Acara diskusi dan bedah buku 'Diplomasi Publik' ini membahas peran masyarakat khususnya pemuda dalam diplomasi publik Indonesia. Mahasiswa dapat mendukung kebijakan Indonesia di luar negeri dan meningkatkan soft power melalui literasi media sosial untuk mencegah radikalisme. Diplomasi publik juga penting dalam menarik dukungan internasional, termasuk saat negara menghadapi krisis.
2. Rundown Acara
No. Waktu Durasi Kegiatan Kegiatan Division PIC
1
08.30 -
09.40
1 Jam
10
Menit
Registrasi
Peserta memasuki area acara untuk
melakukan registrasi
Tim Registrasi
Monica Prisiliany,
Rossi Amelia, Devina,
Mazaya, Bella
2
09.30 -
09.35
5 menit Opening Opening MC TBA
3
09.35 -
10.00
25
menit
Ulasan Buku
Penjelasan buku "Diplomasi Publik"
oleh Pak Busyra
Tim Acara
(Elen Zetni)
Elen Zetni dan Monika
Hardy
4
10.00 -
10.10
10
menit
Review Buku
Review buku oleh Pak Indra
Kusumawardhana
Tim Acara
(Elen Zetni)
Elen Zetni dan Monika
Hardy
5
10.10 -
10.20
10
menit
Sesi Tanya
Jawab
Sesi Tanya Jawab antara moderator dan
pembicara
Moderator Janita Jaya
6
10.20 -
10.30
10
menit
Sesi Tanya
Jawab
Sesi Tanya Jawab yang diakhiri dengan
penutupan acara
Moderator Janita Jaya
7
10.30 -
10.40
10
menit
Loading Kursi Seluruh Panitia
3. Opening (2 menit)
Terima kasih MC…
Ass.Wr.Wb., Selamat pagi dan salam sejahtera untuk kita semua.
Perkenalkan saya, Janita Jaya, saya adalah Asisten Dosen di LSPR-Jakarta
yang pada pagi hari ini akan menjadi moderator dalam acara diskusi dan
bedah buku ‘Diplomasi Publik: Caatatan, Inspirasi dan Harapan’. Tema
diskusi kita hari ini adalah ‘The Role of Society in Public Diplomacy’ yang
akan kita ulas lebih dalam forum ini.
Dalam diskusi kali ini kita berkesempatan untuk berdiskusi langsung
dengan pembicara-pembicara yang pastinya sudah tidak asing lagi
dengan bidang publik diplomasi publik dan pastinya juga dalam
hubungan internasional.
Pada pagi hari ini kita kedatangan pembicara yang istimewa yaitu…
4. Al Busyra Basnur
Jabatan: Sekretaris Direktorat Jenderal Informasi dan Diplomasi Publik (Jan 2018-sekarang)
Lahir di Payakumbuh, Sumatra Barat, 1960
LL.M – Universitas Santo Tomas, Manila, Filipina
SH – Universitas Andalas, Padang
Direktur Diplomasi Publik (September 2013 – Januari 2018)
Indra Kusumawardhana
Mengajar International Organization di LSPR-Jakarta
Doctoral candidate – Universitas Padjajaran, Bandung, Dissertation: “The Influence of UNESCO’s
Educational Agenda on Indonesia’s Educational Policy Formulation”
Lahir di Surabaya, Mei 1986
S.Hum – Sastra Inggris, Universitas Airlangga
M.Hub.Int - Globalization and Strategy (IR), Universitas Airlangga
5. Pertanyaan untuk panelis mengenai buku dan diplomasi publik
(20-30 menit)
Peran mahasiswa Indonesia dan Asing sangat penting untuk diplomasi publik,
bagaimanakah peran yang dapat dilakukan oleh mahasiswa Indonesia di luar negeri untuk
mendukung kegiatan diplomasi publik khususnya yang diinisiasi oleh Kemlu?
Bagaimanakah sepak terjang mahasiswa yang pernah magang di Kementerian Luar Negeri
saat ini dan peran mereka dalam mendukung diplomasi publik Indonesia setelahnya?
Melalui diplomasi publik, khususnya melalui pemberian beasiswa untuk mahasiswa
internasional seperti BSBI atau Darmasiswa, di samping membentuk duta Indonesia di luar
negeri, apakah pemerintah Indonesia juga berusaha untuk menarik tenaga ahli muda dari
luar negeri untuk berkarir di Indonesia?
Terkait dengan pembuatan BDF Chapter Tunis, apakah saat ini usaha peningkatan
demokrasi di kedua negara sudah terlihat hasilnya, khususnya dalam peningkatan postur
Indonesia sebagai negara dengan komunitas mayoritas Islam moderat?
6. Mengutip dari pernyataan Pak Fachir (Wamenlu) di Bab 6, selain local wisdom, pemuda/i
Indonesia diharapkan menjadi ujung tombak dalam menghadapi radikalisme, ekstremisme
dan terorisme khususnya melalui penggunaan media sosial. Apakah usaha-usaha yang
dilakukan oleh Kemlu saat ini dalam memperkuat kapasitas anak muda Indonesia dalam
pencegahan radikalisme dan ektremisme?
Di dalam buku ini (Bab 25), Bapak menjelaskan pentingnya pemuda sebagai non-state actor
dalam diplomasi publik khususnya untuk kemajuan Indonesia dan pembangunan bangsa.
Salah satunya melalui literasi media sosial, di mana anak muda harus melek informasi dan
media sehingga tidak menyebarkan ujaran kebencian yang dapat memecah belah bangsa,
namun tentunya proses ini butuh waktu yang cukup signifikan. Bagaimana Bapak akan
menanggapi kritik dari kelompok yang skeptis terhadap soft power bahwa PVE (prevention
of violent extremism) akan lebih efektif dan lebih cepat dengan usaha hard power seperti
pemberian sanksi dan pembatasan media?
Sebagai pertanyaan penutup, dalam menjalankan tugasnya untuk mencari teman di dalam
dan luar negeri untuk mendukung kebijakan Indonesia, bagaimanakah peran diplomasi
publik, khususnya Direktorat Diplik Kemlu, apabila negara dalam keadaan krisis? Apakah ada
pengalaman yang pernah terjadi sebelumnya?
7. Diplomasi Publik berperan penting dalam meningkatkan dukungan untuk kebijakan
Indonesia, di mana masyarakat khususnya pemuda/i, pelajar, dan mahasiswa dapat turut
serta untuk menyukseskan usaha diplomasi publik—bahkan juga dalam usaha pencegahan
ekstremisme kekerasan
Summary & Conclusion
8. Penutup
Demikianlah diskusi kita pada siang hari ini.
Saya, atas nama panitia acara diskusi dan bedah buku dalam rangkaian
acara LSPR Communication Festival 2018 mengucapkan terima kasih kepada
para pembicara karena telah berbagi ilmu kepada kita semua hari ini.
Saya Janita, mengucapkan terima kasih atas perhatian teman-teman
mahasiswa dan hadirin semua, mohon maaf apabila ada kata-kata yang
kurang berkenan di hati.
Akhir kata, selamat siang, Ass. Wr. Wb.
