Tiga tipe kepemimpinan Buya Hamka yang terlihat dari dokumen tersebut adalah kepemimpinan kharismatik, visioner, dan democratic integrative. Buya Hamka memiliki kemampuan luar biasa dalam memberikan inspirasi kepada orang lain dan menanggapi berbagai tantangan. Beliau juga mampu menciptakan visi besar dalam membangun organisasi. Selain itu, gaya kepemimpinan Buya Hamka didasarkan pada kerjasama tim dan memberikan
2. Quotes Buya Hamka
"Jangan takut jatuh, kerana yang tidak pernah
memanjatlah yang tidak pernah jatuh. Yang takut
gagal, kerana yang tidak pernah gagal hanyalah
orang-orang yang tidak pernah melangkah.
Jangan takut salah, kerana dengan kesalahan
yang pertama kita dapat menambah pengetahuan
untuk mencari jalan yang benar pada langkah
yang kedua." ― Buya Hamka
3. Biodata Singkat Buya Hamka
Buya Hamka memiliki nama asli Haji Abdul
Malik Karim Amrullah. Beliau lahir pada
tanggal 17 Februari 1908 di Maninjau, Sumatera
Barat dan meninggal pada tanggal 24 Juli 1981
di Jakarta. Beliau merupakan putra pertama
dari pasangan Dr. Abdul Karim Amrullah dan
Shaffifah.
4. Buya Hamka adalah seorang ulama, filsuf, penulis, dan
politikus yang dikenal memiliki prinsip kuat dalam
menjalani kehidupannya. Beliau memiliki kecintaan dan
semangat yang besar dalam membuat karya tulis. Hal ini
dibuktikan dari banyaknya karya tulis hasil pemikiran
beliau yang telah beredar di masyarakat sejak jaman
Orde Baru. Karya yang ditulis oleh Buya Hamka bukan
hanya meliputi satu bidang ilmu saja, belia mampu untuk
menulis beberapa bidang keilmuan seperti agama islam,
sastra, budaya, politik dan sejarah. Beberapa hasil
karya beliau diantaranya adalah Si Sabariyah, Agama
dan Perempuan, Pembela Islam, Adat Minangkabau,
Falsafah Hidup, Tasawuf Modern, Tenggelamnya Kapal
Van Der Wijck, dan masih banyak lagi.
6. Tipe kepemimpinan ini berlandaskan pada kemampuan luar biasa seorang pemimpin
dalam mengambil keputusan atau dalam melakukan sesuatu yang dapat memberikan
inspirasi dan pembelajaran yang nyata bagi orang di sekitarnya. Hal ini dapat
terlihat dari cara Buya Hamka menanggapi segala fitnah yang dilontarkan
kepadanya. Hal ini dapat terlihat dari cara Buya Hamka menanggapi segala fitnah
yang dilontarkan kepadanya. Pada saat Buya Hamka menjabat sebagai ketua
Majelis Ulama Indonesia pertama, banyak orang terdekatnya yang memberikan label
kepada Buya Hamka sebagai kacung istana. Padahal dalam penentuan ketua
Majelis Ulama Indonesia, beliau dipilih melalui musyawarah nasional yang dikenal
sebagai Muktamar Ulama Islam diikuti oleh berbagai organisasi Islam di Indonesia,
baik NU, Persis, Muhammadiyah, Al-Irsyad, dan masih banyak lagi.
Kepemimpinan Kharismatik
7. Tipe kepemimpinan ini merupakan suatu cara pemimpin dalam menciptakan dan
melaksanakan suatu visi dan misi suatu organisasi secara realistis, kredibel, dan konstruktif
bagi perkembangan masa depan organisasi baik secara menyeluruh maupun hanya bagian
tertentunya saja. Tipe kepemimpinan visioner dapat terlihat dari cara Buya Hamka
mengembangkan Yayasan Pesantren Indonesia dengan visi menjadikan Masjid Agung
Kebayoran sebagai pusat dakwah di Jakarta pada tahun 1953. Buya Hamka membuat
beberapa program pengajaran agama Islam sebagai langkah dalam menjadikan Masjid
Agung Kebayoran sebagai pusat dakwah. Beberapa program diantaranya adalah Kuliah
Subuh, Pengajian Malam Selasa, Kajian Tasawuf, Pengajian Ibu-Ibu, dan lain sebagainya.
Kepemimpinan Visioner
8. Tipe kepemimpinan ini menekankan pada bentuk kerjasama yang terintegrasi antara atasan dan
bawahan. Kepemimpinan tipe ini juga berusaha menciptakan motivasi setiap anggota organisasi
untuk mendapatkan tujuannya baik tujuan individu maupun tujuan organisasi. Bentuk kepemimpinan ini
juga berusaha menjaga hubungan baik antara atasan dan bawahan dengan cara give and take. Tipe
kepemimpinan Democratic-Integrative terlihat jelas dimiliki oleh Buya Hamka. Hal ini dapat dilihat
dari bentuk hubungan yang dimiliki oleh Buya Hamka dengan bawahan di berbagai organisasi. alah
satu contoh nyatanya adalah cara Buya Hamka memperlakukan marbot di Masjid Al-Azhar Jakarta.
Pada tahun 1970 Buya Hamka mewakili YPI pernah memberikan hadiah berupa perjalanan haji
kepada beberapa orang marbot. Hal ini dilakukan guna menerapkan cara give and take, karena
marbot tersebut telah setia bekerja di masjid tersebut sejak tahun 1953.
Kepemimpinan Democratic (Integrative)
9. Tipe kepemimpinan situasional merupakan tipe kepemimpinan yang diprakarsai oleh Paul
Hersey dan Kenneth H Blanchard. Tipe kepemimpinan situasional merupakan kepemimpinan
yang dilakukan oleh seorang pemimpin dalam rangka memberikan pengaruh kepada aktivitas
orang yang dipimpinnya dalam mencapai tujuan organisasi berlandaskan pada situasi dan
kondisi dari organisasi secara menyeluruh. Tipe kepemimpinan situasional sendiri terbagi
menjadi empat, yaitu tipe instruktif, tipe konsultatif, tipe partisipatif, dan tipe delegatif.
Penerapan tipe kepemimpinan situasional oleh Buya Hamka dapat terlihat ketika beliau
menjabat sebagai ketua umum Yayasan Pesantren Islam (YPI). Buya Hamka pernah menjabat
sebagai ketua umum Yayasan Pesantren Islam (YPI) mulai tahun 1976.
Kepemimpinan Situasional,
Konsultatif, dan Instruktif
10. Buya Hamka merupakan ketua umum generasi kedua setelah sebelumnya YPI
dipimpin oleh Anwar Tjokroaminoto. Buya Hamka menjabat selama dua
periode kepemimpinan mulai dari tahun 1976 hingga seharusnya selesai pada
tahun 1983. Namun, sebelum masa kepemimpinannya habis, beliau terlebih
dahulu berpulang ke hadapan yang maha kuasa pada tahun 1981. Selama
masa kepemimpinan Buya Hamka, terdapat beberapa permasalahan yang
terjadi dalam internal organisasi YPI. Salah satunya adalah kasus korupsi
yang dilakukan oleh beberapa pengurus organisasi atas dana hibah yang
diberikan oleh beberapa negara timur tengah.
11. Hal itu bermula ketika terdapat bantuan dana hibah yang diberikan
oleh beberapa negara timur tengah kepada YPI untuk kepentingan
organisasi. Pada saat diberikan, ternyata dana tersebut malah
disalahgunakan oleh beberapa pengurus YPI. Mereka tidak
menggunakan dana yang ada untuk kepentingan organisasi, melainkan
digunakan untuk kepentingan pribadi. Terdapat perselisihan pada
internal organisasi dalam penyelesaian kasus yang sedang terjadi.
Beberapa pihak ingin membawa kasus ini ke ranah hukum agar pelaku
dapat segera dijebloskan kedalam penjara.
12. Buya Hamka dengan kemampuan kepemimpinan
situasionalnya menjadi penengah atas kasus yang
sedang terjadi. Melalui cara konsultatif dan instruktif,
Buya Hamka berkonsultasi kepada semua pihak yang
terlibat guna melihat permasalahan secara
komprehensif. Setelah mengerti inti permasalahannya,
Buya Hamka memberikan instruksi kepada pelaku
penyalahgunaan dana untuk mengembalikan dana
hibah tersebut seperti sediakala. Setelah dikembalikan
akhirnya masalah berhasil diselesaikan dengan baik.
Cara ini dilakukan sebagai upaya Buya Hamka untuk
menyelesaikan masalah sekaligus menjaga nama baik
organisasi di mata publik.
14. Kita mengenal Hamka sebagai seorang sastrawan dan ulama, yang mana kata-katanya
yang berbobot dirangkai dengan indah sehingga dapat menghipnotis siapa pun yang
mendengarnya. Tapi siapa sangka, Hamka muda ternyata pernah dikritik karena apa
yang ia sampaikan tidak terlalu dalam, tidak berarti, bahkan oleh ayahnya sendiri.
Selain itu, ia juga ternyata pernah ditolak oleh sekolah karena tidak punya ijazah. Hal itu
membuatnya tertampar dan membuatnya sakit hati, ia memutuskan untuk belajar ke
Makkah untuk menimba ilmu agama, seperti yang ayahnya inginkan. Bahkan, ia berusaha
untuk memenuhi biaya hidupnya sendiri tanpa sponsor dari orang tua dengan bekerja
apapun selagi halal.
Memiliki daya juang yang tinggi
15. Ketika ia menyadari kemampuan yang ia miliki adalah meramu kata, ia berusaha untuk
membuat cerita yang terinspirasi dari perjalanan hajinya dan akhirnya terbit di salah
satu redaksi.
Bahkan, ia juga sempat menjadi redaktur di media lainnya. Tulisan-tulisannya yang
mampu memukau membuat permintaan untuk karya-karyanya bertambah. Bahkan ia
memberanikan diri juga untuk mengirimkan tulisannya ke orang-orang terkemuka
Indonesia kala itu, seperti Bung Karno dan Bung Hatta.
Bersungguh - sungguh dengan
pekerjaannya
16. Berani mengambil risiko
Ketika Bung Karno semakin membelok dan mendekati golongan
komunis, Hamka tidak tinggal diam saja. Beberapa rekan yang
masih peduli dengannya berusaha memberikan kritik dengan
tujuan untuk mengingatkannya bahwa kebijakannya sudah keliru,
bahkan melenceng jauh dari demokrasi.
Puncaknya ketika Hamka menerbitkan tulisan Bung Hatta yang
mengkritik keras pemerintahan Bung Karno yang kala itu berganti
menjadi Demokrasi Terpimpin. Akibatnya, kejadian tersebut
membuat majalahnya harus dibredel dan berhenti beroperasi.
17. Kita semua tahu, bahwa Hamka dan Bung Karno adalah teman dekat. Tapi sayangnya, karena
majalahnya memuat kritikan atas pemerintah Bung Karno kala itu membuat kantornya
digeledah dan ia pun dijebloskan ke penjara tanpa ada keadilan dan kejelasan.
Yang menghebohkan adalah yang menyolati Bung Karno adalah Hamka sendiri. Itu pun atas
permintaan Bung Karno. Memang dengan memaafkan, kita tidak bisa melupakan perbuatan
yang sudah dilakukan kepada kita. Tapi, dengan memaafkan bisa membawa kedamaian
pada hati dan hidup. Kalau kata Hamka dalam novel Buya Hamka, dengan memaafkan bisa
membuat dirinya terbebas dari penyakit hati.
Memerdekakan diri dengan
memaafkan
18. Peka dengan keadaan sekitar
Pekanya seseorang akan membantunya menulis dengan baik dan juga
berbobot. Tidak heran kalau tulisan-tulisannya juga diakui oleh
pemimpin Indonesia kala itu.
Dengan menajamkan dan memaksimalkan panca inderanya, ia
mampu menuangkannya dalam bentuk cerita yang unik dan menarik.
Selain itu, kepekaan dan ilmunya yang luas membawa Hamka
dipercaya menjadi pemimpin Muhammadiyah hingga ketua MUI
pertama untuk membantu menyelesaikan permasalahan umat Islam
kala itu.
19. Hamka, I., Wisal, C., Santosa, M. I., & Andriyati. (2013). Ayah Kisah Buya Hamka.
Penerbit Republika
Erlangga, F., Frinaldi, A., & Magriasti, L. (2014). Pengaruh Gaya Kepemimpinan
Paternalistik terhadap motivasi Kerja Pegawai Dinas Sosial Dan Tenaga Kerja
Kota Padang. Humanus, 12(2), 174.
https://doi.org/10.24036/jh.v12i2.4037
https://www.idntimes.com/life/inspiration/alifiah-puji-larasati/pelajaran-
hidup-buya-hamka-c1c2
REFERENSI