SlideShare a Scribd company logo
1 of 49
KARAKTERISTIK
ACTIVATED SLUDGE
Kuliah PLI
Semester Gasal
2016/2017
ACTIVATED SLUDGE
- Pengolahan limbah secara biologis
yang terjadi dengan reduksi
kandungan bahan organik
menggunakan “jasa” mikroorganisme
- Mikroorganisme menjadi kunci
keberhasilan proses pengolahan, baik
dari segi jenis, kesehatan M.O dan
KARATERISTIK ACTIVATED
SLUDGE
1. Warna Sludge
2. Zone Settling Velocity
3. Volume of Settled Sludge (Sludge Volume
Index/SVI)
4. Sludge Age (Umur Sludge)
5. F/M Ratio
6. MLSS/MLVSS
WARNA SLUDGE YANG
SEHAT
Berwarna kehitaman hingga coklat dan berbau
khas tanah
Supernatant berwarna jernih dengan tanpa
sedikitpun partikel floc
WARNA SLUDGE YANG BAIK
ZONE SETTLING VELOCITY
(ZSV)
Representasi laju maksimum sedimentasi
Nilai ZSV berbanding lurus dengan
kualitas activated sludge
Ditunjukkan oleh slope dari bagian linear
kurva sedimentasi
KURVA SEDIMENTASI
TABEL KARATERISTIK
SLUDGE BERDASARKAN
NILAI ZSV
Tipe Sludge ZSV pada 3.5 g/L (m/h)
Well settling >3
Light 2-3
Bulking <1.2
SLUDGE
VOLUME INDEX
(SVI)
Tipe Sludge SVI ( mL/g )
Well Settling <100
Light (encer) 100-200
Bulking >200
SVI menunjukkan
kemampuan
sludge untuk
settling
SVI, mL g =
Settled Sludge Volume Sample Volume setelah 30 menit, mL L
Suspended Solids Concentration, mg L
x
1,000 mg
gram
PENGUKURAN SLUDGE
VOLUME INDEX
SLUDGE AGE
Nama lain: Sludge (atau Solids) Retention Time
(SRT), Mean Cell Residence Time (MCRT)
Ukuran lama sludge berada di bawahaerasi
Sludge Age =
Suspended Solids di Tangki Aerasi
Rate Suspended Solids yang Masuk ke Tangki Aerasi
F/M RATIO
Rasio makanan (BOD) yang masuk ke sludge
dan mikroorganisme (MLVSS) di tangki aerasi
Setiap jenis proses activated sludge memiliki
range nilai F/M tertentu
MLSS/MLVSS
MLSS (Mixed Liqiuor Suspended Solids) mengandung
sebagian besar mikroorganisme yang bertugas untuk
mengolah limbah
MLVSS (Mixed Liquor Volatile Suspended Solids)
jumlah dari organik dan volatile solid tersuspensi
Sludge yang sehat memiliki nilai MLSS antara 1000-
4000 mg/L
FILAMENTOUS
BULKING AND
FOAMING
MIKROORGANISME
BERFILAMEN
Bentuk panjang dan tipis
Membantu pembentukan flok (dalam
konsentrasi kecil)
Mengganggu pengendapan di
secondary clarifier (dalam
konsentrasi besar)
Penyebab Filamentous Bulking dan
Foaming
KARAKTERISTIK
FILAMENTOUS BULKING
SVI tinggi
Gumpalan besar namun tidak dapat
mengendap
Bila terdapat supernatant, biasanya jernih
Sifat settling dipengaruhi jenis
mikroorganisme filamen
ACTIVATED SLUDGE
Struktur Floc yang Baik Struktur Floc yang Buruk
HUBUNGAN SVI
DENGAN PANJANG
FILAMEN
Palm, J.C.; Jenkins, D.; and Parker,
D.S. 1980. Relationship between
organic loading, dissolved oxygen
concentration and sludge
settleability in the completely-
mixed activated sludge process.
Journal of the Water Pollution
Control Federation. 52(10):2484-
2506.
Jumlah dan
panjang filamen
dihitung
menggunakan
mikroskop
electron oleh
Palm.
PENYEBAB TUMBUHNYA
BAKTERI BERFILAMEN
F/M ratio rendah (< 0,2-0,3)
DO rendah (< 2mg/L)
Defisiensi nutrisi (N dan P)
SVI tinggi (>150mL/g)
Kandungan sulfide, karbohidrat, dan asam lemak
tinggi
JENIS FILAMEN
(MODEL CHIESA AND
IRVINE)
• Fast Growing zoogleal (floc forming) bacteria
• Resisten terhadap kurangnya makanan
• Aktivitas metabolism berkurang pada DO rendah
• Slow growing starvation resistant filament
• Nilai afinitas substrat tinggi
• Nilai Ks rendah
• Fast growing starvation susceptible filament
• Afinitas untuk DO tinggi
• Resisten tehadap nilai DO yang rendah
JENIS
FILAMEN
Tipe Filamen Kondisi yang Berkaitan
Yang umum:
Thiothrix II Busuk; kandungan nutrisi rendah (N)
Thiothrix I Busuk; Busuk; kandungan nutrisi
rendah (N)
Nostocoida limicola II Busuk
Tipe 0914 Busuk
H. Hydrossis Oksigen terlarut rendah
Nostocoida limicola III Busuk, kandungan nutrisi rendah (P)
Tipe 1851 Organik Loading rendah (F/M rendah)
Tipe 1701 Oksigen terlarut rendah
Tipe 021N Busuk; kandungan nutrisi rendah (N)
JENIS
FILAMEN
Tipe Filamen Kondisi yang Berkaitan
Kurang Umum:
Tipe 0092 Busuk
Tipe 0411 Busuk
Tipe 0675 Organik Loading rendah (F/M
rendah)
Sphaerotilus natans Oksigen terlarut rendah
Tipe 0041 Organik Loading rendah (F/M
rendah)
Tipe 0581 Busuk
Tipe 0803 Organik Loading rendah (F/M
rendah)
Tipe 0211 Busuk
PENYELESAIAN JANGKA
PENDEK
Membantu settling (pengendapan) pada secondary clarifier
dengan:
• Polymer
• Lime
• Ferric Chloride
Menambah Toxic Agents (untuk membunuh bakteri
penyebab Bulking)
 Zat Oksidan (klorin/hipoklorit, peroksida)
2 – 10 lb Cl2 /hari/1000 lb MLSS
 pH shock (penambahan zat asam)
Mengatur debit RAS (Sludge juggling)
PENYELESAIAN JANGKA
PANJANGMenghilangkan penyebabnya
Mengatur DO, F/M ratio, septisitas, nutrisi
Low F/M Problems : Bisa dilakukan dengan meningkatkan rasio F/M
(M yang dinaikkan), misal menggunakan selektor. Selektor adalah
bak pencampuran antara RAS dengan aliran limbah masuk (sebelum
masuk bak aerasi). Kegunaan selektor adalah untuk menciptakan
suatu kondisi dimana menumbuhkan bakteri pembentuk tetapi
mencegah pertumbuhan filamen.
Nutrient Deficiency: Diukur kadar TIN (total Inorganic Nitrogen,
minimal 1 mg/L) dan kadar ortho-phosporus (minimal 0,5-1 mg/L).
Penambahan nutrien ini disesuaikan dengan kadar BOD yang ada
dalam air limbah.
Low Dissolved Oxygen Problem: Pada bak aerasi, kadar DO yang
diberikan ke limbah dinaikkan konsentrasinya. Bisa juga dengan
menurunkan rasio F/M, baik dengan meningkatkan MLSS atau dengan
meningkatkan RAS.
Wastewater Septicity and Organic Acids: Aliran limbah yang masuk
(pra-aerasi) bisa diberi bahan kimia oksidator (misal chlorine) atau
presipitat kimia (ferric chloride). Bila kadar septisitas tidak bisa
diturunkan, maka model bak aerasi bisa diubah (bisa step-aeration
atau mixed-aeration) untuk meminimalisir kontak antara biomasa
dengan bahan septisitas.
PENYELESAIAN JANGKA
PANJANG
FILAMENTOUS FOAMING
FILAMENTOUS FOAMING
Masalah Penyebab Aksi Korektif
Foam tebal berminyak
berwarna gelap menutupi
permukaan aeration basin
dan terbawa hingga
clarifier
Organisme
berfilamen (Nocardia,
M. parvicella)
Meningkatkan laju WAS (tidak lebih
dari 10% per hari) untuk mengurangi
MCRT. Pengendalian filament normal
dengan klorin atau peroksida harus
menyertakan treatment (di semprotan
air) dan penghilangan buih di
permukaan. Periksa MLVSS dan F/M
ratio untuk optimasi parameter
proses.
Foam berbusa berwarna
coklat gelap (hampir
hitam) dengan bau busuk
atau asam. Mixed liquor
juga berwarna coklat gelap
ke hitam
a) Kondisi anaerob di
aeration basin
b) Limbah
mengandung
pewarna atau tinta
a) Periksa tingkat DO di basin, dan
tingkatkan aerasi/pencampuran.
Mengurangi organic loading jika
dimungkinkan.
b) Periksa ulang strategi pre-
treatment
Foam berwarna coklat
muda dalam jumlah
rendah
Ini merupakan tanda
dari proses yang
berjalan dengan baik.
Masalah Penyebab Aksi Korektif
Foam putih, kaku,
mengepul atau
berbuih yang
melingkupi sebagian
besar atau seluruh
aeration basin
a) Shock akibat start up atau
BOD tinggi sehingga F/M
menjadi tinggi dan MCRT
rendah
b) Wasting yang berlebihan atau
hydraulic washout
c) Limbah beracun atau
temperature shock
d) RAS terlalu rendah
e) Lemak dairy, deterjen atau
bahan foaming lain berlebih
a) Meningkatkan RAS atau menurunkan
WAS. Pertahankan DO level (1-3 mg/L)
b) Mengurangi wasting dan mengatur
RAS hingga kondisi normal.
Mengalihkan aliran yang berlebih ke
collection basin untuk treatment
selanjutnya. Menambah hydraulic
equalization basin.
c) Membentuk kembali organisme
activated sludge. Melakukan
bioaugmentasi. Mengembalikan suhu
normal atau mengatur kondisi MCRT.
d) Mengatur ulang laju RAS
e) Pre-treatment dengan anti-foam atau
DAF. Menghilangkan minyak.
Mempertimbangkan bioaugmentasi
untuk mendegradasi limbah secara
FILAMENTOUS FOAMING
FILAMENTOUS FOAMING
Masalah Penyebab Aksi Korektif
Foam mengkilat, tipis,
coklat gelap di sebagian
besar permukaan aeration
basin
Aeration basin menuju ke
kondisi under loaded (F/M
rendah) karena kurang
sludge wasting
Meningkatkan WAS hingga
proses kembali ke
parameter kontrol normal
dan hanya sedikit foam
coklat muda yang tersisa.
Cek MLVSS, F/M dan MCRT
untuk dioptimalkan.
Foam tebal berminyak
berwarna coklat gelap
melingkupi hamper seluruh
permukaan aeration basin
Aeration basin secara kritis
under loaded (terlalu
banyak solid)
Meningkatkan WAS hingga
kelebihan solid terbuang
dari sistem dan mencapai
kesetimbangan. Cek
MLVSS, F/M dan MCRT
untuk dioptimalkan.
PENANGANAN FILAMENTOUS
FOAMING
Metode Non-spesifik
Metode Spesifik
PENANGANAN SECARA NON-
SPESIFIK
Pengaturan operasional ( menurunkan MCRT)
Penambahan Struktur ( Penggunaan Selector)
Pengaturan konsentrasi DO pada pre-oxidation reactor
Pengukuran non spesifik – aplikasi steam
Skimming system
Penggunaan Water Sprays
Pump Inlet system
• PENGATURAN OPERASIONAL
(MENURUNKAN MCRT)
PENANGANAN SECARA NON-
SPESIFIK
Penurunan pada MCRT (Mean Cell Residence Time) adalah
salah satu metode paling efektif untuk menekan
pertumbuhan mikroorganisme filamentous (M.Parvicella).
Pengaturan operasional pada MCRT berbeda-beda,
tergantung pada jenis mikroorganisme yang ditangani.
M.Parvicella  Penurunan MCRT 8-10 hari
Nocardia  Penurunan MCRT <3hari
• PENAMBAHAN STRUKTUR
(PENGGUNAAN SELEKTOR)
PENANGANAN SECARA NON-
SPESIFIK
Selektor adalah tangki berpengaduk dimana RAS dan limbah masuk
(Influent) dicampur sebelum diteruskan ke tangki aerasi. Kegunaan
selektor adalah untuk menciptakan suatu kondisi dimana
menumbuhkan bakteri pembentuk tetapi mencegah pertumbuhan
filamen.Mekanisme selektor adalah dengan menseleksi organisme
pembentuk flok dengan mikroorganisme penyebab foam.
Selektor dibagi atas 3:
• Selektor Anoksi
• Selektor Aerobic
• Selektor Anaerobic
• Selektor Anoksi
Pada keadaan tanpa oksigen (O2) dimana nitrat
sebagai pengganti oksigen dalam akseptor elektron.
• Selektor Aerob
Memanfaatkan Oksigen sebagai akseptor elektron.
• Selektor Anaerob
Kondisi dimana tidak adanya zat kimia yang terlarut
maupun berikatan dengan unsur O .
PENANGANAN SECARA NON-
SPESIFIK
• PENGATURAN KONSENTRASI DO
PENANGANAN SECARA NON-
SPESIFIK
Menurunnya konsentrasi DO dapat memicu
tumbuhnya bakteri penyebab foaming maupun
bulking.
Penambahan sejumlah konstrasi DO dapat dilakukan
dengan melakukan injeksi pada bagian tangki Aerasi
dengan menggunakan Blower.
• PENGATURAN KONSENTRASI DO
PENANGANAN SECARA NON-
SPESIFIK
• PENGUKURAN NON-SPESIFIK
(APLIKASI STEAM)
PENANGANAN SECARA NON-
SPESIFIK
Hoyle et al., 2006
• SKIMMING SYSTEM
PENANGANAN SECARA NON-
SPESIFIK
Sistem Skimming merupakan salah satu bagian dari
proses Activated Sludge sehingga lapisan foam yang
terbentuk di bagian atas tangki aerasi dapat dipisahkan.
Semua benda terapung dapat dipisahkan dengan sistem
skimming.
Pemisahan dengan sistem skimming hanya efektif apabila
foam yang terbentuk memiliki ketebalan tidak lebih dari
• SKIMMING SYSTEM
PENANGANAN SECARA NON-
SPESIFIK
• PENGGUNAAN WATER SPRAYS
(SURFACE OVERFLOWS)
PENANGANAN SECARA NON-
SPESIFIK
Menyemprotkan sejumlah air ke dalam tangki aerasi dari
bagian bawah hingga overflow dan dilakukan skimming
untuk membuang foam yang terbentuk di bagian
atas liquid.
• PUMP INLET SYSTEM
PENANGANAN SECARA NON-
SPESIFIK
Pompa digunakan untuk memindahkan sejumlah material
yang terdapat di permukaan liquid dan meneruskannya ke
tangki pembuangan.
Desain dari pompa harus terintegrasi dengan peralatan
pengendalian pompa, dimana pompa harus dapat
memindahkan benda terapung (floating material), dan
mencegah terbentuknya vortex.
• PUMP INLET SYSTEM
PENANGANAN SECARA NON-
SPESIFIK
• PENGGUNAAN BAHAN KIMIA
(CHEMICAL METHODS)
PENANGANAN SECARA
SPESIFIK
Penggunaan bahan kimia pada pengendalian foaming
bertujuan untuk membunuh sejumlah mikroorganisme
penyebab foaming.
Penggunaan dosis bahan kimia haruslah tepat dimana
dosis bahan kimia tersebut hanya dapat membunuh
mikroorganisme penyebab foaming tanpa membunuh
mikroorganisme penyebab flok.
• JENIS BAHAN KIMIA YANG SERING
DIGUNAKAN
PENANGANAN SECARA
SPESIFIK
• KEKURANGAN METODE KIMIAWI
PENANGANAN SECARA
SPESIFIK
• Naiknya kelarutan COD karena chlorination treatment
• Meningkatnya yield Trihalomethanes (THM) ketika raw
water bereaksi dengan Chlorine
• Tingginya Chlorine dapat mempengaruhi kinerja bakteri
autotrophic dan heterotrophic
• Penggunaan dosis kimia seperti NaClO dan (SO4)3Al2
tidak efektif untuk pengendalian jangka pendek.
• Tidak Efektif untuk pengendalian Nocardia
• Susah dalam menentukan dosis bahan kimia
PENANGANAN SECARA
SPESIFIK
• SECARA MIKROBIOLOGIS
Dilakukan dengan cara menurunkan jumlah sel
mycolata dengan fase litik. Bakteriofag berkembang
biak di dalam sel bakteri dan menyebabkan lisis
(hancurnya dinding sel bakteri).
Sangat efektif karena hanya merusak mikroorganisme
penyebab foaming tanpa mempengaruhi kinerja
mikroorganisme pembentuk flok.
Masih dalam skala laboratorium, untuk skala industri
PENANGANAN SECARA
SPESIFIK
• SECARA MIKROBIOLOGIS

More Related Content

What's hot

Sistem pengolahan air limbah setempat on-site system
Sistem pengolahan air limbah setempat   on-site systemSistem pengolahan air limbah setempat   on-site system
Sistem pengolahan air limbah setempat on-site systemJoy Irman
 
Tahapan Perencanaan Teknis Unit Pengolahan Air Limbah (IPAL)
Tahapan Perencanaan Teknis Unit Pengolahan Air Limbah (IPAL)Tahapan Perencanaan Teknis Unit Pengolahan Air Limbah (IPAL)
Tahapan Perencanaan Teknis Unit Pengolahan Air Limbah (IPAL)Joy Irman
 
Opsi Teknologi Tempat Pemrosesan Akhir Sampah (TPA) - Controlled Landfill dan...
Opsi Teknologi Tempat Pemrosesan Akhir Sampah (TPA) - Controlled Landfill dan...Opsi Teknologi Tempat Pemrosesan Akhir Sampah (TPA) - Controlled Landfill dan...
Opsi Teknologi Tempat Pemrosesan Akhir Sampah (TPA) - Controlled Landfill dan...Joy Irman
 
Perencanaan Teknis dan Teknologi Pengolahan Lumpur
Perencanaan Teknis dan Teknologi Pengolahan LumpurPerencanaan Teknis dan Teknologi Pengolahan Lumpur
Perencanaan Teknis dan Teknologi Pengolahan LumpurJoy Irman
 
SNI 6989.72:2009 tentang Air dan Air Limbah - Bagian 72: Cara Uji Kebutuhan O...
SNI 6989.72:2009 tentang Air dan Air Limbah - Bagian 72: Cara Uji Kebutuhan O...SNI 6989.72:2009 tentang Air dan Air Limbah - Bagian 72: Cara Uji Kebutuhan O...
SNI 6989.72:2009 tentang Air dan Air Limbah - Bagian 72: Cara Uji Kebutuhan O...Muhamad Imam Khairy
 
Dasar dasar teknik dan pengelolaan air limbah
Dasar dasar teknik dan pengelolaan air limbahDasar dasar teknik dan pengelolaan air limbah
Dasar dasar teknik dan pengelolaan air limbahinfosanitasi
 
Bangunan Pengolah Air Limbah secara Anaerobik
Bangunan Pengolah Air Limbah secara AnaerobikBangunan Pengolah Air Limbah secara Anaerobik
Bangunan Pengolah Air Limbah secara AnaerobikJoy Irman
 
Perencanaan Teknis Bangunan Pengolahan Air Limbah secara Gabungan
Perencanaan Teknis Bangunan Pengolahan Air Limbah secara GabunganPerencanaan Teknis Bangunan Pengolahan Air Limbah secara Gabungan
Perencanaan Teknis Bangunan Pengolahan Air Limbah secara GabunganJoy Irman
 
Persyaratan Teknis Penyediaan TPA Sampah
Persyaratan Teknis Penyediaan TPA Sampah Persyaratan Teknis Penyediaan TPA Sampah
Persyaratan Teknis Penyediaan TPA Sampah Joy Irman
 
Kinetika Proses dan Rancangan Variabel Pengolahan Limbah Cair
Kinetika Proses dan Rancangan Variabel Pengolahan Limbah CairKinetika Proses dan Rancangan Variabel Pengolahan Limbah Cair
Kinetika Proses dan Rancangan Variabel Pengolahan Limbah CairSyauqy Nurul Aziz
 
Pola Penanganan Air Limbah Permukiman
Pola Penanganan Air Limbah PermukimanPola Penanganan Air Limbah Permukiman
Pola Penanganan Air Limbah Permukimaninfosanitasi
 
Pedoman pengoperasian dan pemeliharaan ipal
Pedoman pengoperasian dan pemeliharaan ipalPedoman pengoperasian dan pemeliharaan ipal
Pedoman pengoperasian dan pemeliharaan ipalinfosanitasi
 
Koagulasi dan-flokulasi (1)
Koagulasi dan-flokulasi (1)Koagulasi dan-flokulasi (1)
Koagulasi dan-flokulasi (1)Ecko Chicharito
 
SNI 6989.57:2008 tentang Air dan Air Limbah - Bagian 57: Metoda Pengambilan C...
SNI 6989.57:2008 tentang Air dan Air Limbah - Bagian 57: Metoda Pengambilan C...SNI 6989.57:2008 tentang Air dan Air Limbah - Bagian 57: Metoda Pengambilan C...
SNI 6989.57:2008 tentang Air dan Air Limbah - Bagian 57: Metoda Pengambilan C...Muhamad Imam Khairy
 
Landasan Hukum Pengelolaan Air Limbah
Landasan Hukum Pengelolaan Air LimbahLandasan Hukum Pengelolaan Air Limbah
Landasan Hukum Pengelolaan Air LimbahJoy Irman
 
Pemilihan Lokasi Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL)
Pemilihan Lokasi Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL)Pemilihan Lokasi Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL)
Pemilihan Lokasi Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL)Joy Irman
 
PP RI No. 82 Tahun 2001 tentang Kriteria Air Berdasarkan Kelas
PP RI No. 82 Tahun 2001 tentang Kriteria Air Berdasarkan KelasPP RI No. 82 Tahun 2001 tentang Kriteria Air Berdasarkan Kelas
PP RI No. 82 Tahun 2001 tentang Kriteria Air Berdasarkan KelasMuhamad Imam Khairy
 
Sistem pengolahan air limbah terpusat off-site system
Sistem pengolahan air limbah terpusat   off-site systemSistem pengolahan air limbah terpusat   off-site system
Sistem pengolahan air limbah terpusat off-site systemJoy Irman
 

What's hot (20)

Sistem pengolahan air limbah setempat on-site system
Sistem pengolahan air limbah setempat   on-site systemSistem pengolahan air limbah setempat   on-site system
Sistem pengolahan air limbah setempat on-site system
 
Tahapan Perencanaan Teknis Unit Pengolahan Air Limbah (IPAL)
Tahapan Perencanaan Teknis Unit Pengolahan Air Limbah (IPAL)Tahapan Perencanaan Teknis Unit Pengolahan Air Limbah (IPAL)
Tahapan Perencanaan Teknis Unit Pengolahan Air Limbah (IPAL)
 
Opsi Teknologi Tempat Pemrosesan Akhir Sampah (TPA) - Controlled Landfill dan...
Opsi Teknologi Tempat Pemrosesan Akhir Sampah (TPA) - Controlled Landfill dan...Opsi Teknologi Tempat Pemrosesan Akhir Sampah (TPA) - Controlled Landfill dan...
Opsi Teknologi Tempat Pemrosesan Akhir Sampah (TPA) - Controlled Landfill dan...
 
Perencanaan Teknis dan Teknologi Pengolahan Lumpur
Perencanaan Teknis dan Teknologi Pengolahan LumpurPerencanaan Teknis dan Teknologi Pengolahan Lumpur
Perencanaan Teknis dan Teknologi Pengolahan Lumpur
 
SNI 6989.72:2009 tentang Air dan Air Limbah - Bagian 72: Cara Uji Kebutuhan O...
SNI 6989.72:2009 tentang Air dan Air Limbah - Bagian 72: Cara Uji Kebutuhan O...SNI 6989.72:2009 tentang Air dan Air Limbah - Bagian 72: Cara Uji Kebutuhan O...
SNI 6989.72:2009 tentang Air dan Air Limbah - Bagian 72: Cara Uji Kebutuhan O...
 
Dasar dasar teknik dan pengelolaan air limbah
Dasar dasar teknik dan pengelolaan air limbahDasar dasar teknik dan pengelolaan air limbah
Dasar dasar teknik dan pengelolaan air limbah
 
Bangunan Pengolah Air Limbah secara Anaerobik
Bangunan Pengolah Air Limbah secara AnaerobikBangunan Pengolah Air Limbah secara Anaerobik
Bangunan Pengolah Air Limbah secara Anaerobik
 
3 unit-aerasi-so
3 unit-aerasi-so3 unit-aerasi-so
3 unit-aerasi-so
 
pengukuran timbulan sampah
pengukuran timbulan sampahpengukuran timbulan sampah
pengukuran timbulan sampah
 
Perencanaan Teknis Bangunan Pengolahan Air Limbah secara Gabungan
Perencanaan Teknis Bangunan Pengolahan Air Limbah secara GabunganPerencanaan Teknis Bangunan Pengolahan Air Limbah secara Gabungan
Perencanaan Teknis Bangunan Pengolahan Air Limbah secara Gabungan
 
Persyaratan Teknis Penyediaan TPA Sampah
Persyaratan Teknis Penyediaan TPA Sampah Persyaratan Teknis Penyediaan TPA Sampah
Persyaratan Teknis Penyediaan TPA Sampah
 
Kinetika Proses dan Rancangan Variabel Pengolahan Limbah Cair
Kinetika Proses dan Rancangan Variabel Pengolahan Limbah CairKinetika Proses dan Rancangan Variabel Pengolahan Limbah Cair
Kinetika Proses dan Rancangan Variabel Pengolahan Limbah Cair
 
Pola Penanganan Air Limbah Permukiman
Pola Penanganan Air Limbah PermukimanPola Penanganan Air Limbah Permukiman
Pola Penanganan Air Limbah Permukiman
 
Pedoman pengoperasian dan pemeliharaan ipal
Pedoman pengoperasian dan pemeliharaan ipalPedoman pengoperasian dan pemeliharaan ipal
Pedoman pengoperasian dan pemeliharaan ipal
 
Koagulasi dan-flokulasi (1)
Koagulasi dan-flokulasi (1)Koagulasi dan-flokulasi (1)
Koagulasi dan-flokulasi (1)
 
SNI 6989.57:2008 tentang Air dan Air Limbah - Bagian 57: Metoda Pengambilan C...
SNI 6989.57:2008 tentang Air dan Air Limbah - Bagian 57: Metoda Pengambilan C...SNI 6989.57:2008 tentang Air dan Air Limbah - Bagian 57: Metoda Pengambilan C...
SNI 6989.57:2008 tentang Air dan Air Limbah - Bagian 57: Metoda Pengambilan C...
 
Landasan Hukum Pengelolaan Air Limbah
Landasan Hukum Pengelolaan Air LimbahLandasan Hukum Pengelolaan Air Limbah
Landasan Hukum Pengelolaan Air Limbah
 
Pemilihan Lokasi Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL)
Pemilihan Lokasi Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL)Pemilihan Lokasi Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL)
Pemilihan Lokasi Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL)
 
PP RI No. 82 Tahun 2001 tentang Kriteria Air Berdasarkan Kelas
PP RI No. 82 Tahun 2001 tentang Kriteria Air Berdasarkan KelasPP RI No. 82 Tahun 2001 tentang Kriteria Air Berdasarkan Kelas
PP RI No. 82 Tahun 2001 tentang Kriteria Air Berdasarkan Kelas
 
Sistem pengolahan air limbah terpusat off-site system
Sistem pengolahan air limbah terpusat   off-site systemSistem pengolahan air limbah terpusat   off-site system
Sistem pengolahan air limbah terpusat off-site system
 

Similar to OPTIMALKAN AKTIVATED SLUDGE

Tugas kimia 01 des 2013
Tugas kimia 01 des 2013Tugas kimia 01 des 2013
Tugas kimia 01 des 2013Pipo Aziz
 
Reverse Osmosis/ RO (By. Dewi Anggraeni)
Reverse Osmosis/ RO (By. Dewi Anggraeni)Reverse Osmosis/ RO (By. Dewi Anggraeni)
Reverse Osmosis/ RO (By. Dewi Anggraeni)Luhur Moekti Prayogo
 
DASAR_DASAR_TEKNOLOGI_PENGOLAHAN_LIMBAH.ppt
DASAR_DASAR_TEKNOLOGI_PENGOLAHAN_LIMBAH.pptDASAR_DASAR_TEKNOLOGI_PENGOLAHAN_LIMBAH.ppt
DASAR_DASAR_TEKNOLOGI_PENGOLAHAN_LIMBAH.pptalextugas
 
karakteristik, komposisi dan kuantitas tinja
karakteristik, komposisi dan kuantitas tinjakarakteristik, komposisi dan kuantitas tinja
karakteristik, komposisi dan kuantitas tinjaKholisotul Hikmah
 
7 kuliah pa bab vii. kualitas air untuk pertanian
7 kuliah pa bab vii. kualitas air untuk pertanian7 kuliah pa bab vii. kualitas air untuk pertanian
7 kuliah pa bab vii. kualitas air untuk pertanianAndrew Hutabarat
 
13_14-Dasar-dasar ekologi tumbuhan.pptx
13_14-Dasar-dasar ekologi tumbuhan.pptx13_14-Dasar-dasar ekologi tumbuhan.pptx
13_14-Dasar-dasar ekologi tumbuhan.pptxBayuSulistiantono1
 
Ringkasan tahu
Ringkasan tahuRingkasan tahu
Ringkasan tahuReza Nuari
 
Biotek pengolahan limbah_cair
Biotek pengolahan limbah_cairBiotek pengolahan limbah_cair
Biotek pengolahan limbah_cairRiska_21
 
Biotek pengolahan limbah_cair
Biotek pengolahan limbah_cairBiotek pengolahan limbah_cair
Biotek pengolahan limbah_cairShoetiaone
 
PENGOLAHAN LIMBAH CAIR (4).ppt
PENGOLAHAN LIMBAH CAIR (4).pptPENGOLAHAN LIMBAH CAIR (4).ppt
PENGOLAHAN LIMBAH CAIR (4).pptwahyufajar30
 
PENGOLAHAN LIMBAH CAIR (4).ppt
PENGOLAHAN LIMBAH CAIR (4).pptPENGOLAHAN LIMBAH CAIR (4).ppt
PENGOLAHAN LIMBAH CAIR (4).pptNovriadi10
 
PENGOLAHAN LIMBAH CAIR (4).ppt
PENGOLAHAN LIMBAH CAIR (4).pptPENGOLAHAN LIMBAH CAIR (4).ppt
PENGOLAHAN LIMBAH CAIR (4).pptYusufGanteng2
 

Similar to OPTIMALKAN AKTIVATED SLUDGE (20)

Tugas kimia 01 des 2013
Tugas kimia 01 des 2013Tugas kimia 01 des 2013
Tugas kimia 01 des 2013
 
1. dasar dasar pengomposan
1. dasar dasar pengomposan1. dasar dasar pengomposan
1. dasar dasar pengomposan
 
Aplikasi bioteknologi 1
Aplikasi bioteknologi 1Aplikasi bioteknologi 1
Aplikasi bioteknologi 1
 
Pengolahan limbah cair
Pengolahan limbah cairPengolahan limbah cair
Pengolahan limbah cair
 
Reverse Osmosis/ RO (By. Dewi Anggraeni)
Reverse Osmosis/ RO (By. Dewi Anggraeni)Reverse Osmosis/ RO (By. Dewi Anggraeni)
Reverse Osmosis/ RO (By. Dewi Anggraeni)
 
Bab. ii. tinjauan pustaka
Bab. ii. tinjauan pustakaBab. ii. tinjauan pustaka
Bab. ii. tinjauan pustaka
 
DASAR_DASAR_TEKNOLOGI_PENGOLAHAN_LIMBAH.ppt
DASAR_DASAR_TEKNOLOGI_PENGOLAHAN_LIMBAH.pptDASAR_DASAR_TEKNOLOGI_PENGOLAHAN_LIMBAH.ppt
DASAR_DASAR_TEKNOLOGI_PENGOLAHAN_LIMBAH.ppt
 
karakteristik, komposisi dan kuantitas tinja
karakteristik, komposisi dan kuantitas tinjakarakteristik, komposisi dan kuantitas tinja
karakteristik, komposisi dan kuantitas tinja
 
Ipal tahu.
Ipal tahu.Ipal tahu.
Ipal tahu.
 
7 kuliah pa bab vii. kualitas air untuk pertanian
7 kuliah pa bab vii. kualitas air untuk pertanian7 kuliah pa bab vii. kualitas air untuk pertanian
7 kuliah pa bab vii. kualitas air untuk pertanian
 
13_14-Dasar-dasar ekologi tumbuhan.pptx
13_14-Dasar-dasar ekologi tumbuhan.pptx13_14-Dasar-dasar ekologi tumbuhan.pptx
13_14-Dasar-dasar ekologi tumbuhan.pptx
 
Makalah sumber-daya-lahan
Makalah sumber-daya-lahanMakalah sumber-daya-lahan
Makalah sumber-daya-lahan
 
Ringkasan tahu
Ringkasan tahuRingkasan tahu
Ringkasan tahu
 
Estimasi
EstimasiEstimasi
Estimasi
 
Biotek pengolahan limbah_cair
Biotek pengolahan limbah_cairBiotek pengolahan limbah_cair
Biotek pengolahan limbah_cair
 
Biotek pengolahan limbah_cair
Biotek pengolahan limbah_cairBiotek pengolahan limbah_cair
Biotek pengolahan limbah_cair
 
PENGOLAHAN LIMBAH CAIR (4).ppt
PENGOLAHAN LIMBAH CAIR (4).pptPENGOLAHAN LIMBAH CAIR (4).ppt
PENGOLAHAN LIMBAH CAIR (4).ppt
 
PENGOLAHAN LIMBAH CAIR (4).ppt
PENGOLAHAN LIMBAH CAIR (4).pptPENGOLAHAN LIMBAH CAIR (4).ppt
PENGOLAHAN LIMBAH CAIR (4).ppt
 
PENGOLAHAN LIMBAH CAIR (4).ppt
PENGOLAHAN LIMBAH CAIR (4).pptPENGOLAHAN LIMBAH CAIR (4).ppt
PENGOLAHAN LIMBAH CAIR (4).ppt
 
Lokasi desain-tambak
Lokasi desain-tambakLokasi desain-tambak
Lokasi desain-tambak
 

Recently uploaded

Materi Asesi SKK Manajer Pelaksana SPAM- jenjang 6.pptx
Materi Asesi SKK Manajer Pelaksana SPAM- jenjang 6.pptxMateri Asesi SKK Manajer Pelaksana SPAM- jenjang 6.pptx
Materi Asesi SKK Manajer Pelaksana SPAM- jenjang 6.pptxarifyudianto3
 
Metode numerik Bidang Teknik Sipil perencanaan.pdf
Metode numerik Bidang Teknik Sipil perencanaan.pdfMetode numerik Bidang Teknik Sipil perencanaan.pdf
Metode numerik Bidang Teknik Sipil perencanaan.pdfArvinThamsir1
 
TEKNIS TES TULIS REKRUTMEN PAMSIMAS 2024.pdf
TEKNIS TES TULIS REKRUTMEN PAMSIMAS 2024.pdfTEKNIS TES TULIS REKRUTMEN PAMSIMAS 2024.pdf
TEKNIS TES TULIS REKRUTMEN PAMSIMAS 2024.pdfYogiCahyoPurnomo
 
10.-Programable-Logic-Controller (1).ppt
10.-Programable-Logic-Controller (1).ppt10.-Programable-Logic-Controller (1).ppt
10.-Programable-Logic-Controller (1).ppttaniaalda710
 
MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++
MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++
MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++FujiAdam
 
Strategi Pengembangan Agribisnis di Indonesia
Strategi Pengembangan Agribisnis di IndonesiaStrategi Pengembangan Agribisnis di Indonesia
Strategi Pengembangan Agribisnis di IndonesiaRenaYunita2
 
Manual Desain Perkerasan jalan 2017 FINAL.pptx
Manual Desain Perkerasan jalan 2017 FINAL.pptxManual Desain Perkerasan jalan 2017 FINAL.pptx
Manual Desain Perkerasan jalan 2017 FINAL.pptxRemigius1984
 
MODUL AJAR PENGANTAR SURVEY PEMETAAN.pdf
MODUL AJAR PENGANTAR SURVEY PEMETAAN.pdfMODUL AJAR PENGANTAR SURVEY PEMETAAN.pdf
MODUL AJAR PENGANTAR SURVEY PEMETAAN.pdfihsan386426
 
4. GWTJWRYJJJJJJJJJJJJJJJJJJWJSNJYSRR.pdf
4. GWTJWRYJJJJJJJJJJJJJJJJJJWJSNJYSRR.pdf4. GWTJWRYJJJJJJJJJJJJJJJJJJWJSNJYSRR.pdf
4. GWTJWRYJJJJJJJJJJJJJJJJJJWJSNJYSRR.pdfAnonymous6yIobha8QY
 

Recently uploaded (9)

Materi Asesi SKK Manajer Pelaksana SPAM- jenjang 6.pptx
Materi Asesi SKK Manajer Pelaksana SPAM- jenjang 6.pptxMateri Asesi SKK Manajer Pelaksana SPAM- jenjang 6.pptx
Materi Asesi SKK Manajer Pelaksana SPAM- jenjang 6.pptx
 
Metode numerik Bidang Teknik Sipil perencanaan.pdf
Metode numerik Bidang Teknik Sipil perencanaan.pdfMetode numerik Bidang Teknik Sipil perencanaan.pdf
Metode numerik Bidang Teknik Sipil perencanaan.pdf
 
TEKNIS TES TULIS REKRUTMEN PAMSIMAS 2024.pdf
TEKNIS TES TULIS REKRUTMEN PAMSIMAS 2024.pdfTEKNIS TES TULIS REKRUTMEN PAMSIMAS 2024.pdf
TEKNIS TES TULIS REKRUTMEN PAMSIMAS 2024.pdf
 
10.-Programable-Logic-Controller (1).ppt
10.-Programable-Logic-Controller (1).ppt10.-Programable-Logic-Controller (1).ppt
10.-Programable-Logic-Controller (1).ppt
 
MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++
MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++
MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++
 
Strategi Pengembangan Agribisnis di Indonesia
Strategi Pengembangan Agribisnis di IndonesiaStrategi Pengembangan Agribisnis di Indonesia
Strategi Pengembangan Agribisnis di Indonesia
 
Manual Desain Perkerasan jalan 2017 FINAL.pptx
Manual Desain Perkerasan jalan 2017 FINAL.pptxManual Desain Perkerasan jalan 2017 FINAL.pptx
Manual Desain Perkerasan jalan 2017 FINAL.pptx
 
MODUL AJAR PENGANTAR SURVEY PEMETAAN.pdf
MODUL AJAR PENGANTAR SURVEY PEMETAAN.pdfMODUL AJAR PENGANTAR SURVEY PEMETAAN.pdf
MODUL AJAR PENGANTAR SURVEY PEMETAAN.pdf
 
4. GWTJWRYJJJJJJJJJJJJJJJJJJWJSNJYSRR.pdf
4. GWTJWRYJJJJJJJJJJJJJJJJJJWJSNJYSRR.pdf4. GWTJWRYJJJJJJJJJJJJJJJJJJWJSNJYSRR.pdf
4. GWTJWRYJJJJJJJJJJJJJJJJJJWJSNJYSRR.pdf
 

OPTIMALKAN AKTIVATED SLUDGE

  • 2. ACTIVATED SLUDGE - Pengolahan limbah secara biologis yang terjadi dengan reduksi kandungan bahan organik menggunakan “jasa” mikroorganisme - Mikroorganisme menjadi kunci keberhasilan proses pengolahan, baik dari segi jenis, kesehatan M.O dan
  • 3. KARATERISTIK ACTIVATED SLUDGE 1. Warna Sludge 2. Zone Settling Velocity 3. Volume of Settled Sludge (Sludge Volume Index/SVI) 4. Sludge Age (Umur Sludge) 5. F/M Ratio 6. MLSS/MLVSS
  • 4. WARNA SLUDGE YANG SEHAT Berwarna kehitaman hingga coklat dan berbau khas tanah Supernatant berwarna jernih dengan tanpa sedikitpun partikel floc
  • 6. ZONE SETTLING VELOCITY (ZSV) Representasi laju maksimum sedimentasi Nilai ZSV berbanding lurus dengan kualitas activated sludge Ditunjukkan oleh slope dari bagian linear kurva sedimentasi
  • 8. TABEL KARATERISTIK SLUDGE BERDASARKAN NILAI ZSV Tipe Sludge ZSV pada 3.5 g/L (m/h) Well settling >3 Light 2-3 Bulking <1.2
  • 9. SLUDGE VOLUME INDEX (SVI) Tipe Sludge SVI ( mL/g ) Well Settling <100 Light (encer) 100-200 Bulking >200 SVI menunjukkan kemampuan sludge untuk settling SVI, mL g = Settled Sludge Volume Sample Volume setelah 30 menit, mL L Suspended Solids Concentration, mg L x 1,000 mg gram
  • 11. SLUDGE AGE Nama lain: Sludge (atau Solids) Retention Time (SRT), Mean Cell Residence Time (MCRT) Ukuran lama sludge berada di bawahaerasi Sludge Age = Suspended Solids di Tangki Aerasi Rate Suspended Solids yang Masuk ke Tangki Aerasi
  • 12.
  • 13. F/M RATIO Rasio makanan (BOD) yang masuk ke sludge dan mikroorganisme (MLVSS) di tangki aerasi Setiap jenis proses activated sludge memiliki range nilai F/M tertentu
  • 14. MLSS/MLVSS MLSS (Mixed Liqiuor Suspended Solids) mengandung sebagian besar mikroorganisme yang bertugas untuk mengolah limbah MLVSS (Mixed Liquor Volatile Suspended Solids) jumlah dari organik dan volatile solid tersuspensi Sludge yang sehat memiliki nilai MLSS antara 1000- 4000 mg/L
  • 16. MIKROORGANISME BERFILAMEN Bentuk panjang dan tipis Membantu pembentukan flok (dalam konsentrasi kecil) Mengganggu pengendapan di secondary clarifier (dalam konsentrasi besar) Penyebab Filamentous Bulking dan Foaming
  • 17. KARAKTERISTIK FILAMENTOUS BULKING SVI tinggi Gumpalan besar namun tidak dapat mengendap Bila terdapat supernatant, biasanya jernih Sifat settling dipengaruhi jenis mikroorganisme filamen
  • 18. ACTIVATED SLUDGE Struktur Floc yang Baik Struktur Floc yang Buruk
  • 19. HUBUNGAN SVI DENGAN PANJANG FILAMEN Palm, J.C.; Jenkins, D.; and Parker, D.S. 1980. Relationship between organic loading, dissolved oxygen concentration and sludge settleability in the completely- mixed activated sludge process. Journal of the Water Pollution Control Federation. 52(10):2484- 2506. Jumlah dan panjang filamen dihitung menggunakan mikroskop electron oleh Palm.
  • 20. PENYEBAB TUMBUHNYA BAKTERI BERFILAMEN F/M ratio rendah (< 0,2-0,3) DO rendah (< 2mg/L) Defisiensi nutrisi (N dan P) SVI tinggi (>150mL/g) Kandungan sulfide, karbohidrat, dan asam lemak tinggi
  • 21. JENIS FILAMEN (MODEL CHIESA AND IRVINE) • Fast Growing zoogleal (floc forming) bacteria • Resisten terhadap kurangnya makanan • Aktivitas metabolism berkurang pada DO rendah • Slow growing starvation resistant filament • Nilai afinitas substrat tinggi • Nilai Ks rendah • Fast growing starvation susceptible filament • Afinitas untuk DO tinggi • Resisten tehadap nilai DO yang rendah
  • 22. JENIS FILAMEN Tipe Filamen Kondisi yang Berkaitan Yang umum: Thiothrix II Busuk; kandungan nutrisi rendah (N) Thiothrix I Busuk; Busuk; kandungan nutrisi rendah (N) Nostocoida limicola II Busuk Tipe 0914 Busuk H. Hydrossis Oksigen terlarut rendah Nostocoida limicola III Busuk, kandungan nutrisi rendah (P) Tipe 1851 Organik Loading rendah (F/M rendah) Tipe 1701 Oksigen terlarut rendah Tipe 021N Busuk; kandungan nutrisi rendah (N)
  • 23. JENIS FILAMEN Tipe Filamen Kondisi yang Berkaitan Kurang Umum: Tipe 0092 Busuk Tipe 0411 Busuk Tipe 0675 Organik Loading rendah (F/M rendah) Sphaerotilus natans Oksigen terlarut rendah Tipe 0041 Organik Loading rendah (F/M rendah) Tipe 0581 Busuk Tipe 0803 Organik Loading rendah (F/M rendah) Tipe 0211 Busuk
  • 24. PENYELESAIAN JANGKA PENDEK Membantu settling (pengendapan) pada secondary clarifier dengan: • Polymer • Lime • Ferric Chloride Menambah Toxic Agents (untuk membunuh bakteri penyebab Bulking)  Zat Oksidan (klorin/hipoklorit, peroksida) 2 – 10 lb Cl2 /hari/1000 lb MLSS  pH shock (penambahan zat asam) Mengatur debit RAS (Sludge juggling)
  • 25. PENYELESAIAN JANGKA PANJANGMenghilangkan penyebabnya Mengatur DO, F/M ratio, septisitas, nutrisi Low F/M Problems : Bisa dilakukan dengan meningkatkan rasio F/M (M yang dinaikkan), misal menggunakan selektor. Selektor adalah bak pencampuran antara RAS dengan aliran limbah masuk (sebelum masuk bak aerasi). Kegunaan selektor adalah untuk menciptakan suatu kondisi dimana menumbuhkan bakteri pembentuk tetapi mencegah pertumbuhan filamen. Nutrient Deficiency: Diukur kadar TIN (total Inorganic Nitrogen, minimal 1 mg/L) dan kadar ortho-phosporus (minimal 0,5-1 mg/L). Penambahan nutrien ini disesuaikan dengan kadar BOD yang ada dalam air limbah.
  • 26. Low Dissolved Oxygen Problem: Pada bak aerasi, kadar DO yang diberikan ke limbah dinaikkan konsentrasinya. Bisa juga dengan menurunkan rasio F/M, baik dengan meningkatkan MLSS atau dengan meningkatkan RAS. Wastewater Septicity and Organic Acids: Aliran limbah yang masuk (pra-aerasi) bisa diberi bahan kimia oksidator (misal chlorine) atau presipitat kimia (ferric chloride). Bila kadar septisitas tidak bisa diturunkan, maka model bak aerasi bisa diubah (bisa step-aeration atau mixed-aeration) untuk meminimalisir kontak antara biomasa dengan bahan septisitas. PENYELESAIAN JANGKA PANJANG
  • 28. FILAMENTOUS FOAMING Masalah Penyebab Aksi Korektif Foam tebal berminyak berwarna gelap menutupi permukaan aeration basin dan terbawa hingga clarifier Organisme berfilamen (Nocardia, M. parvicella) Meningkatkan laju WAS (tidak lebih dari 10% per hari) untuk mengurangi MCRT. Pengendalian filament normal dengan klorin atau peroksida harus menyertakan treatment (di semprotan air) dan penghilangan buih di permukaan. Periksa MLVSS dan F/M ratio untuk optimasi parameter proses. Foam berbusa berwarna coklat gelap (hampir hitam) dengan bau busuk atau asam. Mixed liquor juga berwarna coklat gelap ke hitam a) Kondisi anaerob di aeration basin b) Limbah mengandung pewarna atau tinta a) Periksa tingkat DO di basin, dan tingkatkan aerasi/pencampuran. Mengurangi organic loading jika dimungkinkan. b) Periksa ulang strategi pre- treatment Foam berwarna coklat muda dalam jumlah rendah Ini merupakan tanda dari proses yang berjalan dengan baik.
  • 29. Masalah Penyebab Aksi Korektif Foam putih, kaku, mengepul atau berbuih yang melingkupi sebagian besar atau seluruh aeration basin a) Shock akibat start up atau BOD tinggi sehingga F/M menjadi tinggi dan MCRT rendah b) Wasting yang berlebihan atau hydraulic washout c) Limbah beracun atau temperature shock d) RAS terlalu rendah e) Lemak dairy, deterjen atau bahan foaming lain berlebih a) Meningkatkan RAS atau menurunkan WAS. Pertahankan DO level (1-3 mg/L) b) Mengurangi wasting dan mengatur RAS hingga kondisi normal. Mengalihkan aliran yang berlebih ke collection basin untuk treatment selanjutnya. Menambah hydraulic equalization basin. c) Membentuk kembali organisme activated sludge. Melakukan bioaugmentasi. Mengembalikan suhu normal atau mengatur kondisi MCRT. d) Mengatur ulang laju RAS e) Pre-treatment dengan anti-foam atau DAF. Menghilangkan minyak. Mempertimbangkan bioaugmentasi untuk mendegradasi limbah secara FILAMENTOUS FOAMING
  • 30. FILAMENTOUS FOAMING Masalah Penyebab Aksi Korektif Foam mengkilat, tipis, coklat gelap di sebagian besar permukaan aeration basin Aeration basin menuju ke kondisi under loaded (F/M rendah) karena kurang sludge wasting Meningkatkan WAS hingga proses kembali ke parameter kontrol normal dan hanya sedikit foam coklat muda yang tersisa. Cek MLVSS, F/M dan MCRT untuk dioptimalkan. Foam tebal berminyak berwarna coklat gelap melingkupi hamper seluruh permukaan aeration basin Aeration basin secara kritis under loaded (terlalu banyak solid) Meningkatkan WAS hingga kelebihan solid terbuang dari sistem dan mencapai kesetimbangan. Cek MLVSS, F/M dan MCRT untuk dioptimalkan.
  • 32. PENANGANAN SECARA NON- SPESIFIK Pengaturan operasional ( menurunkan MCRT) Penambahan Struktur ( Penggunaan Selector) Pengaturan konsentrasi DO pada pre-oxidation reactor Pengukuran non spesifik – aplikasi steam Skimming system Penggunaan Water Sprays Pump Inlet system
  • 33. • PENGATURAN OPERASIONAL (MENURUNKAN MCRT) PENANGANAN SECARA NON- SPESIFIK Penurunan pada MCRT (Mean Cell Residence Time) adalah salah satu metode paling efektif untuk menekan pertumbuhan mikroorganisme filamentous (M.Parvicella). Pengaturan operasional pada MCRT berbeda-beda, tergantung pada jenis mikroorganisme yang ditangani. M.Parvicella  Penurunan MCRT 8-10 hari Nocardia  Penurunan MCRT <3hari
  • 34. • PENAMBAHAN STRUKTUR (PENGGUNAAN SELEKTOR) PENANGANAN SECARA NON- SPESIFIK Selektor adalah tangki berpengaduk dimana RAS dan limbah masuk (Influent) dicampur sebelum diteruskan ke tangki aerasi. Kegunaan selektor adalah untuk menciptakan suatu kondisi dimana menumbuhkan bakteri pembentuk tetapi mencegah pertumbuhan filamen.Mekanisme selektor adalah dengan menseleksi organisme pembentuk flok dengan mikroorganisme penyebab foam. Selektor dibagi atas 3: • Selektor Anoksi • Selektor Aerobic • Selektor Anaerobic
  • 35. • Selektor Anoksi Pada keadaan tanpa oksigen (O2) dimana nitrat sebagai pengganti oksigen dalam akseptor elektron. • Selektor Aerob Memanfaatkan Oksigen sebagai akseptor elektron. • Selektor Anaerob Kondisi dimana tidak adanya zat kimia yang terlarut maupun berikatan dengan unsur O . PENANGANAN SECARA NON- SPESIFIK
  • 36.
  • 37. • PENGATURAN KONSENTRASI DO PENANGANAN SECARA NON- SPESIFIK Menurunnya konsentrasi DO dapat memicu tumbuhnya bakteri penyebab foaming maupun bulking. Penambahan sejumlah konstrasi DO dapat dilakukan dengan melakukan injeksi pada bagian tangki Aerasi dengan menggunakan Blower.
  • 38. • PENGATURAN KONSENTRASI DO PENANGANAN SECARA NON- SPESIFIK
  • 39. • PENGUKURAN NON-SPESIFIK (APLIKASI STEAM) PENANGANAN SECARA NON- SPESIFIK Hoyle et al., 2006
  • 40. • SKIMMING SYSTEM PENANGANAN SECARA NON- SPESIFIK Sistem Skimming merupakan salah satu bagian dari proses Activated Sludge sehingga lapisan foam yang terbentuk di bagian atas tangki aerasi dapat dipisahkan. Semua benda terapung dapat dipisahkan dengan sistem skimming. Pemisahan dengan sistem skimming hanya efektif apabila foam yang terbentuk memiliki ketebalan tidak lebih dari
  • 41. • SKIMMING SYSTEM PENANGANAN SECARA NON- SPESIFIK
  • 42. • PENGGUNAAN WATER SPRAYS (SURFACE OVERFLOWS) PENANGANAN SECARA NON- SPESIFIK Menyemprotkan sejumlah air ke dalam tangki aerasi dari bagian bawah hingga overflow dan dilakukan skimming untuk membuang foam yang terbentuk di bagian atas liquid.
  • 43. • PUMP INLET SYSTEM PENANGANAN SECARA NON- SPESIFIK Pompa digunakan untuk memindahkan sejumlah material yang terdapat di permukaan liquid dan meneruskannya ke tangki pembuangan. Desain dari pompa harus terintegrasi dengan peralatan pengendalian pompa, dimana pompa harus dapat memindahkan benda terapung (floating material), dan mencegah terbentuknya vortex.
  • 44. • PUMP INLET SYSTEM PENANGANAN SECARA NON- SPESIFIK
  • 45. • PENGGUNAAN BAHAN KIMIA (CHEMICAL METHODS) PENANGANAN SECARA SPESIFIK Penggunaan bahan kimia pada pengendalian foaming bertujuan untuk membunuh sejumlah mikroorganisme penyebab foaming. Penggunaan dosis bahan kimia haruslah tepat dimana dosis bahan kimia tersebut hanya dapat membunuh mikroorganisme penyebab foaming tanpa membunuh mikroorganisme penyebab flok.
  • 46. • JENIS BAHAN KIMIA YANG SERING DIGUNAKAN PENANGANAN SECARA SPESIFIK
  • 47. • KEKURANGAN METODE KIMIAWI PENANGANAN SECARA SPESIFIK • Naiknya kelarutan COD karena chlorination treatment • Meningkatnya yield Trihalomethanes (THM) ketika raw water bereaksi dengan Chlorine • Tingginya Chlorine dapat mempengaruhi kinerja bakteri autotrophic dan heterotrophic • Penggunaan dosis kimia seperti NaClO dan (SO4)3Al2 tidak efektif untuk pengendalian jangka pendek. • Tidak Efektif untuk pengendalian Nocardia • Susah dalam menentukan dosis bahan kimia
  • 48. PENANGANAN SECARA SPESIFIK • SECARA MIKROBIOLOGIS Dilakukan dengan cara menurunkan jumlah sel mycolata dengan fase litik. Bakteriofag berkembang biak di dalam sel bakteri dan menyebabkan lisis (hancurnya dinding sel bakteri). Sangat efektif karena hanya merusak mikroorganisme penyebab foaming tanpa mempengaruhi kinerja mikroorganisme pembentuk flok. Masih dalam skala laboratorium, untuk skala industri

Editor's Notes

  1. Menghilangkan penyebabnya Kondisi tertentu telah dikaitkan dengan perkembangan jenis filamen tertentu. Mengidentifikasi kemungkinan penyebab dengan mengidentifikasi organisme berfilamen dominan Membuat perubahan operasional dan / atau peralatan untuk memperbaiki masalah Rendahnya DO Rendahnya F/M Ratio Septisitas Nutrient Defisiensi