai akibat dari kurangnya aliran udara melalui radiator dan tingginya aliran cairan pendingin melalui blok mesin yang mengakibatkan berkurangnya perpindahan panas. Jika mesin bekerja keras akan terjadi hal yang sama. Jadi jika terjadi gerakan penunjuk temperatur yang lambat sedangkan kendaraan bekerja pada kecepatan rendah atau medium tetapi meningkat Diagnosis Kerusakan Sistem Pendingin OTO.KR02.012. 01 Buku Informasi 9/30
  • 10. Sektor Otomotif Sub Sektor Kendaraan Ringan Engine pada nilai yang tinggi pada keadaan diam maka bisa ditentukan adanya kerusakan thermostat yang tersangkut menjadi tetap terbuka. Mesin yang Panas (thermostat sedikit menutup) Thermostat yang tetap berada pada posisi sedikit menutup juga akan menimbulkan pemanasan mesin yang lambat. Tetapi kegagalan thermostat untuk lebih membuka dan mengontrol temperatur mesin dengan cara sirkulasi cairan pendingin akan mengakibatkan posisi penunjuk temperatur yang tinggi atau di atas normal. Sirkulasi cairan pendingin yang buruk akan mengakibatkan turunnya perpindahan panas dari blok mesin ke radiator sehingga terjadi temperatur operasi yang tinggi. Selain itu terjadinya panas berlebihan juga dapat timbul karena membiarkan mesin bekerja dengan kendaraan tetap diam dalam waktu yang lama, mesin diberi beban yang tinggi atau mendaki jalan yang curam sedangkan kecepatan dan aliran udara yang melalui radiator adalah rendah. Maka jika terjadi gerakan penunjuk temperatur yang perlahan tetapi terdapat keadaan kerja yang tinggi atau panas berlebihan pada kecepatan rendah, diam atau beban tinggi dapat ditentukan bahwa thermostat tersangkut menjadi tetap sedikit menutup. Tes Kebocoran Kepala Perapat Untuk mendiagnosa terhadap adanya kebocoran kepala perapat silinder pada sistem pendingin terdapat empat macam metode yang biasa digunakan. Cara pertama adalah dengan pemeriksaaan visual sederhana apakah ada gelembung pada cairan pendingin di dalam radiator. Melalui tes ini, walaupun bukan merupakan diagnosa yang akurat, bisa dilihat jika terjadi tekanan pada sistem yang kemungkinan terjadi dari gas pembakaran yang memasuki cairan pendingin. Tes ini harus dilaksanakan sebagai pemeriksaan primer yang diikuti dengan tes diagnosa yang lebih akurat. Tes ke dua menggunakan alat khusus untuk mencium bau gas cairan pendingin pada radiator terhadap adanya gas-gas pembakaran (CO2 atau HC) yang menunjukkan adanya kerusakan kepala perapat. Tes ini sangat mudah untuk dilaksanakan dan bisa mendiagnosa adanya kebocoran kepala perapat yang hanya sedikit. Tes yang ke tiga untuk mengecek adanya kebocoran cairan pendingin pada sistem pendingin dilakukan dengan menggunakan tester (analiser) tekanan cairan pendingin. Tester ini mendeteksi adanya peningkatan cepat pada tekanan sistem saat mesin bekerja melalui gas pembakaran yang memasuki sistem pendingin. Tes ini merupakan metode diagnosa kebocoran perapat yang efektif walaupun tidak seakurat tester CO2, karena hanya mendeteksi kebocoran minor sampai mayor. Tiga tes diagnosa tersebut di atas harus dilakukan dengan mesin berada dalam temperatur kerjanya yaitu mesin dalam keadaan panas dan komponen-komponen telah memuai sehingga memungkinkan terjadinya kebocoran perapat. Tes Diagnosa 1 Pemeriksaan Visual Sebuah sistem pendingin yang dapat bekerja dengan benar dan dalam kondisi baik merupakan sistem tersekat yang di dalamnya tidak terdapat udara atau kantung gas dalam cairan pendingin. Jika dengan pemeriksaan visual cairan pendingin dalam radiator menunjukkan adanya gelembung udara, maka kemungkinan besar penyebabnya adalah terjadi kebocoran perapat kepala silinder sehingga gas hasil Diagnosis Kerusakan Sistem Pendingin OTO.KR02.012. 01 Buku Informasi 10/30
  • 11. Sektor Otomotif Sub Sektor Kendaraan Ringan Engine pembakaran masuk ke sistem pendingin. Sebagaimana yang telah disebut di muka pemeriksaan visual hanya merupakan pemeriksaan primer dan dilaksanakan jika sistem telah diperiksa terhadap adanya kebocoran eksternal cairan pendingin dan telah diperbaiki. Adanya kemungkinan tertariknya udara ke cairan pendingin oleh pompa air melalui kebocoran eksternal dapat menimbulkan diagosa yang tidak tepat. Agar tidak terjadi diagnosa yang salah maka perlu dilaksanakan tes sekunder serta tes-tes yang lebih akurat. Tes Diagnosa 2 Tester Tekanan Sistem Pendingin Seperti yang telah diketahui, tester tekanan sistem pendingin dapat digunakan untuk memeriksa adanya kebocoran eksternal cairan pendingin dengan memberikan tekanan pada sistem pendingin. Selain itu analiser ini juga dapat digunakan untuk mendeteksi peningkatan tekanan yang terjadi dalam sistem pendingin dari sumber- sumber internal, seperti misalnya kebocoran kepala perapat atau retakan pada kepala silinder. Kebocoran tekanan internal yang berasal dari kepala perapat dari retakan kepala silinder berupa gas pembakaran yang memasuki cairan pendingin sehingga menimbulkan tekanan yang melonjak naik pada sistem. Peningkatan tekanan ini dapat dideteksi dengan melihat pembacaan tester dengan mesin yang dijalankan pada temperatur operasinya. Tester tekanan diatur pada tekanan rendah dan jika mesin dijalankan maka jarum penunjuk harus bergerak naik perlahan karena adanya peningkatan suhu cairan pendingin. Jika terjadi kebocoran internal akan menyebabkan perubahan nilai tekanan yang meningkat cepat. Sebagaimana pada pemeriksaan visual sebelum ini perlu diperhatikan pada tes ini tidak boleh terjadi kebocoran eksternal, karena akan mengakibatkan hasil diagnosa yang tidak tepat. Hal ini disebabkan oleh kemungkinan hilangnya tekanan pembakaran pada kebocoran eksternal sehingga jarum alat pengukur tekanan tidak bergerak naik. Prosedur tes diagnosa kebocoran kepala perapat dengan menggunakan tester tekanan (analiser) adalah sebagai berikut : 1. Periksa tekanan sistem pendingin terhadap kebocoran eksternal dan perbaiki sesuai yang diperlukan. 2. Buka penutup radiator dengan hati-hati jika cairan pendingin dalam keadaan panas dan tambahkan cairan pendingin hingga penuh. 3. Jalankan mesin sampai thermostat membuka, yaitu pada temperatur kerja, atau hingga saluran radiator atas menjadi hangat. 4. Basahi karet bos tester tekanan dan pasang pada leher radiator. 5. Pasang analiser pada leher radiator dan beri tekanan pada sistem sebesar 7 sampai 14 kPa (1 hingga 2 psi). 6. Buka saluran beberapa kali sementara anda memperhatikan pembacaan jarum penunjuk tester. Catatan : Jangan menjalankan mesin terlalu lama dengan tester tekanan dalam keadaan terpasang karena dapat menimbulkan tekanan pada mesin yang melebihi kapasitas dan merusak analiser atau sistem pendingin. 7. Angka yang ditunjukkan harus turun sedikit saat mesin diakselerasi dan kembali lagi jika mesin bekerja perlahan. Jarum penunjuk harus naik perlahan jika temperatur cairan pendingin meningkat selama dilakukan tes. Diagnosis Kerusakan Sistem Pendingin OTO.KR02.012. 01 Buku Informasi 11/30
  • 12. Sektor Otomotif Sub Sektor Kendaraan Ringan Engine 8. Jika jarum meningkat cepat setiap kali mesin diakselerasi dan tidak turun kembali berarti terjadi kebocoran pembakaran. 9. Jika tes telah selesai matikan mesin. Hilangkan tekanan pada sistem dengan hati- hati dan lepas analiser. Tambahkan cairan pendingin seperlunya dan pasang kembali tutup radiator. Gambar 2. Prosedur dan pembacaan alat pengukur tekanan untuk diagnosa kebocoran pembakaran dengan menggunakan tester tekanan (analiser). Diagnosis Kerusakan Sistem Pendingin OTO.KR02.012. 01 Buku Informasi 12/30
  • 13. Sektor Otomotif Sub Sektor Kendaraan Ringan Engine Tes Diagnosa 3 Detektor Kebocoran STE CO2 Detektor Kebocoran STE merupakan tester khusus yang dapat segera menemukan adanya kebocoran antara ruang pembakaran dan sistem pendingin. Tester ini dapat mendeteksi kebocoran pembakaran yang sangat sedikit hanya beberapa jam setelah terjadi. Kebocoran pembakaran dideteksi oleh tester ini dengan cara memeriksa udara pada tangki atas radiator apakah mengandung karbon monoksida (CO2) yang merupakan hasil proses pembakaran. Pada kondisi operasi yang normal pada sistem pendingin tidak terdapat gas CO2. Dengan demikian jika Detektor Kebocoran STE menemukan adanya gas CO2 pada sistem pendingin maka bisa ditentukan diagnosa akurat yang menyatakan bahwa terjadi kebocoran kepala perapat atau retak pada kepala silinder. Tester bekerja dengan prinsip mendeteksi gas-gas hasil pembakaran yang bocor menuju sistem pendingin melalui retakan atau perapat yang rusak berkumpul pada bantalan udara di atas level cairan pendingin radiator. Dengan cara menarik atau menyedot udara dari radiator menuju cairan kimia tester yang berwarna biru, adanya gas CO2 akan terdeteksi dengan berubahnya warna cairan dari biru menjadi kuning. Jika tidak terjadi perubahan warna cairan maka berarti tidak ada gas pembakaran, yang mana hal ini berarti tidak terjadi kebocoran dari pembakaran. Hanya sedikit gas CO2 yang diperlukan untuk mengakibatkan terjadinya perubahan warna cairan tester. Oleh karena itu tester ini sangat akurat dalam mendiagnosa. Pada tester terdapat dua ruang. Yang pertama berfungsi sebagai filter untuk menyerap zat- zat yang mengkontaminasi agar diperoleh keakuratan tes yang lebih baik. Ruang cairan yang ke dua berisi cairan yang akan menunjukkan hasil tes. Gambar 3. Detektor Kebocoran STE CO2 yang digunakan untuk tes kebocoran pembakaran Diagnosis Kerusakan Sistem Pendingin OTO.KR02.012. 01 Buku Informasi 13/30
  • 14. Sektor Otomotif Sub Sektor Kendaraan Ringan Engine Berikut ini prosedur tes diagnosa kebocoran kepala perapat dengan menggunakan Detektor Kebocoran STE CO2 : 1. Jalankan mesin hingga thermostat membuka (temperatur operasi) atau sampai saluran radiator atas menjadi hangat. 2. Buka dengan hati-hati tutup radiator dengan tekanan dan kurangi cairan pendingin hingga setinggi 3 sampai 5 sentimeter di bawah leher pengisian radiator. Jangan menyedot cairan pendingin ke detektor kebocoran karena akan merusak cairan tes dan harus diganti. 3. Sembur tangki radiator dengan hati-hati dari jarak sekitar 50 cm untuk menyemprot udaranya. Semprotan pendek-pendek beberapa kali sudah mencukupi. 4. Tekan bola karet 5 sampai 10 kali untuk menyedot udara baru untuk meyakinkan cairan tes berwarna biru terang serta bebas dari gas CO2. 5. Starter mesin lalu akselerasi dan deakselerasi sekitar 15 kali untuk meningkatkan tekanan pembakaran silinder. 6. Letakkan nozel detektor pada leher pengisian radiator dan sedot udaranya dengan menekan bola karet berulang-ulang sekitar 15 kali. 7. Yakinkan tidak ada cairan pendingin yang tersedot ke tester. 8. Perhatikan cairan tes yang berwarna biru. Jika berubah menjadi kuning maka berarti hasil tes kebocoran pembakaran adalah positif. 9. Setelah tes selesai pasang kembali tutup radiator. Tes Diagnosa Sensor Temperatur Sensor/sender suhu tipe saklar Sensor suhu tipe saklar merupakan sebuah saklar on/off yang akan menghubungkan rangkaian listrik ke ground atau menghubungkannya ke catu daya positif (positif baterai). Hubungan di dalam saklar dapat berupa normal terbuka (normally open) atau normal tertutup (normally closed). Sensor/sender tipe normal terbuka bekerja melalui prinsip pada saat dingin merupakan saklar dengan kontak yang terbuka sehingga rangkaian listrik yang dikontrolnya menjadi rangkaian terbuka dan tidak terjadi aliran arus listrik. Pada saat dicapai temperatur kerja/temperatur pen-saklaran (switching) pada sensor/sender maka kontak akan berubah menjadi tertutup sehingga terbentuk rangkaian tertutup dan arus listrik akan mengalir. Saklar tipe ini sering dijumpai pada rangkaian- rangkaian lampu peringatan temperatur, kipas pendingin listrik dan sensor thermo pengontrolan emisi. Sensor/sender tipe normal tertutup bekerja secara berkebalikan dengan unit yang disebut di muka. Saat dingin kontak saklar dalam keadaan tertutup sehingga arus listrik dapat mengalir melalui rangkaian. Pada saat diperoleh temperatur operasi kontak saklar berubah menjadi terbuka dan memutuskan aliran arus listrik melalui rangkaian. Unit dengan tipe seperti ini digunakan untuk mengontrol operasi relay listrik. Penggunaannya sering diterapkan pada rangkaian kipas thermo serta beberapa sensor thermo dalam sistem pengontrolan emisi. Ada dua metode pengecekan yang digunakan untuk memeriksa tipe saklar dari sensor. Yang pertama adalah dengan mengisolasi unit saklar dan memeriksa apakah bekerja dengan tepat dalam rangkaian listrik. Sedangkan yang ke dua adalah mendiagnosa apakah rangkaian bekerja jika dicapai temperatur operasi aktualnya. Diagnosis Kerusakan Sistem Pendingin OTO.KR02.012. 01 Buku Informasi 14/30
  • 15. Sektor Otomotif Sub Sektor Kendaraan Ringan Engine Gambar 4. Unit sender temperatur dengan tipe saklar normal terbuka Tes Diagnosa Isolasi pada Unit Sender Bertipe Saklar Pengisolasian operasi sender/sensor dilakukan dengan menjalankan kontrol sender rangkaian listrik untuk mengetahui di mana letak kesalahan, apakah pada perkabelan rangkaian, aktuator (komponen yang dioperasikan oleh rangkaian, misalnya kipas thermal), atau pada unit sender/sensor. Tes dilaksanakan dengan mengoperasikan sender/sensor diground-kan atau memberi catu daya positif pada rangkaian secara manual. Pembumian atau pemberian catu daya pada rangkaian secara manual akan membuat aktuator (misalnya kipas listrik) bekerja. Jika pada tes isolasi rangkaian listrik yang tidak sedang beroperasi ternyata aktuator bekerja maka berarti perkabelan dan relay bekerja dengan baik semuanya. Dengan demikian dapat ditentukan letak kesalahannya adalah pada sender/sensor temperatur. Tetapi jika aktuator ternyata tidak bekerja saat rangkaian diswitch secara manual (diberikan catu daya) maka kerusakannya terdapat pada perkabelan atau komponen lain rangkaian, bukan pada unit sensor temperatur. Tes diagnosa ini hanya berfungsi untuk menentukan di mana letak kesalahan atau kerusakan rangkaian terjadi dan bukan untuk menentukan apakah sensor/sender bekerja dengan benar pada temperatur operasinya. Prosedur Tes Diagnosa Isolasi 1. Periksa rangkaian yang tidak dalam keadaan bekerja dengan menggunakan multimeter (volt) untuk meyakinkan bahwa rangkaian telah memperoleh catu tegangan dari baterai atau sekring serta memiliki pembumian yang baik. 2. Nyalakan saklar menjadi on. 3. Lepas kabel rangkaian tes dari unit sender/sensor, yaitu kabel tunggal untuk pembumian saja atau kawat dobel untuk pembumian dan catu daya positif. Aktuator harus bekerja dengan unit normal tertutup. 4. Pada unit normal terbuka dengan kawat tunggal untuk pembumian hubungkan kawat pembumian pada blok mesin atau chassis. 5. Pada unit normal terbuka dengan pembumian dengan kawat dobel untuk pembumian dan pemberian catu daya, hubungkan langsung kedua kawat tersebut. 6. Setelah selesai bypass manual sender/sensor, periksalah apakah aktuator bekerja, misalnya kipas listrik bekerja, lampu peringatan menyala atau selenoid pengontrolan emisi bekerja. 7. Jika ternyata aktuator tidak bekerja maka berarti terdapat kerusakan pada sender/sensor. Diagnosis Kerusakan Sistem Pendingin OTO.KR02.012. 01 Buku Informasi 15/30
  • 16. Sektor Otomotif Sub Sektor Kendaraan Ringan Engine Gambar 5. Tes Isolasi pada rangkaian lampu temperatur (unit sender di-bypass) Tes Diagnosa Temperatur Switching Aktual pada Unit Sender/Sensor Tipe Saklar Pengetesan temperatur kerja (switching) aktual pada sender/sensor saklar temperatur dilaksanakan dengan memanaskan unit hingga mencapai temperatur pengontrolannya sambil melakukan tes resistansi pada kontak pensaklarannya untuk memeriksa apakah aksi pensaklarannya baik. Diagnosa dilakukan seperti pada tes untuk operasi bukan thermostat. Dengan menggunakan Ohmmeter atau multimeter kita periksa kontak rangkaian unit sender/sensor setelah terlebih dulu dilepas dari mesin, untuk menentukan apakah merupakan saklar normal tertutup atau normal terbuka pada saat dingin. Unit dipanaskan dengan cara meletakkan ujung peraba saklar pada sebuah wadah air yang dipanaskan dengan menggunakan kompor gas atau kumparan listrik. Suhu air diukur dengan termometer yang diletakkan padanya. Kontak unit diperiksa pada titik tutup dan bukanya dengan menggunakan Ohmeter atau multimeter yang dihubungkan dengan sambungan kabelnya pada saat dilakukan pemanasan tersebut. Jika kontak unit mencapai titik pensaklarannya menjadi terbuka (rangkaian Ohmeter berubah menjadi loop terbuka) atau tertutup (rangkaian meter berubah menjadi loop tertutup), maka pembacaan pada thermometer yang diletakkan pada air yang dipanaskan akan menunjukkan temperatur kerja aktualnya. Catatan : Metode tersebut di atas tidak dapat digunakan pada unit sender yang bekerja di atas titik didih normal air (100o C pada tekanan atmosfer 101,1 kPa), karena titik didih air tidak dapat mencapai titik pensaklaran dari unit. Sender-sender demikian dapat dites pada kendaraan dengan menggunakan sistem pendingin bertekanan kendaraan sebagai sumber panas untuk tes atau dengan menambahkan persentase campuran Gycol (25%) pada cairan tes sehingga dapat diperoleh peningkatan nilai titik didih yang diperlukan bagi terlaksananya tes. Jika menggunakan kendaraan sebagai sumber panas, dipasang probe thermostat khusus (tipe fluke meter) pada saluran atas radiator untuk Diagnosis Kerusakan Sistem Pendingin OTO.KR02.012. 01 Buku Informasi 16/30
  • 17. Sektor Otomotif Sub Sektor Kendaraan Ringan Engine mengukur temperatur cairan pendingin sedangkan mesin tetap dijalankan hingga diperoleh titik pensaklaran. Titik pensaklaran tersebut diukur juga dengan menggunakan Ohmmeter atau multimeter terhadap kontak unit. Prosedur Tes Diagnosa Temperatur Aktual Unit Sender/Sensor yang Bekerja di bawah 100o C 1. Buang cairan pendingin radiator hingga lebih rendah daripada unit sender. 2. Lepaskan unit sender dari mesin dengan menggunakan peralatan-peralatan yang memadai untuk menghindari terjadinya kerusakan. 3. Lakukan pra-tes pada unit dengan Ohmeter atau multimeter untuk mengetahui tipe kontak internalnya, yaitu normal terbuka atau normal tertutup pada saat dingin. 4. Letakkan ujung peraba unit sender pada wadah air, letakkan thermometer pada air. 5. Hubungkan Ohm meter atau multimeter pada koneksi unit sender. 6. Panaskan air dengan menggunakan sumber panas yang tidak berbahaya. 7. Periksa Ohm meter atau multimeter apakah tercapai titik kontak saklar dan catat pembacaan temperatur dari thermostat. 8. Lihat pada buku manual bengkel mengenai temperatur operasi unit sender yang sebenarnya dan bandingkan dengan hasil yang diperoleh. Gambar 6. Tes Temperatur Pensaklaran Aktual pada Unit Sender dengan Terminal Tunggal dan Dobel Unit Sender/Sensor yang Bekerja di atas100o C 1. Pasang probe temperatur fluke meter di antara saluran atas radiator dan keluaran radiator ke aliran cairan pendingin. 2. Lepas kabel-kabel rangkaian unit sender temperatur kemudian hubungkan Ohm meter atau multimeter dengan koneksi unit. Periksa apakah kontak unit bertie normal terbuka ataukah normal tertutup. 3. Starter dan jalankan mesin untuk memanaskan cairan pendingin. 4. Lihat pada Ohm meter/multi meter apakah diperoleh titik pensaklaran unit dan catat pembacaan pada thermostat. 5. Lihat pada buku manual bengkel mengenai temperatur operasi unit sender yang sebenarnya dan bandingkan dengan hasil yang diperoleh. Peringatan : Jangan membuka tutup radiator atau saluran atas radiator karena bisa menimbulkan luka/kecelakaan, karena sistem pendingin akan mencapai suhu di atas 100o C. Diagnosis Kerusakan Sistem Pendingin OTO.KR02.012. 01 Buku Informasi 17/30
  • 18. Sektor Otomotif Sub Sektor Kendaraan Ringan Engine Sender dan Sensor Temperatur Bertipe Resistansi Variabel Sender/sensor jenis resistansi variabel merupakan unit tertutup konstan yang menggunakan resistansi rangkaian internal yang memiliki sifat variabel untuk mengontrol aliran arus sehingga dapat mengontrol kerja sebuah aktuator (lampu peringatan) atau komputer. Ada dua macam desain operasional unit, yaitu positive temperature coefficient PTC atau negative temperature coefficient NTC. Unit dengan jenis koefisien temperatur positif merupakan resistor variabel yang nilai resistansi internalnya meningkat saat temperaturnya meningkat, sehingga memperkecil aliran arus listrik pada rangkaian. Unit dengan koefisien temperatur negatif merupakan jenis yang nilai resistansi internalnya mengecil jika temperaturnya meningkat, sehingga memperbesar aliran arus pada rangkaian. Kedua jenis desain unit bisa digunakan pada rangkaian penunjuk temperatur, tetapi yang lebih sering digunakan adalah tipe NTC. Sensor temperatur resistansi variabel pada jenis NTC amupun PTC juga sudah digunakan secara luas dalam sistem injeksi bahan bakar elektronik EFI (electronic fuel injection) untuk mengirimkan berbagai sinyal pada komputer manajemen mesin ECU untuk mengontrol perbandingan bahan bakar. Selain itu sensor temperatur juga digunakan dalam transmisi otomatis yang terkontrol secara elektronik dan sistem-sistem lain dengan mengirimkan sinyal resistansi variabel pada ECU. Kerja efisien sistem terkontrol secara elektronik tergantung pada pengoperasian yang tepat unit-unit perabanya, oleh sebab itu diperlukan prosedur tes dan diagnosa yang efektif. Gambar . Sender Temperatur bertipe Resistansi Variabel Tes diagnosa sender/sensor temperatur yang menggunakan resistansi variabel dilaksanakan serupa dengan prosedur pada unit pensaklaran terbuka/tertutup. Tes bisa dilakukan dengan menggunakan dua metoda, yaitu tes isolasi dan tes resistansi Diagnosis Kerusakan Sistem Pendingin OTO.KR02.012. 01 Buku Informasi 18/30
  • 19. Sektor Otomotif Sub Sektor Kendaraan Ringan Engine unit aktual. Tes isolasi dilakukan untuk memeriksa efektifitas operasi dalam rangkaian listrik sedangkan tes resistansi aktual memeriksa resistansi internal operasi unit pada suatu temperatur tertentu. Tes Isolasi Unit Sender/Sensor Menggunakan Resistansi Variabel Tes isolasi unit sender/sensor dilaksanakan untuk menentukan apakah kesalahan yang ada pada rangkaian listrik terletak pada unit sender/sensor temperatur resistansi variabel ataukah terletak pada rangkaian perkabelan listrik yang dikontrolnya. Tes isolasi bisa dilaksanakan dengan menggunakan dua metoda. Yang pertama adalah dengan memberikan suatu nilai resistansi variabel yang ditentukan terlebih dahulu pada rangkaian listrik melalui sebuah potensiometer (saklar resistansi variabel). Sedangkan yang ke dua adalah dengan memberikan satu set nilai resistansi pada rangkaian listrik berupa hambatan tetap. Unit sender kita gantikan dengan sebuah potensiometer yang bisa memberikan nilai resistansi variabel pada rangkaian (misalnya sebesar 100 Ohm sampai 500 Ohm), sehingga bisa diketahui apakah perkabelan rangkaian listrik atau aktuator (misalnya alat pengukur temperatur) bekerja dengan baik. Jika aktuator yang dikontrol oleh sender ternyata dapat bekerja dengan baik melalui sebuah nilai resistansi yang dihasilkan oleh potensiometer maka berarti kerusakan terdapat pada unit sender. Jika aktuator tidak bekerja dengan baik setelah diberikan nilai resistansi yang sesuai oleh potensiometer maka berarti terdapat kemungkinan bahwa kerusakan terjadi pada aktuator atau perkabelan rangkaian bukan pada unit sender. Metode tes dengan menggunakan potensiometer mempunyai keuntungan dapat digunakan untuk mendiagnosa operasi aktuator sepanjang jangkauan/range operasinya dari resistansi rendah hingga tinggi (sebagaimana range alat pengukur temperatur dari dingin sampai panas). Tes isolasi dengan penggunaan satu set nilai resistansi dipakai untuk melihat operasi aktuator pada suatu titik resistansi tertentu (misalnya pembacaan alat pengukur temperatur pada kondisi panas senilai tahanan tetap 240 Ohm), sehingga dapat diketahui apakah sensor bekerja dengan baik. Tes ini hanya bisa dilakukan hanya jika spesifikasi nilai tahanan yang diperlukan, yang dipasang pada rangkaian untuk menggantikan unit sender, telah diketahui sebelumnya. Pelaksanaan tes dengan mem-bypass unit sender serta menggantikannya dengan sebuah resistor tetap untuk mengetahui apakah aktuator bekerja dengan baik (yaitu pembacaan nilai alat pengukur yang sesuai dengan yang seharusnya) disesuaikan dengan spesifikasi pabrik. Jika aktuator bekerja dengan baik dengan menggunakan sebuah nilai tahanan yang sesuai untuk mengontrol rangkaian, berarti sensor/sender kemungkinan rusak. Sedangkan aktuator yang tidak bekerja dengan baik menandakan adanya kerusakan pada perkabelan rangkaian atau aktuator. Prosedur Tes Diagnosa Isolasi Unit Sender/Sensor dengan Menggunakan Resistansi Variabel Metoda Potensiometer Variabel 1. Lepas kabel koneksi rangkaian dari unit sender temperatur resistansi variabel (kawat tunggal atau dobel). 2. Baca buku manual untuk mengetahui range resistansi potensiometer yang diperlukan (misalnya 100 sampai 500 Ohm) serta operasi aktuator yang benar pada nilai tahanan tertentu. 3. Pasang potensiometer pada range yang sesuai pada koneksi/sambungan kabel pada rangkaian yang diputus. Pada kawat pemakaian tunggal bumikan potensiometer, pada kawat dobel hubungkan keduanya secara seri dengan potensiometer. Diagnosis Kerusakan Sistem Pendingin OTO.KR02.012. 01 Buku Informasi 19/30
  • 20. Sektor Otomotif Sub Sektor Kendaraan Ringan Engine 4. Jika potensiometer tidak dilengkapi dengan meter hambatan, gunakan Ohmmeter atau multimeter untuk mengukur resistansi aktual pada saat dilakukan tes. 5. Putar saklar menjadi on, atur potensiometer agar memberikan nilai resistansi rendah menurut spesifikasi dengan cara memperhatikan pembacaan Ohm meter atau multi meter. 6. Periksa apakah aktuator bekerja dengan benar. 7. Atur potensiometer pada nilai resistansi tinggi berdasarkan spesifikasi dan periksa kembali kerja aktuator. 8. Jika aktuator tidak bekerja dengan baik maka berarti kerusakan terletak pada aktuator atau rangkaian. 9. Jika aktuator bekerja dengan baik maka berarti kerusakan terletak pada unit sender temperatur. Metode Tes Menggunakan Nilai Resistansi Tertentu 1. Lepas kabel koneksi rangkaian dari unit sender temperatur resistansi variabel (kawat tunggal atau dobel). 2. Baca buku manual untuk mengetahui nilai tahanan tetap yang diperlukan (misalnya 100 Ohm) dan operasi aktuator yang benar pada nilai tahanan tersebut ( misalnya pembacaan jarum menunjukkan nilai/keadaan panas). 3. Pasang nilai tahanan tetap yang sesuai pada kabel yang telah dilepaskan hubungannya. Catatan : Pada pemakaian kawat tunggal bumikan tahanan, pada pemakaian kawat dobel hubungkan tahanan secara seri dengan kedua kabel. 4. Putar saklar menjadi on dan periksa kerja aktuator. 5. Jika aktuator memberikan nilai pembacaan yang sesuai dengan spesifikasi maka berarti kerusakan terdapat pada unit sender. 6. Jika aktuator tidak bekerja dengan baik maka kesalahan terletak pada perkabelan atau aktuator. Diagnosis Kerusakan Sistem Pendingin OTO.KR02.012. 01 Buku Informasi 20/30
  • 21. Sektor Otomotif Sub Sektor Kendaraan Ringan Engine Gambar 9. Pengetesan Rangkaian Pengukur Temperatur dengan menggunakan Potensiometer Variabel. Gambar 10. Pengetesan Rangkaian Pengukur Temperatur dengan Menggunakan Tahanan Tetap Tes Diagnosa Nilai Resistansi Aktual pada Unit Sender/Sensor Resistansi Variabel Pengetesan unit sender/sensor resistansi variabel untuk memperoleh nilai resistansi internal aktualnya dilaksanakan dengan mengukur nilai resistansinya pada saat panas maupun dingin dan membandingkan hasilnya dengan spesifikasi pabrik. Tes ini akurat untuk mendiagnosa kerja unit dan merupakan satu-satunya tes yang memadai untuk memeriksa kerja sensor resistansi variabel yang mengirimkan sinyal-sinyal pada unit pengontrolan elektronik ECU (misalnya Sensor Temperatur Cairan Pendingin EFI). Prosedur tes yang pertama adalah pencatatan nilai resistansi internal pada suatu nilai suhu dingin tertentu dengan menggunakan Ohm meter atau multimeter dan kemudian membandingkan hasil yang diperoleh dengan spesifikasi pabrik. Yang kedua adalah mencatat dengan Ohm meter atau multimeter nilai resistansi internal pada unit pada saat panas dengan cara memanaskannya pada suhu tertentu. Hasil yang diperoleh dibandingkan dengan spesifikasi pabrik. Pembandingan hasil yang diperoleh dengan nilai spesifikasi pabrik akan menunjukkan apakah unit beroperasi dengan baik. Contoh sender resistansi variabel NTC pada kondisi dingin bernilai 240W pada 15o C sampai kondisi panas 50W pada 86o C. Prosedur Diagnosa Nilai Resistansi Aktual pada Sender Resistansi Variabel 1. Lihat nilai resistansi unit sender pada kondisi dingin dan panas pada buku manual. 2. Buka tutup radiator dan letakkan sebuah termometer atau fluku meter pada cairan pendingin kemudian catat pembacaannya. 3. Lepaskan sambungan kabel dari unit sender temperatur, hubungkan dengan Ohm meter atau multimeter. 4. Catat nilai resistansi saat dingin dan bandingkan dengan spesifikasi pabrik. Diagnosis Kerusakan Sistem Pendingin OTO.KR02.012. 01 Buku Informasi 21/30
  • 22. Sektor Otomotif Sub Sektor Kendaraan Ringan Engine 5. Nyalakan mesin hingga dicapai panas yang sesuai berdasarkan pembacaan pada termometer. Ukur dan catat nilai resistansi sender dan bandingkan dengan spesifikasi pabrik. Berhati-hatilah dengan cairan pendingin yang panas dan kipas pendingin listrik. 6. Jika nilai resistansi yang diperoleh tidak memenuhi spesifikasi pabrik maka berarti unit sender/sensor rusak dan harus diganti. Gambar 11. Pengukuran Nilai Resistansi Aktual pada Unit Sender Resistansi Variabel Diagnosa Kipas Pendingin Terdapat tiga macam kipas pendingin berdasarkan prinsip kerjanya, yaitu tipe yang dikendalikan secara mekanik dengan tetap, tipe kopling fluida/cairan yang dikontrol secara termatik mekanis dan tipe yang menggunakan motor listrik yang dikontrol secara termatik. Agar sistem pendingin bekerja dengan baik maka ketiga macam kipas pendingin tersebut di atas harus bekerja dengan efisien. Jika kipas pendingin tidak bekerja secara efisien maka akan menimbulkan masalah kelebihan panas yang diakibatkan oleh tidak memadainya aliran udara pendingin melalui radiator pada cuaca panas atau mesin dibiarkan menyala dalam waktu lama. Selain itu juga dapat menyebabkan waktu pemanasan yang lambat dan suhu kerja mesin yang dingin jika kipas yang dikontrol secara termal tetap berputar. Kerusakan Kerja Kipas Pendingin Diagnosis Kerusakan Sistem Pendingin OTO.KR02.012. 01 Buku Informasi 22/30
  • 23. Sektor Otomotif Sub Sektor Kendaraan Ringan Engine Permasalahan panas berlebih (overheat) akibat kipas pendingin terjadi akibat kesalahan kerja kipas yang digunakan tetapi bisa juga disebabkan oleh kurang terawatnya sistem pendingin dengan baik. Kipas yang dikendalikan secara mekanis menggunakan gaya penggerak dari poros engkol mesin melalui sabuk penggerak dari karet. Sabuk penggerak yang tidak tepat pengaturannya akan mengakibatkan selip pada puli kipas sehingga kecepatan kipas menjadi tidak efektif yang pada akhirnya mengakibatkan aliran udara melalui radiator tidak mencukupi dan mesin menjadi terlalu panas. Permasalahan ini akan bertambah besar jika mesin dijalankan dalam kecepatan tinggi atau dijalankan malam hari. Kecepatan tinggi pada mesin meningkatkan kemungkinan selip pada sabuk penggerak. Rpm puli yang tinggi akan mengurangi cengkraman sabuk karena adanya peningkatan torsi dan suhu akibat gesekan. Selip pada sabuk penggerak pada malam hari disebabkan oleh peningkatan beban pada sabuk penggerak dari alternator. Berbagai macam lampu yang dinyalakan pada malam hari meningkatkan aliran arus sehingga terjadi peningkatan beban pada alternator yang kemudian meningkatkan pengemudian/pengendalian pada sabuk penggerak yang akan mengakibatkan selip pada sabuk serta bisa membuat panas berlebih pada mesin. Problem-problem selip sabuk penggerak bisa terjadi pada kipas pendingin yang dikendalikan secara mekanik secara tetap dan kipas pendingin yang menggunakan kopling cairan termostatik yang dikendalikan secara mekanik. Pada kopling cairan termostatik lebih mudah terjadi selip sabuk penggerak karena bekerja dengan kecepatan tinggi dan bebannya berubah-ubah pada berbagai kecepatan, di mana pada kipas tipe pertama kecepatannya konstan. Pemasangan atau putaran sudu kipas yang tidak tepat juga akan menimbulkan kerja kipas pendingin yang tidak memadai. Selain beberapa kipas listrik tematik baru (David Craig), pada umumnya sudu kipas merupakan unit direksional yang harus terpasang dengan putaran mesin yang sesuai. Sudut atau lengkungan sudu mempengaruhi arah aliran udara yang akan didorong melalui radiator. Kipas pendingin didesain agar kecepatan aliran udara meningkat saat kendaraan berjalan ke depan. Kipas yang berada pada sisi mesin radiator menghisap aliran udara yang melalui radiator, sedangkan kipas yang berada di depan radiator menghembuskan udara mengalir melalui radiator. Efisiensi aliran udara dari kipas bergantung pada putaran yang tepat dari sudu kipas, artinya tepi depan kipas harus menghadap pada arah yang tepat atau ke arah putaran mesin. Sudu kipas yang terpasang dengan arah putaran terbalik biasanya menimbulkan suara bising saat bekerja dan menandakan kurangnya aliran air. Kesalahan kerja akan terjadi pada kipas yang digerakkan dengan listrik jika perkabelannya keliru. Kipas listrik termostatik biasanya memiliki jenis magnet permanen yang bisa berputar dalam dua arah tergantung polaritas perkabelannya. Polaritas motor yang benar harus diketahui terlebih dahulu jika memasang kipas listrik magnet permanen agar diperoleh putaran sudu yang tepat. Kesalahan dalam melaksanakan hal tersebut akan mengakibatkan arah aliran udara oleh putaran kipas bertentangan dengan aliran udara normal saat kendaraan berjalan maju sehingga terjadi panas berlebih pada mesin. Diagnosis Kerusakan Sistem Pendingin OTO.KR02.012. 01 Buku Informasi 23/30
  • 24. Sektor Otomotif Sub Sektor Kendaraan Ringan Engine Gambar 13 . Kipas pendingin tipe kopling cairan dengan penggerak mekanik yang modern Diagnosa Kopling Fluida Termatik Kipas yang menggunakan prinsip kopling fluida dengan pengontrolan termatik merupakan alat yang peka terhadap panas. Alat ini bekerja dengan merasakan panas yang dikeluarkan dari sirip-sirip radiator untuk mengontrol pengendalian/pergerakan sudu-sudu kipas. Pergerakan sudu-sudu kipas dikontrol melalui kopling fluida dengan berbagai tingkat kecepatan sehingga sudu-sudu kipas berputar dengan kecepatan rendah pada temperatur rendah, kecepatan sedang pada suhu sedang dan kecepatan tinggi pada kondisi mesin panas. Karena pengendalian kecepatan kipas pendingin tergantung pada operasi kopling fluida maka pengaturan temperatur mesin akan terpengaruh jika digunakan kopling fluida yang buruk. Kopling fluida yang tidak baik akan ikut mengakibatkan kurangnya kecepatan kipas sehingga timbul aliran udara yang kurang memadai dan panas berlebih atau waktu pemanasan yang lambat, suhu mesin yang rendah, penggunaan bahan bakar yang tidak efisien dan suara bising kipas yang melebihi semestinya. Hilangnya cairan pada kopling atau keausan yang sangat dapat menyebabkan kesalahan pada kopling fluida. Kesalahan ini dapat kita diagnosa melalui pengukuran kecepatan puli mesin dan kecepatan putaran sudu kipas pada suhu tertentu dan membandingkan hasilnya dengan spesifikasi yang terdapat pada manual. Kesalahan kopling mengakibatkan panas berlebih pada mesin karena kurangnya udara yang dialirkan melalui radiator serta bisa terjadi saat cuaca panas, mesin dibiarkan menyala dalam waktu lama, serta bekerja dalam kecepatan tinggi. Kesalahan kopling bisa disebabkan oleh kerusakan bantalan poros atau kerusakan luar. Kipas dengan kopling fluida yang mempunyai kecepatan variabel mempunyai efisiensi aliran udara yang tinggi. Ini disebabkan sudu yang lebih besar sehingga mampu mendinginkan dengan lebih cepat. Oleh karena itu problem yang ditimbulkannya adalah mesin menjadi lebih lama pemanasannya dibanding waktu normalnya serta temperatur kerja yang lebih rendah daripada normalnya. Keadaan yang lebih dingin serta pembebanan pada kipas yang besar secara konstan akan menimbulkan peningkatan biaya ekonomisnya dan penurunan performa mesin selain juga menimbulkan suara bising pada saat mesin Diagnosis Kerusakan Sistem Pendingin OTO.KR02.012. 01 Buku Informasi 24/30
  • 25. Sektor Otomotif Sub Sektor Kendaraan Ringan Engine berkecepatan rendah. Dengan pengetesan pengendalian/pengaturan kecepatan kopling pada berbagai kecepatan dan temperatur mesin bisa ditemukan kesalahan kopling fluida ini. Gambar 14. Kerja kipas pendingin menggunakan kopling fluida thermatik Prosedur Diagnosa Kopling Fluida dengan Kecepatan Variabel 1. Periksa kondisi sabuk penggerak kipas dan atur kekencangannya agar sesuai dengan spesifikasi pabrik, periksa adakah kebocoran cairan pada kopling fluida, kondisi bantalan poros, keausan atau kerusakan. 2. Lihat spesifikasi pabrik dalam buku manual untuk kecepatan mesin dan kecepatan kopling pada operasi normalnya serta kecepatan mesin dan kecepatan kopling untuk kondisi panas. 3. Tandai puli penggerak kipas dan sudu-sudu kipas dengan spidol putih. 4. Hubungkan strobe light atau tachometer optis pada mesin untuk mengukur kecepatan puli dan sudu-sudu kipas, ukur kecepatan mesin. 5. Nyalakan mesin hingga mencapai temperatur yang diharapkan sesuai spesifikasi manual dengan menggunakan probe temperatur. 6. Naikkan kecepatan mesin untuk memberi kecepatan pada puli dalam batasan spesifikasinya (misalnya 2000 rpm), ukur kecepatan sudu kipas dan bandingkan hasilnya dengan spesifikasi (misalnya 570 rpm). 7. Naikkan temperatur mesin dengan membatasi aliran udara pada radiator (letakkan kertas karton pada radiator tapi jangan sampai ikut mendidih) hingga dicapai temperatur yang dikehendaki. Sistem pendingin akan menjadi panas, jangan melepas tutup radiator. 8. Naikkan lagi kecepatan mesin untuk memberi kecepatan pada puli dalam batasan spesifikasinya (misalnya 2000 rpm), ukur kembali kecepatan sudu kipas dan bandingkan hasilnya dengan spesifikasi (misalnya 1860 rpm). 9. Jika terjadi selip kopling fluida maka kecepatan sudu-sudu kipas akan menjadi lebih kecil daripada normalnya. Diagnosis Kerusakan Sistem Pendingin OTO.KR02.012. 01 Buku Informasi 25/30
  • 26. Sektor Otomotif Sub Sektor Kendaraan Ringan Engine Kecepatan Puli Penggerak Kecepatan Sudu-sudu Kipas Pada temperatur kerja normal Pada temperatur maksimum Spesifikasi Hasil tes Gambar 15. Bagan diagnosa pengetesan kipas pendingin kopling fluida dengan kecepatan variabel. Diagnosa Kipas Pendingin Listrik Thermatik Kipas pendingin listrik yang dikontrol secara thermatik merupakan sebuah unit terpisah dari mesin dan bergantung pada tegangan dan arus listrik untuk bekerja. Unit kipas ini terdiri dari sudu kipas plastik yang biasanya digerakkan oleh motor lisrik DC dengan magnet permanen multi direksional/arah. Kipas ini menggunakan pengarah dari logam atau plastik untuk mengontrol udara yang mengalir pada sudu-sudu kipas dan melalui radiator. Kerja kipas dikontrol oleh unit sender peraba temperatur cairan pendingin yang akan membumikan rangkaian listrik pada motor, meningkatkan kerja motor atau mengontrol pensaklaran relay rangkaian listrik. Kipas pendingin listrik termatik model baru pada umunya menggunakan relay untuk mengontrol pensaklaran rangkaian listrik on dan off. Karena pada beberapa kipas memiliki dua kecepatan maka digunakan dua relay dan dua sender temperatur. relay yang digunakan bisa yang normal terbuka ataupun normal tertutup. Pada tipe normal terbuka kontak saklar relay pada awalnya membuka sehingga kipas tidak bekerja dan saat sender temperatur mencapai temperatur kerjanya saklar harus menutup agar kipas dapat bekerja. Pada keadaan awal relay normal tertutup saklarnya menutup dan menggunakan sender temperatur yang menjadikan relay membuka kontaknya jika terjadi temperatur di bawah temperatur kerja kipas. Jika dicapai temperatur batas minimum kipas maka sender mensaklar relay fan dan kontak menjadi tertutup. Diagnosis Kerusakan Sistem Pendingin OTO.KR02.012. 01 Buku Informasi 26/30
  • 27. Sektor Otomotif Sub Sektor Kendaraan Ringan Engine Gambar 16. Kipas modern pendingin listrik yang dikontrol secara termatik Diagnosa Kipas Pendingin Listrik Thermatik Diagnosa kipas pendingin listrik thermatik dilaksanakan dengan memeriksa temperatur cut in/temperatur nyala dan cut out/temperatur mati di samping tegangan catu daya listrik dan aliran arus. Temperatur cut in/temperatur nyala menunjukkan temperatur di mana kipas mulai bekerja. Nilainya bisa berada antara 90o C sampai 119o C berbeda- beda antara tiap pabrik. Temperatur cut out/temperatur mati menunjukkan nilai temperatur di mana kipas akan dihentikan kerjanya setelah mesin didinginkan pada suatu level. Temperatur cut out bisa berada dalam nilai antara 75o C sampai 85o C tergantung pada pabrik pembuat. Temperatur cut in dan cut out yang tidak tepat akan menimbulkan dua macam kesalahan pada sistem pendingin. Pertama adalah panas berlebih pada mesin yang diakibatkan oleh nilai cut in yang melebihi spesifikasi atau akibat kegagalan pada kipas untuk bekerja sesuai cut in. Yang kedua adalah mesin yang lambat panas dan temperatur operasi yang rendah karena kipas tidak bekerja sesuai dengan nilai cut out atau kipas memang sama sekali tidak bisa berhenti bekerja pada nilai cut outnya. Diagnosa pengetesan temperatur cut in dan cut out kipas dilaksanakan dengan menjalankan mesin pada temperatur pensaklaran kipas dan memeriksa serta mencatat temperatur pensaklaran kipas dengan menggunakan probe temperatur dipasang pada cairan pendingin. Prosedur Tes Diagnosa Temperatur Cut In dan Cut Out 1. Buka saluran atas radiator dan letakkan probe temperatur antara pembuangan radiator dengan pipa saluran radiator dengan sensor ada pada cairan pendingin, tepatkan kembali saluran radiator. 2. Lihat pada manual nilai temperatur cut in dan cut out kipas pendingin. 3. Starter dan jalankan mesin hingga mencapai temperatur kerjanya. Catat pembacaan probe temperatur saat kipas pendingin mulai bekerja (cut in). Hati- hatilah pada sudu-sudu kipas dan komponen-komponen yang panas. Diagnosis Kerusakan Sistem Pendingin OTO.KR02.012. 01 Buku Informasi 27/30
  • 28. Sektor Otomotif Sub Sektor Kendaraan Ringan Engine 4. Biarkan kipas pendingin bekerja terus hingga tercapai cut out. Catat pembacaan probe temperatur dan bandingkan dengan spesifikasi. 5. Biarkan sistem menjadi dingin dan lepaskan tekanan sebelum mengambil probe probe temperatur. 6. Beri tekanan pada sistem pendingin dan periksa adakah kebocoran setelah mengembalikan saluran atas radiator. 7. Temperatur cut in dan cut out yang berada di luar spesifikasi menandakan adanya kerusakan sender temperatur kipas pendingin termatik. Gambar 17. Pemeriksaan temperatur cut in dan cut out kipas termo Aliran arus dan tegangan Sebagaimana pada semua komponen yang dijalankan oleh listrik, aliran arus dan tegangan merupakan faktor penting agar unit bekerja dengan benar sehingga merupakan juga mekanisme tes yang baik untuk mendiagnosa kerja kipas pendingin listrik. Suplai tegangan pada aktuator listrik harus diberikan dengan nilai yang sesuai agar motor bekerja dengan performa yang baik. Kipas pendingin otomotif biasanya menggunakan catu tegangan sebesar 12 V DC. Kehilangan tegangan (penurunan tegangan) yang disebabkan nilai resistansi sambungan atau perkabelan rangkaian listrik yang tinggi bisa menyebabkan kerusakan pada motor kipas pendingin. Akibatnya motor akan mengalami panas berlebih karena kipas berputar kurang cepat sehingga aliran udara pada radiator kurang besar. Kipas pendingin yang tidak bekerja diperiksa terlebih dahulu catu dayanya dengan volt meter untuk mengetahui apakah kerja kipas yang tidak benar disebabkan oleh hilangnya tegangan catu daya pada Diagnosis Kerusakan Sistem Pendingin OTO.KR02.012. 01 Buku Informasi 28/30
  • 29. Sektor Otomotif Sub Sektor Kendaraan Ringan Engine motor ataukah kerusakan pada motor. Jika tidak ada catu daya sama sekali mkemungkinan ada kabel rangkaian yang putus, konektor kabel yang rusak atau kotor, relay rangkaian yang rusak, sekring yang terbuka atau sender temperatur yang rusak. Untuk mengetes catu tegangan pada motor kipas pendingin digunakan volt meter multimeter yang dihubungkan secara paralel pada kabel catu daya positif motor sedangkan colok negatif meter dihubungkan dengan dibumikan pada bodi kendaraan. Jika diperoleh hasil pengukuran tegangan yang bernilai di bawah spesifikasi maka berarti terjadi kehilangan tegangan di dalam rangkaian perkabelan. Dalam hal tersebut maka perlu dilacak dan diperbaiki perkabelannya. Gambar 18. Pemeriksaan catu tegangan pada rangkaian kipas pendingin termatik listrik Diperlukan adanya aliran arus agar motor dapat bekerja. Motor listrik yang memperoleh beban berlebih karena adanya bantalan poros atau bos yang aus memerlukan arus tambahan agar dapat bekerja. Maka jika dilakukan tes pengukuran arus akan diperoleh hasil yang lebih besar daripada spesifikasi. Pengukuran arus yang memberikan hasil di atas spesifikasi juga bisa terjadi akibat sikat angker yang aus atau kabel rusak sehingga nilai resistansi internalnya manjadi besar. Pengukuran aliran arus dilakukan dengan menggunakan ampere meter atau multimeter yang dihubungkan seri pada rangkaian motor kipas. Diagnosis Kerusakan Sistem Pendingin OTO.KR02.012. 01 Buku Informasi 29/30
  • 30. Sektor Otomotif Sub Sektor Kendaraan Ringan Engine Gambar 19. Pengukuran aliran arus pada kipas pendingin termatik listrik Prosedur Tes Diagnosa Aliran Arus dan Tegangan Pengukuran Tegangan 1. Lihat pada manual nilai spesifikasi catu tegangan kipas. 2. Starter dan jalankan mesin hingga mencapai temperature operasinya. Hati-hati terhadap sudu kipas pendingin dan komponen-komponen yang panas. 3. Hubungkan colok positif (merah) voltmeter atau multimeter dengan konektor terdekat pada kabel catu daya motor kipas pendingin. 4. Hubungkan colok negatif (hitam) pada bodi kendaraan atau baterai dan catat nilai tegangan. 5. Bandingkan dengan spesifikasi pabrik. Pengukuran Aliran Arus 1. Lihat pada manual nilai spesifikasi catu tegangan kipas. 2. Lepas konektor terdekat kabel kipas pendingin dan hubungkan ampere meter atau multimeter secara seri dengan kabel catu daya positif motor. Probe/colok positif (merah) ke arah baterai catu daya dan colok negatif (hitam) ke arah motor kipas. 3. Jika kabel ground motor kipas telah diputuskan hubungannya pada konektor hubungkan kembali pada bodi. 4. Starter dan jalankan mesin hingga kipas pendingin mulai bekerja. Catat besarnya arus yang mengalir. Hati-hatilah terhadap sudu kipas pendingin dan komponen- komponen yang panas. 5. Setelah tes selesai matikan mesin, lepaskan peralatan, pasang kembali konektor kabel dan nyalakan kembali mesin untuk mengetahui kipas beroperasi dengan baik. 6. Hasil pengukuran arus yang berada di atas spesifikasi menunjukkan bahwa terjadi resistansi yang rendah pada motor atau motor mengalami pembebanan berlebih. 7. Jika di bawah nilai pada spesifikasi berarti pada motor timbul resistansi tinggi. Diagnosis Kerusakan Sistem Pendingin OTO.KR02.012. 01 Buku Informasi 30/30
  • 31. Sektor Otomotif Sub Sektor Kendaraan Ringan Engine Temperatur cut in Temperatur cut out Tegangan sistem Aliran arus Spesifikasi Hasil aktual Gambar 20. Diagram diagnosa pengukuran tegangan dan aliran arus pada kipas pendingin listrik Diagnosis Kerusakan Sistem Pendingin OTO.KR02.012. 01 Buku Informasi 31/30