1. Teori
Pragmatisme
Purwantiningrum (A1506222011)
Istilah pragmatisme berasal dari bahasa Yunani
“Pragma” yang berarti perbuatan (action) atau tindakan
(practice). “Isme” sendiri berarti ajaran atau paham.
Pragmatisme adalah gerakan yang memandang
pentingnya pendekatan secara langsung pada masalah-
masalah spesifik berdasarkan pilihan terbaik dalam
situasi dan keadaan tertentu.
Pragmatisme merupakan gerakan
filsfat Amerika yang mencerminkan
sifat-sifat kehidupan Amerika.
2. Tokoh-Tokoh Dibalik Teori Pragmatisme
Charles S. Peirce (1839-1934)
Suatu teknik untuk
membantu manusia dalam
memecahkan masalah
Pragmatisme lahir sebagai wujud
kekecewaan terhadap abstraksi-
abstraksi atau teori. Kebenaran
bukanlah sesuatu yang dapat
dibuktikan, melainkan hasil dari
penggunaan dari suatu
ide/gagasan. Bagi seorang
pragmatis, dari sejumlah pilihan
yang ada, yang bagi kita “benar”
dan hasilnya “nyata”. Maka itulah
yang terbaik.
William James (1842-1910) John Dewey (1859-1952)
Pada awal perkembangannya, pragmatisme lebih
merupakan suatu usaha-usaha untuk menyatukan
ilmu pengetahuan dan filsafat agar filsafat menjadi
ilmiah dan berguna bagi kehidupan praktis manusia.
Pragmatisme makin besar berkat tulisan-tulisan
John Dewey. Melalui pragmatisnya yang lebih
dikenal dengan istilah experimental atau
instrumentalis, Dewey mengajak para filosof untuk
menciptakan masyarakat yang progresif dalam
menyelesaikan masalah yang dihadapi, tidak
sekedar memikirkan saja.
Sedangkan Richard
Rorty lebih
menekankan sains
dalam memahami
pendekatan pragmatis
& juga menekankan
pentingnya liberalisme
& komunikasi.
3. Respon terhadap paham ini bermacam-macam. Banyak yang mendukung dan banyak pula yang
menentangnya
Pro Kontra
Pragmatisme berusaha untuk membumikan filsafat
agar dapat digunakan untuk memecahkan masalah
keseharian disekitar kita.
Paham ini dinilai enggan dengan kerewelan
(perdebatan) filosofis yang tiada henti, enggan
mendiskusikan asumsi- asumsi dasar, persepsi dan
nilai-nilai yang mendasar, dan cenderung langsung
turun pada perencanaan praktis.
Penggunaan teori pragmatisme dapat mendorong
penciptaan/temuan teori-teori baru dalam
perencanaan yang berasal dari tindakan- tindakan.
Pragmatis sangat mendewakan kemampuan akal
dalam upaya mencapai kebutuhan kehidupan,
sehingga sikap ini menjurus kepada sikap ateisme.
Mereka tidak percaya Tuhan sebab hal tersebut
tidak dapat dibuktikan secara spesifik
Pragmatisme mendorong berpikir liberal dan bebas.
Pragmatis percaya bahwa pendekatan ilmu
pengetahuan atau metodologi dalam liberalisme
adalah cara terbaik untuk pencarian kebenaran.
Pragmatis menginginkan segala sesuatu yang
dikerjakan atau yang diharapkan ingin segera
tercapai. Sehingga kadang hasilnya itu meleset dari
tujuan awal.