Dokumen tersebut membahas berbagai jenis ancaman non-militer yang dihadapi suatu negara, baik dari dalam maupun luar negeri, termasuk ancaman ideologis, politik, ekonomi, sosial budaya, teknologi, dan yang berkaitan dengan keselamatan umum seperti bencana alam atau karena tindakan manusia. Dokumen tersebut juga menjelaskan contoh-contoh negara yang berhasil menghadapi ancaman non-militer
Jasatoto99 : Daftar Situs Slot Gacor Maxwin & Situs Slot Terbaru Hari Ini
Cara penanggulangan ancaman non
1. Cara penanggulangan ancaman non-militer
Pertama, Sistem pertahanan keamanan merata yaitu mengajak seluruh warga sebagai
bagian integral pertahanan negara. Sumber daya nasional yang utama dan terpenting
adalah manusia. Kedua, Upaya memperluas pilihan kebijakan pemerintah dapat dilakukan
jika para pembuat kebijakan dapat melakukan kerja sama dengan pihak luar, terutama
dengan universitas atau kalangan akademisi. Karena ilmu pengetahuan dan teknologi
adalah bagian perang nirmiliter yang dilakukan negara-negara yang tidak memiliki sumber
daya alam sehingga para pemimpinnya memutuskan, negara dan rakyatnya hanya bisa
bertahan hidup jika unggul dalam perang sains, teknologi, dan pengetahuan. Jepang,
Singapura, Taiwan, Korea, Swiss, Finlandia adalah contoh pertahanan nirmiliter yang
menghasilkan penerimaan barang dan jasa yang diperlukan guna bertahan hidup dalam
sistem politik dan ekonomi internasional yang serba ketat.
B. Ancaman Non-Militer
Dibagi menjadi dua yaitu, Ancaman dalam negeri non-militer dan Ancaman luar negeri non-
militer
Ancaman dalam negeri :
1) Pensiunan jenderal masuk parpol
2) gaji para pensiunan kekecilan,
3) pendapatan/penghasilan masyarakat kecil
4) banyaknya pengangguran intelektual berbuntut membentuk LSM yang melacurkan diri minta
dana kepada Luar negeri
5) dampak dari demokrasi yang keblabasan banyak rakyat yang terprovokasi
6) kebebasan Pers merubah perilaku masyarakat jadi tambah beringas
7) politik balas dendam diantara para elit menambah kegaduhan .etc.etc
Ancaman Luar negeri :
1) kemajuan IT dan satelite intelejen negara adidaya mampu membobol sistem pertahanan Negara.
2) kualitas tim kontra intelejen asing dalam negeri belum teruji ke handalannya.
3) Dana negara adidaya cukup besar untuk membiayai aktivitas intelejennya
4)Kemampuan militer negara adidaya dan sekutunya belum ada tandingannya di dunia ini
5) Penyusupan faham2 dari negara asing mudah meracuni para intelektual dan politisi dalam negeri
sejalan dengan diakomodirnya HAM dan faham demokrsasi di negara kita.
Ancaman militer adalah
Ancaman yang dilakukan oleh militer suatu Negara
atau ancaman bersenjata yang datangnya dari gerakan
kekuatan bersenjata, yang dinilai mengancam atau
membahayakan kedaulatan Negara, keutuhan wilayah
Negara, dan keselamatan segenap bangsa.
Contohnya :
2. berupa agresi militer, pelanggaran wilayah perbatasan,
spionase, sabotase, aksi teror bersenjata, pemberontakan
bersenjata & aksi teror .
Ancaman berdimensi ideologi[sunting | sunting sumber]
Sistem politik internasional mengalami perubahan sejak Uni Soviet runtuh sehingga
paham komunis tidak populer lagi, namun potensi ancaman berbasis ideologi masih tetap
diperhitungkan. Ancaman berbasis ideologi dapat pula dalam bentuk penetrasi nilai-nilai kebebasan
(liberalisme) sehingga dapat memicu proses disintegrasi bangsa.
Ancaman berdimensi politik[sunting | sunting sumber]
Politik merupakan instrumen utama untuk menggerakkan perang. Ini membuktikan bahwa ancaman
politik dapat menumbangkan suatu rezim pemerintahan bahkan dapat menghancurkan suatu
negara. Masyarakat Internasional mengintervensi suatu negara melalui politik seperti Hak Asasi
Manusia (HAM), demokratisasi, penanganan lingkungan hidup, dan
penyeleggaraan pemerintahan yang bersih dan akuntabel.
Ancaman berdimensi ekonomi[sunting | sunting sumber]
Ekonomi merupakan salah satu penentu posisi tawar setiap negara dalam pergaulan internasional.
Kondisi Ekonomi sangat menentukan dalam pertahanan negara. Ancaman
berdimensi ekonomi terbagi menjadi internal dan eksternal.
Ancaman dari internal dapat berupa inflasi, pengangguran, infrastruktur yang tidak memadai, dan
sistem ekonomi yang tidak jelas.
Ancaman dari eksternal dapat berbentuk kinerja ekonomi yang buruk, daya saing rendah,
ketidaksiapan mengahadapi globalisasi dan tingkat ketergantungan terhadap pihak asing.
Ancaman berdimensi sosial budaya[sunting | sunting sumber]
Ancaman sosial budaya berupa isu-isu kemiskinan, kebodohan, keterbelakangan, dan ketidakadilan
yang menjadi dasar timbulnya konflik vertikal antara pemerintah pusat dan daerah,
dan konflik horizontal yaitu suku, agama, ras, dan antar golongan (SARA).
Pada tahun 1994 saja, misalnya, 18 peperangan dari 23 peperangan yang terjadi di dunia
diakibatkan oleh sentimen-sentimen budaya, agama dan etnis. Sementara itu, 75 persen dari
pengungsi dunia yang mengalir ke berbagai negara lainnya didorong oleh alasan yang sama pula.
Sementara itu, 8 dari 13 operasi pasukan perdamaian yang dijalankan PBB ditujukan untuk
mengupayakan terciptanya perdamaian di berbagai konflik antar etnis di dunia.[1]
3. Ancaman berdimensi teknologi dan informasi[sunting | sunting sumber]
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi sangat pesat dan membawa manfaat yang besar bagi
masyarakat tapi kejahatan mengikuti perkembangan tersebut seperti kejahatan siber dan kejahatan
perbankan.
Ancaman berdimensi keselamatan umum[sunting | sunting sumber]
Ancaman bagi keselamatan umum dapat terjadi karena bencana alam, misalnya gempa bumi,
meletusnya gunung, dan tsunami. Ancaman karena manusia, misalnya penggunaan obat-
obatan dan bahan kimia, pembuangan limbah industri, kebakaran, kecelakaan transportasi.