Tulisan tersebut membahas dialog antara orang tua dan anak dalam Al-Quran berdasarkan 17 tema yang tersebar dalam 9 surat. Dialog terbanyak adalah antara ayah dan anak, diikuti ibu dan anak, serta orang tua tanpa nama dengan anak. Tulisan ini menunjukkan pentingnya komposisi keluarga dalam mendidik generasi yang saleh sesuai teladan Nabi.
2. • Parenting Nubuwwah merupakan pendidikan
yang mngedepankan akhlak atau adab dan
ilmu pengetahuan agar yang dijarkan memiliki
nilai-nilai yang berguna untuk dirinya dan
bermanfaat untuk orang lain.
• Rujukanya bersumber kepada al-Quran dan
Hadits Rosululloh saw.
4. • Lelah mendidik anak? Itu adalah bukti bahwa anda
belum menikmati proses dan hasil mendidik anak.
• Apakah kita bahagia setelah anak kita sukses (sarjana,
dapat kerja, dll)? Itu terlalu lama. Apalagi kalau
anaknya banyak.
• Anak-anak itu aset. Bukan beban. Anak sholeh yang
bisa mendoakan orang tuanya, itu aset. Ketika kita
meninggal, maka yang paling berhak mensholatkan kita
adalah anak kita. Itu aset. Sholat jenazah itu isinya doa
semua. Anak itu kekayaan di dunia dan akhirat.
6. Menurut tulisan ilmiah tersebut, terdapat 17 dialog
(berdasarkan tema) antara orangtua dengan anak
dalam al-Qur’an yang tersebar dalam 9 Surat.
Ke-17 dialog tersebut dengan rincian sebagai
berikut:
• Dialog antara ayah dengan anaknya (14 kali)
• Dialog antara ibu dan anaknya (2 kali)
• Dialog antara kedua orangtua tanpa nama dengan
anaknya (1 kali)
7. Ternyata al-Qur’an ingin memberikan pelajaran.
Bahwa untuk melahirkan generasi istimewa
seperti yang diinginkan oleh Allah dan Rasul-
Nya, harus dengan komposisi seperti di atas.
8. Pendidikan anak harus tegak pada prinsip dan
asas yang benar. Untuk merealisasikan tujuan
yang mulia ini, ada beberapa prinsip yang harus
diperhatikan.
Di antara prinsip tersebut adalah:
9. Pertama :
Senantiasa mendoakan anak.
Mendoakan ini bisa dimulai :
1. Saat sang anak belum lahir, dengan meminta
kepada Allah keturunan yang shaleh.
2. Dan setelah mereka terlahir di dunia dengan
mendoakan mereka hidayah dan kebaikan.
3. Setelah mereka cenderung kepada hidayah
dan kebaikan, para orang tua hendaknya
mendoakan mereka agar istiqomah di jalan
kebaikan tersebut.
10. Pentingnya doa untuk kesholehan anak
Perhatikan doa nabi Ibrohim As untu keturunanya
رَبِّھَبْﻟِﻲﻣِنَاﻟﺻﱠﺎﻟِﺣِﯾنَ
•رَبِّاﺟْﻌَﻠْﻧِﻲﻣُﻘِﯾمَاﻟﺻﱠﻼَةِوَﻣِنْذُرِّﯾﱠﺗِﻲرَﺑﱠﻧَﺎوَﺗَﻘَﺑﱠلْدُﻋَﺎءِ
•رَﺑﱠﻧَﺎاﻏْﻔِرْﻟِﻲوَﻟِوَاﻟِدَيﱠوَﻟِﻠْﻣُؤْﻣِﻧِﯾنَﯾَوْمَﯾَﻘُومُاﻟْﺣِﺳَﺎبُ
•وَاﺟْﻧُﺑْﻧِﻲوَﺑَﻧِﻲﱠأَنْﻧَﻌْﺑُدَاﻷَْﺻْﻧﺎمَ
Doa Nabi Zakaria as
•ﻗَﺎلَرَبِّھَبْﻟِﻲﻣِنْﻟَدُﻧْكَذُرِّﯾﱠﺔًطَﯾِّﺑَﺔًإِﻧﱠكَﺳَﻣِﯾﻊُاﻟدﱡﻋَﺎءِ
11. Kedua:
Adil di antara anak dan menjauhi sikap zhalim dan
tidak adil.
Dalam Shahihain, dari Nu’man bin Basyir radhiallahu ‘anhu
ﻋَنْاَﻟﻧﱡﻌْﻣَﺎنِﺑْنِﺑَﺷِﯾرٍ-رَﺿِﻲَاَ5ﱠُﻋَﻧْﮭُﻣَﺎ-)ﻓَﺎﻧْطَﻠَقَأَﺑِﻲإِﻟَﻰاَﻟﻧﱠﺑِﻲِّﺻﻠﻰﷲﻋﻠﯾﮫ
وﺳﻠمﻟِﯾُﺷْﮭِدَهُﻋَﻠَﻰﺻَدَﻗَﺗِﻲ.ﻓَﻘَﺎلَ:أَﻓَﻌَﻠْتَھَذَاﺑِوَﻟَدِكَﻛُﻠِّﮭِمْ?ﻗَﺎلَ:ﻻَﻗَﺎلَ:اِﺗﱠﻘُوااَ5ﱠَ
,وَاﻋْدِﻟُواﺑَﯾْنَأَوْﻻَدِﻛُمْﻓَرَﺟَﻊَأَﺑِﻲ,ﻓَرَدﱠﺗِﻠْكَاَﻟﺻﱠدَﻗَﺔَ(ﻣُﺗﱠﻔَقٌﻋَﻠَﯾْﮫِوَﻓِﻲرِوَاﯾَﺔٍﻟِﻣُﺳْﻠِمٍ
ﻗَﺎلَ:)ﻓَﺄَﺷْﮭِدْﻋَﻠَﻰھَذَاﻏَﯾْرِيﺛُمﱠﻗَﺎلَ:أَﯾَﺳُرﱡكَأَنْﯾَﻛُوﻧُواﻟَكَﻓِﻲاَﻟْﺑِرِّﺳَوَاءً?ﻗَﺎلَ
:ﺑَﻠَﻰﻗَﺎلَ:ﻓَﻼَإِذًا)
Dari Nu’man Ibnu Basyir radhiallahu ‘anhuma, “Ayahku
menghadap kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam agar
menyaksikan pemberiannya kepadaku, lalu beliau bersabda:
“Apakah engkau melakukan hal ini terhadap anakmu
seluruhnya?”. Ia menjawab: Tidak. Beliau bersabda: “Takutlah
kepada Allah dan berlakulah adil terhadap anak-anakmu.” Lalu
ayahku pulang dan menarik kembali pemberian itu. (Muttafaq
‘alaihi).
12. • Jika orang tua tidak bersikap adil di antara
anak mereka, maka akan terdapat rasa
permusuhan, hasad, dan kebencian antara
mereka.
• Jika mereka berbuat adil, maka keadilan
tersebut akan menjadi sebab terbesar saling
cinta dan kasih saying di antara mereka. Dan
juga menjadi sebab baiknya perangai mereka.
13. Ketiga:
Lemah lembut, kasih sayang, dan berbuat baik terhadap anak. Jauhi
sifat kasar dan kaku.
Dalam Shahihain, dari Abu Hurairah bahwa
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menciumi cucunya
Hasan bin Ali. Saat itu al-Aqra’ bin Habis duduk di dekat
beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam. Ia berkata, “Aku
memiliki 10 orang anak dan aku tidak pernah mencium
salah seorang dari mereka”. Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam menatap al-Aqra’, kemudian bersabda,
ﻣَنْﻻَﯾَرْﺣَمُﻻَﯾُرْﺣَمُ
أَوَأَﻣْﻠِكُﻟَكَأَنْﻧَزَعَا5ﱠُﻣِنْﻗَﻠْﺑِكَاﻟرﱠﺣْﻣَﺔَ
“Sungguh aku tidak mampu mencegah jika ternyata Allah
telah mencabut sifat kasih sayang dari hatimu.”
14. Keempat:
Orang tua memiliki semangat untuk mengarahkan anak-anaknya
kepada perkara yang mulia.
Apa yang dilakukan oleh Lukman adalah sebuah teladan yang
mulia dan agung. Hendaknya kita mencontoh Lukman dalam
mendidik dan mengajar anaknya. Ia mengajarkan tentang
keimanan kepada Allah dan beriman pada semua yang
diperintahkan-Nya. Ia mengajarkan mentauhidkan Allah Jalla wa
‘Ala dan menyerahkan agama hanya untuk-Nya. Seperti :
• Mengajarkan agar tidak musyik
• Memerintahkan sholat
• Sabda Nabi saw :
•ﻣُرُواأَوْﻻَدَﻛُمْﺑِﺎﻟﺻﱠﻼَةِوَھُمْأَﺑْﻧَﺎءُﺳَﺑْﻊِﺳِﻧِﯾنَ،وَاﺿْرِﺑُوھُمْﻋَﻠَﯾْﮭَﺎوَھُمْأَﺑْﻧَﺎءُﻋَﺷْرٍ
15. Kelima:
Memperhatikan teman-teman mereka, terutama teman dekat.
Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallamjuga bersabda,
اﻟْﻣَرْءُﻋَﻠَﻰدِﯾنِﺧَﻠِﯾﻠِﮫِﻓَﻠْﯾَﻧْظُرْأَﺣَدُﻛُمْﻣَنْﯾُﺧَﺎﻟِلْ
Seseorang itu menurut agama teman dekatnya, maka hendaklah
kalian melihat siapakah yang menjadi teman dekatnya.” (HR. Abu
Daud dan Tirmidzi).
Berteman dengan orang sholeh akan
bermanfaat didunia sampai akherat
16. Dizaman ini, ada wujud pertemanan, yang belum ada di
zaman sebelumnya. Yaitu :
pertemanan dengan chanel-chanel televisi, internet, dan
alat-alat komunikasi modern lainnya.
Hal itu terdapat di dalam rumah-rumah bahkan dalam
genggaman. Oleh karena itu, hendaknya para orang tua
mengawasi teman-teman anak-anaknya berupa benda-
benda tersebut.
Teman dekat akan memberikan pengaruh yang besar dan
bahaya yang fatal terhadap pola pikir, agama, dan akhlak.
Berapa banyak pemuda-pemuda menjadi rusak gara-gara
benda-benda tersebut.
17. Keenam:
Orang tua harus menjadi teladan bagi anaknya.
Wajib bagi para orang tua yang mendidik dan mengarahkan
anak-anaknya untuk merenungi terus firman Allah Tabaraka wa
Ta’ala,
•أَﺗَﺄْﻣُرُونَاﻟﻧﱠﺎسَﺑِﺎﻟْﺑِرِّوَﺗَﻧْﺳَوْنَأَﻧْﻔُﺳَﻛُمْوَأَﻧْﺗُمْﺗَﺗْﻠُونَاﻟْﻛِﺗﺎبَأَﻓَﻼﺗَﻌْﻘِﻠُونَ
“Mengapa kamu suruh orang lain (mengerjakan) kebaktian,
sedang kamu melupakan diri (kewajiban)mu sendiri, padahal
kamu membaca al-Kitab?” (QS. Al-Baqarah: 44).