SlideShare a Scribd company logo
1 of 35
Hasil Kajian Pelingkupan
Sonny Mumbunan dan Riko Wahyudi
             Article 33 Indonesia

  Seminar Nasional Penerimaan Negara
    Industri Ekstraktif Sektor Kehutanan
               Jakarta, 22 Januari 2013
Kajian pelingkupan ini dimungkinkan oleh dukungan dana dari
Royal Norwegian Embassy di Jakarta.
Struktur Presentasi

 Ekstraksi sumber daya hutan di Indonesia
 Aliran penerimaan sektor kehutanan
 Potensi kehilangan penerimaan – 2 kasus
 Mekanisme dan opsi transparansi
 Peran masyarakat sipil (CSO)
Ekstraksi sumberdaya hutan


        Luas hutan Indonesia

Luas total kawasan hutan di Indonesia sebesar
136,17 juta Ha.

Kawasan hutan:
- Hutan konservasi seluas 26,13 juta Ha (19,2%)
- Hutan lindung seluas 32,2 juta Ha (23,6%)
- Hutan produksi seluas 77,8 juta ha (57,2%)
Ekstraksi sumberdaya hutan


    Pemanfaatan hutan Indonesia

Pemanfaatan dalam bentuk Izin Usaha Pemanfaatan
Hasil Hutan Kayu (IUPHHK) di kawasan hutan
produksi telah mencapai 35,4 juta ha, sekitar 49,9%.

Sumber utama penerimaan negara.
PNBP dari IUPHHK = 90% total PNBP Kehutanan.


Sumber: Kementerian Kehutanan, 2012.
Ekstraksi sumberdaya hutan



Rantai nilai
industri
ekstraktif
di sektor
kehutanan



Sumber: Transparency International (2010) dan Article 33 Indonesia (2013)
Struktur Presentasi

 Ekstraksi sumber daya hutan di Indonesia
 Aliran penerimaan sektor kehutanan
 Potensi kehilangan penerimaan – 2 kasus
 Mekanisme dan opsi transparansi
 Peran masyarakat sipil (CSO)
Aliran penerimaan sektor kehutanan


          Koleksi PNBP kehutanan
PNBP Kayu
 421411   Dana Reboisasi (DR)
 421421   Provisi Sumber Daya Hutan (PSDH)
 421433   Iuran Izin Usaha Pemanfaatan Hutan (IIUPH)
 423738   Ganti Rugi Nilai Tegakan (GNRT)
PNBP Bukan Kayu
 421441   Penggunaan Kawasan Hutan/ Pinjam Pakai Kawasan Hutan
 421751   Denda Pelanggaran Eksploitasi Hutan (DPEH)
 423731   Iuran Mengangkut/Tumbuhan Alam Hidup atau Mati (IASL/TA)
 423732   Pungutan Izin Pengusahaan Pariwisata Alam (PIPPA)
 423733   Pungutan Izin Pengusahaan Taman Buru (PIPTB)
 423734   Pungutan Izin Berburu di taman buru dan areal berburu (PIB)
 423735   Pungutan Masuk Obyek Wisata Alam/PMOWA (contoh: taman wisata alam)
 423736   Iuran Hasil Usaha Pengusahaan Pariwisata Alam (IHUPA)
 423737   Iuran Hasil Usaha Perburuan di Taman Buru (IHUPTB)
Aliran penerimaan sektor kehutanan


        PNBP kehutanan (milyar Rp)

                    2,000.00   55,9%


                    1,500.00

                    1,000.00           26,6%



                      500.00                                      9,6%
                                               3,6% 2,9%
                                                           0,1%          0,1% 0,0% 0,7% 0,1%
                        0.00




Sumber: Biro Keuangan Kemenhut (2012)
Aliran penerimaan sektor kehutanan


       PNBP sektor kehutanan

Hanya tiga PNBP yang dibagihasilkan:
DR, PSDH dan IIUPH.

Iuran Izin Usaha Pemanfaatan Hutan:
Perhitungan pungutan berbasis luas areal

Provisi Sumber Daya Hutan dan Dana Reboisasi:
Perhitungan berbasis volume kayu
Aliran penerimaan sektor kehutanan


            PNBP untuk PSDH

Perhitungan Provisi Sumber Daya Hutan (PSDH)

Kayu:
Volume kayu x tarif

Non-kayu:
Berat produk hasil hutan kayu x tarif
Aliran penerimaan sektor kehutanan


   Alokasi DBH PNBP kayu (%)

                                     Alokasi DBH

 Sumber Dana                                          Kabupaten/Kota
  Bagi Hasil                         Kabupaten/Kota    lainnya dalam
                  Pusat   Provinsi
                                       Penghasil       Provinsi yang
                                                       Bersangkutan
Dana Iuran Izin
Usaha
                   20       16             64               -
Pemanfaatan
Hutan (IIUPH)
Dana Provisi
Sumber Daya        20       16             32               32
Hutan (PSDH)
Dana Reboisasi
                   60        -             40               -
(DR)
Aliran penerimaan sektor kehutanan


Koleksi rente kehutanan
Aliran penerimaan sektor kehutanan


Rekonsiliasi penerimaan
Aliran penerimaan sektor kehutanan


Alokasi & distribusi rente kehutanan
Struktur Presentasi

 Ekstraksi sumber daya hutan di Indonesia
 Aliran penerimaan sektor kehutanan
 Potensi kehilangan penerimaan – 2 kasus
 Mekanisme dan opsi transparansi
 Peran masyarakat sipil (CSO)
Potensi kehilangan penerimaan


    70% kayu di Indonesia ilegal

Sekitar 60-70 % produksi kayu bulat adalah ilegal
(Tacconi, 2007).

Kayu dari pembalakan liar mencapai 73-88% setiap
tahun (Greenpeace, 2003).

Sekitar 40 juta m3 kayu yang masuk industri
pengolahan kayu ilegal; sekitar 10 juta m3 kayu ilegal
diekspor setiap tahun (Brown, 2009).
Potensi kehilangan penerimaan


        30-20 trilyun Rupiah hilang
                                Nilai kehilangan
No     Sumber Penelitian       penerimaan akibat              Kepustakaan
                                 illegal logging
1    Laporan BPK RI (2010)   Rp 30,3 triliun/tahun    BPK RI (2011)
                             atau Rp 83 milyar/hari
2    Human Rights watch      US $ 2 milyar/tahun      Sebagaimana dikutip Wasef
     (2009)                                           (2012)
3    World Bank (2006)       US $ 3 milyar/tahun      Sebagaimana dikutip Blundell
                                                      (2008)
4    Brown (2006)            US $ 1,4 milyar/tahun    Sebagaimana dikutip Brown
                                                      dan Stolle (2009)
5    Nurrochmat (2005)       US $ 2,79 milyar/tahun   Sebagaimana dikutip
                                                      Nurrochmat dan Hasan (2010)

6    Kementerian Kehutanan   US $ 3,7 milyar/tahun    Dikutip oleh Asia Pulse (2003)
     (2002)                                           dalam Schroeder et al (2004)
Potensi kehilangan penerimaan


       Dua kasus penerimaan

Kasus 1:
Kesenjangan penerimaan PSDH Kayu

Kasus 2:
Dugaan pungutan non-formal untuk peredaran
kayu di Kalimantan
Potensi kehilangan penerimaan


Realisasi PSDH cuma 30% potensi
 Tahun      PSDH untuk PNBP           Potensi PSDH       Perbandingan
             Kayu dan Bukan               Kayu           Realisasi dan
             Kayu (milyar Rp)          (milyar Rp)        Potensi (%)
   2009             699,3                 2.115,6              33,1

   2010             597,1                 2.470,9              24,2


Sumber: Mumbunan dan Wahyudi (2012)


Realisasi PSDH berdasarkan PMK DBH SDA Kehutanan (kayu dan non-kayu);
Potensi PSDH berdasarkan formula PSDH kayu, di mana data produksi kayu
merujuk Renja dan Statistik Kehutanan, dan proporsi kayu merujuk data BPS.
Potensi kehilangan penerimaan


   Polisi, Kehutanan dan Tentara

Dugaan pungutan
non-formal di
tahun 2010 di jalur
peredaran kayu
Muara Teweh-
Kapuas dan Muara
Teweh-Banjarmasin




Sumber: Article 33 Indonesia (2012), TIDAK UNTUK DIKUTIP.
Potensi kehilangan penerimaan


      Siapa? Multi-instansi, multi-aktor
KEPOLISIAN                                                  KEHUTANAN
Kepolisian Sektor (Polres)
                                                                Kehutanan (dinas?)
  Polisi Sektor (Polsek)/Kapolsek
  Wakapolsek                                                    Pos Kehutanan          ANGKATAN DARAT
                                                                                        Komando Rayon Militer
  Piket Polsek                                                  Komandan Pos Kehutanan
                                                                                           Koramil/Danramil
  Pos polisi                                                    LSDP (lembaga/komandan)    Piket Koramil
  Pos polisi ke-2
                                                                Piket LSDP              Komando Distrik Militer
  Pos polisi ke-3
  Pos polisi ke-4                 Polisi Airud                  KCDK Kehutanan             Kodim/Dandim
                                    Airud                                                  Kepala Staf Kodim (Kasdim)
  Kepala Pos Polisi                                             Wakil KCDK
                                    Airud Banjarmasin/MAKO                                 Pasi Intel
Kepolisian Resor (Polres)
                                    Airud Mabes Polri 641       P3HH                       Anggota intel
  Polres dan patroli
                                    Airud Mabes Polri 642       K/BKPH+Anggota (Kabag      Pasi Ops
  Polisi Resor (Polres)
                                    Airud Mabes Polri 645       dan lembaga)               Pasi Ter
  Tim checking Polres
                                                                                           Pasi Min
  Kasi perlindungan dan reboisasi Direktur Airud Kalteng
                                    Kapal patroli Airud Sampit (no 101-XX)                 Pasi Unit
  Ketua pos operasional+Kamluh
                                    Kapal patroli Airud Sampit (no 105-XX)                 Dan unit Kodim
  KP3
                                    Kasi Gakuk Pol Air                                     Piket Kodim
                                    Lanal Banjarmasin+Intel                             Polisi Militer
                                    Pandu alam                                             Danpospom
                                                                                           Piket Pospom
Potensi kehilangan penerimaan


Penerimaan kehutanan: big picture
                     PNBP yang diterima
      PNBP dari       negara dari kayu
      kayu legal        legal (30%)
     yang hilang
        (70%)


                   Kayu Legal;
                      30%

                                      Kayu Ilegal;
                                         70%
                                                         Kerugian
                                                     Negara akibat
                                                     Illegal Logging
                                                           (Rp 30
                                                      triliun/tahun)
Struktur Presentasi

 Ekstraksi sumber daya hutan di Indonesia
 Aliran penerimaan sektor kehutanan
 Potensi kehilangan penerimaan – 2 kasus
 Mekanisme dan opsi transparansi
 Peran masyarakat sipil (CSO)
Mekanisme dan opsi transparansi


           Jalan masuk: 2 opsi
Opsi 1: SVLK
 Sistem Verifikasi Legalitas Kayu. Sebuah inisiatif Indonesia
 untuk      memastikan       agar   industri    kayu,   termasuk
 IUPHHK, mendapatkan kayu atau sumber bahan baku dengan
 cara legal. Verifikasi data dilakukan secara independen.

Opsi 2: EITI
 Extractive Industries Transparency Initiative. Sebuah inisiatif
 global untuk mendorong transparansi dan akuntabilitas
 penerimaan di sektor industri ekstraktif: publikasi data
 penerimaan oleh pemerintah dan data pembayaran oleh
 perusahaan. Rekonsiliasi data dilakukan secara independen.
Mekanisme dan opsi transparansi


       Status dan potensi SVLK
Status:
  Sejak 2010 dijalankan di Indonesia. Target: akhir 2012
  semua industri hulu dan hilir sudah memiliki SVLK.

Potensi:
  Di dalam Standar Verifikasi SVLK (khususnya Prinsip
  Keabsahan Perdagangan atau Peindahan Kayu
  Bulat), pembayaran Dana Reboisasi dan PSDH harus
  ditunjukkan dan diverifikasi.
Mekanisme dan opsi transparansi


Progress SVLK
Mekanisme dan opsi transparansi


                   Status EITI
 Sudah ada Perpres 26/2010 tentang transparansi
  penerimaan dari industri ekstraktif.

 Sektor yang dicakup baru Migas dan Pertambangan
  Umum.

 Indonesia sementara menuju status negara patuh
  (compliant) untuk EITI.
Mekanisme dan opsi transparansi


                  Potensi EITI
 Secara internasional, ada preseden EITI Kehutanan (yaitu
  di Liberia).

 Di EITI Indonesia, ada inisiatif perusahaan tambang untuk
  melaporkan PNBP PSDH (PNBP Kehutanan, PP no
  2/2008) di bawah skema EITI Migas/Pertambangan
  Umum.

 Wacana sudah digulirkan untuk meluaskan cakupan
  Perpres 26/2010, meliputi sektor kehutanan.
Mekanisme dan opsi transparansi


      Persamaan SVLK dan EITI
 Sama-sama mendorong transparansi penerimaan

 Prosesnya melibatkan multi-stakeholder

 Melibatkan verifikator/rekonsiliator independen
Mekanisme dan opsi transparansi


        Perbedaan SVLK dan EITI
    Komponen            SVLK                          EITI
Inisiatif      Inisiatif Indonesia dan     Inisiatif global
               satu-satunya di dunia
Tahapan dan    Besar ke kecil (benahi      Kecil ke besar (benahi
cakupan        tatakelola, salah satunya   penerimaan, baru
               penerimaan);                tatakelola keseluruhan).
Sasaran        Menyasar penerimaan         Menyasar penerimaan
               sektor formal dan non-      sektor formal.
               formal
Sifat          Mandatory (wajib)           Voluntary (sukarela)
Pengecekan     Tanpa cross-check           Cross-check dua pihak
penerimaan
Struktur Presentasi

 Ekstraksi sumber daya hutan di Indonesia
 Aliran penerimaan sektor kehutanan
 Potensi kehilangan penerimaan – 2 kasus
 Mekanisme dan opsi transparansi
 Peran masyarakat sipil (CSO)
Peran masyarakat sipil (CSO)


      Kondisi CSO di Indonesia
 Belum ada CSO kehutanan yang membicarakan dan
  advokasi isu transparansi penerimaan sektor kehutanan;
  masih tema standar: illegal logging, perusakan hutan, dst.

 Kapasitas yang terbatas di daerah untuk merespon isu
  kompleks ini (pengetahuan dan knowledge
  sharing, jejaring, dan dana)

 Belum diapresiasinya kaitan yang erat antara isu
  advokasi REDD+ dan transparansi penerimaan
  kehutanan, terutama terkait benefit sharing
  mechanism, keuangan daerah, dan safeguard.
Peran masyarakat sipil (CSO)


        Need assessment CSO
 Pembangunan opini melalui edukasi dan information
  sharing tentang isu penerimaan sektor kehutanan.

 Peningkatan kapasitas CSO (misalnya melalui pelatihan
  dan knowledge sharing).

 Membangun peran dan gerak yang sinergis antar-CSO di
  daerah, dan antara CSO daerah dan nasional, dalam
  mengakomodasi isu penerimaan sektor kehutanan.

 Pengarusutamaan isu penerimaan kehutanan melalui
  policy issue saat ini, seperti REDD+.
Terima Kasih

THANK YOU

More Related Content

What's hot

Permenhut no 43 th 2014 ttg p enilaian kinerja hutan produksi (1)
Permenhut no 43 th 2014 ttg p enilaian kinerja hutan produksi (1)Permenhut no 43 th 2014 ttg p enilaian kinerja hutan produksi (1)
Permenhut no 43 th 2014 ttg p enilaian kinerja hutan produksi (1)Jhon Blora
 
Permenhut no 50 th 2014 ttg perdagangan sertifikat penurunan emisi karbon hut...
Permenhut no 50 th 2014 ttg perdagangan sertifikat penurunan emisi karbon hut...Permenhut no 50 th 2014 ttg perdagangan sertifikat penurunan emisi karbon hut...
Permenhut no 50 th 2014 ttg perdagangan sertifikat penurunan emisi karbon hut...Jhon Blora
 
Permenhut no 54 th 2014 ttg kompetensi dan sertifikasi tenaga teknis dan peng...
Permenhut no 54 th 2014 ttg kompetensi dan sertifikasi tenaga teknis dan peng...Permenhut no 54 th 2014 ttg kompetensi dan sertifikasi tenaga teknis dan peng...
Permenhut no 54 th 2014 ttg kompetensi dan sertifikasi tenaga teknis dan peng...Jhon Blora
 
P.30 2012 penataan_hasilhutandarihutanhak
P.30 2012 penataan_hasilhutandarihutanhakP.30 2012 penataan_hasilhutandarihutanhak
P.30 2012 penataan_hasilhutandarihutanhakJhon Blora
 
Permen menhut no 47 tahun 2013 tentang pedoman pemanfaatan hutan
Permen menhut no 47 tahun 2013 tentang pedoman  pemanfaatan hutanPermen menhut no 47 tahun 2013 tentang pedoman  pemanfaatan hutan
Permen menhut no 47 tahun 2013 tentang pedoman pemanfaatan hutanwalhiaceh
 
Permenhut no 38 th 2014 ttg p engenaan tarif rp.0
Permenhut no 38 th 2014 ttg p engenaan tarif rp.0Permenhut no 38 th 2014 ttg p engenaan tarif rp.0
Permenhut no 38 th 2014 ttg p engenaan tarif rp.0Jhon Blora
 
Kejahatan kehutanan kontemporer: studi kasus Riau
Kejahatan kehutanan kontemporer: studi kasus RiauKejahatan kehutanan kontemporer: studi kasus Riau
Kejahatan kehutanan kontemporer: studi kasus RiauCIFOR-ICRAF
 
P 42 menhut ii 2014
P 42 menhut ii 2014P 42 menhut ii 2014
P 42 menhut ii 2014Jhon Blora
 
P14 2011 ijin pemanfaatan kayu
P14 2011 ijin pemanfaatan kayuP14 2011 ijin pemanfaatan kayu
P14 2011 ijin pemanfaatan kayuJhon Blora
 
Buku Panduan Perizinan HKm
Buku Panduan Perizinan HKmBuku Panduan Perizinan HKm
Buku Panduan Perizinan HKmAmien Saliwu
 
Permenhut no 24 th 2014 ttg tata cara penulisan pembayaran
Permenhut no 24 th 2014 ttg tata cara penulisan pembayaranPermenhut no 24 th 2014 ttg tata cara penulisan pembayaran
Permenhut no 24 th 2014 ttg tata cara penulisan pembayaranJhon Blora
 
Permenhut no 44 th 2014 ttg pedoman pembangunan unit percontohan penyuluhan k...
Permenhut no 44 th 2014 ttg pedoman pembangunan unit percontohan penyuluhan k...Permenhut no 44 th 2014 ttg pedoman pembangunan unit percontohan penyuluhan k...
Permenhut no 44 th 2014 ttg pedoman pembangunan unit percontohan penyuluhan k...Jhon Blora
 
Profile kphp dampelas tinombo sulawesi tengah
Profile kphp dampelas tinombo sulawesi tengahProfile kphp dampelas tinombo sulawesi tengah
Profile kphp dampelas tinombo sulawesi tengahMamat Kasep
 
Permen menhut no 14 tahun 2013 tentang pedoman pinjam pakai hutan
Permen menhut no 14 tahun 2013 tentang pedoman pinjam pakai hutanPermen menhut no 14 tahun 2013 tentang pedoman pinjam pakai hutan
Permen menhut no 14 tahun 2013 tentang pedoman pinjam pakai hutanwalhiaceh
 
Permen lhk no. 46 2016 ttg pemanfaatan jasa lingkungan panas bumi dan kawasan...
Permen lhk no. 46 2016 ttg pemanfaatan jasa lingkungan panas bumi dan kawasan...Permen lhk no. 46 2016 ttg pemanfaatan jasa lingkungan panas bumi dan kawasan...
Permen lhk no. 46 2016 ttg pemanfaatan jasa lingkungan panas bumi dan kawasan...Rizki Darmawan
 
Raflis kepastian hukum kawasan hutan dan politik penguasaan ruang
Raflis kepastian hukum kawasan hutan dan politik penguasaan ruangRaflis kepastian hukum kawasan hutan dan politik penguasaan ruang
Raflis kepastian hukum kawasan hutan dan politik penguasaan ruangRaflis Ssi
 
Permen LHK no.71 tahun 2016
Permen LHK no.71 tahun 2016Permen LHK no.71 tahun 2016
Permen LHK no.71 tahun 2016Rizki Darmawan
 

What's hot (20)

Permenhut no 43 th 2014 ttg p enilaian kinerja hutan produksi (1)
Permenhut no 43 th 2014 ttg p enilaian kinerja hutan produksi (1)Permenhut no 43 th 2014 ttg p enilaian kinerja hutan produksi (1)
Permenhut no 43 th 2014 ttg p enilaian kinerja hutan produksi (1)
 
Permenhut no 50 th 2014 ttg perdagangan sertifikat penurunan emisi karbon hut...
Permenhut no 50 th 2014 ttg perdagangan sertifikat penurunan emisi karbon hut...Permenhut no 50 th 2014 ttg perdagangan sertifikat penurunan emisi karbon hut...
Permenhut no 50 th 2014 ttg perdagangan sertifikat penurunan emisi karbon hut...
 
Permenhut no 54 th 2014 ttg kompetensi dan sertifikasi tenaga teknis dan peng...
Permenhut no 54 th 2014 ttg kompetensi dan sertifikasi tenaga teknis dan peng...Permenhut no 54 th 2014 ttg kompetensi dan sertifikasi tenaga teknis dan peng...
Permenhut no 54 th 2014 ttg kompetensi dan sertifikasi tenaga teknis dan peng...
 
P.30 2012 penataan_hasilhutandarihutanhak
P.30 2012 penataan_hasilhutandarihutanhakP.30 2012 penataan_hasilhutandarihutanhak
P.30 2012 penataan_hasilhutandarihutanhak
 
Permen menhut no 47 tahun 2013 tentang pedoman pemanfaatan hutan
Permen menhut no 47 tahun 2013 tentang pedoman  pemanfaatan hutanPermen menhut no 47 tahun 2013 tentang pedoman  pemanfaatan hutan
Permen menhut no 47 tahun 2013 tentang pedoman pemanfaatan hutan
 
Permenhut no 38 th 2014 ttg p engenaan tarif rp.0
Permenhut no 38 th 2014 ttg p engenaan tarif rp.0Permenhut no 38 th 2014 ttg p engenaan tarif rp.0
Permenhut no 38 th 2014 ttg p engenaan tarif rp.0
 
Kejahatan kehutanan kontemporer: studi kasus Riau
Kejahatan kehutanan kontemporer: studi kasus RiauKejahatan kehutanan kontemporer: studi kasus Riau
Kejahatan kehutanan kontemporer: studi kasus Riau
 
P 42 menhut ii 2014
P 42 menhut ii 2014P 42 menhut ii 2014
P 42 menhut ii 2014
 
P14 2011 ijin pemanfaatan kayu
P14 2011 ijin pemanfaatan kayuP14 2011 ijin pemanfaatan kayu
P14 2011 ijin pemanfaatan kayu
 
P49 08 Hutan Desa
P49 08   Hutan DesaP49 08   Hutan Desa
P49 08 Hutan Desa
 
Buku Panduan Perizinan HKm
Buku Panduan Perizinan HKmBuku Panduan Perizinan HKm
Buku Panduan Perizinan HKm
 
Permenhut no 24 th 2014 ttg tata cara penulisan pembayaran
Permenhut no 24 th 2014 ttg tata cara penulisan pembayaranPermenhut no 24 th 2014 ttg tata cara penulisan pembayaran
Permenhut no 24 th 2014 ttg tata cara penulisan pembayaran
 
Permenhut 11 09
Permenhut 11 09Permenhut 11 09
Permenhut 11 09
 
Permenhut no 44 th 2014 ttg pedoman pembangunan unit percontohan penyuluhan k...
Permenhut no 44 th 2014 ttg pedoman pembangunan unit percontohan penyuluhan k...Permenhut no 44 th 2014 ttg pedoman pembangunan unit percontohan penyuluhan k...
Permenhut no 44 th 2014 ttg pedoman pembangunan unit percontohan penyuluhan k...
 
Profile kphp dampelas tinombo sulawesi tengah
Profile kphp dampelas tinombo sulawesi tengahProfile kphp dampelas tinombo sulawesi tengah
Profile kphp dampelas tinombo sulawesi tengah
 
Permen menhut no 14 tahun 2013 tentang pedoman pinjam pakai hutan
Permen menhut no 14 tahun 2013 tentang pedoman pinjam pakai hutanPermen menhut no 14 tahun 2013 tentang pedoman pinjam pakai hutan
Permen menhut no 14 tahun 2013 tentang pedoman pinjam pakai hutan
 
P.62#2015 ipk
P.62#2015 ipkP.62#2015 ipk
P.62#2015 ipk
 
Permen lhk no. 46 2016 ttg pemanfaatan jasa lingkungan panas bumi dan kawasan...
Permen lhk no. 46 2016 ttg pemanfaatan jasa lingkungan panas bumi dan kawasan...Permen lhk no. 46 2016 ttg pemanfaatan jasa lingkungan panas bumi dan kawasan...
Permen lhk no. 46 2016 ttg pemanfaatan jasa lingkungan panas bumi dan kawasan...
 
Raflis kepastian hukum kawasan hutan dan politik penguasaan ruang
Raflis kepastian hukum kawasan hutan dan politik penguasaan ruangRaflis kepastian hukum kawasan hutan dan politik penguasaan ruang
Raflis kepastian hukum kawasan hutan dan politik penguasaan ruang
 
Permen LHK no.71 tahun 2016
Permen LHK no.71 tahun 2016Permen LHK no.71 tahun 2016
Permen LHK no.71 tahun 2016
 

Viewers also liked

A33 Position Note: Post-2015 Development Agenda
A33 Position Note: Post-2015 Development AgendaA33 Position Note: Post-2015 Development Agenda
A33 Position Note: Post-2015 Development AgendaArticle33
 
Comval BK: New EITI Standards, Philippine Candidacy and PH-EITI Work Plan
Comval BK: New EITI Standards, Philippine Candidacy and PH-EITI Work PlanComval BK: New EITI Standards, Philippine Candidacy and PH-EITI Work Plan
Comval BK: New EITI Standards, Philippine Candidacy and PH-EITI Work PlanArticle33
 
Comval BK: O&G Revenue for Sustainable Welfare in Bojonegoro
Comval BK: O&G Revenue for Sustainable Welfare in BojonegoroComval BK: O&G Revenue for Sustainable Welfare in Bojonegoro
Comval BK: O&G Revenue for Sustainable Welfare in BojonegoroArticle33
 
Comval BK: Bojonegoro Social Innovation on Extractive Revenue
Comval BK: Bojonegoro Social Innovation on Extractive Revenue Comval BK: Bojonegoro Social Innovation on Extractive Revenue
Comval BK: Bojonegoro Social Innovation on Extractive Revenue Article33
 
Comval BK: Compostela Valley Transparency Initiative
Comval BK: Compostela Valley Transparency InitiativeComval BK: Compostela Valley Transparency Initiative
Comval BK: Compostela Valley Transparency InitiativeArticle33
 
Comval BK: Indigenous People Transparency Mechanism
Comval BK: Indigenous People Transparency MechanismComval BK: Indigenous People Transparency Mechanism
Comval BK: Indigenous People Transparency MechanismArticle33
 
Comval BK: Minahang Bayanihan: Small Scale Mining Initiatives
Comval BK: Minahang Bayanihan: Small Scale Mining InitiativesComval BK: Minahang Bayanihan: Small Scale Mining Initiatives
Comval BK: Minahang Bayanihan: Small Scale Mining InitiativesArticle33
 

Viewers also liked (7)

A33 Position Note: Post-2015 Development Agenda
A33 Position Note: Post-2015 Development AgendaA33 Position Note: Post-2015 Development Agenda
A33 Position Note: Post-2015 Development Agenda
 
Comval BK: New EITI Standards, Philippine Candidacy and PH-EITI Work Plan
Comval BK: New EITI Standards, Philippine Candidacy and PH-EITI Work PlanComval BK: New EITI Standards, Philippine Candidacy and PH-EITI Work Plan
Comval BK: New EITI Standards, Philippine Candidacy and PH-EITI Work Plan
 
Comval BK: O&G Revenue for Sustainable Welfare in Bojonegoro
Comval BK: O&G Revenue for Sustainable Welfare in BojonegoroComval BK: O&G Revenue for Sustainable Welfare in Bojonegoro
Comval BK: O&G Revenue for Sustainable Welfare in Bojonegoro
 
Comval BK: Bojonegoro Social Innovation on Extractive Revenue
Comval BK: Bojonegoro Social Innovation on Extractive Revenue Comval BK: Bojonegoro Social Innovation on Extractive Revenue
Comval BK: Bojonegoro Social Innovation on Extractive Revenue
 
Comval BK: Compostela Valley Transparency Initiative
Comval BK: Compostela Valley Transparency InitiativeComval BK: Compostela Valley Transparency Initiative
Comval BK: Compostela Valley Transparency Initiative
 
Comval BK: Indigenous People Transparency Mechanism
Comval BK: Indigenous People Transparency MechanismComval BK: Indigenous People Transparency Mechanism
Comval BK: Indigenous People Transparency Mechanism
 
Comval BK: Minahang Bayanihan: Small Scale Mining Initiatives
Comval BK: Minahang Bayanihan: Small Scale Mining InitiativesComval BK: Minahang Bayanihan: Small Scale Mining Initiatives
Comval BK: Minahang Bayanihan: Small Scale Mining Initiatives
 

More from Article33

PB 01, 2013: Encouraging Transparency of Forestry State Revenue
PB 01, 2013: Encouraging Transparency of Forestry State RevenuePB 01, 2013: Encouraging Transparency of Forestry State Revenue
PB 01, 2013: Encouraging Transparency of Forestry State RevenueArticle33
 
Brief 03, 2011: Memperkuat Efektivitas dan Akuntabilitas Kebijakan Anggaran BOS
Brief 03, 2011: Memperkuat Efektivitas dan Akuntabilitas Kebijakan Anggaran BOSBrief 03, 2011: Memperkuat Efektivitas dan Akuntabilitas Kebijakan Anggaran BOS
Brief 03, 2011: Memperkuat Efektivitas dan Akuntabilitas Kebijakan Anggaran BOSArticle33
 
Brief 02, 2011: Peta Jalan Pendidikan Dasar Gratis
Brief 02, 2011: Peta Jalan Pendidikan Dasar GratisBrief 02, 2011: Peta Jalan Pendidikan Dasar Gratis
Brief 02, 2011: Peta Jalan Pendidikan Dasar GratisArticle33
 
Brief 01, 2011: Dana Alokasi Khusus Pendidikan
Brief 01, 2011: Dana Alokasi Khusus Pendidikan Brief 01, 2011: Dana Alokasi Khusus Pendidikan
Brief 01, 2011: Dana Alokasi Khusus Pendidikan Article33
 
Profil Article 33 Indonesia
Profil Article 33 IndonesiaProfil Article 33 Indonesia
Profil Article 33 IndonesiaArticle33
 
WP 03/2012 - Riko - Belantara Rente Hutan Kayu
WP 03/2012 - Riko - Belantara Rente Hutan KayuWP 03/2012 - Riko - Belantara Rente Hutan Kayu
WP 03/2012 - Riko - Belantara Rente Hutan KayuArticle33
 
Module for Managing Oil & Gas Revenue: Indonesia Sub-National Experience
Module for Managing Oil & Gas Revenue: Indonesia Sub-National ExperienceModule for Managing Oil & Gas Revenue: Indonesia Sub-National Experience
Module for Managing Oil & Gas Revenue: Indonesia Sub-National ExperienceArticle33
 
Module for Multistakeholder Engagement for Extractive Industry Better Governance
Module for Multistakeholder Engagement for Extractive Industry Better GovernanceModule for Multistakeholder Engagement for Extractive Industry Better Governance
Module for Multistakeholder Engagement for Extractive Industry Better GovernanceArticle33
 
Article33 jointresearchscheme
Article33 jointresearchschemeArticle33 jointresearchscheme
Article33 jointresearchschemeArticle33
 
Working Paper Jamkesda
Working Paper JamkesdaWorking Paper Jamkesda
Working Paper JamkesdaArticle33
 
Mural 3: Perda Kandungan Lokal
Mural 3: Perda Kandungan Lokal Mural 3: Perda Kandungan Lokal
Mural 3: Perda Kandungan Lokal Article33
 
Mural 1: Mekanisme Transparansi Migas
Mural 1: Mekanisme Transparansi MigasMural 1: Mekanisme Transparansi Migas
Mural 1: Mekanisme Transparansi MigasArticle33
 
EI3 Perbandingan Perda (handout bahasa)
EI3 Perbandingan Perda (handout bahasa)EI3 Perbandingan Perda (handout bahasa)
EI3 Perbandingan Perda (handout bahasa)Article33
 
EI1 Mining Licensing (handout english)
EI1 Mining Licensing (handout english)EI1 Mining Licensing (handout english)
EI1 Mining Licensing (handout english)Article33
 
5 social accountability (english)
5 social accountability (english)5 social accountability (english)
5 social accountability (english)Article33
 
5 akuntabilitas sosial (bahasa)
5 akuntabilitas sosial (bahasa)5 akuntabilitas sosial (bahasa)
5 akuntabilitas sosial (bahasa)Article33
 
4 perencanaan partisipatif (bahasa)
4 perencanaan partisipatif (bahasa)4 perencanaan partisipatif (bahasa)
4 perencanaan partisipatif (bahasa)Article33
 
4 participatory planning (english)
4 participatory planning (english)4 participatory planning (english)
4 participatory planning (english)Article33
 
3 local content (english-final)
3 local content (english-final)3 local content (english-final)
3 local content (english-final)Article33
 
3 kandungan lokal (bahasa-final)
3 kandungan lokal (bahasa-final)3 kandungan lokal (bahasa-final)
3 kandungan lokal (bahasa-final)Article33
 

More from Article33 (20)

PB 01, 2013: Encouraging Transparency of Forestry State Revenue
PB 01, 2013: Encouraging Transparency of Forestry State RevenuePB 01, 2013: Encouraging Transparency of Forestry State Revenue
PB 01, 2013: Encouraging Transparency of Forestry State Revenue
 
Brief 03, 2011: Memperkuat Efektivitas dan Akuntabilitas Kebijakan Anggaran BOS
Brief 03, 2011: Memperkuat Efektivitas dan Akuntabilitas Kebijakan Anggaran BOSBrief 03, 2011: Memperkuat Efektivitas dan Akuntabilitas Kebijakan Anggaran BOS
Brief 03, 2011: Memperkuat Efektivitas dan Akuntabilitas Kebijakan Anggaran BOS
 
Brief 02, 2011: Peta Jalan Pendidikan Dasar Gratis
Brief 02, 2011: Peta Jalan Pendidikan Dasar GratisBrief 02, 2011: Peta Jalan Pendidikan Dasar Gratis
Brief 02, 2011: Peta Jalan Pendidikan Dasar Gratis
 
Brief 01, 2011: Dana Alokasi Khusus Pendidikan
Brief 01, 2011: Dana Alokasi Khusus Pendidikan Brief 01, 2011: Dana Alokasi Khusus Pendidikan
Brief 01, 2011: Dana Alokasi Khusus Pendidikan
 
Profil Article 33 Indonesia
Profil Article 33 IndonesiaProfil Article 33 Indonesia
Profil Article 33 Indonesia
 
WP 03/2012 - Riko - Belantara Rente Hutan Kayu
WP 03/2012 - Riko - Belantara Rente Hutan KayuWP 03/2012 - Riko - Belantara Rente Hutan Kayu
WP 03/2012 - Riko - Belantara Rente Hutan Kayu
 
Module for Managing Oil & Gas Revenue: Indonesia Sub-National Experience
Module for Managing Oil & Gas Revenue: Indonesia Sub-National ExperienceModule for Managing Oil & Gas Revenue: Indonesia Sub-National Experience
Module for Managing Oil & Gas Revenue: Indonesia Sub-National Experience
 
Module for Multistakeholder Engagement for Extractive Industry Better Governance
Module for Multistakeholder Engagement for Extractive Industry Better GovernanceModule for Multistakeholder Engagement for Extractive Industry Better Governance
Module for Multistakeholder Engagement for Extractive Industry Better Governance
 
Article33 jointresearchscheme
Article33 jointresearchschemeArticle33 jointresearchscheme
Article33 jointresearchscheme
 
Working Paper Jamkesda
Working Paper JamkesdaWorking Paper Jamkesda
Working Paper Jamkesda
 
Mural 3: Perda Kandungan Lokal
Mural 3: Perda Kandungan Lokal Mural 3: Perda Kandungan Lokal
Mural 3: Perda Kandungan Lokal
 
Mural 1: Mekanisme Transparansi Migas
Mural 1: Mekanisme Transparansi MigasMural 1: Mekanisme Transparansi Migas
Mural 1: Mekanisme Transparansi Migas
 
EI3 Perbandingan Perda (handout bahasa)
EI3 Perbandingan Perda (handout bahasa)EI3 Perbandingan Perda (handout bahasa)
EI3 Perbandingan Perda (handout bahasa)
 
EI1 Mining Licensing (handout english)
EI1 Mining Licensing (handout english)EI1 Mining Licensing (handout english)
EI1 Mining Licensing (handout english)
 
5 social accountability (english)
5 social accountability (english)5 social accountability (english)
5 social accountability (english)
 
5 akuntabilitas sosial (bahasa)
5 akuntabilitas sosial (bahasa)5 akuntabilitas sosial (bahasa)
5 akuntabilitas sosial (bahasa)
 
4 perencanaan partisipatif (bahasa)
4 perencanaan partisipatif (bahasa)4 perencanaan partisipatif (bahasa)
4 perencanaan partisipatif (bahasa)
 
4 participatory planning (english)
4 participatory planning (english)4 participatory planning (english)
4 participatory planning (english)
 
3 local content (english-final)
3 local content (english-final)3 local content (english-final)
3 local content (english-final)
 
3 kandungan lokal (bahasa-final)
3 kandungan lokal (bahasa-final)3 kandungan lokal (bahasa-final)
3 kandungan lokal (bahasa-final)
 

Kajian Pelingkupan Penerimaan Kehutanan

  • 1. Hasil Kajian Pelingkupan Sonny Mumbunan dan Riko Wahyudi Article 33 Indonesia Seminar Nasional Penerimaan Negara Industri Ekstraktif Sektor Kehutanan Jakarta, 22 Januari 2013
  • 2. Kajian pelingkupan ini dimungkinkan oleh dukungan dana dari Royal Norwegian Embassy di Jakarta.
  • 3. Struktur Presentasi  Ekstraksi sumber daya hutan di Indonesia  Aliran penerimaan sektor kehutanan  Potensi kehilangan penerimaan – 2 kasus  Mekanisme dan opsi transparansi  Peran masyarakat sipil (CSO)
  • 4. Ekstraksi sumberdaya hutan Luas hutan Indonesia Luas total kawasan hutan di Indonesia sebesar 136,17 juta Ha. Kawasan hutan: - Hutan konservasi seluas 26,13 juta Ha (19,2%) - Hutan lindung seluas 32,2 juta Ha (23,6%) - Hutan produksi seluas 77,8 juta ha (57,2%)
  • 5. Ekstraksi sumberdaya hutan Pemanfaatan hutan Indonesia Pemanfaatan dalam bentuk Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu (IUPHHK) di kawasan hutan produksi telah mencapai 35,4 juta ha, sekitar 49,9%. Sumber utama penerimaan negara. PNBP dari IUPHHK = 90% total PNBP Kehutanan. Sumber: Kementerian Kehutanan, 2012.
  • 6. Ekstraksi sumberdaya hutan Rantai nilai industri ekstraktif di sektor kehutanan Sumber: Transparency International (2010) dan Article 33 Indonesia (2013)
  • 7. Struktur Presentasi  Ekstraksi sumber daya hutan di Indonesia  Aliran penerimaan sektor kehutanan  Potensi kehilangan penerimaan – 2 kasus  Mekanisme dan opsi transparansi  Peran masyarakat sipil (CSO)
  • 8. Aliran penerimaan sektor kehutanan Koleksi PNBP kehutanan PNBP Kayu 421411 Dana Reboisasi (DR) 421421 Provisi Sumber Daya Hutan (PSDH) 421433 Iuran Izin Usaha Pemanfaatan Hutan (IIUPH) 423738 Ganti Rugi Nilai Tegakan (GNRT) PNBP Bukan Kayu 421441 Penggunaan Kawasan Hutan/ Pinjam Pakai Kawasan Hutan 421751 Denda Pelanggaran Eksploitasi Hutan (DPEH) 423731 Iuran Mengangkut/Tumbuhan Alam Hidup atau Mati (IASL/TA) 423732 Pungutan Izin Pengusahaan Pariwisata Alam (PIPPA) 423733 Pungutan Izin Pengusahaan Taman Buru (PIPTB) 423734 Pungutan Izin Berburu di taman buru dan areal berburu (PIB) 423735 Pungutan Masuk Obyek Wisata Alam/PMOWA (contoh: taman wisata alam) 423736 Iuran Hasil Usaha Pengusahaan Pariwisata Alam (IHUPA) 423737 Iuran Hasil Usaha Perburuan di Taman Buru (IHUPTB)
  • 9. Aliran penerimaan sektor kehutanan PNBP kehutanan (milyar Rp) 2,000.00 55,9% 1,500.00 1,000.00 26,6% 500.00 9,6% 3,6% 2,9% 0,1% 0,1% 0,0% 0,7% 0,1% 0.00 Sumber: Biro Keuangan Kemenhut (2012)
  • 10. Aliran penerimaan sektor kehutanan PNBP sektor kehutanan Hanya tiga PNBP yang dibagihasilkan: DR, PSDH dan IIUPH. Iuran Izin Usaha Pemanfaatan Hutan: Perhitungan pungutan berbasis luas areal Provisi Sumber Daya Hutan dan Dana Reboisasi: Perhitungan berbasis volume kayu
  • 11. Aliran penerimaan sektor kehutanan PNBP untuk PSDH Perhitungan Provisi Sumber Daya Hutan (PSDH) Kayu: Volume kayu x tarif Non-kayu: Berat produk hasil hutan kayu x tarif
  • 12. Aliran penerimaan sektor kehutanan Alokasi DBH PNBP kayu (%) Alokasi DBH Sumber Dana Kabupaten/Kota Bagi Hasil Kabupaten/Kota lainnya dalam Pusat Provinsi Penghasil Provinsi yang Bersangkutan Dana Iuran Izin Usaha 20 16 64 - Pemanfaatan Hutan (IIUPH) Dana Provisi Sumber Daya 20 16 32 32 Hutan (PSDH) Dana Reboisasi 60 - 40 - (DR)
  • 13. Aliran penerimaan sektor kehutanan Koleksi rente kehutanan
  • 14. Aliran penerimaan sektor kehutanan Rekonsiliasi penerimaan
  • 15. Aliran penerimaan sektor kehutanan Alokasi & distribusi rente kehutanan
  • 16. Struktur Presentasi  Ekstraksi sumber daya hutan di Indonesia  Aliran penerimaan sektor kehutanan  Potensi kehilangan penerimaan – 2 kasus  Mekanisme dan opsi transparansi  Peran masyarakat sipil (CSO)
  • 17. Potensi kehilangan penerimaan 70% kayu di Indonesia ilegal Sekitar 60-70 % produksi kayu bulat adalah ilegal (Tacconi, 2007). Kayu dari pembalakan liar mencapai 73-88% setiap tahun (Greenpeace, 2003). Sekitar 40 juta m3 kayu yang masuk industri pengolahan kayu ilegal; sekitar 10 juta m3 kayu ilegal diekspor setiap tahun (Brown, 2009).
  • 18. Potensi kehilangan penerimaan 30-20 trilyun Rupiah hilang Nilai kehilangan No Sumber Penelitian penerimaan akibat Kepustakaan illegal logging 1 Laporan BPK RI (2010) Rp 30,3 triliun/tahun BPK RI (2011) atau Rp 83 milyar/hari 2 Human Rights watch US $ 2 milyar/tahun Sebagaimana dikutip Wasef (2009) (2012) 3 World Bank (2006) US $ 3 milyar/tahun Sebagaimana dikutip Blundell (2008) 4 Brown (2006) US $ 1,4 milyar/tahun Sebagaimana dikutip Brown dan Stolle (2009) 5 Nurrochmat (2005) US $ 2,79 milyar/tahun Sebagaimana dikutip Nurrochmat dan Hasan (2010) 6 Kementerian Kehutanan US $ 3,7 milyar/tahun Dikutip oleh Asia Pulse (2003) (2002) dalam Schroeder et al (2004)
  • 19. Potensi kehilangan penerimaan Dua kasus penerimaan Kasus 1: Kesenjangan penerimaan PSDH Kayu Kasus 2: Dugaan pungutan non-formal untuk peredaran kayu di Kalimantan
  • 20. Potensi kehilangan penerimaan Realisasi PSDH cuma 30% potensi Tahun PSDH untuk PNBP Potensi PSDH Perbandingan Kayu dan Bukan Kayu Realisasi dan Kayu (milyar Rp) (milyar Rp) Potensi (%) 2009 699,3 2.115,6 33,1 2010 597,1 2.470,9 24,2 Sumber: Mumbunan dan Wahyudi (2012) Realisasi PSDH berdasarkan PMK DBH SDA Kehutanan (kayu dan non-kayu); Potensi PSDH berdasarkan formula PSDH kayu, di mana data produksi kayu merujuk Renja dan Statistik Kehutanan, dan proporsi kayu merujuk data BPS.
  • 21. Potensi kehilangan penerimaan Polisi, Kehutanan dan Tentara Dugaan pungutan non-formal di tahun 2010 di jalur peredaran kayu Muara Teweh- Kapuas dan Muara Teweh-Banjarmasin Sumber: Article 33 Indonesia (2012), TIDAK UNTUK DIKUTIP.
  • 22. Potensi kehilangan penerimaan Siapa? Multi-instansi, multi-aktor KEPOLISIAN KEHUTANAN Kepolisian Sektor (Polres) Kehutanan (dinas?) Polisi Sektor (Polsek)/Kapolsek Wakapolsek Pos Kehutanan ANGKATAN DARAT Komando Rayon Militer Piket Polsek Komandan Pos Kehutanan Koramil/Danramil Pos polisi LSDP (lembaga/komandan) Piket Koramil Pos polisi ke-2 Piket LSDP Komando Distrik Militer Pos polisi ke-3 Pos polisi ke-4 Polisi Airud KCDK Kehutanan Kodim/Dandim Airud Kepala Staf Kodim (Kasdim) Kepala Pos Polisi Wakil KCDK Airud Banjarmasin/MAKO Pasi Intel Kepolisian Resor (Polres) Airud Mabes Polri 641 P3HH Anggota intel Polres dan patroli Airud Mabes Polri 642 K/BKPH+Anggota (Kabag Pasi Ops Polisi Resor (Polres) Airud Mabes Polri 645 dan lembaga) Pasi Ter Tim checking Polres Pasi Min Kasi perlindungan dan reboisasi Direktur Airud Kalteng Kapal patroli Airud Sampit (no 101-XX) Pasi Unit Ketua pos operasional+Kamluh Kapal patroli Airud Sampit (no 105-XX) Dan unit Kodim KP3 Kasi Gakuk Pol Air Piket Kodim Lanal Banjarmasin+Intel Polisi Militer Pandu alam Danpospom Piket Pospom
  • 23. Potensi kehilangan penerimaan Penerimaan kehutanan: big picture PNBP yang diterima PNBP dari negara dari kayu kayu legal legal (30%) yang hilang (70%) Kayu Legal; 30% Kayu Ilegal; 70% Kerugian Negara akibat Illegal Logging (Rp 30 triliun/tahun)
  • 24. Struktur Presentasi  Ekstraksi sumber daya hutan di Indonesia  Aliran penerimaan sektor kehutanan  Potensi kehilangan penerimaan – 2 kasus  Mekanisme dan opsi transparansi  Peran masyarakat sipil (CSO)
  • 25. Mekanisme dan opsi transparansi Jalan masuk: 2 opsi Opsi 1: SVLK Sistem Verifikasi Legalitas Kayu. Sebuah inisiatif Indonesia untuk memastikan agar industri kayu, termasuk IUPHHK, mendapatkan kayu atau sumber bahan baku dengan cara legal. Verifikasi data dilakukan secara independen. Opsi 2: EITI Extractive Industries Transparency Initiative. Sebuah inisiatif global untuk mendorong transparansi dan akuntabilitas penerimaan di sektor industri ekstraktif: publikasi data penerimaan oleh pemerintah dan data pembayaran oleh perusahaan. Rekonsiliasi data dilakukan secara independen.
  • 26. Mekanisme dan opsi transparansi Status dan potensi SVLK Status: Sejak 2010 dijalankan di Indonesia. Target: akhir 2012 semua industri hulu dan hilir sudah memiliki SVLK. Potensi: Di dalam Standar Verifikasi SVLK (khususnya Prinsip Keabsahan Perdagangan atau Peindahan Kayu Bulat), pembayaran Dana Reboisasi dan PSDH harus ditunjukkan dan diverifikasi.
  • 27. Mekanisme dan opsi transparansi Progress SVLK
  • 28. Mekanisme dan opsi transparansi Status EITI  Sudah ada Perpres 26/2010 tentang transparansi penerimaan dari industri ekstraktif.  Sektor yang dicakup baru Migas dan Pertambangan Umum.  Indonesia sementara menuju status negara patuh (compliant) untuk EITI.
  • 29. Mekanisme dan opsi transparansi Potensi EITI  Secara internasional, ada preseden EITI Kehutanan (yaitu di Liberia).  Di EITI Indonesia, ada inisiatif perusahaan tambang untuk melaporkan PNBP PSDH (PNBP Kehutanan, PP no 2/2008) di bawah skema EITI Migas/Pertambangan Umum.  Wacana sudah digulirkan untuk meluaskan cakupan Perpres 26/2010, meliputi sektor kehutanan.
  • 30. Mekanisme dan opsi transparansi Persamaan SVLK dan EITI  Sama-sama mendorong transparansi penerimaan  Prosesnya melibatkan multi-stakeholder  Melibatkan verifikator/rekonsiliator independen
  • 31. Mekanisme dan opsi transparansi Perbedaan SVLK dan EITI Komponen SVLK EITI Inisiatif Inisiatif Indonesia dan Inisiatif global satu-satunya di dunia Tahapan dan Besar ke kecil (benahi Kecil ke besar (benahi cakupan tatakelola, salah satunya penerimaan, baru penerimaan); tatakelola keseluruhan). Sasaran Menyasar penerimaan Menyasar penerimaan sektor formal dan non- sektor formal. formal Sifat Mandatory (wajib) Voluntary (sukarela) Pengecekan Tanpa cross-check Cross-check dua pihak penerimaan
  • 32. Struktur Presentasi  Ekstraksi sumber daya hutan di Indonesia  Aliran penerimaan sektor kehutanan  Potensi kehilangan penerimaan – 2 kasus  Mekanisme dan opsi transparansi  Peran masyarakat sipil (CSO)
  • 33. Peran masyarakat sipil (CSO) Kondisi CSO di Indonesia  Belum ada CSO kehutanan yang membicarakan dan advokasi isu transparansi penerimaan sektor kehutanan; masih tema standar: illegal logging, perusakan hutan, dst.  Kapasitas yang terbatas di daerah untuk merespon isu kompleks ini (pengetahuan dan knowledge sharing, jejaring, dan dana)  Belum diapresiasinya kaitan yang erat antara isu advokasi REDD+ dan transparansi penerimaan kehutanan, terutama terkait benefit sharing mechanism, keuangan daerah, dan safeguard.
  • 34. Peran masyarakat sipil (CSO) Need assessment CSO  Pembangunan opini melalui edukasi dan information sharing tentang isu penerimaan sektor kehutanan.  Peningkatan kapasitas CSO (misalnya melalui pelatihan dan knowledge sharing).  Membangun peran dan gerak yang sinergis antar-CSO di daerah, dan antara CSO daerah dan nasional, dalam mengakomodasi isu penerimaan sektor kehutanan.  Pengarusutamaan isu penerimaan kehutanan melalui policy issue saat ini, seperti REDD+.