Menjaga bumi untuk generasi masa depan yang lebih baik dengan memberlakukan nirkertas sebagai langkah awal menuju penerapan budaya konservasi di Indonesia baik masa kini maupun masa mendatang
1. subtema: Nirkertas dan Konservasi Pohon
MENJAGA TABUNGAN OKSIGEN DENGAN NIRKERTAS
MIFTACH MUHAMMAD FIRDAUS
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
worlddestruction11@gmail.com
Indonesia dijuluki sebagai paru-paru dunia sebagai wujud penghargaan karena kontribusinya sebagai
salah satu negara penghasil oksigen terbanyak di dunia, pencapaian ini tidak terlepas dari hutan-hutan di
Indonesia terutama hutan Kalimanatan dan Papua. Hutan Indonesia merupakan hutan yang menduduki urutan
ketiga terluas di dunia dengan hutan tropis (Tropic Forest ) dan hutan hujan (Rain Forest). Menurut data dari
Forest Watch Indonesia (FWI) 82 hektare luas daratan Indonesia masih ditutupi oleh hutan. Ini merupakan
sebuah prestasi yang patut dibanggakan mengingat hutan berfungsi sebagai penyeimbang alam. Tidak hanya
itu, hutan Indonesia juga memendam potensi besar sebagai sumber energi mikrobiologi dunia yang mana
energi ini hanya dapat ditemukan di hutan tropis.
Melihat betapa pentingnya hutan dalam sistem kehidupan yang berlangsung di alam, upaya pemanfaatan
SDA yang efisien sangat dibutuhkan masa sekarang dan masa yang akan datang. Sehingga tidak mengalami
konsumsi energi yang berlebihan. Namun, betapa memprihatinkan mengingat laju kehilangan hutan di
Indonesia yang seharusnya menurun justru meningkat setiap tahunnya.Menurut data laboratorium Global
Land Analysis and Discovery (GLAD) dari Universitas Maryland, menunjukan bahwa kehilangan tutupan
pohon di Indonesia tetap tinggi antara tahun 2001 dan 2015.Hal ini menunjukan bahwa peradaban bergerak
maju sejalan dengan perkembangan IPTEK, sedangkan kualitas lingkungan hidup dan keseimbagan serta
daya dukung ekologis dan ekosistem sebaliknya. Faktor inilah yang menimbulkan berbagai kerusakan
lingkungan hidup, salah satu kejadian yang berdampak paling signifikan adalah kebakaran hutan.
Dampak kebakaran yang sangat dirasakan manusia berupa kerugian ekonomis yaitu hilangnya manfaat
dari potensi hutan seperti kebutuhan akan bahan bangunan,bahan makanan, dan obat-obatan, serta satwa
untuk memenuhi kebutuhan akan protein hewani dan rekreasi. Kerugian yang langsung dirasakan adalah tidak
tersedianya udara bersih yang dihasilkan vegetasi hutan. Mengabaikan hal ini, persoalan pertumbuhan
pendududuk di Indonesia semakin meningkat yang menyebabkan peningkatan permnitaan kebutuhan akan
kertas.
Bahan baku kertas adalah kayu berasal dari pohon. Pabrik kertas harus menebang pohon dengan jenis
kualitas tertentu untuk menghasilkan kertas. Semakin banyak jumlah penduduk maka kebutuhan akan kertas
semakin meningkat dan semakin banyak pohon yang akan ditebang. Jika pembuatan kertas terus dilakukan
tanpa terkendali, itu sama saja dengan mengurangi pasokan oksigen yang sangat diperlukan demi
kelangsungan hidup kitadan malah menjadikan hutan sebagai racun, yaitu kertas. Disamping asal bahan baku
kertas dari pohonnya ternyata proses pembuatan kertas membutuhkan banyak energi dan bahan-bahan kimia
berbahaya.
Maka dari itu, dari kasus diatas maka perlu diadakan pelestarian atau konservasi dan penggunaan secara
arif. Seperti apa yang sudah dideklarasiakan oleh UNNES pada tahun 2010, ingin menjadikan diri sebagai
Universitas Konservasi. Hal ini memunculkan konsekuensi untuk berkomitmen dalam menjaga alam sekitar
beserta flora dan fauna yang ada di dalamnya, diantaranya melalui reboisasi atau penghijauan di berbagai
tempat terutama lahan kosong dan bukit yang gundul, pengelolaan sampah, dan upaya mewujudkan gerakan
Go Paperless.
2. Konservasi Pengelolaan Nirkertas
Nirkertas berasal dari dua kata yaitu nir dan kertas. Nir artinya tanpa atau tidak memakai. Jadi Nirkertas
adalah tanpa atau tidak menggunakan kertas.
Nirkertas merupakan upaya mengurangi atau meminimalisir produksi dan penggunaan kertas. Ini
merupakan upaya yang sedehana dan memiliki tujuan dan manfaat untuk mencegah masalah konsumsi
kebutuhan akan kertas yang berlebih yang menimbulkan dampak besar yaitu, Global Warming, pengurangan
pasokan udara yang bersih bagi mahluk hidup, dan pencemaran udara yang melampaui batas yang dapat
ditangani oleh manusia.
Bentuk penanggulangan masalah lingkungan sebenarnya telah disampaikan oleh para aktifis pecinta
lingkungan dalam koonsep 3R yaitu, Reduce, Reuse, Recycle. Mengikuti perkembangan IPTEK konsep 3R
berkembang menjadi konsep 4R yaitu, Reduce, Reuse, Recycle, Replace. Reduce artinya mengurangi
penggunaan, Reuse artinya menggunakan kembali, Recycle berarti kegiatan mengolah kembali, sedangkan
Replace berarti kegiatan mengganti bahan baku pembuatan yang aman dan terbarukan sekaligus ramah
lingkungan. Oleh sebab itu, budaya Paperless merupakan wujud pengaplikasian dari dua konsep 4R yakni,
Reduce dan Replace.
Budaya Go Paperless memiliki manfaat yang besar bagi diri sendiri, orang lain dan lingkungan sekitar,
bagi lingkungan sekitar sudah pasti membantu kelestarian hutan, degradasi hutan, deforestasi hutan di
Indonesia. Degradasi hutan adalah pengalihan hutan menjadi lahan pertanian atau pemukiman penduduk
atau pengurangan tajuk pohon di bawah ambang batas minimum 10% untuk jangka panjang dengan tinggi
pohon minimum 5 meter. (Insitu) dan area minimum 0.5 hektare (sumber : FAO). Sementara deforestasi
adalah kegiatan penebangan hutan atau penggundulan hutan. Manfaat lainnya dari budaya Go Paperless
terutama untuk manusia sendiri yakni, dari segi finansial dapat menekan biaya produksi suatu industri,
menambah jumlah pasokan udara yang bersih untuk masa depan, mengurangi polusi, mencegah terjadinya
Global Warming.
Budaya Go Paperless telah mengangkat isu penghematan kertas bahkan tidak menggunakan kertas
sama sekali, sehingga dapat menekan biaya administrasi. Namun dalam usaha penanaman karakter
paperless dengan berjiwa konservasi dan tentulah harus didukung oleh piranti-piranti teknologi informasi yang
memadai. Misalnya, hotspot bagi mahasisawa yang memerlukan komputer, laptop, handphone, dan lain-lain.
Di Indonesia, beberapa media massa mulai menyediakan Koran digital atau e-paper. misalnya kompas,
republika, tempo, dan lain-lain.Paperless terbagi menjadi dua bentuk yaitu, paperless office dan paperless
administrasi. Dalam pemakaiannya harus memperhatikan mengenai paperless office system untuk pekerjaan
perkantoran. Antara lain sebagai berikut :
1. Faktor sumber daya manusia (pengguna). Dalam hal ini pengguna paperless office system yaitu
masyarakat yang sudah faham terhadap teknologi dan informasi.
2. Faktor Dokumen
3. Faktor sistem aplikasi. Aplikasi yang digunakan harus mengedepankan pada keamanan data dan
kemudahan dalam pemakaian.
4. Faktor sosialisasi. Individu yang mengetahui paperless office harus mengenalkan sistem yang akan
dipakai kepada khalayak umum.
5. Faktor sarana pendukung. Misalnya, kebijakan perusahaan pengembang sistem, hardware,
infrastruktur jaringan, SDM tenaga bantu, dana, forum komunikasi, dan lain-lain.
6. Faktor Komunikasi. Penjelasan tentang bagaimana penggunaan paperless officesystem oleh seorang
visioner.
3. Go Paperless sebagai Tameng Konservasi Hutan
Gerakan Paperless merupakan istilah yang tidak asing lagi bagi kita, yaitu suatu kegiatan yang bertujuan
mengurangi pemakaian kertas atau sejenisnya, bukan meniadakannya sama sekali. Mengurangi pemakaian
kertas di Indonesia merupakan sebuah tindakan yang sulit mengingat kebutuhan Indonesia akan kertas yang
semakin meningkat tiap tahunnya, sebagian aktivitas masyarakat tidak bisa dilepaskan dari kertas, seperti
buku atau majalah, layanan administrasi, bungkus makanan, dan yang sangat boros adalah tisu.
Besarnya permintaan produk (kertas) di pasaran yang membengkak tidak dapat mencukupi kebutuhan
kayu sebagai bahan baku utamanya, Keadaan tersebut memicu munculnya oraktik illegal logging untuk
mencukupi kebutuhan industri demi memperoleh keuntungan sebesar-besarnya.
Gerakan Paperless merupakan aktivitas sederhana tetapi perlu mendapat perhatian dari masyarakat,
karena yang dibutuhkan adalah membangun kesadaran untuk membiasakannya. Banyak masyarakat yang
kurang peduli ataupun tidak tahu sama sekali bahwa kertas yang mereka pakai turut andil menyumbang dalam
kegiatan deforestasi. Padahal satu pohon bisa untuk menghidupi 3 orang secara gratis. Namun demikian, hal
tersebut tidak berarti apabila hanya sebagai renungan semata.
Banyak cara sederhana untuk menanggulangi kerusakan hutan salah satunya adalah paperless, seperti
mengurangi pemakaian kertas dan tisu, menggunakan secara optimal dua sisi kertas, menghindari mencetak
dokumen dengan menggunakan softcopy, memaksimalkan media IT (Teknologi dan Informasi), menggunakan
kertas daur ulang, menyerahkan sampah kertas ke pemulung atau industri daur ulang, dan beralih
menggunakan sapu tangan atau handuk sebagai pengganti tisu, beralih pada layanan administrasi online dan
kegiatan belajar mengajar serta ujian berbasis online sebagai pengganti formulir administrasi dan buku mata
pelajaran yang berbasis kertas.
Perlu adanya peran dari semua pihak, meskipun melalui hal-hal yang sederhana dalam aktivitas
paperless. Tidak perlu menyalahkan ada yang saling menyalahkan yang terpenting adalah kesadaran dan
peran nyata kita terhadap konservasi pohon di hutan itu sendiri karena semua itu merupakan tanggung jawab
yang kita pikul bersama. Dengan demikian upaya konservasi hutan sekaligus melestarikan semua biodiveritas
yang ada didalamnya dapat berjalan dengan progressive.
Pemerintah sendiri telah dengan gencar mengupayakan prinsip go paperless di kehidupan rakyat
indonesia di banyak daerah. Meskipun begitu, dalam usaha mewujudkan paperless tentulah harus ada rasa
kesadaran sendiri dari diri kita sendiri sebagai warga negara indonesia. Oleh karena itu, diperlukan peran aktif
dari semua pihak walaupun melalui hal-hal yang kecil dan sederhana.
Sebagai masyarakat yang baik, kita tidak boleh acuh terhadap lingkungan sekitar. Kita dituntut untuk bijak
dalam melakukan segala hal, apalagi yang berhubungan langsung dengan alam sekitar. Sebagai contohnya
kegiatan nirkertas. Seperti halnya Paperless. Di UNNES sendiri sudah menerapkan kegiatan ini, dimulai dari
pengisian KRS dan pengumuman HRS dilakukan secara online. Hal ini merupakan hal positif yang perlu kita
contoh.
4. DAFTAR PUSTAKA
Retnoningsih, Amin. dkk. 2018. Pendidikan Konservasi.Semarang : UNNES PRESS.
Ratnaningsih, Dewi. 2018. Persepsi dan Personalitas Aplikasi Sistem Teknologi Informasi Nir-
Kertas. http://ojs.uajy.ac.id/index.php/modus/article/view/1707/1187. Diakses pada 21
September 2019 pukul 21:09:56 WIB.
Syahid, Muhammad. 2019. Konservasi Terkait Pengelolaan Limbah dan Nirkertas.
https://blog.unnes.ac.id/jetak/2015/11/19/konservasi-terkait-pengelolaan-limbah-dan-
nirkertas/. Diakses pada 21 September 2019 pukul 21:49:36 WIB.
Arifin, Nurul. 2018. Bagaimana Hutan Indonesia Sebagai Paru-Paru Dunia di Masa Depan ?.
https://www.goodnewsfromindonesia.id/2018/01/12/bagaimana-hutan-indonesia-sebagai-
paru-paru-dunia-di-masa-depan/. Diakses pada 21 September 2019 pukul 22:19:32 WIB.