1. PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF YANG INKLUSIF DAN
BERKELANJUTAN UNTUK MENINGKATKAN DAYA SAING
SEKTORPARIWISATA DI PROVINSI SUMATERA BARAT
Disusun oleh :
Edwin Mangatur Tampubolon, S.Kom, Pasaribu, SST.Par, M.Si Par, Feri Ferdian,
S.ST., M.M., Ph.D. CHE, Ir.Elida Suryani, Yulia Hastuti, SE, MM, Yonerita ST .MM,
Hetty Sunarti. SAP, M.M
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
PROVINSI SUMATERA BARAT
2. 2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Sumatera Barat merupakan provinsi di Indonesia dengan karakteristik
ekonomi yang unik. Secara makro, pembangunan berimbang di Sumatera Barat
cukup berhasil dalam pencapaian rasio IPM dan Gini, namun pertumbuhan
ekonomi dan kesejahteraan masyarakat dalam PDRB per kapita umumnya relatif
rendah. Antara tahun 2006 hingga 2015, pertumbuhan ekonomi daerah
menunjukkan tren penurunan dan ancaman ketimpangan wilayah, terutama dari
Riau dan Sumatera Utara, yang semakin dinamis dan agresif.
Menghadapi kondisi tersebut, Sumatera Barat perlu proaktif mencari dan
menemukan sumber pertumbuhan ekonomi baru yang dapat mengakselerasi
pertumbuhan ekonomi daerah serta mewujudkan pembangunan inklusif yang lebih
berkualitas. Ekonomi kreatif lahir sebagai konsep ekonomi baru yang dianggap
sesuai dengan karakter ekonomi daerah Sumatera Barat Barat karena
mengedepankan sumber daya manusia yang kreatif daripada supremasi industri
yang capital intensive. Sumatera Barat Barat dikenal memiliki kekayaan akar social
budaya yang unik yang menjadikannya memiliki posisi yang kuat dalam
menciptakan local brand. Sumatera Barat Barat juga dikenal memiliki karakter
kewirausahaan yang alami yang bisa dijadikan sebagai langkah awal
pengembangan ekonomi kreatif.
Banyak sektor ekonomi kreatif yang berdiri di Sumatera Barat yang terdiri
dari 17 kategori ekonomi kreatif. Akan tetapi, sektor ekonomi kreatif memang
dalam penghitungannya masih bercampur dengan sektor induknya yang
konvensional. Berikut disajikan data PDRB Provinsi Sumatera Barat tahun 2020-
2022 dalam Gambar 1.1
3. 3
Gambar 1.1 . Pertumbuhan PDRB Provinsi Sumatera Barat Menurut
Lapangan Usaha2020-2022
Sumber : sumbar.bps.go.id, 2023
Sumatera Barat menyumbang 6,66% terhadap perekonomian di Pulau
Sumatera dan hanya 1,47% terhadap perekonomian Nasional. Pertumbuhan
ekonomi Sumatera Barat merupakan urutan ke -5 dibanding provinsi lain di Pulau
Sumatera. Pertumbuhan ekonomi tertinggi di Pulau Sumatera, yaitu Provinsi
Sumsel dan yang terendah yaitu Provinsi Aceh.
Disamping itu, perekonomian Sumatera Barat tahun 2022 yang diukur
berdasarkan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga berlaku
mencapai Rp285,38 triliun dan PDRB perkapita mencapai Rp50,59 juta atau
US$3.571,02. Ekonomi Sumatera Barat tahun 2022 tumbuh sebesar 4,36 persen,
lebih tinggi dibanding tahun 2021 yang tumbuh sebesar 3,29 persen. Ekonomi
Sumatera Barat triwulan IV-2022 terhadap triwulan IV-2021 mengalami
pertumbuhan sebesar 4,15 persen (y-on-y). Ekonomi Sumatera Barat triwulan IV-
2022 terhadap triwulan sebelumnya mengalami pertumbuhan sebesar 2,30 persen
(q-to-q). Penurunan PDRB pada beberapa sektor tersebut merupakan dampak dari
adanya pandemi Covid-19 yang mulai terjadi pada tahun 2020 yang menyebabkan
pemerintah melakukan berbagai kebijakan untuk membatasi kegiatan ekonomi
masyarakat.
Dinas Pariwisata Provinsi Sumatera Barat mencatat jumlah UKM industri
kreatif pada tahun 2018 di 10 (sepuluh) Kab/Kota sebanyak 394 unit. Berikut
merupakan jumlah UKM industri kretif di Sumatera Barat:
4. 4
Tabel 1.1 Jumlah UKM Industri Kretaif Sumatera Barat Tahun 2018
No Kabupaten/Kota
Unit UKM Industri
Kreatif
1 Kabupaten Pasaman Barat 34
2 Kabupaten Solok Selatan 47
3 Kota Solok 35
4 Kota Padang Panjang 32
5 Kabupaten Solok 49
6 Kabupaten Sijunjung 44
7 Kabupaten Dharmasraya 44
8 Kabupaten Padang Pariaman 40
9 Kota Padang 52
10 Kabupaten Pasaman 17
Sumber, Dinas Pariwisata Sumatera Barat, Tahun 2018
Berdasarkan tabel di atas dapat disimpulkan bahwa kota Padang merupakan
daerah di Sumatera Barat yang memiliki jumlah pelaku usaha ekonomi kreatif
terbanyak yaitu sebanyak 52 unit, bergerak di 10 sub sektor industri kreatif yaitu
Desain Produk, fashion, Film, Animasi dan Vidio, Fotografi, Kriya, Kuliner,
Musik, Seni Pertunjukan, Seni Rupa dan Televisi-Radio (Dinas Pariwisata Sumbar,
2018).
Selain jumlah industri ekonomi kreatif yang cukup banyak di Sumatera
Barat, ekonomi kreatif menjadi leading sektor dalam pariwisata berkelanjutan yang
dapat mendorong peningkatan jumlah wisatawan dan meningkatkan nilai ekonomi
pada semua sektor potensial di Sumbar. Hal ini sejalan dengan konsep tahun
kunjungan kerja wisata Sumbar yang dibungkus dengan brand “Visit Beautiful West
Sumatera Barat 2023”.
Dalam upaya mendorong peningkatan jumlah wisatawan sekitar 8,2 juta
jiwa pada tahun 2023, Sumbar melakukan aktivasi melalui Visit Beautiful West
Sumatera Barat 2023 (VBWS). Hal ini sangat erat kaitannya dengan kesiapan dan
persiapan produk ekonomi kreatif yang ada di Sumatera Barat. Namun, dalam
upaya mendukung kepariwisataan Sumatera Barat, khususnya melalui program
Visit Beautiful West Sumatera Barat 2023, sektor ekonomi kreatif Sumatera Barat
masih menghadapi permasalahan-permasalahan seperti: belum semua dinas
pariwisata di kabupaten/kota memasukkan unsur pengembangan ekonomi kreatif
5. 5
menjadi sasaran pembangunan pariwisata di daerah mereka masing-masing;
pengembangan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sumbar belum didukung oleh
kelembagaan dan sumber daya manusia yang kredibel dan kompeten; dan
pengembangan ekonomi kreatif belum optimal dalam memberikan kontribusi
terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat (Sumber: Renstra Dispar Sumbar
2017-2021)
Nurmilah (2016) menyatakan bahwa pembangunan suatu wilayah dapat
didukung oleh adanya pengembangan ekonomi kreatif. Dalam upaya melaksanakan
strategi pengembangan sektor ekonomi kreatif ini, harus difokuskan dengan
menggali potensi dan permasalahan dalam ekonomi kreatif yang outputnya adalah
mendapatkan strategi kebijakan yang tepat dalam program pengembangan
ekonomi kreatif ke depan. Pengembangan ekonomi kreatif diharapkan dapat
mengefisiensikan pembangunan daerah dan dapat merubah sistem perekonomian,
serta kebijakan pemerintah ke arah yang lebih baik. Dimanaekonomi kreatif ini
memiliki potensi dan peranan yang cukup strategis dalam memberikan efek ke
depan yang positif, dalam hal menciptakan lapangan pekerjaan yang akan
berdampak pada kesejahteraan masyarakat.
Sumatera Barat dengan kekayaan dan keanekaragaman kebudayaan
memiliki prospek yang tinggi dalam mengembangkan ekonomi kreatif, produk-
produk ekonomi kreatif seperti; penciptaan kreasi-kreasi dengan unsur-unsur
budaya yang memiliki potensi untuk dikembangkan menjadi industri kreatif (Dinas
Pariwisata Provinsi Sumbar, 2018). Sektor industri kreatif berasal dari
pemanfaatan keterampilan, kreativitas dan bakat individu dalam menciptakan
kesejahteraan dan lapangan kerja. Industri ini berfokus dalam memperdayakan
daya cipta dan daya kreasi suatu individu (Departemen Perdagangan, 2008).
Dengan mengembangkan ekonomi kreatif, diharapkan pertumbuhan
ekonomi Provinsi Sumatera Barat dapat terdorong kembali. Pemerintah Daerah
diharapkan tidak hanya mengejar pertumbuhan ekonomi saja, tetapi juga
pembangunan daerah yang lebih inklusif dan berkelanjutan. Bappenas melakukan
perhitungan terkait dengan Indeks Pembangunan Ekonomi Inklusif dengan tiga
pilar, yaitu (1) pertumbuhan dan perkembangan ekonomi, (2) pemerataan
pendapatan dan pengurangan kemiskinan, (3) perluasan akses dan kesempatan.
Gambar 1.2 menunjukkan Indeks Pembangunan Ekonomi Inklusif Provinsi
6. 6
Sumatera Barat selama tahun 2016-2020.
Sumber: https://inklusif.bappenas.go.id/data, 2023
Sumber : Bappenas RI (2021)
Gambar 1.2. Indeks Pembangunan Ekonomi Inklusif Provinsi Sumatera
Barat tahun 2016-2020.
Selama lima tahun, Indeks Pembangunan Ekonomi Inklusif Provinsi
Sumatera Barat cenderung fluktuatif. Oleh karena itu, perlu upaya lebih massif agar
arah pembangunan Provinsi Sumatera Barat dapat mengurangi ketimpangan
pendapatan, mengurangi angka kemiskinan dan memberikan lebih banyak akses
dan kesempatan kepada masyarakat. Hal utama lainnya juga harus fokus untuk
7. 7
pembangunan provinsi yang berkelanjutan. Dalam Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi Sumatera Barat tahun 2021-2026
dicantumkan bahwa Pembangunan pariwisata tidak lepas dari peran serta
stakeholder terkait, yang terdiri dari : pemerintah, perguruan tinggi, industri,
komunitas, media, (disebut dengan Pentahelix Pariwisata) dan permodalan (disebut
dengan Hexahelix Ekonomi Kreatif). Seluruh unsur Pentahelix Pariwisata dan
Hexahelix Ekonomi Kreatif (akademisi, bisnis, pemerintah, komunitas, media dan
permodalan) diharapkan dapat bekerjasama dengan baik agar dapat melakukan
tindakan konkrit serta kebijakan yang efektif dan komprehensif dalam
pengembangan pariwisata. Upaya kolaborasi yang telah dilakukan saat ini oleh
masing-masing unsur Pentahelix Pariwisata dan Hexahelix Ekonomi Kreatif masih
perlu dioptimalkan untuk kemajuan pariwisata Sumatera Barat ke depannya.
Dalam RPJMD tersebut, juga dinyatakan beberapa permasalahan pariwisata
dan ekonomi kreatif seperti: belum tergalinya produk unggulan pariwisata dan
ekonomi kreatif di masing-masing kab/kota; kerjasama antara pentahelix pariwisata
serta hexahelix ekonomi kreatif belum optimal; pengembangan ekonomi kreatif
belum mengacu kepada industri budaya lokal; masih rendahnya kapasitas SDM
serta produk Pariwisata dan Ekonomi Kreatif yang berdaya saing.
Selain mengacu pada permasalahan yang ditemukan dalam RPJMD,
penulis juga melakukan survei awal pada beberapa kabupaten/kota yang akan
menjadi lokus dalam penelitian. Diantaranya Kabupaten Kepulauan Mentawai,
masih banyak ditemukan permasalahan terkait dengan pengembangan ekraf seperti
terbatasnya SDM bidang ekraf dan pariwisata, perlu peningkatan produk ekraf
layak dijual jika kita bandingkan dengan Bali, potensi seperti kayu sengon yang
dijadikan ekraf seperti patung, dan juga permasalahan terkait dengan
pasar/pemasaran yang mana selama ini pasar yang dituju adalah wisatawan asing
yang belum tentu membeli produk ekraf sedangkan bagi wisatawan lokal dan
domestik harga produk ekraf masih dianggap tinggi. Selanjutnya Kota Sawahlunto
juga masih ditemukan permasalahan belum berkembangnya ekraf yang ada di kota
ini, padahal kota ini penghasil Songket Silungkang yang sudah dikenal. Masyarakat
hanya sebagai pembuat songket, sementara yang banyak memperoleh keuntungan
dari pihak luar yang memasarkan produk songket yang dibuat masyarakat. Begitu
juga dengan produk ekraf lainya yang masih terkendala dalam produksi yang belum
8. 8
layak jual terutama dalam pengemasan dan juga pemasaran produk ekraf yang ada.Berbeda
dengan Kabupaten Tanah Datar, ekraf yang ada sudah mulai berkembang dan sudah
banyak muncul pada destinasi wisata yang ada di kabupaten ini. Namun masih ada
ditemukan permasalahan terkait dengan pembinaan SDM ekraf, modal, dan pemasaran
produk yang ditawarkan oleh pelaku ekraf. Selain itu permasalahan E kraf juga ditemui di
Kabupaten Sijunjung, dimana usaha ekonomi kreatif di Kabupaten ini Sijunjung
belum berkembang. Saat ini baru terdapat pusat kuliner di Kampung Baru, namun
perkembangannya belum signifikan. Disisi lain,produk songket corak dan ecoprint
sudah mulai baik, namun pemasarannya hanya saat event-event saja. Belum ada
souvenir yang khas dari Kabupaten ini. Permasalahan lain adalah pada modal,
pemasaran, sehingga skala produksi masuh rendah dan belum mampu memenuhi
permintaan pasar. Permasalahan yang sama juga terjadi di Kabupaten Pasaman
Barat, yaitu permasalahan Modal, Pemasaran dan Bahan Baku, walaupun
Kabupaten ini juga memiliki potensi ekonomi kreatif yang tidak kalah saing dari
Kabupaten/Kota lainnya di Sumatera Barat. Jika dilihat dari 5 kabupaten/kota yang
sudah dilakukan survei awal, diasumsikan bahwa masihterjadi permasalahan yang sama
untuk kabupaten/kota lainya yang ada di Sumatera Barat.
Salah satu sektor yang dapat diarahkan terkait dengan pengembangan
inklusif dan berkelanjutan adalah ekonomi kreatif. Dalam pengembangan ekonomi
kreatif dapat didorong untuk lebih. Callanan dan Moellenbrock (2019) menyatakan
bahwa ekonomi kreatif yang inklusif dan berkelanjutan memuat hal-hal berikut : (1)
Keterbukaan & Eksperimen (Openness & Experimentation), (2) Keragaman &
Inklusi (Diversity & Inclusion), dan (3) Tradisi & Inovasi (Tradition & Innovation).
Ekonomi kreatif dapat memberikan kesempatan kepada semua pihak, bagi usaha
besar maupun UMKM untuk terlibat dalam kegiatan bisnis dan memberikan
keuntungan secara ekonomi. Penelitian yang dilakukan oleh Soekarno dkk (2019),
pengembangan ekonomi kreatif dapat didorong dengan pendekatan hexahelix
ABCGMF dengan melibatkan banyak kelompok kepentingan, seperti Akademisi
(Academics), Swasta (Business), Masyarakat (Civil Society), Pemerintah
(Government), Media (Media) dan Lembaga Keuangan (Financial Institution).
Masing-masing pihak dalam model hexahelix tersebut peran masing-masing yang
dapat mendorong pertumbuhan Ekonomi Kreatif.
9. 9
Dampak pandemi covid-19 telah merubah pola transaksi bisnis dari luring
ke daring memberikan peluang kepada sektor-sektor ekonomi kreatif Provinsi
Sumatera Barat untuk tumbuh, seperti Aplikasi dan Game, Musik, Kuliner, Fashion,
dan Kriya. Namun, Perkembangan ekonomi kreatif di Provinsi Sumatera Barat ini
memang seakan terlihat belum terpetakan dan terpola. Bahkan untuk mencari data
perkembangannya pun bukanlah sesuatu yang mudah. Oleh karena itu, memang
memerlukan kajian untuk melihat bagaimana perkembangan ekonomi kreatif di
Provinsi Sumatera Barat seperti pada kategori-kategori yang telah dijelaskan di
atas. Kemudian, perlu upaya untuk melihat bagaimana pola perkembangannya saat
ini dan bagaimana upaya pengembangannya.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat disusun pertanyaan
penelitian sebagai berikut:
1. Bagaimana implementasi peran Hexahelix dalam mendorong perkembangan
usaha Ekonomi Kreatif (E-Kraf) di Provinsi Sumatera Barat, khususnya di
Kabupaten Pasaman Barat, Kota Sawahlunto, Kabupaten Sijunjung,
Kabupaten Tanah Datar, dan Kabupaten Kepulauan Mentawai?
2. Bagaimana kinerja bisnis usaha Ekonomi Kreatif (E-Kraf) di Provinsi
Sumatera Barat, khususnya di Kabupaten Pasaman Barat, Kota Sawahlunto,
Kabupaten Sijunjung, Kabupaten Tanah Datar, dan Kabupaten Kepulauan
Mentawai?
3. Bagaimana keunggulan kompetitif usaha Ekonomi Kreatif (E-Kraf) di
Provinsi Sumatera Barat, khususnya di Kabupaten Pasaman Barat, Kota
Sawahlunto, Kabupaten Sijunjung, Kabupaten Tanah Datar, dan Kabupaten
Kepulauan Mentawai?
4. Bagaimana pengaruh implementasi peran hexahelix dalam pengembangan
ekonomi kreatifyang inklusif dan berkelanjutan dilihat dari kinerja bisnis dan
dan keunggulan kompetitif bisnis usaha Ekonomi Kreatif (E-Kraf) di Provinsi
Sumatera Barat, khususnya di Kabupaten Pasaman Barat, Kota Sawahlunto,
Kabupaten Sijunjung, Kabupaten Tanah Datar, dan Kabupaten Kepulauan
Mentawai?
10. 1
0
1.3. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari disusunnya penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Menganalisis implementasi peran Hexahelix dalam mendorong perkembangan
usaha Ekonomi Kreatif (E-Kraf) di Provinsi Sumatera Barat, khususnya di
Kabupaten Pasaman Barat, Kota Sawahlunto, Kabupaten Sijunjung,
Kabupaten Tanah Datar, dan Kabupaten Kepulauan Mentawai;
2. Menganalisis kinerja bisnis usaha Ekonomi Kreatif (E-Kraf) di Provinsi
Sumatera Barat, khususnya di Kabupaten Pasaman Barat, Kota Sawahlunto,
Kabupaten Sijunjung, Kabupaten Tanah Datar, dan Kabupaten Kepulauan
Mentawai;
3. Menganalisis keunggulan kompetitif usaha Ekonomi Kreatif (E-Kraf) di
Provinsi Sumatera Barat, khususnya di Kabupaten Pasaman Barat, Kota
Sawahlunto, Kabupaten Sijunjung, Kabupaten Tanah Datar, dan Kabupaten
Kepulauan Mentawai;
4. Menganalisis implementasi peran hexahelix dalam pengembangan ekonomi
kreatif yang inklusif dan berkelanjutan dilihat dari kinerja bisnis dan dan
keunggulan kompetitif usaha Ekonomi Kreatif (E-Kraf) di Provinsi Sumatera
Barat, khususnya di Kabupaten Pasaman Barat, Kota Sawahlunto, Kabupaten
Sijunjung, Kabupaten Tanah Datar, dan Kabupaten Kepulauan Mentawai.
1.3 Sasaran
Adapun yang menjadi sasaran dari penelitian ini adalah pelaku usaha ekonomi
kreatif di 5 (Lima) Kota dan Kabupaten di Sumatera Barat (Kota Sawahlunto,
Kabupaten Sijunjung, Kabupaten Kepulauan Mentawai, Kabupaten Pasaman Barat,
dan Kabupaten Tanah Datar) serta OPD terkait pada sektor pariwisata dan ekonomi
kreatif.
1.4 Ruang Lingkup
Penelitian ini akan dilakukan di 5 (Lima) Kota dan Kabupaten di Sumatera
Barat (Kota Sawahlunto, Kabupaten Sijunjung, Kabupaten Kepulauan Mentawai,
Kabupaten Pasaman Barat, dan Kabupaten Tanah Datar), pada bulan April-
September 2023.
11. 1
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Ekonomi Kreatif
Berdasarkan Perpres Nomor 142 tahun 2018 tentang Rencana Induk
Pengembangan Ekonomi Kreatif Nasional Tahun 2018-2025, “Ekonomi Kreatif
adalah perwujudan nilai tambah dari suatu ide atau gagasan kekayaan intelektual
yang mengandung keorisinalan, lahir dari kreativitai intelektual manusia, berbasis
ilmu pengetahuan dan teknologi, keterampilan, serta warisan budaya”.
Diperkuat pula oleh Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2019 tentang Ekonomi
Kreatif, dinyatakan bahwa: “ Ekonomi Kreatif adalah perwujudan nilai tambah
dari kekayaan intelektual yang bersumber dari kreativitas manusia yang berbasis
warisan budaya, ilmu pengetahuan, dan/atau teknologi.”
Ekonomi kreatif adalah tentang menggunakan kreativitas untuk membuat hal-hal
baru dan melindunginya dengan aturan khusus. Ini dapat terjadi dalam hal- hal
seperti seni, sains, dan teknologi (BEKRAF, 2017). Ketika menggunakan
kreativitas untuk membuat sesuatu, itu menjadi lebih berharga. Dalam ekonomi
kreatif, tidak hanya ingin menghasilkan keuntungan, tetapi juga membuat hal-hal
yang bermanfaat bagi masyarakat, budaya, dan lingkungan.
Ekonomi kreatif adalah cara berbisnis yang berfokus pada penggunaan ide dan
kreativitas untuk menghasilkan keuntungan. Hal terpenting dalam ekonomi kreatif
adalah berkreasi dan membuat sesuatu yang berbeda dan istimewa. Tetapi juga
penting untuk membuat hal-hal yang baik dan bernilai banyak keuntungan. Hal-
hal seperti hobi bukan bagian dari ekonomi kreatif.
12. 2
Ekonomi kreatif adalah tentang menggunakan imajinasi dan menghasilkan ide-ide
baru untuk membuat segalanya menjadi lebih baik. Ini penting karena membantu
menemukan cara agar semuanya tetap berjalan dan tidak kehabisan sumber daya.
Ini seperti permainan bertahan hidup, di mana menggunakan kreativitas untuk
menjaga agar semuanya tetap berjalan. Alih-alih menggunakan semua sumber
daya yang dapat diperbarui, seperti ide, bakat, dan kreativitas(Polnya, 2015).
Menurut para ahli, gagasan Howkins tentang ekonomi kreatif sebagai generasi
nilai melalui gagasan menunjukkan bahwa individu menginvestasikan banyak
waktu dalam pembuatan gagasan dan memanfaatkan gagasan tersebut untuk
menghasilkan hasil yang berharga. Ini bukan hanya hal satu kali, tetapi sesuatu
yang terjadi berulang kali. Hal ini membantu menemukan cara yang lebih baik
untuk melakukan sesuatu dan membuat hasil menjadi lebih baik.
13. 3
Sumber: Ekonomi Kreatif, BEKRAF 2019
Gambar 2.1 Manfaat Ekonomi Kreatif dibandingkan dengan ekonomi konvensional.
UU Ekonomi Kreatif No. 24 Tahun 2019. Dalam undang-undang ini yang
dimaksud dengan ekonomi kreatif adalah perwujudan nilai tambah kekayaan
intelektual yang dihasilkan dari kreativitas berdasarkan warisan budaya manusia,
sains dan teknologi.
Keputusan Presiden Nomor 72 Tahun 2015 merupakan peraturan yang
dibuat oleh presiden yang membahas tentang perubahan suatu kelompok yang
disebut Dewan Ekonomi Kreatif. Aturan ini memperjelas berbagai jenis pekerjaan
di ekonomi kreatif. Ada 16 jenis untuk membantu masyarakat memahami pekerjaan
yang termasuk dalam ekonomi kreatif. Berikut ini adalah daftar berbagai bidang
kreatif yang dapat dikejar individu sebagai karier. Ini termasuk membuat film,
animasi, dan video, mengembangkan aplikasi dan game, membuat musik,
merancang arsitektur dan komunikasi visual, memproduksi barang-barang fashion
dan kerajinan, seni kuliner, desain interior, desain produk, fotografi, periklanan,
penerbitan, seni pertunjukan, seni rupa, dan bekerja di penyiaran televisi dan radio.
14. 4
Masing-masing bidang ini menawarkan peluang unik untuk ekspresi kreatif dan
pertumbuhan karier.
Berdasarkan Perpres Nomor 142 tahun 2018 tentang Rencana Induk
Pengembangan Ekonomi Kreatif Nasional Tahun 2018-2025 usaha ekraf terdiri
dari 16 subsektor yaitu:
a. aplikasi dan game developer;
b. arsitektur;
c. desain interior;
d. desain komunikasi visual;
e. desain produk;
f. fashion;
g. film, animasi dan video;
h. fotografi;
i. kriya;
j. kuliner;
k. musik;
l. penerbitan;
m. periklanan;
n. seni pertunjukan;
o. seni rupa; dan
p. televisi dan radio.
Indikator pertama keberlanjutan ekonomi kreatif dalam industri kreatif
adalah produksi (Hartono, 2010) :
1. Produksi
Menurut Adiwarman, teori produksi bertujuan untuk menawarkan
wawasan tentang perilaku perusahaan dalam memperoleh dan
memanfaatkan sumber daya untuk memproduksi dan menjual produk atau
15. 5
output. Selain itu, Adiwarman mengemukakan bahwa teori produksi juga
memberikan penjelasan tentang bagaimana produsen berusaha untuk
memaksimalkan keuntungan dan meningkatkan efisiensi produksi.
Tri Pracoyo dan Antyo Pracoyo mendefinisikan Produksi adalah
ketika menggunakan berbagai hal untuk membuat sesuatu yang baru. Ini
bukan hanya tentang membuat sesuatu, tetapi juga tentang menjualnya
2. Pasar dan Pemasaran
Pasar adalah tempat di mana individu terlibat dalam pembelian dan
penjualan barang. Ini adalah kumpulan orang-orang yang memiliki minat
beli atau jual yang sama (Kotler, 2008). Djasalim S mendefinisikan pasar
sebagai sekelompok individu yang memiliki sumber keuangan untuk
memenuhi kebutuhan dan keinginan khusus melalui aktivitas jual beli.
Lebih lanjut Djasalim S menjelaskan bahwa pemasaran melibatkan
serangkaian tindakan yang dilakukan oleh perusahaan untuk menciptakan
dan memasarkan produk yang sesuai dengan permintaan audiens dan
memenuhi tujuan perusahaan. Selanjutnya, Kotler dan Armstrong
mendefinisikan pemasaran sebagai kumpulan proses dan fungsi dalam
suatu organisasi yang memfasilitasi interaksi pelanggan dan manajemen
hubungan untuk mencapai manfaat bagi semua pemangku kepentingan.
3. Manajemen dan Keuangan
Menurut Mary Parker Follet, manajemen dapat didefinisikan sebagai
kemampuan terampil untuk menyelesaikan tugas dengan memanfaatkan
dan mengkoordinasikan upaya orang lain secara efektif. Memperluas ide
ini, Stoner menunjukkan bahwa peran seorang manajer sebanding dengan
peran seorang seniman, tidak hanya membutuhkan kreativitas dan inovasi,
tetapi juga tanggung jawab tambahan perencanaan strategis,
pengorganisasian sumber daya, memberikan instruksi kepada bawahan,
dan memastikan pelaksanaan tanpa hambatan. rencana (Rokhayati, 2014).
Manajemen mencakup pendekatan multifaset yang menggabungkan
bakat artistik dengan perencanaan yang cermat dan pendelegasian
yangefektif, yang pada akhirnya bertujuan untuk mencapai hasil yang
diinginkan sambil mengawasi kelancaran fungsi operasi. Untuk menjamin
16. 6
ekonomi yang berkeadilan bagi setiap orang dan menjaga kelestarian
lingkungan, pembangunan ekonomi daerah ke depan harus mengutamakan
pemberdayaan individu di setiap daerah dan pemanfaatan sumber daya
alam secara berkelanjutan. Syamsul Bahri menyarankan untuk mengikuti
beberapa pedoman penting dalam mengembangkan ekonomi di setiap
daerah.
Manajemen keuangan seperti teka-teki yang membantu seseorang
yang bertanggung jawab di sebuah perusahaan mencari cara untuk
mendapatkan dan menggunakan dengan cara terbaik untuk membuat
perusahaan sukses dan membantu orang-orang yang memiliki perusahaan
tersebut. (Fahmi, 2014).
4. Kebijakan Pemerintah
Pemerintah adalah sekelompok besar orang yang bertugas
menjalankan negara. Kebijakan pemerintah memiliki kekuatan untuk
membuat dan menegakkan aturan dan hukum agar semuanya berjalan
lancar. Ada berbagai tingkat pemerintahan, seperti pemerintahan utama
dan pemerintahan yang lebih kecil yang berfokus pada bidang tertentu.
Pemerintah pusat dan pemerintah daerah sama-sama terlibat dalam
membantu pertumbuhan ekonomi kreatif. Ini berarti membantu dengan
hal-hal seperti bisnis dan pekerjaan, tetapi juga dengan pengembangan
ideologi, politik, sosial, dan budaya (Moelyono, 2010).
5. Kondisi Ekonomi
Untuk menjamin ekonomi yang berkeadilan bagi setiap orang dan
menjaga kelestarian lingkungan, pembangunan ekonomi daerah ke depan
harus mengutamakan pemberdayaan individu di setiap daerah dan
pemanfaatan sumber daya alam secara berkelanjutan. Syamsul Bahri
menyarankan untuk mengikuti beberapa pedoman penting dalam
mengembangkan ekonomi di setiap daerah.
a. Pedoman ini termasuk mengatur ekonomi berdasarkan sistem
kerakyatan yang mendorong kemajuan dan kesejahteraan yang
merata bagi semua.
b. Otonomi daerah dan partisipasi aktif dari masyarakat lokal harus
17. 7
ditekankan.
c. Prioritas harus diberikan pada efisiensi, dengan fokus pada
peningkatan kemampuan manusia dan teknologi untuk mendukung
pembangunan berkelanjutan dan meningkatkan daya saing.
d. Ekspansi ekonomi global harus tetap dilanjutkan, namun dengan
fokus untuk mendorong pertumbuhan ekonomi di tingkat regional.
e. Pada tataran ekonomi makro, mengelola ekonomi daerah secara
bertanggung jawab dan disiplin sangat penting untuk mengatasi
ketidakpastian yang disebabkan oleh globalisasi.
f. Transparansi dan tanggung jawab sangat penting dalam pengelolaan
urusan publik, negara, dan masyarakat, dan pemerintah daerah harus
tetap tidak memihak dan menjaga jarak dari bisnis dan lembaga
(Sulistyo, 2010).
6. Lingkungan
Perusahaan bukan hanya bisnis yang menghasilkan keuntungan,
tetapi juga memiliki peran dalam masyarakat. Perusahaan yang hanya
peduli menghasilkan keuntungan mungkin memiliki masalah.
Ketika sebuah perusahaan dimulai, orang-orang yang membuatnya
ingin terus menjadi semakin besar tanpa merugikan siapa pun atau
lingkungan. Untuk melakukan ini, perusahaan harus pandai berteman dan
menjaga hal-hal seperti tempat bekerja dan orang-orang yang bekerja di
sana. Perlu memastikan pelanggan senang dan semuanya diatur untuk
menghasilkan keuntungan bagi orang-orang yang memiliki perusahaan
(Hediana, 2015).
7. Kemitraan Usaha
Pengertian kemitraan menurut Undang-Undang Nomor 9 Tahun
1995 adalah perusahaan kecil bekerja sama dengan perusahaan besar untuk
saling membantu tumbuh dan saling menguntungkan dalam pengembangan
perusahaan (Widjaja, 2000). Kemitraan dapat diartikan sebagai strategi
bisnis yang dilakukan oleh dua pihak atau lebih dalam jangka waktu
tertentu untuk mencapai keuntungan bersama berdasarkan saling
membutuhkan dan saling mendukung.
18. 8
Berdasarkan Perpres Nomor 142 tahun 2018 tentang Rencana
Induk Pengembangan Ekonomi Kreatif Nasional Tahun 2018-2025,
Prinsip pengembangan Ekonomi Kreatif nasional meliputi:
1. pemberdayaan sumber daya manusia kreatif untuk mewujudkan
kreativitasnya- menjadi produk dan/atau jasa yang dilindungi oleh hak
kekayaan intelektual;
2. peningkatan literasi mengenai pola pikir desain bertujuan untuk
mentransformasikan kreativitas menjadi inovasi;
3. penciptaan karya kreatif menggunakan warisan budaya sebagai sumber
inspirasi untuk- menciptakan- keunikan dan memperkuat jati diri,
internasional; persatuan dan kesatuan, serta eksistensi bangsa tnaonesia
di forum dan
4. pengembangan dan pemanfaatan media sebagai saluran distribusi dan
meningkatkan presentasi karya dan konten kreatif lokal yang Lert
uatitas untuk apresiasi dan pengakuan masyarakat Indonesia dan dunia.
Selain itu, didalam Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2019 tentang
Ekonomi Kreatif, dicantumkan bahwa Pengembangan Ekosistem Ekonomi
Kreatif dilakukan melalui:
a. pengembangan riset;
b. pengembangan pendidikan;
c. fasilitasi pendanaan dan pembiayaan;
d. penyediaan infrastruktur;
e. pengembangan sistem pemasaran;
f. pemberian insentif;
g. fasilitasi kekayaan intelektual; dan
h. pelindungan hasil kreativitas.
19. 9
Merujuk pada Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Barat Nomor 02 Tahun
2023 tentang Pengembangan Ekonomi Kreatif, Pemerintah Daerah dalam
Pengembangan Ekonomi Kreatif bertanggungjawab untuk:
a. menyediakan sarana dan prasarana Kota Kreatif yang memberikan ruang
untuk tumbuh dan berkembangnya Komunitas Kreatif;
b. memfasilitasi pengembangan kelompok super kreatif dan profesional
kreatif untuk menghasilkan produk baru berbasis inovasi;
c. memfasilitasi pengembangan riset berorientasi inovasi;
d. menginventarisasi kekayaan intelektual hasil pengembangan kreativitas,
memfasilitasi pengembangan kekayaan intelektual, dan perlindungan hasil
kreativitas;
e. memfasilitasi digitalisasi sektor Ekonomi Kreatif; dan
f. memfasilitasi pengembangan jejaring Ekonomi Kreatif yang
menghasilkan stabilitas nilai ekonomi produk Ekonomi Kreatif.
Hal ini diperkuat pula dalam Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Barat
Nomor 14 Tahun 2019 Tentang Perubahan Atas Perubahan Peraturan
Daerah Nomor 3 Thhun 2014 Tentang Rencana Induk Pembangunan
Kepariwisataan Provinsi Sumatera Barat Tahun 2014-2025, salah satu
strategi untuk pembangunan Daya Tarik Wisata di Provinsi Sumatera Barat
adalah: “Mendorong seluruh aspek Ekonomi Kreatif sesuai dengan
kebudayaan, teknologi, kreativitas, dan inovasi masyarakat”
2. Pertumbuhan Inklusif
Pertumbuhan inklusif adalah konsep multifaset yang melampaui
sekadar penciptaan peluang ekonomi. Hal ini juga menjamin bahwa semua
individu memiliki akses yang adil dan setara terhadap kesempatan ini, tanpa
memandang status sosial atau ekonomi. Pendekatan ini mendorong partisipasi
20. 10
dan manfaat yang setara dari pertumbuhan dan pembangunan ekonomi, karena
setiap orang diberi kesempatan yang sama untuk berkembang. (Hill, Khan,
Zhuang 2012: 2).
Pertumbuhan inklusif mengharuskan pengejaran pertumbuhan
berkelanjutan, pertumbuhan yang menjunjung tinggi lingkungan. Merangkul
strategi pertumbuhan yang sadar lingkungan dan berkelanjutan memerlukan
fokus yang cermat pada keberlanjutan jangka panjang ekosistem dan
lingkungan. Dengan mengadopsi strategi pertumbuhan untuk mencapai target
yang luar biasa tetapi juga memprioritaskan upaya untuk mengekang emisi
karbon, menjamin keamanan energi melalui kemajuan energi terbarukan, dan
dengan rajin mengelola sumber daya berharga seperti hutan, tanah, dan air untuk
mencegah kerusakan pada lingkungan. Dengan demikian, generasi mendatang
akan terlindungi dengan adanya sumber daya alam yang menumbuhkan peluang
ekonomi sambil meminimalkan implikasi sosial yang merugikan.
Upaya untuk mencapai pertumbuhan inklusif adalah melalui upaya
pengentasan kemiskinan. Hal ini dapat dicapai dengan memaksimalkan peluang
ekonomi untuk semua, menyediakan jaring pengaman sosial untuk semua
lapisan masyarakat, dan memastikan akses yang sama terhadap kesempatan
kerja. Ketiga pilar pembangunan inklusif ini sangat bergantung pada aspek
kelembagaan dan tata kelola.
Bappenas, Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Indonesia, baru-
baru ini menciptakan alat inovatif yang dikenal sebagai Indeks Pembangunan
Ekonomi Inklusif. Indeks ini berfungsi sebagai metode komprehensif untuk
mengevaluasi dan melacak tingkat inklusivitas di Indonesia, menganalisis data
di tingkat nasional, provinsi, dan kabupaten/kota.
21. 11
Sumber: Hill, Khan, Zhuang 2012: 2
Gambar 2.2 Rancangan Pertumbuhan yang Inklusif
Dengan memperkenalkan indeks ini, Bappenas bertujuan untuk
memberikan pemahaman yang lebih akurat dan rinci tentang pembangunan
ekonomi Indonesia, memastikan bahwa semua wilayah dan masyarakat di
seluruh negeri diperhitungkan. Indeks inklusivitas merupakan indikator
pembangunan ekonomi yang komprehensif karena memperhitungkan berbagai
faktor seperti pertumbuhan ekonomi, ketimpangan, kemiskinan, akses, dan
peluang. Ini terdiri dari tiga pilar utama, yang selanjutnya dipecah menjadi
delapan sub-pilar dan total 21 indikator. Pendekatan multi-dimensi ini
memastikan evaluasi menyeluruh terhadap inklusivitas dalam masyarakat atau
ekonomi tertentu.
1. Pilar 1 Pertumbuhan dan Perkembangan Ekonomi
1) Pertumbuhan ekonomi
Pembangunan ekonomi inklusif mensyaratkan pertumbuhan ekonomi
yang tinggi, yang mengacu pada penyediaan kebutuhan masyarakat dan
kegiatan ekonomi. Tolok ukur penting untuk mengukur kemajuan
termasuk pertumbuhan riil per kapita, kontribusi sektor manufaktur
terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), dan rasio kredit
bank terhadap PDRB nominal.
22. 12
2) Kesempatan Kerja
Pencapaian indikator-indikator ini sangat penting untuk mendorong
masyarakat yang sejahtera dan berkeadilan. Sangat penting untuk
mengakui bahwa kemakmuran dan kemajuan ekonomi terkait erat
dengan lanskap ketenagakerjaan suatu wilayah. Tersedianya
kesempatan kerja yang melimpah berbanding lurus dengan besarnya
pertumbuhan dan pembangunan ekonomi. Peningkatan jumlah
kesempatan kerja secara positif berdampak pada tingkat produktivitas
dan akibatnya, pembangunan ekonomi secara keseluruhan. Indikator
kunci dari korelasi ini meliputi tingkat kelayakan kerja, persentase
penduduk dengan pekerjaan penuh, dan persentase penduduk aktif
dengan pendidikan menengah atas.
3) Infrastruktur Ekonomi
Tingkat infrastruktur ekonomi secara signifikan berkontribusi dalam
mendorong pertumbuhan ekonomi inklusif yang dapat diakses oleh
individu di semua lapisan masyarakat. Sementara pendapatan tinggi
tetap penting, infrastruktur memainkan peran penting dalam
memfasilitasi pertumbuhan dan memperluas akses masyarakat. Ini
berfungsi sebagai mekanisme pendukung penting dalam mencapai
kemajuan ekonomi yang kuat. Indikator kunci meliputi proporsi rumah
tangga yang menggunakan listrik, persentase penduduk yang memiliki
akses telepon seluler, dan kondisi infrastruktur jalan.
2. Pilar 2 Pemerataan Pendapatan dan Pengurangan Kemiskinan
1) Ketimpangan.
Untuk mendorong lanskap ekonomi yang benar-benar inklusif dan adil,
sangat penting untuk mengatasi dan menghapus kesenjangan pendapatan,
gender, dan distribusi regional. Indikator kunci untuk mengukur
kemajuan dalam upaya ini termasuk indeks pendapatan, proporsi
pendapatan perempuan, serta indeks pengeluaran rata-rata rumah tangga
pedesaan dan perkotaan.
2) Kemiskinan
Pengurangan kemiskinan merupakan prasyarat penting untuk mencapai
pembangunan ekonomi yang inklusif. Selain itu, kemajuan ekonomi
23. 13
yang terjadi di tengah tingginya angka kemiskinan tidak dapat
dipertahankan. Indikator utama kemiskinan meliputi persentase individu
yang hidup dalam kemiskinan dan rata-rata konsumsi protein per kapita
per hari.
3. Pilar 3 Perluasan Akses dan Kesempatan
1) Kapabilitas Manusia
Meningkatnya akses dan kesempatan disertai dengan adanya individu-
individu terampil yang dapat memberikan kontribusi besar bagi
kemajuan ekonomi secara keseluruhan. Kemajuan dapat diukur dengan
faktor-faktor seperti durasi pendidikan yang diharapkan, persentase anak
kecil yang telah menerima semua vaksinasi yang diperlukan, dan
proporsi populasi dengan jaminan asuransi kesehatan.
2) Infrastruktur Dasar
Peningkatan aksesibilitas ke infrastruktur penting meletakkan dasar
untuk kemajuan yang lebih adil dan inklusif, memfasilitasi kemampuan
masyarakat yang kurang berkembang untuk menyesuaikan diri dengan
kemajuan ekonomi. Penambahan akses secara intrinsik terkait dengan
keberadaan infrastruktur fundamental yang ada. Indikator kunci meliputi
proporsi rumah tangga yang memperoleh manfaat dari sumber air minum
yang dapat diandalkan dan proporsi rumah tangga yang dilengkapi
dengan fasilitas toilet sendiri.
3) Keuangan Inklusif
Lembaga keuangan memainkan peran penting sebagai perantara dalam
memfasilitasi ekspansi ekonomi. Oleh karena itu, memperluas jangkauan
lembaga keuangan tidak hanya dapat memastikan pertumbuhan ekonomi
tetapi juga mendorong pembangunan yang inklusif. Hal ini dapat diukur
melalui indikator seperti proporsi total DPK relatif terhadap penduduk
usia produktif, serta rasio kredit perbankan yang diberikan kepada Usaha
Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM).
24. 14
3. Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals,
SDGs)
Gagasan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan merupakan bagian
integral dari strategi konservasi, yang awalnya diperkenalkan oleh The
International Union for the Conservation of Nature (IUCN) dan kemudian
dianut oleh Komisi Dunia PBB untuk Lingkungan dan Pembangunan (UN-
WCED). Tujuan-tujuan ini mewujudkan prinsip-prinsip universalitas,
integrasi, dan inklusi, memastikan bahwa tidak ada individu yang diabaikan
atau diberi label sebagai "No One Left Behind" Terdiri dari kerangka
komprehensif dari 17 tujuan dan 169 target, SDGs berfungsi sebagai upaya
berkelanjutan untuk melanjutkan pencapaian Tujuan Pembangunan Milenium
Sustainable Development Goals (MDGs), yang mencapai puncaknya pada
tahun 2015. Tujuan ini mencakup beragam aspirasi, berjuang untuk mendorong
kemajuan berkelanjutan dalam berbagai aspek komunitas global
1) Mengakhiri kemiskinan di mana pun dalam segala bentuknya.
2) Mengakhiri kelaparan dan mempromosikan pertanian berkelanjutan, serta
memastikan bahwa setiap orang memiliki akses ke makanan bergizi.
3) Memprioritaskan kesehatan dan kesejahteraan semua orang, tanpa
memandang usia atau latar belakang.
4) Memastikan bahwa setiap orang memiliki akses ke pendidikan
berkualitas dan kesempatan untuk belajar sepanjang hayat.
5) Menuju kesetaraan gender dan memberdayakan semua perempuan dan
anak perempuan.
6) Memastikan bahwa setiap orang memiliki akses terhadap air bersih dan
sanitasi, dan sumber daya tersebut dikelola secara berkelanjutan.
7) Penting untuk memastikan bahwa setiap orang memiliki akses ke sumber
energi yang andal dan berkelanjutan.
8) Mendorong pertumbuhan ekonomi dan menyediakan pekerjaan yang
layak bagi semua orang.
9) Berupaya membangun infrastruktur yang tangguh dan berkelanjutan,
sekaligus mendorong inovasi.
10) Mengurangi ketidaksetaraan baik di dalam maupun antar negara.
11) Membangun kota dan lingkungan yang mencakup segalanya, aman, tahan
25. 15
lama, dan ramah lingkungan.
12) Menetapkan model produksi dan konsumsi yang berkelanjutan.
13) Tindakan cepat harus diambil untuk memerangi perubahan iklim dan
dampaknya yang merugikan.
14) Memastikan bahwa melestarikan dan memanfaatkan sumber daya laut,
samudra, dan maritim dengan cara yang berkelanjutan dan mendorong
pembangunan berkelanjutan.
15) Melindungi, merestorasi, dan mempromosikan pemanfaatan ekosistem
terestrial secara berkelanjutan dengan mengelola hutan secara
berkelanjutan, memerangi penggurunan, dan memulihkan hilangnya
keanekaragaman hayati.
16) mengembangkan masyarakat yang damai dan inklusif yang menyediakan
akses keadilan bagi semua orang dan membangun institusi yang efektif,
akuntabel, dan inklusif di semua tingkatan.
17) Memperkuat langkah-langkah implementasi dan memperbaharui
kemitraan global untuk pembangunan berkelanjutan.
Dalam hal pembangunan ekonomi yang berkelanjutan dan inklusif,
sejalan dengan Tujuan 8 SDGs, di mana terdapat 10 tujuan yang ingin dicapai
yaitu
1) Mempertahankan pertumbuhan ekonomi per kapita sesuai dengan keadaan
unik masing-masing negara, terutama dengan memastikan peningkatan
tahunan tidak kurang dari 7% dalam produk domestik bruto negara-negara
berkembang. Ini akan menumbuhkan ekonomi yang berkembang dan
membuka jalan bagi kemajuan dan kemakmuran.
2) Tingkatkan produktivitas ekonomi dengan memperoleh sertifikasi,
meningkatkan teknologi, dan berinovasi, dengan fokus khusus pada
industri bernilai tinggi dan padat karya.
3) Mempromosikan kebijakan berorientasi pembangunan yang mendukung
kegiatan produktif, penciptaan lapangan kerja, kewirausahaan, kreativitas
dan inovasi, serta penciptaan dan pengembangan usaha mikro, kecil, dan
menengah, termasuk melalui akses terhadap layanan
pendanaan/permodalan.
4) Pada tahun 2030, secara bertahap meningkatkan efisiensi sumber daya
26. 16
keseluruhan dalam konsumsi dan produksi dan berusaha untuk
memisahkan pertumbuhan ekonomi dari degradasi lingkungan, sejalan dengan
rencana 10 tahun dari Program Kerangka Konsumsi dan ProduksiBerkelanjutan
dengan partisipasi negara-negara maju.
5) Untuk mencapai pembangunan berkelanjutan, PBB telah menetapkan
beberapa tujuan yang berkaitan dengan pekerjaan dan hak-hak buruh. Pada
tahun 2030, tujuannya adalah untuk menyediakan lapangan kerja penuh
dan produktif bagi semua orang, tanpa memandang jenis kelamin, usia,
atau disabilitas, dan untuk memastikan upah yang setara untuk pekerjaan
yang setara.
6) Pada tahun 2020, fokus untuk mengurangi pengangguran dan
menyediakan pendidikan bagi kaum muda.
7) PBB juga menyadari perlunya menghapus kerja paksa, perbudakan
modern, perdagangan manusia, dan pekerja anak, dengan tujuan
menghapus pekerja anak pada tahun 2025.
8) Untuk mendukung hak-hak pekerja, ada penekanan pada penciptaan
lingkungan kerja yang aman, khususnya bagi migran. dan pekerja tidak
tetap.
9) Pada tahun 2030, Pariwisata berkelanjutan dipandang sebagai sarana untuk
menghasilkan peluang kerja dan mempromosikan budaya dan produk
lokal.
10) Meningkatkan kecakapan lembaga keuangan dalam negeri untuk
mempromosikan dan memperluas jangkauan perbankan, asuransi, dan
layanan keuangan kepada semua individu.
a. Dapat dicapai melalui sejumlah tindakan seperti meningkatkan
bantuan kepada negara-negara berkembang, terutama yang kurang
berkembang, dengan memberikan dukungan teknis terkait
perdagangan.
b. Menciptakan strategi pemuda global pada tahun 2020 dan menerapkan
Pakta Buruh Global Organisasi Buruh Internasional dapat membantu
memastikan bahwa kaum muda memiliki akses ke pekerjaan yang
layak dan upah yang adil.
27. 17
Sejalan dengan tujuan Organisasi Perburuhan Internasional (2018),
tujuannya adalah untuk mendorong kemajuan ekonomi yang berkelanjutan dan
menyeluruh, dilengkapi dengan penyediaan prospek pekerjaan yang produktif
dan bermartabat bagi individu di seluruh dunia. Tujuan ini mencakup Agenda
Pekerjaan Layak ILO, yang mencakup empat tujuan strategis utama: promosi
hak-hak dasar di tempat kerja, perbaikan kondisi kerja, penetapan langkah-
langkah perlindungan sosial, dan fasilitasi dialog sosial. Pendekatan multifaset
ini melibatkan upaya tidak hanya untuk ekspansi ekonomi tetapi juga
penciptaan kesempatan kerja yang layak untuk semua individu. Penting untuk
dicatat bahwa meskipun pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan tidak
diragukan lagi sangat penting, pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan saja
tidak cukup untuk mengentaskan kemiskinan dan mencapai pembangunan
yang inklusif. Oleh karena itu, tujuan ini menentukan prasyarat pertumbuhan
ekonomi yang diperlukan. Fokusnya adalah pada pertumbuhan berkualitas
yang tidak hanya dapat mengurangi kemiskinan tetapi juga menghasilkan
lapangan kerja yang lengkap dan kesempatan kerja yang terhormat untuk
semua. Tujuan ini menekankan model pertumbuhan berkelanjutan jangka
panjang yang inklusif, menghilangkan ketidaksetaraan struktural, dan
memastikan bahwa manfaat pertumbuhan dibagi secara adil di antara semua
individu, bukan hanya segelintir orang. Pada akhirnya, ini adalah model
pertumbuhan berkelanjutan yang tidak mengorbankan kesejahteraan generasi
mendatang untuk tujuan jangka pendek dan mengintegrasikan aspek
pembangunan lingkungan, sosial, dan ekonomi. Tujuan ini menentang
pertumbuhan pengangguran dan memerlukan model pertumbuhan ekonomi
padat karya yang mengarah pada penciptaan lapangan kerja penuh dan
kesempatan kerja yang terhormat untuk semua.
4. Hexa Helix
Pendekatan ini akan memungkinkan untuk meningkatkan kualitas keluaran
sekaligus memaksimalkan efisiensi tenaga kerja. Framework Hexa Helix terdiri
dari lima komponen penting: Academics, Business, Community, Government,
Media, dan Financial Institution biasa disingkat ABCGMF. Setiap komponen
memainkan peran penting dalam mendorong kolaborasi dan mendorong
kemajuan masyarakat.
28. 18
1) Academic (Akademisi) model hexahelix melibatkan peran seorang
konseptor, yang bertanggung jawab untuk menerapkan standarisasi proses bisnis,
sertifikasi produk, dan peningkatan keterampilan personel. Dalam model ini, para
ilmuwan memberikan pengetahuan, konsep, dan teori yang paling mutakhir dan
relevan.
2) Business (Bisnis/Pelaku Usaha) model hexahelix menekankan pentingnya
perusahaan sebagai pendorong utama pertumbuhan ekonomi. Memainkan
peran sentral dalam menerapkan proses bisnis, menciptakan nilai, dan
memastikan pembangunan berkelanjutan. Bertindak sebagai perantara,
perusahaan juga menyediakan infrastruktur yang diperlukan untuk kegiatan
tersebut.
3) Community (Komunitas) Dalam model hexahelix, konsep komunitas
memainkan peran penting dengan berperan sebagai katalisator kemajuan.
Dalam konteks ini, komunitas terdiri dari individu-individu yang memiliki
kepentingan bersama dan terkait langsung dengan bisnis yang berkembang.
Fungsi utama adalah untuk bertindak sebagai fasilitator atau perantara,
secara aktif menghubungkan berbagai pemangku kepentingan untuk
mendorong upaya kolaboratif dalam mencapai tujuan bersama dan rencana
strategis.
4) Government (Pemerintah) sejalan dengan model hexahelix, mengambil
peran sebagai penengah yang cerdas. Ini beroperasi sebagai pengatur dan
pengontrol yang waspada, dengan rajin menegakkan peraturan dan memikul
tanggung jawab penting.
5) Media (Media) dalam model hexahelix berfungsi sebagai ekspander. Media
memainkan peran pendukung dengan publikasi dalam periklanan dan
branding dalam program dan melalui situs web atau media lain seperti materi
promosi dan informasi.
6) Financial Institution (Lembaga Keuangan) dalam model hexahelix berfungsi
sebagai pendukung modal operasional bisnis.
29. 19
Gambar 2.3 Kolaborasi Hexahelix
B. Studi Penelitian Terdahulu
Kajian berjudul “Development Competitiveness Model for Small Medium
Enterprises among the Creative Industry in Bandung” (2014) Keterlibatan
strategisnya meningkatkan efektivitas Model Penta Helix secara keseluruhan,
menjadikannya alat yang ampuh untuk sukses. Ramadhilla Maghfira Utami dan
Donald Crestofel Lantu mengungkap peran penting usaha kecil dan menengah
(UKM) dalam mendorong penciptaan lapangan kerja dan berkontribusi terhadap
pertumbuhan PDB di Indonesia. Namun, UKM menghadapi tantangan dalam hal
mempertahankan produktivitas yang konsisten dan memperluas bisnis. Tujuan
penelitian ini adalah untuk menjawab permasalahan tersebut dengan membuat
model yang mengkaji daya saing usaha kecil dan menengah khususnya industri
kreatif di Bandung. Model ini terdiri dari tiga tahap, meliputi pengumpulan data,
analisis, dan pengembangan hipotesis. Konsep daya saing bersifat multidimensi dan
mencakup faktor-faktor seperti potensi, proses, dan kinerja. Berdasarkan temuan
tersebut, rekomendasi dapat diberikan kepada berbagai pemangku kepentingan
untuk mendorong pertumbuhan UKM.
Jitka Kloudová, Ondřej Chwaszcz (2014) studi ini menggali pertumbuhan
dan perkembangan industri kreatif di Republik Ceko selama periode 1990-2010.
Klasifikasi industri ini didasarkan pada konsep industri kreatif dan aktivitas
ekonominya, yang banyak digunakan oleh organisasi statistik Eropa. Penelitian ini
mengkaji kemajuan sektor kreatif sehubungan dengan ukuran ekonomi seperti
output, tenaga kerja, keuntungan, dan penjualan luar negeri. Hasilnya menunjukkan
Kolaborasi
Hexahelix
Akademisi
Bisnis/Pelaku
Usaha
Komunitas
Pemerintah
Media
Lembaga
Keuangan
30. 20
bahwa setiap parameter tumbuh pada tingkat yang lebih cepat dari rata-rata semua
indikator, dan Indeks Industri Kreatif (CII) telah dikembangkan untuk mengukur
pertumbuhan ini. CII didasarkan pada proporsi industri kreatif dalam total output
dan jumlah tenaga kerja di industri tersebut dalam total angkatan kerja. Selanjutnya,
penelitian ini menggunakan analisis korelasi untuk menggambarkan hubungan
antara industri kreatif dan berbagai faktor ekonomi seperti PDB, lapangan kerja,
dan pendapatan. Hasilnya mengkonfirmasi korelasi yang tinggi dan positif antara
industri kreatif dan indikator-indikator ini, menyoroti kontribusi yang signifikan
dari industri-industri ini terhadap daya saing daerah dan pertumbuhan ekonomi.
Memahami potensi pemanfaatan keahlian negara-negara Eropa dalam
mengembangkan industri kreatif untuk mendorong pertumbuhan ekonomi pada
masa transisi. Yuriy Bilan, dkk (2019) menekankan pentingnya melakukan
penelitian secara menyeluruh. Penulis secara ekstensif mempelajari konsep industri
kreatif dan model yang ada untuk mengkategorikan sub-sektor secara efektif dalam
bidang ini. Selain itu, dengan hati-hati menganalisis tren global dalam
pengembangan industri kreatif dan menyoroti karakteristik unik dari proses ini
dalam ekonomi transisi. Para penulis yakin bahwa aspek terpenting yang
mempengaruhi peraturan pemerintah dalam ekonomi transisi adalah memastikan
adanya akses ke sumber daya keuangan, membangun populasi yang terdidik untuk
menciptakan tenaga kerja terampil dan pasar untuk produk-produk inovatif, dan
mendorong produksi produk-produk berkualitas tinggi. Dengan wawasan yang
berharga ini, rekomendasi komprehensif dirumuskan untuk kemajuan industri
kreatif dalam ekonomi transisi, yang menargetkan pemangku kepentingan utama
seperti badan pemerintah, otoritas lokal, universitas, profesional industri kreatif,
dan perwakilan bisnis lainnya.
Dalam studi yang dilakukan oleh Mayer Cabrera-Flores, dkk (2020),
disajikan kerangka kerja pengelolaan sumber daya alam yang inovatif untuk
industri, berdasarkan model Pentahelix dan fungsi inovasi terbuka. Inti dari
kerangka yang diusulkan ini terletak pada penilaian daya saing yang berkelanjutan.
Dengan memperhatikan wawasan terkait unsur-unsur daya saing berkelanjutan,
seperti modal alam, modal sosial, modal intelektual, dan efektivitas manajerial,
penulis menawarkan Bagan Alir Pengelolaan Sumber Daya Alam Inovatif sebagai
langkah awal dalam sistem komprehensif yang disebut Penta helix Stakeholder
31. 21
Pengelolaan. Perlu dicatat bahwa ketersediaan dan kualitas air memainkan peran
penting dalam pengelolaan sumber daya alam. Dalam penelitian lain oleh Suryana
dkk. (2019) mempelajari industri kreatif digital selama revolusi industri keempat
untuk mengidentifikasi profil kewirausahaan dan mengembangkan strategi untuk
meningkatkan kewirausahaan dan meningkatkan kinerja bisnis. Melalui model
kolaborasi Penta helix, peneliti menyoroti pentingnya pendekatan kolaboratif dalam
mengimplementasikan strategi pengembangan industri kreatif digital. Kajian yang
bersifat kualitatif dan dilakukan di salah satu pusat industri kreatif digital di
Indonesia ini melibatkan jumlah sampel sebanyak 50 UKM. Temuan
mengungkapkan bahwa mayoritas industri kreatif digital memerlukan
pengembangan kewirausahaan perusahaan, dan implementasi model Penta helix
kolaboratif sangat penting untuk keberhasilan pelaksanaan strategi.
Gendut Sukarno, dkk (2019) Temuan penelitian ini menggarisbawahi
perlunya penanaman kewirausahaan korporasi dalam industri kreatif digital. Untuk
memastikan keberhasilan penerapan strategi tersebut, model kolaboratif Pentahelix
dianggap sangat diperlukan. Riset bertajuk “Improve Creative Industry
Competitiveness Penta Helix and Human Capital in Digital Era” memprediksi
pertumbuhan subsektor industri kuliner akibat perubahan budaya, pergeseran gaya
hidup, dan kemajuan teknologi. Kesuksesan bisnis kuliner di lingkungan digital
bergantung pada peralihan dari mode offline ke online. Kajian ini bertujuan untuk
membahas Pentahelix dan konsep human capital dalam meningkatkan daya saing
bagi perusahaan di industri kreatif. Riset tersebut mensurvei 75 pengelola dan
pemilik usaha kuliner kreatif di Surabaya yang bekerja sama dengan layanan pesan
antar online (Go-Jek dan Grab). Hasilnya menunjukkan bahwa Penta helix, sumber
daya manusia, dan daya saing merupakan indikator kunci kinerja bisnis. Temuan
penelitian ini menunjukkan pentingnya metrik tersebut dalam membentuk
kesuksesan industri kreatif.
Dalam sebuah penelitian oleh Herwan Abdul Muhyi, dkk (2017)
mengungkapkan bahwa pemerintah kota Bandung telah mengambil inisiatif untuk
meningkatkan sektor industri dan perdagangan dengan membangun tujuh kawasan
industri potensial yang unik dan dengan meningkatkan daya tarik wisatanya.
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dan melibatkan perwakilan dari
pemerintah daerah, bisnis, lembaga akademik, masyarakat umum, dan media.
32. 22
Kajian tersebut mengungkapkan bahwa ada lima kelompok yang terlibat dalam
pendirian hub industri besar di Bandung, yaitu akademisi, perusahaan, komunitas,
pemerintah, dan media. Namun, studi tersebut juga menyoroti masalah seperti
masalah koordinasi dan komitmen antara para pemangku kepentingan tersebut,
serta ancaman lingkungan global yang timbul dari produk yang diimpor dari negara
seperti China, yang berdampak merugikan bagi pemilik industri unggulan dan
sektor inti. Akibatnya, manfaat yang diproyeksikan untuk pembangunan ekonomi
daerah tidak dapat direalisasikan.
C. Kerangka Pemikiran
Gambar 2.4 Kerangka Berfikir
33. 23
BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan di 5 (Lima) Kota dan Kabupaten di
Sumatera Barat (Kota Sawahlunto, Kabupaten Sijunjung, Kabupaten
Kepulauan Mentawai, Kabupaten Pasaman Barat, dan Kabupaten Tanah
Datar), pada bulan April- September 2023.
3.2 Rancangan Penelitian
Penelitian ini didedikasikan untuk penanaman ekonomi kreatif yang
mutakhir dan berkelanjutan di Provinsi Sumatera Barat. Tujuannya adalah
untuk mengidentifikasi secara komprehensif aspek-aspek utama dan kemajuan
dalam ekonomi kreatif, sambil juga mengeksplorasi faktor-faktor yang
berkontribusi terhadap pengembangan berkelanjutan dan inklusivitasnya.
Selanjutnya, model inovatif akan dirancang untuk mempromosikan ekonomi
kreatif yang lebih inklusif dan berkelanjutan, menghadirkan pendekatan
alternatif untuk pengembangan usaha.
Untuk mencapai tujuan tersebut, baik data primer maupun sekunder akan
dimanfaatkan. Data primer akan diperoleh melalui penelitian lapangan,
menggunakan metode pengumpulan data seperti melibatkan individu yang
berpengetahuan. Data sekunder, di sisi lain, akan dikumpulkan dari berbagai
badan dan organisasi pemerintah. Data ini akan tersedia dalam laporan
tertulis serta platform online. Untuk menetapkan baseline untuk studi ini,
keterlibatan langsung dengan informan kunci dan melakukan Focus Group
Discussion (FGD) akan sangat penting. Selain itu, perolehan data sekunder
akan sangat penting dalam menilai kinerja ekonomi kreatif di Provinsi
Sumatera Barat.
3.3 Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah pelaku ekraf yang ada di 5 lokus
penelitian. Dengan jumlah populasi yang belum teridentifikasi dengan baik.
Berdasarkan asumsi sebanyak masing-masing 50 pelaku ekraf disetiap
kab/kota yang ada di lokus penelitian yang dijadikan sampel. Sehingga jumlah
34. 24
sampel yang menajdi target sebanyak 250 responden. Namun kondisi di
lapangan jumlah responden yang mengisi hanya sebanyak 160 orang
(deksripsi dapat dilihat pada bab hasil penelitian). Teknik sampel yang
digunakan dalam penelitian ini adalah teknik non probability sampling dengan
jenis purposive sampling yaitu teknik sampling berdasarkan pengambilan
sampel menggunakan kriteria. Adapun kriteria yang ditentukan yaitu pelaku
ekraf yang ada di 5 lokus yaitu Kabupaten Pasaman Barat, Kabupaten
Sijunjung, Kota Sawahlunto, Kabupaten Kepulauan Mentawai, dan Kabupaten
Tanah Datar.
3.4 Tahapan Penelitian
Terdapat beberapa proses dalam pelaksanaan penelitian ini. Diantaranya
yaitu ;
1) Tahap Persiapan
Pada tahap ini disiapkan proposal penelitian dan kemudian instrumen
penelitian atau kuesioner sebagai alat pengumpulan data primer.
2) Pengumpulan Data
Pengumpulan Data dilakukan dengan mengumpulkan data sekunder dari
berbagai sumber yang kredibel dan instansi pemerintah yang terlibat dalam
penelitian. Selain itu, data primer diperoleh melalui wawancara yang
dilakukan sebagai bagian dari diskusi kelompok terfokus dengan responden
kunci, serta melalui kuesioner yang diberikan kepada mitra wawancara
kunci yaitu pelaku ekonomi kreatif yang menjadi sampel penelitian di 5
(Lima) lokus penelitian.
3) Pengolahan Data
Pemrosesan Data melibatkan pemanfaatan teknik analitik lanjutan untuk
menganalisis dan menginterpretasikan data secara efektif. Teknik tersebut
meliputi penerapan metode deskriptif kuantitatif yang bertujuan untuk
mengetahui pertumbuhan dan atribut ekonomi kreatif di Provinsi Sumatera
Barat. Metode analisis Partial Least Square (PLS) digunakan untuk
mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi
kreatif yang beragam dan berkelanjutan di suatu wilayah dan didukung
oleh data kualitatif dari hasil FGD yang dilakukan.
4) Penyusunan Laporan
35. 25
Penyusunan laporan komprehensif disusun dengan cermat berdasarkan
temuan penelitian.
5) Seminar Hasil
Penelitian diselenggarakan agar menyebarluaskan temuan dan kesimpulan
kepada SKPD, masyarakat dan pengambil kebijakan (stakeholder) di
Provinsi Sumatera Barat.
3.6 Teknik Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang kedua melibatkan pemberian kuesioner
yang dirancang dengan cermat kepada sekelompok target responden yang di
sektor ekonomi kreatif (Byrne, 2001). Orang-orang ini dipilih berdasarkan
kemampuan untuk memenuhi kriteria penilaian yang ketat pada lima
kesempatan terpisah (Hairet al, 2014).
3.7 Metode Analisis
1. Analisis deskriptif kuantitatif
Dengan menggunakan metode kuantitatif bertujuan untuk
mengumpulkan banyak wawasan dan perspektif berharga yang akan
menginformasikan pemahaman tentang faktor-faktor yang berkontribusi
terhadap keberhasilan pertumbuhan ekonomi kreatif di Provinsi Sumatera
Barat. Data kuantitatif memiliki kemampuan unik untuk diungkapkan
secara matematis, memungkinkan peneliti menganalisis dan mengukur
fluktuasi berbagai variabel secara efektif dalam studi. Pendekatan ini
berfungsi sebagai alat yang ampuh dalam menumbuhkan dan
mendefinisikan ranah ekonomi kreatif.
2. Metode Analisis Partial Least Sequare (PLS)
Dampak mendalam dari penelitian ini ditampilkan dengan indah
melalui grafik, gambar, dan tabel yang menawan secara visual. Pajangan
menarik ini mengungkap detail rumit dan ciri khas yang membentuk
perkembangan ekonomi kreatif di Provinsi Sumatera Barat. Analisis yang
tak ternilai ini menggali pertumbuhan dan kontribusi masing-masing
subsektor, memberikan pemahaman yang komprehensif tentang esensi
sebenarnya dari ekonomi kreatif. Partial least squares (PLS) adalah model
canggih dan menarik yang tidak membuat asumsi tentang dispersi,
membuatnya ideal untuk menjelaskan struktur varians data dan
36. 26
memprediksi model variabel laten yang bergantung pada variabel penjelas
(Wigena dan Alamudi, 1997). Sementara model regresi kuadrat terkecil
(OLS) memiliki keterbatasan, seperti adanya multikolinearitas,
ketidakfleksibelan, kinerja suboptimal dengan kumpulan data besar atau
kecil, dan kesulitan dengan data kualitatif, tantangan ini dapat diatasi
dengan menggunakan PLS. Metode ini tidak tertandingi dalam fleksibilitas
dan kemandiriannya dari asumsi tentang distribusi variabel yang diamati
atau jumlah variabel yang digunakan. PLS dikenal sebagai pendekatan
"pemodelan lunak", yang berarti dapat diadaptasi untuk memecahkan
berbagai masalah di berbagai domain. Dalam penelitian ini, PLS
digunakan untuk mengkaji hubungan antara hasil usaha dan keunggulan
bersaing industri kreatif di Sumatera Barat dengan dukungan Hexahelix.
Model PLS adalah alat yang ampuh untuk mengoptimalkan
hubunganprediktif antara sekelompok variabel Y dan variabel respons X.
Dengan menggabungkan perhitungan dapat memperkirakan vektor yang
membantu memahami hubungan ini. Seperti yang diungkapkan Irawan,
PLS mempertimbangkan struktur varians dari Y dan X, dan
mengasumsikan bahwa semua informasi dari variabel penjelas diteruskan
ke variabel tersembunyi. Pada akhirnya, model PLS memberikan
gambaran yang jelas dan elegan tentang hubungan antara X dan Y,
memungkinkan untuk membuat keputusan dan prediksi yang lebih tepat.
Modelnya adalah sebagai berikut:
1. Model hubungan internal
2. Model hubungan eksternal
37. 27
Akademisi H1a
Pemerintah
H2a H1b
H2b
Swasta H3a
Business
Performance
H3b
H4a
H7, H8, H9 H10, H11, H12, H13
Masyarakat H4b
H5a
H5b
Competitive
Advantage
Media
H6b
H6a
Lembaga
Keuangan
Dalam penelitian ini menyelidiki analisis dengan metode (PLS) dari
beberapavariabel, antara lain:
Gambar 3.1 Model Penelitian PLS
Keterangan:
1. Keunggulan Bersaing (Competitive Advantage)
Keunggulan Kompetitif mengacu pada kemampuan perusahaan untuk
mengungguli pesaingnya di industri serupa dengan unggul di berbagai
bidang seperti harga, inovasi, hubungan pelanggan, dan diferensiasi.
2. Kinerja Industri Kreatif (Business Performance)
Kinerja Industri Kreatif, di sisi lain, menilai keberhasilan keuangan
perusahaan dan dominasi pasar dalam industri kreatif, diukur dengan
indikator seperti Return on Assets, pertumbuhan laba, pertumbuhan
38. 28
penjualan, dan pertumbuhan pangsa pasar.
3. Hexahelix
Model Hexaelix menyoroti pentingnya kolaborasi antara akademisi,
pemerintah, swasta, komunitas, media, dan Lembaga keuanagn dalam
mendorong kreativitas, inovasi, pengetahuan, dan teknologi untuk
pengembangan industri kreatif, dengan indikator mulai dari konsep
pendampingan dan manajemen hingga peraturan pemerintah dan
kebijakan, kerja sama dan perlindungan sektor swasta, pengguna
potensial dan budaya masyarakat sipil, dan jangkauan media,
aksesibilitas, frekuensi, durasi, dan konten.
Analisis PLS akan dilakukan dengan menggunakan dua metode:
1. Outer model, yaitu akan menilai hubungan antara variabel laten dan
indikatornya, memastikan keakuratan data. Validitas konvergen akan
digunakan, mengevaluasi pengukuran berdasarkan korelasi antara skor
item dan skor komponen. Korelasi yang kuat lebih dari 0,70
menunjukkan pengukuran konstruk yang kuat. Namun, untuk tahap
awal penelitian, dianggap dapat diterima untuk mengembangkan skala
pengukuran dengan nilai mulai dari 0,50 hingga 0,6, seperti yang
disarankan oleh Chin (1999, seperti dikutip dalam Ghozali, 2006).
2. Inner Model, berfungsi sebagai sarana untuk menilai kekuatan hubungan
antara variabel laten, juga dikenal sebagai inner relation, yang
mengartikulasikan interaksi yang rumit antara variabel-variabel tersebut.
4 Jadwal Penelitian
Jadwal penelitian ini digunakan sebagai kerangka kerja untuk melakukan
penelitian yang menyeluruh dan efektif.
Jenis kegiatan BULAN KE
1 2 3 4 5 6
Persiapan
Pengumpulan data
Pemrosesan Data
Penggolongan Lap Kemajuan
Penggolongan Lap Akhir
Seminar Hasil
39. 29
BAB 4
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
4.1 GambaranUmum Administratif, Geografis dan Demografis Lokasi Penelitian
4.1.1. Kota Sawahlunto
Kota Sawahlunto merupakan salah satu kota di Provinsi Sumatera Barat yang berjarak 95 km
dari kota Padang –ibukota Provinsi Sumatera Barat. Kota Sawahlunto telah lama dikenal sebagai
kota tambang, terutama dengan melimpahnya jumlah batu bara di kota tersebut. Namun, dengan
tingginya aktivitas penambangan yang dilakukan, pasokan batu bara di Kota Sawahlunto
semakin menipis dan dikhawatirkan akan memberikan dampak negatif bagi masyarakat.
Pemerintah kota untuk mencari cara agar Kota Sawahlunto tidak menjadi kota mati, salah
satunya dengan mendorong Kota Sawahlunto untuk menjadi kota wisata tambang dan sejarah
kota lama.
Kota ini dikelilingi oleh tiga kabupaten, antara lain Kabupaten Tanah Datar di bagian Utara,
Kabupaten Sijunjung di bagian timur, serta Kabupaten Solok di bagian selatan dan barat. Kota
dengan luas wilayah 273,45 km2 ini terbagi atas 4 kecamatan, 10 kelurahan, dan 27 desa.
Menurut data BPS Kota Sawahlunto, sebanyak 65.198 penduduk tinggal di kota ini di tahun
2020 dengan kepadatan penduduk sebesar 238 orang per km2.
Di tahun 2019, kota Sawahlunto mencatat Pendapatan Domestik Regional Bruto sebesar
Rp2,797 Milyar, dengan pertumbuhan sebesar 5,34% dibanding tahun 2018. Perekonomian
Sawahlunto didominasi oleh perdagangan besar dan eceran dan reparasi kendaraan bermotor
(15,05% dari PDRB), administrasi pemerintahan (12,07%), dan konstruksi (11,29%). Pariwisata
sebagai industri pun sudah mulai berkembang sebelum pandemi COVID-19, dengan 461,960
orang wisatawan nusantara mengunjungi kota ini pada tahun 2018 dan 237,490 orang pada tahun
2019.
Sesuai dengan RPJMD Kota Sawahlunto tahun 2018-2023, Kota Sawahlunto memiliki visi
“Dengan kebersamaan kita wujudkan Sawahlunto sebagai kota wisata yang kreatif,
inovatif, unggul, bermartabat, berkeadilan dan sejahtera”. Sehubungan dengan hal itu,
berbagai misi yang menjadi prioritas Kota Sawahlunto, sebagai berikut:
1. Menciptakan kehidupan beragama dan budaya semakin baik
40. 30
2. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan pengembangan ekonomi kerakyatan
berbasis ekonomi kreatif serta mengadakan pelatihan melalui BLK
3. Mewujudkan pendidikan yang berkualitas untuk menghasilkan sumber daya manusia
yang beriman, kreatif dan berdaya saing (dengan memberikan beasiswa atau Kartu
Sawahlunto Pintar)
4. Menghadirkan pemerintahan yang baik, bersih dan inovatif
5. Meningkatkan pelayanan kesehatan yang bermutu dengan memberikan jaminan
kesehatan untuk seluruh masyarakat
6. Mengembangkan potensi wisata secara serius dan berkelanjutan
7. Tersedianya infrastruktur publik yang merata dan memadai
8. Penanganan khusus terhadap kelompok marginal seperti lansia, penyandang
disabilitas, gangguan jiwa dan kelompok marginal lainnya
9. Mewujudkan kota berbasis Smart City dalam peningkatan kualitas pelayanan publik
dan daya tarik investor
Kota Sawahlunto telah mendapatkan status Geopark Nasional, dan pada tahun 2021, tengah
menuju status UNESCO Global Geopark. Geopark atau Taman Bumi sendiri menjadi salah satu
upaya Kota Sawahlunto untuk menuju pencapaian TPB. Selain itu, Kota Sawahlunto juga
berkomitmen untuk menjadi salah satu kota di Indonesia yang mendapatkan dukungan
peningkatan kapasitas dalam mitigasi dan adaptasi perubahan iklim serta energi melalui Global
Covenant of Mayors for Climate & Energy (GCoM) Asia, yang berkontribusi terhadap TPB 7
dan 13.
Berikut status pelaksanaan TPB di Kota Sawahlunto:
Tingkat kemiskinan di Sawahlunto mengalami penurunan antara tahun 2018
hingga tahun 2019. Pada tahun 2019, tingkat kemiskinan berada pada 2,17%, dan
pada tahun 2018 sebesar 2,39%.
Rasio Gini Sawahlunto mengalami sedikit peningkatan pada tahun 2019 di angka
0,27 sementara pada tahun 2018 sebesar 0,31.
Di tahun 2019 terjadi 33 kasus kematian bayi dibawah satu tahun, mengalami
peningkatan dibandingkan pada tahun 2018 sebanyan 20 kasus.
41. 31
Tingkat melek huruf penduduk di atas 15 tahun di Sawahlunto mengalami sedikit
peningkatan di tahun 2020 dibandingkan dengan tahun 2019, masing-masing
99,67% dan 99,5%.
Indeks Pembangunan Manusia pun mengalami sedikit peningkatan, sebesar 72,64
pada tahun 2020 dan sebesar 72,39 pada tahun 2019.
Persentase penduduk yang tidak memiliki sertifikat pendidikan apapun mengalami
penurunan di tahun 2020 pada angka 10,11% dibandingkan dengan tahun 2019
sebesar 12,43%.
Kontribusi sektor pengolahan bagi PDRB Sawahlunto di tahun 2019 berada pada
angka 10,66%, lebih rendah dibanding dengan tahun 2018 pada angka 12,21%.
Di tahun 2020, sebanyak 90,77% rumah tangga di Sawahlunto memiliki akses air
layak, meningkat dari 84,08% di tahun 2019.
Di tahun 2019, sebanyak 98,73% rumah tangga di Sawahlunto menggunakan listrik
sebagai sumber penerangan utama, mengalami penurunan dari tahun 2018 dimana
99,11% rumah tangga menggunakan listrik sebagai sumber penerangan utama.
4.1.2. Kabupaten Sijunjung
Kabupaten Sijunjung merupakan salah satu dari 19 (sembilan belas) kabupaten/kota di bagian
Selatan Propinsi Sumatera Barat, terletak diantara 0°18’43” LS – 1°41’46” LS dan 101°30’52”
BT – 100°37’40” BT dengan ketinggian dari permukaan laut antara 100 – 1.250 meter.
Kabupaten Sijunjung berada di bagian Timur Provinsi Sumatera Barat, pada jalur utama yang
menghubungkan Provinsi Riau dan Propinsi Jambi. Karena terletak di lokasi persimpangan jalur
utama yang cukup strategis ini, mengakibatkan Kabupaten Sijunjung memiliki potensi dan
prospek yang cerah dalam pengembangan pembangunan bidang ekonomi dan bidang sosial
budaya khususnya untuk pengembangan sektor pariwisata.
Secara administratif wilayah Kabupaten Sijunjung dengan luas 313.080 Ha meliputi 8
Kecamatan, 61 Nagari dan 1 desa dengan 299 Jorong, yang wilayahnya berbatasan dengan:
42. 32
– Sebelah Utara : Kabupaten Tanah Datar
– Sebelah Selatan : Kabupaten Dharmasraya
– Sebelah Barat : Kabupaten Solok dan Kota Sawahlunto
– Sebelah Timar : Kabupaten Kuantan Singingi, Prop Riau
(Sumber: Badan Pertanahan Nasional Kabupaten Sijunjung)
TABEL 4.1
PEMBAGIAN KECAMATAN DI KABUPATEN SIJUNJUNG TAHUN 2015
No Kecamatan Luas
Wilayah
(km2)
% Jumlah
Penduduk
(ribu)
Jumlah
Nagari
Jumlah
Jorong
1. Kamang Baru 837.80 26.76 47.17 11 61
2. Tanjung Gadang 459.79 14.69 24.43 9 41
3. Sijunjung 748.00 23.89 44.65 9 56
4. Lubuk Tarok 187.60 5.99 14.93 6 24
5. IV Nagari 96.30 3.08 16.14 5 17
6. Kupitan 82.01 2.62 13.60 3+1 desa 9+5 dusun
7. Koto VII 143.90 4.60 36.54 7 36
8. Sumpur Kudus 575.40 18.38 25.05 11 55
Total 3 130.80 100.00 222.51 61+1 desa 299+ 5 dusun
Sumber: Kabupaten Sijunjung Dalam Angka 2016
Sebelum terjadi pemekaran dengan Kabupaten Dharmasraya,Kabupaten Sijunjung merupakan
sebuah kabupaten terluas ketiga di Propinsi Sumatera Barat. Saat ini Kabupaten Sijunjung
memiliki luas wilayah ± 3.130,80 Km2 atau sekitar 7.41 persen dari luas Sumatera Barat.
Kondisi dan topografi Kabupaten Sijunjung bervariasi pada setiap wilayah antara bukit,
bergelombang dan dataran. Beberapa kecamatan berada pada lahan curam dan sangat curam
(daerah berbukit), yaitu di Kecamatan Tanjung Gadang, Kecamatan Sijunjung, Kecamatan
Sumpur Kudus, dan Kecamatan Lubuak Tarok dengan kemiringan antara 15 – 40 % dan lebih
besar dan 40%. Hanya sebagian kecil wilayah Kabupaten Sijunjung yang dikategorikan sebagai
dataran.
Secara Topografi Kabupaten Sijunjung merupakan rangkaian bukit barisan yang memanjang
43. 33
dan arah barat laut – tenggara. Morpologi daerah dibagi menjadi 3 (tiga) bagian,yaitu terjal pada
bagian barat dan timur, dataran dibagian tengah dan perbukitan landai yang terletak diantaranya.
Ditinjau dari ketinggian, dominasi wilayah Kabupaten Sijunjung berada pada ketinggian
terendah antara 120 – 130 m diatas permukaan laut dan tertinggi antara 550 – 930 m. Kabupaten
Sijunjung secara keseluruhan berada pada ketinggian terendah dan tertinggi sekitar 100 meter
sampai 1500 meter dari permukaan
Kondisi iklim di Kabupaten Sijunjung tergolong pada tipe tropis basah dengan musim hujan dan
kemarau yang silih berganti sepanjang tahun. Keadaan iklimnya adalah temperatur dengan suhu
minimum 21°C dan suhu maksimurn 37°C. Rata-rata curah hujan berdasarkan 6 titik tempat
pemantauan 13,61 mm/hari untuk tiap bulannya.
Topologi dan Morfologi
Kondisi dan topografi Kabupaten Sijunjung bervariasi pada setiap wilayah antara bukit,
bergelombang dan dataran. Beberapa kecamatan berada pada lahan curam dan sangat curam
(daerah berbukit), yaitu di Kecamatan Tanjung Gadang, Kecamatan Sijunjung, Kecamatan
Sumpur Kudus, dan Kecamatan Lubuak Tarok dengan kemiringan antara 15 – 40 % dan lebih
besar dan 40%. Hanya sebagian kecil wilayah Kabupaten Sijunjung yang dikategorikan sebagai
dataran.
Secara Topografi Kabupaten Sijunjung merupakan rangkaian bukit barisan yang memanjang dan
arah barat laut – tenggara. Morpologi daerah dibagi menjadi 3 (tiga) bagian, yaitu terjal pada
bagian barat dan timur, dataran dibagian tengah dan perbukitan landai yang terletak diantaranya.
Ditinjau dari ketinggian, dominasi wilayah Kabupaten Sijunjung berada pada ketinggian
44. 34
terendah antara 120 – 130 m diatas permukaan laut dan tertinggi antara 550 – 930 m.
Kabupaten Sijunjung secara keseluruhan berada pada ketinggian terendah dan tertinggi sekitar
100 meter sampai 1500 meter dari permukaan laut.
Klimatologi
Karakteristik iklim Kabupaten Sijunjung termasuk beriklim tropis. Daerah ini beriklim tipe B
yaitu daerah bayangan hujan (penerima curah hujan lebih kecil) karena berada di lereng timur
Bukit Barisan. Perubahan iklim global (global climate change) kelihatannya juga dirasakan oleh
Kabupaten Sijunjung. Intensitas curah hujan dan rentang suhu cenderung meningkat. Kondisi ini
menunjukkan seringnya terjadi cuaca ekstrem di mana ketika musim hujan intensitas curah hujan
cenderung tinggi dan ketika musim kemarau suhu udara juga semakin panas. Bulan yang
mengalami curah hujan tertinggi juga mengalami pergeseran dimana pada tahun 2011 curah
hujan tertinggi terjadi pada bulan Maret tetapi pada 2013 dan 2015 terjadi pergeseran ke bulan
Januari dan Maret.
4.1.3. Kabupaten Kepulauan Mentawai
Kepulauan Mentawai adalah salah satu kabupaten yang terletak di provinsi Sumatra
Barat, Indonesia. Kabupaten ini berada di luar dari wilayah pulau Sumatera, yang terdiri atas
empat pulau utama. Kabupaten Kepulauan Mentawai dibentuk berdasarkan UU RI No. 49 Tahun
1999 dan dinamai menurut nama asli geografisnya. Empat pulau utama yang berpenghuni
yaitu Pulau Siberut, Pulau Sipora, Pulau Pagai Utara, dan Pulau Pagai Selatan yang dihuni oleh
mayoritas masyarakat suku Mentawai, suku Minangkabau, dan pendatang lainnya di luar
Sumatera Barat. Selain itu masih ada beberapa pulau kecil lainnya yang berpenghuni namun
sebagian besar pulau yang lain hanya ditanami dengan pohon kelapa.
45. 35
Kabupaten Kepulauan Mentawai dibentuk berdasarkan UU RI No. 49 Tahun 1999 dan dinamai
menurut nama asli geografisnya. Kabupaten ini terdiri dari 4 kelompok pulau utama yang
berpenghuni yaitu Pulau Siberut, Pulau Sipora, Pulau Pagai Utara dan Pulau Pagai Selatan.
Kepulauan Mentawai merupakan bagian dari serangkaian pulau non-vulkanik dan gugus
kepulauan itu merupakan puncak-puncak dari suatu punggung pegunungan bawah laut.
Disamping itu, Kantor Kementerian Agama Kabupaten yang terletak di KM.12 Tuapeijat yang
merupakan ibu kota kabupaten Kepulauan Mentawai ini diresmikan pada tahun 2005.
Kabupaten Kepulauan Mentawai merupakan sebuah kabupaten yang berbentuk kepulauan yang
terletak memanjang di lepas pantai barat pulau Sumatra dan dikelilingi oleh perairan Samudra
Hindia di semua sisi.
Kepulauan Mentawai merupakan bagian dari serangkaian pulau non-vulkanik dan gugus
kepulauan itu merupakan puncak-puncak dari suatu punggung pegunungan bawah laut.
Berikut merupakan batas-batas wilayah Kabupaten Kepulauan Mentawai, Sumatra Barat.
Utara : Sumatera Utara
Timur : Selat Mentawai
Selatan : Samudra Hindia
Barat : Samudra Hindia
Pusat pemerintahan dari kabupaten Kepulauan Mentawai adalah berada di Tuapejat, sebelah
utara dari pulau Sipora. Semua kantor pemerintahan pusat kabupaten berada di Tuapejat.
46. 36
4.1.4. Kabupaten Pasaman Barat
Pasaman Barat adalah salah satu kabupaten yang berada di provinsi Sumatra Barat, Indonesia.
Daerah ini dibentuk dari hasil pemekaran Kabupaten Pasaman berdasarkan UU No.38 Tahun
2003 tanggal 18 Desember 2003, dengan ibu kota kabupaten di Simpang Ampek. Kabupaten
Pasaman Barat merupakan salah satu dari 3 (tiga) Kabupaten Pemekaran di Provinsi Sumatra
Barat, berdasarkan Undang-undang Nomor 38 Tahun 2003 tentang Pembentukan Kabupaten
Dharmasraya, Solok Selatan dan Pasaman Barat. Kabupaten Pasaman Barat dengan luas wilayah
3.864,02 km², jumlah penduduk 436.298 jiwa (2021), dengan administrasi pemerintahan yang
meliputi 11 (sebelas) kecamatan dan 19 nagari.
Pada 25 Februari 2022 sekitar pukul 8.29 WIB, gempa terjadi di kawasan ini. Badan Meteorologi
dan Geofisika (BMKG) mencatat, gempa tersebut berkekuatan magnitudo 6,2.
Geografis
Secara geografis Kabupaten Pasaman Barat terletak di antara 00° 33’ Lintang Utara sampai 00°
11’ Lintang Selatan dan 99° 10’ sampai 100° 04’ Bujur Timur.
Topografi
Secara umum topografi daerah Kabupaten Pasaman Barat adalah datar dan sedikit
bergelombang, sedangkan daerah bukit dan bergunung hanya terdapat di Kecamatan Talamau
dan Gunung Tuleh. Ketinggian daerah bervariasi dari 0 sampai 913 meter di atas permukaan laut.
Wilayah datar dengan kemiringan 0-3%, datar bergelombang dengan kemiringan 3-8%,
47. 37
berombak dan bergelombang dengan kemiringan lereng 8%-15% serta wilayah bukit bergunung
dengan kemiringan lereng di atas 15%.
Batas Wilayah
Kabupaten Pasaman Barat, Sumatera Barat memiliki wilayah administrasi dengan perbatasan
sebagai berikut:
Utara : Kabupaten Mandailing Natal, Provinsi Sumatera Utara
Timur : Kabupaten Pasaman
Selatan: Kabupaten Agam
Barat : Samudera Hindia
4.1.5. Kabupaten Tanah Datar
Secara geografis wilayah Kabupaten Tanah Datar berada di sekitar kaki gunung Merapi,
gunung Singgalang, dan gunung Sago, dan diperkaya pula dengan 25 sungai. Danau Singkarak
yang cukup luas sebagian diantaranya merupakan wilayah Kabupaten Tanah Datar yakni terletak
di Kecamatan Batipuh Selatan dan Rambatan.
Diantara seluruh kecamatan yang ada, 3 Kecamatan terletak pada ketinggian antara 750 s.d. 1000
meter di atas permukaan laut, yaitu Kecamatan X Koto, Salimpaung, dan Tanjung Baru.
Sementara itu empat Kecamatan lainnya, yaitu Kecamatan Lima Kaum, Tanjung Emas, Padang
Ganting, dan Sungai Tarab terletak pada ketinggian 450 s.d. 550 meter dari permukaan laut.
Sedangkan 7 Kecamatan lagi terletak pada ketinggian yang bervariasi, misalnya Kecamatan
Lintau Buo yang terletak pada ketinggian antara 200 s.d. 750 meter dari permukaan laut.
48. 38
Bila dilihat dari luas wilayah Kecamatan, maka Kecamatan yang paling kecil luasnya adalah
Kecamatan Lima Kaum dengan luas 50,00 Km², sedangkan Kecamatan yang paling luas adalah
Kecamatan Lintau Buo Utara, yakni 204,31 Km², kemudian diikuti Kecamatan X Koto yang
luasnya 152,02 Km².
Ibukota Kabupaten Tanah Datar berada di Batusangkar, uniknya Kota Batusangkar ini berada
pada tiga (3) wilayah kecamatan, yaitu Kecamatan Lima Kaum, Kecamatan Tanjung Emas, dan
Kecamatan Sungai Tarab. Sedangkan pusat pemerintahan berada di Kecamatan Tanjung Emas
atau tepatnya di Nagari Pagaruyung. Kota Batusangkar ini lebih dikenal sebagai Kota Budaya,
karena di Kabupaten Tanah Datar terdapat banyak peninggalan dan prasasti terutama
peninggalan Istana Basa Pagaruyung yang merupakan pusat Kerajaan Minangkabau.
Berdasarkan hasil Sensus Penduduk Tahun 2010 yang dilakukan pada seluruh penduduk yang
bertempat tinggal di Tanah Datar pada tanggal 1-31 Mei 2010 memberikan informasi bahwa
pada jumlah penduduk Kabupaten Tanah Datar mencapai 338.494 jiwa yang tersebar di seluruh
nagari atau seluruh jorong. Jumlah penduduk sebanyak itu jika dipilah menurut jenis kelamin
terdapat 164.852 jiwa diantaranya adalah penduduk laki-laki sedangkan sisanya sebanyak
173.642 jiwa adalah perempuan.
Dengan komposisi penduduk menurut jenis kelamin pada tahun 2010 dimana yang terbanyak
adalah penduduk perempuan menghasilkan rasio jenis kelamin sebesar 94,94.
Distribusi penduduk menurut kecamatan, tampak untuk beberapa kecamatan jumlah
penduduknya relatif cukup banyak (30 ribu ke atas). Dari 14 kecamatan yang ada, terdapat 4
kecamatan diantaranya yang memiliki jumlah penduduk di atas 30 ribu jiwa seperti Kecamatan
X Koto, Rambatan, Lima Kaum, dan Lintau Buo Utara. Namun demikian, jika jumlah penduduk
49. 39
dibandingkan dengan luas wilayah masing-masing kecamatan, tampak bahwa kecamatan yang
paling padat penduduknya adalah di Kec. Lima Kaum yang mencapai 716 jiwa per Km persegi.
Kecamatan Sungai Tarab merupakan kecamatan kedua yang terpadat penduduknya yakni
sebanyak 408 orang per Km persegi, sedangkan Kecamatan Batipuh Selatan merupakan
kecamatan yang masih jarang dengan kepadatan penduduk sebesar 126 orang per Km persegi.
4.2 Gambaran Umum Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Lokasi Penelitian
4.2.1. Kota Sawahlunto
Sawahlunto pada awalnya hanya merupakan sebuah wilayah hutan belantara yang menyatu
dengan kawasan Bukit Barisan Sumatera Barat. Menurut hikayat masyarakat Kota Sawahlunto,
penemuan batubara di kawasan ini terjadi karena secara tidak sengaja. Penemuan batubara terjadi
diawali oleh misi pencarian orang Belanda yang hilang oleh arus ketika berperahu menyusuri
Sungai Ombilin. Pada saat pencarian inilah kejelian orang Belanda mampu memperkirakan
bahwa di wilayah ini kaya akan kandungan batubara.
Pada tahun 1867 Willem Hendrik de Greve menemukan cadangan batubara di sepanjang alur
Sungai Ombilin. Dengan ditemukannya cadangan batubara maka pada tahun 1887 Pemerintah
Kolonial Belanda mulai membangun infrastruktur guna menunjang kegiatan penambangan
batubara, berupa jalur kereta api, pelabuhan laut di daerah Padang (Teluk Bayur). Pada tahun
1892 produksi pertama batubara di Ombilin Sawahlunto mulai berjalan. Karena beratnya kondisi
pertambangan pada saat itu Pemerintah Kolonial Belanda mulai mendatangkan orang dari luar
Sawahlunto sebagai pekerja tambang. Banyak dari mereka yang didatangkan merupakan
tawanan pemerintah kolonial sehingga kondisi mereka saat bekerja berada dalam kondisi dirantai
sehingga dari sinilah muncul istilah orang rantai. Kelak di kemudian hari orang-orang ini akan
50. 40
membentuk kultur masyarakat majemuk seperti yang ada sekarang ini dan infrastruktur
peninggalan penambangan batubara pada zaman kolonial Belanda memberikan identitas
tersendiri bagi Kota Sawahlunto.
Sawahlunto terletak di bagian timur Provinsi Sumatera Barat. Sawahlunto dapat dicapai melalui
jalur darat baik dengan menggunakan kendaraan umum maupun pribadi dengan waktu tempuh
kurang lebih 2 jam. Terdapat 2 alternatif jalan darat. Alternatif pertama melalui jalur utara
melewati Padang Panjang dan Batusangkar dengan waktu tempuh sedikit lebih panjang serta
melalui jalur selatan melewati Solok. Sebagai sebuah kota yang berkembang dari area
pertambangan pemerintahan Kolonial Belanda, Kota Sawahlunto mewarisi berbagai macam
peninggalan infrastruktur pertambangan dan bangunan-bangunan yang pada saat itu berfungsi
sebagai pusat administrasi dan penunjang operasional pertambangan serta tidak kalah menarik
kisah-kisah yang mewarnai sejarah masyarakat pertambangan di Kota Sawahlunto.
Kota tua Sawahlunto dengan luas 779.6 hektar memiliki beberapa sumber daya tarik wisata,
sebut saja sisa lubang bekas penambangan batubara yang dikenal dengan nama Lubang Mbah
Soero, Goedang Ransoem serta beberapa gedung pemerintahan peninggalan masa kolonial yang
masih berdiri kokoh. Namun sayangnya interpretasi terhadap heritage ini masih sangat kurang.
Sebut saja Lubang Mbah Soero. Dari nama sebenarnya cukup menimbulkan rasa ingin tahu
(curiousity) yang cukup besar, hanya saja interpretasi serta dramatisasi terhadap lubang bekas
penggalian batubara ini belum cukup untuk mengangkat reputasi daya tarik ini. Padahal cukup
banyak kisah yang melatarbelakangi bekas tambang penggalian batubara ini yang bisa
dikomodifikasi sebagai starting point perjalanan daya tarik otentik wisata tambang di Kota tua
Sawahlunto.
51. 41
Kisah tentang kemultikulturan masyarakat Sawahlunto, kisah tentang “orang rantai” bisa
menjadi nilai tambah keontetikan wisata tambang yang ditawarkan, karena sesungguhnya inilah
daya tarik otentik wisata Kota tua Sawahlunto. Otentitas yang dimiliki inilah yang seharusnya
dikemas dengan lebih baik ketimbang daya tarik artifisial seperti pusat-pusat rekreasi yang
mudah diimitasi oleh kota-kota lain yang ada di sekitar Sawahlunto.
Selain heritage, sebenarnya terdapat beberapa daya tarik otentik dari sisi kuliner yang dimiliki
oleh Kota Sawahlunto yakni minuman khas yang disebut dengan Kopi Kawa atau masyarakat
setempat lebih senang menyebutnya dengan kopi daun. Satu hal yang menjadikan minuman ini
menjadi khas adalah bahan dasarnya yang tidak menggunakan biji kopi melainkan diproses
dengan menggunakan daun kopi. Namun sayang sekali minuman jenis ini sulit sekali ditemukan
di Sawahlunto.
Saat ini kunjungan ke Sawahlunto masih didominasi oleh para pelancong (excursionist)
ke daya tarik wisata rekreasional seperti Taman Wisata Kandi di Kecamatan Talawi yang
berjarak kurang lebih 11 kilometer dari kota tua Sawahlunto dan ke pusat rekreasi Waterboom di
Muaro Kalaban yang berjarak sekitar 6 kilometer. Jika kembali pada tolok ukur konsepi
kepariwisataan, yakni definisi tentang wisatawan dan lama tinggal (length of stay) Sawahlunto
masih perlu banyak berbenah dalam upaya menghidupkan kota sebagai magnet utama daya tarik
wisata di seluruh kawasan Kota Sawahlunto. Untuk menjadikan Kota Sawahlunto lebih lama
ditinggali wisatawan terdapat beberapa alternatif yang layak dipertimbangkan.
Para stakeholder kepariwisataan di Kota Sawahlunto harus mampu berkreativitas dalam
menghidupkan kota tua dengan berbagai aktivitas yang bisa dilakukan oleh wisatawan ketika
pertama kali menginjakan kaki di kota tua. Kreativitas yang bisa dilakukan adalah dengan
52. 42
menghidupkan ruas Jalan Ahmad Yani dan Imam Bonjol sebagai pusat sosialisasi atau peleburan
antara masyarakat dengan wisatawan melalui aktivitas culinary, penjualan handycraft dan
sejenisnya yang bisa lebih menghidupkan kota di malam hari, mengingat aktivitas ini lebih
nyaman dilakukan pada sore hari hingga malam mengingat kondisi kota pada siang hari cukup
terik. Selain itu dalam menghidupkan kembali romantisme kota tua, para stakeholder pariwisata
dapat memanfaatkan momen perayaan hari jadi Kota Sawahlunto yang dikenal dengan Festival
Makan Bajamba, dimana warga seluruh kota secara massal menikmati makan secara bersama-
sama. Hal yang menjadi menarik di sini jika dikaitkan dengan peristiwa di masa lampau hanya
saja dalam konteks yang berbeda, bahwa makan bersama ini sudah dilakukan oleh masyarakat
Sawahlunto zaman dahulu yang notabene adalah para pekerja tambang yang pada waktu itu
makanannya diolah dan didistribusi oleh apa yang dikenal masyarakat Sawahlunto hingga saat
ini sebagai Goedang Ransoem.
Pemerintah setempat dapat menghidupkan kembali Goedang Ransoem setidaknya sekali
dalam setahun dengan memanfaatkan Festival Makan Bajamba dengan mengolah dan
mendistribusikan makanan bagi perayaan festival, meskipun peralatan yang digunakan dapat
merupakan replika tetapi setidaknya para pengelola kepariwisataan di Sawahlunto dapat
memberikan “roh” bagi Goedang Ransoem ketimbang hanya sebagai museum benda mati yang
tidak memberi nilai tambah apa-apa. Menghidupkan kembali Goedang Ransoem juga dapat
berfungsi sebagai daya tarik commerative tourism masyarakat dan wisatawan terhadap para
pekerja tambang yang menjadi korban dalam masa pemerintahan kolonial Belanda.
Selain itu hal lain yang perlu mendapat perhatian adalah sarana akomodasi bagi wisatawan yang
hendak menghabiskan waktu lebih lama di Kota Sawahlunto. Meskipun saat ini terdapat 11
penginapan dan 8 homestay, pemerintah setempat perlu memberikan perhatian lebih terutama
53. 43
dalam pembinaan dalam meningkatkan pelayanan dan fasilitas kamar terhadap tamu yang
menginap.
Selain itu dari sisi aksesibilitas, hal yang sangat potensial dalam mendatangkan wisatawan ke
Kota Sawahlunto adalah dengan memanfaatkan kereta wisata yang selama ini melayani rute
Padang Panjang – Sawahlunto ketimbang menggunakan moda transportasi darat lainnya
mengingat rute kereta api menawarkan pemandangan yang lebih menarik karena alur kereta api
ini menyusuri tepian danau Singkarak. Selain itu pemanfaatan kereta wisata ini dapat menjaring
wisatawan dari Bukittinggi sebagai daerah penghasil wisatawan, mengingat jarak antara
Bukittinggi dengan Pandang Panjang relatif lebih pendek dengan waktu tempuh melalui jalan
darat kurang lebih 30 menit.
Berikut ini adalah Data Jumlah Usaha Ekraf di Kota Sawahlunto:
Tabel 4.2
Data Usaha Ekraf Sumbar
No SUB SEKTOR 2020 2021 2022
1 SENI PERTUNJUKAN 42 42 42
2 KULINER 18 24 24
3 KRIYA 15 20 20
4 FOTOGRAFI 15 15 12
5 DESAIN KOMUNIKASI VISUAL 9 9 9
6 MUSIK 7 10 10
7 ARSITEKTUR 0 0 0
8 DESAIN INTERIOR 3 4 4
9 FASHION 9 9 9
10 FILM, ANIMASI DAN VIDEO 4 4 4
11 SENI RUPA 0 1 1
12 DESAIN PRODUK 3 3 3
13
PENGEMBANG PERMAINAN
(GAME)
0 0 0
14 APLIKASI 0 0 0
15 TELEVISI DAN RADIO 0 0 0
54. 44
16 PENERBITAN 0 0 0
17 PERIKLANAN 0 1 1
JUMLAH 125 142 139
Sumber: Disparpora Kota Sawahlunto, 2023
4.2.2. Kabupaten Sijunjung
Kabupaten Sijunjung merupakan salah satu Kabupaten di Sumatera Barat yang memiliki potensi
wisata yang sangat potensial. Potensi wisata tersebut meliputi potensi wisata alam, budaya dan
wisata buatan yang tersebar di beberapa kecamatan. Sebagai daerah tujuan wisata dalam wilayah
provinsi, Sijunjung termasuk dalam DPP V destinasi wisata Sumatera Barat yang meliputi wisata
alam, wisata budaya/sejarah, dan wisata buatan yang sudah dapat dijangkau dari segala penjuru
dan didukung prasarana jalan yang memadai. Beberapa potensi wisata yang terdapat di
Kabupaten Sijunjung dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 4.3
POTENSI DAN PELUANG INVESTASI PARIWISATA DI KAB. SIJUNJUNG
KECAMATAN NAMA OBJEK JENIS LOKASI
Kamang Baru
Wahana Wisata Alam Kamang Baru Alam Kamang Baru
Murai Tujuah Basanggik Alam Aie
Amo
Alam Aie Amo
Danau Batang Karing Alam Batang Karing
55. 45
Tanjung Gadang Panorama Bukik Sabalah Alam Pandam
Ngalau Pandam Alam Pandam
Sijunjung Ngalau Loguang Alam Aie Angek
Pemandian Aie Angek Alam Aie Angek
Ngalau Palukahan Alam Silokek
Arung Jeram
Minat
Khusus
Batang Kuantan
Ngalau Cigak Alam Silokek
Bersafar Budaya
Calau Muaro
Sijunjung
Perkampungan Adat Budaya
Pdg. Ranah
Sijunjung
Ngalau Solok Ambah Alam Solok Ambah
Ngalau Talago Alam Silokek
Lubuk Tarok Batu Ajuang Alam Batu Ajuang
56. 46
Kerajaan Jambu Lipo Budaya Jambu Lipo
Rumah Gadang 13 Ruang Budaya Lubuk Tarok
Aia Tajun Buluah Kasok Alam Taratak
IV Nagari Tabek Silacan Ranah Tibarau
Kupitan Goa Bukik Panjang Alam Kampung Baru
Lobang Japang Alam Padang Sibusuak
Pemandian Aia Angek Alam Padang Sibusuak
Rumah Gadang Piliang Budaya Padang Sibusuak
Koto VII Tabek Gadang Alam Padang Lawas
Makam Syekh Burhanudin Budaya Aur Gading
Sumpur Kudus Lubuk Pandakian Alam Sumpur Kudus
Air Terjun Koto Salo Alam Koto Salo
57. 47
Ngalau Sisawah Alam Sisawah
Makam Rajo Ibadat Budaya Sumpur Kudus
Monumen Sejarah PDRI Budaya Sumpur Kudus
Lubuk Hijau Alam Sumpur Kudus
Sumber: Pemkab Sijunjung, 2023
Kabupaten Sijunjung terletak di bagian timur Provinsi Sumatera Barat diantara 0o18’43” LS –
1o41’46’’LS dan 100o46’50’’BT – 101o53’50’’ BT dengan ketinggina 100 -1.250 meter dari
permukaan laut. merupakan kabupaten terluas ketiga di Provinsi Sumatera Barat. Saat ini
Kabupaten Sijunjung memiliki luas wilayah 3.134,21 km2 atau sekitar 7,41 persen dari luas
Sumatera Barat dengan jumlah penduduk ± 226.300 jiwa yang tersebar di 8 (delapan)
kecamatan, 61 Nagari dan 1 Desa. Berbatasan langsung dengan bagian utara Kabupaten Tanah
Datar, bagian timur Kabupaten Kuantan Singingi, Propinsi Riau, bagian selatan Kabupaten
Dharmasraya dan bagian barat Kabupaten Solok dan Kota Sawahlunto.
Letak Kabupaten Sijunjung sangat strategis. menghubungkan Provinsi Riau dan Provinsi jambi,
Selain itu, Jalan lintas dari dan menuju Propinsi Riau, Jambi dan Pulau Jawa melewati
sebahagian besar daerah di Kabupaten Sijunjung sehingga sebagai jalur ekonomi dan pariwisata.
Dengan posisi yang sedemikian strategisnya, Kabupaten Sijunjung menjadi salah satu pintu
gerbang perekonomian kegiatan pariwisata, perdagangan dan jaringan transportasi dari Riau,
Jambi dan Pulau jawa. Karena terletak di lokasi persimpangan jalur utama yang cukup strategis ,
mengakibatkan Kabupaten Sijunjung memiliki potensi dan prospek yang cerah dalam
58. 48
pengembangan pembangunan bidang ekonomi dan bidang sosial budaya khususnya untuk
pengembangan sektor pariwisata.
Ekonomi kreatif dan sektor wisata merupakan dua hal yang saling berpengaruh dan dapat saling
bersinergi. Ekonomi kreatif merupakan era ekonomi baru yang mengintensifikasi informasi dan
kreativitas dengan mengandalkan ide dan pengetahuan dari sumber daya manusia sebagai faktor
produksi utama dalam kegiatan ekonominya. Pengembangan ekonomi kreatif dapat dilakukan
seiring dengan pengembangan wisata. Pemerintah Kabupaten Sijunjung, Khususnya Dinas
Parpora berperan untuk mendukung keberadaan pelaku ekonomi kreatif yang ada di Kabupaten
Sijunjung. Tujuannya agar pembinaan pelaku ekonomi kreatif dapat dilakukan sehingga
membantu pengembangan potensi diri, kreatifitas, pengetahuan dan kemandirian pelaku usaha
ekonomi kreatif di Kabupaten Sijunjung, sehingga diharapkan memberikan dampak multiplier
efek untuk mendukung pengembangan kawasan wisata di Kabupaten Sijunjung. Berikut ini
adalah data pelaku ekraf di Kab. Sijunjung tahun 2023:
Tabel 4.4
Data Usaha Ekraf Kab. Sijunjung Tahun 2023
NO NAMA
PELAKU
JENIS
USAHA
TENAGA KERJA AKTE
PENDIRIAN
USAHA
KEC/
NAGARI
P W
1 Yuliati Kriya 2 10 Tidak Ada Muaro Bodi/ IV
Nagari
2 Erna Yurnita Kuliner Cemilan 2 Tidak Ada Koto Tuo/ IV Nagari
3 Wengra
Desmariadi
Seni Pertunjukan 20 8 Tidak Ada Koto Tuo/ IV Nagari
4 Dodi Setiawan Fotografi 1 Tidak Ada Mundam Sakti/ IV Nagari
5 Emilda Sofyani Kuliner Cemilan 1 1 Tidak Ada Palangki/ IV Nagari
6 Hendra Yanti Kuliner Cemilan 2 1 Tidak Ada Palangki/ IV Nagari
7 Herwin Syah Putra Seni Rupa 1 Tidak Ada Palangki/ IV Nagari
8 Margawati Kuliner Cemilan 3 Tidak Ada Palangki/ IV Nagari
9 Rika Afriyuni Kuliner Cemilan 1 1 Tidak Ada Palangki/ IV Nagari
10 Yetmi Yolanda F Kuliner Makanan 1 Tidak Ada Palangki/ IV Nagari
59. 49
11 Elidawati Kriya 20 Ada Kamang/ Kamang Baru
12 Sri Utami Kuliner Cemilan 1 Ada Kamang/ Kamang Baru
13 Arif Setiawan Kriya 1 1 Tidak Ada Kunpar/ Kamang Baru
14 Purwati Kriya 3 18 Ada Kunpar/ Kamang Baru
15 Rika Marlina Kriya 1 Tidak Ada Kunpar/ Kamang Baru
16 Ambil Seni Pertunjukan 20 10 Tidak Ada Sungai Lansek/ Kamang
Baru
17 Riki Saputra Fotografi 1 1 Ada Sungai Lansek/ Kamang
Baru
18 Riza Oktavia Kuliner 1 3 Tidak Ada Sungai Lansek/ Kamang
Baru
19 Titi Yulia Salma Kuliner Cemilan 1 1 Tidak Ada Sungai Lansek/ Kamang
Baru
20 Juniadi Seni Pertunjukan 22 18 Tidak Ada Sungai Betung/ Kamang
Baru
21 Pamil Seni Pertunjukan 26 11 Tidak Ada Sungai Betung/ Kamang
Baru
22 Siska Wulandari Kuliner Cemilan 12 Ada Kampung Baru/ Kupitan
23 Defriwan Kriya 3 Tidak Ada Padang Sibusuk/ Kupitan
24 Evanora Kuliner Cemilan 1 3 Ada Padang Sibusuk/ Kupitan
25 Hamdala Sikmel Kuliner Cemilan 1 1 Tidak Ada Padang Sibusuk/ Kupitan
26 Ria Novita Sari Kriya 1 Tidak Ada Padang Sibusuk/ Kupitan
27 Sri Gustina Kuliner Cemilan 10 Tidak Ada Padang Sibusuk/ Kupitan
28 Imelda Kuliner Cemilan 1 Ada Pamuatan/ Kupitan
29 Nuryanti Kriya 1 Ada Pamuatan/ Kupitan
30 Rosnadianora Kriya 1 Ada Pamuatan/ Kupitan
31 Ayu Ashari Fashion 2 Tidak Ada Aie Angek/ Sijunjung
32 Etta Noli Seni Pertunjukan 2 Tidak Ada Aie Angek/ Sijunjung
33 Nino Niyus Kriya 1 Tidak Ada Aie Angek/ Sijunjung
34 Riris Susanti Seni Pertunjukan 20 15 Tidak Ada Durian Gadang/ Sijunjung
35 Tusman Seni Pertunjukan 20 8 Tidak Ada Durian Gadang/ Sijunjung
36 Rice Afriwingsih Kriya 1 Tidak Ada Kandang Baru/ Sijunjung
37 Rimbun Yuli Kuliner Cemilan 1 Tidak Ada Kandang Baru/ Sijunjung
38 Animar Kuliner Cemilan 3 Tidak Ada Muaro/ Sijunjung
39 Anwar Seni Pertunjukan 14 9 Tidak Ada Muaro/ Sijunjung
40 Aslinda Gusleni,
SH, MM
Radio 7 10 Ada Muaro/ Sijunjung
41 H. Awang
Syafwarman
Seni Pertunjukan 13 17 Tidak Ada Muaro/ Sijunjung
42 Bujang K Seni Pertunjukan 20 10 Tidak Ada Muaro/ Sijunjung
43 Citra Ramadhoni DKV 7 3 Ada Muaro/ Sijunjung
44 Darheni Kuliner Cemilan 3 2 Tidak Ada Muaro/ Sijunjung
45 Darlinis Seni Pertunjukan 35 Tidak Ada Muaro/ Sijunjung
46 Darmawirasul Kuliner 1 5 Ada Muaro/ Sijunjung
47 Deffi Anna
Wirasandi
Desain Interior 2 2 Ada Muaro/ Sijunjung
60. 50
48 Dita Harpeni, A.
Md
Fashion 6 Tidak Ada Muaro/ Sijunjung
49 Doriani Kuliner 1 Tidak Ada Muaro/ Sijunjung
50 Eneng Kuliner Cemilan 2 Tidak Ada Muaro/ Sijunjung
51 Erlinda Wati Kuliner Cemilan 4 6 Tidak Ada Muaro/ Sijunjung
52 Fera Wati Kuliner Cemilan 1 1 Tidak Ada Muaro/ Sijunjung
53 H. Afrizon Kuliner 4 2 Tidak Ada Muaro/ Sijunjung
54 Helmi Wati Kuliner Cemilan 1 2 Tidak Ada Muaro/ Sijunjung
55 Husnal Petra DKV 5 Ada Muaro/ Sijunjung
56 Ikhsan Twen
Fernando
Kuliner Minuman 1 5 Ada Muaro/ Sijunjung
57 Indra Yeni Kriya 9 68 Tidak Ada Muaro/ Sijunjung
58 Joko Kanantyo Radio 2 1 Tidak Ada Muaro/ Sijunjung
59 Jus Nengsi
Asmayanti
Kuliner Cemilan 2 Tidak Ada Muaro/ Sijunjung
60 Kennedy Fotografi 2 Tidak Ada Muaro/ Sijunjung
61 Liza Herlian Kuliner Cemilan 1 1 Tidak Ada Muaro/ Sijunjung
62 Mayer Zaldi Radio 1 3 Ada Muaro/ Sijunjung
63 Metrianti Kuliner Cemilan 2 Tidak Ada Muaro/ Sijunjung
64 Mukhlis Kuliner 1 5 Ada Muaro/ Sijunjung
65 Nasri Anto Radio 2 3 Ada Muaro/ Sijunjung
66 Nengkusuma
Wardani
Kuliner Cemilan 2 Tidak Ada Muaro/ Sijunjung
67 Netri Eliza Kuliner Cemilan 1 Tidak Ada Muaro/ Sijunjung
68 Nofri Susanti Kuliner Cemilan 1 Tidak Ada Muaro/ Sijunjung
69 Pendi Truna Jaya Seni Pertunjukan 20 10 Ada Muaro/ Sijunjung
70 R Paduko Alam Seni Pertunjukan 2 Ada Muaro/ Sijunjung
71 Rahmat Hidayat Kuliner Minuman 2 1 Ada Muaro/ Sijunjung
72 Takdir Julianda Kuliner Minuman 2 1 Tidak Ada Muaro/ Sijunjung
73 Upik Adjis Kuliner Cemilan 2 Tidak Ada Muaro/ Sijunjung
74 Yodi Dhana
Atmodjo
Kuliner Makanan 1 5 Ada Muaro/ Sijunjung
75 Yola Oksandra,
S.Pd
Seni Pertunjukan 13 17 Ada Muaro/ Sijunjung
76 Yusnyan Kuliner Cemilan 2 2 Tidak Ada Muaro/ Sijunjung
77 Yusra Kuliner 4 1 Ada Muaro/ Sijunjung
78 Zeni Kuliner Cemilan 2 Ada Muaro/ Sijunjung
79 MHD Jufri Can Kriya 2 Tidak Ada Muaro/ Sijunjung
80 Alkabirullah Fotografi 1 Tidak Ada Pematang Panjang/
Sijunjung
81 Defirman Seni Pertunjukan 23 10 Tidak Ada Pematang Panjang/
Sijunjung
82 Eragusmawati,
SPD
Fotografi 2 1 Tidak Ada Pematang Panjang/
Sijunjung
83 Helen Fransisca Kuliner Cemilan 1 1 Tidak Ada Pematang Panjang/
Sijunjung
61. 51
84 Supardi Seni Pertunjukan 32 8 Tidak Ada Pematang Panjang/
Sijunjung
85 Titin Oktavia Kuliner Cemilan 1 Tidak Ada Pematang Panjang/
Sijunjung
86 Cecep Setiadi Radio 3 2 Tidak Ada Sijunjung/ Sijunjung
87 Erdi Kuliner Cemilan 1 2 Tidak Ada Sijunjung/ Sijunjung
88 Eva Mirawati Kuliner Cemilan 1 3 Tidak Ada Sijunjung/ Sijunjung
89 Fira Wati Kuliner Cemilan 2 6 Tidak Ada Sijunjung/ Sijunjung
90 Kartini Kuliner Cemilan 4 Tidak Ada Sijunjung/ Sijunjung
91 Nurzayani Kriya 4 Tidak Ada Sijunjung/ Sijunjung
92 Ramadani Kriya 42 Tidak Ada Sijunjung/ Sijunjung
93 Situs Amril Kriya 2 Tidak Ada Sijunjung/ Sijunjung
94 Edo Novriadi Seni Pertunjukan 5 16 Tidak Ada Sijunjung/ Sijunjung
95 Sri Handayani Kuliner Cemilan 1 2 Tidak Ada Sijunjung/ Sijunjung
96 Asmawati Kriya 16 Tidak Ada Silokek/ Sijunjung
97 Delvi Seni Pertunjukan 1 12 Tidak Ada Silokek/ Sijunjung
98 Dedi Irwan Kriya 3 1 Tidak Ada Solok Ambah/ Sijunjung
99 Helmi Kaset Kriya 1 1 Tidak Ada Solok Ambah/ Sijunjung
100 Suardi Kriya 2 1 Tidak Ada Solok Ambah/ Sijunjung
101 Sumarnis Kriya 1 Tidak Ada Solok Ambah/ Sijunjung
102 Jama’an Kuliner Minuman 2 1 Tidak Ada Kumanis/ Sumpur Kudus
103 Yeni Susanti Kriya 9 Tidak Ada Kumanis/ Sumpur Kudus
104 Yulfirdaus Kriya 6 Tidak Ada Kumanis/ Sumpur Kudus
105 Yuri Hardila Kuliner Minuman 1 1 Tidak Ada Silantai/ Sumpur Kudus
106 Zefi Alfia Kuliner Cemilan 1 3 Tidak Ada Silantai/ Sumpur Kudus
107 Apriyosep Kuliner Minuman 1 3 Tidak Ada Sisawah/ Sumpur Kudus
108 Deswita Kriya 6 11 Tidak Ada Sisawah/ Sumpur Kudus
109 Sabir Kriya 1 1 Tidak Ada Sisawah/ Sumpur Kudus
110 Sahirman Seni Pertunjukan 20 30 Tidak Ada Sisawah/ Sumpur Kudus
111 Werda Kuliner Cemilan 1 1 Tidak Ada Sisawah/ Sumpur Kudus
112 Abdul Karib Seni Pertunjukan 11 Tidak Ada Sp. Kudus Selatan/ Sp.
Kudus
113 Zeni Fitri Illahi Kriya 1 Tidak Ada Sp. Kudus Selatan/ Sp.
Kudus
114 Elvi Soni Kriya 2 Tidak Ada TBA/ Sumpur Kudus
115 Yusna Kuliner Cemilan 2 1 Tidak Ada TBA/ Sumpur Kudus
116 Naldianton Kriya 6 Tidak Ada TBA Selatan/ Sumpur
Kudus
117 Emalia Kriya 1 Tidak Ada Unggan/ Sumpur Kudus
118 Siti Aysa Seni Pertunjukan 10 Tidak Ada Unggan/ Sumpur Kudus
119 Ardi Seni Pertunjukan 56 8 Tidak Ada Langki/ Tanjung Gadang
120 Dirusman Kriya 1 Tidak Ada Langki/ Tanjung Gadang
121 Muhammad Dirus Seni Pertunjukan 4 14 Tidak Ada Langki/ Tanjung Gadang
122 Amrizal Seni Pertunjukan 12 18 Tidak Ada Sibakur/ Tanjung Gadang