Dokumen tersebut membahas tentang hak cipta dan ketentuan pidana pelanggaran hak cipta berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014. Dokumen juga membahas ruang lingkup hak cipta, sanksi pidana bagi pelanggaran hak ekonomi ciptaan untuk penggunaan komersial, dan sanksi pidana bagi pelanggaran hak ekonomi pencipta tanpa izin untuk penggunaan komersial.
3. ii
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta
Lingkup Hak Cipta
Pasal 1
1. Hak Cipta adalah hak eksklusif pencipta yang timbul secara otomatis berdasarkan prinsip deklaratif
setelah suatu ciptaan diwujudkan dalam bentuk nyata tanpa mengurangi pembatasan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
Ketentuan Pidana
Pasal 113
1. Setiap Orang yang dengan tanpa hak melakukan pelanggaran hak ekonomi sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 9 ayat (1) huruf I untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan pidana penjara
paling lama 1 (satu) tahun dan / atau pidana denda paling banyak Rp. 100.000.000,00 (seratus juta
rupiah).
2. Setiap Orang yang dengan tanpa hak dan / atau tanpa izin Pencipta atau pemegang Hak Cipta
melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf
c, huruf d, huruf f, dan / atau huruf h untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan pidana
penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan / atau pidana denda paling banyak Rp. 500.000.000,00 (lima
ratus juta rupiah).
5. i
v
Hak Cipta pada Penulis.
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang :
dilarang mengutip atau memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku ini
tanpa izin tertulis dari penerbit.
ILMU MANAJEMEN
USAHATANI
Penulis:
W. Widyantara
Editor:
Jiwa atmaja
Cover & Ilustrasi:
Repro
Design & Lay Out:
I Wayan Madita
Diterbitkan oleh:
Udayana University Press
Kampus Universitas Udayana denpasar
Jl. P.B. Sudirman, denpasar - Bali telp. (0361) 255128
unudpress@gmail.com http://penerbit.unud.ac.id
Cetakan Pertama:
2018, viii + 101 hlm, 15 x 23 cm
ISBN: 978-602-294-292-4
6. S
PRAKATA
ebagai seorang ilmuwan sarjana pertanian diharapkan
memiliki ilmu di bidang pertanian, baik ilmu dasar
maupun ilmu terapan. Usahatani merupakan salah satu ilmu
terapan di bidang pertanian, yang dapat menuntun seorang
sarjanaagarmerekadapatmembuatperencanaandanmengambil
keputusan dari berbagai alternatif yang ada berdasarkan prinsip-
prinsip ekonomi.
Buku ilmu usahatani ini diharapkan dapat membantu
sarjana pertanian di dalam melakukan perencanan usahatani,
mengoprasikan usahatani, mengevaluasi usahatani dan pada
akhirnyadapatmengambilkeputusanjenisusahataniyangcocok
untuk dirinya dan masyarakat tani di sekitarnya. Buku ini sangat
mudah untuk dipelajarai, karena teorinya disajikan dengan
sederhana dan dilengkapi dengan contoh- contoh persoalan.
Kepada kolega yang telah membantu serta memberikan
semangat, motivasi kepada penulis, penulis ucapkan banyak
terima kasih, semoga budi baiknya dapat memperoleh karunia
dari Personalitas tuhan yang Mahaesa – Sri narayana. tentu
saja buku ini masih banyak kekurangannya, untuk itu penulis
mohon dimaklumi.
tidak lupa juga, terbitnya buku ini penulis dedikasikan
kepada cucu-cucu kami : Dewapratista Krisna, Cadra Madva, Darma
Satria dan Adi Kemara Wijaya.
terakhir, kepada semua para pembaca buku ini, penulis
ucapkan banyak terima kasih. Semoga buku ini ada manfaatnya.
denpasar, april 2018
Penulis,
v
7. DAFTAR ISI
PRaKata ............................................................................... v
daftar Isi ............................................................................... vi
BaB I P e n d a H U L U a n ........................................... 1
1.1 Definisi Usahatani ........................................................ 1
1.2 Macam Usahatani ........................................................ 3
BaB II IKLIM dan USaHatanI ..................................... 6
2.1 Iklim ............................................................................... 6
2.2 tanah ............................................................................ 8
2.3 Produktivitas lahan ...................................................... 9
2.4 Kemajuan Teknologi dan Faktor Alam .................... 10
BaB III tenaGa KeRJa .................................................... 12
3.1 Pentingnya tenaga Kerja ............................................ 12
3.2 Ciri- ciri tenaga Kerja Pertanian ............................... 12
3.3 Prestasi Kerja ................................................................ 13
3.4 Produktivitas Tenaga Kerja ........................................ 13
3.5 Efisiensi Tenaga Kerja ................................................. 14
3.6 Curahan tenaga Kerja ................................................. 15
3.7 Intensitas Tenaga Kerja ............................................... 15
BaB Iv MOdaL dan PeRaLatan ................................ 20
4.1 Pengertian Modal ......................................................... 20
4.2 Macam Modal............................................................... 21
4.3 Konsekuensi Penggunaan Modal dan Peralatan .... 22
4.4 Penyusutan ................................................................... 23
4.5 Modal Berupa Tanaman dan Ternak ........................ 24
vi
8. BaB v ManaGeMen USaHatanI ............................... 26
5.1 Masalah Manajemen Usahatani ................................. 26
5.2 Petani Sebagai Manajer ............................................... 27
BaB vI PenGeLOLaan MaSyUKan – InPUt ........... 32
6.1 HambatanPetani ............................................................. 32
6.2 Prinsip Optimasi Penggunaan Masukan
(input variable) ............................................................ 32
6.3 Efisiensi Penggunaan Masukan (input variable) ... 35
6.4 Cara Memperoleh Masukan........................................ 43
BaB vII ManaJeMen BIaya USaHatanI ................ 44
7.1 Definisi Biaya Usahatani ................................................ 44
7.2 Kaedah Ekonomis Penggunaan Ongkos Produksi ..... 46
7.3 Break Even (Titik Impas) ................................................ 48
7.4 Joint Cost (Biaya Bersama) .............................................. 51
BaB vIII ManaJeMen PeneRIMaan dan PendaPatan
USaHatanI............................................ 53
8.1 Upaya Meningkatkan Produksi ................................. 53
8.2 Maksimisasi Penerimaan ............................................ 53
8.3 Hubungan elastisitas Permintaan,
Harga dan Marjinal Revenue (MR) ........................... 54
8.4 Penerimaan dan Pola Diversifikasi ........................... 56
8.5 Sistem Penjualan Hasil ................................................ 57
8.6 Pendapatan Usahatani ................................................ 59
8.7 Posisi Tawar .................................................................. 61
8.8 Input - Output Ratio .................................................... 63
BaB IX ManaJeMen RISIKO USaHatanI ................. 64
9.1 Pengertian Risiko ......................................................... 64
9.2 Menghitung Risiko ...................................................... 68
9.3 Mitigasi Risiko............................................................... 70
vii
9. BaB X aMBanG eKOnOMI OPt USaHatanI .......... 75
10.1 Pengertian ambang ekonomi .................................... 75
10.2
10.3
aras Luka ekonomik (aLe) dan Kerusakan
ekonomik (ae) .............................................................
Menghitung Penurunan Hasil akibat
Serangan HPt ...............................................................
76
80
10.4 Ambang Pendapatan ................................................... 82
BaBXI USaHatanI KOMeRSIaL .................................. 83
11.1. Pengertian Komersial .................................................. 83
11.2 KendalaPetaniUntukKomersial.............................. 83
11.3 Efisiensi dengan Pengendalian Input ....................... 84
11.4 Efisiensi dengan Pengendalian Output ..................... 86
11.5 Pengendalian Harga Jual Produk .............................. 87
11.6 Usahatani Komersial dan Pertanian
Berkelanjutan ................................................................ 90
BaB XII KeMItRaan USaHatanI ................................ 91
12.1 Definisi Kemitraan ....................................................... 91
12.2 tujuan Kemitraan ........................................................ 91
12.3 Model Kemitraan Usahatani ...................................... 92
12.4 Manfaat Kemitraan ...................................................... 93
BaB XIII PeRenCanaan USaHatanI ........................ 95
13.1 PengertianPerencanaanUsahatani ........................... 95
13.2 tujuan Perencanaan Usahatani ................................. 95
13.3. Manfaat Perencanaan .................................................. 96
13.4 Penyusun Perencanaan Usahatani ............................ 96
13.5 Faktor yang Mesti Diperhatikan oleh Petani ........... 96
DAFTAR PUSTAKA .............................................................. 99
viii
10. BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Definisi Usahatani
Ilmu Usahatani merupakan ilmu yang mempelajari cara-
carabagaimanapetanimerencakan,mengalokasikanberbagai
faktor produksi seperti lahan, saprodi, modal dan memilih
jenis tanaman yang diusahakan agar usahatani itu efektif, efisien
sehinggadapatmenghasilkanpendapatanyangmaksimal.vink
memberikan definisi usahatani sebagai ilmu yang mempelajari
norma norma yang diterapkan untuk mengatur usahatani agar
memperoleh pendapatan yang setinggi-tingginya. Pendapatan
yang dimaksud adalah laba, yaitu nilai penerimaan dikurangi
biaya biaya yang habis dipakai atau dikeluar kan dalam proses
produksi.
Beberapa ahli lainnya memberikan definisi usaha tani antara
lain: Menurut Rivai, usahatani adalah organisasi dari alam atau
tanah, tenaga kerja, dan modal yang ditujukan kepada produksi
di lapangan perta nian.
Menurut daniel, usahatani adalah ilmu yang mempelajari
cara-cara petani mengoperasikan, mengorganisir berbagai faktor
produksi (lahan, tenaga kerja dan modal), agar memberikan
hasil yang maksimal dan kontinyu. Efferson menyatakan bahwa
ilmu yang mempelajari cara menggorganisir, mengoperasikan
unit usahatani dari sudut pandang efisiensi agar memperoleh
pendapatanmaksimum.Prawirokusumo(1990),yangmengatakan
ilmu terapan yang fokus mempelajari penggunaan sumber daya
(sda dan sdm) secara efisien pada suatu usahatani.
Mosher, mengatakan usahatani adalah bagian dari
permukaan bumi dimana orang mengusahakan berbagai macam
1
11. tanaman dan ternak. Anwas Adiwilaga (1975), menulis bahwa
ilmu usahatani adalah ilmu yang menyelidiki segala sesuatu
yang berhubungan dengan kegiatan orang melakukan pertanian
dan masalahnya ditinjau secara khusus dari kedudukan
pengusahanya sendiri.
Berdasarkan penjelasan para ahli, usahatani dapat diartikan
sebagai kegiatan petani dalam mengelola usahataninya mulai
dari persiapan lahan, mengop- timalkan faktor produksi, panen
dan melakukan penjualan, agar hasil yang diperoleh cukup
untuk dikonsumsi dan atau dijual supaya dia memperoleh harga
dan pendapatan yang maksimum. FAO (1961) memberikan
definisi manajemen usahatani, merupakan suatu ilmu yang
mempelajari penggunaan secara efisien sumber-sumber
yang terbatas, yaitu tanah, tenaga kerja dan modal untuk
memperoleh produksi dan pendapatan yang tertinggi. Upaya
kegiatan untuk menggunakan keterampilan, keahliannya dalam
mengorganisir faktor produksi (lahan, tenaga kerja, dan modal)
serta mengoperasikannya dalam proses produksi dan menjual
dengan tingkat harga yang menguntungkan merupakan kegiatan
manajemen usahatani.
Usahatani dapat dipandang sebagai suatu sistem, yang di
dalamnya terlibat berbagai subsistem:
(1) Subsistem penggunaan lahan (land usesyatem)
(2) Subsistem produksi (production system)
(3) Subsistem rumah tangga (farm household system)
(4) Subsistem penjualan (selling system)
Ilmu yang mendukung usahatani, adalah :
(1) Budidaya tanaman
(2) Matematika ekonomi
(3) Manajemen
(4) Statistik
(5) ekonomi.
2
12. Gambaran umum usahatani dapat dibagankan seperti berikut,
lihat gambar dibawah ini.
1.2 Macam Usahatani
a. Menurut tanaman yang diusahakan:
Usahatani monokultur: dalam sebidang lahan menanam
satu jenis tanaman.
Usahatani diversifikasi : dalam sebidang lahan menanam
lebih dari satu jenis tanaman atau ternak.
b. Menurut perkembangannya:
Usahatani subsisten: Usahatani yang hasilnya hanya
untuk dikonsumsi oleh petani dan keluarganya. Menggunakan
teknologi tradisional – yang diturunkan oleh nenek moyangnya,
menggunakan tenaga kerja keluarga.
Usahatani Komersial : hasilnya sebagian besar untuk
dijual memenuhi kebutuhan pasar, menggunakan teknologi
modern, menggunakan tenaga kerja sewaan. Menggunakan
input modern.
3
Management
Bibit
Serat
1. Energi
2. Air
Benih
Bunga
3. Modal
1. Bibit
2. Pupuk
3. Pestisida
4. Peralatan
4. T. kerja
5. Tanah
Usahatani
Faktor Produksi
Umbi
Biji
Daun
Buah
Kayu
Output
Subsisten
Komersial
13. Petani
tradisional
Petani
Maju
Unsur-unsur yang mempengaruhi perilaku petani :
Ket :
: tradisi masyarakat
: alam/cuaca
: kebutuhan pokok
: ekonomi
c. Menurut pola:
Usahatani khusus ; hanya mengusahakan satu jenis
tanaman, misalnya padi atau kedele.
Usahatani Campuran: mengusahakan lebih dari satu jenis
tanaman, tetapi tidak ada batas yang jelas. ada pisang, ada kakao,
ada kelapa
Usahatani tumpang sari : mengusahakan lebih dari satu
tanaman dengan batas-batas yang jelas antara satu tanaman
dengan tanaman yang lainnya. Pada satu sisi ada jagung dan
pada sisi yang lain ada kacang tanah.
Usahatani dapat dilakukan oleh : individu, kelompok/
organisasai, pemerintah dan perusahan (firma).
4
14. Perkembangan usahatani
Uraian
Usahatani Keluar ga/swasembada
Usahatani
komersial
Perusahan
pertanian
semi
Tujuan
1.Cara hidup
2.Tenaga kerja
keluarga
Cara hidup
Tenaga kerja
keluarga
Mencari laba
Tk keluarga
sebagai
Pembina
Mencari
rentabilitas
Tenaga sewaan
3.Produk untuk
konsumsi
Untuk keluarga
+ sebagian
dijual
Produk
dipasarkan
+sbgn untuk
keluarga
Produk dipasarkan
Hubungan
luar
Tertutup
Setengan
tertutup Terbuka
Terbuka
Pengelola
Petani sendiri
Tenaga DK dan
sewaan Orang luar +
keluarga
Orang luar/sewaan
Sifat hasil
Konsumtip
Konsumtif +
komersial
Komersial
Komersial
Unsur luar
Hub.dengan
rumah tangga
Berdikari
Tidak terpisah
Setengah
berdikari
Tidak terpisah Unsur luar
banyak
Unsurluar
dominan
Terpisah
Perhitungan
hasil Belum komesial
Setengah
ekonomis
Tidak terpisah
Komersioal
Komersial
Sumber, tohir (1983)
5
15. P
BAB II
IKLIM DAN LAHAN USAHATANI
ertanian sangat erat dengan alam, karena pertanian
diusahakan di atas permukaan bumi. alam sangat
mempengaruhi usahatani oleh karena itu usahatani harus
dilakukan sesuai dengan ritme iklim, hanya pada batas- batas
tertentusajausahatani dapatdilakukan denganmenentangalam.
Faktor alam yang berpengaruh, yaitu dalam bentuk Iklim, curah
hujan,radiasaimataharidantofograpi,yangpadaujungnyaakan
mempengaruhi kondisi lahan, jenis tanaman yang cocokuntuk
diusahakan serta teknologi yang digunakan.
2.1 Faktor Iklim
Iklim menentukan jenis tanaman dan teknologi yang
cocok untuk diusahakan atau digunakan, agar usahatani itu
dapat memberikan produksi dan manfaat yang lebih baik. di
wilayahRepublikIndonesia pengaruhiklim yang sangatekstrim
dalam bentuk adanya musim hujan dan musim kemarau,
yang berpengaruh terhadap ketersediaan air bagi tanaman.
Pada keadaan tertentu pada musim kemarau produksi lebih
tinggi dibanding produksi pada musim hujan. Kadang kadang
sebaliknya.
Unsur iklim terdiri atas: curah hujan dan air, radiasi
matahari (suhu), tofografi, angin dan kelembaban udara.Iklim
atau musim ini mempengaruhi pertumbuhan vegetative dan
generative tanaman. Kapan mulai berbunga, berbuah, kapan
mulai berumbi, kapan mulai menanam. Khususnya hujan,
sangat mempengaruhi ketersediaan air. Pada musim kering yang
berkepanjangan dapat menjebabkan kekeringan (kekurangan
6
16. air), tanah menjadi merekah berlubang-lubang. di beberapa
daerah di Indonesia hal ini kerap terjadi hampir pada setiap
tahun. Iklim juga berpengaruh terhadap pola tanam, misalnya
pola: padi - padi – palawija, atau bisa palawija – palawija – padi.
Secara singkat iklim Indonesia berpengaruh besar atas :
1. Jenis tanaman
2. teknik bercocok tanam
3. Hama dan penyakit
4. Kuantitas dan kualitas hasil
5. tatanan pekarangan
6. Pergiliran atau rotasi pertanaman
Keberadaan pengaruh iklim di daerah pedesaan, misalnya
di Bali dan Jawa diantisipasi dengan mengikuti Pranata Mangsa
(mangsa = iklim), yang memunculkan hari baik (dewase Ayu) dan
hari buruk untuk menanam tanaman. Menurut tohir (1983),
Pranata Mangsa terdiri atas:
1. Kaso (22 Juni – 1 agustus)
2. Karo (2 agustus –26 agustus)
3. Katigo (26 agustus – 19 September)
4. Kapat (19 Sepetember – 13 Oktober)
5. Kelima (13 Oktober – 9 november)
6. Keenam (9 nopember – 20 desember)
7. Kapitu (20 Desember – 3Februari)
8. Kawulu (3 Februari – 1Maret)
9. Kasango (1 Maret –16 Maret)
10. Kadaso (16 Maret – 19 april)
11. Kadesta( 19 april – 12 Mei)
12. KaSadha (12Mei – 22 Juni)
di Bali nama-nama ini dikenal dengan nama sasih (bulan).
Kurang lebih dimulai dari pertengahan bulan dan berakhir pada
7
17. pertengahan bulan berikutnya. Satu hari setelah tilem (bulan mati)
sampai bulan mati berikutnya. Sasih mana boleh mulai nanam
padi, dan sebagainya. Keadaan iklim yang menyebabkan adanya
spesialisasi usahatani.
2.2 Tanah
alam (baca iklim) juga berpengaruh tergadap jenis dan
kesuburan tanah. Itulah sebabnya kesuburan tanah sangat
bervariasiantaradaerah.tanahmerupakanfaktoryang istimewa-
penting karena tanah atau lahan merupakan tempat tumbuhnya
tanaman atau pun ternak dan sumber unsur hara. Sehingga tanah
menentukan jenis tanaman ataupun ternak yang diusahakan.
Keistimewaan lainnya, tanah merupakan karunia tuhan
untuk tempat hidup, tidak dapat dipindahkan, tidak dapat
diperbanyak. Oleh karena itu, tanah merupakan faktor yang
paling penting dan mempunyai nilai yang paling tinggi. Jenis
tanaman yang cocok pada tanah berpasir berbeda dengan jenis
tanaman yang cocok pada tanah liat. demikian pula tanaman
di daerah pegunungan dengan di daerah pantai. Misalnya, jenis
sayuran di dataran tinggi berbeda dengan jenis sayuran yang
dapat tumbuh di dataran rendah. namun, ada jenis sayuran
yang cocok ditanam pada kedua daerah dataran tinggi maupun
dataran rendah.
Tanah garapan petani dapat diperoleh melalui :
1. Warisan atau hibah dari orangtua
2. Menggunakan sistem nyakap/bagi hasil.
3. Melalui sistem sewa/kontrak (biasanya dilakukan oleh
petani maju/komersial).
4. Dengan membeli, sekarang hal ini jarang dapatdilakukan
oleh petani.
5. diberikan oleh Pemerintah lewat program transmigrasi
atau lewat program landreform (redistribusitanah).
8
18. Kepemilikan atau penguasaan lahan pertanian di Indonesia
sempit. Lahan sawah untuk petani di Jawa dan luar jawa masing-
masing <0.25 ha.dan < 0.50ha. Sedangkanluasgarapansawah dan
tegalan, petani Jawa dan luar jawa masing-masing < 0.50 ha, dan
1.00ha.Semakinbertambahanyajumlahpenduduk,memerlukan
tempat tinggal - permukiman, memerlukan lapangan pekerjaan,
dan memerlukan bahan makan, yang menyebabkan lahan
pertanian beralih fungsi, dari lahan pertanian menjadi lahan
nonpertanian. diperkirakan dewasa ini untuk Bali dan Jawa alih
fungsi lahan mencapai 1.000 hektar per tahun. Sehingga lahan
usahatani semakin sempit dan bisa menjadi pembatas usahatani.
Jika lahan ini tidak ditangani dengan baik produktivitasnya akan
semakin menurun.
Menurut penggunaan tanah, lahan dapat dibedakan
menjadi :
a. Lahansawah,biasanyadigunakanuntuktanamanpenghasil
pangan biji-bijian, untuk pangan keluarga. Misalnya, padi,
kedele, kacang hijau, jagung,dll.
b. Lahan kebun, untuk tanaman tahunan dan hortikultural,
kelapa, kakao, pisang, mangga, dll. Perkebunan rakyat
mempunyai ciri-cirri: lahan terbatas, bentuk usaha kecil,
sumber tenaga kerja keluarga, padat karya.
c. Lahan tegalan/ladang, ini lahan untuk ternak dan pakan
ternak.
d. Pekarangan, merupakan lahan yang paling dekat dengan
petani dan keluarganya. Umumnnya, tanaman yang
diusahakan kelapa, ternak, tanaman bumbu, dan tanaman
hias lainnya.
2.3 Produktivitas lahan
Produktivitas lahan adalah kemampuan lahan untuk
berproduksi (National Academy of Sciences, 1975). Definisi ini
bukan hanya untuk lahan, tetapi juga untuk faktor produksi
lainnya termasuk untuk sektor peternakan. Produktivitas lahan
9
19. dihitung dari kemampuan persatuan lahan garapan untuk
menghasilkan produk, yang biasanya diukur dalam satuan ton/
ha. Misalnya, produktivitas sawah 6 ton /hektar, yaitu dengan
membagi produksi dengan luasgarapan.
Produktivitas = produksi pisik / luas garapan : per
periode produksi. Misalnya, 6 ton gabah/ha/musim. tohir (1983)
mengatakan, produkstivitas lahan dipengaruhi oleh faktor :
1. Jenis tanah;
2. penggunaan lahan (sawah/tegalan/pekarangan);
3. tofografi (tingginya dari permukaan laut);
4. harga hasil bumi;
5. kemiringan tanah;
6. kondisi pengairan;
7. sarana perhubungan.
2.4 Kemanjuan Teknologi dan Faktor Tanah
dengan berkembangnya teknologi, pada batas-batas
tertentu manusia dapat menguasai keadaan tanah sehingga dapat
membudidayakan tanaman dengan baik. Misalnya, usahatani
dapat dilakukan di tanah yang kurang subur, misalnya: lahan
berpasir, lahan gambut, lahan pasang surut. demikian pula
teknologi telah berkembang, menemukan jenis tanaman yang
cocok untuk daerah-daerah tertentu. Padi Gogo rancah cocok
ditanam untuk daerah yang kekurangan air atau sawah tadah
hujan. Pada daerah-daerah yang kurang air, airnya disediakan
lewat membangun embung, empang atau situ.
telah ditemukan varitas-varitas baru yang tahan terhadap
suatu penyakit atau pun yang mempunyai produktivitas yang
lebih tinggi. Juga tetah ditemukan teknologi untuk memperbaiki
kesuburan tanah, sehingga pada daerah gambut dapat dicetak
persawahan untuk tanaman padi. dalam tradisi kuno pertanian
hanyatergantungkepadatanahdansapi.Limbah (padat dancair)
sapi dapat menjaga kesuburan tanah. dengan mengembangkan
10
20. revolusi hijau untuk meningkatkan produktivitas, tanpa disadari
fungsi sapi diganti dengan traktor. ditambah dengan intensifnya
penggunaanpupukkimia(anorganik),kadarBO(bahanorganik)
tanah menjadi sangat rendah. Untuk Bali dan Jawa kadar BO
tanah telah mencapai kondisi yang memperihatikan, lebih
rendahdari1(<1).RendahnyaBOtanahmenyebabkankenaikan
produksisemakinmelandai. Malah tidak ada kenaikan produksi.
Sehingga nilai bervariasi antardaerah. nilai tanah (Ht) dihitung
dengan rumus Taylor :
Ht = a/r di sini a nilai hasil bersih, r suku bunga
11
21. BAB III
TENAGA KERJA
3.1 Pentingnya Tenaga Kerja
tenaga kerja merupakan faktor yang sangat sentral
dalam usahatani, baik pada usahatani subsisten maupun
dalam usahatani komersial. tanaga kerja keluarga (petani dan
anggota keluarga) dalam usahatani subsisten sangat penting.
Jika tenaga kerja keluarga masih cukup, tidak perlu tenaga
kerja sewaan. Biasanya usahatani di pedesaan tetaga kerjanya
di sediakan/ dicukupi melalui sistem gotong royong. Berbeda
dengan usahatani komersial atau perusahan pertanian, hampir
sepenuhnya mengandalkan tenaga kerja sewaan, dengan sdm
(sumber daya manusia) yangterdidik.
3.2 Ciri -ciri Tenaga Kerja Pertanian
Berbeda dengan Perusahan Pertanian, tenaga kerja di
usahatani mempunyai ciri ciri sebagai berikut :
a. tidak mempunyai spesialisasi;
b. distribusinya tidak merata selama periode produksi;
c. tidak ada standar dalam sistem pengupahan;
d. lebih bersifat sosial/gotong royong/tolong menolong;
e. anggota keluarga, di samping sebagai tenaga keluarga juga
sebagai buruh tani;
f. penggunaan tenaga kerja sering dengan sistem upah
natura;
12
22. Ciri tenaga kerja keluarga, adalah :
a. ketrampilannya tidak sama;
b. umur tidak merata;
c. kemampuan kerja juga tidak merata.
3.3 Prestasi Kerja Petani
Prestasi atau kemampuan kerja petani dapat dipengaruhi
oleh beberapa faktor, antara lain :
a. umur;
b. pendidikan/keterampilan;
c. teknologi yang digunakan;
d. pengalaman kerja, dan kesehatan.
Satuan yang sering dipakai dalam menghitung kebutuhan
tenaga kerja adalah man days (hari kerja pria = JKP = hari x jam
x orang). dalam usahatani, tenaga kerja diperlukan mulai dari
kegiatan persiapan sampai dengan panen.
3.4 Produktivitas Tenaga Kerja
Produktivitas tenaga kerja adalah kemampun tenaga
kerja untuk menghasilkan produk pada satuan waktu tertentu,
misalnya per hari atau per minggu atau per musim. Prodiktivitas
tenaga kerja (Pv) bisa diukur dalam bentuk hasil atau pun upah
(uang).
Pv = produk (kg)/JKO/hari atau
Pv = Rp/JKO/minggu
Semakin banyak dia bisa menghasilkan per hari atau per
minggu berarti semakin produktif. Produktivitas tenaga kerja
pertanian hendaknya dapat menghasilkan lebih dari 240 kg
beras /kapita/tahun. dengan harga beras Rp. 10.000/kg, maka
produktivitasnya lebih dari Rp. 2.400.000 / orang/ tahun. Minimal
Rp.200.000 /orang/bulan (termasuk petani kurang produsktif).
13
23. 3.5 Efisiensi Tenaga kerja
Kadang orang menyamakan efisiensi tenaga kerja dengan
produktivitas. National Academy of Sciences, 1975, memberikan
definisi tentang efisiensi. Dikatakan bahwa efisiensi adalah
kemampuan untuk menghasilkan hasil yang diinginkan dengan
sejumlah pengeluaran yang minimal, apakah dalan unit waktu,
uang, energy atau material. Menurut definisi ini, efisiensi tenaga
kerja dalam usahatani adalah jumlah nilai output usahatani yang
dikehendaki dengan mencurahkan tenaga kerja yang minimal.
Misalnya, tenaga panen cengkeh, Rp 60.000/orang (laki)/hari.
Atau Rp 40.000/orang (wanita)/hari. Menggunakan tenaga laki
lebih efisien dari pada wanita.
Efisiensi tenaga kerja mengukur jumlah tenaga kerja yang
dibutuhkan minimal atau yang digunakan dalam luas kahan
tertentu. Dengan demikian satuan efisiensi adalah JKO/ha/
musim. Formula efisiensi tenaga kerja (Etk) sebagai berikut :
Etk = jml Tk yang dicurahkan/luas usahatani
atau Etk= luas usahatani per ha./JKO/musim
Misalnya, luas usahatani padi 1 ha. Curahan tk nya 100 JKO
musim. Maka efisiensinya 100 JKO/ha/musim. Kalau diuangkan
tinggal mengganti nilai JKO menjadi rupiah. Untuk menghitung
efisiensi tambahan tenaga kerja yang digunakan, dapat dihitung
dengan formula B/C rasio :
B/C = tambahan output / tambahan tk
= (Q2 – Q1) / (tk2 – tk1)
= ∆Q/∆Tk
Jika B/C > 1 berarti tambahan penggunaan tk efisien.
Sebaliknya, jika B/C < 1. Lalu jika B/C = 0 apa artinya ?
14
24. 3.6 Curahan Tenaga Kerja
Sumber tenaga kerja dalam usahatani, bersumber dari
dalam keluarga (dK) dan dari luar keluarga (LK). Jumlah tenaga
kerja yang diperlukan oleh usahatani, antara lain tergantung
kepada:
a. jenis tanaman;
b. jenis tanah;
c. iklim;
d. etak lahan (dekat/jauh dari jalan utama);
e. perkembangan usahatani (subsisten/komersial);
f . luas usahatani;
g. tofografi lahan.
Konsekuensi dari penggunaan tenaga kerja luar keluarga
adalah menyangkut biaya upah. Usahatani harus mampu
membayar upah tenaga sewaan. Penggunaan tenaga sewaan
biasanya tergantung kepada:
a. luas usahatani;
b. pendapatan keluarga (nonusahatani dan usahatani);
c. upah buruh dan
d. ketersedian tenaga kerja keluarga.
3.7 Intensitas Tenaga Kerja
Penggunaan tenaga kerja pada usahatani dapat dilihat dari
intensitas tenaga kerja. Intensitas tenaga kerja adalah jumlah
seluruh tenaga kerja yang dibutuhkan untuk mengusahakan
suatu jenis tanaman, mulai dari persiapan lahan sampai panen.
Biasanya diukur dengan JKO/ha. JKO (jam kerja orang).
15
25. No.
Jenis
tanaman
Intensitas Tk (jam/ha) Tk DK (%) TK LK (%)
1. Padi sawah 200-300 80-59 41-72
2. Kedele 150-250 20-25 75-80
3. Jagung 700-1000 17-20 80-83
4. Tembakau 1300-2000 81-88 12-19
NB: angka hipotesis.
Masing-masing jenis tanaman memerlukan jumlah tenaga
kerja yang berbeda, dengan porsi tenaga kerja keluarga dan luar
keluarga berbeda pula. Intensitas tenaga kerja sepanjang periode
tanam tidak merata, pada saat tertentu intensitasnya sangat
tinggi dan pada saat yang lain intensitasnya rendah. Misalnya,
padi sawah pada usia pertumbuhan vegetative intensitas tenaga
kerja tinggi, demikian pula di masa panen memerlukan intensitas
tenaga kerja relative tinggi dibanding pada periode lainnya.
Metode lain yang digunakan untuk mengukur curahan
tenaga kerja dalam seluruh adalah dengan pendekatan yang
menggunakan model fungsi. Menghubungkan tenaga kerja
dengan luas lahan garapan ataupun produksi.
y = ᶂ(Xi) (baca y merupakan fungsi X) , di mana
y adalah produksi dan X adalah tenaga kerja. Model ini bisa
disempurnakan dengan model
Y = a + b X
Di mana a adalah koefisien determinasi dari fungsi dan b
adalah koefisien dari factor X. atau sering juga disebut marjinal
factor X.
16
26. Y
Y=a+bx
b
a
Xi
Gambar 1. Kurve hubungan Y dan X
Misalnya. Q = 1,50 + 0,8 X andaikan Q produksi dan X
tenaga kerja. Maka berarti X berpengaruh terhadap naik turunnya
Q. Karena Q adalah produksi dan X adalah tenaga kerja, berarti
naik turunnya penggunaan tk (X) akan berpengaruh terhadap
naik turunnya produksi (Q). Kebutuhan tenaga kerja yang
diperlukan untuk memproduksi 1 unit produk. Intensiats bisa
diukur dalam satuan jam atauorang.
Jika berlebihan menggunakan tenaga kerja, fungsinya
bukan berslope positif tetapi negative, Q = 1,50 - 0,8 X.
Semakin tinggi intesitas penggunaan tenaga kerja,
menyebabkan produksinya semakin rendah.
Gambar 2. Hubungan TK dan Output
X
17
27. Pengembangan dari fungsi, juga dapat digunakan untuk
mengetahui tambahan penggunaan tenaga kerja, yaitu dengan
rumusan marjinal dari fungsi.
Marjinal produk (Q) = ∆Q/∆X
Bila marjinal produk (MP) = 0,8 artinya tambahan 1 unit
tk akan mengakibatkan kenaikan produksi 0,8 unit. Kalau b
bertanda negatif di mana MPnya = - 0,8. artinya bahwa kenaikan
1 unit tk akan menurunkan produksi sebesar 0,8 unit. Kaidah ini
juga berlaku untuk faktor produksi lainnya, misalnya luas lahan,
pupuk, bibit, obat obatan, air dan lainnya.
Produktivitas maksimum dari masing - masing faktor
tercapai bila faktor itu telah mencapai produksi rata rata (aP)
maksimum. AP = Q/X
Kempuan X untuk menghasilkan Q (kemampuan input untuk
menghasilakn aoutput). atau ketika.
MP = AP
ketika produk marjinal sama dengan produksi rata rata.
tanda bahwa faktor tersebuttelahmencapaiproduksimaksimum
ketika MPnya sama dengan nol (MP=0).
Contoh
Q = a + b1X1 +b2X2 +b3X3
X1 , X2, X3 menghasilkan produksi maksimum jika b1 – b3 sama
dengan nol.
Penyelesaian Fungsi :
Q = a + bX
a = q – b. x. di mana: q dan x adalah rata rata.
b = ∑ (YX) / ∑ (X2
)
Fungsi yang kompleks bisa diselesaikan dengan bantuan
computer.
18
28. Latihan : data hypotetik
No X Q X2
XQ
1 2 10
2 4 15
3 5 20
4 6 25
5 7 30
6 8 34
7 9 40
8 10 45
9 12 40
10 43 35
Jumlah
Rata rata 10,60 29,40
Hitunglah besar a dan b ? Q = 13,29 + 1,52 X. aP =
29,40/10,60 = 2,77
Kurve produksi biasa tidak linier, tetapi berbentuk kuadrat
atau kubik. Jika berbentuk kudrat, maka fungsinya :
Q = a + bX +cX2
Misalnya : X adalah pupuk Sehingga AP = Q/X atau
aP = (a + bX +cX2
) / X = b + cX.
Sedangkan MPnya = ∆Q/∆X = b + 2cX
Jadi MP > aP.
19
29. BAB IV
MODAL DAN PERALATAN
4.1 Pengertian Modal
dalam pengertian sehari-hari modal selalu diasosiasikan
dengan sejumlah uang yang dapat digunakan untuk berbisnis.
tetapidalamilmuekonomiperusahan(teoryoffirm)memberikan
definisi modal adalah barangekonomi yang dapat menghasilkan
atau meningkatkan pendapatan.
anwas adiwilaga mengatakan modal usahatani adalah
sebagian hasil produksi yang disisihkan untuk digunakan dalam
produksi selanjutnya. Jadi, modal itu bisa berupa uang tunai atau
pun barang. dalam usahatani modal itu sangat penting, karena
pada luasan dan tenaga kerja tertentu, dengan ditambahkannya
modal, usahatani dapat meningkatkan pendapatan. Misalnya,
dalam luas usahatani tetap, dengan ditambahkannya modal
berupa pupuk, produksi akan meningkat dan pendapat juga
akan meningkat.
tohir (1983), mengatakan tanah atau lahan usaha tani bukan
modal, tetapi digolongkan ke dalam faktor alam. alasannya
adalah :
1. tanah tidak dapatdiperbanyak.
2. tanah sudah tersedia sejak bumi ini ada, bukan buatan
manusia.
3. tanah tidak mengalami degradasi (kecuali dirusak oleh
manusia), sehingga tidak mengalami penyusutan.
4. Tidak dapat dipindahkan.
5. terikat erat dengan iklim/alam.
6. tanah merupakan sumber daya untuk memproduksi
barang barang ekonomi.
20
30. 4.2 Macam Modal
Kalau kita mengikuti pendapat para ahli, modal dapat
digolongkan ke dalam berbagai macam, tetapi dalam konteks
usahatani pembagian modal yang penting adalah :
a. Modal menurut kegunaannya.
Menurut kegunaannya modal dapat dibagi dua, yaitu :
Modalaktif,yaitusecaralangsungmaupuntidaklangsung
dapat meningkatkan produksi. Misalnya pupuk, varitas baru
dll.
Modal pasif, yaitu modal yang digunakan untuk
mempertahankan produksi, misalnya gudang, karung
pembungkus, dll.
b. Modal menurut fungsinya
Modal menurutfungsinya dapat digolongkan menjadi dua,
yaitu:
Modal tetap, yakni modal yang dapat digunakan beberapa
kali proses produksi, misalnya traktor, bibit tanaman industri,
bajak, cangkul sabit, alat alat pertanian lainnya bisa juga ternak.
Modal tidak tetap, yakni modal yang hanya bisa digunakan
dalam satu kali proses produksi saja. Misalnya pupuk, bibit
tanaman setahun : padi, kedele, kacang, jagung, dll.
c. Modal menurut sumbernya
Untuk memperoleh modal dapat diperoleh dari :
1. Pendapatan/labausahatani/tabungan,seringdisebutmodal
sendiri.
2. Kredit usahatani (KUt), baik privat atau pun resmi. Modal
dari luar, dan
3. asuransi, juga modal dariluar.
21
31. 4.3 Konsekuensi Pengunaan Modal - Peralatan
Usahatani yang menggunakan modal atau peralatan
mempunyai kewajiban-kewajiban tertentu tergantung kepada
jenis modal yang digunakan. Misalnya, penggunaan traktor
untuk membajak sawah, akan menuntut untuk:
1. Membayar bunga modal/sewa.
2. Mengalami penyusutan.
3. asuransi.
4. Pemeliharaan: suku cadangnya.
5. Bahan ikutannya (komplementer) : minyak, oli.
Hal hal ini akan cenderung mengurangi pendapatan.
Modal sendiri tidak dihitung dalam usahatani, tetapi
kalau modal dari luar berupa pinjaman mesti perhitungkan
sebagai sewa dengan tingkat bunga tertentu. Pemimjam atau
petani berkewajiban untuk melunasi apakah dengan cara kontan
atau cicilan (pokok pinjman dan bunga). Pengembalian kontan
biasanya dilakukan setelah panen.
Contoh Pengembalian modal pinjman dengan cicilan.
Pijaman modal Rp 5.000.000,- dengan bunga 1% bulan.
Dicicil selama 4 bulan. Jadi pengembalian per bulannya :
Bulan ke Pinjaman (Rp)
Cicilan
pokok (Rp)
Cicilan
bunga (Rp)
Total cicilan
(Rp)
1 5.000.000 - - -
2 - 1.250.000 50.000 1.300.000
3 - 1.250.000 50.000 1.300.000
4 - 1.250.000 50.000 1.300.000
5 - 1.250.000 50.000 1.300.000
Jumlah 5.000.000 200.000 5.200.000
Kalau dibayar kontan setelah panen, maka nilai pinjamannya
sebesar Rp 5.200.000
22
32. 4.4 Penyusutan
Setiap perusahan yang menggunakan peralatan, wajib
memperhitungkan penyusutan. Barang modal berupa mesin
misalnya tidak selamanya bisa dipakai. Barang itu mempunyai
kekuatan dapat berfungsi barapa tahun saja. Pada saat keadaan
tidakberfungsilagipengusahaharusmembelilagi.Semakinlama
barang itu digunakan dia semakin menyusut akibat mengalalmi
aus, rusak sedikit demi sedikit secara pelan- pelan, dan akhirnya
rusak total tidak dimanfaatkan.
Pengusaha dapat membeli lagi jika ia bisa menyisihkan
penerimaannya untuk membeli barang baru. Itulah sebabnya
dilakukan perhitungan penyusutan. Uang yang disisihkan untuk
digunakan membeli barang baru itulah disebut penyusutan.
dalam menghitung penyusutan ada 6 cara (baca Sutrisno
Ph), tetapi yang paling umum dipakai adalah metode garis lurus
dan unit performance.
a. Metode garis lurus
Penyusutan = (nilai beli – nilai sisa) / umur ekonomis
modal
Misalnya peggunaan traktor
Harga beli Rp. 10.000.000
nilai sisa Rp.2.000.000 dengan umur ekonomis 5 tahun.
Maka penyusutannya = (10 juta – 2 juta ) : 5 = Rp 1,6 juta
per tahun.
b. Metode performance
nilai beli 10 juta, dapat dipakai selama 600 jam. nilai sisa 1
juta. Maka penyusutan per jam adalah :
Penyusutan = (10 juta – 1 juta) : 600 = Rp 15000 per jam.
Misalnya, dalam satu proses produksi memerlukan waktu
40 jam, maka penyusutannya Rp 600.000.
23
33. 4.5 Bagaimana dengan Modal berupa tanaman Pohon dan
Ternak ?
Bibit tanaman industri atau tanaman tahunan, dianggap
sebagai investasi demikian pula ternak. Kedua jenis ini bisa
berproduksi beberapa tahun, tetapi tetap mempunyai umur
ekonomis.Misalnyakaret,cengkeh,kelapaataupunkelapasawit,
kopi, kina, pala, dll.
nilaiinvestasinyadianggapsebagainilaibeli.nilaiinvestasi
dihitung dari membeli bibit, pemeliharaan sampai berproduksi
pertamakali.nilaisisadianggapnilaipohonyangsudahjadikayu
bakar. tatapi harus diingat tidak semua tanaman tahunan nilai
sisanya kayu bakar. Misalnya, kelapa dalam, setelah berumur 50
tahun pohon kelapa sangat mahal sebagai bahan bangunan, Bisa
jadi nilai jualnya lebih tinggi dari nilai belinya.
Rumus umum untuk menghitung penyusutan pada
tanaman tahunan dan ternak.
Untuk ternak, sapi
Penyusutan = nilai sapi perah sampai beranak pertama kali
– Nilai sapi tua yang sudah tidak produktif : umur ekonomis.
Hendaknya diperhatikan bahwa ternak sapi, tidak saja dipakai
untuk satu jenis tanaman, tetapi juga dapat dipakai untuk jenis
tanaman lain.Kadang-kadangsapijugadisewakan.Keuntungan
memelihara ternak sapi, di samping untuk tenaga kerja, limbah
sapi dapat menyuburkan - menjaga kesuburan tanah. Limbah
sapi diolah menjadi pupuk kandang. Sangat baik untuk lahan
sawah mapun untuk lahantegalan.
Untuk tanaman tahuan/pohon
Penyusutan = Biaya bibit sampai produksi pertama kali
– Nilai sisa kayu : umur ekonomipohon.
Sebagai contoh saja. Harga bibit kakao Rp 5000/ph. Biaya
pemeliharaan dan pupuk Rp 4000/ph/th. Berproduksi pertama
pada umur pohon 5 tahun. Jumlah nilai pembelian/investasi per
24
34. pohonya Rp 5000 + 5 x Rp 4000 = Rp 25000. Kalau nilai sisa Rp
5000 selama umur ekonomis 15 tahun, maka besarnya penyusutan
adalah Rp (25000 – 5000) ; 15 = Rp 1333,33/ph. Jika dalam 1 ha
ditanama 200 pohon, biaya penyusutannya Rp 266.666,66/ha.
25
35. BAB V
MANAJEMEN USAHATANI
5.1 Masalah Manajemen Usahatani
FAO memberikan definisi manajemen usahatani,
merupakan suatu ilmu yang mempelajari penggunaan secara
efisien sumber-sumber yang terbatas, yaitu tanah, tenaga
kerja dan modal untuk memperoleh produksi dan pendapatan
yang tertinggi (FAO, 1961). Oleh karena itu, pada prinsipnya
manajemen usahatani mengajarkan bagaimana memilih alternatif
yang bijaksana dalam menggunakan sumber atau biaya yang
lebih rendah agar diperoleh produksi dan pendapatan yang lebih
tinggi.
Jika kita memperhatikan dengan cermat, faktor produksi
yang terlibat dalam usahatani ada yang fundamental dan
sebagian yang tidak fundamental. Fundamental artinya harus
ada jika ingin usahatani itu lestari berkelanjutan, faktor produksi
itu adalah tanah/lahan dan sapi. tanah merupakan faktor yang
istimewa, karena tanah di samping sebagai tempat berproduksi,
tanah juga sebagai tempat hidup, dan media penghasil bahan
makanan.
Limbahsapiakandapat mempertahankankesuburan lahan
atau kadar bahan organiknya terjamin. Jika bahan organiknya
kurang, walaupun ada tambahan tenaga kerja dan modal
tambahan itu tidak akan ada artinya. Jadi, tanah itu merupakan
faktor pembatas usahatani. Usahatani dilakukan di atas tanah
yang telah tersedia. di situlah fungsi peran manajemen untuk
meningkatkan produksi sambil mempertahankan kesuburan
tanah. dalam tradisi kuno, usahatani selalu mengikutkan ternak
26
36. sapi yang digunakan sebagai sumber tenaga dan sumber pupuk
kandang. Itulah alasan mengapa Mosher memberikan definisi
usaha tani mengikutkan unsurternak.
MenurutFAO,masalahmanajemenusahatanidiIndonesia
disebabkan antara lain oleh:
1. Sempitnya luas usahatani.
2. Usahatani merupakan bagian aktivitas rumah tangga.
3. Kekurangan modal.
4. Adanya pengangguran tidak kentara.
5. Kesulitan dalam menerapkan teknologi.
6. Kurangnya supply bahan-bahan yang dibutuhkan.
7. Kurangnya keterampilan menggelola.
8. Kurangnya akses pasar.
5.2 Petani sebagai Manajer
Manajemen sebagai faktor produksi ke empat sebenarnya
telahmelekatpadadiripetani.Petanidisampingberfungsisebagai
sumber tenaga kerja ia juga sebagai manajer di usahataninya.
dewasa ini,telahbanyakinovasi baruyangmembawa perubahan
didalam cara budidaya tanaman, sehingga pengetahuan di dalam
manajemenusahatanimenjadipengetahuanyangsangatpenting,
tertutama dalam penggunaan sumber-sumber yang terbatas,
khususnya lahan.
Ketika petani berfungsi sebagai manajer, pertama petani
harus melakukan fungsi kepemimpinan. dalam suatu organisasi,
yang baik adalah jika ada hanya satu pemimpin. Efferson (dalam
Adiwilaga, 1975), tugas sorang manjer usahatani adalah:
1. Memperhatikan perkembangan harga-harga hasil
pertanian.
2. Menentukan pilihan tentang usaha yang akan dijalankan.
3. Menggorganisir usaha-usaha yang dipilih.
4. Menentukan metode penyelenggaannya untuk mencapai
produksi yang efisien.
27
37. 5. Mengaturpembelianinputyangdiperlukandalanusahatani
dan rumah tangga secaraekonomis.
6. Mengatur penjualan hasil usahatani.
7. Mengarahkan kegunaan modal danpendapatan.
8. Menghasilakan produk yang diperlukan untuk konsumsi
keluarganya.
Secara prinsip fungsi utamanya, adalah :
1. Membuat keputusan.
2. Mampu melaksakan keputusannya sesuai prinsip
ekonomis.
3. Mengantisipasi risiko, dan
4. Melakukan evaluasi terhadap usahataninya.
Faktor yang mempengaruhi dapat tidaknya petani
melaksanakan manajemen antara lainadalah:
a. Pengalaman petani dalam berusahatani (th)
b. Pengetahuan/pendidikan (th):
1. formal, dan
2. nonformal, misalnya kursus, ikut latihan, dsb.
c. Status petani : penyakap/pemilik.
d. Umur (th)
Petani harus dinamis berinovasi untuk merencanakan dan
memutuskan tentang :
1. Jenis input dan alokasinya dalam usahatani;
2. Cara memperoleh modal/akses permodalan;
3. Memilih teknologi yang digunakan;
4. Jenis produk yang akan dihasilkan;
5. di mana dipasarkan atau sebagai pemasok bahan baku.
6. Berapa skala usaha dan atau pendapatan yang diingin
kan.
7. Membuat catatan semua transaksi (pembelian maupun
penjualan);
8. Menyusun neraca rugi/laba (sederhana).
28
38. Q
Xi
Gambar 3. Kurve Input dan Output
apakah berproduksi ketika masih produk meningkat atau
produk sudah menurun. Untuk mampu melakukan pilihan di
atas itu, petani harus mempunyai pengetahuan, keterampilan
dan pengalaman yang cukup sehinga petani mampu memilih
alternatif usaha tani yang terbaik. Walaupun input sama, tetapi
dengan manajemen yang berbeda hasilnya akan berbeda.
Q
b0
Gambar 4. Gambar Manajemen yang Berbeda
29
6X
6Q
Q1 =a0 +a1X
a1
Q2 =b0 +b1X
b1
a0
X
39. Sebagai gambaran penggunaan manajemen, diberikan
ilustrasi sebagai berikut :
Petani Pupuk Bibit Pestisida Produksi
A 100 20 50 500
B 150 30 40 600
Petani B karena dia menggunakan manajemen yang baik
hasil yang diperoleh lebih tinggi. Manajemen dapat dikatakan
merupakan seni (art) bagaimana mengatur komposisi faktor
produksidalam berusahatani.Kepintaranmengaturitutidaksaja
dipengaruhi oleh pengetahuan, keterampilan dan pengalaman,
tetapi ada faktor dalam diri petani yang diberikan oleh tuhan
yang Maha esa untuk dapat melakukan suatu perbuatan bisnis
usahatani,yangbahasaumumdisebutbakat.adabakatseseorang
sebagai petani, ada orang yang bakatnya sebagai pemimpin dan
lainnya. Misalnya, orang yang naksatranya bajak atau bintang
kelahirannya uluku maka orang itu sangat berhasil berprofesi
sebagi petani.
ada banyak kasus di pedesaan, seorang sarjana pertanian
kurang berhasil berusahatani, dibanding petani yang tidak
tamat perguruan tinggi. dalam pemahaman yang lebih luas
aktivitas manusia di bumi ini sangat dipengaruhi oleh konstalasi
planet-planet besar di angkasa. Konstalasi bintang-bintang atau
planet-planet inilah yang menimbulkan pranata mangsa atau
baik buruknya hari (di Bali disebut dewase ayu = hari baik).
energi yang timbul akibat perubahan konstalasi planet-planet
bisa menyebabkan perubahan musim, kekeringan, keban jiran,
kebakaran, dan lainnya.
Pengaruh perbedaan kelahiran, walaupun pengetahuan,
keterampilan dan pengalam sama, tetapi akan berbeda dalam
menangani persoalan, mengambil keputusan usahatani. Petani
sebagai manajer harus menguasai masalah yang timbul dan
dapat menyelesaikannya dengan baik. Usahatani yang baik
harus dimulai dengan perencanaan sejak awal untuk mencapai
30
40. tujuan yang telah ditetapkannya, baik secara tertulis maupun
tidak. Kebanyakan petani menganggap usahataninya sebagai
pekerjaan biasa, yaitu pekerjaan sehari hari dari dahulu sampai
sekarang, sehingga jika terjadi masalah petani tidak bisa segera
menanganinya.
31
41. BAB VI
PENGELOLAAN MASUKAN –INPUT
6.1 Hambatan Petani
Ketika petani berperan sabagai manajer, petani harus
mampu menentukan pilihan dari berbagai alternatif yang
tersedia, melaksanakannya dan akuntabel tehadap hasilnya,
yaitu memperoleh hasil tertinggi. tatapi sering petani mengalami
kesulitan untuk mengambil keputusan, hal ini disebabkan oleh
beberapa hal (Suratiyah, 2014) antara lain:
1. Kurang memiliki hubungan dengan dunia luar sehingga
kurang respon terhadap perubahan harga, baik harga
faktor produksi maupun hargaproduksinya.
2. Kurang pengetahuan mengenai teknologi atau perubahan
teknologi
3. Kurang pengetahuan tentang pasar, pengangkutan.
4. Kurang akses dengan sumber- sumber permodalan.
5. Kurang pengetahuan mengenai prinsip-prinsip ekonomi
dalam berusahatani.
Karenanya petani kurang mampu mengelola masukan
dalam usahataninya.
6.2 Prinsip Optimalisasi dalam Penggunaan Masukan (input
variable)
dalam berusahatani yang komersial, prinsip penggunaan
masukan – input yang tepat optimal sangat penting. Penggunaan
masukan akan bermuara kepada biaya yang di alokasikan. Jika
prinsip-prinsip optimal tidak dikuasai, maka usahatani bisa
32
42. mengalami kucuran dana yang berlebihan. tanaman atau ternak
tidakbisadiberikaninputyangberlebihan.Inputyangberlebihan
akan menyebabkan kenaikan produksi melandai dengan kata
lain produktivitas menjadi rendah.
ada kaidah-kaidah ekonomis, tentang berapa banyak
semestinya alokasi input pada suatu jenis tanaman atau ternak.
alokasi input yang menghasilkan produksi maksimum yang
mesti dilakukan oleh petani–produsen. alokasi input yang
menghasilkan produksi maksimum dalam istilah ekonomi
disebut dengan istilah optimasi penggunaan input. Baik input
itu benih, pupuk, tenaga kerja dan lainnya.
agar dapat mengetahui optimal atau tidaknya penggunaan
input, terlebih dahulu harus diketahui hubungan produksi
dengan penggunaan input. Hubungan ini digambarkan dalam
bentuk kurva produksi, dengan persamaan fungsinya. Kurve
produksi yang dimiliki petani sebenarnya adalah merupakan
gambaran teknologi yang dimilikipetani.
Q = £ Xi , dibaca Q merupakan fungsi Xi atau
Q = a ± bXi
Q adalah total produksi (output) dan Xi adalah input
(masukan variable). a intersep dan b koefisien Xi. Input ini bisa
macam-macam, misalnya: benih/bibit, pupuk, tenaga kerja, obat-
obatan, dan sebagainya.
Sekali lagi, kurve produksi ini merupakan gambaran
teknologi produksi yang dimiliki oleh petani – produsen. Setiap
petani bisa mempunyai teknologi produksi yang berbeda beda.
33
43. Q
AP = Q / X
Xi
MP = 6Q /6X
Gambar 5. Kurve total produksi, produksi marginal,
dan produksi rata-rata
Jika b + (positif) maka Q akan bertambah ketika Xi
ditambahkan, sebaliknya Q akan berkurang bila b – (negatif).
Optimalisasi dapat dilihat dari dua sisi, optimal terjadi ketika
produksitivitas input maksimum, dan optimal ketikan output
yang maksimum.
Produksi rata rata (aP) = Q/Xi atau disebut pula
produktivitas input. Produksi marjinal (PM) = ∆Q/∆Xi
atau PM = dQ/dXi.
aP maksimum ketika MP = aP , sementara Q (out put)
maksimum ketika MP = 0
dari MP dan aP kita dapat mencari elastisitas Produksi
(ep)
Ep = ∆Q/∆X . X/Q atau dQ/dX . X/Q
Secara ringkas dapat ditulis Ep = MP/AP
34
44. Hubungan elastisitas produksi dengan MP dan AP
Elastisitas produksi MP vs AP Keterangan
1 MP = AP Elastisitas uniter
>1 MP > AP Elastis
<1 MP < AP In elastis
0 MP = 0 Q maksimum*
Negatif (-) MP negatif (-) Xi berlebihan
note * alokasi input optimal.
6.3 Efisiensi
Apakah efisiensi sama dengan produktivitas? Produktivitas
merupakan kemampuan input untuk menghasil kan output,
misalnya produksi gabah 6 ton/ha. Jadi 1 ha lahan mampu
menghasilkan 6 ton gabah. Sedangkan efisiensi penggunaan input
tertentumenghasilkannilaioutputmaksimal.tetapibanyakyang
mengukur efisiensi dengan produktivitas.
a. Efisiensi teknis
Efisiensi ini mengukur hubungan teknis antara ouput fisik
dengan input fisik. Penggunaan input fisik yang menghasilkan
output fisik maksimum. Atau produktivitas maksimum.
Misalnya, Q = a + bX , Q = produksi gabah, X input
pupuk urea.
Q maksimum ketika PM = 0. saat di mana ∆X menghasikan
∆Q nol. Dalam contoh diatas bila b = 0 berarti penggunaan urea
telah efisien, tetapi jika b ≠ 0 berarti penggunaan urea belum atau
tidak efisien. b > 0 menandakan belum efisien, sedangkan b < 0
menandakan tidak efisien. Dengan menambah unsur X pupuk,
mengakibatkan produksi turun.
Jika efisiensi teknis diukur dengan elastisitas, input yang
efisien ketikan Ep input itu = nol.
35
45. Efisiensi teknis terjadi, jika :
1. PM = 0 dan atu
2. Ep = 0 . Jika Ep dan atau PM ≠ 0 maka maksimisasi tidak
tercapai. Seperti contoh diatas, pada fungsi Q = 13,20 +
1,52 X. Fungsi semacam ini tidak akan pernah mencapai
maksimum, karena MP ≠ 0. Berapa MPnya ?. adalah 1,52 .
Coba perhatikan teladan dibawah ini (hipotetis)
Xi Qi ∆Q AP
0 0 - 0
20,0 80,0 80 4
25,0 110,0 30 4,4
30,0 150,0 40 5
30,41 155,1 5,1 5,1
31,98 159,9 4,8 5,0
33,55 164,4 4,5 4,9
36,60 168,4 4 4,6
39,98 171,9 3,5 4,3
44,08 171,9 0 3,9
Produktivitas maksimum tercapai pada X 30,41 unit,
sedangkan produksi maksimum tercapai pada penggunaan X
44,08 unit.
b. Efisiensi harga atau efisiensi alokatif
Efisiensi ini dalam perhitungannya melibatkan harga
outputdanhargainput.Secaraekonomisefisiensihargadiartikan
sebagai nilai penerimaan tertentu dicapai dengan biaya yang
paling rendah. Efisiensi dicapai bila Nilai produksi marjinal
(nPM) sama dengan harga input(Px)
Pq . ∆Q = Px . ∆X
Pq . ∆Q/∆X = Px
∆Q/∆X = Px/Pq
Efisien bila : PM = Px/Pq
nPM = Px , atau
nPM/Px = 1
36
46. Jika nPM (nilai produksi marjinal) > Px menunjukkan
sudah menghasilkan laba, dan bila NPM < Px tidak efisien atau
rugi. Efisiensi harga dipengaruhi oleh harga output, harga input
dan alokasi input. Jika harga output maupun harga input berubah
walaupun input tetap, maka efisiensi harganya akan berubah
pula.
Contoh :
Q = 2.50 + 0.8 X di mana harga Q Rp 5000/unit dan harga X
Rp 2500/unit. Diketahui bahwa PM atau ∆Q/∆X = 0,8 . Untuk 1
unit X dengan harga Rp 2500/unit dapat menghasilkan tambahan
Q sebesar 0,8 unit. nilai tambahan output ini 0,8 x Rp 5000 = Rp
4000. Jadi penggunaan input X sudah menghasikan laba, karena
NPM(Rp4000)>Px(Rp2500).Baruakanefisien(labamaksimum)
jika nilai nPM = Px atau nPM/Px = 1. Jumlah X yang digunakan
dapat dihitung dengan persamaan :
NPM = Px atau Pq.PM = Px
PM atau ∆Q/∆X = Px/Pq
5000 PM = 2500
PM = 2500/5000
= 0,50 unit.
dengan demikian, persamaannya menjadi Q = 2,50 + 0,5
X. artinya untuk menambahan 1 unit Q memerlukan tambahan
2 unit X. dengan bahasa yang lain tabahan 1 unit input X
akan menghasilkan tambahan 0,5 unit output. Menggunakan
persamaan Q = 2,50 + 0,5 X. Jika Q rata 20 unit maka X = 20 – 2,50
/ 0,5 = 35 unit.
dapat pula dihitung dengan B/C rasio > 1
B/C = Nilai ∆Q : Nilai ∆X
= (0,5 x 5000 ) : (1x2500) = 1,0 (jadi efisien)
37
47. Berapa input X yang harus dialokasi agar supaya usahatani
efisien pada tingkat harga input dan autput tertentu, dapat juga
dianalisis dengan menggunakan ep (elastisitas produksi).
Ep = PM/AP , dengan AP = q/x
q/x = PM/Ep
x = q . Ep . 1/PM, efisien bila PM = Px/Pq
sehingga x = q . Ep . Pq/Px
Px . x = Pq . q . Ep
q dan x adalah rata rata.
Besarnya Ep ketika terjadi efisiensi harga adalah
ep = harga input Xi/harga output Q
atau Biaya Xi = nilai Produksi. elastisitas produksi
(debertin,2012).
Besarnya input Xi dapat dialokasikan pada tingkat harga
input dan output tertentu adalah
Xi = Nilai produksi x Elastisitas : Harga input.
Efisiensi harga akan tercapai bila :
1.PM = Px/Pq dan atau
2.ep = harga input Xi / harga produksi Q.
Apakah PM = Px/Pq atau Ep = harga input X/harga produksi,
dapat diketahui dengan uji Statistik.
Jika NPM ≠ Px maka penggunaan X tidak efisien.
PM/AP
Px/Pq
AP
Xi
X
PM
Gambar 6. Gambar Kurve NPM, Px dan Nilai Produktivitas (NP)
38
48. Jika PM < Px/Pq, Xi dikurangkan. Sebaliknya jika PM >Px/Pq
Xi ditambahkan. Tetapi jika PM=Px/Pq, alokasi Xi sudah tepat
jumlahnya (efisien).
c. Pengaruh Penggunaan Input terhadap Output
dengan mengetahui hubungan input output, akan dapat
diestimasi berapa kenaikan produksi atau penurunannya jika
input ditambahkan atau dikurangkan. Produksi akan meningkat
menjadi Qt dengan ditambahkan input X.
Qt = Qo + ∆Q
Sedangkan Ep = ∆Q/∆X . X/Q
∆X . Q . Ep . 1/X = ∆Q
(∆X/X) . Ep . Q = ∆Q
(∆X/X) merupakan persentase tambahan Xi, sehingga persamaan
menjadi
Qt = Qo + ∆Q
Qt = Qo + (∆X/X) . Ep . Qo
Qt = Qo + (%X . Ep) . Qo
Qt = Qo ( 1 + %Xi.Ep)
Qt adalah produksi yang diperoleh setelah input Xi
ditambahkan, Qo adalah jumlah output sebelum input Xi
ditambahkan. Sebaliknya, jika diinginkan produksi sebesar Qt,
jumlah input yang diperlukan dapat diketahui. apakah input Xi
perlu dinaikkan atau diturunkan.
39
49. Contoh alokasi input pada usahatani padi program Upsus Pajale
di Kabupaten tabanan, Bali.
Input (Xi) MPxi APxi €pxi Pxi/Pq
Keterangan
Bibit 65,100 200,920 0,324 18,333 belum efis.
Urea 0,947 3,980 0,238 0,667 belum efis.
NPK 5,901 15,612 0,378 2,000 Belum efis.
Pestisida 9,508 51,164 0,187 24,000 Tidak efis.
Sumber: Wijaya, dkk. 2016.
Manajer usahatani, harus mampu melakukan prinsip
prinsip ekonomi dalam mengelola usahataninya dan berusaha
untuk memperoleh pendapatan atau laba yang lebih tinggi atau
dapat menggunakan biaya yang lebih rendah/efisien. Minimal
prinsip-prinsip yang mesti dipahami, antara lain:
a. Alokasi sumber daya
Petani sebagai manajer semestinya dapat memilih berbagai
alternatif dalam mengalokasikan input. Misalnya, alternatif
alokasi input yang ada.
NO
Dosis urea
(kg/ha)
Produksi di
Lahan I (kg)
Produksi di Lahan
II (Kg)
Produksi di
Lahan III (kg)
1 50 40 60 55
2 75 50 75 60
3 100 60 100 75
4 150 80 125 100
5 200 100 150 125
6 250 150 200 150
dengan dosis pupuk yang berbeda beda, hasil produksi
pada lahan I, lahan II dan lahan III berbeda pula. Petani yang
dihadapkanpadakondisisemacamini,diaharusdapatmelakukan
pilihan satu diantara tigalahan itu.
40
50. Tugas:
Menurut Anda, pada lahan manakah petani harus berusahatani?
Jika harga pupuk Rp 1.000/kg sedangkan harga gabah Rp 5.000/kg.
Coba hitung berapakah pendapatan usahatani. Jika petani
mencurahkan tenaga kerjanya 50 JKO, hitunglah berapa besar
produktivitasnya ?
b. Hukum Kenaikan Hasil Berkurang
teknologi produksi yang dimiliki petani, dapat dibagi
menjadi 3 alternatif atau tahap, yaitu :
1. Kondisi pada tahap kenaikan hasil bertambah (increasing
return), sering disebut tahap I.
2. Kondisi pada tahap kenaikan hasil tetap (Constant return),
disebut tahap II.
3. Kondisi pada tahap kenikan hasil menurun (decresing
return), disebut tahap III.
dari tiga kondisi itu dianjurkan berproduksi pada tahap II,
atau pada 0 < ep < 1. Pada kondisi ini terjadi MP < aP.
di bawah ini akan disajikan contoh dalam tabel di mana
kondisi MP < aP.
NO Dosis NPK (kg) Produksi (kg) AP (Kg/NPK) PM (kg)
1 0 20 - -
2 1 35 35 15
3 2 50 25,00 15
4 3 62 20,60 12
5 4 70 19,25 8
6 5 77 15,40 7
7 6 83 13,83 6
8 7 87 12,43 4
9 8 89 12,12 2
10 9 90 10.00 1
11 10 90 9,00 0
41
51. c. Keunggulan Komperatif
Keunggulan komperatif artinya petani dapat memilih
dari sekian konoditas, komoditas mana yang menghasilkan
pendapatan yang paling besar.
Jenis tanaman
Penerimaan (Rp/
ha)
Biaya produk.
(Rp/ha)
Pendapatan (RP/
ha)
Padi 250.000 150.000 100.000
Palawija 850.000 500.000 350.000
Bunga 1.000.000 500.000 500.000
Petani semestinya memilih berusahatani bunga, karena
menghasilkan pendapatan yang paling besar. Kalau petani
memilih padi artinya petani masih pada tingkat subsisten.
d. Sifat Substitusi
Petani tidakhanyamenggunakansatumacampupukdalam
usahataninya, banyak petani yang menggunakan lebih satu jenis
pupuk, sehingga pupuk bisa saling menggantikan. Substitusi
dalam menggunakan input adalah menggunakan dua input atau
lebih dalam usahatani, input satu dengan yang lainnya bersifat
saling menggantikan (substitusi). Input-input itu kurang efektif
jika digunakan dalam tambahan porsi yang sama. Substitusi
artinya jika input a dinaikan penggunaannya harus dibarengi
dengan penurunan penggunaan input B, misalnya pupuk urea
dengan pupuk Za karena kedua pupuk ini sama mengandung
urea. Substitusi penggunaan input jarang dilakukan di pertanian,
tetapi sering dilakukan di sektor peternakan (makanan ternak).
Jenis pupuk yg
digunakan Biaya (Rp) Penerimaan. (Rp) Pendapatan (Rp)
Urea 250.000 350.000 100.000
ZA 300.000 500.000 250.000
½ Urea + ½ ZA 275.000 600.000 320.000
¾ Urea + ¼ ZA 262.500 600.000 337.500
¼ Urea + ¾ Za 287.500 650.000 362.500
Manakah kombinasi yang paling bagus ?
42
52. e. Sifat Komplementer
Penggunaan input komplementer artinya menggunakan
dua macam input atau lebih dapat meningkatkan produksi.
Seringkalipetanimengunakanbanyakjenispupukdenganalasan
untuk menyediakan unsur hara yang cukup seimbang di dalam
tanah agar tanaman lebih sehat sehingga produksinya lebih
tinggi. Misalnya, petani menggunakan pupuk Urea (nitrogen)
dan KCl (Kalium clorida) untuk usahatani cabe.
Jenis pupuk yg
digunakan
Biaya (Rp) Penerimaan. (Rp) Pendapatan (Rp)
Urea 200.000 350.000 150.000
KCl 400.000 500.000 100.000
1 Urea + 1KCl 300.000 600.000 300.000
2 Urea + 2 KCl 1.200.000 1.000.000 - 200.000
1 Urea + ½ KCl 400.000 900.000 500.000
Manakah kombinasi yang paling jelek dan yang paling
menguntungkan? Sifat komplementer yang baik adalah
komplementer mesti bersifat duplikasi, tidak baik untuk yang
bersifat antagonis.
6.4 Cara Memperoleh Masukan
Petani dapat melakukan berbagai cara untuk medapatkan
input yang digunakan dalam usahataninya. Input berupa uang
dapatdiprolehmelaluitabungan usahatani,melalui pinjaman
dan melalui kredit bank. Sedangkan input barang modal dapat
diperoleh melaui :
a. Membuat sendiri, misalnya pupukkandang.
b. Membeli di pasar, misalnya pestisida, pupuk kimia, dll.
c. Melalui sistem kemitraan.
43
53. BAB VII
MANAJEMEN BIAYA USAHATANI
7.1 Definisi Biaya
Biaya dapat didefinisikan sebagai nilai semua input yang
digunakandidalam proses produksi, baik input yang habis dipakai
maupun input yang tidak habis dipakai. Biaya dapat dibagi dua :
biaya variabel dan biaya tetap. Biaya variabel adalah biaya yang
dapat berubah pada setiap proses produksi, sedangkan biaya
tetap adalah biaya yang tidak diubah selama proses produksi.
Jadi, biaya tetap (fix cost) yang tidak berpengaruh terhadap naik
turunnya produksi dalam jangka pendek. tetapi dalam jangka
panjang biaya tetap ini bisa berubah. Seperti pajak lahan, biaya
penyusutan dari alat- alat pertanian : traktor, bajak, cangkul,
sabit, kadang atau gudang, spreyer, mesin, dll.
Biaya variabel muncul dari penggunaan input variabel
seperti bibit, pupuk, festisida dan lainnya. Biaya inilah yang bisa
diatur sedemikian rupa atau dikombinasikan sedemikian rupa
oleh petani dalam usaha memproleh pendapatan yang lebih
tinggi.
Rumusan biaya adalah : TC = FC + VC
Biaya (C) = Bt + Bv
TC biaya total, sering disingkat C (Biaya) saja. FC adalah
biaya tetap (Bt) dan vC adalah biaya variable (Bv). Kalau biaya
variable ditambahkan menyebabkan output – produksi akan
bertambah banyak, dan jika terus ditambahkan maka produski
bisa turun. Kenapa begitu? Karena tanaman mempunyai batas-
44
54. batas tertentu dalam memproduksi hasil. Jika potensi produksinya
sudah tercapai (maksimum), walaupun biaya input ditambahkan
lagi, produksi tidak akan bisa naik, malah akan menurun. Jika
input berlebihan tanaman bisa kolap dan mati, akhirnya petani
akan mengalami kerugian.
adakesenjanganpotensi,potensiyangpalingtinggidicapai
di laboratirum (potensi riil), kemudian petensi akan menurun di
lapangan percobaan dan lagi menurun di tingkat petani, karena
mendapat pengaruh iklim. Petani tidak mengetahui berapa
sesungguhnya potensi hasil yang dimiliki oleh suatu jenis tanaman
dalamusahataninya.Olehkarenaitulahbersadarkanpengalaman
petani (bagi petani yang kreatif) dan atas bantuan para penyuluh,
pemakaian input yang lebih tepat dapat diterkanya.
TC/FC
/VC
Gambar 7.Kurve biaya Total
dalam bentuk fungsi biaya TC = ᶂ Q, besarnya biaya
yang diperlukan tergantung dari jumlah produksi yang ingin
dihasilkan. Semakin tinggi produk yang dihasilkan memerlukan
biaya yang semakin tinggi pula. Sesuai dengan hukum hubungan
produksi (Q) dengan input (Xi). Secara lengkap fungsi biaya
diformulasikan berbentuk zigmoid, sebagai berikut,
45
TC
VC
FC
Q
55. MC/AVC MC
AVC
Q
Gambar 8. Kurve biaya rata-rata
TC = bo + b1Q +b2Q2
– b3Q3
bo biaya tetap dan b1Q + b2Q2
– b3Q3
biaya variable.
Marjinal Cost (MC) = ∆TC/∆Q atau MC = δTC/δQ yaitu
merupakan turunan pertama dari tC = bo + b1Q +b2Q2
– b3Q3
.
Biaya rata rata (atC) = ᶂ Q/Q atau AVC = (b1Q +b2Q2
– b3Q3
)
/ Q . AVC = b1 + b2Q – b3Q2
.
7.2 Kaidah Ekonomis Penggunaan Ongkos Produksi
Pengaturan biaya sangat penting dalam menghasilkan
suatu komoditi. norma yang berlaku dalam penggunaan biaya
adalah, gunakan biaya pada kondisi yang pas dan tepat, tidak
kurangdantidakberlebihan.Biayaberlebihanakanmenyebakan
pemborosan dalam pengeluaran dan pada akhirnya tidak
efektif atau tidak efisien. Kekurangan biaya tidak akan dapat
meningkatkan produksi.
Kaidah ekonomi penggunaan biaya adalah pada situasi
avC minimum (terendah atau terkecil). Kaidah ini berlaku, baik
pada perusahan industri maupun pada usahatani. Minimisasi
biaya terjadi pada kondisi
46
AFC
56. MC = AVC.
Kemudian Q yang optimal (ongkos terkecil) dapat
diselesaikan dengan Rumus aBC.
Q = { - b + - √ (b2
- 4ac) } : 2a
Elastisitasbiaya (Eb), merupakan tingkat hubungan output
yang diproduksi dengan jumlah ongkos yang dikeluarkan.
Eb = MC/AVC.
Pada daerah eb > 1 disebut daerah ekonomis dan pada
daerah eb < 1 disebut daerah disekonomis. daerah ekonomis
yaitu daerah di mana dengan meningkatnya produksi, akan
menyebabkan biaya rata rata (avC) akan semakin rendah. Pada
daerah disekonomis akan terjadi meningkatkan biaya rata rata
diikuti dengan meningkat nya produksi.
Setiap individu petani, ketika dia menjual hasil akan
berhadapan dengan harga produk (Pq) yang given – tetap. Harga
ini merupakan harga turunan dari harga keseimbangan pasar
(supply vs demand). Petani dituntut untuk berproduksi sesuai
kondisi harga pasar. Laba akan diperoleh jika Pq (harga pasar)
> AVC, dan jika Pq < AVC petani akan mengalami kerugian.
Laba maksimum diperoleh bila terjadi selisih Pq dengan AVC
minimum paling besar.
Laba mak. = Pq – AVCmin.
AVC min = ∆ AVC/∆Q = 0 atau
ketika berada pada situasi MC = AVC
Kaidah berproduksi pada usahatani untuk memproleh
laba:
1. Berproduksi pada situasi MC < avC (skala usaha);
2. Berproduksi pada kondisi 1 < eb = 1 (skala usaha);
3. Berproduksi dengan biaya AVC < Pq (harga jual Q);
4. Jika bisa berproduksi pada saat MC=AVC, dan atau
5. Pada situasi MC = Pq (harga pasar).
47
57. Contoh penggunaan ongkos usahatani nilam di desa
abiantuwung, Bali.
No. Uraian : Nilai (llg/mt)
a. Produksi (kg) 29.710,71
b. Harga jual (Rp/kg) 1.000,00
c. Penerimaan 29.710.710,00
d. Biaya variabel 16.475.804,00
e. Biaya per kg (Rp/kg) (AVC) 554,54
f. Biaya marjinal (MC) 554,471
g. Keutungan (Rp) 13.234.895,00
h. Keuntungan per kg (Rp/kg) 445,459
i. R/C ratio 1,80
Sumber : R.K. Dewi dan Widyantara (2010)
7.3 Break Even ( Titik Impas)
Banyak guna titik impas didalam perusahan.titik impas
merupakankeseimbanganantarapenerimaandenganbiayayang
dikeluarkan. titik impas dapat juga disebut sebagai ambang
ekonomi usahatani. analisis titik impas dapat digunakan, antara
lain untuk :
1. Mengetahui titik kritis kerugian usahatani.
2. Menetukan volume produksi yang mesti diproduksi agar
memperoleh laba.
3. Mengetahui harga jual atau harga pasar yang mengun
tungkan. Janganlah menjual produk pada situasi pasar
tidak menguntungkan.
4. Sebagai strategi penjualan, menjual produk pada saat harga
lebih tinggi dari biaya rata rata produksi.
5. dapat dipakai untuk memprediksi laba yang mungkin
diperoleh.
6. Sebagai strategi untuk melakukan diversifikasi produk
atau product mix.
48
58. Rugi
Formula titik impas dapat ditulis dengan menyamakan
penerimaan dengan biaya
R/C R
laba
C
P
BEP
Q
Q
Gambar 9. Kurve BEP
Penerimaan total (R = Pq.Q) = Biaya total C (FC + VC)
Pq. Q = FC + VC
Pq.Q = FC + AVC.Q
Pq.Q – AVC.Q = FC
Q (Pq – AVC) = FC
Q* = FC / (Pq – AVC)
Jumlah Produksi yang harus diproduksi minimal sejumlah
Q*. Jika produksi lebih kecil dari Q* usahatani akan mengalami
rugi, karena biaya akan lebih besar daripada penerimaan.
Kemudian jika dipandang dari sisi harga jual, maka :
Pq. Q = FC + VC
Pq. Q = FC + VC
Pq* = AFC + AVC
49
59. Jika harga pasar lebih rendah dari Pq* produksi tidak usah
dijual, jika dijual akan mengalami kerugian. Oleh karena itu
berproduksilah dengan biaya per unit (avC) lebih rendah dari
harga pasar (Pq). Penjualan produk akan menguntungkan jika
harga pasar lebih tinggi dari Pq*. Pq – AVC disebut jugasebagai
distribusi laba.
MC
P1
AV
P2
Q
Q opt.
Gambar 10. kurve Pq, MC dan AVC.
= Laba
= Rugi
dari formula Pq* = AFC + AVC dapat dipakai untuk
menentukan harga jual pada tingkat keuntungan tertentu.
Formula itu dapat diubah menjadi
Pq* = AFC + AVC + Laba.
dengan menentukan laba 10 % dari cost avC, maka
Pq* = AFC + AVC + (10%.AVC).
Produk harus ditawarkan dengan harga Pq*
50
60. Contoh.
Biaya usahatani pajak Rp.200.000. Ongkos traktor dan upah
buruh Rp 1.500.000. Biaya pupuk Rp. 4.000.000. Harga gabah
Rp. 3000/kg. Berapa gabah yang harus dihasilkan agar petani
memperoleh pendapatan/laba. Jika ia punya lahan 30 are berapa
produktivitasnya?
Biaya produksi = Rp 200.000 + Rp1.500.000 + Rp 4.000.000 = Rp
5.700.000.
R = 3000 x Q = 3000Q
3000Q = 5700000 Q = 1900 kg = 1,9 ton.
Kalaupetanihanyamampuberproduksi1,5ton,petaniakanrugi.
tapi kalau petani bisa berproduksi 2 ton petani akan memperoleh
pendapatan.
Jika Produktivitas lahan 4 ton/ha, maka petani perlu lahan 0,5 ha.
Jika mampu berproduksi hanya 2 ton.
Jika petani hanya berproduksi 1,5 ton (1500 kg), petani harus
mampu menjual dengan harga ?
R = Pq Q ………>Pq x 1500 = 5700.000
Pq = 3.800 Harga gabah harus Rp 3800/kg
(paling murah).
7.4 Joint Cost (Biaya Gabungan)
Usahatani dengan pola diversifikasi atau menanam berbagai
jenis komoditi yang bercampur, sangat sulit menentukan jumlah
input yang terserap pada masing masing tanaman. Misalnya,
satu bidang lahan ditanami kakao, kelapa dan pisang secara
bercampur. Berapa pupuk yang diserap oleh kakao, atau pun
pisang tidak mudah untuk diidentifikasi. Oleh karena itu, biaya
yang dihabiskannya dihitung secara gabungan, Sejumlah input
yang dialokasikan pada lahan itu dapat dipakai bersama oleh
semua jenis tanaman yangada.
Menghitung berapa besar biaya yang dipakai oleh berbagai
jenis tanaman pada sebuah usahatani, dipakai pendekatan join
cost. Barapapun biaya yang dialokasikan di situ tidak dihitung
51
61. sebagai biaya untuk satu jenis tanaman, tetapi biaya itu dihitung
untuk semua jenis tanaman yang diusahakan pada lahan itu.
Karena tidak diketahui dengan pasti reaksi kimia ataupun fisika
dalam tanah. Berapa biaya yang diserap oleh tanaman a berapa
oleh tanaman B, tidak dapat diketahui. Petani pun biasanya
jarang menghitung berapa untuk tanaman a dan berapa untuk
B. Hanya yang bisa dihitung adalah total biaya (tC).
52
62. BAB VIII
MANAJEMEN PENERIMAAN
DAN PENDAPATAN
8.1 Upaya Meningkatkan Produksi
Penerimaan usahatani tidak bisa lepas dari jumlah produk
yang dihasilkan di samping harga jual. agar supaya produksi
lebih tinggi, harus ada upaya budidaya untuk meningkatkan
produksi. Upaya yang dimaksud:
1. Memilih dan menggunakan input yang lebih baik – lebih
produktif.
2. Memilih waktu/musim tanam yang lebih tepat.
3. Mencoba cara-cara bercocok tanam yang lebihbaik.
4. Mengurangi serangan hama dan penyakit (OPT).
5. Memperbaiki cara panen danpenyimpanan.
6. Memperbaiki saluran irigasi dan drainase.
7. Memelihara kesuburan tanah, mencegah erosi.
8. Minta nasihat/petunjuk penyuluh pertanian.
8.2 Maksimisasi Penerimaan.
Mengidentifikasi penerimaan lebih mudah daripada
mengidentifikasi biaya. Penerimaan merupakan total nilai dari
semua produk yang terjual. Perolehan penerimaan tergantung
kepada harga jual dan jumlah produksi yang dapat dijual.
Penerimaan diberi konotasi R (Revenue).
R = ∑ ( Pqi . Qi)
Harga produk Pq dipengaruhi oleh permintaan Q, artinya
Pq dipengaruhi oleh permintaanpasar.
53
63. Pq = ƒ Q
Pq = ao – a1Q
sehingga R = (ao –a1Q) . Q jadi R = aoQ – a1Q2
Penerimaan maksimum, bila MR (marjinal revenue) = 0. MR
adalah tambahan penerimaan yang diperoleh dengan tambahan
penjualan 1 unit produk.
MR = ∆R/∆Q
dari R = aoQ – a1Q2
, maka MR = ao – 2a1Q
dengan menyamakan MR = 0 maka R maksimum akan
diproleh.
Q
MR = 6R / 6Q
Gambar 11. Gambar kurve MR dan Permintaan
8.3 Hubungan Elastisitas Permintaan, Harga dan MR
Marjinal revenue (MR) merupakan turunan dari R
(revenue), sedangkan R berhubungan dengan harga produk.
dan naik turunnya harga berkaitan perubahan permintaa, yang
diwujudkan dengan elastisitas permin taan.
Elastisitas permintaan (Eh) = (-) ΔQ/ΔP . P/Q
MR = dR/dQ dimana R = P . Q
dR = d (P.Q)/dQ
dR/dQ = P+ Q.dP
54
P
QD=P=a0–a1Q
a0
a1
2a1
Rmax
64. MR = P + Q. dP/dQ. P/P
= P + Q. dP/dQ .P/P
= P + Q/P. dP/dQ. P
MR = P ( 1 + Q.dP/P.dQ)
MR = P (1 - 1/eh)
P
P1
Gambar 12. Keseimbangan MR, MC, dan Harga
aturan marjinalisasi harga untuk memperoleh laba
maksimum adalah MR = MC, oleh karenanya.
MC = P (1 - 1/eh)
P = MC/ (1 - 1/eh)
P = MC / (eh - 1)/eh
P = eh/(eh - 1) . MC
Pada umumnya avC dalam jangka pendek konstan,
sehingga MC = avC
P = eh/(eh - 1) . avC
P merupakan harga jual yang mesti ditawarkan agar
usahatani memperoleh laba maksimum.
55
P
MR1
MR2 MC1
Q
65. Petani umumnya tidak bisa mengontrol harga jual. Harga
jual produk yang dijual oleh petani ditentukan oleh pembeli
(biasanya tengkulak). Petani dalam menjual hasilnya berhadapan
dengan para tengkulak atau pedagang desa dengan harga produk
yang sudah tentu atau pasti.
8.4 Penerimaan dan Pola Diversifikasi
dalam keadaan tertentu, usahatani sering diusahakan
dengan pola diversifikasi, yang salah satu alasannya adalah
untuk menghindari risiko pendapatan, di samping untuk
meningkatkan pendapatan.
Model penerimaan pada diversifikasi adalah
R = Pq1.Q1 + Pq2.Q2 + Pq3.Q3 + …..
Peneriman dengan pola diversifikasi merupakan total
nilai dari produk 1 , 2, 3 dan seterusnya. Pola diversifikasi
menunjukkan prilaku petani dalam beru sahatani multikultur.
Sifat hubungan antarproduk dapat diketahui melalui model
hubungan antarproduk yang dihasilkan (Heady, 1959).
Q1 = bo + b1Q2 + b2 Q3
Jika :
b1, b2 positif berarti Q1, dengan Q2 dan Q3 komplementer.
b1, b2 negatif berarti Q1, dengan Q2,Q3 substitusi.
b1, b2, nol berarti Q1, dengan Q2,Q3 suplementer.
Secara teknis budidaya, jumlah tanaman yang bisa
diusahakan pada sebidang lahan tergantung dari luas lahan dan
kombinasi jenis tanamannya. Diversifikasi dapat dilakukan
di lahan sawah maupun di lahan tegalan atau ladang. di lahan
sawah diversifikasi umumnya dilakukan antartanaman setahun,
sedangkan di lahan tegalan bisa antartanaman tahunan, atau
56
66. tanaman tahunan dengan tanaman setahun, atau hortikultura.
Misalnya, kombinasi : padi – gonda/kangkung, jagung – kacang
tanah. Kopi – cengkeh, Kakao – kelapa, kelapa – singkong, Kelapa
– kakao – pisang, dll.
Selanjutnya untuk melihat pengaruh Q2 terhadap Q1 dapat
diukur dengan elastisitas silang (Cross elasticity).
Eq1q2 = ∆Q1/∆Q2 : Q2/Q1
Jika hasilnya positif, Q2 berpengaruh kepada Q1, tetapi
jika nol berarti Q2 tidak berpengaruh terhadap Q1. Intensitas
diversifikasi (Id) dapat dihitung dengan,
Id = jumlah luas pertanaman / luas lahan
8.5 Sistem Penjualan Hasil
Salah satu faktor yang dapat meningkatkan penerimaan
adalah harga jual produk. Petani yang mempunyai posisi tawar
(bargaining power) yang kuat dapat mengontrol harga jual.
Harga jual yang tinggi akan dapat meningkatkan penerimaan
usahatani. Umumnya, petani tidak punya posisi tawar, dia
menerima harga tetap sepanjang waktu yang ditawarkan oleh
pembeli. Pembeli atau tengkulak mempunyai posisi tawar
yang lebih kuat. ada bermacan alternatif cara penjualan
produk usaha tani, antara lain:
1. Sistem ijon: produk dijual masih di pohon, produk belum
matang. Sistem ini biasa dilakukan pada komoditi tanaman
industri, misalnya kopi. Karena petani kopi perlu segera
uang kontan untuk keperluan mendesak atau keperluan
lainnya. Harga jualnya lebih rendah daripada dijual secara
konvensional.
2. Sistem kontrak: produk dijual dengan harga yang telah
disepakati sebelum panen, antara petani dan pembeli.
Penjualan dengan cara ini biasanya dilakukan secara
kolektif atau pada sistem kemitraan. Cara ini bermanfaat
57
67. untuk menghindari jatuhnya harga pada musim panen
atau untuk mengurangi risiko.
3. Sistem tebas : penjualan dilakukan dalam satuan luas atau
pohon, di mana panen dilakukan oleh pembeli-penebas.
di Bali dewasa ini sistem tebas sudah umum dilakukan
terhadap usahatani padi. Kadang kadang juga untuk jeruk.
Juga di Jember, Jatim banyak petani kopi menempuh cara
ini.
4. Penen segera dijual (konvensional): hasil segera dijual
begitu habis panen. Misalnya, sayur-sayuran, tomat, cabai,
stroberi, asparagus, jamur tiram, jamur kancing. Penjualan
cara ini paling umum dilakukan oleh petani.
5. Panen - disimpan – baru dijual: produk setelah dipanen
disimpan dulu beberapa lama, lalu dijual. Misalnya,
komoditi bawang merah atau bawang putih.
6. Panen – diolah lalu dijual, produk- produk yang
memerlukan pengolahan terlebih dahulu. Misalnya, kakao,
mete. Produk produk tertentu agar lebih awet diolah
terlebih dahulu, di samping untuk memperoleh harga yang
lebih tinggi. Misalnya, kacang tanah, buah- buahan atau
sayur asin.
7. Panen dengan dijual secara bertahap.Untuk mendapatkan
harga bagus, panen diatur sedemikian rupa, bisa dilakukan
tahapan 2 atau 3 kali panen. Panen tidak dilakukan secara
serentak.Untukbisamelakukanpanenbertahaphendaknya
perencanaan awal penanaman sudah dilakukan. Misalnya
komoditi jamur.
Tempat menjual produk:
a. di kebun,
b. di rumah petani,
c. di pasar, dan
d. di pabrik pengolahan.
58
68. Jarang petani menjual produknya di pasar, lebih sering
produknya dijual di rumah atau di kebun. Kalau petani menjual
produknya di pasar, petani harus mengeluarkan biaya angkut.
Harga di pasar akan menguntungkan bila harga di pasar lebih
tinggi dari harga di pasar desa ditambah biaya angkut ke pasar.
8.6 Pendapatan Usahatani
Pendapatan yang tinggi atau laba usahatani merupakan
tujuan akhir dari usahatani. tinggi rendahnya pendapat
usahatani mencerminkan tingkat kesejahteraan petani dan
keluarganya. Pendapatan merupakan selisih nilai penerimaan
(R) dengan biaya (C) usaha tani. tenaga kerja keluarga tidak
dihitung sebagai biaya. Sehingga pendapatan usahatani dihitung
sebagai pendapat kotor (Gross Income = GI).
Pendapatan kotor (GI) = R – tC
Pendapatan kotor ini relevan dengan upah yang diterima
sebagaipenyelenggarausahatani.adayangmengatakanGIsama
dengan nilai produksi (produksi x harga per unit). Pendapat
bersih yang memperhitungkan semua biaya yang dikorbankan
termasuk tenaga keluarga, adalah merupakan pendapatan petani
sebagai Manjer Usahatani.
dalam hal ini, kiranya harus dibedakan pendapatan kotor
(GI), pendapatan bersih (net income = nI), pendapatan/ongkos
sebagai manajer, dan laba usahatani. Pendapatan kotor adalah
pendapatan yang diperoleh dari penerimaan dikurangkan
dengan biaya riil usaha tani. Penerimaan usahatani adalah nilai
produk utama ditambah nilai produk sampingan. Pendapatan
bersih usahatani adalah pendapatan yang diperoleh dari nilai
penerimaan dikurangi dengan seluruh biaya yang dikorbankan
dalam proses produksi baik input domestic maupun input luar,
tetapi tidak termasuk ongkos sebagai manajer. Sedangkan laba
usahatani, adalah penerimaan bersih dikurangkan dengan
59
69. ongkos petani sebagai manajer. Jika usahatani itu menyewakan
alat-alat pertanian, maka penerimaan usahatani di samping nilai
produksi juga ditambahkan dengan nilai sewa yang diterima
dari menyewakan alat.
tinggi rendahnya pendapatan sangat dipengaruhi
bagaimana petani mengelola penerimaannya dan mengelola
biaya usahatani. Petani yang mampu mengelola biaya
dengan serendah-rendahnya dengan teknologi tertentu, akan
memperoleh pendapat yang tinggi. demikian pula jika petani
mampu berproduksi maksimal, juga akan memperoleh pendapat
yang tinggi. Pendapatan tinggi dapat dicapai melalui teknologi
yang menghasilkan :
1. Penerimaan tetap, dengan biayaturun.
2. Penerimaan naik, dengan biaya tetap.
3. Penerimaan meningkat, biaya juga meningkat, tetapi
dengan persetase yang lebih rendah dari persentase
kenaikan penerimaan.
4. Berproduksi dengan skala usaha yang besar, berusaha pada
skala ekonomis, bukan pada skala disekonomis.
Contoh .
Usahatani padi dengan produktivitas 4 ton/ha harga jual
gabah Rp. 4500/kg. Urea yang diperlukan 3 kwt/ha, bayar pajar
Rp. 200.000/ha. Biaya traktor dan upah buruh Rp 1.500.000. Harga
urea Rp 4000/kg. Petani memiliki lahan hanya 25 are. Hitunglah
berapa produktivas lahan agar petani memperoleh keuntungan?
R = Pq x Q R = 0,25 x 4 000 kg x Rp.4500 = Rp. 4.500.000
Biaya = 0,25 x Rp 200.000 + 0,25 x 300 kg x Rp 4000 + Rp
1.500.000 = Rp 1.850.000. Pendapatan/laba = Rp 4.500.000 – Rp
1.850.000 = Rp 2.650.000.
tujuan usahatani yang komersial adalah memproduksi
hasil untuk memperoleh pendapat maksimum. norma untuk
pendapat/laba maksimum, bila petani bisa berproduksi dalam
kondisi MR = MC = Pq.
60
70. P
MC1
MC2
P P= MR=AR
Q
Pada situasi Pq tetap, maka petani hendaknya berproduski
pada situasi MC = Pq karena kaidah berproduksi MR harus
sama dengan MC, maka petani biasa berproduksi pada kondisi
MR = Pq
R = Pq. Q karena Pq tetap , nilai ∆R = Pq . ∆Q
maka ∆R/∆Q = Pq , dengan kata lain MR = Pq
Atau AR = Pq.Q / Q , atau AR (rata penerimaan = Pq
Jadi MR = AR (penerimaan marjinal = penerimaan rata rata)
Gambar 13. MR = AR = P
8.7 Posisi Tawar (Bargaining Position)
Seringterjadi bahwaharga-hargakomoditi pertanian jatuh
pada musim- musim panen raya. akibatnya, petani mengalami
kerugian. Pada saat harga jatuh, petani mengalami rugi karena
penerimaannya rendah, dan petani dipaksa untuk menjual hasil
yang lebih banyak untuk memperoleh penerimaan tetap. Sebab
lain karena rendahnya posisi tawar petani. Petani tidak mampu
untuk menaikan harga, harga tetap diberikan oleh pembeli.
Petani tidak mampu mengendalikanharga.
Posisi tawar (Pt) petani dapat dihitung dengan menghitung
indek Lenner. Indek Lenner biasanya digunakan untuk
mengetahui kekuatan monopoli pasar.
61
71. Pt = (Pq – MC) / Pq x 100 %
Makin tinggi Pt berarti posisi tawar semakin besar.
Biayamarjinalbiasanyasulitdiketahui,sehinggaMCdapat
didekati dengan avC. dengan menggunakan pedekatan avC,
Pt dapat dihitung denganformula:
Pt = (Pq – AVC) / Pq x 100%.
Dengan memperhatikan efiensi produksi, Pt dapat
ditingkatkan. Pt juga bisa ditingkatkan dengan melakukan
penjualan produk secara kolekti.
P
P
AVC
Q
Gambar 14. Kurve P, MR, dan MC
Harga produk ditingkat produsen dapat dipengaruhi
oleh harga pasar ditingkat konsumen, Komoditi yang unik dan
langka, harga di produsen bisa mempengaruhi harga pasar
ditingkat konsumen. Hubungan kedua harga itu dapat dilihat
dengan formula :
Pp = ƒ Pk
Pp = ao + a1Pk
Pp adalah karga di pasar produsen, Pk harga di pasar
konsumen. Jika a1 >1 maka harga pasar di konsumen lebih besar
pengaruhnya terhadap harga di produsen, Bila a1 < 1maka harga
di produsen lebih besar pengaruhnya terhadap harga di pasar
62
MC
MR
72. konsumen. Berarti komoditi itu sangat dibutuhkan. Jika a1 = 1
berarti petani tidak memiliki posisi tawar, karena pasar berada
dalam persaingan sempurna. Strategi yang dapat dilakukan oleh
petani agar mempunyai posisi tawar, antara lain :
1. Melakukan pasar bersama/kolektif;
2. Memproduksi produk yang unik dan langka;
3. Memproduksi produk yang tidakada;
4. Menjual produk melalui system kontrak;
5. Berproduksi di luar musim (mampukah ?);
6. dengan mengatur distribusi penjualan.
8.8 Input – Output Ratio
Ratio dipakai untuk menilai apakah ada manfaat
menerapkaninovasibaru.Sebagaiseorangmanajer,petaniharus
bisa mengetahui apakah teknologi yang diterapkannya itu akan
lebih baik dari teknologi sebelumnya. Kemudian seberapa jauh
lebih baiknya. Ratio ini telah dikembangkan oleh FAO untuk
usahatani di kawasan AsiaFacific.
Perhatikan teladan di bawah ini.
Uraian Cara lama Cara baru Penambahan
Biaya produksi (Rp) 20.000 25.000 5.000
Produksi (unit pisik) 800 1.000 200
Penerimaan (Rp)
36.000 50.000 14.000
Pendapatan bersih (net
income)(Rp)
16.000 25.000 9.000
Pendapatan per unit biaya 0,80 1,00 0.20
Input-output ratio 1 : 1,8 1 : 2 1 : 2,8
ternyata cara baru lebih baik atau lebih menguntungkan
daripada cara lama. Petani mengambil keputusan untuk
menerapkan cara baru pada usahataninya.
63
73. BAB IX
MANAJEMEN RISIKO USAHATANI
9.1 Pengertian Risiko
Pertanian – usahatani merupakan industri yang rentan
dengan pengaruh iklim, sehingga menimbulkan ketidakpastian
yang akhirnya bermuara pada risiko. Ketidakpastian terjadi
ditandai dengan adanya variasi produksi sepanjang musim
sepanjang tahun. di samping itu, harga- harga pasar hasil
produk pertanian sangat bervariasi. Harga selalu berubah setiap
minggu atau setiap bulan. Petani pada akhirnya mengalami
risiko pendapatan.
Risiko didefinisikan sebagai keadaan atau kenyataan
yang diterima tidak sesuai dengan harapan. atau keadaan yang
menyimpang dari keadaan normal. Risiko dan ketidakpastian
tampak pada variasi hasil yang diperoleh oleh petani. Kadang-
kadang hasil bagus/tinggi kadang- kadang hasil rendah. Petani
tidak dapat memprediksi hasil, tetapi petani hanya dapat
menerimanya apa yang terjadi. demikian pula harga, biaya,
hama penyakit, juga laba yang diakibatkan oleh ketidakpastian,
sehingga penerimaan atau laba usahatani pun variabel (nuthall,
2010). Selanjutnya dikatakan bahwa risiko dan ketidakpastian
tampak pada:
a. Hasil yang bervariasi
b. Hasil tidak dapat diprediksi dalam ukuran bulan, minggu,
atau tahun
c. Umumnya manajemen hanya dapat memperkecil variasi
outcome, dengan melakukan diversifikasi.
64
74. Kadarsan (1992), mengatakan ada dua risiko yang dikenal
dalam perusahan pertanian/ usahatani. Pertama, risiko perusahan.
Risiko perusahan berhubungan dengan bermacam-macam
tingkat pendapatan yang diterima akibat bermacam-macam
kegiatan usaha yang dijalankan oleh suatu perusahan agribisnis.
Kedua, risiko keuangan adalah risiko menderita kerugian yang
lebih besar akibat bertambahnya pemakaian modal pinjaman atau
karena bertambah besarnya rasio pemakaian modal pinjaman
dan modal milik pribadi.
Perpaduan di antara kedua macam risiko mengakibatkan
perlunya diketahui prinsip-prinsip manajemen risiko. Kejadian
di masa yang akan datang selalu mengandung risiko, sehingga
sangatlah berguna bagi seorang manajer untuk memiliki
keterampilan agar mampu bertindak dalam menghadapi hal-
hal yang tidak diinginkan terjadi di dalam perusahan. terutama
perusahan pertanian yang sangat dekat dengan pengaruh
perubahan cuaca/iklim.
Tujuan mengurangi risiko, antara lain:
1. Untuk mempertahankan kemampuan untuk membayar
kredit atau utang;
2. Untuk menstabilkan pendapatan.
dalam hal pinjam-memimjam modal, kemampuan atau
keberanian untuk menanggung risiko adalah syarat penting.
tidak jarang utang atau kredit tidak dapat dibayar atau sulit
dibayar karena produksi usahatani terganggu akibat bencana
alam, seperti : banjir, kekeringan, serangan hama penyakit, harga
pasar ajlog, yang tidak dapat diperkirakan sebelumnya.
Risikodanketidakpastianinimengharuskankepadapetani/
pengusahapertanianmemilikikemampuanuntukmenangulangi
risiko, apabila mau meminjam modal ke Bank. Penerimaan dan
pengeluaran di bidang pertanian tidak stabil, berkaitan dengan
keadaankeluargapetani.Risikodibidangpertaniantampakpada
65
75. adanya variasi produksi pada setiap musim panen (Soekartawi,
1993).
Menurut Nelson (1978) faktor risiko dalam bidang
pertanian berasal dari :
a. Produksi, risiko produksi disebabkan oleh cuaca, hama
penyakit, variasi genetik, waktu pelaksanaan penanaman,
teknik pemupukan dan adanya bencana alam.
b. Harga pasar, produk-produk pertanian sangat bervariasi
antardaerah/lokasi, sehingga keragaman produk sangat
heterogen. Demikian pula harga-harga sering berfluktuasi
(ketidak pastian harga) baik harga input maupun harga
output. Keragaman harga dapat diduga dari trend harga,
siklus harga, variasi harga berdasarkan musim. namun,
umumnya di tingkat petani harga-harga ouput umumnya
tetap sepanjang bulan atau tahun, jika terjadi perubahan
harga baru terjadi pada tahun-tahun berikutnya dan
berada dalam keadaan yang tidak pasti. tingkat harga
dapat mempengaruhi spekulasi pedagang, pemerintah dan
permintaan konsumen.
c. Finansial, risiko ini berkaitan dengan pelunasan, yaitu
ketersediaan modal atau kredit. Risiko semakin tinggi bila
jumlah pinjaman semakin tinggi. Juga pembayaran tunai
yang semakin tinggi menyebabkan risiko semakin tinggi.
d. Teknologi, khususnya dalam penggunaan teknologi
baru atau adopsi teknologi baru terlalu cepat, sehingga
petani belum terampil dalam penerapan teknologi, akan
menimbulkan risiko yang semakinbesar.
e. kerusakan, telah diketahui bahwa produk pertanian
bersifat segar dan mudah rusak. Karena cepat rusak,
produk pertanian mempunyai risiko tinggi. Risiko akan
lebih tinggi lagi ketika musim panen terjadi hujan terus
menerus. Kerusakan juga bisa disebabkan oleh serangan
hama penyakit. Penyimpanannya kurang bagus.
66
76. f. Regulasi, berkaitan dengan terjadinya perubahan peraturan
dari pemerintah, misalnya pencabutan/ pengurangan
subsidi, peraturan penggunaan input, perencanaan lokasi
baru untuk pemukiman.
g. Faktor manusia, berkaitan dengan perilaku dan
sifat seseorang yang tidak terduga dalam usaha tani
menyebabkan risiko, misalnya ketidakjujuran pekerja,
misalnya pencurian barang. atau kebiasaan petani bangun
siang sehingga waktu panen terlambat. Misalnya, petani
asparagus di Brastagi Sumut, petani tidak bisa bangun pagi
untuk panen asparagus, sehingga kualitas asparagus tidak
baik, dan tidak laku dijual.
Petani produsen dalam menghadapi risiko ada tiga
golongan (Nuthall, 2010), yakni:
(a) Golongan yang berani menghadapi/menanggung risiko, di
mana petani menghadapi risiko dengan berbagai cara.
(b) Golongan yang netral, ada atau tidak risiko petani tidak
kuatir.
(c) Golongan yang menolak/menghindari risiko. Petani
sangat kuatir terhadap risiko, sehingga ia tidak melakukan
inovasi.
dalam analisis - analisis usahatani, faktor risiko sangat
jarang diperhitungkan, walaupun risiko usahatani selalu terjadi
pada setiap pengambilan keputusan. Risiko produksi asparagus
di kabupaten Badung 8,66 ton pada musim hujan dan 7,18 ton
pada musim kemarau, dengan tingkat risiko 0,89 (Widyantara,
dkk. 2013)
Risiko merupakan beda kenyataan dengan harapan. Makin
jauh melesetnya kenyataan yang dialami dengan harapan,
risikonya makin besar. Misalnya, produksi padi yang diharapkan
5,5 ton/ha, tetapi selama proses produksi usahatani padi
mengalami cuaca buruk, angin, hujan tidak menentu. alhasil
produksi padi hanya 4,5 ton/ha. Jadi, beda kenyataan dengan
67
77. harapan 1 ton. Secara umum usahatani mengalami dua macam
risiko, yaitu risiko yang bersifat teknis dan risiko yang bersifat
ekonomis.
A. Risiko teknis, antara lain:
1. teknik budidaya tidakdikuasai.
2. alokasi pupuk tidak tepat, baik dalam jumlah maupun
waktunya.
3. adanya serangan OPt.
4. Curah hujan berlebihan.
5. Kakurangan air, dll.
B. Risiko ekonomis, antara lain:
1. Harga jatuh, disebabkan oleh perilaku lembaga tataniaga.
atau persediaan yang berlebihan.
2. Perubahankebijakanpemerintah,misalnyasubsididicabut
atau prubahan suku bunga pinjaman yang dinaik kan.
3. tidak bisa aksesmodal.
4. Turunnya permintaan, tidak ada yang beli.
5. dan lain lain.
9.2 Menghitung Risiko
Karena risiko berhubungan dengan ketidakpastian,
maka risiko juga berhubungan dengan peluang kejadian yang
disesuaikan dengan harapan (ekspektasi). Menurut Salvatore,
langkah untuk menghitung risiko sebagai berikut.
a. ekspektasi keluaran (Outcome)
Rata rata Outcome=Ekpek. (Qi) = ∑ (Qi. Pi)
Pi adalah peluang dan Qi adalah outcome (luaran), misalnya
produksi.
Pi = kejadian / kemungkinan kejadian.
Pi untuk produksi biasanya produksi boom 25 %, normal
50 %, dan rendah 25%. Besar kecilnya Pi ini tergantung kondisi
di lapangan. total probabilitas 1,00.
68
78. Probabilitas (Pi) juga dapat dihitung dengan:
Pi = ( Xi – x ) / sd, dimana Xi adalah nilai outcome ke i dan
x nilai rata-rata outcome, sedangkan sd adalah standar deviasi.
(Siregar,2013).
b. Standar deviasi (Sd):
Sd = √ ∑(Qi – Ekp.Qi)2
. Pi
Sd merupakan akar dari varian yang menunjukkan nilai
tingkat distribusi risiko atau risiko mutlak.
c. ambang Risiko, adalah besarnya risiko yang akan
diterima.
Risiko = ekp (Qi) - Sd
Kemudian untuk mengetahui apakah risiko itu gawat atau
tidak, apakah perlu atau tidak ditanggulangi, dihitung dengan
koefisien variasi (Kv).
d. Koefisien variasi (Kv) :
Kv = Sd/Qi.
Jika hasil pembagian ini bernilai satu atau labih besar satu,
artinyarisiko dalam keadaan gawat atau semakin gawat semakin
tingginya nilai Kv, untuk itu perlu dilakukan mitigasi. namun,
jika Kv lebih kecil dari satu berarti risiko tidak gawat, boleh
ditangulangi boleh juga tidak.
Contoh teladan perhitungan risiko
Keluaran (Qi) Probabilitas (Pi) Ekspektasi (Qi.Pi)
3,5 0,10 0,35
4,0 0,25 1,00
4,5 0,50 2,25
5,0 0,15 0,75
Jumlah 1,0 4,35
Jadi rata -ratanya luaran (outcome) = 4,35
Variannya = 0,78 sehingga Sd nya = 0,421
Kv = 0,421/4,35 = 0,096 (0,10 dibulatkan)
69
79. dari berbagai cabang usahatani yang dilakukan, cabang
usahatani mana yang mempunyai ekspektasi yang paling tinggi
itulah yang terbaik. dari teladan di atas, risikonya termasuk
ringan atau kecil. Ambang batas keluaran 4,35 – 0,421 = 3,929,
yaitu ekspektasi dikurangi standar deviasi.
Perhatikan teladan di bawah ini.
Dosis Pupuk
N
Produksi di
lahan I
Probabilitas
Produksi
di lahan II
Probabilitas
50 40 0,10 60 0,10
75 50 0,10 75 0,10
100 60 0,20 100 0,10
150 80 0,15 125 0,30
200 100 0,15 150 0,20
250 150 0,30 200 0,20
Sebagai seorang manajer, di lahan manakah sebaiknya
berusahatani? di lahan I atau di lahan II ?
Sebab-sebab terjadinya risiko (Critical point) :
1. Keadaan cuaca/Iklim/musim.
2. Fluktuasi harga/ketidakpastian harga (input mau pun
harga output).
3. Perkembangan teknologi.
4. Tindakan-tindakan petani lainnya (pesaing).
5. Sakit, kecelakaan, atau kematian.
6. Kebijakan pemerintah tentang suku bunga pinjaman.
7. Ketidak pastian kelembagaan.
8. Inovasi teknologi.
9. Bencana alam (kekeringan, kebanjiran, angin sikloon).
9.3 Mitigasi Risiko
Risiko yang umum dialami oleh petani adalah risiko
produksi dan risiko harga. Risiko usahatani bukan hanya
menyangkut teknis budidaya, tetapi juga menyakut masalah
pendapatan. Harga produk pertanian sering kali jatuh pada
70
80. saat musim panen raya, karena kelebihan produksi. Kelebihan
produski juga bisa diakibatkan perilaku importir, mengimpor
produk yang berlebihan, sehingga harga dalam negeri jatuh.
Mitigasi artinya usaha untuk mengurangi atau membuat risiko
sekecil mungkin. dalam usahatani rasanya tidak mungkin petani
dapat menghilangkan risiko, karena usahatani berkaitan erat
dengan kondisi alam - cuaca. Kondisi alam juga berhubungan
dengan serangan OPt (organisme pengganggu tanaman) seperti
hama wereng, walang sangit, hama beluk, kutu lonjat dan
sebagainya.
Untuk dapat melakukan mitigasi risiko, harus dikenali dulu
faktor yang mempengaruhi risiko. Sebelum dikenal faktor yang
mempengaruhi risiko. Risiko tidak bisa ditangulangi.tindakan-
tindakan yang dapat mengurangi (mitigasi) risiko :
1. Kontrak produksi. Kontrak produksi dilakukan untuk
mengunci harga dan menghindari tidak terjualnya produk.
Petani terhindar dari fluktuasi harga dan kemungkinan
tidak terjualnya produk.
2. Diversifikasi/integrasi tanaman/ternak. Pola diversifikasi
dapat menhidarkan petani dari pluktuasi pendapatan.
Jika satu produk produksinya turun, dapat ditutupi oleh
produksi yang lain.
3. Meningkatkan fleksibilitas manajemen usaha tani.
Management yang fleksibel artinya managemen dapat
segera melakukan perbaikan ketika terjadi hal hal yang
akan merugikan. Ketika harga bagus misalnya, segera
melakukan penanaman, tetapi ketika harga rendah kurang
pertanaman.
4. Manajemen stok/penyimpanan yang baik. Dengan
melakukan managemen stok yang baik, misalnya dengan
tidak segera menjual pada musim panen. Harga produk
akan lebih tinggi jika bisa dijual setelah beberapa hari atau
bulan setelah panen.
71
81. 5. Penguasaan teknologi produksi yang lebih baik. teknologi
bukan hanya menyangkut dosis pupuk, tetapi juga
menyakut kapan sebaiknya melakukan pemupukan atau
penanaman. Misalnya, belum saatnya menanam kedele
ketika masih terjadi cuacaguruh.
6. asuransi pertanian. Produk pertanian diasuransikan agar
ketika terjadi serangan hama penyakit, misalnya atau
kebanjiran mendapat ganti rugi. dengan asuransi biaya
produksi akan bisa tergantikan sehinga mempunyai modal
untuk musim tanam berikutnya. dewasa ini asuransi
pertanian dikelola oleh Jasindo.
7. Cara berproduksi sesuai musim. Perubahan musim akan
memberikan kesempatan untuk berproduksi dengan baik.
Jika petani mengetahui kapan sebaiknya berproduksi,
maka petani akan terhindar dari kekeringan/ kebanjiran
atau serangan OPt. Jangan lupa berdoa kepada penguasa
pertanian, tuhan yang Mahaesa.
8. Subsidi dari pemerintah. Pemerintah bisa memberikan
subsidi atau bantuan kepada petani yang mengalami
musibah.
9. Struktur aset.
10. Fleksibitas sumber daya.
11. Mempunyai pengetahuan atau informasi.
12. Sistem perpajakan.
13. Penjualanbersama.denganmelakukanpenjualanbersama,
petani bisa terhindar dari permainan harga. Harga hasil
pertanian biasanya dipermaikan oleh para tengkulak.
dengan sistem klompok harga akan lebih terjamin.
14. Diversifikasi usahatani, baik horisontal maupun vertikal.
Jika risiko dapat ditunjukkan oleh adanya variasi produksi,
maka faktor penyebab risiko dapat diestimasi dengan model:
1. analisis varian, merupakan faktor dependen yang
disebabkan oleh independen. Misalnya, penggunaan
72
82. festisida, serangan hama, alokasi pupuk, harga jual, dan
lain lain.
v =
Qi outcome risiko.
ᶂ (Qi) di mana v adalah varian produksi, dan
Dengan rumus statistik, V = ∑ (Qi – x)2
/n-1
Qi out come, x rata rata dan n adalah sampel.
v = ᶂ (Xi) di mana Xi adalah faktor risiko.
2. Analisis faktor sisa :
Q = ᶂ (Xi)
Q = a + Xi + S
S2
= bo+ Xi di mana S = Q – q
q adalah rata rata Q.
dengan bantuan statistik akan dapat diketahui faktor mana
yang berhubungan dengan risiko. Faktor itulah yang semestinya
dikelola.
Hasil penelitian risiko usahatani bawang merah di
KabupatenBangli,ternyatarisikousahataninyadipengaruhioleh
musim hujan, pengalaman petani, dan umur petani (Widyantara,
2012). Musim hujan berpengaruh positif - meningkatkan risiko,
pengalamanberusahatanibawangberpengaruhnegatif,danumur
petani berpengaruh postif juga. Oleh karena itu. untuk mitigasi
risikoproduksibawanghendaknyadilakukanusaha-usaha:tidak
menanam bawang pada musim hujan, petani yang berusahatani
bawang hendaknya petani yang berumur dalam usia produktif,
danmenambahpengalamandan/atauketerampilanberusahatani
bawang merah dengan mengikuti pelatihan – pelatihan atau
penyuluhan teknis budidaya bawangmerah.
73
83. tugas.
Coba hitung kelompok manakah yang paling berisiko dari contoh
di bawah ini.
Produksi (Ton/ha) Klompok Tani A Klompok Tani B
Klompok Tani
C
8 4 6 5
6 5 7 5
5 6 8 5
8 7 9 5
6 9 10 5
7 10 11 5
Produksi tinggi 8 ton keatas
Produksi normal 6 – 7,9 ton
Produksi Rendah < 6 ton.
74
84. BAB X
AMBANG EKONOMI OPT USAHATANI
10.1 Pengertian Ambang Ekonomi
Pertanian di daerah teropis acap kali diserang oleh hama
penyakit yang sangat merugikan petani. Bukan hama saja, juga
kekeringanyangsetiaptahundialamiolehparapetanidibeberapa
daerah terutama pada musim kemarau. Sebaliknya, pada musim
penghujan usahatani padi banyak terrendam karena banjir,
sehingga petani mengalami gagal panen. Sejauh mana dampak
serangan hama penyakit terhadap usahatani dapat dianalisis
dengan ambang ekonomi, yang juga sering disebut dengan aras
ekonomi (ae).
Serangan hama penyakit (OPt) dapat berpengaruh
langsung terhadap tanaman, dan dapat berdampak terhadap
produksi dalam bentuk penurunan hasil, atau penurunan kualitas
hasil. dari sudut usahatani yang lebih adalah dampak terhadap
penurunan hasil dan penurunan kualitas. Penurunan hasil akan
menyebabkan petani mengalami kerugian, dan penurunan
kualitas menyebabkan produk tidak laku dijual atau di pasar.
Bagisebahagianpetanilebihmudah pengamatanserangan
hama daripada serangan penyakit, walaupun keduanya sama
sama merugikan. dari aspek ekonomi sejauh manakah serangan
hama penyakit dapat menyebabkan kerugian. Kerusakan
ekonomi terjadi bila nilai kerusakan akibat hama sama atau lebih
besar daripada biaya pengendalian yang dilakukan sehingga
tidak terjadi kerugian.
Menurut Stern, 1959 (lihat astriyani) ambang kerusakan
ekonomi adalah kehilangan yang dirasakan oleh tanaman akibat
75
85. serangan hama. Kemudian menurut Headly (lihat Untung, 1979)
mengatakan ambang ekonomi adalah suatu tingkat populasi
hama yang menghasilkan laju pertambahan kerusakan yang
sama dengan biaya yang dikeluarkan untuk menghindar dari
kerusakkan tersebut.
Main, 1959 (dalam astriyani) mengatakan batas populasi
terendah yang menyebabkan kerusakan ekonomi. Hal senada
juga dikemukan oleh Masbaitt (2013) yang mengatakan bahwa
ambang ekonomi (ae) adalah kepadatan populasi hama yang
memerlukan pengendalian untuk mencegah peningkatan
populasi hama berikutnya. Jadi ambang ekonomi merupakan
konsep dasar dalam pengendalian hama dengan menggu nakan
festisida. Penggunaan festisida yang berlebihan dapat merusak
lingkung an, mencemari hasil. dan pada ahkirnya meng ganggu
kesehatan.
Padaprinsipnyaambangekonomiadalahmenentukanbatas
terendah populasi hama yang menyebabkan kerugian. Jumlah
populasi terendah dinyatakan dalam satuan ekor/pohon, ekor/
rum pun atau ekor/ha atau aderah. dengan kata lain, ambang
ekonomi adalah menentukan berapa ekor hama yang boleh ada
di areal usahatani yang akan menimbulkan kerugian. Misalnya,
dalam usaha tani padi, jika ditetukan ambang kerusakan itu 3
ekor/rumpun. Jika terdapat lebih dari 3 ekor maka harus segera
dilakukan pengendalian, tetapi jika kurang dari 3 ekor tidak
perlu melakukan pengendalian.
10.2 Aras Luka Ekonomik (ALE) dan Kerusakan Ekonomik
(AE)
Luka (injury) merupakan bentuk penyimpangan fisiologis
tanaman sebagai akibat aktivitas serangan hama. Kerusakan
(damage) merupakan kehilangan yang dirasakan oleh
tanaman akibat serangan hama, misalnya dalam bentuk
penurunan hasil dan atau penurunan kualitas. aLe merupakan
titik impas dalam pengendalian hama (break even consept)
(numford dannorton, 1982: baca astriyani).
76