5. BIKSU DILARANG IBADAH DI TANGERANG
Peristiwa terjadi pada Rabu (7/2) lalu, berawal dari adanya penolakan warga
Desa Babat, Kecamatan Legok. Warga menolak rencana kegiatan kebaktian umat
Budha dengan melakukan tebar ikan di lokasi danau bekas galian pasir di Kampung
Kebon Baru, Desa Babat.
Masyarakat juga sempat tidak menerima kehadiran Mulyanto Nurhalim
selaku biksu di kampung tersebut. Warga resah karena menganggap biksu tersebut
akan mengajak orang lain untuk masuk agama Budha.
"Ada penolakan dari masyarakat atas segala macam kegiatan keagamaan
serta perkumpulan umat Budha di kediaman Mulyanto Nurhalim alias Biksu/Bhante
karena rumah tersebut dihuni untuk tempat tinggal bukan dijadikan tempat
ibadah,"kata Kapolres Tangerang Selatan AKBP Fadli Widiyanto dalam
keterangannya kepada wartawan, Sabtu (10/2/2018).
6. APA YANG MEMBUAT WARGA GERAM?
Warga sempat mencurigai biksu tersebut melakukan ibadah dengan
mengundang jemaat dari luar. Namun, warga ternyata salah paham, karena yang
datang ke situ ternyata cuma memberi makan biksu saja.
"Di kediaman Biksu Mulyanto Nurhalim sering dikunjungi umat Budha dari
luar kecamatan Legok terutama pada hari Sabtu dan Minggu untuk memberikan
makan kepada Biksu dan minta didoakan, bukan melaksanakan kegiatan ibadah. Hal
ini dapat dimaklumi karena Biksu tidak boleh pegang uang dan beli makanan
sendiri," tuturnya.
Warga juga semula sempat memberi tenggang waktu kepada biksu untuk
meninggalkan kampung tersebut. "Biksu tersebut adalah warga asli Desa Babat dan
sudah memiliki KTP dan memiliki hak tinggal di Desa Babat," cetusnya
7. APA YANG DILAKUKAN PIHAK BERWAJIB?
Pihak kepolisian mengumpulkan masyarakat dan tokoh setempat. Sejumlah tokoh
agama diajak untuk bermusyawarah agar kejadian tersebut tidak menjadi isu yang
berkepanjangan dan semakin meluas.
Rapat dilaksanakan di ruang kerja Camat Legok di Jl Alun-alun Desa Caringin,
Kecamatan Legok, Kabupaten Tangerang pada Rabu (7/2) pukul 14.10 WIB. Rapat dihadiri 16
orang, di antaranya Kapolsek Legoj AKP Murodih, Camat Legok H Nurhalim, Ketua MUI Legoj
KH Odji Madroju, Kades Babat H Sukron Ma'mun, Romo Kartika toga umat Budha Jakarta.
Setelah musyawarah, polisi dan seluruh elemen masyarakat setempat memastikan
bahwa rumah Biksu Mulyanto bukan rumah ibadah seperti kecurigaan warga. Sementara
dalam musyawaraj itu disepakati agar Mukyanto tidak menyimpan ornamen yang
menimbulkan kecurigaan warga.
"Ornamen yang menyerupai kegiatan ibadah umat Budha, agar tidak mencolok dan
tidak menjadi bahan kecurigaan warga di singkirkan ke dalam rumah " tuturnya.
Fadli memastikan persoalan tersebut telah selesai. Warga pun meminta maaf atas
kesalah pahaman terhadap Mulyanto tersebut.
"Semua menyatakan permasalahan selesai dan saling menyadari kesalahan yang ada
kemudian saling memaafkan," tandasnya.