2. Perang Mu’tah Islam vs Romawi PERTEMPURAN paling heroik dan
dahsyat yang dialami umat Islam di era awal perkembangan Islam
adalah saat mereka yang hanya berkekuatan 3000 orang melawan
pasukan terkuat di muka bumi saat itu, Pasukan Romawi dengan
kaisarnya Heraclius yang membawa pasukan sebanyak 200.000.
3. Latar belakang peperangan
Penyebab perang Mu’tah ini bermula ketika Rasulullah Shallallâhu
‘alaihi wasallam mengirim utusan bernama al- Harits bin Umair al-‘Azdi
yang akan dikirim ke penguasa Bashra. Di tengah perjalanan, utusan
itu ditangkap Syurahbil bin ‘Amr al-Ghassani dari bani Gasshaniyah
(daerah jajahan romawi) dan dibawa ke hadapan kaisar Romawi
Heraclius. Setelah itu kepalanya dipenggal. Pelecehan dan
pembunuhan utusan negara termasuk menyalahi aturan politik dunia.
Membunuh utusan sama saja ajakan untuk berperang. Hal inilah yang
membuat beliau marah.
4. Tidakan diputuskan Rasulullah SAW
diutuslah pasukan muslimin untuk berangkat ke daerah Syam.
Rasulullah Shallallâhu ‘alaihi wasallam sadar melawan penguasa Bushra
berarti juga melawan pasukan Romawi yang notabene adalah pasukan
terbesar dan terkuat di muka bumi ketika itu. Namun ini harus
dilakukan karena bisa saja suatu saat pasukan lawan akan menyerang
Madinah. Kelak pertempuran ini adalah awal dari pertempuran Arab –
Bizantium.
5. Intruksi Rasulullah SAW
Rasulullah SAW berkata “Pasukan ini dipimpin oleh Zaid bin Haritsah,
bila ia gugur komando dipegang oleh Jakfar bin Abu Thalib, bila gugur
pula panji diambil oleh Abdullah bin Rawahah –saat itu beliau
meneteskan air mata-selanjutnya bendera itu dipegang oleh seorang
‘pedang Allah’ dan Akhirnya Allah Subhânahu wata‘âlâ memberikan
kemenangan. (HR. al-Bukhari) Perang terjadi di daerah Mu’tah –
sehingga sejarawan menyebutnya perang Mu’tah- (sekitar yordania
sekarang), pada tanggal 5 Jumadil Awal tahun 8 H atau tahun 629 M.
Tentara Islam sebanyak 3000 orang melawan 200.000 orang tentara
Romawi
6. Peperangan yang Sengit
Heraclius mengerahkan lebih dari 100.000 tentara Romawi sedangkan
Syurahbil bin ‘Amr mengerahkan 100.000 tentara yang terdiri dari
kabilah Lakham, Juzdan, Qain dan Bahra‘. Mendengar kekuatan
musuh yang begitu besar, kaum Muslimin berhenti selama dua malam
di daerah bernama Mu’an guna merundingkan apa langkah yang akan
diambil
7. Abdullah bin Rawahah mengobarkan
semangat pasukan
“Demi Allah SWT, sesungguhnya apa yg kalian tidak sukai ini adalah
sesuatu yg kalian keluar mencarinya, yaitu syahid (gugur di medan
perang). Kita tidak berperang karena jumlah pasukan atau besarnya
kekuatan. Kita berjuang se-mata2 untuk agama ini yg Allah SWT telah
memuliakan kita dgnya. Majulah! Hanya ada salah satu dari dua
kebaikan; menang atau gugur (syahid) di medan perang.” Lalu mereka
mengatakan, “ Demi Allah, Ibnu Rawahah berkata benar.” Terjadilah
perang di daerah Mu’tah (sekitar Yordania sekarang). Perang dimulai.
Komandan pasukan, Zaid bin Haritsah bertempur heroik. Komandan
pasukan, Zaid bin Haritsah bertempur heroik . Zaid gugur setelah
ditebas pedang lawan.
8. Tiga Panglima Islam Tewas
Komandan perang dipegang Jakfar bin Abu Thalib , Jakfar bertempur dg
gagah berani sambil memegang bendera pasukan. Tiba2 tangan kirinya
putus tertebas pedang musuh. Jakfar tewas 90 luka di bagian tubuh
depan beliau akibat tusukan pedang dan anak panah. Komando
diambilalih oleh oleh Abdullah bin Rawahah Namun nasibnya pun
sama, gugur sebagai syuhada. Tsabit bin Arqam Radhiyallâhu ‘anhu
mengambil bendera yang tidak bertuan itu dan berteriak memanggil
para Sahabat Nabi agar menentukan pengganti yang memimpin kaum
muslimin. Maka, pilihan mereka jatuh pada Khalid bin Walid
Radhiyallâhu ‘anhu
9. Khalid bin Walid Menjadi Panglima
Khalid bin Walid sangat sadar, tidaklah mungkin menandingi pasukan
sebesar pasukan Romawi tanpa siasat yang jitu. Ia lalu mengatur
strategi, ditebarkan rasa takut ke diri musuh dg mengubah formasi
pasukan setiap hari. Pasukan di barisan depan ditukar dibelakang, dan
yg dibelakang berada didepan. Pasukan sayap kanan berganti posisi ke
kiri begitupun sebaliknya. Tujuannya adalah agar pasukan romawi
mengira pasukan muslimin mendapat bantuan tambahan pasukan
baru.
10. Taktik Perang Khalid bin Walid
Khalid bin Walid memerintahkan beberapa kelompok prajurit kaum muslimin
pada pagi harinya agar berjalan dari arah kejauhan menuju medan perang dg
menarik pelepah2 pohon sehingga dari kejauhan terlihat seperti pasukan
bantuan yg datang dengan membuat debu2 berterbangan.
Pasukan musuh yg menyaksikan peristiwa tersebut mengira bahwa pasukan
muslim benar-benar mendapatkan bala bantuan. Mereka berpikir, bahwa
kemarin dengan 3000 orang pasukan saja merasa kewalahan, apalagi jika
datang pasukan bantuan. Karena itu, pasukan musuh merasa takut dan
akhirnya mengundurkan diri dari medan pertempuran.
Pasukan Islam lalu kembali ke Madinah, mereka tidak mengejar pasukan
Romawi yang lari, karena dengan mundurnya pasukan Romawi berarti Islam
sudah menang.
11. Hasil dari Perang
Sebenarnya tanpa ada justifikasi kemenanganpun akan diketahui ada dipihak
siapa. Keberanian pasukan yg hanya berjumlah 3.000 dengan gagah berani
menghadapi dan dapat mengimbangi pasukan yang sangat besar dan
bersenjata lebih canggih dan lengkap cukup menjadi bukti.
Bahkan jika menghitung jumlah korban dlm perang itu siapapun akan
langsung mengatakan bahwa umat islam menang. Mengingat korban dari
pihak muslim hanya 12 orang, (Menurut riwayat Ibnu Ishaq 8 orang)
sedangkan pasukan Romawi tercatat sekitar 20.000 orang.
Perang ini adalah perang yg sangat sengit meski jumlah korban hanya sedikit
dari pihak muslim. Di dlm peperangan ini Khalid Walid telah menunjukkan
suatu kegigihan yg sangat mengagumkan
12. Imam Bukhari meriwayatkan dari Khalid sendiri bahwa ia berkata:
“Dalam perang Mu‘tah, sembilan bilah pedang patah di tanganku
kecuali sebilah pedang kecil dari Yaman.”
Kekuatan 3.000 X 200.000 atau 1 X 66
Yang Gugur 12 x 20.000
13. Paktor kemenangan
• Strategi pengecohan dengan rubah formasi
• Strategi Pengecohan dengan pelepah pohon kurma
• Kegigihan pasukan Muslim 1 x 66 Orang
• 1 orang membawa 10 pedang dan yg tersisa 1 ( Saifulloh )
• Mental yuqtal au yaghlib seperti Abdulah bin Rawahah