SlideShare a Scribd company logo
1 of 244
TEKNOLOGI FARMASI
SEDIAAN STERIL
Kelompok 9 :
1.Dewi
Purnamaasri
2.Ita Rosita
Nurtika
3.M. Faisal
4.Surpana
SEDIAAN PARENTERAL
Definisi:
Bentuk Obat:
Sediaan steril yang digunakan tanpa melalui
mulut namun langsung ke dalam pembuluh
darah sehingga memperoleh efek yang cepat
dan langsung sampai sasaran.
1. Infus
2. Injeksi (larutan, suspensi, emulsi)
SEDIAAN PARENTERAL
Produk parenteral didesain dan digunakan
tanpa melalui mulut serta tidak melewati
saluran cerna, sedangkan produk enteral di
desain dan digunakan melalui mulut dan
melewati proses cerna.
SEDIAAN PARENTERAL
Keuntungan :
1. Respons fisiologis segera
2. Untuk obat yang tidak efektif
jika diberikan secara oral
karena obat mudah rusak
akibat sekresi lambung.
3. Pengobatan pada pasien
yang tidak sadar
4. Bila diinginkan efek lokal
5. Koreksi gangguan
kesetimbangan cairan &
elektrolit (dg diinfus)
Kerugian :
1. Pemberian obat harus dilakukan o/
personel terlatih (dokter) tidak o/
pasien.
2. Pemberian obat perlu waktu lebih
lama dr bentuk sediaan lain.
3. Pemberian obat perlu teknik aseptis.
4. Menimbulkan rasa nyeri pada lokasi
penyuntikkan
5. Sukar menghilangkan efek fisiologis
jika obat sudah berada dalam
sirkulasi sistemik.
6. Harga lebih mahal
SEDIAAN PARENTERAL
1. Dosis obat dalam sediaan harus sesuai dg etiket &
tidak terjadi pengurangan kualitas selama
penyimpanan
2. Penggunaan wadah yang cocok & tidak terjadi
interaksi antara obat dengan material dinding wadah.
3. Tersatukan tanpa terjadi reaksi.
4. Bebas kuman & pirogen.
5. Isotonis, isohidris dan bebas partikel melayang
Persyaratan:
INDIKASI UMUM PEMBERIAN OBAT
SECARA PARENTERAL
1. Untuk menjamin penyampaian obat yang
belum diketahui sifat-sifatnya ke dalam
suatu jaringan yang sakit dalam kadar
yang cukup.
Contoh :
Pemberian injeksi antibiotik gol.
aminoglikosida secara intraventrikular 
sulit menembus lap. pembatas darah-otak-
selaput otak yg dilakukan pd penderita
radang selaput otak
INDIKASI UMUM PEMBERIAN OBAT
SECARA PARENTERAL
2. Pengendalian langsung terhadap parameter
farmakologi tertentu (kadar puncak dalam
darah, dll)
3. Menjamin dosis dan kepatuhan terhadap obat
(khusus untuk penderita rawat jalan)
4. Mendapatkan efek obat yang tidak mungkin
dicapai melalui rute lain
contoh: insulin tdk dapat diabsorpsi/rusak
oleh asam lambung jika diberikan secara oral
INDIKASI UMUM PEMBERIAN OBAT
SECARA PARENTERAL
5. Penderita yang
tidak sadarkan
diri / gila.
7. Mendapatkan efek lokal
yang diinginkan : anastesi
lokal pada pencabutan gigi
6. Memperbaiki dengan
cepat cairan tubuh atau
ketidak-seimbangan
elektrolit atau mensuplai
kebutuhan nutrisi.
MASALAH YANG HARUS DIPERHATIKAN DALAM
PEMBERIAN OBAT SECARA PARENTERAL
1. Sepsis, Trombosis (i.v, intraarterial),
2. Reaksi terhadap bahan asing yg tak
terlarut (iv / intra-arterial),
3. Ketidaktercampuran & reaksi karena pH
serta tonisitas ekstrim,
4. Reaksi hipersensitivitas, over dosis,
emboli udara ( iv dan intraarterial), demam
dan keracunan.
MASALAH YANG HARUS DIPERHATIKAN DALAM
PEMBERIAN OBAT SECARA PARENTERAL
Bahaya dan komplikasi khusus
:
Disebabkan oleh senyawa yang
disuntikkan, meliputi beberapa
efek samping yang sifatnya
idiosinkratik terhadap senyawa
yang diberikan
(trombositopenia, anemia,
neutropenia), imunosupresi,
aritmia, rasa nyeri.
RUTE-RUTE
PEMBERIAN
SEDIAAN
PARENTERAL
3 Rute utama
pemberian sediaan
parenteral :
1. Intramuskular
2. Intravena
3. Sub kutan.
Rute lain :
intraperitonial,
intratekal,
intradermal,
Intraspinal, dll
RUTE-RUTE UTAMA -
INTRAMUSKULAR
Intramuskular
Injeksi langsung ke dalam bagian otot relaksasi,
meliputi :
• Otot gluteal
• Otot deltoid
• Otot trisep
• Otot pektoral
• Vastus lateralis.
INTRAMUSKULA
R
o Larutan sedapat
mungkin dibuat isotoni
o bersifat mengiritasi
jaringan subkutan
o Membutuhkan laju
absorbsi yang cepat
o Dapat diberikan dalam
volume hingga 5,0 ml
o menggunakan syringe
3 – 5 mL
o Sudut penyuntikan 90°
o Zat aktif dengan kerja
lambat serta mudah
terakumulasi dapat
menimbulkan
keracunan.
o Contoh : Injeksi kamfer,
injeksi kinin antipirin, injeksi
fenilbutazon, injeksi
amidopirin, injeksi kortison
asetat.
RUTE-RUTE
UTAMA -
INTRAVENA
Intravena
Injeksi langsung ke dalam
vena (pembuluh darah).
Dalam jumlah kecil tidak
mutlak harus isotoni dan
isohidri.
Dalam jumlah besar harus
isotoni dan isohidri
Tidak tepat untuk zat aktif
yang merangsang dinding
pembuluh darah.
INTRAVENA
Sediaan yang diberikan
umumnya berbentuk
larutan sejati dengan
pembawa air.
Penggunaan suspensi
masih dipertentangkan
dengan membatasi
ukuran partikel zat aktif
< 0,1 µm, ukuran yang
lebih besar dapat
menyebabkan emboli.
Tidak diperkenankan
penggunaan zat aktif
penyebab hemolisa
seperti plasmokhin,
saponin, nitrobenzol,
nitrit dan sulfonal.
Pemberian larutan 10 mL
atau lebih besar sekali
suntik, harus bebas
pirogen.
Contoh : injeksi kalsium
glukonat, injeksi
aminofilin, infus glukosa,
TUJUAN PEMBERIAN
INTRAVENA
Tujuan pemberian intravena :
a. Menjamin penyampaian dan distribusi obat dalam
keadaan syok
b. Mengembalikan segera kesetimbangan elektrolit
dan cairan tubuh
c. Efek farmakologis yang segera (darurat)
d. Pengobatan infeksi yang serius
e. Pemberian nutrisi secara kontinyu
f. Mencegah komplikasi lainnya jika diberikan
melalui rute lainnya.
g. Untuk tujuan khusus : transfusi darah,
plasmaferesis dll.
KOMPLIKASI
INTRA VENA
Komplikasi yang dapat terjadi karena pemberian secara
intravena :
a.Trombosis
b.Penyuntikan mikroorganisme, toksin, partikel atau
udara.
c. Ketidaktercampuran fisik atau kimia beberapa senyawa
sebelum atau pada saat penyuntikan.
d. Pemberian obat yang tidak terkontrol dan berlebihan
RUTE-RUTE UTAMA -
SUBKUTAN
Larutan yang disuntikkan
sebaiknya isotoni dan
isohidri dengan kerja zat
aktif lebih lambat
dibandingkan dengan
pemberian intravena dan
intramuskular.
Sudut penyuntikan 45-90°
Sub Kutan
Penyuntikan dilakukan ke dalam jaringan longgar di bawah kulit
(dermis), disuntikkan ke dalam tubuh melalui bagian yang sedikit
lemaknya.
SUBKUTAN Larutan yang sangat
menyimpang isotoninya
dapat menimbulkan rasa
nyeri atau nekrosis dan
absorpsi zat aktif tidak
optimal.
Obat yang diberikan
melalui rute sk : insulin,
vaksin, narkotika,
epinefrin, vit B12.
Obat yang tidak boleh
diberikan melalui rute sk
: yang bersifat asam
kuat, basa kuat, iritan,
yang dapat menimbulkan
FAKTOR FARMASETIK YANG
MEMPENGARUHI PEMBERIAN
OBAT SECARA PARENTERAL
1. Kelarutan obat dan volume injeksi
- Obat harus terlaut sempurna, lebih disukai dalam air, sblm dapat
diberika scr injeksi intra vena.
- Kelarutan obat dalam pembawa dan dosis yg diperlukan untuk
menghasilkan efek erapetik akan menentukan volume injeksi
yg harus diberikan.
- Rute pemberian obat scr parenteral selain iv memiliki
ketrbatasan dalam hal volume injeksi yang dapat diberikan.
FAKTOR FARMASETIK YANG
MEMPENGARUHI PEMBERIAN
OBAT SECARA PARENTERAL
2. Karakteristik bahan pembawa
- Pembawa air : dapat diberikan melalui
rute parenteral apa saja.
- Pembawa non air : yg dap bercampur
atau tidak dengan air biasanya
diberiakn dgn im.
- Larutan suntik dengan pelarut campur.
FAKTOR FARMASETIK YANG
MEMPENGARUHI PEMBERIAN
OBAT SECARA PARENTERAL
3. Ph atau osmolaritas larutan injeksi
- Larutan suntik harus di formulasi
pH dan osmolaritas yg sama dengan
cairan tubuh (isohidri dan isotoni).
- Terkait dengan masalah
stabilitas,kelarutan atau dosis
- Pada umumnya larutan parenteral
hipertonis dikontraindikasikan
untuk penyuntikan sub kutan atau
intramuskular.
FAKTOR FARMASETIK YANG
MEMPENGARUHI PEMBERIAN
OBAT SECARA PARENTERAL
4. Jenis bentuk sediaan obat
- suspensi : hanya im dan sc. Tidak
boleh iv atau rute parenteral selain
diatas krna obat langsung masuk ke
cairan biologis atau jaringan
sensitif(otak dan mata).
- Serbuk untuk injeksi atau dilarutkan
sempurna dalam pembawa yg
sesuai sebelum diberikan.
FAKTOR FARMASETIK YANG
MEMPENGARUHI PEMBERIAN
OBAT SECARA PARENTERAL
5. Komposisi bahan pembantu
- Sediaan parenteral berulang
mengandung antimikroba
sebagai pengawet, selain itu dapat
mengandung surfaktan untuk
mendpatkan kelarutan yang sesuai.
Surfaktan dapat merubah permeabilitas
membran, sehingga harus diketahui
keberadaannya ketika akan diberikan secara
subkutan atau intramuskular.
Pengaruh Kelarutan Obat Terhadap
Absorbsi Obat Secara Injeksi
1. Larutan Dalam Air
Penambahan bahan
makromolekul yang larut
air ke dalam larutan
dengan pelarut air dapat
memperlama waktu aksi
zat yang terkandung
2. Suspensi Dalam Air
Penyuntikan suspensi
dalam air dapat
memperlama aksi obat dan
aksi ini tergantung pada
ukuran partikelnya. Karena
pemakaian partikel
berukuran yang lebih besar
akan menyulitkan
penyuntikan dan
ASPEK BIOFARMASI SEDIAAN
INJEKSI
PENGARUH KELARUTAN OBAT
TERHADAP ABSORBSI OBAT
SECARA INJEKSI
3. Larutan dan Suspensi Dalam Minyak
Pelepasan zat aktif dari larutan atau suspensi dalam pembawa
minyak jauh lebih sulit dibandingkan dengan pembawa air
4. Pengendapan Zat Aktif pada Tempat Penyuntikan
Molekul tertentu yang diberikan dalam larutanair atau larutan
campuran air pelarut organik akan mengendap pada tempat
penyuntikan karena pengaruh perbedaan pH antara pembawa
dan cairan biologik. Pengendapan juga dapat memperpanjang
aksi zat aktif. Misal untuk pembiusan setempat
PROSES ABSORBSI DALAM
BERBAGAI BENTUK FISIK
SEDIAAN
Larutan dalam air fastest release
Suspensi dalam air
Larutan dalam minyak
Emulsi O/W
Emulsi W/O
Suspensi dalam minyak slowest release
LARUTAN DALAM AIR
Obat padat
dengan
partikel halus
Obat larut
dalam cairan
tubuh
Obat
diserap
disolusi
LARUTAN DALAM MINYAK
Obat larut
dalam
minyak
Obat larut
dalam cairan
tubuh
Obat
diserap
Partisi
EMULSI
Obat larut
dalam fase
minyak
Obat larut
dalam fase air
Obat
diserap
Partisi
Difusi dan
Partisi
Difusi
pencampura
n
pengenceran
Obat larut
dalam cairan
tubuh
SUSPENSI DALAM MINYAK
Obat larut
dalam fase
air
Obat larut
dalam fase
minyak
Obat
diserap
Partisi
Difusi dan
Partisi
Partisi
ke
cairan
jaringan
Obat larut
dalam cairan
tubuh
SISTEM SIRKULASI DARAH
DAN LIMFATIK
FAKTOR- FAKTOR FISIOLOGIS
YANG MEMPENGARUHI
ABSORPSI OBAT
1. Umur
2. Berat Badan
3. Luas Permukaan Tubuh
4. Jenis Kelamin
5. Status Patologi
6. Toleransi
7. Terapi dengan Obat Yang Diberikan Bersamaan
8. Waktu Pemakaian
9. Bentuk Sediaan dan Cara Pemakaian
SMALL VOLUME PARENTERALS (SVP)
Definisi:
Menurut USP SVP adalah injeksi yang dikemas
menurut label pada kemasan, mengandung
100 ml atau kurang.
Tipe Produk SVP:
1. Sediaan Oftalmik
2. Injeksi (i.v ; i.m ; s.c ; dll)
KATEGORISASI SVP MENURUT USP
BERDASARKAN WUJUD FISIKNYA
1. Produk farmasi
contoh : suspensi dan emulsi
2. Produk biologi
contohnya: vaksin dan ekstrak biologi
3. Agen pendiagnosa
4. Ekstrak alergi
5. Produk radio farmasi
6. Produk gigi
7. Produk bioteknologi
8. Liposom dan produk lipid
1. Pelarut Air
2. Pelarut non air yang dapat bercampur dengan air
3. Pelarut non air yang tidak dapat bercampur dengan air.
JENIS-JENIS PELARUT
Air merupakan pelarut yang paling banyak digunakan
dalam sediaan injeksi karena sifatnya yang dapat
bercampur dengan cairan fisiologis tubuh :
a. Air mempunyai harga konstanta dielektrik yang tinggi
sehingga dapat melarutkan senyawa an-organik
seperti elektrolit.
b. Air mempunyai kemampuan membentuk ikatan
hidrogen sehingga air dapat melarutkan sejumlah
senyawa organik seperti alkohol, aldehid, keton, dll.
PELARUT AIR
1. Harus dibuat segar dan bebas pirogen
2. Jumlah zat padat terlarut total tidak boleh lebih dari
10 ppm.
3. pH 5,0 – 7,0
4. Tidak boleh mengandung ion-ion klorida, sulfat,
kalsium, amonium, nitrat, nitrit.
5. Batas logam berat
6. Batas bahan-bahan organik seperti tanin dan lignin
7. Batas jumlah partikel
PERSYARATAN AIR PRO INJEKSI
(USP)
CO2 yang bersifat asam lemah mampu menguraikan
garam natrium dari senyawa organik seperti
barbiturat dan sulfonamida kembali membentuk
asam lemahnya yang mengendap.
Fenobarbital natrium (1:3 bagian air) + CO2 + H2O
 Fenobarbital (endapan) (1:1000 bagian air) +
Na2CO3
AIR PRO INJEKSI BEBAS CO2
Sulfadiazin natrium (1:2 bagian air) + CO2 + H2O 
Sulfadiazin (endapan) (sangat sukar larut dalam air) +
Na2CO3
Aminofilin yang terdiri dari teofilin dan etilendiamin
dengan adanya CO2 dapat menyebabkan terbentuknya
teofilin (endapan) yang kelarutannya 1:120 bagian air
AIR PRO INJEKSI BEBAS CO2
Air pro Injeksi bebas CO2 dibuat dengan jalan
mendidihkan air pro injeksi selama 20-30 menit
setelah air mendidih, lalu dialiri gas nitrogen sambil
didinginkan.
AIR PRO INJEKSI BEBAS CO2
Dibuat dengan jalan mendidikan air pro injeksi selama 20-
30 menit, dihitung setelah air mendidih, jika dibutuhkan
dalam jumlah besar maka saat pendinginan dialiri gas
nitrogen.
Digunakan untuk melarutkan zat aktif yang mudah
teroksidasi seperti : apomorfin, klorfeniramin, klorpromazin,
ergometrin, ergotamin, metilergometrin, proklorperazin,
promazin, promezatin HCl, sulfadimidin, tubokurarin.
AIR PRO INJEKSI BEBAS OKSIGEN
Digunakan bila :
1. Zat aktif tidak larut dalam pembawa air
2. Zat aktif terurai dalam pembawa air
3. Diinginkan kerja depo dari sediaan
PELARUT NON AIR
1. Tidak toksis, tidak mengiritasi dan tidak menyebabkan
sensitisasi
2. Dapat tersatukan dengan zat aktif
3. Tidak memberikan efek farmakologi yang merugikan
4. Stabil dalam kondisi di mana sediaan tersebut biasanya
digunakan
5. Viskositasnya harus sedemikian rupa sehingga dapat
disuntikkan dengan mudah.
PEMILIHAN PELARUT NON AIR
6. Pelarut tersebut harus tetap cair pada rentang suhu
yang cukup lebar.
7. Mempunyai titik didih yang tinggi sehingga dapat
dilakukan sterilisasi yang menggunakan panas.
8. Dapat bercampur dengan air atau cairan tubuh.
Pada umumnya tidak ada pelarut yang dapat
memenuhi seluruh kriteria di atas, oleh karena itu
biasanya diambil jalan tengah yaitu dengan memenuhi
beberapa kriteria saja.
PEMILIHAN PELARUT NON AIR
Sebagai ko-solven dalam sediaan injeksi untuk
meningkatkan kelarutan suatu obat yang kurang larut
dalam air.
Meningkatkan stabilitas zat-zat tertentu yang mudah
terhidrolisis, contoh pembuatan injeksi fenobarbital dengan
pelarut yang terdiri dari campuran air, etanol dan propilen
glikol (solutio petit)
PELARUT NON AIR YANG DAPAT
BERCAMPUR DENGAN AIR
1. Etanol
Banyak digunakan terutama pada injeksi glikosida
digitalis
Injeksi yang mengandung etanol bila disuntikkan
secara intramuskular akan menimbulkan rasa
nyeri; secara sub kutan akan menimbulkan nyeri
yang diikuti dengan anastesia; jika disuntikkan
pada daerah yang dekat syaraf maka dapat
mengakibatkan degenerasi syaraf dan neuritis;
secara intravena (tidak disarankan) harus hati-hati
karena pemberian yang terlalu cepat akan
PELARUT NON AIR YANG DAPAT
BERCAMPUR DENGAN AIR :
2. Propilen glikol
Banyak digunakan dalam pembuatan
sediaan injeksi senyawa golongan
barbiturat, beberapa alkaloida dan
antibiotika.
Sediaan yang mengandung propilen
glikol dapat menimbulkan rasa nyeri dan
iritasi pada tempat penyuntikan, sehingga
perlu ditambahkan lokal anastetik seperti
benzil alkohol.
PELARUT NON AIR YANG DAPAT
BERCAMPUR DENGAN AIR :
3. Polietilen glikol
Ko solven dalam pembuatan sediaan injeksi
adalah yang mempunyai bobot molekul rendah
(300-400) dan berbentuk cairan.
Penggunaan kosolven senyawa glikol (propilen
atau polietilen) dalam pembuatan injeksi senyawa
golongan barbiturat dapat meningkatkan
stabilitas senyawa tersebut.
PELARUT NON AIR YANG DAPAT
BERCAMPUR DENGAN AIR :
4. Gliserin
Merupakan cairan yang jernih dan kental, titik
didih tinggi, dapat bercampur dengan air
maupun alkohol dan merupakan pelarut yang baik
untuk beberapa zat.
Penggunaan dalam dosis tinggi dapat
menimbulkan efek konvulsi dan gejala paralitik
karena kerja langsung gliserin terhadap susunan
syaraf pusat. Pada dosis rendah (5%) tidak
terlihat adanya efek toksik.
PELARUT NON AIR YANG DAPAT
BERCAMPUR DENGAN AIR :
Minyak hewan : Tidak digunakan sebagai
pembawa
Minyak mineral atau parafin cair: tidak
boleh digunakan karena tidak dapat
dimetabolisme tubuh dan dapat
menimbulkan tumor atau reaksi terhadap
jaringan
Minyak tumbuhan :
1. Mudah tengik, karena mengandung asam
lemak bebas terutama asam lemak tidak
jenuh. Untuk mengatasi ketengikan
PELARUT NON AIR YANG TIDAK
DAPAT BERCAMPUR DENGAN AIR
2.Sering menimbulkan rasa nyeri sehingga perlu
penambahan benzil alkohol 5% untuk anastesi lokal.
3.Jenis minyak tumbuhan yang digunakan harus
dicantumkan dalam etiket.
4.Digunakan untuk injeksi zat aktif : Deoksikortison
asetat, dimerkaprol, nandrolon fenilpropionat,
progesteron, testosteron propionat, propiliodon,
estradiol benzoat, testosteron fenilpropionat.
5.Jenis minyak tumbuhan yang digunakan : ol.
Arachidis, ol. Gossypii, ol. Terebinthinae, Ol. Maydis,
Ol. Sesami, Ol. Olivarum neutral, Ol. Amygdalarum.
PELARUT NON AIR YANG TIDAK
DAPAT BERCAMPUR DENGAN AIR
Minyak Semi Sintetis : Milgyol-minyak netral
Ester asam lemak :
1. Menghasilkan larutan yang lebih encer daripada
pembawa minyak sehingga lebih mudah
disuntikkan meski kerja depo yang timbul tidak
selama pembawa minyak.
2. Kadangkala dikombinasi dengan senyawa alkohol
seperti etanol atau benzil alkohol untuk
memperbaiki kelarutan zat aktif.
3. Contohnya adalah etil oleat, isopropil miristat,
polioksilen trigliserida oleat.
PELARUT NON AIR YANG TIDAK
DAPAT BERCAMPUR DENGAN AIR
1. Kosolven
• Seringkali zat lebih larut dalam campuran
pelarut daripada dalam satu pelarut saja
• Gejala itu disebut cosolvency
• Pelarut yang dlm kombinasi meningkatkan
kelarutan zat terlarut disebut cosolvent
• Mekanisme: pelarut campur mengatur
polaritas pelarut pada harga yang
diinginkan zat terlarut
CARA UNTUK MENINGKATKAN
KELARUTAN OBAT DALAM AIR
2. SURFAKTAN
SURFAKTAN
Surfaktan merupakan suatu molekul yang
sekaligus memiliki gugus
hidrofilik dan gugus lipofilik
sehingga dapat mempersatukan campuran
yang terdiri dari air dan minyak.
Sifat rangkap ini yang menyebabkan
surfaktan dapat diadsorbsi pada antar
muka udara-air, minyak-air dan zat
padat-air, membentuk lapisan tunggal
dimana gugus hidrofilik berada pada fase
air dan rantai hidrokarbon ke udara,
dalam kontak dengan zat padat ataupun
terendam dalam fase minyak.
Penambahan surfaktan dalam larutan akan
menyebabkan turunnya tegangan permukaan
larutan.
Setelah mencapai konsentrasi tertentu,
tegangan permukaan akan konstan. Bila
surfaktan ditambahkan melebihi konsentrasi
ini maka surfaktan mengagregasi membentuk
misel.
senyawa organik yang kelarutan dlm air
rendah tersolubilisasi oleh misel sehingga
kelarutan naik
SURFAKTAN
Siklodekstrin adalah senyawa oligosakarida siklis
yang sekurang-kurangnya mengandung 6 unit D-(+)-
glukopiranosa berikatan pada ikatan glikosida α-1,4
dan mempunyai bentuk toroidal, dengan bagian
dalam bersifat hidrofobik dan bagian luar bersifat
hidrofilik.
Siklodekstrin dikenal sebagai α, β dan γ-siklodekstrin
yang masing-masing terdiri dari enam, tujuh dan
delapan glukosa dengan dimensi rongga dan
kelarutan dalam air yang berbeda.
3. CYCLDEXTRIN
CYCLDEXTRIN
Berdasarkan diameter dan kedalaman rongga
siklodekstrin:
α-siklodekstrin dapat membentuk kompleks
dengan senyawa yang mempunyai berat
molekul rendah atau senyawa rantai samping
alifatis
β-siklodekstrin dapat membentuk kompleks
dengan senyawa aromatik atau heterosiklis
γ-siklodekstrin dapat membentuk kompleks
dengan senyawa makromolekul dan steroid
SATUAN-SATUAN DALAM
KELARUTAN
1. Struktur Molekul
Kelarutan suatu zat juga bergantung
pada struktur molekulnya seperti
perbandingan gugus polar dan
gugus non polar dari molekul.
Semakin panjang rantai non polar
dari alkohol alifatis, semakin kecil
kelarutannya dalam air.
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
KELARUTAN OBAT
2. Gaya Tarik Antarmolekul
Ada 3 jenis gaya tarik dalam larutan, yaitu
gaya tarik antar zat terlarut (A-A), zat terlarut-
zat pelarut (A-B), dan antar zat pelarut (B-B).
Selain itu, terdapat prinsip Like Dissolved
Like, dimana senyawa polar akan larut dalam
senyawa polar, dan senyawa nonpolar larut
dalam senyawa nonpolar.
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
KELARUTAN OBAT
3. Pengaruh Suhu
Endotermik  T naik  Kelarutan naik
Eksoterm  T naik  Kelarutan turun
Contoh Kasus
Natrium sulfat bentuk hidrat
(endotermik), bentuk anhidrat (eksotermik) 
kelarutannya berbeda
Natrium klorida tdk menyerap atau
melepaskan panas ??????
FAKTOR YNG MEMPENGARUHI
KELARUTAN OBAT
4. Pengaruh pH
- Banyak obat bersifat asam lemah atau
basa lemah  jika bereaksi dgn as. atau
basa kuat serta dlm jarak pH tertentu 
berada sebagai ion yg biasanya larut dalam
air
- Asam lemah (as karboksilat, as hidroksi,
asam aromatik, fenol) larut dlm NaOH
encer, karbonat dan bikarbonat
- Basa lemah (mengandung Nitrogen basa 
alkaloid) larut dalam asam encer
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
KELARUTAN OBAT
CARA MEMPERBAIKI KUALITAS
AIR
1. Reverse Osmosis
Osmosis merupakan proses perpindahan zat
cari dari tekanan tinggi ke tekanan yang lebih
rendah melalui membran semipermeabel.
Proses ini terus berlangsung hingga
konsenstrasi kedua tempat sama. Sistem
Reverse Osmosis menggunakan pompa untuk
menghasilkan tekanan yang lebih tinggi dari
tekanan osmosis untuk "mendorong" air dari
tekanan tinggi melalui membran
semipermeabel menuju ke daerah yang
mempunyai tekanan yang lebih rendah.
REVERSE OSMOSIS
(LANJUTAN..)
Untuk menghasilkan Water for Injection,
Purified Water hasil dari proses Water Softener
ditampung di tangki penyimpanan. Dari Tangki
penyimpanan ini PW dilakukan enam tingkat
destilasi untuk menghasilkan Water for
Injection (WFI). Untuk menguapkan air pada
stage pertama digunakan plant steam dengan
suhu 150oC. Air dipanaskan sampai suhunya
sama dengan plant steam, uap yang dihasilkan
dikondensasikan dan masuk ke dalam kolom
kedua. Pirogen yang tertinggal di bawah kolom
pertama dan proses ini berulang sampai kolom
destilator ke 6. Proses di atas menghasilkan
Water for Injection yang disimpan dalam
2. DESTILASI
Ion exchange atau resin penukar ion dapat
didefinisi sebagai senyawa hidrokarbon
terpolimerisasi, yang mengandung ikatan
hubung silang (crosslinking) serta gugusan-
gugusan fungsional yang mempunyai ion-ion
yang dapat dipertukarkan.
3. IONIC EXCHANGE
Penggunaannya dalam analisis kimia misalnya
untuk menghilangkan ion-ion pengganggu,
memperbesar konsentrasi jumlah ion-ion
renik, proses deionisasi air atau demineralisasi
air, memisahkan ion-ion logam dalam
campuran dengan kromatografi penukar ion.
IONIC EXCHANGE
(LANJUTAN..)
Ada 2 macam resin penukar ion, yaitu :
a. Anion exchange resin (resin penukar anion), yaitu
resin yang mempunyai kemampuan
menyerap/menukar anion-anion yang ada dalam air.
Resin ini biasanya berupa gugus amin aktif. Misalnya
: R – NH2 (primary amine), R – R1NH (secondery
amine), R – R2
1N (tertiary amine), R – R3
1 NOH (
quartenary amine). Dalam notasi diatas R
menunjukan polimer hidrokarbon dan R1
menunjukkan gugus tertentu misalnya CH2.
IONIC EXCHANGE
(LANJUTAN..)
b. Cation exchange resin (resin penukar kation), yaitu
resin yang mempunyai kemampuan menyerap/
menukar kation-kation seperti Ca, Mg, Na dsb. Yang
ada dalam air. Contoh : Hidrogen zeolith (H2Z), resin
organic yang mempunyai gugus aktif SO3H(R.SO3H),
dan sulfonated coal.
Water for Injection : adalah air bebas pyrogen yang
dibuat dari proses depirogenasi purified water
menggunakan water for Injection generator. Air jenis
ini dipakai sebagai pelarut obat tetes mata ataupun
sebagai air untuk sanitasi mesin- mesin untuk proses
steril. Persyaratan dari air ini adalah harus bebas
bacterial endotoxin dan harus steril.
WATER FOR INJECTION
Untuk penyimpanan water for injection harus
didalam tanki dan dijaga pada panas lebih
dari 80ºC dan diputar dengan looping system,
secara periodik dilakukan proses sterilisasi
pada pipa- pipa yang dilalui oleh air jenis ini
dengan menggunakan clean steam (pyrogen
free steam) pada temperatur tidak kurang dari
121ºC selama tidak kurang dari 20 menit.
PENYIMPANAN
Portable water digunakan untuk bahan baku
pembuatan purified water (PW), Highly purified
water (HPW) dan water for injection (WFI).
Untuk pencucian awal alat-alat yang kontak
produk tetapi pembilasan akhir harus dg PW
atau WFI Untuk pendingin atau pemanas pada
HE atau DJ Tank dll.
Mutunya harus selalu memenuhi syarat
PORTABLE WATER
Dilakukan pemeriksaan kimia maupun mikrobiologi
Sumbernya : Well water, surface water
Dipengaruhi oleh musim, shg validasi water system
harus melewati semua musim (minimal 1 tahun)
Ditetapkan alert limit (batas waspada) dan action limit
(batas ambil tindakan)
Misalnya Action limit mikrobiologi ditetapkn 500
cfu/ml, maka jika hasil pemeriksaan 500 cfu/ml
harus segera diambil tindakan sesuai SOP (misalnya
disanitasi)
PORTABLE WATER
HPW dimaksudkan untuk digunakan dalam
penyusunan produk medis dimana air
berkualitas biologis tinggi diperlukan kecuali
WPI diperlukan. (BP 2003)
Diproduksi dengan cara : double passed RO
dikombinasikan dengan ultrafiltrasi atau
deionisasi.
Spesifikasi HPW
HIGH PURITY WATER
Pemerian : jernih, tidak berwarna, tidak berbau dan
tidak berasa.
Nitrat : max 0.2 ppm
Aluminium : 10 ug/L (untuk dialysis solution)
Heavy metal : max 0.1 ppm
Endotoksin : kurang dari 0.25 IU/ml
Conductivity : 1.1 uS/cm pada 20 C
Action limit : 10 CFU/100 ml dengan membran
filtration minimum sampel 200 ml
HIGH PURITY WATER
Water For Injections merupakan air yang digunakan
untuk produksi sediaan injeksi. Dengan demikian,
syaratnya sangat ketat. Water for Injection bukanlah
air steril dan bukan final dosage form. WFI
merupakan produk ruah intermediet (intermediate
bulk product).
WATER FOR INJECTION
International pharmacopoeia dan European
Pharmacopoeia mengharuskan Destilasi
sebagai tahap final purifikasi. (Bebas pyrogen,
bebas endotoxin, bebas microba, bebas
kandungan kimia, dan bebas partikel, serta
menggunakan destilasi sebagai tahap akhir
pemurnian
Di dalam pharmacopoeial WPU, Water For
Injection merupakan kualitas paling tinggi dari
jenis air – air lainnya untuk industri farmasi.
Cara/teknik pemurnian termasuk bagian dari
spesifikasi dari WFI.
WATER FOR INJECTION
Diproduksi dengan cara destilasi dari PW
Spesifikasi WFI :
Pemerian : jernih, tidak berwarna, tidak berbau
tidak berrasa
Nitrat maksimum 0.2 ppm
Aluminium maksimum 10 ug/l (untuk dialysis
solution)
Logam berat maksimum 0.1 ppm
WATER FOR INJECTION
Conductivity : maks 1.1 us/cm pada 20 C
Conductivity : 1.1 uS/cm pada 20 C
Action limit : 10 CFU/100 ml dengan membran
filtration
minimum sampel 200 ml
WATER FOR INJECTION
Bacteriostatic WFI (USP)
 Adalah air steril untuk obat suntik yg mengandung satu atau
lebih zat antimikroba yg sesuai
 Dikemas dalam alat suntik atau vial-vial dengan volum
maksimal 30 ml
 Digunakan sebagai pembawa steril untuk obat suntik dengan
volume kecil
 Jika volum pelarut yang dibutuhkan lebih dari 5 ml, maka
digunakan steril WFI, bukan bakteriostatik WFI
 Bakteriostatik yang ditambahkan harus tidak bereaksi dengan
bahan obat
BACTERIOSTATIC WFI (USP)
Berbagai uji mutu terhadap air untuk sediaan parenteral, yaitu
uji pirogen atau uji endotoxin.
Uji pirogenitas :
Dengan mengukur peningkatan suhu tubuh kelinci percobaan
yang disuntikan dengan sediaan uji pirogenitas secara
intravena
CARA MENYEDIAKAN UAP AIR BERSIH
PADA UNIT PRODUKSI STERIL
Air Pro Injeksi
Dibuat dengan jalan didihkan air selama 30 menit
dihitung dari setelah air mendidih di atas api lalu
didinginkan (Rep. Tek Fa. Steril)
Air pro Injeksi Bebas CO2
Dibuat dengan jalan mendidihkan air pro injeksi
selama 20-30 menit setelah air mendidih, lalu dialiri
gas nitrogen sambil didinginkan.
CARA MENYEDIAKAN UAP AIR BERSIH
PADA UNIT PRODUKSI STERIL
Air pro Injeksi Bebas Oksigen
Dibuat dengan jalan mendidihkan air pro
injeksi selama 20-30 menit, dihitung setelah
air mendidih, jika dibutuhkan dalam jumlah
besar maka saat pendinginan dialiri gas
nitrogen.
PRINSIP PENGGUNAAN
ELEKTROLIT & ADJUVANT DLAM
FORMULASI PARENTERAL
• Tonisitas adalah Tonisitas,
:menurut farmasi fisik ; tonisitas
larutan dapat ditentukan dengan
menggunakan salah satu yaitu
hemolisis, pengaruh berbagai
larutan di periksa berdasarkan
timbulnya efek ketika
disuspensikan dengan darah.
PRINSIP PENGGUNAAN
ELEKTROLIT & ADJUVANT DLAM
FORMULASI PARENTERAL
• Osmotisitas, adalah istilah yang di gunakan
untuk membandingkan osmolaritas dari solusi
dengan osmolaritas solusi lain
• Osmolalitas konsentrasi suatu larutan (dalam 1
kilogram) ditinjau dari jumlah ion larutannya,
sinyatakan dengan satuan Osmol/kg.
• Osmolaritas : konsentrasi suatu larutan (dalam
1 liter) ditinjau dari jumlah partikelnya,
dinyatakan dengan satuan osmol/L.
EFEK FISIOLOGIS LARUTAN
Jika suatu larutan konsentrasinya sama
besar dengan konsentrasi dalam sel darah
merah sehingga tidak terjadi pertukaran
cairan di antara keduanya, maka larutan
tersebut dikatakan isotoni (ekivalen dengan
0,9% NaCl)
1.
Isotonis
EFEK FISIOLOGIS LARUTAN
Turunnya titik beku kecil, tekanan
osmosisnya lebih rendah dari serum darah
menyebabkan air akan melintasi membran
sel darah merah yang semipermeabel
memperbesar volume sel darah merah dan
menyebabkan peningkatan tekanan dalam
sel.
Tekanan yang lebih besar menyebabkan
pecahnya sel-sel darah merah. Peristiwa
demikian dikenal dengan Hemolisa.
2.
Hipotonis
EFEK FISIOLOGIS LARUTAN
Turunnya titik beku besar, tekanan
osmosenya lebih tinggi dari serum
darah menyebabkan air keluar dari sel
darah merah melintasi membran
semipermeabel mengakibatkan
terjadinya penciutan sel-sel darah
merah, peristiwa demikian dikenal
dengan nama Plasmolisa.
3.
Hipertonis
PERHITUNGAN TONISITAS
Tonisitas
1. Metode penurunan titik
beku
2. Perhitungan dengan
tetapan Liso
3. Kesetaraan dengan
volume NaCl
4. Kesetaraan NaCl
W =
E = 17 Liso
BM
V = w. E. V’
𝐸 =
1,7 𝐷𝑡𝑏
𝑤
METODE PERHITUNGAN
• Osmolalitas
Larutan molal adalah jika 1 mol zat terlarut terdapat
dalam 1 kg zat pelarut.
Osmolalitas : molal x jumlah ion dalam larutan
• Osmolaritas
Osmolaritas : Molar x jumlah partikel yang
terdisosiasi
Osmolaritas 1 mol/L larutan natrium klorida adalah :
1 (jumlah mol) x 2 (jumlah partikel) = 2 osmol/L
Osmolaritas 1 mol/L larutan glukosa adalah 1 x
1 = 1 osmol/ L
MENGATUR TONISITAS LATURAN
PARENTERAL
Mengatur tonisitas laturan parenteral dengan
penambahan NaCl.
Tonisitas larutan parenteral harus isotonis atau
sedikit hipertonis. Berdasarkan perhitungan
tonisitas angka negatif menunjukan larutan
hipertonis, tapi kalau positif berarti hipotonis maka
formula harus ditambahkan sejumlah hasil
perhitungan dengan satuan % (dari perhitungan titik
beku).
ADJUVANT
Adjuvant adalah bahan-bahan yang
diperlukan dalam pembuatan sediaan selain
zat aktifnya, seperti bahan dasar, pewarna,
penyalut, pengawet, pemanis, pembawa yang
dapat ditambahkan ke dalam sediaan untuk
meningkatkan stabilitas, manfaat atau
penampilan maupun untuk memudahkan
pembuatan
CONTOH ADJUVAN DALAM SEDIAAN
PARENTERAL
1. Zat pelarut air, contohnya : Air Pro Injeksi, NaCl
pro injeksi.
2. Zat pelarut non air, contohnya : propilen glikol,
gliserin, polietilen glikol, oleum sesami.
3. Larutan buffer, contohnya dapar fosfat.
4. Zat pengawet, contohnya fenol.
5. Zat antioksidan, contohnya Natrium
metabisulfit / Natrium pirosulfit.
PENGGUNAAN ADJUVANT DALAM SEDIAAN
PARENTERAL
Buffer : untuk mendapatkan pH
stabilitas obat dalam sediaan
Antioksidan : untuk menghindari
terjadinya proses oksidasi oleh O2 dari
udara
Pengawet : untuk menjaga kesterilan
PENGGUNAAN WATER MISCIBLE SOLVENT
Jika zat aktif dari sediaan injeksi tidak
stabil dalam air, maka pengatasannya dengan
dibentuk sediaan kering steril atau dengan
sistem kosolvensi. Aqua kosolven : pelarut
pembantu tidak pernah dipakai tunggal, tetapi
campuran. Macam-macam kosolven yang bisa
digunakan : glikol, etanol/alkohol, dimetil
asetamid, dimetil formasmide, DMSO, aseton,
asam organik (asam laktat dan asam sitrat),
surfaktan (chremophor, lesitin).
Definisi :
Injeksi ini besar untuk digunakan dengan infuse
i.v biasanya cairan i.v dan di golongkan ke dalam
kelompok produk steril yang terdiri dari injeksi
volume tunggal yang mempunyai volume 100 ml
atau lebih, dari dalam pewadahan tidak ditambahkan
bahan-bahan, cairan intravena dikemas dalam
wadah 100-1000ml (RPS 18 th:1570).
LVP digunakan juga sebagai pembawa untuk obat
lain, dan merupakan cara untuk menyediakan nutrisi
parenteral.
DEFINISI & PRINSIP-PRINSIP FORMULASI
SEDIAAN PARANTERAL VOLUME BESAR (LVP)
PENGGUNAAN KLINIK LVP
• Larutan asam amino
Pemberian asam amino silakukan jika pemberian makanan
melalui oral tidak mungkin lagi, atau jika absorpsi
melalui saluran cerna tidak berfungsi baik/normal.
• Larutan karbohidrat (dekstrosa)
Dekstroksa adalah nutrisi penting dengan 1 g menghasilkan 3,4
kalori. Menurut USP, pH injeksi desktrosa 5% adalah 3,506,5.
• Lemak intravena
Untuk memberikan makanan secara i.v, lemak harus berada
dalam bentuk yang sesuai, biasanya berbentuk emulsi. Rentang
ukuran partikel lemak dalam emulsi adalah 0,1-0,5 µm,
sebanding dengan ukuran chylomicron.
PENGGUNAAN KLINIK LVP
• Nutrisi parenteral
Nutrisi total secara parenteral (TPN) adalah pemberian
makanan yang mengandung larutan asam amino,
desktrosa dengan konsentrasi tinggi (± 20%),
elektrolit, vitamin, dan dalam beberapa hal insulin.
• Restorasi keseimbangan elektrolit
Larutan yang paling banyak digunakan adalah injeksi
NaCl 0,9%, larutan isotonic yang mengandung 154
mEq ion Na dal Cl.
• Pengganti cairan
Dehidrasi memerlukan cairan sebagai larutan dasar.
Dalam hal ini dapat digunakan injeksi NaCl dan
dekstrosa.
PENGGUNAAN KLINIK LVP
• Darah dan produk darah
Darah dan produk darah hanya dapat diberikan secara i.v dan
digunakan dalam keadaan syok, pendarahan, dan
kehilangan protein darah. Pemberian darah tidak boleh
dicampur dengan obat.
• Pembawa obat
Karena sifatnya menyenangkan, potensial untuk iritasi obat
dan kebutuhan pemberian obat secara kontinu, cairan i.v
biasa digunakan sebagai pembawa untuk obat yang akan
diberikan secara i.v.
• Injeksi Ringer Laktat
Mengandung sejumlah kecil Na, kalium, kalsium klorida,
dan sejumlah kecil Na-laktat. Komposisinya hamper sama
dengan cairan ekstraseluler. Digunakan untuk pengobatan
awal: syok dan hipovolemik pada orang dewasa.
TIPE-TIPE LVP YANG
MELIPUTI:
• Larutan Elektrolit, : larutan yang paling banyak
digunakan adalah injeksi NaCl 0,9%, larutan
isotonic yang mengandung 154 mEq ion Na dan
Cl
• Karbohidrat : nutrisi penting dengan 1 g
menghasilkan 3,4 kalori. Menurut USP,
pH injeksi dekstrosa 5% adalah 3,5-6,5.
• TPN (total secara parenteral) : pemberian makanan
yang mengandung larutan asam amino, dekstrosa
dengan konsentrasi tinggi (± 20%), elektrolit,
vitamin, dan dalam beberapa hal insulin.
KONSEP FORMULASI LVP
a. Parameter fisologis
Beberapa komponen penunjang fisologis
tubuh dapat diberikan dalam bentuk sediaan
parenteral volume besar seperti kebutuhan tubuh
akan air, elektrolit, karbohidrat, asam amino,
vitamin dan mineral.
Faktor fisiologi perlu diperhatikan karena
dapat berpengaruh pada formulasi. Tekanan
osmosa atau osmolaritas merupakan faktor
fisiologi yang dimana tekanan osmosa adalah
perpindahan pelarut dan zat terlarut melalui
membran permeabel yang memisahkan 2
komponen, dinyatakan dalam osmole per
kilogram = osmolarita.
KONSEP FORMULASI LVP
b. Parameter fisikokima
1. Kelarutan
pada umumnya obat-obatan yang digunakan
untuk membuat sediaan parenteral volume besar
mudah larut.
2. pH
pH perlu diperhatikan mengingat pH yang tidak
tepat dapat berpenagruh pada darah. pH darah
normal 7.5-7.45.
KONSEP FORMULASI LVP
3. Pembawa
Umumnya digunakan pembawa air, tetapi dapat
juga dipakai emulsi lemak intravena yang diberikan
sendiri atau kombinasi dengan asam amino atau
dekstrose.
KONSEP FORMULASI LVP
4. Cahaya dan suhu
Cahaya dan suhu mempengaruhi
kestabilan obat. Contohnya yaitu vitamin
yang harus disimpan dalam wadah
terlindung cahaya.
5. Faktor kemasan
Bahan wadah berpengaruh terhadap
kestabilan obat parenteral volume besar
seperti gelas, plastik dan tutup karet.
KONSEP FORMULASI LVP
c. Stabilisasi LVP
Untuk bahan penambah seperti dapar,
antioksidan, komplekson, jarang ditambahkan
pada sediaan parenteral volume besar.
KONDISI PEMRORESAN YANG
MEMPENGARUHI FORMULASI LVP
a. Gangguan kardiovaskular dan plumonar dari
peningkatan dalam volume cairan sistem sirkulasi
mengikuti pemberian cepat volume cairan dalam
jumlah besar .
b. Perkembangan potensial trombophlebitis
c. Kemungkinan infeksi lokal atau sistemik dari
kontaminasi larutan atau teknik injeksi septik
d. Pembatasan cairan berair
PERTIMBANGAN DALAM ADMIXTURE LVP
a. jenis-jenis cairan yang dibuat harus lebih
banyak dan bahkan bahan tambahan
banyak digunakan melalui intravena
daripada melalui subkutan
b. cairan yang disuntik pada volume besar
harus relative lebih cepat
PERTIMBANGAN DALAM ADMIXTURE LVP
c. pembuatan cairan dapat segera dicapai
efek sistemik
d. level darah dari obat yang terus menerus
disiapkan
e. harus secara langsung karena untuk
membuka vena
pada pemberian obat rutin dan mampu
digunakan
dalam situasi darurat
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
DALAM SISTEM PRODUKSI LVP
Viskositas sangat berpengaruh karena jika sediaan
infus terlalu kental maka akan susah menetes,
distribusi obat dalam darah akan lambat, sehingga
ketercapaian efek terapi yang diinginkan akan lambat
pula
Viskosit
as
FAKTOR YANG
MEMPENGARUHI DALAM
SISTEM PRODUKSI LVP
Kerapatan berpengaruh terhadap ukuran partikel
bahan obat. Dalam sediaan LVP ukuran partikel harus
kecil karena sediaan infus pemberiannya langsung
kedalam vena.
Kerapata
n
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
DALAM SISTEM PRODUKSI LVP
Tergangan permukaan berkaitan dengan kelarutan
dari obat atau bahan obat yang akan diproduksi.
kelarutan sangat penting untuk pengembangan
larutan yang dapat disuntikkan baik secara intravena
maupun intramuscular.
Tegangan
Permukaan
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
DALAM SISTEM PRODUKSI LVP
Tekanan uap berkaitan dengan suhu dan cahaya.
Suhu dan cahaya mempengaruhi kestabilan obat
sehingga dalam hal penyimpanan obat sangat
diperhatikan karakteristik dari obat atau bahan obat
yang akan disimpan
Tekanan Uap
BAHAN ADITIF YANG
DIPERLUKAN DALAM FORMULASI
LVP
Zat pembawa yang digunakan dalam sediaan infus
yaitu zat yang berbentuk larutan (air) atau yang biasa
digunakan dalam pembuatan sediaan steril adalah
aqua pro injeksi untuk melarutkan zat aktif dan zat
tambahan.
Pembawa
Pengawet dalam sediaan steril biasanya digunakan
untuk mengawetkan sediaan tersebut. Akan tetapi
untuk sediaan infus dosis tunggal kemungkinan
terjadinya kontaminasi mikroba sangat kecil dan tidak
perlu menggunakan pengawet.
Pengawet
BAHAN ADITIF YANG
DIPERLUKAN DALAM FORMULASI
LVP
Tonisitas sediaan = % NaCl sudah
termasukdidalam batas toleransi normal tubuh
yaitu 0,7 – 1,5 %. Maka iritasi tubuh dan
konsekuensi hipotonis atau lisis sel-sel
jaringan tubuh tidak terjadi. NaCl digunakan
sebagai larutan pengisotonis agar sediaan infus
setara dengan 0,9% larutan NaCl, dimana
larutan tersebut mempunyai tekanan osmosis
yang sama dengan cairan tubuh.
Pengisotonis
BAHAN ADITIF YANG
DIPERLUKAN DALAM FORMULASI
LVP
SEDIAAN OPTHALMIC
Mata merupakan organ yang paling peka dari
manusia. Oleh karena itu sediaan obat mata
mensyaratkan kualitas yang lebih tajam.
Yang dimaksud sebagai obat mata adalah tetes
mata, salap mata, pencuci mata dan beberapa
bentuk pemakaian yang khusus serta inserte
sebagai bentuk depo, yang ditentukan untuk
digunakan pada mata utuh atau terluka.
ANATOMI MATA
ANATOMI MATA
Bola mata terdiri atas 3 lapisan yaitu
 Sclera, membentuk kantung konjungtiva
 Korodia
 Retina
Segmen anterior mata :
 Kamera anterior
 Kamera posterior
SYARAT SEDIAAN OPTHALMIC
• Steril
• Isotonis dengan air mata
• Bila mungkin isohidri
• Tetes mata berupa larutan harus jernih
• Bebas partikel asing
• Basis salep mata tidak boleh iritan
CONTOH SEDIAAN
OPTHALMIC
SYARAT SEDIAAN OPTHALMIC
Pemakaian sediaan ophthalmic yang
terkontaminasi mikroorganisme dapat
terjadi rangsangan berat yang dapat
menyebabkan hilangnya daya penglihatan atau
tetap terlukanya mata sehingga sebaiknya
dilakukan sterilisasi akhir (sterilisasi uap) atau
menyaring larutan dengan filter pembebas
bakteri.
Steril
SYARAT SEDIAAN OPTHALMIC
Sediaan sebaiknya dibuat mendekati isotonis
agar dapat diterima tanpa rasa nyeri dan tidak
dapat menyebabkan keluarnya air mata, yang
dapat mencuci keluar bahan obatnya. Untuk
membuat larutan mendekati isotonis, dapat
digunakan medium isotonis atau sedikit
hipotonis, umumnya digunakan natrium-
klorida (0,7-0,9%) atau asam borat (1,5-1,9%)
steril.
Isotonis
SYARAT SEDIAAN OPTHALMIC
Persyaratan ini dimaksudkan untuk
menghindari rangsangan akibat bahan padat.
Sebagai material penyaring digunakan leburan
gelas, misalnya Jenaer Fritten dengan ukuran
pori G 3 – G 5.
Kejernihan
SYARAT SEDIAAN OPTHALMIC
Dengan pengecualian sediaan yang digunakan pada mata
luka atau untuk tujuan pembedahan, dan dapat dibuat
sebagai obat bertakaran tunggal. Pengawet yang sering
digunakan adalah thiomersal (0.002%), garam fenil
merkuri (0,002%), garam alkonium dan garam
benzalkonium (0,002-0,01%), dalam kombinasinya
dengan natrium edetat (0,1%), klorheksidin (0,005-
0,01%), klorbutanol (0,5%), dan benzilalkohol (0,5-1%).
Pengawetan
SYARAT SEDIAAN OPTHALMIC
Mirip seperti darah. Cairan mata menunjukan
kapasitas dapar tertentu. Yang sedikit lebih rendah
oleh karena system yang terdapat pada darah seperti
asam karbonat, plasma, protein amfoter dan fosfat
primer – sekunder, juga dimilikinya kecuali system –
hemoglobin – oksi hemoglobin.
Harga pHnya juga seperti darah 7,4 akan tetapi
hilangnya karbondioksida dapat meningkatkannya
smapai harga pH 8 – 9.
Pendaparan
VISKOSITAS DAN AKTIVITAS
PERMUKAAN
Melalui peningkatan viskositas dapat dicapai
distribusi bahan aktif yang lebih baik didalam cairan
dan waktu kontak yang lebih panjang. Lagi pula
sediaan tersebut memiliki sifat lunak dan licin
sehingga dapat mengurangi rasa nyeri. Oleh Karena
itu sediaan ini sering dipakai pada pengobatan
keratokonjunktifitis. Sebagai peningkat viskositas
digunakan metal selulosa dan polivinilpiroridon
(PVP).
Viskositas dan
Aktivitas
Permukaan
FARMAKOLOGI/TERAPEUTIK
PRODUK OPTHALMIC
1. Obat midriatikum
2. Obat miotikum
3. Obat anti radang mata
4. Obat antiseptik dan antiinfeksi
5. Obat anti glaukoma
OBAT MIDRIATIKUM
Adalah obat yang digunakan untuk membesarkan pupil
mata dan untuk siklopegia (melemahkan otot siliari),
sehingga memungkinkan mata untuk fokus pada obyek
yang dekat.
Obat midriatikum menggunakan tekanan pada efeknya
dengan memblokade inervasi dari pupil spingter dan
otot siliari.
Obat untuk midriatikum bisa dari golongan obat
simpatomimetik dan antimuskarinik, sedangkan obat
untuk siklopegia hanya obat dari golongan
antimuskarinik.
Obat midriatikum-siklopegia :
OBAT MIOTIKUM
Obat miotikum adalah obat yang menyebabkan
miosis (kontriksi dari pupil mata).
Bekerja dengan cara membuka system saluran di
dalam mata, dimana system saluran tidak efektif
karena kontraksi atau kejang pada otot di dalam
mata yang dikenal dengan otot siliari.
Contoh obat :
Betaxolol (penghambat beta adregenik).
Pilokarpin (reseptor agonis muskarinik).
OBAT ANTI RADANG MATA
Obat mata golongan kortikosteroid digunakan untuk
radang / alergi mata atau mata bengkak yang bisa
disebabkan oleh alergi itu sendiri atau oleh virus.
Menghilangkan gejalanya saja.
Contoh obat :
Betamethasone dihydrogenphosphat dinatrium tetes
mata dosis 1 mg/mL atau 0,1 %.
Fluorometholone tetes mata mengandung 0,1 %.
OBAT ANTISEPTIK &
ANTIINFEKSI
Indikasi : Infeksi oleh mikroba, Luka / ulkus
kornea mata, Masuknya benda asing ke
dalam kornea mata
Inert (tidak menimbulkan efek pada mata atau
tidak bereaksi dengan zat aktifnya)
Zat aktifnya merupakan antibiotik/ antiseptik
atau antivirus
Jenis zat aktifnya :
Sulfacetamid Na, Ciprofloxacin HCl,
Tobramycin, Chloramphenicol, dll.
OBAT ANTI GLAUKOMA
Glaukoma adalah suatu penyakit dimana tekanan
di dalam bola mata meningkat, sehingga terjadi
kerusakan pada saat optikus dan menyebabkan
penurunan fungsi penglihatan.
Terdapat 4 jenis glaucoma :
Glaukoma sudut terbuka (pilokarpin, epinephrine,
dll)
Glaukoma sudut tertutup (acetazolamide)
Glaukoma kongenitalis (Brinzolamid, timolol
maleat, latonoprast)
Glaukoma sekunder (kortikosteroid dan obat
pelebar pupil)
OBAT MATA LAIN
1. Obat mata katarak dan paska operasi katarak
Na Pirenoksin tetes mata, kadar 750 dalam 15 ml
cairan atay 0,05 mg/ml.
Na Diklofenak tetes mata dengan kadar 1mg/ml.
2. Obat mata konjungtivitas
Pemirolast kalium tetes mata 0,1%.
Lodoxamide tetes mata 0,1%.
Natrium cromoglycate tetes mata 2%.
PROSES ADSORPSI PADA
MATA
• Obat harus menembus bagian dalam mata, baik
struktur hidrofil maupun lipofil.
• Epitel kornea dan endotel kornea berfungsi sebagai
pembatas lipofil, sedangkan zat hidrofil dapat
berdifusi melalui stroma.
• Dengan demikian kondisi penembusan akan sangat
menguntungkan untuk obat yang dapat
menunjukan sifat lipofil dan hidrofil bersama-
sama.
• Ini terjadi pada asam lemat dan basa lemah yang
sebagian dalam bentuk tak terionisasi, sehingga
bersifat larut lemak dan bagian yang
terionisasi sehingga bersifat larut dalam air.
PERTIMBANGAN PROSES PEMBUATAN
SEDIAAN OPTHALMIC
1. Kejernihan
Larutan mata adalah dengan definisi bebas adari
partikel asing dan jernih secara normal diperoleh
dengan filtrasi, pentingnya peralatan filtrasi dan
tercuci baik sehingga bahan-bahan partikulat tidak
dikontribusikan untuk larutan dengan desain
peralatan untuk menghilangkannya. pengerjaan
penampilan dalam lingkungan bersih.
2. Stabilitas
Stabilitas obat dalam larutan, seperti produk
tergantung pada sifat kimia bahan obat, pH produk,
metode penyimpanan (khususnya penggunaan suhu),
zat tambahan larutan dan tipe pengemasan
PERTIMBANGAN PROSES
PEMBUATAN SEDIAAN OPTHALAMIC
3. Buffer dan pH
Idealnya, sediaan mata sebaiknya pada pH yang
ekuivalen dengan cairan mata yaitu 7,4. Dalam
prakteknya, ini jarang dicapai. mayoritas bahan aktif
dalam optalmologi adalah garam basa lemah dan paling
stabil pada pH asam. ini umumnya dapat dibuat dalam
suspensi kortikosteroid tidak larut suspensi biasanya
paling stabil pada pH asam.
4. Tonisitas
USP mengizinkan penggunaan bahan pengkhelat
viskositas untu memperpanjang lama kontak dalam mata
dan untuk absorpsi obat dan aktivitasnya. Bahan-bahan
PERTIMBANGAN PROSES PEMBUATAN
SEDIAAN OPTHALAMIC
5. Additives/Tambahan
Penggunaan bahan tambahan dalam larutan
mata diperbolehkan, namun demikian pemilihan
dalam jumlah tertentu. Antioksidan, khususnya
Natrium Bisulfat atau metabisulfat, digunakan
dengan konsentrasi sampai 0,3%, khususnya dalam
larutan yang mengandung garam epinefrin
KOMPONEN NON-
TERAPEUTIK DALAM SEDIAAN
OPTHALMIC
1. Pengawet Anti Mikroba
Pengawet diperbolehkan untuk menjaga sterilitas produk setelah
kemasan dibuka dan selama pengunaan oleh pasien. Pemilihan zat
pengawet juga dibatasi dalam hal stabilitas fisika dan kimia,
kompatibilitas dan masalah keamanannya.
1. Benzalkonium klorida biasanya dikombinasi dengan EDTA
2. Timerosal
3. Klorobutanol
4. Metil dan propil paraben
5. Venil etil alkohol
6. Polikuat
KOMPONEN NON-
TERAPEUTIK DALAM SEDIAAN
OPTHALMIC
2. Pembuffer
Stabilitas kimia dan kenyamanan mata untuk
produk-produk obat mata cair bergantung pada
nilai pH produk secara umum.
3. Peningkat viskositas
Beberapa produk obat mata topikal mengandung
bahan peningkat viskositas untuk meningkatkan
waktu retensi, mengurangi laju pengeluaran dan
meningkatkan bioavaibilitas mata.
KOMPONEN NON-
TERAPEUTIK SEDIAAN
OPTHALMIC
4. Bahan pengatur osmolaritas
Tonisitas (osmolaritas) penting pada produk obat mata cair untuk
meminimalkan potensi ketidaknyamanan selama penetesan ke
dalam mata.
Untuk larutan Non Elektrolit:
mOsm/liter = konsentrasi dalam gram/liter x 1000
berat molekul dalam gr
Untuk larutan Elektrolit kuat:
mOsm/liter = konsentrasi dlm g/liter x jumlah ion yg terbentuk x
1000
berat molekul dalam gr
KOMPONEN NON-
TERAPEUTIK SEDIAAN
OPTHALMIC
Hubungan osmolaritas dengan tonisitas
Osmolaritas (m osmole/liter) Tonisitas
Ø 350 Hipertonis
329 – 350 Sedikit hipertonis
270 – 328 Isotonis
250 – 269 Sedikit hipotonis
0 – 249 Hipotonis
KOMPONEN NON-
TERAPEUTIK SEDIAAN
OPTHALMIC
Dasar salep yang dipilih :
 Tidak mengiritasi mata
 Bahan obat berdifusi ke seluruh mata
 Titik leburnya mendekati suhu tubuh
 Bahan yang digunakan harus halus
 bahan dasar yang mudah dicuci dengan air
 Mempertahankan aktivitas obat dalam jangka
waktu tertentu pada kondisi penyimpanan
yang tepat
KOMPONEN NON-
TERAPEUTIK SEDIAAN
OPTHALMIC
Basis salep yang dipilih :
• Cairan petrolatum (minyak mineral)
• Campuran dari petrolatum
• Zat yang bercampur dengan air (Lanolin)
• Mengandung vaselin
• Dasar absorpsi atau dasar salep larut air
STERILITAS DAN STERILISASI
sterilitas : infertilitas yang bersifat
permanen. Bisa juga mengacu pada
kondisi bebas kuman (steril)
Bioburden: jumlah mikroorganisme
kontaminan yang di ketahui atau di
hitung pada objek atau material tertentu
sebelum memasuki proses sterilisasi.
Sterilisasi Kering (Fisika)
Metode kering
Metode Uap
Metode basah
Sterilisasi Basah (Fisika dan kimia)
Metode Fisika : Radiasi dan elektron
Metode Kimia : Eto, ozon
METODE STERILISASI
STERILISASI PANAS BASAH
OVEN
senyawa yang tidak tahan terhadap
panas
senyawa yang tidak tahan terhadap
uap
Menggunakan gas etilen oksida atau
propilen oksida
Perlu perlengkapan khusus
Pengawasan intens
STERILISASI GAS
Sifat :
Mudah terbakar jika tercampur udara
Penggunaan:
Diencerkan dengan gas inert (CO2
atau hidrokarbon terflourinasi)
 Lama Kerja : 4 – 16 jam
 Mekanisme kerja :
Mengganggu metabolisme sel
bakteri
ETILEN OKSIDA
Sebagai zat pensteril pemakaian khusus
:
Sterilisasi peralatan operasi dan
kedokteran
Alat-alat seperti kateter
Alat suntik disposible
Mensterilkan berbagai enzim tertentu
Mensterilkan antibiotik dan obat
tertentu
ETILEN OKSIDA
Syarat :
 Tidak timbul reaksi kimia
 Tiak merusak senyawa obat
ETILEN OKSIDA
Alat sterilisasi gabungan disusun
mirip autoklaf
Diperlukan pengawasan khusus
Waktu
Temperatur
Kadar gas
kelembapan
PERLENGKAPAN STERILISASI
GAS
Menggunakan sinar gamma dan sinar-sinar
katoda
Memerlukan peralatan khusus
Mekanisme :
Ikut terlibat dalam perubahan kimiawi
Membantu mikroorganisme membentuk
senyawa kimia baru yang dapat merusak
sel
Merusak nukloprotein inti dan kerusakan
menetap
STERILISASI RADIASI
Proses sterilisasi dengan memaparkan
produk pada sinar gamma atau
elektron berenergi tinggi, baik dalam
kemasan tunggal atau curah selama
waktu tertentu sehingga tercapai
faktor keamanan /SAL 10-6
DEFINISI STERILISASI
RADIASI
Radiasi sinar alpha (partikel)
Radiasi sinar beta/electron (partikel)
Radiasi sinar gamma (gelombang
elektromagnetik)
Sinar X (gelombang elektromagnetik)
JENIS RADIASI
Electron dan electron beam
Gamma rays dari Co-60 atau Cs-137
X-Rays dari X-Rays machine
SUMBER RADIASI
Penghilangan mikroba dengan
absorbsi menggunakan mekanisme
penyaringan
Digunakan :
Larutan tidak tahan panas
Menyaring sediaan larutan yang
dibuat segar dan harus steril
Perlu dimonitoring dengan ketat
STERILISASI FILTRASI
Penyaring Berkeffeld dan Mandler
Penyaring Pasteur-Chamberland,
Doulton dan Selas
Penyaring Seitz dan Swinney
Gelas Bucher sejenis corong
ALAT-ALAT STERILISASI
PENYARINGAN
High Intensity Light
Lampu discharge
intensitas tinggi
(lampu HID) adalah jenis
lampu gas
discharge listrik yang
menghasilkan cahaya
melalui busur listrik antara
elektroda tungsten
ditempatkan di dalam
tabung busur menyatu
alumina kuarsa atau
METODE STERILISASI BARU
Tabung ini diisi dengan gas dan garam
logam.
Gas memfasilitasi awal busur itu. Setelah
busur dimulai, memanaskan dan menguapkan
garam logam membentuk plasma, yang
sangat meningkatkan intensitas cahaya yang
dihasilkan oleh busur dan mengurangi
konsumsi daya. Lampu discharge intensitas
tinggi adalah jenis lampu bus
HIGH INTENSITY
LIGHT
Berbagai jenis kimia yang digunakan
dalam tabung busur lampu HID,
tergantung pada karakteristik yang
diinginkan dari intensitas cahaya,
temperatur warna berkorelasi,
rendering indeks warna (CRI), efisiensi
energi, dan umur.
HIGH INTENSITY
LIGHT
• Halida logam (MH) lampu
• MH lampu keramik
• Lampu natrium-uap
• Lampu Xenon pendek-arc
• lampu uap merkuri
VARIETAS LAMPU
HID
Beberapa lampu HID menggunakan
zat radioaktif seperti kripton-85 dan
thorium.
Krypton-85 adalah gas dan
ditemukan dicampur dengan argon
yang dalam tabung busur lampu
VARIETAS LAMPU
HID
Isotop ini menghasilkan radiasi
pengion. Hal ini karena sifat ionisasi
tertentu yang digunakan dalam
lampu. Mereka menghasilkan alpha
dan beta radiasi yang tinggi di dalam
menyebabkan ionisasi lampu tapi
tanpa bisa melarikan diri dari lampu.
VARIETAS LAMPU
HID
Low Temperature Plasma
METODE STERILISASI BARU
Hydrogen Peroxide Low Temperature
Plasma Sterilizer
Low Temperature Plasma
Sterilisasi plasma Suhu rendah merupakan
perwakilan dari semua jenis Sterilisasi Suhu
Rendah seperti Ethylene Oxide atau
Formaldehida.
METODE STERILISASI BARU
Suhu lebih rendah dari 60 ℃ dan waktu
siklus di bawah 1 jam, yang mencegah
panas dan kerusakan kelembaban
peralatan medis canggih.
LOW TEMPERATURE
PLASMA
LOW TEMPERATURE PLASMA
Alat sterilisasi berteknologi plasma yang biasa
digunakan adalah ECR Plasma (Electron
Cyclotron Resonance Plasma).
Alat ini memanfaatkan prinsip gaya Lorentz
dengan adanya pergerakan sirkular electron-
elektron bebas sehingga membangkitkan
medan magnet seragam yang statis.
SKEMA ALAT ECR
KINETIKA INAKTIVASI
MIKROORGANISME
Mikroorganisme : mikroorganisme
diinaktivasi bila terjadi reaksi
intraseluler dimana terjadi gangguan
metabolism yang tidak reversible. Pada
suhu tinggi dan dengan keberadaan
kelembaban seperti sterilisasi uap,
input energy dari menginaktivasi
mikroorganisme melalui cara
denaturasi protein intraseluler.
Probabilitas mikroorganisme hidup
yang ada pada suatu unit produk
setelah sterilisasi
SAL
(STERILITY ASSURANCE LEVEL)
n=3, satu tidak steril dari seribu produk
Umumnya untuk produk yang tidak akan
kontak dengan cairan tubuh (mis:alat
laboratorium)
n=6, satu tidak steril dalam sejuta produk
Untuk produk yang akan menyentuh cairan
tubuh ataau ditanamkan pada tubuh (mis :
jarum suntik, allograft, prostese)
SAL DINYATAKAN DALAM 10-N
Studi untuk menentukan jumlah dan ketahanan panas
mikroorganisme dalam produk
Nilai-D adalah waktu dalam menit yang dibutuhkan untuk
mengurangi populiasi mikroba sejumlah 90% atau 1 log
siklus (1/10 bagian yang hidup) pada suhu tertentu
STUDI D-VALUE
STUDI D-VALUE
Dimana :
N= populasi mikroba
N0= jumlah awal
Nu= jumlah populasi yang bertahan hidup
T0= waktu ekpose awal
Tu = waktu yang di perlukan untuk membinasakan 90 % dari
populasi awal
STUDI Z-VALUE
Z-value : Kenaikan suhu yang dibutuhkan untuk
menurunkan harga D menjadi sepersepuluhnya, Z
value menunjukan perbedaan waktu yang diperlukan
bagi setiap suhu yang digunakan untuk menurunkan
jumlah mikroba menjadi 1/10nya.
Dimana :
D0= nilai D suhu awal T0
Dx= nilai D dari suhu Tx
STUDI F0-VALUE
F0-value : sebagai waktu sterilisasi ekuivalen
(dalam menit) objek yang doekspose terhadap
lingkungan jenuh uap air pada suhu 121oC dan
merupakan nilai keseluruhan yang berasal dari
formula tertentu sebagai berikut :
STUDI F0-VALUE
Dimana :
L = kecepatan kematian 10
t = variable waktu
T0 =waktu proses awal
Tt = waktu proses akhir
T(t) = variable suhu yang tergantung pada waktu/0C
Z = perbedaan suhu yang menyebabkan 10 kali
perubahan dalam kecepatan kematian
PENDEKATAN OVERKILL
Pendekatan Overkill : metode sterilisasi
menggunakan pemanasan dengan uap
panas pada suhu 121 derajat celcius selama
15 menit yang mampu memberikan
minimal reduksi setingkat log 12 dari
mikroorganisme yang memiliki nilai D
minimal 1 menit. Metode overkill untuk
bahan yang tahan panas seperti zat
anorganik
Pendekatan Bioburden : dimana pemanasan akhir
yang digunakan tidak lagi harus mencapai 121°C,
sehingga produk-produk yang dihasilkan dengan
metoda ini selain dijamin steril, bebas pirogen,
bebas partikel namun kandungaannya tetap stabil
serta tidak terurai yang diakibatkan pemanasan
yang terlampau tinggi.
Dapat dilihat dari pencapaian tingkat sterilisasi
yang diminta yakni 10 pangkat 6.
PENDEKATAN
BIOBURDEN
Alat alat yang akan digunakan untuk proses
sterilisasi harus divalidasi terlebih dahulu
dengan menggunakan indikator yang telah
distandarisasi sehingga alat layak dipakai.
Dalam proses validasi dan monitoring harus
dapat menjamin bahwa alat berjalan dengan
baik.
PENENTUAN LAMA SIKLUS
STERILISASI
1. Berdasarkan pendekatan overkill
Penentuan siklus pada metoda overkill bertujuan untuk
memastikan tingkat sterility assurance. Ini diperoleh dengan
menentukan pengurangan mikroorganisme setidaknya 12-
log yang memiliki D-value satu menit pada 121oC (D121=1).
Organisme yang tahan dengan pemanasan basah akan
memiliki nilai D121 > 0,1-1 menit. Sementara organisme
yang kurang tahan akan dihancurkan lebih banyak dan tingkat
lebih tinggi.
D-value dari organisme dan target minimal dari pengurangan
12-log digunakan untuk menghitung periode waktu sterilisasi
PENENTUAN LAMA SIKLUS
STERILISASI
Grafik penentuan nilai D
PENENTUAN LAMA SIKLUS
STERILISASI
2. Berdasarkan pendekatan bioburden reduction
Sementara sterilisasi bioburden dipilih jika bahan yang
disterilkan labil terhadap pemanasan tinggi. Siklus
bioburden dilakukan dengan studi untuk menentukan
jumlah dan ketahanan panas mikroorganisme dalam
produk.
D-value diperoleh dengan menggunakan sporeforming
environmental atau isolat produk. Jika ketahanan panas
organisme bioburden telah diketahui, maka siklus bisa
diperoleh. Isolat bioburden yang paling tahan akan
digunakan sebagai indikator biologis,
PEMASTIAN/PENJAMINAN
STERILITAS
Penentuan bioburden : di lakukan terhadap tiap
tiap bets produk, baik yang diproses dengan
sterilisasi akhir maupun secara aseptis. Bila
parameter sterilisasi overkill ditetapkan untuk
produk dengan sterilisasi akhir, pemantauan
bioburden boleh hanya secara berkala
dengan interval menurut jadwal yang
sesuai.
PEMASTIAN/PENJAMINAN
STERILITAS
Prinsip-prinsip pemantauan lingkungan produksi steril
• Sertifikasi dan validasi proses aseptic dan fasilitas, dapat
dicapai dengan penentuan efisien sisistem penyaringan,
dengan menggunakan prosedur pemantauan lingkungan
secara mikrobiologi, dan membuat media biakan steril
sebagai produk simulasi.
• Pemantauan fasilitas aseptic harus meliputi pemeriksaan
penyaringan udara lingkungan secara berkala terhadap
partikulat dan mikroba lingkungan, dan dapat meliputi
proses pembuatan media biakan steril secara berkala.
VALIDASI PROSES
STERILISASI
adalah bagian dari instrumen mesin sterilisasi
yang mengukur suhu, tekanan, dan parameter
yang lain apakah alat bekerja dengan baik.
Keterbatasan dari indikator ini adalah hanya
memberi informasi secara cepat tentang fungsi
alat sterilisasi. Informasi dapat salah bila
tidak dilakukan kalibrasi.
1. Indikator
Fisik
VALIDASI PROSES
STERILISASI
Indikator kimia diproduksi dalam berbagai
bentuk (strip, tape, kartu dan vial ). Dan peka
terhadap satu atau lebih parameter. Kelebihan
dari indikator ini adalah memberikan informasi
secara spesifik pada setiap kemasan.
1. Indikator
Kimia
VALIDASI PROSES
STERILISASI
adalah sediaan berisi populasimiokroorganisme spesifik
dalam bentuk spora.
Spora bersifat resisten terhadap beberapaparameter yang
terkontrol dan terukur dalamsuatu proses tertentu.
Prinsip kerja indikator biologi adalah mensterilkanspora
hidup mikroorganisme yang non-patogenikdan sangat
resisten dalam jumlah tertentu
1. Indikator
Biologi
UJI STERILITAS
(PERBEDAAN LINGKUNGAN
BAKTERI)
Aerob
Bakteri aerob adalah bakteri yang hidupnya memerlukan oksigen
bebas. Bakteri yang hidup secara aerob dapat memecah gula menjadi
air, CO2 , dan energi. Bakteri aerob secara obligatadalah bakteri yang
mutlak memerlukan oksigen bebas dalam hidupnya, misalnya,
bakteri Nitrosomonas.
Anaerob
Bakteri anaerobadalah bakteri yang dapat hidup tanpa oksigen
bebas, misalnya, bakteri asam susu, bakteri Lactobacillus bulgaricus,
dan Clostridium tetani. Akan tetapi, jika bakteri tersebut dapat hidup
tanpa kebutuhan oksigen secara mutlak atau dapat hidup tanpa
adanya oksigen, bakteri itu disebut bakteri anaerob fakultatif.
UJI STERILITAS
1. Uji inokulasi kedalam media sediaan uji
Pengujian langsung dari sampel dalam
media pertumbuhan.
2. Metode penyaringan membrane
Filtrasi cairan melalui membran steril. Filter
ditanam dalam media dengan masa inkubasi
7-14 hari
UJI DAN METODE
PENGHILANGAN PIROGEN
Pirogen
Sekumpulan zat yang mampu menimbulkan
demam. Dapat berupa lipid yang mengandung P ,
protein, polisakarida ataupun N yang terdiri dari
kuman yang hancur.
Sifat-sifat pirogen diantanranya:
Larut dalam air dantidak larut dalam pelarut – pelarut
organik
Bersifat termostabil terutama dalam larutan
Tidak menguap, tetapi destilasi biasa tidak
menyingkirkan pirogen
UJI DAN METODE
PENGHILANGAN PIROGEN
Endotoksin
Toksin pada gram negatif berupa
lipopolisakarida (LPS) pada membran luar dari
dinding sel yang pada keadaan tertentu bersifat
toksik pada inang dotoksin dan eksotoksin.
SIFAT-SIFAT PIROGEN
Thermostabil, sehingga hanya dapat dihilangkan dengan
pemanasan pada suhu 650ºC selama 1 menit, 250ºC selama
15 menit atau 180ºC selama 4 jam;
Larut dalam air. Sehingga tidak bisa memakai penyaring
bakteri;
UJI PIROGEN
Rabbit test
pengukuran kenaikan suhu kelinci setelah
penyuntikan larutan uji secara intravena. dengan
penyuntikan ≤ 10 ml/Kg bobot badan dalam jangka
waktu ≤ 10 menit.
LAL test
Metode spesifik untuk bakteri enterotoksin/ pirogen
yang signifikan berada di pabrik farmasetikal dan
peralatan medis. Berdasarkan mekanisme
penggumpalan darah dari kepiting( Limulus
polypemus)
Penghilangan pirogen
a. Membilas dengan API steril
b. Destilasi
c. Ultrafiltrasi
d. Osmosa balik
e. Karbon aktif
f. Daya tarik elektrostatik
g. Daya tarik hidrofobik
METODE PENGHILANGAN
PIROGEN DARI SEDIAAN STERIL
Cara destilasi
Cara pemanasan
Cara penyerapan
Cara depyrogenasi
Dengan penukar ion
Dengan gamma
radiasi
Getaran ultrasonic
MEMAHAMI TEORI
FILTRASI
BAHAYA, SUMBER-SUMBER, CARA
MENDETEKSI PARTIKEL SEDIAAN
PARENTERAL
Kontaminasi partikel seperti partikel tak larut dalam
sediaan injeksi dapat menghambat aliran darah.
Sumber-sumber Kontaminasi partikel berasal dari Air,
bahan kimia, pakaian personil, alat – alat, lingkungan,
pengemasan (gelas, plastik)
JELASKAN CARA MENDETEKSI
KEBERADAAN PARTIKEL DI
DALAM SEDIAAN PARENTERAL
Pengamatan Visible Manual Methods
Prosedur :
1. Kemasan dari larutan parenteral harus bebas dari label dan stirer.
2. Pegang kemasan pada bagian atas secara hati-hati, putar bagian
pinggang kemasan dengan gerakan memutar yang perlahan. Jika
gerakan memutar terlalu cepat akan terbentuk gelembung pada bagian
permukaan. Gelembung ini dapat menjadi bias antara partikulat
pengotor atau gelembung.
3. Pegang kemasan secara horizontal sekitar 4inci dibawah sumber
cahaya yang berlawanan arah dengan background hitam-putih. Cahaya
harus dijauhkan dari inspector, dan tangan harus berada dibawah
sumber lampu agar tidak terlalu silau.
4. Jika tidak ada partikel yang terlihat, balik kemasan secara perlahan
dan amati ada/tidaknya partikel berat yang tidak tersuspensi dengan
gerakan memutar.
5. Observasi setidaknya dilakukan selama 5 detik untuk setiap bagian
hitam dan putih
6. Tolak setiap kemasan yang memiliki partikel visible selama poses
inspeksi.
TIPE-TIPE FILTER
Screen Filter
filter menggunakan layar kaku atau fleksibel untuk memisahkan pasir dan partikel halus
lainnya dari air.
Depth filter
filter berbagai filter yang menggunakan porous media filtrasi untuk mempertahankan
partikel di seluruh media, bukan yang hanya di permukaan medium.
Cake filter
Bahan padat /setengah padat terkonsentrasi yang dipisahkan dari cairan dan tetap pada
filter setelah penyaringan tekanan.
Membrane Filter
Film polimer dengan peringkat pori tertentu, penghalang fisik dan menangkap partikel
seperti pada permukaan membran
JENIS WADAH
1. Wadah dosis tunggal
wadah yang kedap udara yang mempertahankan jumlah
obat steril untuk pemberian parenteral sebagai dosis
tunggal dan yang bila dibuka tidak dapat ditutup rapat
kembali yang dengan jaminan tetap steril. Contoh: ampul.
2. Wadah dosis ganda
wadah kedap udara yang memungkinkan pengambilan
isinya perbagian berturut-turut tanpa terjadi perubahan
kekuatan, kaulitas atau kemurnian bagian yang tertinggal.
Contoh vial atau botol serum
Wadah Gelas
tersusun dari pasir (silica yang hampir murni), soda abu
(natrium karbonat), batu kapur (kalsium karbonat),
dan cullet (pecahan gelas yang dicampur
dengan batch pembuatan dan berfungsi sebagai bahan
penyatu untuk seluruh campuran).
Sebagai kemasan dalam farmasi, memiliki mutu
perlindungan yang unggul, ekonomis, dan wadah tersedia
dalam berbagai ukuran dan bentuk
LANJUTAN…
Kelebihan
Inert
kedap udara
dibuat dari bahan yang relatif murah
tidak mudah terbakar, bentuknya tetap
mudah diisi
mudah ditutup
dapat dikemas menggunakan packaging line
mudah disterilisasi
mudah dibersihkan
dapat digunakan kembali
Kelemahan
lebih rapuh (mudah pecah)
lebih berat untuk pengiriman.
Kemasan untuk konsumen yang terbuat dari gelas bukan merupakan wadah yang paling tidak higienis karena wadah akan sering dibuka
berulang – ulang oleh konsumen, dimana tangannya tidak selalu bersih.
TIPE-TIPE GELAS UNTUK
SEDIAAN PARENTERAL
1. Tipe I – borosilicate glass
Pada proses pembuatan sebagian besar alkali dan kation
tanah diganti oleh boron dan atau alumunium serta zink.
Mempunyai daya tahan kimiawi yang sangat baik
sehingga tidak mempengaruhi preparat parenteral yang
sangat peka, lebih baik daripada gelas natrium karbonat.
Umumnya digunakan untuk sediaan parenteral
2. Tipe II – treated soda lime glass
gelas soda kapur silikat yang sudah mengalami
pengerjaan permukaan pada bagian yang berhubungan
dengan isinya dan mempengaruhi preparat farmasi yang
dikemas. Pada sediaan parenteral bersifat asam dan
netral.
LANJUTAN...
3. Tipe III – regular soda lime glass
gelas soda kapur silikat, memiliki daya tahan kimiawi
yang cukup tidak mempengaruhi preparat farmasi yang
dikemas. Biasanya tidak digunakan untuk sediaan
parenteral, kecuali jika data uji stabilitas yang sesuai
menunjukkan bahwa kaca Tipe III memenuhi untuk
sediaan parenteral yang dikemas di dalamnya
4. Tipe NP – general purpose soda lime
gelas soda kapur silikat yang digunakan untuk produk
non parenteral yang dimaksud untuk pemakaian
penggunaan oral dan topical.
UJI PADA GELAS, MELIPUTI:
powdered glass
Uji untuk mengetahui kandungan basa dalam
gelas(oksida natrium, kalium, kalsium, aluminium)
dengan di larutkan ke dalam air murni dibawah kondisi
suhu tinggi dengan metode asam basa. Biasanya
digunakan pada konnten yang telah terkena sulfur
dioksida.
water attack test
Di gunakan pada gelas yang telah terpapar sulfur di
oksida dalam kondisi kelembaban tertentu menggunakan
metode titrasi asam basa
LANJUTAN...
Pencucian
Seluruh alat-alat dan wadah gelas dicuci dengan sabun cuci dan
disikat.
Dibilas dengan air kran yang mengalir sampai bersih.
Ditiriskan alat atau wadah sampai alat-alat tersebut mengering
Sterilisasi
Dengan Pemanasan Basah autoklav pada suhu 121°C salama 15
menit.
Depirogenasi
Meliputi kombinasi pengeringan, oksidasi dan pembakaran. Di
keringkan dan di panaskan 250°C selama 45 menit dalam oven
dan laminar air flow.
KATEGORI PLASTIK
1. Termoset
stabil pada pemanasan dan tidak dapat dilelehkan dan
tidak dapat dibentuk ulang. untuk
membuat penutup wadah gelas atau logam.
2. Ter moplastik
plastik yang dapat dibentuk ulang dengan proses
pemanasan. Polimer termoplastik digunakan dalam
pembuatan berbagai jenis wadahsediaan farmasi.
KEUNTUNGAN DAN
KERUGIAN PLASTIK
 Keuntungan
Fleksibel dan tidak mudah rusak/pecah
Lebih ringan
Dapat disegel dengan pemanasan
Mudah dicetak menjadi berbagai bentuk
Murah
 Kerugian
Kurang inert
Beberapa mengalami keretakan dan distorsi jika kontak dengan beberapa senyawa kimia
Beberapa sangat sensitif terhadap panas
Kurang impermeabel terhadap gasdan uap seperti gelas
Dapat memiliki muatan listrik yang akan menarik partikel
Zat tambahan pada plastik mudahdilepaskan ke produk yang dikemas
Senyawa-senyawa seperti zat aktif dan pengawet dari produk yang dikemas dapat tertarik
ZAT-ZAT ADITIF PADA BAHAN
WADAH PLASTIK
1. Antioksidan
Contoh: fosfat dan tioester.
2. Stabilizer
Contoh: garam asam lemak, oksida anorganik, organometalik.
3. Lubricant
Contoh , logam stearat, lemak paraffin, silicon, fatty alcohol.
4. Plasticizer
Contoh: dialkil phtalat, polimer dengan BM kecil.
5. Filler (Bahan Pengisi)
polimer memperbaiki fleksibilitas
6. Colorant (Bahan Pewarna)
untuk memberikan warna pada plastik
JENIS-JENIS PLASTIK:
Poly (vinyl Chloride)
Polyethylene Terephtalate (PET)
Acrylic multi polymer (Nitrile Polymers)
Polycarbonate
Nylon
Polystyrene
Polyolefins
KARET TUTUP PADA WADAH
SEDIAAN STERIL
Karakteristik:
Bahan: campuran kompleks polimer dasar (elastomer), pengisi,
akselerator ,vulcanizing agent (bahan vulkanisir) dan pigmen.
Sifat:
Permukaan harus licin dan tidak berlubang
Menutup rongga-rongga kecil pada permukaan
Kekerasan dan elastisitasnya harus mencukupi
Mudah ditembus oleh jarum syringe hipodermik dan menutup
rapat kembali dengan cepat
Tak mengalami perubahan sifat akibat proses sterilisasi
Impermeabel terhadap udara dan lembab
JENIS KARET YANG DI PAKAI:
Karet alami atau mentah
Berasal dari lateks(getah)Hevea brasiliensis
Karet sintetis
Memiliki sifat lebih resisten terhadap temperatur tinggi
dan waktu, serta lebih mahal dibandingkan karet alami
BAHAN TAMBAHAN PADA
TUTUP KARET
Vulcanizing agent
Akselerator
Aktivator
Antioksidan-antiozon
Plasticizer- lubrikan
Pengisi
Pigmen
PRINSIP PENGENDALIAN
R. ASEPTIK PRODUKSI
STERIL.
Bebas mikroorganisme aktif (udara yang ada di dalam
ruangan disaring dengan HEPA filter agar mendapatkan
udara yang bebas mikroorganisme dan partikel)
Ada batasan kontaminasi dengan partikel
Tekanan positif(udara di dalam mengalir ke luar )
Minimal terbagi atas tiga area, yaitu area kotor (black
area), intermediate area (grey area), dan area bersih
(white area).
METODE VENTILASI UDARA
YANG MENGHASILKAN UDARA
BERSIH
AHU(Air Handling Unit)
seperangkat alat yang dapat mengontrol suhu,
kelembaban, tekanan udara, tingkat kebersihan (jumlah
partikel/mikroba), pola aliran udara, jumlah pergantian
udara dll.Bagian alat dari AHU diantaranya:
Dumper,Ducting.,Filter,Static Pressure Fan (blower) dan
Cooling coil.
223
Pada prInsipnya Air Handling System terdiri dari :
1. Blower / fan : Meniupkan udara ke ruangan-ruangan melalui ducting.
2. Filter : Menyaring udara yang dikeluarkan blower / fan
3. Ducting : Menyalurkan udara dari blower ke ruangan –
( berfungsi seperti pipa air atau selang air ).
4. Damper : Mengatur besarnya tekanan yang akan masuk kedalam
ruangan-ruangan
5. Diffuser : Adalah ujung dari ducting yang membawa udara masuk
kedalam ruangan (supply grill) atau ujung dari ducting yang
membawa udara keluar ruangan (return grill)
Air Handling System dengan perlengkapan seperti diatas hanya menghasilkan udara
dengan kualitas tertentu tetapi tidak mendinginkan ruangan.
KOMPONEN AIR HANDLING SYSTEM
( Tanpa pendinginan )
224
KOMPONEN AIR HANDLING SYSTEM
BLOWER / FAN FILTER
DUCTING DAMPER DIFFUSER
INLET
GRILL
OUTLET
GRILL
( Tanpa pendinginan )
225
Ilustrasi awal
KOMPONEN AIR HANDLING SYSTEM
DUCTING
FILTER BLOWER FILTER DAMPER
DIFFUSER
226
KOMPONEN AIR HANDLING SYSTEM
Posisi Pemasangan
_________________________________
PRE FILTER
( Diluar )
PRE FILTER
( Didalam housing )
MEDIUM-FILTER
( Didalam housing )
BLOWER
/ FAN
227
_________________________________
KOMPONEN AIR HANDLING SYSTEM
DAMPER
DUCTING
Posisi Pemasangan
228
KOMPONEN AIR HANDLING SYSTEM
_________________________________
DIFFUSER
Inlet grill
DIFFUSER
return grill
PERHATIAN :
Diskusi tentang posisi
yang baik untuk inlet
grill dan return grill
Posisi Pemasangan
229
HVAC ( HEATING VENTILATION AND AIR
CONDITIONING)
Adalah bahan yang digunakan untuk menyaring udara dalam Air Handling System
dengan tujuan untuk menghasilkan udara yang lebih bersih setelah melaluinya.
Dalam HVAC dikenal 3 jenis filter yang biasa terpasang dalam pabrik farmasi :
1. Filter kasar atau coarse filter atau lazimnya disebut “pre filter.
Filter ini mempunyai efisiensi 30% - 40%
2. Filter menengah atau medium filter.
Filter ini mempunyai efisiensi 85% - 95%
3. Filter halus atau HEPA ( High Efficiency Particulate Air )
Filter ini mempunyai efisiensi 99,997%
Satu jenis yang lain filter ultra halus , belum lazim digunakan, tidak dibicarakan
Pre-filter dan medium filter terpasang dalam rumah filter (bahasa populer : housing)
sedangkan filter HEPA terpasang dalam ruangan.
230
PRE FILTER
2 dari 3 lolos
MED- FILTER
1 dari 16 lolos
HEPA FILTER
Praktis tak ada
yg lolos
30% - 40%
85% - 95%
(> 95%)
99,997%
F I L T E R
Arti Efisiensi
______________________
Kemampuan filter untuk menahan dan membersihkan udara yang melaluinya
KESIMPULAN : PERSENTASE EFISIENSI MENUNJUKKAN KERAPATAN
231
1. PARTIKEL
2. KELAS 100
3 KELAS 10.000
( White )
4. KELAS ≤ 100.000
( Grey )
5. KELAS > 100.000
( Black )
SYARAT BAGI PARTIKEL
a. Ukuran ≤ 0.5 μ.
Partikel dengan ukuran ≥ 0,5 μ dalam ruang
pengolahan non steril , dibatasi jumlahnya.
b. Tidak patogen
c. Jumlah partikel dihitung saat pabrik belum
beroperasi
d. Jumlah partikel dihitung memakai “particle
counter”
H V A C
Kualitas Udara Yang Dihasilkan
______________________
232
1. PARTIKEL
2. KELAS 100
3 KELAS 10.000
( White )
4. KELAS ≤ 100.000
( Grey )
5. KELAS > 100.000
( Black )
1. ARTI
a. Udara mengandung partikel ≤100 / feet3.
b. Udara dihasilkan dari filter HEPA yang terpasang
pada seluruh langit-langit (plafond) atau satu
sisi dinding yang meniupkan udara kedalam
ruangan.
c. Filter akhir yang terdapat pada seluruh area tsb
adalah filter HEPA dengan efisiensi 99.997 %.
d. Terminal HEPA filter adalah plafond atau dinding.
2. LOKASI
a. Dalam ruangan atau bench Laminar Air Flow (LAF)
b. Dalam ruangan atau kamar yang seluruh langit-2
(plafond) nya atau 1 sisi dinding terdiri dari filter
HEPA.
3. DISYARATKAN BAGI
a. Ruang dalam (Bench) Laminar Air Flow (LAF)
b. Aktivitas pengisian ( filling ) sediaan steril.
H V A C
Kualitas Udara Yang Dihasilkan
______________________
233
1. PARTIKEL
2. KELAS 100
3 KELAS 10.000
( White )
4. KELAS ≤ 100.000
( Grey )
5. KELAS > 100.000
( Black )
Satu bagian dinding
mensupply atau me-
masok udara melalui
filter HEPA.
( Bagaimana dengan
ruangan ? )
Laminar Air Flow (LAF)
Inlet air - LAF Inlet air & Outlet - LAF
Hubungan antara HVAC dan LAF
Kualitas Udara Yang Dihasilkan
______________________
234
1. PARTIKEL
2. KELAS 100
3 KELAS 10.000
( White )
4. KELAS ≤ 100.000
( Grey )
5. KELAS > 100.000
( Black )
1. ARTI
a. Udara mengandung partikel max 10.000 / feet3.
b. Udara dihasilkan dari filter HEPA yang terpasang
pada terminal tertentu yang meniupkan udara
kedalam ruangan.
c. Filter akhir yang terdapat pada terminal tertentu
tsb adalah filter HEPA dengan efisiensi 99.997 %.
d. Inlet air grill adalah filter HEPA.
2. LOKASI
a. Dalam ruang pengolahan sediaan steril
b. Dalam ruang LAF – lab. mikrobiologi
3. DISYARATKAN BAGI
Ruang pengolahan sediaan steril.
F I L T E R
Kualitas Udara Yang Dihasilkan
______________________
235
1. PARTIKEL
2. KELAS 100
3 KELAS 10.000
( White )
4. KELAS ≤ 100.000
( White )
5. KELAS > 100.000
( Black )
Inlet Air Grill
adalah filter
HEPA
F I L T E R
Kualitas Udara Yang Dihasilkan
______________________
236
1. PARTIKEL
2. KELAS 100
3 KELAS 10.000
( White )
4. KELAS ≤ 100.000
( Grey )
5. KELAS > 100.000
( Black )
1. ARTI
a. Udara mengandung partikel ≤100.000/feet3.
b. Udara dihasilkan dari filter MEDIUM yang
terpasang pada blower / fan untuk menyaring
udara yang akan ditiupkan melalui ducting
kedalam ruangan.
2. LOKASI
a. Dalam ruang pengolahan sediaan non steril
b. Dalam ruang sampling
3. DISYARATKAN BAGI
Ruang pengolahan sediaan non sterilsteril.
F I L T E R
Kualitas Udara Yang Dihasilkan
______________________
237
1. PARTIKEL
2. KELAS 100
3 KELAS 10.000
( White )
4. KELAS ≤ 100.000
( Grey )
5. KELAS > 100.000
( Black )
F I L T E R
Kualitas Udara Yang Dihasilkan
______________________
238
1. PARTIKEL
2. KELAS 100
3 KELAS 10.000
( White )
4. KELAS ≤ 100.000
( Grey )
5. KELAS > 100.000
( Black )
1. ARTI
a. Udara mengandung partikel > 100.000/feet3.
b. Udara dihasilkan dari filter kasar atau pre
filter yang terpasang pada blower / fan untuk
menyaring udara yang akan ditiupkan melalui
atau tanpa ducting kedalam ruangan.
2. LOKASI
Dalam ruang non pengolahan.
3. DISYARATKAN BAGI
Ruang non pengolahan.
F I L T E R
Kualitas Udara Yang Dihasilkan
______________________
239
1. PARTIKEL
2. KELAS 100
3 KELAS 10.000
( White )
4. KELAS ≤ 100.000
( Grey )
5. KELAS > 100.000
( Black )
F I L T E R
Kualitas Udara Yang Dihasilkan
______________________
LANJUTAN...
LAF(Laminair airflow)
Tempat bekerja secara aseptic, untuk tes sterilitas,
aseptic dispensing, dan i.v. mixture (pencampuran obat
suntik). Tekanan yang ada di dalam ruangan laminair
airflow dibuat menjadi tekanan negatif.
LETAK DAN DESAIN
CLEANING ROOM
Cleaning room di kaktegorikan ke dalam
dua kelas :
• Ruang Kelas I (White area)
• Ruang Kelas II (Grey area)
Ruang kelas I berada di ruang kelas II
namun terdapat LAF di dalamnya
JELASKAN PERSONEL
SEBAGAI SUMBER
KONTAMINASI.
Operator atau petugas merupakan
media paling baik dalam pertumbuhan
mikroorganisme,Petugas produksi steril
harus bebas dari kotoran dan
mikroorganisme dengan mengganti
baju, dan menggunakan antiseptik
untuk menyeterilkan badan.
ANALISIS RESIKO
LINGKUNGAN
Proses prediksi kemungkinan dampak negatif yang terjadi
terhadap lingkungan sebagai akibat dari kegiatan
tertentu.
Tahapan ARI:
1. Tentukan batasan studi /analisis
2. Tentukan area yang ingin diperdalam dan informasi
yang ingin di dapat
3. Uji dampak lingkungan berdasarkan informasi data dan
pengkategorian data yang telah dikumpulkan
4. Evaluasi informasi yang di peroleh
JELASKAN KLASIFIKASI UDARA
RUANGAN

More Related Content

Similar to sediaan_steril.pptx

Idk vi bu ifana pengobatan1
Idk vi bu ifana pengobatan1Idk vi bu ifana pengobatan1
Idk vi bu ifana pengobatan1
dimas_aria
 
prinsip dan teknik pemberian obat oral, sublingual, ic, sc dan im
prinsip dan teknik pemberian obat oral, sublingual, ic, sc dan imprinsip dan teknik pemberian obat oral, sublingual, ic, sc dan im
prinsip dan teknik pemberian obat oral, sublingual, ic, sc dan im
4nakmans4
 

Similar to sediaan_steril.pptx (20)

Idk vi bu ifana pengobatan1
Idk vi bu ifana pengobatan1Idk vi bu ifana pengobatan1
Idk vi bu ifana pengobatan1
 
Cara cara pemberian-obat
Cara cara pemberian-obatCara cara pemberian-obat
Cara cara pemberian-obat
 
Pemberian obat
Pemberian obatPemberian obat
Pemberian obat
 
Cara cara pemberian-obat
Cara cara pemberian-obatCara cara pemberian-obat
Cara cara pemberian-obat
 
Cara cara pemberian-obat
Cara cara pemberian-obatCara cara pemberian-obat
Cara cara pemberian-obat
 
Cara cara pemberian-obat
Cara cara pemberian-obatCara cara pemberian-obat
Cara cara pemberian-obat
 
Pemberian obat melalui selang intravena
Pemberian obat melalui selang intravenaPemberian obat melalui selang intravena
Pemberian obat melalui selang intravena
 
Pemberian obat melalui selang intravena
Pemberian obat melalui selang intravenaPemberian obat melalui selang intravena
Pemberian obat melalui selang intravena
 
Bab i1
Bab i1Bab i1
Bab i1
 
115411205 injeksi
115411205 injeksi115411205 injeksi
115411205 injeksi
 
115411205 injeksi
115411205 injeksi115411205 injeksi
115411205 injeksi
 
cara pemberian obat.pptx
cara pemberian obat.pptxcara pemberian obat.pptx
cara pemberian obat.pptx
 
DRUGS DELIVERY SYSTEM
DRUGS DELIVERY SYSTEMDRUGS DELIVERY SYSTEM
DRUGS DELIVERY SYSTEM
 
Prinsip dan tehnik pemberian obat
Prinsip dan tehnik pemberian obatPrinsip dan tehnik pemberian obat
Prinsip dan tehnik pemberian obat
 
prinsip dan teknik pemberian obat oral, sublingual, ic, sc dan im
prinsip dan teknik pemberian obat oral, sublingual, ic, sc dan imprinsip dan teknik pemberian obat oral, sublingual, ic, sc dan im
prinsip dan teknik pemberian obat oral, sublingual, ic, sc dan im
 
Konsep dasar pemberian obat
Konsep dasar pemberian obatKonsep dasar pemberian obat
Konsep dasar pemberian obat
 
7 cara pemberian obat secara benar
7 cara pemberian obat secara benar7 cara pemberian obat secara benar
7 cara pemberian obat secara benar
 
7 cara pemberian obat secara benar
7 cara pemberian obat secara benar7 cara pemberian obat secara benar
7 cara pemberian obat secara benar
 
7 cara pemberian obat secara benar
7 cara pemberian obat secara benar7 cara pemberian obat secara benar
7 cara pemberian obat secara benar
 
Penggunaan obat rasional
Penggunaan obat rasionalPenggunaan obat rasional
Penggunaan obat rasional
 

Recently uploaded

Standar Prosedur pelayanan pelacakan kasus KEJADIAN IKUTAN PASCA iMUNISASI
Standar Prosedur pelayanan pelacakan kasus KEJADIAN IKUTAN PASCA iMUNISASIStandar Prosedur pelayanan pelacakan kasus KEJADIAN IKUTAN PASCA iMUNISASI
Standar Prosedur pelayanan pelacakan kasus KEJADIAN IKUTAN PASCA iMUNISASI
germanaaprianineno
 
obat aborsi Bogor wa 081391267345 jual obat aborsi cytotec asli di Bogor
obat aborsi Bogor wa 081391267345 jual obat aborsi cytotec asli di Bogorobat aborsi Bogor wa 081391267345 jual obat aborsi cytotec asli di Bogor
obat aborsi Bogor wa 081391267345 jual obat aborsi cytotec asli di Bogor
ariniastuti020
 
TM 6_KESPRO REMAJA.ppt kesehatan reproduksi
TM 6_KESPRO REMAJA.ppt kesehatan reproduksiTM 6_KESPRO REMAJA.ppt kesehatan reproduksi
TM 6_KESPRO REMAJA.ppt kesehatan reproduksi
haslinahaslina3
 
obat aborsi Bandung wa 081391267345 jual obat aborsi cytotec asli di Bandung
obat aborsi Bandung wa 081391267345 jual obat aborsi cytotec asli di Bandungobat aborsi Bandung wa 081391267345 jual obat aborsi cytotec asli di Bandung
obat aborsi Bandung wa 081391267345 jual obat aborsi cytotec asli di Bandung
ariniastuti020
 
Materi Bimtek Kebijakan Kesehatan Haji 2024.pptx
Materi Bimtek Kebijakan Kesehatan Haji 2024.pptxMateri Bimtek Kebijakan Kesehatan Haji 2024.pptx
Materi Bimtek Kebijakan Kesehatan Haji 2024.pptx
DocApizz
 
KONSEP K3 PUSKESMAS SESUAI PMK 52 THN 2018.pptx
KONSEP K3 PUSKESMAS SESUAI PMK 52 THN 2018.pptxKONSEP K3 PUSKESMAS SESUAI PMK 52 THN 2018.pptx
KONSEP K3 PUSKESMAS SESUAI PMK 52 THN 2018.pptx
rosintauli1
 
DIET SEHAT PADA DIABETES MELLITUS PPT DES 23.pptx
DIET SEHAT PADA DIABETES MELLITUS PPT DES 23.pptxDIET SEHAT PADA DIABETES MELLITUS PPT DES 23.pptx
DIET SEHAT PADA DIABETES MELLITUS PPT DES 23.pptx
ulfahyus
 
obat aborsi Bekasi wa 081391267345 jual obat aborsi cytotec asli di Bekasi
obat aborsi Bekasi wa 081391267345 jual obat aborsi cytotec asli di Bekasiobat aborsi Bekasi wa 081391267345 jual obat aborsi cytotec asli di Bekasi
obat aborsi Bekasi wa 081391267345 jual obat aborsi cytotec asli di Bekasi
ariniastuti020
 
Jual Cytotec Di Banjar Ori👗082322223014👗Pusat Peluntur Kandungan Konsultasi
Jual Cytotec Di Banjar Ori👗082322223014👗Pusat Peluntur Kandungan KonsultasiJual Cytotec Di Banjar Ori👗082322223014👗Pusat Peluntur Kandungan Konsultasi
Jual Cytotec Di Banjar Ori👗082322223014👗Pusat Peluntur Kandungan Konsultasi
ssupi412
 
APLIKASI SIstem Informasi Terpadu Kesehatan Kerja dan Olahraga 2023.ppt
APLIKASI SIstem Informasi Terpadu Kesehatan Kerja dan Olahraga 2023.pptAPLIKASI SIstem Informasi Terpadu Kesehatan Kerja dan Olahraga 2023.ppt
APLIKASI SIstem Informasi Terpadu Kesehatan Kerja dan Olahraga 2023.ppt
rosintauli1
 

Recently uploaded (15)

Standar Prosedur pelayanan pelacakan kasus KEJADIAN IKUTAN PASCA iMUNISASI
Standar Prosedur pelayanan pelacakan kasus KEJADIAN IKUTAN PASCA iMUNISASIStandar Prosedur pelayanan pelacakan kasus KEJADIAN IKUTAN PASCA iMUNISASI
Standar Prosedur pelayanan pelacakan kasus KEJADIAN IKUTAN PASCA iMUNISASI
 
ZOLL AED Plus® PRESENTATION WITH II.pptx
ZOLL AED Plus® PRESENTATION WITH II.pptxZOLL AED Plus® PRESENTATION WITH II.pptx
ZOLL AED Plus® PRESENTATION WITH II.pptx
 
obat aborsi Bogor wa 081391267345 jual obat aborsi cytotec asli di Bogor
obat aborsi Bogor wa 081391267345 jual obat aborsi cytotec asli di Bogorobat aborsi Bogor wa 081391267345 jual obat aborsi cytotec asli di Bogor
obat aborsi Bogor wa 081391267345 jual obat aborsi cytotec asli di Bogor
 
fisiologi haid dan bagaimana. Kita bersa
fisiologi haid dan bagaimana. Kita bersafisiologi haid dan bagaimana. Kita bersa
fisiologi haid dan bagaimana. Kita bersa
 
TM 6_KESPRO REMAJA.ppt kesehatan reproduksi
TM 6_KESPRO REMAJA.ppt kesehatan reproduksiTM 6_KESPRO REMAJA.ppt kesehatan reproduksi
TM 6_KESPRO REMAJA.ppt kesehatan reproduksi
 
obat aborsi Bandung wa 081391267345 jual obat aborsi cytotec asli di Bandung
obat aborsi Bandung wa 081391267345 jual obat aborsi cytotec asli di Bandungobat aborsi Bandung wa 081391267345 jual obat aborsi cytotec asli di Bandung
obat aborsi Bandung wa 081391267345 jual obat aborsi cytotec asli di Bandung
 
Materi Bimtek Kebijakan Kesehatan Haji 2024.pptx
Materi Bimtek Kebijakan Kesehatan Haji 2024.pptxMateri Bimtek Kebijakan Kesehatan Haji 2024.pptx
Materi Bimtek Kebijakan Kesehatan Haji 2024.pptx
 
MAKALAH kebidanan pelayanan KOMPLEMENTER-1.docx
MAKALAH kebidanan pelayanan KOMPLEMENTER-1.docxMAKALAH kebidanan pelayanan KOMPLEMENTER-1.docx
MAKALAH kebidanan pelayanan KOMPLEMENTER-1.docx
 
PPT Antibiotik amoxycillin, erytromycin.ppt
PPT Antibiotik amoxycillin, erytromycin.pptPPT Antibiotik amoxycillin, erytromycin.ppt
PPT Antibiotik amoxycillin, erytromycin.ppt
 
Kota Palembang Dalam Angka 2023.pdf]]kjk
Kota Palembang Dalam Angka 2023.pdf]]kjkKota Palembang Dalam Angka 2023.pdf]]kjk
Kota Palembang Dalam Angka 2023.pdf]]kjk
 
KONSEP K3 PUSKESMAS SESUAI PMK 52 THN 2018.pptx
KONSEP K3 PUSKESMAS SESUAI PMK 52 THN 2018.pptxKONSEP K3 PUSKESMAS SESUAI PMK 52 THN 2018.pptx
KONSEP K3 PUSKESMAS SESUAI PMK 52 THN 2018.pptx
 
DIET SEHAT PADA DIABETES MELLITUS PPT DES 23.pptx
DIET SEHAT PADA DIABETES MELLITUS PPT DES 23.pptxDIET SEHAT PADA DIABETES MELLITUS PPT DES 23.pptx
DIET SEHAT PADA DIABETES MELLITUS PPT DES 23.pptx
 
obat aborsi Bekasi wa 081391267345 jual obat aborsi cytotec asli di Bekasi
obat aborsi Bekasi wa 081391267345 jual obat aborsi cytotec asli di Bekasiobat aborsi Bekasi wa 081391267345 jual obat aborsi cytotec asli di Bekasi
obat aborsi Bekasi wa 081391267345 jual obat aborsi cytotec asli di Bekasi
 
Jual Cytotec Di Banjar Ori👗082322223014👗Pusat Peluntur Kandungan Konsultasi
Jual Cytotec Di Banjar Ori👗082322223014👗Pusat Peluntur Kandungan KonsultasiJual Cytotec Di Banjar Ori👗082322223014👗Pusat Peluntur Kandungan Konsultasi
Jual Cytotec Di Banjar Ori👗082322223014👗Pusat Peluntur Kandungan Konsultasi
 
APLIKASI SIstem Informasi Terpadu Kesehatan Kerja dan Olahraga 2023.ppt
APLIKASI SIstem Informasi Terpadu Kesehatan Kerja dan Olahraga 2023.pptAPLIKASI SIstem Informasi Terpadu Kesehatan Kerja dan Olahraga 2023.ppt
APLIKASI SIstem Informasi Terpadu Kesehatan Kerja dan Olahraga 2023.ppt
 

sediaan_steril.pptx

  • 1. TEKNOLOGI FARMASI SEDIAAN STERIL Kelompok 9 : 1.Dewi Purnamaasri 2.Ita Rosita Nurtika 3.M. Faisal 4.Surpana
  • 2. SEDIAAN PARENTERAL Definisi: Bentuk Obat: Sediaan steril yang digunakan tanpa melalui mulut namun langsung ke dalam pembuluh darah sehingga memperoleh efek yang cepat dan langsung sampai sasaran. 1. Infus 2. Injeksi (larutan, suspensi, emulsi)
  • 3. SEDIAAN PARENTERAL Produk parenteral didesain dan digunakan tanpa melalui mulut serta tidak melewati saluran cerna, sedangkan produk enteral di desain dan digunakan melalui mulut dan melewati proses cerna.
  • 4. SEDIAAN PARENTERAL Keuntungan : 1. Respons fisiologis segera 2. Untuk obat yang tidak efektif jika diberikan secara oral karena obat mudah rusak akibat sekresi lambung. 3. Pengobatan pada pasien yang tidak sadar 4. Bila diinginkan efek lokal 5. Koreksi gangguan kesetimbangan cairan & elektrolit (dg diinfus) Kerugian : 1. Pemberian obat harus dilakukan o/ personel terlatih (dokter) tidak o/ pasien. 2. Pemberian obat perlu waktu lebih lama dr bentuk sediaan lain. 3. Pemberian obat perlu teknik aseptis. 4. Menimbulkan rasa nyeri pada lokasi penyuntikkan 5. Sukar menghilangkan efek fisiologis jika obat sudah berada dalam sirkulasi sistemik. 6. Harga lebih mahal
  • 5. SEDIAAN PARENTERAL 1. Dosis obat dalam sediaan harus sesuai dg etiket & tidak terjadi pengurangan kualitas selama penyimpanan 2. Penggunaan wadah yang cocok & tidak terjadi interaksi antara obat dengan material dinding wadah. 3. Tersatukan tanpa terjadi reaksi. 4. Bebas kuman & pirogen. 5. Isotonis, isohidris dan bebas partikel melayang Persyaratan:
  • 6. INDIKASI UMUM PEMBERIAN OBAT SECARA PARENTERAL 1. Untuk menjamin penyampaian obat yang belum diketahui sifat-sifatnya ke dalam suatu jaringan yang sakit dalam kadar yang cukup. Contoh : Pemberian injeksi antibiotik gol. aminoglikosida secara intraventrikular  sulit menembus lap. pembatas darah-otak- selaput otak yg dilakukan pd penderita radang selaput otak
  • 7. INDIKASI UMUM PEMBERIAN OBAT SECARA PARENTERAL 2. Pengendalian langsung terhadap parameter farmakologi tertentu (kadar puncak dalam darah, dll) 3. Menjamin dosis dan kepatuhan terhadap obat (khusus untuk penderita rawat jalan) 4. Mendapatkan efek obat yang tidak mungkin dicapai melalui rute lain contoh: insulin tdk dapat diabsorpsi/rusak oleh asam lambung jika diberikan secara oral
  • 8. INDIKASI UMUM PEMBERIAN OBAT SECARA PARENTERAL 5. Penderita yang tidak sadarkan diri / gila. 7. Mendapatkan efek lokal yang diinginkan : anastesi lokal pada pencabutan gigi 6. Memperbaiki dengan cepat cairan tubuh atau ketidak-seimbangan elektrolit atau mensuplai kebutuhan nutrisi.
  • 9. MASALAH YANG HARUS DIPERHATIKAN DALAM PEMBERIAN OBAT SECARA PARENTERAL 1. Sepsis, Trombosis (i.v, intraarterial), 2. Reaksi terhadap bahan asing yg tak terlarut (iv / intra-arterial), 3. Ketidaktercampuran & reaksi karena pH serta tonisitas ekstrim, 4. Reaksi hipersensitivitas, over dosis, emboli udara ( iv dan intraarterial), demam dan keracunan.
  • 10. MASALAH YANG HARUS DIPERHATIKAN DALAM PEMBERIAN OBAT SECARA PARENTERAL Bahaya dan komplikasi khusus : Disebabkan oleh senyawa yang disuntikkan, meliputi beberapa efek samping yang sifatnya idiosinkratik terhadap senyawa yang diberikan (trombositopenia, anemia, neutropenia), imunosupresi, aritmia, rasa nyeri.
  • 11. RUTE-RUTE PEMBERIAN SEDIAAN PARENTERAL 3 Rute utama pemberian sediaan parenteral : 1. Intramuskular 2. Intravena 3. Sub kutan. Rute lain : intraperitonial, intratekal, intradermal, Intraspinal, dll
  • 12. RUTE-RUTE UTAMA - INTRAMUSKULAR Intramuskular Injeksi langsung ke dalam bagian otot relaksasi, meliputi : • Otot gluteal • Otot deltoid • Otot trisep • Otot pektoral • Vastus lateralis.
  • 13. INTRAMUSKULA R o Larutan sedapat mungkin dibuat isotoni o bersifat mengiritasi jaringan subkutan o Membutuhkan laju absorbsi yang cepat o Dapat diberikan dalam volume hingga 5,0 ml o menggunakan syringe 3 – 5 mL o Sudut penyuntikan 90° o Zat aktif dengan kerja lambat serta mudah terakumulasi dapat menimbulkan keracunan. o Contoh : Injeksi kamfer, injeksi kinin antipirin, injeksi fenilbutazon, injeksi amidopirin, injeksi kortison asetat.
  • 14. RUTE-RUTE UTAMA - INTRAVENA Intravena Injeksi langsung ke dalam vena (pembuluh darah). Dalam jumlah kecil tidak mutlak harus isotoni dan isohidri. Dalam jumlah besar harus isotoni dan isohidri Tidak tepat untuk zat aktif yang merangsang dinding pembuluh darah.
  • 15. INTRAVENA Sediaan yang diberikan umumnya berbentuk larutan sejati dengan pembawa air. Penggunaan suspensi masih dipertentangkan dengan membatasi ukuran partikel zat aktif < 0,1 µm, ukuran yang lebih besar dapat menyebabkan emboli. Tidak diperkenankan penggunaan zat aktif penyebab hemolisa seperti plasmokhin, saponin, nitrobenzol, nitrit dan sulfonal. Pemberian larutan 10 mL atau lebih besar sekali suntik, harus bebas pirogen. Contoh : injeksi kalsium glukonat, injeksi aminofilin, infus glukosa,
  • 16. TUJUAN PEMBERIAN INTRAVENA Tujuan pemberian intravena : a. Menjamin penyampaian dan distribusi obat dalam keadaan syok b. Mengembalikan segera kesetimbangan elektrolit dan cairan tubuh c. Efek farmakologis yang segera (darurat) d. Pengobatan infeksi yang serius e. Pemberian nutrisi secara kontinyu f. Mencegah komplikasi lainnya jika diberikan melalui rute lainnya. g. Untuk tujuan khusus : transfusi darah, plasmaferesis dll.
  • 17. KOMPLIKASI INTRA VENA Komplikasi yang dapat terjadi karena pemberian secara intravena : a.Trombosis b.Penyuntikan mikroorganisme, toksin, partikel atau udara. c. Ketidaktercampuran fisik atau kimia beberapa senyawa sebelum atau pada saat penyuntikan. d. Pemberian obat yang tidak terkontrol dan berlebihan
  • 18. RUTE-RUTE UTAMA - SUBKUTAN Larutan yang disuntikkan sebaiknya isotoni dan isohidri dengan kerja zat aktif lebih lambat dibandingkan dengan pemberian intravena dan intramuskular. Sudut penyuntikan 45-90° Sub Kutan Penyuntikan dilakukan ke dalam jaringan longgar di bawah kulit (dermis), disuntikkan ke dalam tubuh melalui bagian yang sedikit lemaknya.
  • 19. SUBKUTAN Larutan yang sangat menyimpang isotoninya dapat menimbulkan rasa nyeri atau nekrosis dan absorpsi zat aktif tidak optimal. Obat yang diberikan melalui rute sk : insulin, vaksin, narkotika, epinefrin, vit B12. Obat yang tidak boleh diberikan melalui rute sk : yang bersifat asam kuat, basa kuat, iritan, yang dapat menimbulkan
  • 20. FAKTOR FARMASETIK YANG MEMPENGARUHI PEMBERIAN OBAT SECARA PARENTERAL 1. Kelarutan obat dan volume injeksi - Obat harus terlaut sempurna, lebih disukai dalam air, sblm dapat diberika scr injeksi intra vena. - Kelarutan obat dalam pembawa dan dosis yg diperlukan untuk menghasilkan efek erapetik akan menentukan volume injeksi yg harus diberikan. - Rute pemberian obat scr parenteral selain iv memiliki ketrbatasan dalam hal volume injeksi yang dapat diberikan.
  • 21. FAKTOR FARMASETIK YANG MEMPENGARUHI PEMBERIAN OBAT SECARA PARENTERAL 2. Karakteristik bahan pembawa - Pembawa air : dapat diberikan melalui rute parenteral apa saja. - Pembawa non air : yg dap bercampur atau tidak dengan air biasanya diberiakn dgn im. - Larutan suntik dengan pelarut campur.
  • 22. FAKTOR FARMASETIK YANG MEMPENGARUHI PEMBERIAN OBAT SECARA PARENTERAL 3. Ph atau osmolaritas larutan injeksi - Larutan suntik harus di formulasi pH dan osmolaritas yg sama dengan cairan tubuh (isohidri dan isotoni). - Terkait dengan masalah stabilitas,kelarutan atau dosis - Pada umumnya larutan parenteral hipertonis dikontraindikasikan untuk penyuntikan sub kutan atau intramuskular.
  • 23. FAKTOR FARMASETIK YANG MEMPENGARUHI PEMBERIAN OBAT SECARA PARENTERAL 4. Jenis bentuk sediaan obat - suspensi : hanya im dan sc. Tidak boleh iv atau rute parenteral selain diatas krna obat langsung masuk ke cairan biologis atau jaringan sensitif(otak dan mata). - Serbuk untuk injeksi atau dilarutkan sempurna dalam pembawa yg sesuai sebelum diberikan.
  • 24. FAKTOR FARMASETIK YANG MEMPENGARUHI PEMBERIAN OBAT SECARA PARENTERAL 5. Komposisi bahan pembantu - Sediaan parenteral berulang mengandung antimikroba sebagai pengawet, selain itu dapat mengandung surfaktan untuk mendpatkan kelarutan yang sesuai. Surfaktan dapat merubah permeabilitas membran, sehingga harus diketahui keberadaannya ketika akan diberikan secara subkutan atau intramuskular.
  • 25. Pengaruh Kelarutan Obat Terhadap Absorbsi Obat Secara Injeksi 1. Larutan Dalam Air Penambahan bahan makromolekul yang larut air ke dalam larutan dengan pelarut air dapat memperlama waktu aksi zat yang terkandung 2. Suspensi Dalam Air Penyuntikan suspensi dalam air dapat memperlama aksi obat dan aksi ini tergantung pada ukuran partikelnya. Karena pemakaian partikel berukuran yang lebih besar akan menyulitkan penyuntikan dan ASPEK BIOFARMASI SEDIAAN INJEKSI
  • 26. PENGARUH KELARUTAN OBAT TERHADAP ABSORBSI OBAT SECARA INJEKSI 3. Larutan dan Suspensi Dalam Minyak Pelepasan zat aktif dari larutan atau suspensi dalam pembawa minyak jauh lebih sulit dibandingkan dengan pembawa air 4. Pengendapan Zat Aktif pada Tempat Penyuntikan Molekul tertentu yang diberikan dalam larutanair atau larutan campuran air pelarut organik akan mengendap pada tempat penyuntikan karena pengaruh perbedaan pH antara pembawa dan cairan biologik. Pengendapan juga dapat memperpanjang aksi zat aktif. Misal untuk pembiusan setempat
  • 27. PROSES ABSORBSI DALAM BERBAGAI BENTUK FISIK SEDIAAN Larutan dalam air fastest release Suspensi dalam air Larutan dalam minyak Emulsi O/W Emulsi W/O Suspensi dalam minyak slowest release
  • 28. LARUTAN DALAM AIR Obat padat dengan partikel halus Obat larut dalam cairan tubuh Obat diserap disolusi
  • 29. LARUTAN DALAM MINYAK Obat larut dalam minyak Obat larut dalam cairan tubuh Obat diserap Partisi
  • 30. EMULSI Obat larut dalam fase minyak Obat larut dalam fase air Obat diserap Partisi Difusi dan Partisi Difusi pencampura n pengenceran Obat larut dalam cairan tubuh
  • 31. SUSPENSI DALAM MINYAK Obat larut dalam fase air Obat larut dalam fase minyak Obat diserap Partisi Difusi dan Partisi Partisi ke cairan jaringan Obat larut dalam cairan tubuh
  • 33. FAKTOR- FAKTOR FISIOLOGIS YANG MEMPENGARUHI ABSORPSI OBAT 1. Umur 2. Berat Badan 3. Luas Permukaan Tubuh 4. Jenis Kelamin 5. Status Patologi 6. Toleransi 7. Terapi dengan Obat Yang Diberikan Bersamaan 8. Waktu Pemakaian 9. Bentuk Sediaan dan Cara Pemakaian
  • 34. SMALL VOLUME PARENTERALS (SVP) Definisi: Menurut USP SVP adalah injeksi yang dikemas menurut label pada kemasan, mengandung 100 ml atau kurang. Tipe Produk SVP: 1. Sediaan Oftalmik 2. Injeksi (i.v ; i.m ; s.c ; dll)
  • 35. KATEGORISASI SVP MENURUT USP BERDASARKAN WUJUD FISIKNYA 1. Produk farmasi contoh : suspensi dan emulsi 2. Produk biologi contohnya: vaksin dan ekstrak biologi 3. Agen pendiagnosa 4. Ekstrak alergi 5. Produk radio farmasi 6. Produk gigi 7. Produk bioteknologi 8. Liposom dan produk lipid
  • 36. 1. Pelarut Air 2. Pelarut non air yang dapat bercampur dengan air 3. Pelarut non air yang tidak dapat bercampur dengan air. JENIS-JENIS PELARUT
  • 37. Air merupakan pelarut yang paling banyak digunakan dalam sediaan injeksi karena sifatnya yang dapat bercampur dengan cairan fisiologis tubuh : a. Air mempunyai harga konstanta dielektrik yang tinggi sehingga dapat melarutkan senyawa an-organik seperti elektrolit. b. Air mempunyai kemampuan membentuk ikatan hidrogen sehingga air dapat melarutkan sejumlah senyawa organik seperti alkohol, aldehid, keton, dll. PELARUT AIR
  • 38. 1. Harus dibuat segar dan bebas pirogen 2. Jumlah zat padat terlarut total tidak boleh lebih dari 10 ppm. 3. pH 5,0 – 7,0 4. Tidak boleh mengandung ion-ion klorida, sulfat, kalsium, amonium, nitrat, nitrit. 5. Batas logam berat 6. Batas bahan-bahan organik seperti tanin dan lignin 7. Batas jumlah partikel PERSYARATAN AIR PRO INJEKSI (USP)
  • 39. CO2 yang bersifat asam lemah mampu menguraikan garam natrium dari senyawa organik seperti barbiturat dan sulfonamida kembali membentuk asam lemahnya yang mengendap. Fenobarbital natrium (1:3 bagian air) + CO2 + H2O  Fenobarbital (endapan) (1:1000 bagian air) + Na2CO3 AIR PRO INJEKSI BEBAS CO2
  • 40. Sulfadiazin natrium (1:2 bagian air) + CO2 + H2O  Sulfadiazin (endapan) (sangat sukar larut dalam air) + Na2CO3 Aminofilin yang terdiri dari teofilin dan etilendiamin dengan adanya CO2 dapat menyebabkan terbentuknya teofilin (endapan) yang kelarutannya 1:120 bagian air AIR PRO INJEKSI BEBAS CO2
  • 41. Air pro Injeksi bebas CO2 dibuat dengan jalan mendidihkan air pro injeksi selama 20-30 menit setelah air mendidih, lalu dialiri gas nitrogen sambil didinginkan. AIR PRO INJEKSI BEBAS CO2
  • 42. Dibuat dengan jalan mendidikan air pro injeksi selama 20- 30 menit, dihitung setelah air mendidih, jika dibutuhkan dalam jumlah besar maka saat pendinginan dialiri gas nitrogen. Digunakan untuk melarutkan zat aktif yang mudah teroksidasi seperti : apomorfin, klorfeniramin, klorpromazin, ergometrin, ergotamin, metilergometrin, proklorperazin, promazin, promezatin HCl, sulfadimidin, tubokurarin. AIR PRO INJEKSI BEBAS OKSIGEN
  • 43. Digunakan bila : 1. Zat aktif tidak larut dalam pembawa air 2. Zat aktif terurai dalam pembawa air 3. Diinginkan kerja depo dari sediaan PELARUT NON AIR
  • 44. 1. Tidak toksis, tidak mengiritasi dan tidak menyebabkan sensitisasi 2. Dapat tersatukan dengan zat aktif 3. Tidak memberikan efek farmakologi yang merugikan 4. Stabil dalam kondisi di mana sediaan tersebut biasanya digunakan 5. Viskositasnya harus sedemikian rupa sehingga dapat disuntikkan dengan mudah. PEMILIHAN PELARUT NON AIR
  • 45. 6. Pelarut tersebut harus tetap cair pada rentang suhu yang cukup lebar. 7. Mempunyai titik didih yang tinggi sehingga dapat dilakukan sterilisasi yang menggunakan panas. 8. Dapat bercampur dengan air atau cairan tubuh. Pada umumnya tidak ada pelarut yang dapat memenuhi seluruh kriteria di atas, oleh karena itu biasanya diambil jalan tengah yaitu dengan memenuhi beberapa kriteria saja. PEMILIHAN PELARUT NON AIR
  • 46. Sebagai ko-solven dalam sediaan injeksi untuk meningkatkan kelarutan suatu obat yang kurang larut dalam air. Meningkatkan stabilitas zat-zat tertentu yang mudah terhidrolisis, contoh pembuatan injeksi fenobarbital dengan pelarut yang terdiri dari campuran air, etanol dan propilen glikol (solutio petit) PELARUT NON AIR YANG DAPAT BERCAMPUR DENGAN AIR
  • 47. 1. Etanol Banyak digunakan terutama pada injeksi glikosida digitalis Injeksi yang mengandung etanol bila disuntikkan secara intramuskular akan menimbulkan rasa nyeri; secara sub kutan akan menimbulkan nyeri yang diikuti dengan anastesia; jika disuntikkan pada daerah yang dekat syaraf maka dapat mengakibatkan degenerasi syaraf dan neuritis; secara intravena (tidak disarankan) harus hati-hati karena pemberian yang terlalu cepat akan PELARUT NON AIR YANG DAPAT BERCAMPUR DENGAN AIR :
  • 48. 2. Propilen glikol Banyak digunakan dalam pembuatan sediaan injeksi senyawa golongan barbiturat, beberapa alkaloida dan antibiotika. Sediaan yang mengandung propilen glikol dapat menimbulkan rasa nyeri dan iritasi pada tempat penyuntikan, sehingga perlu ditambahkan lokal anastetik seperti benzil alkohol. PELARUT NON AIR YANG DAPAT BERCAMPUR DENGAN AIR :
  • 49. 3. Polietilen glikol Ko solven dalam pembuatan sediaan injeksi adalah yang mempunyai bobot molekul rendah (300-400) dan berbentuk cairan. Penggunaan kosolven senyawa glikol (propilen atau polietilen) dalam pembuatan injeksi senyawa golongan barbiturat dapat meningkatkan stabilitas senyawa tersebut. PELARUT NON AIR YANG DAPAT BERCAMPUR DENGAN AIR :
  • 50. 4. Gliserin Merupakan cairan yang jernih dan kental, titik didih tinggi, dapat bercampur dengan air maupun alkohol dan merupakan pelarut yang baik untuk beberapa zat. Penggunaan dalam dosis tinggi dapat menimbulkan efek konvulsi dan gejala paralitik karena kerja langsung gliserin terhadap susunan syaraf pusat. Pada dosis rendah (5%) tidak terlihat adanya efek toksik. PELARUT NON AIR YANG DAPAT BERCAMPUR DENGAN AIR :
  • 51. Minyak hewan : Tidak digunakan sebagai pembawa Minyak mineral atau parafin cair: tidak boleh digunakan karena tidak dapat dimetabolisme tubuh dan dapat menimbulkan tumor atau reaksi terhadap jaringan Minyak tumbuhan : 1. Mudah tengik, karena mengandung asam lemak bebas terutama asam lemak tidak jenuh. Untuk mengatasi ketengikan PELARUT NON AIR YANG TIDAK DAPAT BERCAMPUR DENGAN AIR
  • 52. 2.Sering menimbulkan rasa nyeri sehingga perlu penambahan benzil alkohol 5% untuk anastesi lokal. 3.Jenis minyak tumbuhan yang digunakan harus dicantumkan dalam etiket. 4.Digunakan untuk injeksi zat aktif : Deoksikortison asetat, dimerkaprol, nandrolon fenilpropionat, progesteron, testosteron propionat, propiliodon, estradiol benzoat, testosteron fenilpropionat. 5.Jenis minyak tumbuhan yang digunakan : ol. Arachidis, ol. Gossypii, ol. Terebinthinae, Ol. Maydis, Ol. Sesami, Ol. Olivarum neutral, Ol. Amygdalarum. PELARUT NON AIR YANG TIDAK DAPAT BERCAMPUR DENGAN AIR
  • 53. Minyak Semi Sintetis : Milgyol-minyak netral Ester asam lemak : 1. Menghasilkan larutan yang lebih encer daripada pembawa minyak sehingga lebih mudah disuntikkan meski kerja depo yang timbul tidak selama pembawa minyak. 2. Kadangkala dikombinasi dengan senyawa alkohol seperti etanol atau benzil alkohol untuk memperbaiki kelarutan zat aktif. 3. Contohnya adalah etil oleat, isopropil miristat, polioksilen trigliserida oleat. PELARUT NON AIR YANG TIDAK DAPAT BERCAMPUR DENGAN AIR
  • 54. 1. Kosolven • Seringkali zat lebih larut dalam campuran pelarut daripada dalam satu pelarut saja • Gejala itu disebut cosolvency • Pelarut yang dlm kombinasi meningkatkan kelarutan zat terlarut disebut cosolvent • Mekanisme: pelarut campur mengatur polaritas pelarut pada harga yang diinginkan zat terlarut CARA UNTUK MENINGKATKAN KELARUTAN OBAT DALAM AIR
  • 56. SURFAKTAN Surfaktan merupakan suatu molekul yang sekaligus memiliki gugus hidrofilik dan gugus lipofilik sehingga dapat mempersatukan campuran yang terdiri dari air dan minyak. Sifat rangkap ini yang menyebabkan surfaktan dapat diadsorbsi pada antar muka udara-air, minyak-air dan zat padat-air, membentuk lapisan tunggal dimana gugus hidrofilik berada pada fase air dan rantai hidrokarbon ke udara, dalam kontak dengan zat padat ataupun terendam dalam fase minyak.
  • 57. Penambahan surfaktan dalam larutan akan menyebabkan turunnya tegangan permukaan larutan. Setelah mencapai konsentrasi tertentu, tegangan permukaan akan konstan. Bila surfaktan ditambahkan melebihi konsentrasi ini maka surfaktan mengagregasi membentuk misel. senyawa organik yang kelarutan dlm air rendah tersolubilisasi oleh misel sehingga kelarutan naik SURFAKTAN
  • 58. Siklodekstrin adalah senyawa oligosakarida siklis yang sekurang-kurangnya mengandung 6 unit D-(+)- glukopiranosa berikatan pada ikatan glikosida α-1,4 dan mempunyai bentuk toroidal, dengan bagian dalam bersifat hidrofobik dan bagian luar bersifat hidrofilik. Siklodekstrin dikenal sebagai α, β dan γ-siklodekstrin yang masing-masing terdiri dari enam, tujuh dan delapan glukosa dengan dimensi rongga dan kelarutan dalam air yang berbeda. 3. CYCLDEXTRIN
  • 59. CYCLDEXTRIN Berdasarkan diameter dan kedalaman rongga siklodekstrin: α-siklodekstrin dapat membentuk kompleks dengan senyawa yang mempunyai berat molekul rendah atau senyawa rantai samping alifatis β-siklodekstrin dapat membentuk kompleks dengan senyawa aromatik atau heterosiklis γ-siklodekstrin dapat membentuk kompleks dengan senyawa makromolekul dan steroid
  • 61. 1. Struktur Molekul Kelarutan suatu zat juga bergantung pada struktur molekulnya seperti perbandingan gugus polar dan gugus non polar dari molekul. Semakin panjang rantai non polar dari alkohol alifatis, semakin kecil kelarutannya dalam air. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KELARUTAN OBAT
  • 62. 2. Gaya Tarik Antarmolekul Ada 3 jenis gaya tarik dalam larutan, yaitu gaya tarik antar zat terlarut (A-A), zat terlarut- zat pelarut (A-B), dan antar zat pelarut (B-B). Selain itu, terdapat prinsip Like Dissolved Like, dimana senyawa polar akan larut dalam senyawa polar, dan senyawa nonpolar larut dalam senyawa nonpolar. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KELARUTAN OBAT
  • 63. 3. Pengaruh Suhu Endotermik  T naik  Kelarutan naik Eksoterm  T naik  Kelarutan turun Contoh Kasus Natrium sulfat bentuk hidrat (endotermik), bentuk anhidrat (eksotermik)  kelarutannya berbeda Natrium klorida tdk menyerap atau melepaskan panas ?????? FAKTOR YNG MEMPENGARUHI KELARUTAN OBAT
  • 64. 4. Pengaruh pH - Banyak obat bersifat asam lemah atau basa lemah  jika bereaksi dgn as. atau basa kuat serta dlm jarak pH tertentu  berada sebagai ion yg biasanya larut dalam air - Asam lemah (as karboksilat, as hidroksi, asam aromatik, fenol) larut dlm NaOH encer, karbonat dan bikarbonat - Basa lemah (mengandung Nitrogen basa  alkaloid) larut dalam asam encer FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KELARUTAN OBAT
  • 66. Osmosis merupakan proses perpindahan zat cari dari tekanan tinggi ke tekanan yang lebih rendah melalui membran semipermeabel. Proses ini terus berlangsung hingga konsenstrasi kedua tempat sama. Sistem Reverse Osmosis menggunakan pompa untuk menghasilkan tekanan yang lebih tinggi dari tekanan osmosis untuk "mendorong" air dari tekanan tinggi melalui membran semipermeabel menuju ke daerah yang mempunyai tekanan yang lebih rendah. REVERSE OSMOSIS (LANJUTAN..)
  • 67. Untuk menghasilkan Water for Injection, Purified Water hasil dari proses Water Softener ditampung di tangki penyimpanan. Dari Tangki penyimpanan ini PW dilakukan enam tingkat destilasi untuk menghasilkan Water for Injection (WFI). Untuk menguapkan air pada stage pertama digunakan plant steam dengan suhu 150oC. Air dipanaskan sampai suhunya sama dengan plant steam, uap yang dihasilkan dikondensasikan dan masuk ke dalam kolom kedua. Pirogen yang tertinggal di bawah kolom pertama dan proses ini berulang sampai kolom destilator ke 6. Proses di atas menghasilkan Water for Injection yang disimpan dalam 2. DESTILASI
  • 68. Ion exchange atau resin penukar ion dapat didefinisi sebagai senyawa hidrokarbon terpolimerisasi, yang mengandung ikatan hubung silang (crosslinking) serta gugusan- gugusan fungsional yang mempunyai ion-ion yang dapat dipertukarkan. 3. IONIC EXCHANGE
  • 69. Penggunaannya dalam analisis kimia misalnya untuk menghilangkan ion-ion pengganggu, memperbesar konsentrasi jumlah ion-ion renik, proses deionisasi air atau demineralisasi air, memisahkan ion-ion logam dalam campuran dengan kromatografi penukar ion. IONIC EXCHANGE (LANJUTAN..)
  • 70. Ada 2 macam resin penukar ion, yaitu : a. Anion exchange resin (resin penukar anion), yaitu resin yang mempunyai kemampuan menyerap/menukar anion-anion yang ada dalam air. Resin ini biasanya berupa gugus amin aktif. Misalnya : R – NH2 (primary amine), R – R1NH (secondery amine), R – R2 1N (tertiary amine), R – R3 1 NOH ( quartenary amine). Dalam notasi diatas R menunjukan polimer hidrokarbon dan R1 menunjukkan gugus tertentu misalnya CH2. IONIC EXCHANGE (LANJUTAN..)
  • 71. b. Cation exchange resin (resin penukar kation), yaitu resin yang mempunyai kemampuan menyerap/ menukar kation-kation seperti Ca, Mg, Na dsb. Yang ada dalam air. Contoh : Hidrogen zeolith (H2Z), resin organic yang mempunyai gugus aktif SO3H(R.SO3H), dan sulfonated coal.
  • 72. Water for Injection : adalah air bebas pyrogen yang dibuat dari proses depirogenasi purified water menggunakan water for Injection generator. Air jenis ini dipakai sebagai pelarut obat tetes mata ataupun sebagai air untuk sanitasi mesin- mesin untuk proses steril. Persyaratan dari air ini adalah harus bebas bacterial endotoxin dan harus steril. WATER FOR INJECTION
  • 73.
  • 74. Untuk penyimpanan water for injection harus didalam tanki dan dijaga pada panas lebih dari 80ºC dan diputar dengan looping system, secara periodik dilakukan proses sterilisasi pada pipa- pipa yang dilalui oleh air jenis ini dengan menggunakan clean steam (pyrogen free steam) pada temperatur tidak kurang dari 121ºC selama tidak kurang dari 20 menit. PENYIMPANAN
  • 75. Portable water digunakan untuk bahan baku pembuatan purified water (PW), Highly purified water (HPW) dan water for injection (WFI). Untuk pencucian awal alat-alat yang kontak produk tetapi pembilasan akhir harus dg PW atau WFI Untuk pendingin atau pemanas pada HE atau DJ Tank dll. Mutunya harus selalu memenuhi syarat PORTABLE WATER
  • 76. Dilakukan pemeriksaan kimia maupun mikrobiologi Sumbernya : Well water, surface water Dipengaruhi oleh musim, shg validasi water system harus melewati semua musim (minimal 1 tahun) Ditetapkan alert limit (batas waspada) dan action limit (batas ambil tindakan) Misalnya Action limit mikrobiologi ditetapkn 500 cfu/ml, maka jika hasil pemeriksaan 500 cfu/ml harus segera diambil tindakan sesuai SOP (misalnya disanitasi) PORTABLE WATER
  • 77. HPW dimaksudkan untuk digunakan dalam penyusunan produk medis dimana air berkualitas biologis tinggi diperlukan kecuali WPI diperlukan. (BP 2003) Diproduksi dengan cara : double passed RO dikombinasikan dengan ultrafiltrasi atau deionisasi. Spesifikasi HPW HIGH PURITY WATER
  • 78. Pemerian : jernih, tidak berwarna, tidak berbau dan tidak berasa. Nitrat : max 0.2 ppm Aluminium : 10 ug/L (untuk dialysis solution) Heavy metal : max 0.1 ppm Endotoksin : kurang dari 0.25 IU/ml Conductivity : 1.1 uS/cm pada 20 C Action limit : 10 CFU/100 ml dengan membran filtration minimum sampel 200 ml HIGH PURITY WATER
  • 79. Water For Injections merupakan air yang digunakan untuk produksi sediaan injeksi. Dengan demikian, syaratnya sangat ketat. Water for Injection bukanlah air steril dan bukan final dosage form. WFI merupakan produk ruah intermediet (intermediate bulk product). WATER FOR INJECTION
  • 80. International pharmacopoeia dan European Pharmacopoeia mengharuskan Destilasi sebagai tahap final purifikasi. (Bebas pyrogen, bebas endotoxin, bebas microba, bebas kandungan kimia, dan bebas partikel, serta menggunakan destilasi sebagai tahap akhir pemurnian Di dalam pharmacopoeial WPU, Water For Injection merupakan kualitas paling tinggi dari jenis air – air lainnya untuk industri farmasi. Cara/teknik pemurnian termasuk bagian dari spesifikasi dari WFI. WATER FOR INJECTION
  • 81. Diproduksi dengan cara destilasi dari PW Spesifikasi WFI : Pemerian : jernih, tidak berwarna, tidak berbau tidak berrasa Nitrat maksimum 0.2 ppm Aluminium maksimum 10 ug/l (untuk dialysis solution) Logam berat maksimum 0.1 ppm WATER FOR INJECTION
  • 82. Conductivity : maks 1.1 us/cm pada 20 C Conductivity : 1.1 uS/cm pada 20 C Action limit : 10 CFU/100 ml dengan membran filtration minimum sampel 200 ml WATER FOR INJECTION
  • 83. Bacteriostatic WFI (USP)  Adalah air steril untuk obat suntik yg mengandung satu atau lebih zat antimikroba yg sesuai  Dikemas dalam alat suntik atau vial-vial dengan volum maksimal 30 ml  Digunakan sebagai pembawa steril untuk obat suntik dengan volume kecil  Jika volum pelarut yang dibutuhkan lebih dari 5 ml, maka digunakan steril WFI, bukan bakteriostatik WFI  Bakteriostatik yang ditambahkan harus tidak bereaksi dengan bahan obat BACTERIOSTATIC WFI (USP)
  • 84. Berbagai uji mutu terhadap air untuk sediaan parenteral, yaitu uji pirogen atau uji endotoxin. Uji pirogenitas : Dengan mengukur peningkatan suhu tubuh kelinci percobaan yang disuntikan dengan sediaan uji pirogenitas secara intravena
  • 85. CARA MENYEDIAKAN UAP AIR BERSIH PADA UNIT PRODUKSI STERIL Air Pro Injeksi Dibuat dengan jalan didihkan air selama 30 menit dihitung dari setelah air mendidih di atas api lalu didinginkan (Rep. Tek Fa. Steril) Air pro Injeksi Bebas CO2 Dibuat dengan jalan mendidihkan air pro injeksi selama 20-30 menit setelah air mendidih, lalu dialiri gas nitrogen sambil didinginkan.
  • 86. CARA MENYEDIAKAN UAP AIR BERSIH PADA UNIT PRODUKSI STERIL Air pro Injeksi Bebas Oksigen Dibuat dengan jalan mendidihkan air pro injeksi selama 20-30 menit, dihitung setelah air mendidih, jika dibutuhkan dalam jumlah besar maka saat pendinginan dialiri gas nitrogen.
  • 87. PRINSIP PENGGUNAAN ELEKTROLIT & ADJUVANT DLAM FORMULASI PARENTERAL • Tonisitas adalah Tonisitas, :menurut farmasi fisik ; tonisitas larutan dapat ditentukan dengan menggunakan salah satu yaitu hemolisis, pengaruh berbagai larutan di periksa berdasarkan timbulnya efek ketika disuspensikan dengan darah.
  • 88. PRINSIP PENGGUNAAN ELEKTROLIT & ADJUVANT DLAM FORMULASI PARENTERAL • Osmotisitas, adalah istilah yang di gunakan untuk membandingkan osmolaritas dari solusi dengan osmolaritas solusi lain • Osmolalitas konsentrasi suatu larutan (dalam 1 kilogram) ditinjau dari jumlah ion larutannya, sinyatakan dengan satuan Osmol/kg. • Osmolaritas : konsentrasi suatu larutan (dalam 1 liter) ditinjau dari jumlah partikelnya, dinyatakan dengan satuan osmol/L.
  • 89. EFEK FISIOLOGIS LARUTAN Jika suatu larutan konsentrasinya sama besar dengan konsentrasi dalam sel darah merah sehingga tidak terjadi pertukaran cairan di antara keduanya, maka larutan tersebut dikatakan isotoni (ekivalen dengan 0,9% NaCl) 1. Isotonis
  • 90. EFEK FISIOLOGIS LARUTAN Turunnya titik beku kecil, tekanan osmosisnya lebih rendah dari serum darah menyebabkan air akan melintasi membran sel darah merah yang semipermeabel memperbesar volume sel darah merah dan menyebabkan peningkatan tekanan dalam sel. Tekanan yang lebih besar menyebabkan pecahnya sel-sel darah merah. Peristiwa demikian dikenal dengan Hemolisa. 2. Hipotonis
  • 91. EFEK FISIOLOGIS LARUTAN Turunnya titik beku besar, tekanan osmosenya lebih tinggi dari serum darah menyebabkan air keluar dari sel darah merah melintasi membran semipermeabel mengakibatkan terjadinya penciutan sel-sel darah merah, peristiwa demikian dikenal dengan nama Plasmolisa. 3. Hipertonis
  • 92. PERHITUNGAN TONISITAS Tonisitas 1. Metode penurunan titik beku 2. Perhitungan dengan tetapan Liso 3. Kesetaraan dengan volume NaCl 4. Kesetaraan NaCl W = E = 17 Liso BM V = w. E. V’ 𝐸 = 1,7 𝐷𝑡𝑏 𝑤
  • 93. METODE PERHITUNGAN • Osmolalitas Larutan molal adalah jika 1 mol zat terlarut terdapat dalam 1 kg zat pelarut. Osmolalitas : molal x jumlah ion dalam larutan • Osmolaritas Osmolaritas : Molar x jumlah partikel yang terdisosiasi Osmolaritas 1 mol/L larutan natrium klorida adalah : 1 (jumlah mol) x 2 (jumlah partikel) = 2 osmol/L Osmolaritas 1 mol/L larutan glukosa adalah 1 x 1 = 1 osmol/ L
  • 94. MENGATUR TONISITAS LATURAN PARENTERAL Mengatur tonisitas laturan parenteral dengan penambahan NaCl. Tonisitas larutan parenteral harus isotonis atau sedikit hipertonis. Berdasarkan perhitungan tonisitas angka negatif menunjukan larutan hipertonis, tapi kalau positif berarti hipotonis maka formula harus ditambahkan sejumlah hasil perhitungan dengan satuan % (dari perhitungan titik beku).
  • 95. ADJUVANT Adjuvant adalah bahan-bahan yang diperlukan dalam pembuatan sediaan selain zat aktifnya, seperti bahan dasar, pewarna, penyalut, pengawet, pemanis, pembawa yang dapat ditambahkan ke dalam sediaan untuk meningkatkan stabilitas, manfaat atau penampilan maupun untuk memudahkan pembuatan
  • 96. CONTOH ADJUVAN DALAM SEDIAAN PARENTERAL 1. Zat pelarut air, contohnya : Air Pro Injeksi, NaCl pro injeksi. 2. Zat pelarut non air, contohnya : propilen glikol, gliserin, polietilen glikol, oleum sesami. 3. Larutan buffer, contohnya dapar fosfat. 4. Zat pengawet, contohnya fenol. 5. Zat antioksidan, contohnya Natrium metabisulfit / Natrium pirosulfit.
  • 97. PENGGUNAAN ADJUVANT DALAM SEDIAAN PARENTERAL Buffer : untuk mendapatkan pH stabilitas obat dalam sediaan Antioksidan : untuk menghindari terjadinya proses oksidasi oleh O2 dari udara Pengawet : untuk menjaga kesterilan
  • 98. PENGGUNAAN WATER MISCIBLE SOLVENT Jika zat aktif dari sediaan injeksi tidak stabil dalam air, maka pengatasannya dengan dibentuk sediaan kering steril atau dengan sistem kosolvensi. Aqua kosolven : pelarut pembantu tidak pernah dipakai tunggal, tetapi campuran. Macam-macam kosolven yang bisa digunakan : glikol, etanol/alkohol, dimetil asetamid, dimetil formasmide, DMSO, aseton, asam organik (asam laktat dan asam sitrat), surfaktan (chremophor, lesitin).
  • 99. Definisi : Injeksi ini besar untuk digunakan dengan infuse i.v biasanya cairan i.v dan di golongkan ke dalam kelompok produk steril yang terdiri dari injeksi volume tunggal yang mempunyai volume 100 ml atau lebih, dari dalam pewadahan tidak ditambahkan bahan-bahan, cairan intravena dikemas dalam wadah 100-1000ml (RPS 18 th:1570). LVP digunakan juga sebagai pembawa untuk obat lain, dan merupakan cara untuk menyediakan nutrisi parenteral. DEFINISI & PRINSIP-PRINSIP FORMULASI SEDIAAN PARANTERAL VOLUME BESAR (LVP)
  • 100. PENGGUNAAN KLINIK LVP • Larutan asam amino Pemberian asam amino silakukan jika pemberian makanan melalui oral tidak mungkin lagi, atau jika absorpsi melalui saluran cerna tidak berfungsi baik/normal. • Larutan karbohidrat (dekstrosa) Dekstroksa adalah nutrisi penting dengan 1 g menghasilkan 3,4 kalori. Menurut USP, pH injeksi desktrosa 5% adalah 3,506,5. • Lemak intravena Untuk memberikan makanan secara i.v, lemak harus berada dalam bentuk yang sesuai, biasanya berbentuk emulsi. Rentang ukuran partikel lemak dalam emulsi adalah 0,1-0,5 µm, sebanding dengan ukuran chylomicron.
  • 101. PENGGUNAAN KLINIK LVP • Nutrisi parenteral Nutrisi total secara parenteral (TPN) adalah pemberian makanan yang mengandung larutan asam amino, desktrosa dengan konsentrasi tinggi (± 20%), elektrolit, vitamin, dan dalam beberapa hal insulin. • Restorasi keseimbangan elektrolit Larutan yang paling banyak digunakan adalah injeksi NaCl 0,9%, larutan isotonic yang mengandung 154 mEq ion Na dal Cl. • Pengganti cairan Dehidrasi memerlukan cairan sebagai larutan dasar. Dalam hal ini dapat digunakan injeksi NaCl dan dekstrosa.
  • 102. PENGGUNAAN KLINIK LVP • Darah dan produk darah Darah dan produk darah hanya dapat diberikan secara i.v dan digunakan dalam keadaan syok, pendarahan, dan kehilangan protein darah. Pemberian darah tidak boleh dicampur dengan obat. • Pembawa obat Karena sifatnya menyenangkan, potensial untuk iritasi obat dan kebutuhan pemberian obat secara kontinu, cairan i.v biasa digunakan sebagai pembawa untuk obat yang akan diberikan secara i.v. • Injeksi Ringer Laktat Mengandung sejumlah kecil Na, kalium, kalsium klorida, dan sejumlah kecil Na-laktat. Komposisinya hamper sama dengan cairan ekstraseluler. Digunakan untuk pengobatan awal: syok dan hipovolemik pada orang dewasa.
  • 103. TIPE-TIPE LVP YANG MELIPUTI: • Larutan Elektrolit, : larutan yang paling banyak digunakan adalah injeksi NaCl 0,9%, larutan isotonic yang mengandung 154 mEq ion Na dan Cl • Karbohidrat : nutrisi penting dengan 1 g menghasilkan 3,4 kalori. Menurut USP, pH injeksi dekstrosa 5% adalah 3,5-6,5. • TPN (total secara parenteral) : pemberian makanan yang mengandung larutan asam amino, dekstrosa dengan konsentrasi tinggi (± 20%), elektrolit, vitamin, dan dalam beberapa hal insulin.
  • 104. KONSEP FORMULASI LVP a. Parameter fisologis Beberapa komponen penunjang fisologis tubuh dapat diberikan dalam bentuk sediaan parenteral volume besar seperti kebutuhan tubuh akan air, elektrolit, karbohidrat, asam amino, vitamin dan mineral. Faktor fisiologi perlu diperhatikan karena dapat berpengaruh pada formulasi. Tekanan osmosa atau osmolaritas merupakan faktor fisiologi yang dimana tekanan osmosa adalah perpindahan pelarut dan zat terlarut melalui membran permeabel yang memisahkan 2 komponen, dinyatakan dalam osmole per kilogram = osmolarita.
  • 105. KONSEP FORMULASI LVP b. Parameter fisikokima 1. Kelarutan pada umumnya obat-obatan yang digunakan untuk membuat sediaan parenteral volume besar mudah larut. 2. pH pH perlu diperhatikan mengingat pH yang tidak tepat dapat berpenagruh pada darah. pH darah normal 7.5-7.45.
  • 106. KONSEP FORMULASI LVP 3. Pembawa Umumnya digunakan pembawa air, tetapi dapat juga dipakai emulsi lemak intravena yang diberikan sendiri atau kombinasi dengan asam amino atau dekstrose.
  • 107. KONSEP FORMULASI LVP 4. Cahaya dan suhu Cahaya dan suhu mempengaruhi kestabilan obat. Contohnya yaitu vitamin yang harus disimpan dalam wadah terlindung cahaya. 5. Faktor kemasan Bahan wadah berpengaruh terhadap kestabilan obat parenteral volume besar seperti gelas, plastik dan tutup karet.
  • 108. KONSEP FORMULASI LVP c. Stabilisasi LVP Untuk bahan penambah seperti dapar, antioksidan, komplekson, jarang ditambahkan pada sediaan parenteral volume besar.
  • 109. KONDISI PEMRORESAN YANG MEMPENGARUHI FORMULASI LVP a. Gangguan kardiovaskular dan plumonar dari peningkatan dalam volume cairan sistem sirkulasi mengikuti pemberian cepat volume cairan dalam jumlah besar . b. Perkembangan potensial trombophlebitis c. Kemungkinan infeksi lokal atau sistemik dari kontaminasi larutan atau teknik injeksi septik d. Pembatasan cairan berair
  • 110. PERTIMBANGAN DALAM ADMIXTURE LVP a. jenis-jenis cairan yang dibuat harus lebih banyak dan bahkan bahan tambahan banyak digunakan melalui intravena daripada melalui subkutan b. cairan yang disuntik pada volume besar harus relative lebih cepat
  • 111. PERTIMBANGAN DALAM ADMIXTURE LVP c. pembuatan cairan dapat segera dicapai efek sistemik d. level darah dari obat yang terus menerus disiapkan e. harus secara langsung karena untuk membuka vena pada pemberian obat rutin dan mampu digunakan dalam situasi darurat
  • 112. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI DALAM SISTEM PRODUKSI LVP Viskositas sangat berpengaruh karena jika sediaan infus terlalu kental maka akan susah menetes, distribusi obat dalam darah akan lambat, sehingga ketercapaian efek terapi yang diinginkan akan lambat pula Viskosit as
  • 113. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI DALAM SISTEM PRODUKSI LVP Kerapatan berpengaruh terhadap ukuran partikel bahan obat. Dalam sediaan LVP ukuran partikel harus kecil karena sediaan infus pemberiannya langsung kedalam vena. Kerapata n
  • 114. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI DALAM SISTEM PRODUKSI LVP Tergangan permukaan berkaitan dengan kelarutan dari obat atau bahan obat yang akan diproduksi. kelarutan sangat penting untuk pengembangan larutan yang dapat disuntikkan baik secara intravena maupun intramuscular. Tegangan Permukaan
  • 115. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI DALAM SISTEM PRODUKSI LVP Tekanan uap berkaitan dengan suhu dan cahaya. Suhu dan cahaya mempengaruhi kestabilan obat sehingga dalam hal penyimpanan obat sangat diperhatikan karakteristik dari obat atau bahan obat yang akan disimpan Tekanan Uap
  • 116. BAHAN ADITIF YANG DIPERLUKAN DALAM FORMULASI LVP Zat pembawa yang digunakan dalam sediaan infus yaitu zat yang berbentuk larutan (air) atau yang biasa digunakan dalam pembuatan sediaan steril adalah aqua pro injeksi untuk melarutkan zat aktif dan zat tambahan. Pembawa
  • 117. Pengawet dalam sediaan steril biasanya digunakan untuk mengawetkan sediaan tersebut. Akan tetapi untuk sediaan infus dosis tunggal kemungkinan terjadinya kontaminasi mikroba sangat kecil dan tidak perlu menggunakan pengawet. Pengawet BAHAN ADITIF YANG DIPERLUKAN DALAM FORMULASI LVP
  • 118. Tonisitas sediaan = % NaCl sudah termasukdidalam batas toleransi normal tubuh yaitu 0,7 – 1,5 %. Maka iritasi tubuh dan konsekuensi hipotonis atau lisis sel-sel jaringan tubuh tidak terjadi. NaCl digunakan sebagai larutan pengisotonis agar sediaan infus setara dengan 0,9% larutan NaCl, dimana larutan tersebut mempunyai tekanan osmosis yang sama dengan cairan tubuh. Pengisotonis BAHAN ADITIF YANG DIPERLUKAN DALAM FORMULASI LVP
  • 119. SEDIAAN OPTHALMIC Mata merupakan organ yang paling peka dari manusia. Oleh karena itu sediaan obat mata mensyaratkan kualitas yang lebih tajam. Yang dimaksud sebagai obat mata adalah tetes mata, salap mata, pencuci mata dan beberapa bentuk pemakaian yang khusus serta inserte sebagai bentuk depo, yang ditentukan untuk digunakan pada mata utuh atau terluka.
  • 121. ANATOMI MATA Bola mata terdiri atas 3 lapisan yaitu  Sclera, membentuk kantung konjungtiva  Korodia  Retina Segmen anterior mata :  Kamera anterior  Kamera posterior
  • 122. SYARAT SEDIAAN OPTHALMIC • Steril • Isotonis dengan air mata • Bila mungkin isohidri • Tetes mata berupa larutan harus jernih • Bebas partikel asing • Basis salep mata tidak boleh iritan
  • 124. SYARAT SEDIAAN OPTHALMIC Pemakaian sediaan ophthalmic yang terkontaminasi mikroorganisme dapat terjadi rangsangan berat yang dapat menyebabkan hilangnya daya penglihatan atau tetap terlukanya mata sehingga sebaiknya dilakukan sterilisasi akhir (sterilisasi uap) atau menyaring larutan dengan filter pembebas bakteri. Steril
  • 125. SYARAT SEDIAAN OPTHALMIC Sediaan sebaiknya dibuat mendekati isotonis agar dapat diterima tanpa rasa nyeri dan tidak dapat menyebabkan keluarnya air mata, yang dapat mencuci keluar bahan obatnya. Untuk membuat larutan mendekati isotonis, dapat digunakan medium isotonis atau sedikit hipotonis, umumnya digunakan natrium- klorida (0,7-0,9%) atau asam borat (1,5-1,9%) steril. Isotonis
  • 126. SYARAT SEDIAAN OPTHALMIC Persyaratan ini dimaksudkan untuk menghindari rangsangan akibat bahan padat. Sebagai material penyaring digunakan leburan gelas, misalnya Jenaer Fritten dengan ukuran pori G 3 – G 5. Kejernihan
  • 127. SYARAT SEDIAAN OPTHALMIC Dengan pengecualian sediaan yang digunakan pada mata luka atau untuk tujuan pembedahan, dan dapat dibuat sebagai obat bertakaran tunggal. Pengawet yang sering digunakan adalah thiomersal (0.002%), garam fenil merkuri (0,002%), garam alkonium dan garam benzalkonium (0,002-0,01%), dalam kombinasinya dengan natrium edetat (0,1%), klorheksidin (0,005- 0,01%), klorbutanol (0,5%), dan benzilalkohol (0,5-1%). Pengawetan
  • 128. SYARAT SEDIAAN OPTHALMIC Mirip seperti darah. Cairan mata menunjukan kapasitas dapar tertentu. Yang sedikit lebih rendah oleh karena system yang terdapat pada darah seperti asam karbonat, plasma, protein amfoter dan fosfat primer – sekunder, juga dimilikinya kecuali system – hemoglobin – oksi hemoglobin. Harga pHnya juga seperti darah 7,4 akan tetapi hilangnya karbondioksida dapat meningkatkannya smapai harga pH 8 – 9. Pendaparan
  • 129. VISKOSITAS DAN AKTIVITAS PERMUKAAN Melalui peningkatan viskositas dapat dicapai distribusi bahan aktif yang lebih baik didalam cairan dan waktu kontak yang lebih panjang. Lagi pula sediaan tersebut memiliki sifat lunak dan licin sehingga dapat mengurangi rasa nyeri. Oleh Karena itu sediaan ini sering dipakai pada pengobatan keratokonjunktifitis. Sebagai peningkat viskositas digunakan metal selulosa dan polivinilpiroridon (PVP). Viskositas dan Aktivitas Permukaan
  • 130. FARMAKOLOGI/TERAPEUTIK PRODUK OPTHALMIC 1. Obat midriatikum 2. Obat miotikum 3. Obat anti radang mata 4. Obat antiseptik dan antiinfeksi 5. Obat anti glaukoma
  • 131. OBAT MIDRIATIKUM Adalah obat yang digunakan untuk membesarkan pupil mata dan untuk siklopegia (melemahkan otot siliari), sehingga memungkinkan mata untuk fokus pada obyek yang dekat. Obat midriatikum menggunakan tekanan pada efeknya dengan memblokade inervasi dari pupil spingter dan otot siliari. Obat untuk midriatikum bisa dari golongan obat simpatomimetik dan antimuskarinik, sedangkan obat untuk siklopegia hanya obat dari golongan antimuskarinik. Obat midriatikum-siklopegia :
  • 132. OBAT MIOTIKUM Obat miotikum adalah obat yang menyebabkan miosis (kontriksi dari pupil mata). Bekerja dengan cara membuka system saluran di dalam mata, dimana system saluran tidak efektif karena kontraksi atau kejang pada otot di dalam mata yang dikenal dengan otot siliari. Contoh obat : Betaxolol (penghambat beta adregenik). Pilokarpin (reseptor agonis muskarinik).
  • 133. OBAT ANTI RADANG MATA Obat mata golongan kortikosteroid digunakan untuk radang / alergi mata atau mata bengkak yang bisa disebabkan oleh alergi itu sendiri atau oleh virus. Menghilangkan gejalanya saja. Contoh obat : Betamethasone dihydrogenphosphat dinatrium tetes mata dosis 1 mg/mL atau 0,1 %. Fluorometholone tetes mata mengandung 0,1 %.
  • 134. OBAT ANTISEPTIK & ANTIINFEKSI Indikasi : Infeksi oleh mikroba, Luka / ulkus kornea mata, Masuknya benda asing ke dalam kornea mata Inert (tidak menimbulkan efek pada mata atau tidak bereaksi dengan zat aktifnya) Zat aktifnya merupakan antibiotik/ antiseptik atau antivirus Jenis zat aktifnya : Sulfacetamid Na, Ciprofloxacin HCl, Tobramycin, Chloramphenicol, dll.
  • 135. OBAT ANTI GLAUKOMA Glaukoma adalah suatu penyakit dimana tekanan di dalam bola mata meningkat, sehingga terjadi kerusakan pada saat optikus dan menyebabkan penurunan fungsi penglihatan. Terdapat 4 jenis glaucoma : Glaukoma sudut terbuka (pilokarpin, epinephrine, dll) Glaukoma sudut tertutup (acetazolamide) Glaukoma kongenitalis (Brinzolamid, timolol maleat, latonoprast) Glaukoma sekunder (kortikosteroid dan obat pelebar pupil)
  • 136. OBAT MATA LAIN 1. Obat mata katarak dan paska operasi katarak Na Pirenoksin tetes mata, kadar 750 dalam 15 ml cairan atay 0,05 mg/ml. Na Diklofenak tetes mata dengan kadar 1mg/ml. 2. Obat mata konjungtivitas Pemirolast kalium tetes mata 0,1%. Lodoxamide tetes mata 0,1%. Natrium cromoglycate tetes mata 2%.
  • 137. PROSES ADSORPSI PADA MATA • Obat harus menembus bagian dalam mata, baik struktur hidrofil maupun lipofil. • Epitel kornea dan endotel kornea berfungsi sebagai pembatas lipofil, sedangkan zat hidrofil dapat berdifusi melalui stroma. • Dengan demikian kondisi penembusan akan sangat menguntungkan untuk obat yang dapat menunjukan sifat lipofil dan hidrofil bersama- sama. • Ini terjadi pada asam lemat dan basa lemah yang sebagian dalam bentuk tak terionisasi, sehingga bersifat larut lemak dan bagian yang terionisasi sehingga bersifat larut dalam air.
  • 138. PERTIMBANGAN PROSES PEMBUATAN SEDIAAN OPTHALMIC 1. Kejernihan Larutan mata adalah dengan definisi bebas adari partikel asing dan jernih secara normal diperoleh dengan filtrasi, pentingnya peralatan filtrasi dan tercuci baik sehingga bahan-bahan partikulat tidak dikontribusikan untuk larutan dengan desain peralatan untuk menghilangkannya. pengerjaan penampilan dalam lingkungan bersih. 2. Stabilitas Stabilitas obat dalam larutan, seperti produk tergantung pada sifat kimia bahan obat, pH produk, metode penyimpanan (khususnya penggunaan suhu), zat tambahan larutan dan tipe pengemasan
  • 139. PERTIMBANGAN PROSES PEMBUATAN SEDIAAN OPTHALAMIC 3. Buffer dan pH Idealnya, sediaan mata sebaiknya pada pH yang ekuivalen dengan cairan mata yaitu 7,4. Dalam prakteknya, ini jarang dicapai. mayoritas bahan aktif dalam optalmologi adalah garam basa lemah dan paling stabil pada pH asam. ini umumnya dapat dibuat dalam suspensi kortikosteroid tidak larut suspensi biasanya paling stabil pada pH asam. 4. Tonisitas USP mengizinkan penggunaan bahan pengkhelat viskositas untu memperpanjang lama kontak dalam mata dan untuk absorpsi obat dan aktivitasnya. Bahan-bahan
  • 140. PERTIMBANGAN PROSES PEMBUATAN SEDIAAN OPTHALAMIC 5. Additives/Tambahan Penggunaan bahan tambahan dalam larutan mata diperbolehkan, namun demikian pemilihan dalam jumlah tertentu. Antioksidan, khususnya Natrium Bisulfat atau metabisulfat, digunakan dengan konsentrasi sampai 0,3%, khususnya dalam larutan yang mengandung garam epinefrin
  • 141. KOMPONEN NON- TERAPEUTIK DALAM SEDIAAN OPTHALMIC 1. Pengawet Anti Mikroba Pengawet diperbolehkan untuk menjaga sterilitas produk setelah kemasan dibuka dan selama pengunaan oleh pasien. Pemilihan zat pengawet juga dibatasi dalam hal stabilitas fisika dan kimia, kompatibilitas dan masalah keamanannya. 1. Benzalkonium klorida biasanya dikombinasi dengan EDTA 2. Timerosal 3. Klorobutanol 4. Metil dan propil paraben 5. Venil etil alkohol 6. Polikuat
  • 142. KOMPONEN NON- TERAPEUTIK DALAM SEDIAAN OPTHALMIC 2. Pembuffer Stabilitas kimia dan kenyamanan mata untuk produk-produk obat mata cair bergantung pada nilai pH produk secara umum. 3. Peningkat viskositas Beberapa produk obat mata topikal mengandung bahan peningkat viskositas untuk meningkatkan waktu retensi, mengurangi laju pengeluaran dan meningkatkan bioavaibilitas mata.
  • 143. KOMPONEN NON- TERAPEUTIK SEDIAAN OPTHALMIC 4. Bahan pengatur osmolaritas Tonisitas (osmolaritas) penting pada produk obat mata cair untuk meminimalkan potensi ketidaknyamanan selama penetesan ke dalam mata. Untuk larutan Non Elektrolit: mOsm/liter = konsentrasi dalam gram/liter x 1000 berat molekul dalam gr Untuk larutan Elektrolit kuat: mOsm/liter = konsentrasi dlm g/liter x jumlah ion yg terbentuk x 1000 berat molekul dalam gr
  • 144. KOMPONEN NON- TERAPEUTIK SEDIAAN OPTHALMIC Hubungan osmolaritas dengan tonisitas Osmolaritas (m osmole/liter) Tonisitas Ø 350 Hipertonis 329 – 350 Sedikit hipertonis 270 – 328 Isotonis 250 – 269 Sedikit hipotonis 0 – 249 Hipotonis
  • 145. KOMPONEN NON- TERAPEUTIK SEDIAAN OPTHALMIC Dasar salep yang dipilih :  Tidak mengiritasi mata  Bahan obat berdifusi ke seluruh mata  Titik leburnya mendekati suhu tubuh  Bahan yang digunakan harus halus  bahan dasar yang mudah dicuci dengan air  Mempertahankan aktivitas obat dalam jangka waktu tertentu pada kondisi penyimpanan yang tepat
  • 146. KOMPONEN NON- TERAPEUTIK SEDIAAN OPTHALMIC Basis salep yang dipilih : • Cairan petrolatum (minyak mineral) • Campuran dari petrolatum • Zat yang bercampur dengan air (Lanolin) • Mengandung vaselin • Dasar absorpsi atau dasar salep larut air
  • 147. STERILITAS DAN STERILISASI sterilitas : infertilitas yang bersifat permanen. Bisa juga mengacu pada kondisi bebas kuman (steril) Bioburden: jumlah mikroorganisme kontaminan yang di ketahui atau di hitung pada objek atau material tertentu sebelum memasuki proses sterilisasi.
  • 148. Sterilisasi Kering (Fisika) Metode kering Metode Uap Metode basah Sterilisasi Basah (Fisika dan kimia) Metode Fisika : Radiasi dan elektron Metode Kimia : Eto, ozon METODE STERILISASI
  • 150.
  • 151.
  • 152.
  • 153. OVEN
  • 154. senyawa yang tidak tahan terhadap panas senyawa yang tidak tahan terhadap uap Menggunakan gas etilen oksida atau propilen oksida Perlu perlengkapan khusus Pengawasan intens STERILISASI GAS
  • 155. Sifat : Mudah terbakar jika tercampur udara Penggunaan: Diencerkan dengan gas inert (CO2 atau hidrokarbon terflourinasi)  Lama Kerja : 4 – 16 jam  Mekanisme kerja : Mengganggu metabolisme sel bakteri ETILEN OKSIDA
  • 156. Sebagai zat pensteril pemakaian khusus : Sterilisasi peralatan operasi dan kedokteran Alat-alat seperti kateter Alat suntik disposible Mensterilkan berbagai enzim tertentu Mensterilkan antibiotik dan obat tertentu ETILEN OKSIDA
  • 157. Syarat :  Tidak timbul reaksi kimia  Tiak merusak senyawa obat ETILEN OKSIDA
  • 158. Alat sterilisasi gabungan disusun mirip autoklaf Diperlukan pengawasan khusus Waktu Temperatur Kadar gas kelembapan PERLENGKAPAN STERILISASI GAS
  • 159. Menggunakan sinar gamma dan sinar-sinar katoda Memerlukan peralatan khusus Mekanisme : Ikut terlibat dalam perubahan kimiawi Membantu mikroorganisme membentuk senyawa kimia baru yang dapat merusak sel Merusak nukloprotein inti dan kerusakan menetap STERILISASI RADIASI
  • 160. Proses sterilisasi dengan memaparkan produk pada sinar gamma atau elektron berenergi tinggi, baik dalam kemasan tunggal atau curah selama waktu tertentu sehingga tercapai faktor keamanan /SAL 10-6 DEFINISI STERILISASI RADIASI
  • 161. Radiasi sinar alpha (partikel) Radiasi sinar beta/electron (partikel) Radiasi sinar gamma (gelombang elektromagnetik) Sinar X (gelombang elektromagnetik) JENIS RADIASI
  • 162. Electron dan electron beam Gamma rays dari Co-60 atau Cs-137 X-Rays dari X-Rays machine SUMBER RADIASI
  • 163. Penghilangan mikroba dengan absorbsi menggunakan mekanisme penyaringan Digunakan : Larutan tidak tahan panas Menyaring sediaan larutan yang dibuat segar dan harus steril Perlu dimonitoring dengan ketat STERILISASI FILTRASI
  • 164. Penyaring Berkeffeld dan Mandler Penyaring Pasteur-Chamberland, Doulton dan Selas Penyaring Seitz dan Swinney Gelas Bucher sejenis corong ALAT-ALAT STERILISASI PENYARINGAN
  • 165. High Intensity Light Lampu discharge intensitas tinggi (lampu HID) adalah jenis lampu gas discharge listrik yang menghasilkan cahaya melalui busur listrik antara elektroda tungsten ditempatkan di dalam tabung busur menyatu alumina kuarsa atau METODE STERILISASI BARU
  • 166. Tabung ini diisi dengan gas dan garam logam. Gas memfasilitasi awal busur itu. Setelah busur dimulai, memanaskan dan menguapkan garam logam membentuk plasma, yang sangat meningkatkan intensitas cahaya yang dihasilkan oleh busur dan mengurangi konsumsi daya. Lampu discharge intensitas tinggi adalah jenis lampu bus HIGH INTENSITY LIGHT
  • 167. Berbagai jenis kimia yang digunakan dalam tabung busur lampu HID, tergantung pada karakteristik yang diinginkan dari intensitas cahaya, temperatur warna berkorelasi, rendering indeks warna (CRI), efisiensi energi, dan umur. HIGH INTENSITY LIGHT
  • 168. • Halida logam (MH) lampu • MH lampu keramik • Lampu natrium-uap • Lampu Xenon pendek-arc • lampu uap merkuri VARIETAS LAMPU HID
  • 169. Beberapa lampu HID menggunakan zat radioaktif seperti kripton-85 dan thorium. Krypton-85 adalah gas dan ditemukan dicampur dengan argon yang dalam tabung busur lampu VARIETAS LAMPU HID
  • 170. Isotop ini menghasilkan radiasi pengion. Hal ini karena sifat ionisasi tertentu yang digunakan dalam lampu. Mereka menghasilkan alpha dan beta radiasi yang tinggi di dalam menyebabkan ionisasi lampu tapi tanpa bisa melarikan diri dari lampu. VARIETAS LAMPU HID
  • 171. Low Temperature Plasma METODE STERILISASI BARU Hydrogen Peroxide Low Temperature Plasma Sterilizer
  • 172. Low Temperature Plasma Sterilisasi plasma Suhu rendah merupakan perwakilan dari semua jenis Sterilisasi Suhu Rendah seperti Ethylene Oxide atau Formaldehida. METODE STERILISASI BARU
  • 173. Suhu lebih rendah dari 60 ℃ dan waktu siklus di bawah 1 jam, yang mencegah panas dan kerusakan kelembaban peralatan medis canggih. LOW TEMPERATURE PLASMA
  • 174. LOW TEMPERATURE PLASMA Alat sterilisasi berteknologi plasma yang biasa digunakan adalah ECR Plasma (Electron Cyclotron Resonance Plasma). Alat ini memanfaatkan prinsip gaya Lorentz dengan adanya pergerakan sirkular electron- elektron bebas sehingga membangkitkan medan magnet seragam yang statis.
  • 176. KINETIKA INAKTIVASI MIKROORGANISME Mikroorganisme : mikroorganisme diinaktivasi bila terjadi reaksi intraseluler dimana terjadi gangguan metabolism yang tidak reversible. Pada suhu tinggi dan dengan keberadaan kelembaban seperti sterilisasi uap, input energy dari menginaktivasi mikroorganisme melalui cara denaturasi protein intraseluler.
  • 177. Probabilitas mikroorganisme hidup yang ada pada suatu unit produk setelah sterilisasi SAL (STERILITY ASSURANCE LEVEL)
  • 178. n=3, satu tidak steril dari seribu produk Umumnya untuk produk yang tidak akan kontak dengan cairan tubuh (mis:alat laboratorium) n=6, satu tidak steril dalam sejuta produk Untuk produk yang akan menyentuh cairan tubuh ataau ditanamkan pada tubuh (mis : jarum suntik, allograft, prostese) SAL DINYATAKAN DALAM 10-N
  • 179. Studi untuk menentukan jumlah dan ketahanan panas mikroorganisme dalam produk Nilai-D adalah waktu dalam menit yang dibutuhkan untuk mengurangi populiasi mikroba sejumlah 90% atau 1 log siklus (1/10 bagian yang hidup) pada suhu tertentu STUDI D-VALUE
  • 180. STUDI D-VALUE Dimana : N= populasi mikroba N0= jumlah awal Nu= jumlah populasi yang bertahan hidup T0= waktu ekpose awal Tu = waktu yang di perlukan untuk membinasakan 90 % dari populasi awal
  • 181. STUDI Z-VALUE Z-value : Kenaikan suhu yang dibutuhkan untuk menurunkan harga D menjadi sepersepuluhnya, Z value menunjukan perbedaan waktu yang diperlukan bagi setiap suhu yang digunakan untuk menurunkan jumlah mikroba menjadi 1/10nya. Dimana : D0= nilai D suhu awal T0 Dx= nilai D dari suhu Tx
  • 182. STUDI F0-VALUE F0-value : sebagai waktu sterilisasi ekuivalen (dalam menit) objek yang doekspose terhadap lingkungan jenuh uap air pada suhu 121oC dan merupakan nilai keseluruhan yang berasal dari formula tertentu sebagai berikut :
  • 183. STUDI F0-VALUE Dimana : L = kecepatan kematian 10 t = variable waktu T0 =waktu proses awal Tt = waktu proses akhir T(t) = variable suhu yang tergantung pada waktu/0C Z = perbedaan suhu yang menyebabkan 10 kali perubahan dalam kecepatan kematian
  • 184. PENDEKATAN OVERKILL Pendekatan Overkill : metode sterilisasi menggunakan pemanasan dengan uap panas pada suhu 121 derajat celcius selama 15 menit yang mampu memberikan minimal reduksi setingkat log 12 dari mikroorganisme yang memiliki nilai D minimal 1 menit. Metode overkill untuk bahan yang tahan panas seperti zat anorganik
  • 185. Pendekatan Bioburden : dimana pemanasan akhir yang digunakan tidak lagi harus mencapai 121°C, sehingga produk-produk yang dihasilkan dengan metoda ini selain dijamin steril, bebas pirogen, bebas partikel namun kandungaannya tetap stabil serta tidak terurai yang diakibatkan pemanasan yang terlampau tinggi. Dapat dilihat dari pencapaian tingkat sterilisasi yang diminta yakni 10 pangkat 6. PENDEKATAN BIOBURDEN
  • 186. Alat alat yang akan digunakan untuk proses sterilisasi harus divalidasi terlebih dahulu dengan menggunakan indikator yang telah distandarisasi sehingga alat layak dipakai. Dalam proses validasi dan monitoring harus dapat menjamin bahwa alat berjalan dengan baik.
  • 187. PENENTUAN LAMA SIKLUS STERILISASI 1. Berdasarkan pendekatan overkill Penentuan siklus pada metoda overkill bertujuan untuk memastikan tingkat sterility assurance. Ini diperoleh dengan menentukan pengurangan mikroorganisme setidaknya 12- log yang memiliki D-value satu menit pada 121oC (D121=1). Organisme yang tahan dengan pemanasan basah akan memiliki nilai D121 > 0,1-1 menit. Sementara organisme yang kurang tahan akan dihancurkan lebih banyak dan tingkat lebih tinggi. D-value dari organisme dan target minimal dari pengurangan 12-log digunakan untuk menghitung periode waktu sterilisasi
  • 189. PENENTUAN LAMA SIKLUS STERILISASI 2. Berdasarkan pendekatan bioburden reduction Sementara sterilisasi bioburden dipilih jika bahan yang disterilkan labil terhadap pemanasan tinggi. Siklus bioburden dilakukan dengan studi untuk menentukan jumlah dan ketahanan panas mikroorganisme dalam produk. D-value diperoleh dengan menggunakan sporeforming environmental atau isolat produk. Jika ketahanan panas organisme bioburden telah diketahui, maka siklus bisa diperoleh. Isolat bioburden yang paling tahan akan digunakan sebagai indikator biologis,
  • 190. PEMASTIAN/PENJAMINAN STERILITAS Penentuan bioburden : di lakukan terhadap tiap tiap bets produk, baik yang diproses dengan sterilisasi akhir maupun secara aseptis. Bila parameter sterilisasi overkill ditetapkan untuk produk dengan sterilisasi akhir, pemantauan bioburden boleh hanya secara berkala dengan interval menurut jadwal yang sesuai.
  • 191. PEMASTIAN/PENJAMINAN STERILITAS Prinsip-prinsip pemantauan lingkungan produksi steril • Sertifikasi dan validasi proses aseptic dan fasilitas, dapat dicapai dengan penentuan efisien sisistem penyaringan, dengan menggunakan prosedur pemantauan lingkungan secara mikrobiologi, dan membuat media biakan steril sebagai produk simulasi. • Pemantauan fasilitas aseptic harus meliputi pemeriksaan penyaringan udara lingkungan secara berkala terhadap partikulat dan mikroba lingkungan, dan dapat meliputi proses pembuatan media biakan steril secara berkala.
  • 192. VALIDASI PROSES STERILISASI adalah bagian dari instrumen mesin sterilisasi yang mengukur suhu, tekanan, dan parameter yang lain apakah alat bekerja dengan baik. Keterbatasan dari indikator ini adalah hanya memberi informasi secara cepat tentang fungsi alat sterilisasi. Informasi dapat salah bila tidak dilakukan kalibrasi. 1. Indikator Fisik
  • 193. VALIDASI PROSES STERILISASI Indikator kimia diproduksi dalam berbagai bentuk (strip, tape, kartu dan vial ). Dan peka terhadap satu atau lebih parameter. Kelebihan dari indikator ini adalah memberikan informasi secara spesifik pada setiap kemasan. 1. Indikator Kimia
  • 194. VALIDASI PROSES STERILISASI adalah sediaan berisi populasimiokroorganisme spesifik dalam bentuk spora. Spora bersifat resisten terhadap beberapaparameter yang terkontrol dan terukur dalamsuatu proses tertentu. Prinsip kerja indikator biologi adalah mensterilkanspora hidup mikroorganisme yang non-patogenikdan sangat resisten dalam jumlah tertentu 1. Indikator Biologi
  • 195. UJI STERILITAS (PERBEDAAN LINGKUNGAN BAKTERI) Aerob Bakteri aerob adalah bakteri yang hidupnya memerlukan oksigen bebas. Bakteri yang hidup secara aerob dapat memecah gula menjadi air, CO2 , dan energi. Bakteri aerob secara obligatadalah bakteri yang mutlak memerlukan oksigen bebas dalam hidupnya, misalnya, bakteri Nitrosomonas. Anaerob Bakteri anaerobadalah bakteri yang dapat hidup tanpa oksigen bebas, misalnya, bakteri asam susu, bakteri Lactobacillus bulgaricus, dan Clostridium tetani. Akan tetapi, jika bakteri tersebut dapat hidup tanpa kebutuhan oksigen secara mutlak atau dapat hidup tanpa adanya oksigen, bakteri itu disebut bakteri anaerob fakultatif.
  • 196. UJI STERILITAS 1. Uji inokulasi kedalam media sediaan uji Pengujian langsung dari sampel dalam media pertumbuhan. 2. Metode penyaringan membrane Filtrasi cairan melalui membran steril. Filter ditanam dalam media dengan masa inkubasi 7-14 hari
  • 197. UJI DAN METODE PENGHILANGAN PIROGEN Pirogen Sekumpulan zat yang mampu menimbulkan demam. Dapat berupa lipid yang mengandung P , protein, polisakarida ataupun N yang terdiri dari kuman yang hancur. Sifat-sifat pirogen diantanranya: Larut dalam air dantidak larut dalam pelarut – pelarut organik Bersifat termostabil terutama dalam larutan Tidak menguap, tetapi destilasi biasa tidak menyingkirkan pirogen
  • 198. UJI DAN METODE PENGHILANGAN PIROGEN Endotoksin Toksin pada gram negatif berupa lipopolisakarida (LPS) pada membran luar dari dinding sel yang pada keadaan tertentu bersifat toksik pada inang dotoksin dan eksotoksin.
  • 199. SIFAT-SIFAT PIROGEN Thermostabil, sehingga hanya dapat dihilangkan dengan pemanasan pada suhu 650ºC selama 1 menit, 250ºC selama 15 menit atau 180ºC selama 4 jam; Larut dalam air. Sehingga tidak bisa memakai penyaring bakteri;
  • 200. UJI PIROGEN Rabbit test pengukuran kenaikan suhu kelinci setelah penyuntikan larutan uji secara intravena. dengan penyuntikan ≤ 10 ml/Kg bobot badan dalam jangka waktu ≤ 10 menit. LAL test Metode spesifik untuk bakteri enterotoksin/ pirogen yang signifikan berada di pabrik farmasetikal dan peralatan medis. Berdasarkan mekanisme penggumpalan darah dari kepiting( Limulus polypemus)
  • 201. Penghilangan pirogen a. Membilas dengan API steril b. Destilasi c. Ultrafiltrasi d. Osmosa balik e. Karbon aktif f. Daya tarik elektrostatik g. Daya tarik hidrofobik
  • 202. METODE PENGHILANGAN PIROGEN DARI SEDIAAN STERIL Cara destilasi Cara pemanasan Cara penyerapan Cara depyrogenasi Dengan penukar ion Dengan gamma radiasi Getaran ultrasonic
  • 204. BAHAYA, SUMBER-SUMBER, CARA MENDETEKSI PARTIKEL SEDIAAN PARENTERAL Kontaminasi partikel seperti partikel tak larut dalam sediaan injeksi dapat menghambat aliran darah. Sumber-sumber Kontaminasi partikel berasal dari Air, bahan kimia, pakaian personil, alat – alat, lingkungan, pengemasan (gelas, plastik)
  • 205. JELASKAN CARA MENDETEKSI KEBERADAAN PARTIKEL DI DALAM SEDIAAN PARENTERAL Pengamatan Visible Manual Methods Prosedur : 1. Kemasan dari larutan parenteral harus bebas dari label dan stirer. 2. Pegang kemasan pada bagian atas secara hati-hati, putar bagian pinggang kemasan dengan gerakan memutar yang perlahan. Jika gerakan memutar terlalu cepat akan terbentuk gelembung pada bagian permukaan. Gelembung ini dapat menjadi bias antara partikulat pengotor atau gelembung. 3. Pegang kemasan secara horizontal sekitar 4inci dibawah sumber cahaya yang berlawanan arah dengan background hitam-putih. Cahaya harus dijauhkan dari inspector, dan tangan harus berada dibawah sumber lampu agar tidak terlalu silau. 4. Jika tidak ada partikel yang terlihat, balik kemasan secara perlahan dan amati ada/tidaknya partikel berat yang tidak tersuspensi dengan gerakan memutar. 5. Observasi setidaknya dilakukan selama 5 detik untuk setiap bagian hitam dan putih 6. Tolak setiap kemasan yang memiliki partikel visible selama poses inspeksi.
  • 206. TIPE-TIPE FILTER Screen Filter filter menggunakan layar kaku atau fleksibel untuk memisahkan pasir dan partikel halus lainnya dari air. Depth filter filter berbagai filter yang menggunakan porous media filtrasi untuk mempertahankan partikel di seluruh media, bukan yang hanya di permukaan medium. Cake filter Bahan padat /setengah padat terkonsentrasi yang dipisahkan dari cairan dan tetap pada filter setelah penyaringan tekanan. Membrane Filter Film polimer dengan peringkat pori tertentu, penghalang fisik dan menangkap partikel seperti pada permukaan membran
  • 207. JENIS WADAH 1. Wadah dosis tunggal wadah yang kedap udara yang mempertahankan jumlah obat steril untuk pemberian parenteral sebagai dosis tunggal dan yang bila dibuka tidak dapat ditutup rapat kembali yang dengan jaminan tetap steril. Contoh: ampul. 2. Wadah dosis ganda wadah kedap udara yang memungkinkan pengambilan isinya perbagian berturut-turut tanpa terjadi perubahan kekuatan, kaulitas atau kemurnian bagian yang tertinggal. Contoh vial atau botol serum
  • 208. Wadah Gelas tersusun dari pasir (silica yang hampir murni), soda abu (natrium karbonat), batu kapur (kalsium karbonat), dan cullet (pecahan gelas yang dicampur dengan batch pembuatan dan berfungsi sebagai bahan penyatu untuk seluruh campuran). Sebagai kemasan dalam farmasi, memiliki mutu perlindungan yang unggul, ekonomis, dan wadah tersedia dalam berbagai ukuran dan bentuk
  • 209. LANJUTAN… Kelebihan Inert kedap udara dibuat dari bahan yang relatif murah tidak mudah terbakar, bentuknya tetap mudah diisi mudah ditutup dapat dikemas menggunakan packaging line mudah disterilisasi mudah dibersihkan dapat digunakan kembali Kelemahan lebih rapuh (mudah pecah) lebih berat untuk pengiriman. Kemasan untuk konsumen yang terbuat dari gelas bukan merupakan wadah yang paling tidak higienis karena wadah akan sering dibuka berulang – ulang oleh konsumen, dimana tangannya tidak selalu bersih.
  • 210. TIPE-TIPE GELAS UNTUK SEDIAAN PARENTERAL 1. Tipe I – borosilicate glass Pada proses pembuatan sebagian besar alkali dan kation tanah diganti oleh boron dan atau alumunium serta zink. Mempunyai daya tahan kimiawi yang sangat baik sehingga tidak mempengaruhi preparat parenteral yang sangat peka, lebih baik daripada gelas natrium karbonat. Umumnya digunakan untuk sediaan parenteral 2. Tipe II – treated soda lime glass gelas soda kapur silikat yang sudah mengalami pengerjaan permukaan pada bagian yang berhubungan dengan isinya dan mempengaruhi preparat farmasi yang dikemas. Pada sediaan parenteral bersifat asam dan netral.
  • 211. LANJUTAN... 3. Tipe III – regular soda lime glass gelas soda kapur silikat, memiliki daya tahan kimiawi yang cukup tidak mempengaruhi preparat farmasi yang dikemas. Biasanya tidak digunakan untuk sediaan parenteral, kecuali jika data uji stabilitas yang sesuai menunjukkan bahwa kaca Tipe III memenuhi untuk sediaan parenteral yang dikemas di dalamnya 4. Tipe NP – general purpose soda lime gelas soda kapur silikat yang digunakan untuk produk non parenteral yang dimaksud untuk pemakaian penggunaan oral dan topical.
  • 212. UJI PADA GELAS, MELIPUTI: powdered glass Uji untuk mengetahui kandungan basa dalam gelas(oksida natrium, kalium, kalsium, aluminium) dengan di larutkan ke dalam air murni dibawah kondisi suhu tinggi dengan metode asam basa. Biasanya digunakan pada konnten yang telah terkena sulfur dioksida. water attack test Di gunakan pada gelas yang telah terpapar sulfur di oksida dalam kondisi kelembaban tertentu menggunakan metode titrasi asam basa
  • 213. LANJUTAN... Pencucian Seluruh alat-alat dan wadah gelas dicuci dengan sabun cuci dan disikat. Dibilas dengan air kran yang mengalir sampai bersih. Ditiriskan alat atau wadah sampai alat-alat tersebut mengering Sterilisasi Dengan Pemanasan Basah autoklav pada suhu 121°C salama 15 menit. Depirogenasi Meliputi kombinasi pengeringan, oksidasi dan pembakaran. Di keringkan dan di panaskan 250°C selama 45 menit dalam oven dan laminar air flow.
  • 214. KATEGORI PLASTIK 1. Termoset stabil pada pemanasan dan tidak dapat dilelehkan dan tidak dapat dibentuk ulang. untuk membuat penutup wadah gelas atau logam. 2. Ter moplastik plastik yang dapat dibentuk ulang dengan proses pemanasan. Polimer termoplastik digunakan dalam pembuatan berbagai jenis wadahsediaan farmasi.
  • 215. KEUNTUNGAN DAN KERUGIAN PLASTIK  Keuntungan Fleksibel dan tidak mudah rusak/pecah Lebih ringan Dapat disegel dengan pemanasan Mudah dicetak menjadi berbagai bentuk Murah  Kerugian Kurang inert Beberapa mengalami keretakan dan distorsi jika kontak dengan beberapa senyawa kimia Beberapa sangat sensitif terhadap panas Kurang impermeabel terhadap gasdan uap seperti gelas Dapat memiliki muatan listrik yang akan menarik partikel Zat tambahan pada plastik mudahdilepaskan ke produk yang dikemas Senyawa-senyawa seperti zat aktif dan pengawet dari produk yang dikemas dapat tertarik
  • 216. ZAT-ZAT ADITIF PADA BAHAN WADAH PLASTIK 1. Antioksidan Contoh: fosfat dan tioester. 2. Stabilizer Contoh: garam asam lemak, oksida anorganik, organometalik. 3. Lubricant Contoh , logam stearat, lemak paraffin, silicon, fatty alcohol. 4. Plasticizer Contoh: dialkil phtalat, polimer dengan BM kecil. 5. Filler (Bahan Pengisi) polimer memperbaiki fleksibilitas 6. Colorant (Bahan Pewarna) untuk memberikan warna pada plastik
  • 217. JENIS-JENIS PLASTIK: Poly (vinyl Chloride) Polyethylene Terephtalate (PET) Acrylic multi polymer (Nitrile Polymers) Polycarbonate Nylon Polystyrene Polyolefins
  • 218. KARET TUTUP PADA WADAH SEDIAAN STERIL Karakteristik: Bahan: campuran kompleks polimer dasar (elastomer), pengisi, akselerator ,vulcanizing agent (bahan vulkanisir) dan pigmen. Sifat: Permukaan harus licin dan tidak berlubang Menutup rongga-rongga kecil pada permukaan Kekerasan dan elastisitasnya harus mencukupi Mudah ditembus oleh jarum syringe hipodermik dan menutup rapat kembali dengan cepat Tak mengalami perubahan sifat akibat proses sterilisasi Impermeabel terhadap udara dan lembab
  • 219. JENIS KARET YANG DI PAKAI: Karet alami atau mentah Berasal dari lateks(getah)Hevea brasiliensis Karet sintetis Memiliki sifat lebih resisten terhadap temperatur tinggi dan waktu, serta lebih mahal dibandingkan karet alami
  • 220. BAHAN TAMBAHAN PADA TUTUP KARET Vulcanizing agent Akselerator Aktivator Antioksidan-antiozon Plasticizer- lubrikan Pengisi Pigmen
  • 221. PRINSIP PENGENDALIAN R. ASEPTIK PRODUKSI STERIL. Bebas mikroorganisme aktif (udara yang ada di dalam ruangan disaring dengan HEPA filter agar mendapatkan udara yang bebas mikroorganisme dan partikel) Ada batasan kontaminasi dengan partikel Tekanan positif(udara di dalam mengalir ke luar ) Minimal terbagi atas tiga area, yaitu area kotor (black area), intermediate area (grey area), dan area bersih (white area).
  • 222. METODE VENTILASI UDARA YANG MENGHASILKAN UDARA BERSIH AHU(Air Handling Unit) seperangkat alat yang dapat mengontrol suhu, kelembaban, tekanan udara, tingkat kebersihan (jumlah partikel/mikroba), pola aliran udara, jumlah pergantian udara dll.Bagian alat dari AHU diantaranya: Dumper,Ducting.,Filter,Static Pressure Fan (blower) dan Cooling coil.
  • 223. 223 Pada prInsipnya Air Handling System terdiri dari : 1. Blower / fan : Meniupkan udara ke ruangan-ruangan melalui ducting. 2. Filter : Menyaring udara yang dikeluarkan blower / fan 3. Ducting : Menyalurkan udara dari blower ke ruangan – ( berfungsi seperti pipa air atau selang air ). 4. Damper : Mengatur besarnya tekanan yang akan masuk kedalam ruangan-ruangan 5. Diffuser : Adalah ujung dari ducting yang membawa udara masuk kedalam ruangan (supply grill) atau ujung dari ducting yang membawa udara keluar ruangan (return grill) Air Handling System dengan perlengkapan seperti diatas hanya menghasilkan udara dengan kualitas tertentu tetapi tidak mendinginkan ruangan. KOMPONEN AIR HANDLING SYSTEM ( Tanpa pendinginan )
  • 224. 224 KOMPONEN AIR HANDLING SYSTEM BLOWER / FAN FILTER DUCTING DAMPER DIFFUSER INLET GRILL OUTLET GRILL ( Tanpa pendinginan )
  • 225. 225 Ilustrasi awal KOMPONEN AIR HANDLING SYSTEM DUCTING FILTER BLOWER FILTER DAMPER DIFFUSER
  • 226. 226 KOMPONEN AIR HANDLING SYSTEM Posisi Pemasangan _________________________________ PRE FILTER ( Diluar ) PRE FILTER ( Didalam housing ) MEDIUM-FILTER ( Didalam housing ) BLOWER / FAN
  • 227. 227 _________________________________ KOMPONEN AIR HANDLING SYSTEM DAMPER DUCTING Posisi Pemasangan
  • 228. 228 KOMPONEN AIR HANDLING SYSTEM _________________________________ DIFFUSER Inlet grill DIFFUSER return grill PERHATIAN : Diskusi tentang posisi yang baik untuk inlet grill dan return grill Posisi Pemasangan
  • 229. 229 HVAC ( HEATING VENTILATION AND AIR CONDITIONING) Adalah bahan yang digunakan untuk menyaring udara dalam Air Handling System dengan tujuan untuk menghasilkan udara yang lebih bersih setelah melaluinya. Dalam HVAC dikenal 3 jenis filter yang biasa terpasang dalam pabrik farmasi : 1. Filter kasar atau coarse filter atau lazimnya disebut “pre filter. Filter ini mempunyai efisiensi 30% - 40% 2. Filter menengah atau medium filter. Filter ini mempunyai efisiensi 85% - 95% 3. Filter halus atau HEPA ( High Efficiency Particulate Air ) Filter ini mempunyai efisiensi 99,997% Satu jenis yang lain filter ultra halus , belum lazim digunakan, tidak dibicarakan Pre-filter dan medium filter terpasang dalam rumah filter (bahasa populer : housing) sedangkan filter HEPA terpasang dalam ruangan.
  • 230. 230 PRE FILTER 2 dari 3 lolos MED- FILTER 1 dari 16 lolos HEPA FILTER Praktis tak ada yg lolos 30% - 40% 85% - 95% (> 95%) 99,997% F I L T E R Arti Efisiensi ______________________ Kemampuan filter untuk menahan dan membersihkan udara yang melaluinya KESIMPULAN : PERSENTASE EFISIENSI MENUNJUKKAN KERAPATAN
  • 231. 231 1. PARTIKEL 2. KELAS 100 3 KELAS 10.000 ( White ) 4. KELAS ≤ 100.000 ( Grey ) 5. KELAS > 100.000 ( Black ) SYARAT BAGI PARTIKEL a. Ukuran ≤ 0.5 μ. Partikel dengan ukuran ≥ 0,5 μ dalam ruang pengolahan non steril , dibatasi jumlahnya. b. Tidak patogen c. Jumlah partikel dihitung saat pabrik belum beroperasi d. Jumlah partikel dihitung memakai “particle counter” H V A C Kualitas Udara Yang Dihasilkan ______________________
  • 232. 232 1. PARTIKEL 2. KELAS 100 3 KELAS 10.000 ( White ) 4. KELAS ≤ 100.000 ( Grey ) 5. KELAS > 100.000 ( Black ) 1. ARTI a. Udara mengandung partikel ≤100 / feet3. b. Udara dihasilkan dari filter HEPA yang terpasang pada seluruh langit-langit (plafond) atau satu sisi dinding yang meniupkan udara kedalam ruangan. c. Filter akhir yang terdapat pada seluruh area tsb adalah filter HEPA dengan efisiensi 99.997 %. d. Terminal HEPA filter adalah plafond atau dinding. 2. LOKASI a. Dalam ruangan atau bench Laminar Air Flow (LAF) b. Dalam ruangan atau kamar yang seluruh langit-2 (plafond) nya atau 1 sisi dinding terdiri dari filter HEPA. 3. DISYARATKAN BAGI a. Ruang dalam (Bench) Laminar Air Flow (LAF) b. Aktivitas pengisian ( filling ) sediaan steril. H V A C Kualitas Udara Yang Dihasilkan ______________________
  • 233. 233 1. PARTIKEL 2. KELAS 100 3 KELAS 10.000 ( White ) 4. KELAS ≤ 100.000 ( Grey ) 5. KELAS > 100.000 ( Black ) Satu bagian dinding mensupply atau me- masok udara melalui filter HEPA. ( Bagaimana dengan ruangan ? ) Laminar Air Flow (LAF) Inlet air - LAF Inlet air & Outlet - LAF Hubungan antara HVAC dan LAF Kualitas Udara Yang Dihasilkan ______________________
  • 234. 234 1. PARTIKEL 2. KELAS 100 3 KELAS 10.000 ( White ) 4. KELAS ≤ 100.000 ( Grey ) 5. KELAS > 100.000 ( Black ) 1. ARTI a. Udara mengandung partikel max 10.000 / feet3. b. Udara dihasilkan dari filter HEPA yang terpasang pada terminal tertentu yang meniupkan udara kedalam ruangan. c. Filter akhir yang terdapat pada terminal tertentu tsb adalah filter HEPA dengan efisiensi 99.997 %. d. Inlet air grill adalah filter HEPA. 2. LOKASI a. Dalam ruang pengolahan sediaan steril b. Dalam ruang LAF – lab. mikrobiologi 3. DISYARATKAN BAGI Ruang pengolahan sediaan steril. F I L T E R Kualitas Udara Yang Dihasilkan ______________________
  • 235. 235 1. PARTIKEL 2. KELAS 100 3 KELAS 10.000 ( White ) 4. KELAS ≤ 100.000 ( White ) 5. KELAS > 100.000 ( Black ) Inlet Air Grill adalah filter HEPA F I L T E R Kualitas Udara Yang Dihasilkan ______________________
  • 236. 236 1. PARTIKEL 2. KELAS 100 3 KELAS 10.000 ( White ) 4. KELAS ≤ 100.000 ( Grey ) 5. KELAS > 100.000 ( Black ) 1. ARTI a. Udara mengandung partikel ≤100.000/feet3. b. Udara dihasilkan dari filter MEDIUM yang terpasang pada blower / fan untuk menyaring udara yang akan ditiupkan melalui ducting kedalam ruangan. 2. LOKASI a. Dalam ruang pengolahan sediaan non steril b. Dalam ruang sampling 3. DISYARATKAN BAGI Ruang pengolahan sediaan non sterilsteril. F I L T E R Kualitas Udara Yang Dihasilkan ______________________
  • 237. 237 1. PARTIKEL 2. KELAS 100 3 KELAS 10.000 ( White ) 4. KELAS ≤ 100.000 ( Grey ) 5. KELAS > 100.000 ( Black ) F I L T E R Kualitas Udara Yang Dihasilkan ______________________
  • 238. 238 1. PARTIKEL 2. KELAS 100 3 KELAS 10.000 ( White ) 4. KELAS ≤ 100.000 ( Grey ) 5. KELAS > 100.000 ( Black ) 1. ARTI a. Udara mengandung partikel > 100.000/feet3. b. Udara dihasilkan dari filter kasar atau pre filter yang terpasang pada blower / fan untuk menyaring udara yang akan ditiupkan melalui atau tanpa ducting kedalam ruangan. 2. LOKASI Dalam ruang non pengolahan. 3. DISYARATKAN BAGI Ruang non pengolahan. F I L T E R Kualitas Udara Yang Dihasilkan ______________________
  • 239. 239 1. PARTIKEL 2. KELAS 100 3 KELAS 10.000 ( White ) 4. KELAS ≤ 100.000 ( Grey ) 5. KELAS > 100.000 ( Black ) F I L T E R Kualitas Udara Yang Dihasilkan ______________________
  • 240. LANJUTAN... LAF(Laminair airflow) Tempat bekerja secara aseptic, untuk tes sterilitas, aseptic dispensing, dan i.v. mixture (pencampuran obat suntik). Tekanan yang ada di dalam ruangan laminair airflow dibuat menjadi tekanan negatif.
  • 241. LETAK DAN DESAIN CLEANING ROOM Cleaning room di kaktegorikan ke dalam dua kelas : • Ruang Kelas I (White area) • Ruang Kelas II (Grey area) Ruang kelas I berada di ruang kelas II namun terdapat LAF di dalamnya
  • 242. JELASKAN PERSONEL SEBAGAI SUMBER KONTAMINASI. Operator atau petugas merupakan media paling baik dalam pertumbuhan mikroorganisme,Petugas produksi steril harus bebas dari kotoran dan mikroorganisme dengan mengganti baju, dan menggunakan antiseptik untuk menyeterilkan badan.
  • 243. ANALISIS RESIKO LINGKUNGAN Proses prediksi kemungkinan dampak negatif yang terjadi terhadap lingkungan sebagai akibat dari kegiatan tertentu. Tahapan ARI: 1. Tentukan batasan studi /analisis 2. Tentukan area yang ingin diperdalam dan informasi yang ingin di dapat 3. Uji dampak lingkungan berdasarkan informasi data dan pengkategorian data yang telah dikumpulkan 4. Evaluasi informasi yang di peroleh