SlideShare a Scribd company logo
1 of 30
Download to read offline
Modul ke:
Fakultas
Program Studi
Perpajakan I
Pengantar Perpajakan
Dra. Muti’ah, M.Si
01
FEB
AKUNTANSI
PENGERTIAN DAN FUNGSI PAJAK
 Pajak merupakan salah satu sumber pembiayaan bagi negara dalam
menjalankan pemerintahan.
 Pemungutan pajak sudah lama ada, dari adanya upeti wajib kepada
penguasa berupa hasil tanam pada masa kerajaan, masa penjajahan hingga
sekarang dengan polanya masing – masing.
 Pemungutan pajak yang semula berdasarkan aturan penguasa/raja tanpa
melibatkan pembayar pajak, kini berubah dengan melibatkan pembayar
pajak melalui aturan yang dibuat antara penyelenggara pemerintah dengan
rakyat melalui perwakilannya.
 Pengertian pajak menurut Prof. Dr. Rachmat Soemitro, S.H., dalam bukunya
“ Dasar – dasar Hukum Pajak dan Pajak Pendapatan “ (1990:5):
“ Pajak  Iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang –
undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa timbal
(kontraprestasi), yang langsung dapat ditujukan dan yang
digunakan untuk membayar pengeluaran umum “
Unsur – unsur yang melekat pada pengertian pajak, yaitu :
 Pajak dipungut berdasarkan UU serta aturan
pelaksanaannya.
 Sifatnya dipaksakan. Jika dilanggar berakibat adanya
sanksi.
 Tidak dapat menunjukkan adanya kontra prestasi secara
langsung oleh pemerintah.
 Pajak dipungut oleh negara baik itu pemerintah pusat
ataupun daerah.
 Diperuntukkan untuk pengeluaran – pengeluaran negara.
PENGERTIAN
RETRIBUSI DAN SUMBANGAN
 Retribusi  Pembayaran yang ditujukan semata – mata
untuk mendapatkan suatu prestasi tertentu dari pemerintah.
 Sumbangan  Jika dalam retribusi, seseorang yang
menikmati kontraprestasi secara langsung adalah pembayar
retribusi, akan tetapi dalam sumbangan yang mendapatkan
atau merasakan imbalan / manfaat secara langsung adalah
penerima sumbangan.
FUNGSI PAJAK
Pajak memiliki dua macam fungsi utama, yaitu :
a. Fungsi Penerimaan (Budgetair)
Pajak berfungsi sebagai sumber dana yang diperuntukan bagi
pengeluaran pemerintah.
b. Fungsi Mengatur (Reguleren)
Pajak berfungsi sebagai alat untuk mengatur dan
melaksanakan kebijakan dibidang sosial dan ekonomi.
Dalam perkembangannya kedua fungsi utama tersebut
berkembang menjadi lebih luas dengan adanya 2 fungsi
berikut :
a. Fungsi Redistribusi
Fungsi yang lebih menekankan unsur pemerataan dan
keadilan dalam masyarakat. Dalam fungsi ini terlihat
dari adanya lapisan tarif dalam pengenaan pajak.
b. Fungsi Demokrasi
Suatu wujud sistem gotong royong termasuk kegiatan
pemerintah dan pembangunan. Fungsi ini lebih
dikaitkan dengan tingkat pelayanan pemerintah
kepada masyarakat khususnya pembayar pajak.
ASAS DAN DASAR PEMUNGUTAN PAJAK
 Pemungutan pajak menurut Adam Smith dalam bukunya yang
berjudul “ An Inquiry into the Nature and the Causes of the
Wealth Of Nations “ hendaknya didasarkan pada asas :
1. Equality  Harus bersifat final adil dan merata.
2. Certainty  Tidak ditentukan sewenang – wenang.
3. Convenience  Bayar ketika mendapatkan penghasilan.
4. Economy  Biaya pemungutan dan pemenuhan
kewajiban pajak bagi wajib pajak diharapkan seminimal
mungkin.
 Teori yang menjadi dasar bagi negara untuk memungut pajak, antara lain :
a. Teori Asuransi  Teori ini menyamakan pembayaran asuransi sama
dengan pembayaran pajak. Dalam perjanjian ini diasumsikan bahwa
masyarakat harus membayar premi karena masyarakat seakan
mempertanggungkan keselamatan dan keamanan jiwanya kepada
negara.
b. Teori Kepentingan  Diasumsikan bahwa negara yang melindungi
kepentingan harta dan jiwa warga negara dengan memperhatikan beban
yang harus dipungut dari masyarakat sesuai kepentingan masing –
masing masyarakat.
c. Teori Gaya Pikul  Teori ini berpendapat bahwa tiap orang dikenakan
pajak dengan bobot yang sama tanpa membeda – bedakan antara
penghasilan dan pengeluaran seseorang.
d. Teori Bakti  Teori ini berasumsi bahwa negara mempunyai hak
mutlak untuk memungut pajak. Teori ini disebut juga teori kewajiban
pajak mutlak.
e. Teori Gaya Beli  Teori ini berdasar pada penyelenggaraan
kepentingan masyarakat yang dianggap sebagai dasar keadilan
pemungutan pajak, bukan kepentingan individu atau negara, sehingga
pajak lebih menitikberatkan pada fungsi mengatur.
TINJAUAN ASPEK HUKUM
KEDUDUKAN HUKUM PAJAK
• Keseluruhan peraturan yang meliputi kewenangan pemerintah
untuk mengambil kekayaan seseorang dan mengembalikan
kepada masyarakat melalui kas negara termasuk dalam ruang
lingkup hukum pajak. Mengingat peraturan ini menyangkut
hubungan hukum antara negara dengan orang pribadi atau
badan yang mempunyai kewajiban membayar pajak, maka
hukum pajak merupakan bagian hukum publik.
• Hubungan hukum pajak berkaitan dengan 2 hukum, yaitu
hukum pidana dan hukum perdata.
 HUKUM PIDANA
Dilihat dengan adanya sanksi pidana atas kealpaan dan
kesengajaan terhadap wajib pajak yang melanggar ketentuan
perpajakan.
 HUKUM PERDATA
Hukum pajak mencari dasar kemungkinan pemungutannya
atas kejadian – kejadian, keadaan – keadaan, dan perbuatan –
perbuatan hukum yang bergerak dalam lingkungan perdata,
seperti penghasilan, kekayaan, dan perjanjian penyerahan hak,
dsb.
HUKUM PAJAK MATERIIL
Dan
HUKUM PAJAK FORMAL
Hukum Pajak mengatur hubungan antara pemerintah
(fiskus) selaku pemungut pajak dengan Wajib Pajak.
Hukum Pajak dibedakan menjadi 2, yaitu :
 Hukum Pajak Materiil
 Hukum Pajak Formal
HUKUM PAJAK MATERIIL
 Memuat norma – norma yang menerangkan keadaan, perbuatan,
peristiwa hukum yang dikenakan pajak (objek pajak), siapa yang
dikenakan pajak (subjek pajak), berapa besar pajak yang dikenakan,
segala sesuatu tentang timbul dan hapusnya utang pajak, dan
hubungan hukum antara pemerintah dan Wajib Pajak.
 Hukum Pajak Materiil meliputi :
• UU Pajak Penghasilan
• UU Pajak Pertambahan Nilai
• UU Pajak Bumi dan Bangunan
• UU Bea Perolehan Hak atas Tanah dan atau Bangunan
• UU Bea Materai
HUKUM PAJAK FORMAL
 Memuat bentuk/tata cara untuk mewujudkan hukum materiil menjadi
kenyataan.
 Hukum Pajak Formal ini memuat, antara lain :
I. Tata cara penetapan utang pajak
II. Hak – hak fiskus untuk mengawasi Wajib Pajak mengenai keadaan,
perbuatan, dan peristiwa yang dapat menimbulkan utang pajak.
III. Kewajiban Wajib Pajak, misalnya penyelenggara pembukuan /
pencatatan, dan hak – hak Wajib Pajak mengajukan keberatan dan
banding.
 Hukum Pajak Formal meliputi :
a. UU Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan
b. UU Penagihan Pajak dengan Surat Paksa
c. UU Pengadilan Pajak
PENAFSIRAN DALAM HUKUM PAJAK
Berikut beberapa penafsiran yang sering digunakan dalam lapangan
hukum pajak, yaitu :
• Penafsiran Historis  Penafsiran undang – undang dengan melihat
sejarah dibuatnya undang – undang tersebut. Penafsiran ini dapat
diketahui dari dokumen pada waktu proses dibuatnya undang – undang.
•Penafsiran Sosiologis  Penafsiran atas ketentuan undang – undang
yang disesuaikan dengan kehidupan masyarakat yang selalu
berkembang. Karena itu perlu penyesuaian antara undang – undang
dengan perkembangan kehidupan masyarakat.
•Penafsiran Sistematik  Penafsiran ketentuan dengan mengaitkan
dengan ketentuan (pasal – pasal ) lain dalam undang – undang tersebut
atau dari undang – undang lainnya.
• Penafsiran Otentik  Penafsiran ketentuan dalam undang –
undang dengan melihat hal-hal yang telah dijelaskan dalam undang-
undang tersebut. Terminologi merupakan penafsiran otentik.
• Penafsiran Tata Bahasa  Penafsiran ketentuan dalam undang –
undang berdasarkan bunyi kata – kata secara keseluruhan dalam
kalimat yang disusun.
• Penafsiran Analogis  Penafsiran ketentuan dengan cara memberi
kiasan pada kata – kata yang tercantum dalam undang – undang,
sehingga suatu peristiwa yang sesungguhnya tidak termasuk dalam
ketentuan menjadi termasuk berdasarkan analog yang dibuat.
• Penafsiran A Contrario  Penafsiran ketentuan undang – undang
didasarkan pada perlawanan pengertian antara masalah yang
dihadapi dan masalah yang diatur dalam undang – undang.
Penafsiran ini dalam hukum pajak juga tidak diperbolehkan karena
akan menimbulkan ketidakpastian hukum.
PERLAWANAN TERHADAP PAJAK
Perlawanan terhadap pajak dapat dibedakan menjadi perlawan aktif dan
perlawan pasif.
• Perlawanan Pasif  Hambatan yang mempersulit pemungutan pajak
dan mempunyai hubungan dengan struktur ekonomi suatu negara,
dengan perkembangan intelektual dan moral penduduk, dan dengan
teknik pemungutan pajak itu sendiri.
• Perlawanan Aktif  Secara nyata terlihat pada semua usaha dan
perbuatan yang secara langsung ditujukan kepada pemerintah (fiskus)
dengan tujuan menghindari pajak.
Perlawanan aktif dapat dibedakan cara – cara sebagai berikut :
a. Penghindaran Diri dari Pajak (Tax Avoidance)
Dilakukan dengan tidak melakukan perbuatan yang memberi alasan untuk
dikenakan pajak. Penghindaran yang dilakukan Wajib Pajak masih dalam
kerangka peraturan perpajakan.
Misal : Rokok putih diganti dengan rokok tingwe supaya tidak kena pajak
rokok.
b. Pengelakan Diri dari Pajak (Tax Evasion)
Dilakukan dengan cara – cara yang melanggar undang – undang dengan
maksud melepaskan diri dari pajak atau mengurangi dasar pengenaannya.
Misal : Wajib Pajak melakukan manipulasi pajak dengan melakukan
pembukuan ganda.
c. Melalaikan Pajak
Dilakukan dengan cara menolak membayar pajak yang telah ditetapkan
dan menolak memenuhi formalitas yang harus dipenuhi.
Misal : Menghalangi penyitaan dengan menyembunyikan barang – barang
yang akan disita.
SISTEM, JENIS & TARIF PAJAK
PEMBAGIAN JENIS PAJAK
Secara umum pajak yang diberlakukan di
Indonesia dapat dibedakan dengan klasifikasi
berikut :
A. Menurut Sifatnya
B. Menurut Sasaran / Objeknya
C. Menurut Pemungutnya
Pembagian Pajak Menurut Sifatnya
 Pajak Langsung  Pajak yang
pembebanannya tidak dapat dilimpahkan
kepada pihak lain, tetapi harus menjadi beban
langsung Wajib Pajak yang bersangkutan.
Contoh : Pajak Penghasilan
Pajak Tidak Langsung  Pajak yang
pembebanannya dapat dilimpahkan kepada
pihak lain. Contoh : Pajak Pertambahan Nilai.
Pembagian Pajak Menurut Sasaran / Objeknya
Pembagian pajak menurut sasaran / objeknya
dimaksudkan pembedaan dan pembagiannya
berdasarkan prinsip–prinsip :
 Pajak Subjektif  Pajak yang berpangkal
atau berdasarkan pada subjeknya yang
selanjutnya dicari syarat objektifnya, dalam
arti memperhatikan keadaan diri Wajib Pajak.
Contoh : Pajak Penghasilan
Pajak Objektif  Pajak yang berpangkal atau
berdasarkan pada objeknya, tanpa
Pembagian Pajak Menurut Pemungutnya
 Pajak Pusat  Pajak yang dipungut oleh
pemerintah pusat dan digunakan untuk membiayai
rumah tangga negara. Contoh : Pajak Penghasilan,
Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas
Barang Mewah, Pajak Bumi dan Bangunan, dan Bea
Materai.
 Pajak Tidak Langsung  Pajak yang dipungut oleh
pemerintah daerah dan digunakan untuk membiayai
rumah tangga daerah. Contoh : Pajak Reklame, Pajak
Hiburan, dan lain-lain.
CARA PEMUNGUTAN PAJAK
A. Stelsel Pajak
Cara pemungutan pajak dilakukan berdasarkan 3 stelsel :
1. Stelsel Nyata (rill stelsel)  Pengenaan pajak didasarkan pada
objek (penghasilan) yang nyata, sehingga pemungutannya baru
dapat dilakukan pada akhir tahun pajak, yakni setelah penghasilan
yang sesungguhnya telah dapat diketahui.
2. Stelsel Fiktif (fictive stelsel)  Pengenaan pajak didasarkan pada
suatu anggapan yang diatur oleh undang-undang, misalnya,
penghasilan suatu tahun dianggap sama dengan tahun sebelumnya
sehingga pada awal tahun pajak telah dapat ditetapkan besarnya
pajak terutang untuk tahun pajak berjalan.
3. Stelsel Campuran  Stelsel ini merupakan kombinasi antara
stelsel nyata dan stelsel anggapan.
B. Sistem Pemungutan Pajak
Sistem pemungutan pajak dibagi menjadi :
1. Official Assesment System
Suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada pemerintah
(fiskus) untuk menentukan besarnya pajak yang terutang.
Ciri – ciri Official Assesment System :
i. Wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang berada di fiskus;
ii. Wajib Pajak bersifar pasif ;
iii. Utang pajak timbul setelah dikeluarkan surat ketetapan pajak oleh fiskus.
2. Self Assesment System
Suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang, kepercayaan,
tanggung jawab kepada Wajib Pajak untuk menghitung, memperhitungkan,
membayar, dan melaporkan sendiri besarnya pajak yang harus dibayar.
3. Withholding System
Suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada pihak ketiga
untuk memotong atau memungut besarnya pajak yang terutang oleh Wajib
Pajak.
YURIDIKSI PEMUNGUTAN PAJAK
Tiga hal sebagai dasar untuk memungut pajak, ialah :
a) Tempat tinggal  Negara mempunyai hak untuk memungut
pajak atas seluruh penghasilan Wajib Pajak berdasarkan
tempat tinggal Wajib Pajak tanpa memperhatikan apakah ia
sebagai warga negaranya atau warga negara asing.
b) Kebangsaan  Pengenaan pajaknya dihubungkan dengan
kebangsaan suatu negara. Suatu negara memungut pajak atas
orang yang mempunyai kebangsaan negara tersebut tanpa
memperhatikan dimana ia tinggal.
c) Sumber Penghasilan  Negara mempunyai hak untuk
memungut pajak atas penghasilan yang bersumber dari suatu
negara.
TARIF PAJAK
• Tarif Pajak ialah tarif untuk menghitung besarnya pajak
terutang ( Pajak yang masih harus dibayar ).
• Besarnya tarif pajak dinyatakan dalam presentase.
• Dalam Pajak Penghasilan presentase tarifnya dibedakan :
a. Tarif Marginal  Berlaku untuk suatu kenaikan dasar
pengenaan pajak.
b. Tarif Efektif  Presentase tarif pajak yang efektif berlaku
atau harus diterapkan atas dasar pengenaan pajak tertentu.
• Struktur tarif yang berhubungan dengan pola presentase tarif
pajak dikenai 4 macam tarif, yaitu :
 Tarif Proposional / Sebanding
Tarif berupa presentase tetap terhadap jumlah berapapun
yang menjadi dasar pengenaan pajak.
Sering disebut tarif tunggal karena hanya menggunakan
satu tarif dengan dasar pengenaan pajak.
 Contoh : Tarif PPN 10%, PBB 0,5%, BPHTB 5%.
 Tarif Progresif
Tarif pajak yang presentasenya menjadi lebih besar
apabila yang menjadi dasar pengenaannya semakin besar.
Misalnya, Tarif Pajak Penghasilan di Indonesia, yaitu :
TARIF PAJAK
*0 - 50 50 - 100 50 - 250 > 100 250 - 500 >500
Wajib Pajak Orang Pribadi 5% - 15% - 25% 35%
Wajib Pajak Badan & BUT 10% 15% - 30% - -
* Nominal tarif pajak dalam jutaan
TABEL TARIF PAJAK PENGHASILAN DI INDONESIA
Untuk tahun pajak 2009 dikenakan tarif tunggal yaitu 28%.
 Memperhatikan kenaikan presentase tarifnya , tarif progresif dapat
dibagi menjadi :
a. Tarif Progresif Progresif  Kenaikan presentase semakin besar.
b. Tarif Progresif Tetap  Kenaikan presentase tetap.
c. Tarif Progresif Degresif  Kenaikan presentase semakin kecil.
 Tarif Degresif
 Presentase tarif pajak yang semakin menurun apabila jumlah yang
menjadi dasar pengenaan pajak semakin besar.
 Tarif Tetap
 Tarif berupa jumlah yang tetap (sama besarnya) terhadap berapapun
jumlah yang menjadi dasar pengenaan pajak. Oleh karena itu besarnya
pajak terutang tetap.
 Tarif Pajak Advolerem
 Tarif dengan presentase tertentu atas harga barang atau nilai suatu barang.
 Tarif Spesifik
 Tarif dengan jumlah tertentu atas suatu jenis atau satuan jenis barang
tertentu.
UTANG PAJAK
• Utang pajak timbul karena surat ketetapan pajak (ajaran formal), ajaran ini
diterapkan pada official assesment system.
• Utang pajak timbul karena undang – undang, ajaran ini diterapkan pada self
assesment system.
• Hapusnya utang pajak disebabkan oleh :
1. Pembayaran  Utang pajak hilang karena pembayaran yang dilakukan ke Kas
Negara.
2. Kompensasi  Hal ini dapat terjadi apabila Wajib Pajak mempunyai tagihan
berupa kelebihan pembayaran pajak.
3. Daluwarsa  Diartikan sebagai daluwarsa penagihan. Hak untuk melakukan
penagihan pajak, daluwarsa setelah lampau waktu 10 tahun terhitung sejak saat
terutangnya pajak atau berakhirnya masa pajak, bagian tahun pajak atau tahun
pajak yang bersangkutan. Hal ini dilakukan untuk memberikan kepastian hukum
kapan utang pajak tidak dapat ditagih lagi.
4. Pembebasan  Utang pajak tidak berakhir karena semestinya tetapi ditiadakan.
Biasanya pembebasan utang pajak tidak pada pokok pajaknya tetapi pada beban
administrasinya.
5. Penghapusan  Penghapusan ini sama sifatnya dengan pembebasan, tetapi
diberikannya karena keuangan Wajib Pajak.
Terima Kasih
Dra. Muti’ah, M.Si

More Related Content

Similar to PAJAK PENGERTIAN

9. bab iii landasan teori
9. bab iii landasan teori9. bab iii landasan teori
9. bab iii landasan teorivespa
 
Tugas Ekonomi annez fathia Ranti pusriana S.Pd perpajakan indonesia SMAN 12 ...
Tugas Ekonomi annez fathia  Ranti pusriana S.Pd perpajakan indonesia SMAN 12 ...Tugas Ekonomi annez fathia  Ranti pusriana S.Pd perpajakan indonesia SMAN 12 ...
Tugas Ekonomi annez fathia Ranti pusriana S.Pd perpajakan indonesia SMAN 12 ...Annez Fathia
 
Tugas Ekonomi, Dhanny Deswita Maheswari, Ranti Pusriana, Perpajakan, SMAN 12 ...
Tugas Ekonomi, Dhanny Deswita Maheswari, Ranti Pusriana, Perpajakan, SMAN 12 ...Tugas Ekonomi, Dhanny Deswita Maheswari, Ranti Pusriana, Perpajakan, SMAN 12 ...
Tugas Ekonomi, Dhanny Deswita Maheswari, Ranti Pusriana, Perpajakan, SMAN 12 ...dhanny deswita
 
Tugas ekonomi,Enggar fajri hasti,Ranti,Perpajakan Indonesia,SMA 12 Tanggerang...
Tugas ekonomi,Enggar fajri hasti,Ranti,Perpajakan Indonesia,SMA 12 Tanggerang...Tugas ekonomi,Enggar fajri hasti,Ranti,Perpajakan Indonesia,SMA 12 Tanggerang...
Tugas ekonomi,Enggar fajri hasti,Ranti,Perpajakan Indonesia,SMA 12 Tanggerang...enggar fajri hasti
 
Tugas Ekonomi Rahma Naulita Ranti pusriana S.Pd perpajakan indonesia SMAN 12...
Tugas Ekonomi Rahma Naulita  Ranti pusriana S.Pd perpajakan indonesia SMAN 12...Tugas Ekonomi Rahma Naulita  Ranti pusriana S.Pd perpajakan indonesia SMAN 12...
Tugas Ekonomi Rahma Naulita Ranti pusriana S.Pd perpajakan indonesia SMAN 12...Rahma Naulita
 
Tugas Ekonomi Nanda Dwi Ferbiana Perpajakan 2017
Tugas Ekonomi Nanda Dwi Ferbiana Perpajakan 2017Tugas Ekonomi Nanda Dwi Ferbiana Perpajakan 2017
Tugas Ekonomi Nanda Dwi Ferbiana Perpajakan 2017Nanda Dwi Ferbiana
 
Bab i pajak dalam kehidupan sehari hari
Bab i pajak dalam kehidupan sehari hariBab i pajak dalam kehidupan sehari hari
Bab i pajak dalam kehidupan sehari hariKartika Dwi Rachmawati
 
Makalah seminar akuntansi dan perpajakan tax planning alternatif manajemen da...
Makalah seminar akuntansi dan perpajakan tax planning alternatif manajemen da...Makalah seminar akuntansi dan perpajakan tax planning alternatif manajemen da...
Makalah seminar akuntansi dan perpajakan tax planning alternatif manajemen da...Jiantari Marthen
 
Tugas mspp tentang pajak
Tugas mspp tentang pajakTugas mspp tentang pajak
Tugas mspp tentang pajakrhatnae23
 
Tugas Ekonomi, Dhanny Deswita Maheswari, Ranti Pusriana, Perpajakan, SMAN 12 ...
Tugas Ekonomi, Dhanny Deswita Maheswari, Ranti Pusriana, Perpajakan, SMAN 12 ...Tugas Ekonomi, Dhanny Deswita Maheswari, Ranti Pusriana, Perpajakan, SMAN 12 ...
Tugas Ekonomi, Dhanny Deswita Maheswari, Ranti Pusriana, Perpajakan, SMAN 12 ...dhanny deswita
 
Tugas Ekonomi Rahma Naulita Ranti pusriana S.Pd perpajakan indonesia SMAN 12...
Tugas Ekonomi Rahma Naulita  Ranti pusriana S.Pd perpajakan indonesia SMAN 12...Tugas Ekonomi Rahma Naulita  Ranti pusriana S.Pd perpajakan indonesia SMAN 12...
Tugas Ekonomi Rahma Naulita Ranti pusriana S.Pd perpajakan indonesia SMAN 12...Rahma Naulita
 
Tugas Ekonomi annez fathia Ranti pusriana S.Pd perpajakan indonesia SMAN 12 ...
Tugas Ekonomi annez fathia  Ranti pusriana S.Pd perpajakan indonesia SMAN 12 ...Tugas Ekonomi annez fathia  Ranti pusriana S.Pd perpajakan indonesia SMAN 12 ...
Tugas Ekonomi annez fathia Ranti pusriana S.Pd perpajakan indonesia SMAN 12 ...Annez Fathia
 
Tugas ekonomi,Enggar fajri hasti,Ranti Pusriana S.pd,Perpajakan Indonesia,SMA...
Tugas ekonomi,Enggar fajri hasti,Ranti Pusriana S.pd,Perpajakan Indonesia,SMA...Tugas ekonomi,Enggar fajri hasti,Ranti Pusriana S.pd,Perpajakan Indonesia,SMA...
Tugas ekonomi,Enggar fajri hasti,Ranti Pusriana S.pd,Perpajakan Indonesia,SMA...enggar fajri hasti
 
Tugas Ekonomi Nanda Dwi Ferbiana Perpajakan 2017
Tugas Ekonomi Nanda Dwi Ferbiana Perpajakan 2017Tugas Ekonomi Nanda Dwi Ferbiana Perpajakan 2017
Tugas Ekonomi Nanda Dwi Ferbiana Perpajakan 2017Nanda Dwi Ferbiana
 

Similar to PAJAK PENGERTIAN (20)

9. bab iii landasan teori
9. bab iii landasan teori9. bab iii landasan teori
9. bab iii landasan teori
 
Tugas Ekonomi annez fathia Ranti pusriana S.Pd perpajakan indonesia SMAN 12 ...
Tugas Ekonomi annez fathia  Ranti pusriana S.Pd perpajakan indonesia SMAN 12 ...Tugas Ekonomi annez fathia  Ranti pusriana S.Pd perpajakan indonesia SMAN 12 ...
Tugas Ekonomi annez fathia Ranti pusriana S.Pd perpajakan indonesia SMAN 12 ...
 
Tugas Ekonomi, Dhanny Deswita Maheswari, Ranti Pusriana, Perpajakan, SMAN 12 ...
Tugas Ekonomi, Dhanny Deswita Maheswari, Ranti Pusriana, Perpajakan, SMAN 12 ...Tugas Ekonomi, Dhanny Deswita Maheswari, Ranti Pusriana, Perpajakan, SMAN 12 ...
Tugas Ekonomi, Dhanny Deswita Maheswari, Ranti Pusriana, Perpajakan, SMAN 12 ...
 
Tugas ekonomi,Enggar fajri hasti,Ranti,Perpajakan Indonesia,SMA 12 Tanggerang...
Tugas ekonomi,Enggar fajri hasti,Ranti,Perpajakan Indonesia,SMA 12 Tanggerang...Tugas ekonomi,Enggar fajri hasti,Ranti,Perpajakan Indonesia,SMA 12 Tanggerang...
Tugas ekonomi,Enggar fajri hasti,Ranti,Perpajakan Indonesia,SMA 12 Tanggerang...
 
Tugas Ekonomi Rahma Naulita Ranti pusriana S.Pd perpajakan indonesia SMAN 12...
Tugas Ekonomi Rahma Naulita  Ranti pusriana S.Pd perpajakan indonesia SMAN 12...Tugas Ekonomi Rahma Naulita  Ranti pusriana S.Pd perpajakan indonesia SMAN 12...
Tugas Ekonomi Rahma Naulita Ranti pusriana S.Pd perpajakan indonesia SMAN 12...
 
Tugas Ekonomi Nanda Dwi Ferbiana Perpajakan 2017
Tugas Ekonomi Nanda Dwi Ferbiana Perpajakan 2017Tugas Ekonomi Nanda Dwi Ferbiana Perpajakan 2017
Tugas Ekonomi Nanda Dwi Ferbiana Perpajakan 2017
 
Bab i pajak dalam kehidupan sehari hari
Bab i pajak dalam kehidupan sehari hariBab i pajak dalam kehidupan sehari hari
Bab i pajak dalam kehidupan sehari hari
 
Paper pajak
Paper pajakPaper pajak
Paper pajak
 
Paper pajak
Paper pajakPaper pajak
Paper pajak
 
Paper pajak
Paper pajakPaper pajak
Paper pajak
 
Makalah seminar akuntansi dan perpajakan tax planning alternatif manajemen da...
Makalah seminar akuntansi dan perpajakan tax planning alternatif manajemen da...Makalah seminar akuntansi dan perpajakan tax planning alternatif manajemen da...
Makalah seminar akuntansi dan perpajakan tax planning alternatif manajemen da...
 
Paper pajak
Paper pajakPaper pajak
Paper pajak
 
Paper pajak
Paper pajakPaper pajak
Paper pajak
 
Tugas mspp tentang pajak
Tugas mspp tentang pajakTugas mspp tentang pajak
Tugas mspp tentang pajak
 
Pertemuan 1
Pertemuan 1Pertemuan 1
Pertemuan 1
 
Tugas Ekonomi, Dhanny Deswita Maheswari, Ranti Pusriana, Perpajakan, SMAN 12 ...
Tugas Ekonomi, Dhanny Deswita Maheswari, Ranti Pusriana, Perpajakan, SMAN 12 ...Tugas Ekonomi, Dhanny Deswita Maheswari, Ranti Pusriana, Perpajakan, SMAN 12 ...
Tugas Ekonomi, Dhanny Deswita Maheswari, Ranti Pusriana, Perpajakan, SMAN 12 ...
 
Tugas Ekonomi Rahma Naulita Ranti pusriana S.Pd perpajakan indonesia SMAN 12...
Tugas Ekonomi Rahma Naulita  Ranti pusriana S.Pd perpajakan indonesia SMAN 12...Tugas Ekonomi Rahma Naulita  Ranti pusriana S.Pd perpajakan indonesia SMAN 12...
Tugas Ekonomi Rahma Naulita Ranti pusriana S.Pd perpajakan indonesia SMAN 12...
 
Tugas Ekonomi annez fathia Ranti pusriana S.Pd perpajakan indonesia SMAN 12 ...
Tugas Ekonomi annez fathia  Ranti pusriana S.Pd perpajakan indonesia SMAN 12 ...Tugas Ekonomi annez fathia  Ranti pusriana S.Pd perpajakan indonesia SMAN 12 ...
Tugas Ekonomi annez fathia Ranti pusriana S.Pd perpajakan indonesia SMAN 12 ...
 
Tugas ekonomi,Enggar fajri hasti,Ranti Pusriana S.pd,Perpajakan Indonesia,SMA...
Tugas ekonomi,Enggar fajri hasti,Ranti Pusriana S.pd,Perpajakan Indonesia,SMA...Tugas ekonomi,Enggar fajri hasti,Ranti Pusriana S.pd,Perpajakan Indonesia,SMA...
Tugas ekonomi,Enggar fajri hasti,Ranti Pusriana S.pd,Perpajakan Indonesia,SMA...
 
Tugas Ekonomi Nanda Dwi Ferbiana Perpajakan 2017
Tugas Ekonomi Nanda Dwi Ferbiana Perpajakan 2017Tugas Ekonomi Nanda Dwi Ferbiana Perpajakan 2017
Tugas Ekonomi Nanda Dwi Ferbiana Perpajakan 2017
 

Recently uploaded

Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxRezaWahyuni6
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...Kanaidi ken
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxRezaWahyuni6
 
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxWirionSembiring2
 
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfSitiJulaeha820399
 
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxJurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxBambang440423
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKirwan461475
 
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...MarwanAnugrah
 
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxPrakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxSyaimarChandra1
 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxFuzaAnggriana
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptArkhaRega1
 
implementasu Permendikbudristek no 53 2023
implementasu Permendikbudristek no 53 2023implementasu Permendikbudristek no 53 2023
implementasu Permendikbudristek no 53 2023DodiSetiawan46
 
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptxPPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptxalalfardilah
 
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptxIPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptxErikaPuspita10
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxModul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxherisriwahyuni
 
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional DuniaKarakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional DuniaNadia Putri Ayu
 
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptxMODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptxarnisariningsih98
 
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxBAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxJamhuriIshak
 
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASaku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASreskosatrio1
 
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxTugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxmawan5982
 

Recently uploaded (20)

Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
 
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
 
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
 
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxJurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
 
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
 
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxPrakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
 
implementasu Permendikbudristek no 53 2023
implementasu Permendikbudristek no 53 2023implementasu Permendikbudristek no 53 2023
implementasu Permendikbudristek no 53 2023
 
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptxPPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
 
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptxIPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxModul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
 
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional DuniaKarakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
 
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptxMODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
 
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxBAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
 
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASaku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
 
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxTugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
 

PAJAK PENGERTIAN

  • 1. Modul ke: Fakultas Program Studi Perpajakan I Pengantar Perpajakan Dra. Muti’ah, M.Si 01 FEB AKUNTANSI
  • 2. PENGERTIAN DAN FUNGSI PAJAK  Pajak merupakan salah satu sumber pembiayaan bagi negara dalam menjalankan pemerintahan.  Pemungutan pajak sudah lama ada, dari adanya upeti wajib kepada penguasa berupa hasil tanam pada masa kerajaan, masa penjajahan hingga sekarang dengan polanya masing – masing.  Pemungutan pajak yang semula berdasarkan aturan penguasa/raja tanpa melibatkan pembayar pajak, kini berubah dengan melibatkan pembayar pajak melalui aturan yang dibuat antara penyelenggara pemerintah dengan rakyat melalui perwakilannya.  Pengertian pajak menurut Prof. Dr. Rachmat Soemitro, S.H., dalam bukunya “ Dasar – dasar Hukum Pajak dan Pajak Pendapatan “ (1990:5): “ Pajak  Iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang – undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa timbal (kontraprestasi), yang langsung dapat ditujukan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum “
  • 3. Unsur – unsur yang melekat pada pengertian pajak, yaitu :  Pajak dipungut berdasarkan UU serta aturan pelaksanaannya.  Sifatnya dipaksakan. Jika dilanggar berakibat adanya sanksi.  Tidak dapat menunjukkan adanya kontra prestasi secara langsung oleh pemerintah.  Pajak dipungut oleh negara baik itu pemerintah pusat ataupun daerah.  Diperuntukkan untuk pengeluaran – pengeluaran negara.
  • 4. PENGERTIAN RETRIBUSI DAN SUMBANGAN  Retribusi  Pembayaran yang ditujukan semata – mata untuk mendapatkan suatu prestasi tertentu dari pemerintah.  Sumbangan  Jika dalam retribusi, seseorang yang menikmati kontraprestasi secara langsung adalah pembayar retribusi, akan tetapi dalam sumbangan yang mendapatkan atau merasakan imbalan / manfaat secara langsung adalah penerima sumbangan.
  • 5. FUNGSI PAJAK Pajak memiliki dua macam fungsi utama, yaitu : a. Fungsi Penerimaan (Budgetair) Pajak berfungsi sebagai sumber dana yang diperuntukan bagi pengeluaran pemerintah. b. Fungsi Mengatur (Reguleren) Pajak berfungsi sebagai alat untuk mengatur dan melaksanakan kebijakan dibidang sosial dan ekonomi.
  • 6. Dalam perkembangannya kedua fungsi utama tersebut berkembang menjadi lebih luas dengan adanya 2 fungsi berikut : a. Fungsi Redistribusi Fungsi yang lebih menekankan unsur pemerataan dan keadilan dalam masyarakat. Dalam fungsi ini terlihat dari adanya lapisan tarif dalam pengenaan pajak. b. Fungsi Demokrasi Suatu wujud sistem gotong royong termasuk kegiatan pemerintah dan pembangunan. Fungsi ini lebih dikaitkan dengan tingkat pelayanan pemerintah kepada masyarakat khususnya pembayar pajak.
  • 7. ASAS DAN DASAR PEMUNGUTAN PAJAK  Pemungutan pajak menurut Adam Smith dalam bukunya yang berjudul “ An Inquiry into the Nature and the Causes of the Wealth Of Nations “ hendaknya didasarkan pada asas : 1. Equality  Harus bersifat final adil dan merata. 2. Certainty  Tidak ditentukan sewenang – wenang. 3. Convenience  Bayar ketika mendapatkan penghasilan. 4. Economy  Biaya pemungutan dan pemenuhan kewajiban pajak bagi wajib pajak diharapkan seminimal mungkin.
  • 8.  Teori yang menjadi dasar bagi negara untuk memungut pajak, antara lain : a. Teori Asuransi  Teori ini menyamakan pembayaran asuransi sama dengan pembayaran pajak. Dalam perjanjian ini diasumsikan bahwa masyarakat harus membayar premi karena masyarakat seakan mempertanggungkan keselamatan dan keamanan jiwanya kepada negara. b. Teori Kepentingan  Diasumsikan bahwa negara yang melindungi kepentingan harta dan jiwa warga negara dengan memperhatikan beban yang harus dipungut dari masyarakat sesuai kepentingan masing – masing masyarakat. c. Teori Gaya Pikul  Teori ini berpendapat bahwa tiap orang dikenakan pajak dengan bobot yang sama tanpa membeda – bedakan antara penghasilan dan pengeluaran seseorang. d. Teori Bakti  Teori ini berasumsi bahwa negara mempunyai hak mutlak untuk memungut pajak. Teori ini disebut juga teori kewajiban pajak mutlak. e. Teori Gaya Beli  Teori ini berdasar pada penyelenggaraan kepentingan masyarakat yang dianggap sebagai dasar keadilan pemungutan pajak, bukan kepentingan individu atau negara, sehingga pajak lebih menitikberatkan pada fungsi mengatur.
  • 9. TINJAUAN ASPEK HUKUM KEDUDUKAN HUKUM PAJAK • Keseluruhan peraturan yang meliputi kewenangan pemerintah untuk mengambil kekayaan seseorang dan mengembalikan kepada masyarakat melalui kas negara termasuk dalam ruang lingkup hukum pajak. Mengingat peraturan ini menyangkut hubungan hukum antara negara dengan orang pribadi atau badan yang mempunyai kewajiban membayar pajak, maka hukum pajak merupakan bagian hukum publik. • Hubungan hukum pajak berkaitan dengan 2 hukum, yaitu hukum pidana dan hukum perdata.
  • 10.  HUKUM PIDANA Dilihat dengan adanya sanksi pidana atas kealpaan dan kesengajaan terhadap wajib pajak yang melanggar ketentuan perpajakan.  HUKUM PERDATA Hukum pajak mencari dasar kemungkinan pemungutannya atas kejadian – kejadian, keadaan – keadaan, dan perbuatan – perbuatan hukum yang bergerak dalam lingkungan perdata, seperti penghasilan, kekayaan, dan perjanjian penyerahan hak, dsb.
  • 11. HUKUM PAJAK MATERIIL Dan HUKUM PAJAK FORMAL Hukum Pajak mengatur hubungan antara pemerintah (fiskus) selaku pemungut pajak dengan Wajib Pajak. Hukum Pajak dibedakan menjadi 2, yaitu :  Hukum Pajak Materiil  Hukum Pajak Formal
  • 12. HUKUM PAJAK MATERIIL  Memuat norma – norma yang menerangkan keadaan, perbuatan, peristiwa hukum yang dikenakan pajak (objek pajak), siapa yang dikenakan pajak (subjek pajak), berapa besar pajak yang dikenakan, segala sesuatu tentang timbul dan hapusnya utang pajak, dan hubungan hukum antara pemerintah dan Wajib Pajak.  Hukum Pajak Materiil meliputi : • UU Pajak Penghasilan • UU Pajak Pertambahan Nilai • UU Pajak Bumi dan Bangunan • UU Bea Perolehan Hak atas Tanah dan atau Bangunan • UU Bea Materai
  • 13. HUKUM PAJAK FORMAL  Memuat bentuk/tata cara untuk mewujudkan hukum materiil menjadi kenyataan.  Hukum Pajak Formal ini memuat, antara lain : I. Tata cara penetapan utang pajak II. Hak – hak fiskus untuk mengawasi Wajib Pajak mengenai keadaan, perbuatan, dan peristiwa yang dapat menimbulkan utang pajak. III. Kewajiban Wajib Pajak, misalnya penyelenggara pembukuan / pencatatan, dan hak – hak Wajib Pajak mengajukan keberatan dan banding.  Hukum Pajak Formal meliputi : a. UU Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan b. UU Penagihan Pajak dengan Surat Paksa c. UU Pengadilan Pajak
  • 14. PENAFSIRAN DALAM HUKUM PAJAK Berikut beberapa penafsiran yang sering digunakan dalam lapangan hukum pajak, yaitu : • Penafsiran Historis  Penafsiran undang – undang dengan melihat sejarah dibuatnya undang – undang tersebut. Penafsiran ini dapat diketahui dari dokumen pada waktu proses dibuatnya undang – undang. •Penafsiran Sosiologis  Penafsiran atas ketentuan undang – undang yang disesuaikan dengan kehidupan masyarakat yang selalu berkembang. Karena itu perlu penyesuaian antara undang – undang dengan perkembangan kehidupan masyarakat. •Penafsiran Sistematik  Penafsiran ketentuan dengan mengaitkan dengan ketentuan (pasal – pasal ) lain dalam undang – undang tersebut atau dari undang – undang lainnya.
  • 15. • Penafsiran Otentik  Penafsiran ketentuan dalam undang – undang dengan melihat hal-hal yang telah dijelaskan dalam undang- undang tersebut. Terminologi merupakan penafsiran otentik. • Penafsiran Tata Bahasa  Penafsiran ketentuan dalam undang – undang berdasarkan bunyi kata – kata secara keseluruhan dalam kalimat yang disusun. • Penafsiran Analogis  Penafsiran ketentuan dengan cara memberi kiasan pada kata – kata yang tercantum dalam undang – undang, sehingga suatu peristiwa yang sesungguhnya tidak termasuk dalam ketentuan menjadi termasuk berdasarkan analog yang dibuat. • Penafsiran A Contrario  Penafsiran ketentuan undang – undang didasarkan pada perlawanan pengertian antara masalah yang dihadapi dan masalah yang diatur dalam undang – undang. Penafsiran ini dalam hukum pajak juga tidak diperbolehkan karena akan menimbulkan ketidakpastian hukum.
  • 16. PERLAWANAN TERHADAP PAJAK Perlawanan terhadap pajak dapat dibedakan menjadi perlawan aktif dan perlawan pasif. • Perlawanan Pasif  Hambatan yang mempersulit pemungutan pajak dan mempunyai hubungan dengan struktur ekonomi suatu negara, dengan perkembangan intelektual dan moral penduduk, dan dengan teknik pemungutan pajak itu sendiri. • Perlawanan Aktif  Secara nyata terlihat pada semua usaha dan perbuatan yang secara langsung ditujukan kepada pemerintah (fiskus) dengan tujuan menghindari pajak.
  • 17. Perlawanan aktif dapat dibedakan cara – cara sebagai berikut : a. Penghindaran Diri dari Pajak (Tax Avoidance) Dilakukan dengan tidak melakukan perbuatan yang memberi alasan untuk dikenakan pajak. Penghindaran yang dilakukan Wajib Pajak masih dalam kerangka peraturan perpajakan. Misal : Rokok putih diganti dengan rokok tingwe supaya tidak kena pajak rokok. b. Pengelakan Diri dari Pajak (Tax Evasion) Dilakukan dengan cara – cara yang melanggar undang – undang dengan maksud melepaskan diri dari pajak atau mengurangi dasar pengenaannya. Misal : Wajib Pajak melakukan manipulasi pajak dengan melakukan pembukuan ganda. c. Melalaikan Pajak Dilakukan dengan cara menolak membayar pajak yang telah ditetapkan dan menolak memenuhi formalitas yang harus dipenuhi. Misal : Menghalangi penyitaan dengan menyembunyikan barang – barang yang akan disita.
  • 18. SISTEM, JENIS & TARIF PAJAK PEMBAGIAN JENIS PAJAK Secara umum pajak yang diberlakukan di Indonesia dapat dibedakan dengan klasifikasi berikut : A. Menurut Sifatnya B. Menurut Sasaran / Objeknya C. Menurut Pemungutnya
  • 19. Pembagian Pajak Menurut Sifatnya  Pajak Langsung  Pajak yang pembebanannya tidak dapat dilimpahkan kepada pihak lain, tetapi harus menjadi beban langsung Wajib Pajak yang bersangkutan. Contoh : Pajak Penghasilan Pajak Tidak Langsung  Pajak yang pembebanannya dapat dilimpahkan kepada pihak lain. Contoh : Pajak Pertambahan Nilai.
  • 20. Pembagian Pajak Menurut Sasaran / Objeknya Pembagian pajak menurut sasaran / objeknya dimaksudkan pembedaan dan pembagiannya berdasarkan prinsip–prinsip :  Pajak Subjektif  Pajak yang berpangkal atau berdasarkan pada subjeknya yang selanjutnya dicari syarat objektifnya, dalam arti memperhatikan keadaan diri Wajib Pajak. Contoh : Pajak Penghasilan Pajak Objektif  Pajak yang berpangkal atau berdasarkan pada objeknya, tanpa
  • 21. Pembagian Pajak Menurut Pemungutnya  Pajak Pusat  Pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat dan digunakan untuk membiayai rumah tangga negara. Contoh : Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah, Pajak Bumi dan Bangunan, dan Bea Materai.  Pajak Tidak Langsung  Pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah dan digunakan untuk membiayai rumah tangga daerah. Contoh : Pajak Reklame, Pajak Hiburan, dan lain-lain.
  • 22. CARA PEMUNGUTAN PAJAK A. Stelsel Pajak Cara pemungutan pajak dilakukan berdasarkan 3 stelsel : 1. Stelsel Nyata (rill stelsel)  Pengenaan pajak didasarkan pada objek (penghasilan) yang nyata, sehingga pemungutannya baru dapat dilakukan pada akhir tahun pajak, yakni setelah penghasilan yang sesungguhnya telah dapat diketahui. 2. Stelsel Fiktif (fictive stelsel)  Pengenaan pajak didasarkan pada suatu anggapan yang diatur oleh undang-undang, misalnya, penghasilan suatu tahun dianggap sama dengan tahun sebelumnya sehingga pada awal tahun pajak telah dapat ditetapkan besarnya pajak terutang untuk tahun pajak berjalan. 3. Stelsel Campuran  Stelsel ini merupakan kombinasi antara stelsel nyata dan stelsel anggapan.
  • 23. B. Sistem Pemungutan Pajak Sistem pemungutan pajak dibagi menjadi : 1. Official Assesment System Suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada pemerintah (fiskus) untuk menentukan besarnya pajak yang terutang. Ciri – ciri Official Assesment System : i. Wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang berada di fiskus; ii. Wajib Pajak bersifar pasif ; iii. Utang pajak timbul setelah dikeluarkan surat ketetapan pajak oleh fiskus. 2. Self Assesment System Suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang, kepercayaan, tanggung jawab kepada Wajib Pajak untuk menghitung, memperhitungkan, membayar, dan melaporkan sendiri besarnya pajak yang harus dibayar. 3. Withholding System Suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada pihak ketiga untuk memotong atau memungut besarnya pajak yang terutang oleh Wajib Pajak.
  • 24. YURIDIKSI PEMUNGUTAN PAJAK Tiga hal sebagai dasar untuk memungut pajak, ialah : a) Tempat tinggal  Negara mempunyai hak untuk memungut pajak atas seluruh penghasilan Wajib Pajak berdasarkan tempat tinggal Wajib Pajak tanpa memperhatikan apakah ia sebagai warga negaranya atau warga negara asing. b) Kebangsaan  Pengenaan pajaknya dihubungkan dengan kebangsaan suatu negara. Suatu negara memungut pajak atas orang yang mempunyai kebangsaan negara tersebut tanpa memperhatikan dimana ia tinggal. c) Sumber Penghasilan  Negara mempunyai hak untuk memungut pajak atas penghasilan yang bersumber dari suatu negara.
  • 25. TARIF PAJAK • Tarif Pajak ialah tarif untuk menghitung besarnya pajak terutang ( Pajak yang masih harus dibayar ). • Besarnya tarif pajak dinyatakan dalam presentase. • Dalam Pajak Penghasilan presentase tarifnya dibedakan : a. Tarif Marginal  Berlaku untuk suatu kenaikan dasar pengenaan pajak. b. Tarif Efektif  Presentase tarif pajak yang efektif berlaku atau harus diterapkan atas dasar pengenaan pajak tertentu. • Struktur tarif yang berhubungan dengan pola presentase tarif pajak dikenai 4 macam tarif, yaitu :
  • 26.  Tarif Proposional / Sebanding Tarif berupa presentase tetap terhadap jumlah berapapun yang menjadi dasar pengenaan pajak. Sering disebut tarif tunggal karena hanya menggunakan satu tarif dengan dasar pengenaan pajak.  Contoh : Tarif PPN 10%, PBB 0,5%, BPHTB 5%.  Tarif Progresif Tarif pajak yang presentasenya menjadi lebih besar apabila yang menjadi dasar pengenaannya semakin besar. Misalnya, Tarif Pajak Penghasilan di Indonesia, yaitu :
  • 27. TARIF PAJAK *0 - 50 50 - 100 50 - 250 > 100 250 - 500 >500 Wajib Pajak Orang Pribadi 5% - 15% - 25% 35% Wajib Pajak Badan & BUT 10% 15% - 30% - - * Nominal tarif pajak dalam jutaan TABEL TARIF PAJAK PENGHASILAN DI INDONESIA Untuk tahun pajak 2009 dikenakan tarif tunggal yaitu 28%.
  • 28.  Memperhatikan kenaikan presentase tarifnya , tarif progresif dapat dibagi menjadi : a. Tarif Progresif Progresif  Kenaikan presentase semakin besar. b. Tarif Progresif Tetap  Kenaikan presentase tetap. c. Tarif Progresif Degresif  Kenaikan presentase semakin kecil.  Tarif Degresif  Presentase tarif pajak yang semakin menurun apabila jumlah yang menjadi dasar pengenaan pajak semakin besar.  Tarif Tetap  Tarif berupa jumlah yang tetap (sama besarnya) terhadap berapapun jumlah yang menjadi dasar pengenaan pajak. Oleh karena itu besarnya pajak terutang tetap.  Tarif Pajak Advolerem  Tarif dengan presentase tertentu atas harga barang atau nilai suatu barang.  Tarif Spesifik  Tarif dengan jumlah tertentu atas suatu jenis atau satuan jenis barang tertentu.
  • 29. UTANG PAJAK • Utang pajak timbul karena surat ketetapan pajak (ajaran formal), ajaran ini diterapkan pada official assesment system. • Utang pajak timbul karena undang – undang, ajaran ini diterapkan pada self assesment system. • Hapusnya utang pajak disebabkan oleh : 1. Pembayaran  Utang pajak hilang karena pembayaran yang dilakukan ke Kas Negara. 2. Kompensasi  Hal ini dapat terjadi apabila Wajib Pajak mempunyai tagihan berupa kelebihan pembayaran pajak. 3. Daluwarsa  Diartikan sebagai daluwarsa penagihan. Hak untuk melakukan penagihan pajak, daluwarsa setelah lampau waktu 10 tahun terhitung sejak saat terutangnya pajak atau berakhirnya masa pajak, bagian tahun pajak atau tahun pajak yang bersangkutan. Hal ini dilakukan untuk memberikan kepastian hukum kapan utang pajak tidak dapat ditagih lagi. 4. Pembebasan  Utang pajak tidak berakhir karena semestinya tetapi ditiadakan. Biasanya pembebasan utang pajak tidak pada pokok pajaknya tetapi pada beban administrasinya. 5. Penghapusan  Penghapusan ini sama sifatnya dengan pembebasan, tetapi diberikannya karena keuangan Wajib Pajak.