2. PENGOBATAN
Sumber obat : tanaman, hewan,
mineral,
mikroorganisme
Kekuatan dan aktivitas yang berbeda
Keamanan pasien
Semua obat harus terdaftar
( sumber obat, sifat fisikal dan kimiawinya,
kemurnian,
kategori, dosis normal, nilai terapeutik, dll)
3. Obat
Racun bila ditangan yang salah
Pengawasan hukum untuk:
Mencegah penyalahgunaan dan
ketergantungan obat
Menjaga keamanan dan kemanjuran obat
DLL
Di Indonesia
UU kesehatan no 23
Peraturan pemerintah
SK menkes
4. Peran perawat dalampengobatan
Pasien
Pemeriksaan oleh dokter
Diagnosa
Pengobatan
Resep penulisan oleh dokter
Pengadaan dan distrib usi pada klien oleh farmasi
Obat
Pemberian pada klien, monitor efek samping dan
farmakologis oleh perawat
Pasien
Perawat harus tahu tentang farmakodinamik
dan farmakokinetik obat
5. Klasifikasi Obat
A. Klasifikasi obat berdasarkan sumber obat
Obat yang berasal dari alam
Tanaman
Hewan
Mineral
Mikroorganisme
Obat yang dibuat oleh manausia
Obat semi sintetik
Obat sintetik
6. Con’t. . ..
B. Klasifikasi obat berdasarkan bahaya yang
timbul
Obat keras ( daftar G )
• Hanya bisa dibeli diapotek dengan resep
dokter
• G : Gevaarlijk = berbahaya
• Tanda: lingkaran bulat merah dengan
garis tepi berwarna hitam dengan huruf K
menyentuh garis tepi
7. Con’t. . .
Obat bebas terbatas ( daftar W )
• Peraturan dan pengawasan obat ini
lebih lunak
• Obat golongan ini bisa dibeli di toko
obat dan apotek
• W : Waarschuwing = peringatan
• Tanda : lingkaran biru dengan garis tepi
berwarna hitam
8. Con’t. . .
Obat bebas
• Bisa dibeli tanpa resep dokter
• Tanda : lingkaran hijau dengan garis tepi
berwarna hitam
Obat psycotropika = obat keras tertentu
• Harus dengan resep dokter
• Sebagai obat penenang
Obat narkotika
• Harus dengan resep dokter
• Dapat menyebabkan ketergantungan
bila disalahgunakan
9. Con’t. . .
C. Klasifikasi obat berdasarkan khasiat obat
Antibiotik
Antipiretik
Antiemetik
Analgesic
Dll
D. Klasifikasi obat berdasarkan cara
pemakaiannya
Obat Dalam
Obat Luar
10. Con’t. . .
E. Klasifikasi obat berdasarkan bentuk sediaan
• Tablet
• Kapsul
• Pil
• Serbuk tabur
• Salep
• Sirup
• Larutan
• Suppositoria
11. Rute Pemberian Obat
A. Rute Oral
1) Pemberian per Oral
• Rute yang paling mudah dan paling
umum digunakan. Awitan kerja obat
lebih lambat dan efeknya lebih lama.
Obat dapat menimbulkan efek local
atau sistemik. Jarang membuat klien
cemas.
• Dipengaruhi oleh adanya makanan dan
interaksi obat
12. Con’t. . .
• Pengobatan oral kontraindikasi pada
klien yang sulit menelan, mual atau
muntah, radang usus atau peristaltic
menurun, baru menjalani pembedahan
saluran cerna, bising usus hilang atau
menurun, terpasang penghisap
lambung, tingkat kesadaran menurun.
13. Con’t . ..
2) Pemberian Sublingual
Obat diletakkan dibawah lidah, kemudian
larut dan diabsorbsi. Obat tidak boleh ditelan
dan klien tidak boleh minum sampai seluruh
obat larut
3) Pemberian Bukal
Dilakukan dengan menempatkan obat padat
di membrane mukosa pipi sampai obat larut.
Klien diperingatkan untuk tidak mengunyah
atau menelan obat atau minum air
bersamaan dengan obat.
14. B. Rute Parenteral
1) Intradermal/ Intracutan/ IC
– Injeksi ke dalam dermis/ cutan tepat
dibawah epidermis
– Efek local
– Jumlah kecil
– Dipakai untuk pengamatan reaksi
peradangan/ sensitivitas
– Mangunakan spuit no. 26G sampai 27G
– Injeksi dilakukan dengan mengunakan sudut
5-15 derajat. Jangan pijat di tempat injeksi
15. 2) Subcutan/ SC
• Injeksi ke dalam jaringan tepat di bawah
lapisan dermis kulit. Efek sistemik
• Absorbsi lebih lambat dari pada intramuskuler
• Absorbsi dipengaruhi oleh aliran darah, akan
meningkat dengan latihan dan menurunkan
pada kondisi shock
• Dipakai untuk dosis kecil
• Mengunakan spuit no.25G sampai 27G
• Injeksi dilakukan dengan mengunakan sudut
45-90 derajat
18. 3) Intramuscular/ IM
Injeksi ke dalam otot tubuh/ muskulus
Efek sistemik
Efek lebih cepat dari subcutan
Absorbsi tergantung aliran darah, akan
meningkat dengan latihan dan mengosok
tempat injeksi dan menurun dalam kondisi
shock
Volume maksimal 5 ml
Bisa terjadi abses ----- jarang
Tempat injeksi: ventrogluteal,
dorsogluteal, deltoid.
19. Con,t….
Mangunakan spuit no.19G sampai
23G untuk dewasa, untuk anak-anak
no. 25G sampai 27G.
Injeksi dilakukan dengan mengunakan
sudut 90 derajat
Untuk SC dan IM beri pijatan ringan
pada kulit, kecuali injeksi heparin dan
insulin
22. 4) Intravena/ IV
– Efek sistemik
– Absorbsi lebih cepat dari IM dan SC
– Lebih sulit pelaksanaanya
– Tempat injeksi : vena cubiti, vena
dorsalis
23. C. Suppositoria
1) Rectal
– Efek sistemik maupun local
– Suppositoria cenderung lunak pada
suhu kamar sehingga perlu disimpan
dalam almari es
– Pada saat melakukan prosedur jangan
didepan umum
– Gunakan aplikator/ sarung tangan pada
saat memasukkan obat
24. Con’t. . .
2) Vaginal
– Mirip dengan suppositoria rectal
– Pada saat melakukkan prosedur
jangan didepan umum
– Gunakan sarung tangan
25. D. Pemberian Topikal
Obat yang diberikan melalui kulit dan
membrane mukosa pada prinsipnya
menimbulkan efek local, dapat dilakukan
dengan mengoleskannya di suatu area kulit,
memasang balutan yang lembab, merendam
bagian tubuh dengan larutan, atau
menyediakan air mandi yang dicampur obat.
Efek sistemik muncul jika kulit klien tipis,
kosentrsi obat tingi, pengunaan jangka waktu
lama.
26. E. Inhalasi
– Inhalasi Nasal
– Obat diinhalsi melalui hidung
menggunakan sebuah alat yang
menghantar obat.
– Inhalasi Oral
– Pemberian melalui endotrakea atau trakea
28. F. Instilasi
– Obat cair salep yang biasanya
diberikan sebagai tetes dalam
bentuk: tetes mata, salep mata, tetes
telinga
– Untuk tetes/ salep mata jangan
diberikan langsung pada kornea.
29. Mekanisme kerja Obat
Obat menghasilkan kerja dengan mengubah
cairan tubuh atau membrane sel atau dengan
berinteraksi dengan tempat reseptor.
Mekanisme kerja obat yang paling umum adalah
terikat pada tempat reseptor sel
Ketika obat dan resepor berikatan, efek terapeutik
dirasakan
Tempat reseptor berinteraksi dengan obat karena
memiliki bentuk kimia yang sama. Setiap jaringan
atau sel dalam tubuh memiliki kelompok reseptor
yang unik
30. Con’t. . .
1. Fase farmasetik : untuk melarutkan obat supaya
dapat diabsorbsi
Tablet
Disintegrasi pemecahan tablet/
pil menjadi partikel
yang lebih kecil
Disolusi melarutnya partikel
yang lebih kecil dalam
cairan
31. 2. Fase farmakokinetik
Fase/ proses pergerakan obat untuk
mencapai kerja obat
• Absorpsi
Cara molekul obat masuk ke dalam darah.
Factor-faktor yang mempengaruhi absorpsi :
– Rute dari pemberian
– Solubilitas dari obat/ daya larut obat
– Kondisi di tempat absorbsi
32. A. Rute dari pemberian
Setiap rute pemberian obat memiliki
pengaruh yang berbeda pada absorbsi obat,
tergantung pada struktur fisik jaringan. Kulit
relatif tidak dapat ditembus zat kimia,
sehingga absorbsi menjadi lambat.
Membrane mukosa dan saluran nafas
mempercepat absorbsi akibat vaskularisasi
yang tinggi
33. B. Solubilitas dari obat/ daya larut
obat
Daya larut obat yang diberikan peroral setelah ingesti
tergantung pada bentuk atau preparat obat. Larutan
dan suspensi (cair) lebih mudah diabsorbasi daripada
tablet atau kapsul. Obat yang asam melewati mukosa
asam lambung dengan cepat. Obat yang bersifat basa
tidak terabsorbsi sebelum mencapai usus halus. Obat
oral lebih mudah diabsorbsi jika diberikan diantara
waktu makan ( satu sampai dua jam sebelum makan
atau dua sampai tiga jam setelah makan). Tetapi ada
obat-obat tertentu yang dapat mengiritasi GIT sehingga
pemberiannya harus bersama makanan missal, aspirin,
zatbesi, fenitoin natrium.
34. C. Kondisi di tempat absorbsi
• Kondisi di tempat absorbsi mempengaruhi
kemudahan obat masuk ke dalam sirkulasi
sistemik
• Absorbsi obat parenteral yang diberikan
tergantung pada suplai darah dalam jaringan.
Adanya edema, memar, atau jaringan parut
dapat menurunkan absorbsi
• Injeksi intravena menghasilkan absorbsi paling
cepat karena cepat masuk ke dalam sirkulasi
35. Con’t. . .. .
• Distribusi : proses dimana obat menjadi
berada dalam cairan tubuh dan jaringan
Distribusi obat tergantung:
Berat dan komposisi badan
Dinamika sirkulasi
Ikatan protein
36. A. Berat dan komposisi
badan
Ada hubungan langsung antara jumlah obat
yang diberikan dan jumlah jaringan tubuh
tempat obat didistribusikan. Perubahan
komposisi tubuh dapat mempengaruhi
distribusi obat secara bermakna. Semakin kecil
BB klien, semakin besar kosentrasi obat di
dalam jaringan tubuhnya, dan efek obat yang
dihasilkan semakin kuat.
37. B. Dinamika sirkulasi
• Pembuluh darah dapat ditembus oleh
kebanyakan zat yang dapat larut, kecuali oleh
partikel obat yang besar atau berikatan
dengan protein
• Kosentrasi obat pada suatu tempat tergantung
pada jumlah pembuluh darah dalam jaringan,
tingkat vasodilatasi atau vasokontriksi local,
dan kecepatan aliran darah ke sebuah jaringan
• Membrane biologis berfungsi sebagai barier
terhadap perjalanan obat
38. C. Ikatan protein
• Derajat kekuatan ikatan obat dengan protein
serum ( albumin) mempengaruhi ditribusi
obat. Ketika molekul obat terikat pada
albumin, obat tidak dapat menghasilkan efek
farmakologis.
• Lansia, klien yang menderita penyakit hati
beresiko mengalami peningkatan aktivitas
obat, toksisitas obat atau keduanya
39. Con’t. . . .
• Metabolisme
Hati merupakan tempat utama metabolisme.
Kebanyakan obat diinaktifkan oleh enzim-enzim
hati dan kemudian diubah menjadi metabolit
inaktif atau zat yang larut dalam air untuk
diekskresikan.
• Ekskresi
Rute utama ekskresi dari obat adalah ginjal,
saluran pencernaan, paru-paru. Apabila ginjal
tidak dapat mengeluarkan obat secara adekuat,
dosis obat mungkin perlu dikurangi.
41. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi
Kerja Obat
• Usia
• Berat badan
• Genetic
• Psikoligis
• Adanya penyakit
• Waktu pemberian
• Lingkungan
42. Efek Dari Obat
• Efek Terapeutik
Respon fisiologis obat yang diharapkan atau
yang diperkirakan timbul
• Efek Samping
Efek fisiologis yang tidak berkaitan dengan
efek obat yang diinginkan
43. Con’t. . .
• Efek yang tidak diharapkan
Toksisitas
Efek yang merusak dari obat pada organisme atau
jaringan akibat overdosis
Alergi obat
Reaksi imunoligik terhadap obat dimana
seseorang telah tersensitisasi sehingga memicu
pelepasan antibody
Toleransi obat
Toleransi obat terjadi pada seseorang yang
menerima obat dalam jangka waktu yang lama
dan akan memerlukan peningkatan dosis untuk
mempertahankan efek terapeutik
44. Con’t. . .
Efek komulatif
Terjadi bila seseorang tidak dapat
memetabolisme suatu dosis obat sebelum dosis
laninya diiberikan.
Efek diosyncratic
• Klien bereaksi berlebihan, tidak bereaksi,
atau bereaksi tidak normal terhadap obat.
• Misalnya, seorang anak yang menerima
antihistamin ( Benadryl) menjadi sangat
gelisah atau sangat gembira, bukan
mengantuk.
45. Enam Hal Benar Dalam Pemberian
Obat
1. Klien yang benar
2. Obat yang benar
3. Dosis yang benar
4. Waktu yang benar
5. Rute yang benar
6. Dokumentasi yang benar
46. Kalkulasi Dosis
Rumus
Dosis yang diprogramkan X jumlah yang
Dosis yang tersedia tersedia
= jumlah yang akan diberikan
Ket :
Dosis yang diprogramkan adalah jumlah obat murni
yang diresepkan dokter untuk seorang klien
Dosis yang tersedia adalah berat atau volume obat yang
tersedia dalam satuan yang disuplai oleh farmasi
Jumlah yang tersedia adalah satuan dasar atau jumlah
obat yang mengandung dosis yang tersedia
Jumlah yang akan diberikan selalu ditulis dalam satuan
yang sama dengan satuan jumlah yang tersedia
47. Contoh
Dokter mengintruksikan klien diberi Varsed 2,5
mg IM. Berarti dosis yang diprogramkan adalah
2,5 mg. Obat yang tersedia dalam ampul yang
mengandung 5 mg per 1 ml, berarti dosis yang
tersedia adalah 5 mg dalam sediaan 1 ml. rumus
aplikasi adalah sbb:
2,5 mg x 1ml = 0,5 ml untuk diberikan.
5 mg
48. Proses Keperawatan Dan Obat
1. Pengkajian
a. Riwayat medis
b. Riwayat alergi
c. Data obat
d. Riwayat diet
e. Kondisi klien terkini
f. Persepsi klien atau masalah koordinasi
g. Sikap klien terhadap pengunaan obat
h. Pengetahuan klien tentang obat
i. Kebutuhan pembelajaran klien
49. Con’t. . .
2. Diangnosa Keperawtan
Contoh :
Kurang pengetahuan tentang terapi obat
Ketidakpatuhan terhadap terapi obat
Hambatan mobilitas fisik
Perubahan sensori/ persepsi
Ansietas
Gangguan menelan
Penatalaksanaan program terapeutik tidak
efektif
50. Con’t. . .
3. Perencanaan
Dalam membuat perencanaan sasaran
berikut harus dicapai:
Tidak ada komplikasi yang timbul akibat rute
pemberian obat yang dibgunakan
Efek terapeutik obat yang diprogramkan
dicapai dengan aman semntara kenyamanan
klien tetap dipertahankan
Klien dan keluarga memahami terapi obat
Pemberian obat secara mandiri dilakukan
dengan aman
51. Con’t. . .
4. Implementasi
Intervensi keperawatan berfokus pada
pemberian obat yang aman dan efektif.
Intervensi dilakukan dengan menyiapkan obat
secara cermat, memberikanya dengan benar,
dan memberi klien penyuluhan.
5. Evaluasi
Perawat memantau respon klien terhadap obat
secara berkesinambungan. Perawat harus
mewaspadai reaksi yang timbul ketika klien
mengkonsumsi beberapa obat.
52. Prosedur Pemberian Obat Yang Benar
A. Persiapan
» Cuci tangan sebelum menyiapkan pengobatan
» Periksa riwayat adanya alergi obat
» Periksa perintah pengobatan dengan melihat
perintah dokter atau kartu obat
» Periksa label tempat obat sebanyak 3kali
» Periksa tanggal kadaluwarsa pada label obat,
pergunakan jika obat masih berlaku
» Periksa ulang perhitungan dosis obat
» Tuang tablet atau kapsul dalam tutup obat
53. Con’t.. . . .
B. Pelaksanaan
» Periksa identitas klien melalui papan nama/
gelang identitas
» Untuk obat peroral, tawarkan es batu untuk
membaalkan pengecap rasa sewaktu memberikn
obat yang rasanya tidak enak
» Berikan obat yang hanya anda persiapkan
» Bantu klien mendapatkan posisi yang tepat
tergantung dari rute pemberian obat
» Jika memberikan obat pada sekelompok klien,
berikan obat terakhir pada klien yang
membutuhkan bantuan ekstra
» Jika lewat injeksi,buang jarum dan tabung suntik
pada tempat yang tepat
54. Hal-hal Yang Tidak Boleh Dilakukan Pada
Saat Memberikan Obat
» Jangan sampai kosentrasi terpecah saat
mempersiapkan obat
» Jangan memberikan obat yang dikeluarkan
orang lain
» Jangan mengeluarkan obat dari tempat obat
dengan labelnya sebagian terkeluapas atau
hilang
» Jangan memindahkan obat dari satu tempat
ketampat yang lain
» Jangan memberikan obat yang kadaluwarsa
55. Con’t. . . .
» Jangan menduga-duga mengenai obat
dan dosis obat, tanyakan jika ragu-ragu
» Jangan memakai obat yang telah
mengendap, berubah warna
» Jangan tingalkan obat-obatan yang telah
dipersiapkan
» Jangan berikan suatu obat kepada klien,
jika klien tersebut memiliki alergi
terhadap obat/ kelompok obat tersebut
56. Con’t. . . .
» Jangan mengunakan nama klien sebagi
satu-satunya cara untuk mengidentifikasi
» Jangan berikan obat, jika klien menyatakn
obat tersebut berlainan dengan obat
yang telah diterima sebelumnya.periksa
perintah pengobatan.
57. Cara Menyimpan Obat Yang Benar
• Simpan dalam almari obat
• Tidak dijangkau anak-anak
• Etiket dihadapkan ke depan
• Tidak dicampur dengan bahan yang lain
• Simpan obat dalm kemasan aslinya dan dalam
wadah tertutup rapat
• Simpan obat ditempat yang sejuk dan
terhindar dari sinar matahari langsung
• Jangan meyimpan kapsul atau tablet dalam
tempat yang lembab atau panas karena dapat
merusak obat
58. Con’t. .. . .
• Obat dalam bentuk cair jangan disimpan
dalam almari pendingin, kecuali disebutkan
pada etiket atau kemasan obat
• Hindarkan agar obat dalam bentuk cair
menjadi beku
• Jangan tingalkan obat dalam mobil dalam
jangka waktu lama
• Jangan simpan obat yang telah kadaluwarsa
59. Cara Memusnahkan Obat
• Dalam jamban, siram sampai bersih
• Dipendam dalam tanah
• Dibakar
• Bila dalam bentuk vial, ampul, dll obat harus
dikeluarkan dari dalam botolnya.