SlideShare a Scribd company logo
1 of 11
Download to read offline
ISLAM DAN DEMOKRASI
           (STUDI PEMIKIRAN ABDURRAHMAN WAHID)


Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Filsafat Pendidikan
        Dosen Pengampu : Prof. Dr. Abd. Rachman Assegaf, M.Ag




                             Disusun Oleh :




                       Ali Murfi     11470082




                    Jurusan Kependidikan Islam

                   Fakultas Tarbiyah dan Keguruan

         Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta

               Semester Gasal Tahun Ajaran 2012/2013
KATA PENGANTAR


        Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan

rahmat dan nikmat-Nya sehingga karya tulis ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya

dengan judul “ Islam dan Demokrasi (Studi Pemikiran Abdurrahman Wahid) ”

        Penulis menyadari bahwa karya tulis ini tidak dapat terwujud tanpa bantuan berbagai

pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih yang

sedalam - dalamnya kepada :

1) Bapak Prof. Dr. Abd. Rachman Assegaf, M.Ag . Selaku Dosen pengampu mata kuliah
   Filsafat Pendidikan, yang telah dengan sabar memberi pengarahan dalam penyusunan
   karya tulis ini.
2) Seluruh teman – teman jurusan Kependidikan Islam kelas C, yang telah bersedia untuk
   bekerja sama dalam penyusunan karya tulis ini.


Terlepas dari segala kekurangan, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang
konstruktif untuk perbaikan pada masa yang akan datang.
                                                             Yogyakarta, 22 Oktober 2012



                                                             Penyusun
BAB I
                                    PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
           Kuatnya tuntutan demokratisasi dan maraknya diskursus demokrasi tidak lain
   karena adanya anggapan bahwa demokrasi merupakan suatu sistem yang bisa menjamin
   keteraturan publik dan sekaligus mendorong transformasi masyarakat menuju suatu
   struktur sosial, politik, ekonomi dan kebudayaan yang lebih ideal. Ideal dalam arti,
   manusiawi dan berkeadilan. Demokrasi telah diyakini sebagai sistem yang paling
   realistis dan rasional untuk mencegah suatu struktur masyarakat yang dominatif, represif
   dan otoritarian.
           Bagaimana tuntutan demoktratisasi dan diskursus demokrasi di “negara-negara
   Islam” atau negara berpenduduk mayoritas Islam, termasuk Indonesia? Apa yang disebut
   Huntington sebagai gelombang demokratisasi ketiga merupakan kecenderungan global
   yang terjadi hampir di semua negara, meskipun dalam kapasitas dan intensitas yang
   berbeda-beda, tergantung pada beberapa factor pendorong yang melingkupinya. Tuntutan
   demokratisasi dan maraknya diskursus demokrasi dalam derajat intensitas yang cukup
   tinggi juga terjadi di beberapa “negara Islam” yang membentang dari Maroko di Afrika
   Barat sampai di ujung Asia Tenggara.
           Persoalan yang menarik dalam kaitan ini adalah kenyataan bahwa kaum
   intelektual itu secara terbuka menerima gagasan demokrasi modern. Fenomena ini
   menjadi menarik karena setelah beberapa abad sikap seperti itu tidak terlihat, karena
   adanya sikap anti Barat yang berlebihan.
           Ada beberapa konsep pembenaran teologis sosiologis yang digunakan oleh
   sejumlah intelektual Muslim dalam menerima gagasan demokrasi. Secara umum konsep
   ini merupakan hasil perenungan intelektual dan kreativitas berfikir (ijtihad) yang
   dilakukan secara terbuka, bebas rasa rendah diri dan prasangka-prasangka buruk yang
   berlebihan terhadap nilai-nilai dari luar Islam.
           Fokus kajian dalam penulisan ini adalah pada pemikiran Abdurrahaman Wahid,
   karena beliau adalah tokoh intelektual Muslim Indonesia yang secara tegas menerima
   demokrasi sebagai preferensi final bagi sebuah sistem politiok atau kenegaraan. Visi
   pemikiran Abdurrahman Wahid dalam diskursus demokrasi Indonesia sangat terasa
   pengaruhnya, khususnya sejak awal 1990-an.
1.2. RUMUSAN MASALAH
   Berdasarkan hal-hal yang tertulis dalam latar belakang, maka penulis dalam hal ini akan
   merumuskan permasalahan dalam beberapa pertanyaan.
   1. Bagaimana latar belakang (Biografi) Abdurrahman Wahid ?
   2. Bagaimana pemikiran Abdurrahman Wahid tentang Islam dan Demokrasi ?
3. Bagaimana kontribusi pemikiran politik Abdurrahman Wahid bagi perkembangan
      diskursus Islam dan Demokrasi di Indonesia ?
1.3. TUJUAN MASALAH
   Dengan berdasar pada poin-poin pertanyaan tersebut di atas, maka penulis mempunyai
   tujuan dalam penulisan makalah ini, yaitu :
   1. Mengetahui dan memahami latar belakang (Biografi) Abdurrahman Wahid.
   2. Mengetahui dan memahami pemikiran Abdurrahman Wahid tentang Islam dan
      Demokrasi.
   3. Mengetahui    dan    memahami     pemikiran    politik   Abdurrahman   Wahid   bagi
      perkembangan diskursus Islam dan Demokrasi di Indonesia.
BAB II
                                           PEMBAHASAN


2.1.   BIOGRAFI ABDURRAHMAN WAHID
       2.1.1.   RIWAYAT HIDUP
                       Abdurrahman Wahid, yang dipanggil akrab Gus Dur, dan dengan nama
                lengkap Abdurrahman Al-Dakhil, lahir pada tanggal 4 Agustus 1940 di
                Denanyar, Jombang. Ia anak pertama dari enam bersaudara. Ayahnya bernama
                wahid Hasyim, adalah putra K.H. Hasyim Asy’ari, pendiri pondok pesantren
                Tebu Ireng dan pendiri Nahdatul Ulama (NU). Ibunya bernama Hj. Sholehah,
                juga putri tokoh besar Nahdatul Ulama (NU), K.H. Bisri Syamsuri, pendiri
                pondok pesantren Denanyar Jombang dan Ro’is Am Syuriah Pengurus Besar
                Nahdatul Ulama (PBNU) setelah K.H. Abdul Wahab.1
       2.2.1.   RIWAYAT PENDIDIKAN
                       Pada saat kecil Gus Dur pernah bercita-cita menjadi tentara, masuk
                AKABRI. Namun, cita-cita itu kandas, sebab pada usia 14 tahun, ia harus
                memakai kaca mata minus.
                Setelah menamatkan dari sekolah dasar di Jakarta, Gus Dur melanjutkan ke
                SMEP di Tanah Abang Jakarta, akan tetapi setelah setahun, dia dipindahkan ke
                SMEP Gowongan Yogyakarta. Ketika Gus Dur sekolah di SMEP Yogya,
                diusahakan pula dan diatur bagaimana ia dapat pergi ke pesantren Al-
                Munawwir di Krapyak tiga kali. Di sini ia belajar bahasa Arab dengan K.H. Ali
                Ma`sum.
                       Setelah menamatkan sekolah di SMEP Yogya pada tahun 1957, Gus
                Dur pindah ke Magelang di Pesantren Tegalrejo di bawah asuhan kiai
                karismatik, kiai Khudori, dari sinilah Gus Dur mempelajari secara penuh dunia
                pesantren berserta keilmuannya.
                       Pada saat yang sama, selama dua tahun Gus Dur juga belajar paro
                waktu di Pesantren Denanyar Jombang di bawah bimbingan kakeknya dari
                pihak ibu, Kiai Bisri Syamsuri.setelah itu Gus Dur melanjutkan ke pondok
                Pesantren Tambak Beras, di bawah asuhan Kiai Wahab Hasbullah,.
                       Awal belajar di luar negeri, pada tahun 1964-1969. Gus Dur masuk di
                Departement of Higher Islamic and Arabic Studies, Al-Azhar Islamic
                University, Cairo Mesir.


       1
        Abudin Nata, Tokoh-Tokoh Pembaharuan Pendidikan Islam di Indonesia, (Jakarta: PT.
 Rajagrafindo Persada, 2005), Cet.Ke-3, hlm. 338-339
Perjalanan proses belajar Gus Dur di Mesir tidak semulus dan semudah
           dijalankan, karena memang harus terganjal dengan pengurusan terhadap
           pengakuan ijazahnya dan mata kuliah yang sudah dipelajarinya di Indonesia.
           Gus Dur merasa banyak hal dalam pelajaran yang diulang ketika belajar di
           Mesir, sehingga ia begitu enggan melakukan studi formalnya dan sering tidak
           masuk kuliah, sehingga ia memutuskan untuk keluar dari Al-Azhar dan pindah
           ke Baghdad.
                   Kemudian pada tahun 1970-1972 Gus Dur pindah kuliah di Fakultas
           Sastra Universitas Baghdad Irak.Di sinilah Gus Dur mempunyai jadwal yang
           cukup ketat, mulai dari memfokuskan diri pada riset mengenai sejarah Islam di
           Indonesia dan ia pun diberikan akses yang mudah untuk pelaksanan tahapan
           risetnya. Ia juga mempelajari bahasa Perancis.
                   Setelah menamatkan masa studinya di Timur Tengah, Gus Dur
           kemudian pindah ke Eropa untuk melanjutkan studi Pascasarjananya. Pada
           mulanya Gus Dur tinggal di Belanda dan berkeinginan masuk di Universitas
           Leiden, akan tetapi yang terjadi pada beberapa universitas Eropa termasuk
           Leiden tidak dapat menerima lulusan dari Universitas Baghdad. Gus Dur pun
           kecewa dengan hal ini, untuk mengurangi beban kekecewaannya ia pun
           berkelana selama setahun di Eropa dan pada pertengahan tahun 1971 Gus Dur
           balik ke Indonesia.
                   Beragam ilmu pengetahuan dan segala prosesnya dalam kemandirian,
           seorang Gus Dur mampu menembus batas-batas sisi kemanusiaan yang wajar,
           bahkan upaya untuk dapat mandiri dalam hidupnya pun ia mampu.
                   Begitulah Gus Dur dalam kisahnya mencari ilmu, selain diajar oleh
           guru informal yang kuat, bisa jadi Gus Dur juga diberi karunia oleh Allah
           sehingga dapat cepat memahami sebuah bacaan dan memiliki ingatan yang luar
           biasa akan bacaan tersebut. Mungkin inilah yang menjadi dasar bagi seorang
           calon pemimpin di masa mendatang.2
2.3.1.     KARYA-KARYA
                   Karya-karya intelektual Gus Dur sejak awal 1970-an hingga akhir
           1990-an, karya intelektual itu tersebar dalam berbagai bentuk tulisan dan dapat
           diklasifikasikan sebagai berikut, dalam bentuk buku sebanyak 12, 1 buku
           terjemahan, 20 kata pengantar buku, 1 epilog buku, 41 antologi buku, 105
           tulisan dalam bentuk kolom, 50 makalah, 263 artikel yang tersebar dalam
           berbagai majalah, surat kabar, jurnal, dan media massa.


2
    Ibid, hlm. 339-347
Tim peneliti dari INCReS (Institut of Culture and Religion Studies)
          secara simpel memberikan gambaran dari karya-karya besar yang dihasilkan
          dari pemikiran seorang Gus Dur, karya tersebut dikelompokkan ke dalam tujuh
          tema pokok, ketujuh tema pokok ini juga menandai gagasan besar yang
          menjadi perhatian Gus Dur selama ini. Tujuh hal itu adalah pandangan dunia
          pesantren, pribumisasi Islam, keharusan demokrasi, finalitas negara-bangsa
          Pancasila, pluralisme agama, humanitarinisme universal dan antropologi kiai.
          Berikut daftar karya dalam perjalanan karir dan perjuangan Gus Dur:3
          1. Guru Madrasah Mu`allimat, Jombang (1959-1953)
          2. Dosen Universitas Hasyim Asy`ari, Jombang (1972-1974)
          3. Dekan Fakultas Ushuludin Universitas Hasyim Asy`ari, Jombang (1972-
              1974)
          4. Sekretaris Pesantren Tebuireng, Jombang (1974-1979)
          5. Pengasuh Pondok Pesantren Ciganjur, Jakarta (1976-2009)
          6. Pendiri dan anggota Fordem (forum Demokrasi), 1990.
          7. NU (Nahdlatul Ulama), katib Awwal PBNU 1980-1984, Ketua dewan
              Tanfidz PBNU, 1994-2000.
          8. Pendiri PKB (Partai Kebangkitan Bangsa)
          9. P3M (Pusat Pengembangan Pemberdayaan Pesantren dan Masyarakat)
          10. Pendiri The Wahid Institut.
          11. Gerakan Moral rekonsiliasi Nasional, 2003, sebagai penasihat.
          12. Solidaritas korban pelanggaran ham, 2002, sebagai penasihat.
          13. Festifal Film Indonesia, 1986-1987, sebagai juri.
          14. Ketua Umum Dewan Kesenian Jakarta, 1982-1985.
          15. Himpunan Pemuda Pelajar Indonesia di Cairo Mesir, 1965, sebagai wakil
               ketua.
          16. Non Violence Peace Movement, Seoul, Korea Selatan Presiden, 2003-
               sampai beliau meninggal.
          17. International Strategic Dialogue Center, Universitas Netanya, Israel.
          18. Anggota dewan Internasional bersama Mikhail Gorbachev, ehud barak dan
               carl bild, 2003-sampai beliau meninggal.
          19. International Islamic Christian Organization for Reconciliation and
               Reconstrukction     (IICORR),     London,    Inggris.   Sebagai    presiden
               kehormatan, 2003-sampai beliau meninggal.



3
    http://sosok.kompasiana.com/2012/06/09/biografi-gusdur/IKamis, 18 Oktober 2012I18.45I
20. International and Interreligious Federation for World Peace (IIFWP). New
                    York, Amerika Serikat. Anggota dewan penasihat Internasional. 2002-
                    sampai beliau meninggal.
               21. Association of Muslim Community Leaders (AMCL), New York,
                    Amerika Serikat, Presiden, 2002.
               22. Shimon Perez Center for Peace, Tel Aviv, Israel. Pendiri dan anggota.
                    1994-sampai beliau meninggal.
               23. World Conference on Religion and Peace (WCRP), New York, Amerika
                    Serikat, Presiden, 1994-1998.
               24. International dialogue project for area study and law, den hag, belanda,
                    sebagai penasihat, 1994.
               25. The Aga khan Award for Islamic Architecture, anggota dewan juri, 1980-
                    1983.


2.2.   ABDURRAHMAN WAHID, ISLAM DAN DEMOKRASI
                Benang merah yang sangat penting dari pemikiran Gus Dur adalah
       penolakanya terhadap formalisasi, ideologisasi, dan syari’atisasi Islam 4. Sebaliknya,
       Gus Dur melihat bahwa kejayaan Islam justru terletak pada kemampuan agama ini
       untuk berkembang secara cultural. Dengan kata lain, Gus Dur lebih memberikan
       apresiasi kepada upaya kulturalisasi. Ketidaksetujuan Gus Dur terhadap formalisasi
       Islam itu terlihat, misalnya terhadap tafsiran ayat Al-Qur’an yang berbunyi “udhkulu
       fi al silmi kaffah”, yang seringkali ditafsirkan secara literal oleh para pendukung Islam
       formalis. Jika kelompok Islam formalis yang menafsirkan kata “al silmi” dengan kata
       “Islami”, Gus Dur menafsirkan kata “al silmi” dengan “perdamaian”.
                Menurut Gus Dur, konsekuensi dari kedua penafsiran itu punya implikasi
       yang luas. Mereka yang terbiasa dengan dengan formalisasi, akan terikat kepada
       upaya-upaya untuk mewujudakn “system Islami” secara fundamental dengan
       mengabaikan pluralitas masyarakat. Akibatnya, pemahaman seperti ini akan
       menjadikan warga negara non-Muslim menjadi warga negara kelas dua. Bagi Gus
       Dur, untuk menjadi Muslim yang baik, seorang Muslim kiranya perlu menerima
       prinsip-prinsip keimanan, menjalankan ajaran (rukun) Islam secara utuh, menolong
       mereka yang memerlukan pertolongan, menegakkan profesinalisme, dan bersikap
       sabar ketika menghadapiu cobaan dan ujian. Konsekuensinya, mewujudkan sitem
       Islami atau formalisasi tidaklah menjadi syarat bagi seseorang untuk diberi predikat
       Muslim yang taat.

       4
        Abdurrahman Wahid, Islamku Islam Anda Islam Kita: Agama Masyarakat Negara Demokrasi,
 (Jakarta: the WAHID Institute, 2006), Cet.ke-2, hlm. XV
Masih dalam konteks formalisasi, Gus Dur juga menolak ideologisasi Islam.
Bagi Gus Dur, ideologisasi Islam tidak sesuaivdengan perkembangan Islam di
Indonesia, yang dikenal “negerinya kaum Muslim moderat”. Islam di Indonesia,
menurut Gus Dur, muncul dalam keseharian cultural yang tidak berbaju ideologis.
Disisi lain, Gus Dur melihat bahwa ideologisasi Islam mudah mendorong umat Islam
kepada upaya-upaya politis yang mengarah pada penafsiran tekstual dan radikal
terhdap teks-teks keagamaan.
         Implikasi yang paling nyata dari ideologisasi Islam adalah upaya-upaya
sejumlah kalangan untuk menjadikan Islam sebagai ideology alternative Pancasila,
serta keinginan sejumlah kelompok untuk memperjuangkan kembalinya Piagam
Jakarta. Juga langkah-langkah sejumlah Pemerinytah Daerh dan DPRD yang
mengeluarkan peraturan-peraturan daerah berdasarkan “syari’at Islam”. Menurut Gus
Dur, upaya-upaya untuk “meng-Islam-kan” dasar negara dan “men-syari’at-kan”
peraturan-peraturan daerah bukan saja a-historis, tetapi juga bertentangan dengan
UUD ’45. Mengutip pendapat mantan Hakim Agung Mesir, Al-Ashmawi, upaya
syari’atisasi semacam itu menurut ilmu Fiqh termasuk dalam tahsil al-hasil
(melakuakan hal yang tidak perlu karena sudah dilakukan).
         Penolakan Gus Dur terhadap formalisasi, ideologisasi, dan syari’atisasi itu
mendorongnya untuk tidak menyetujui gagasan tentang negara Islam. Sikapnya ini
didasari dengan pandangan bahwa Islam sebagai jalan hidup (syari’at) tidak memilki
konsep yang jelas tentang negara. Gusdur mengklaim, sepanjang hidupnya ia telah
mencri dengan dengan sia-sia manusia yang bernama negara Islam itu. “sampai saat
hari ini belum saya temukan, sehingga saya sampai pada kesimpulan bahwa Islam
memang tidak memiliki konsep tentang bagaimana negara dibuat dan dipertahankan”.
         Dari paparan tersebut di atas, cukup jelas kiranya kea arah mana alur
pemikiran politik gusdur, yaitu; Substantif-Inklusif.
BAB III
                                             PENUTUP
3.1.   KESIMPULAN
       1. Dilihat dari segi latar pendidikan, Gus Dur adalah seorang tokoh yang memiliki
          pengalaman pendidikan yang lengkap anatara pendidikan agama dan pendidikan
          umum.
       2. Dilihat dari kiprah dan pengabdianya, Gus Dur bukan hanya mengabdikan dirinya
          untuk kepentingan komunitas Islam atau untuk kepentingan bangsa Indonesia saja
          melainkan untuk kepentingan kemanusiaan di seluruh dunia.
       3. Paradigma yang dipakai Abdurrahman Wahid untuk menemukan hubungan Islam
          dan Demokrasi didasarkan pada pemikiran yang Substantif-Inklusif, ditandai
          dengan keyakinan bahwa Islam sebagai agama tidak merumuskan konsep-konsep
          teoritis yang berhubungan dengan politik. Dengan kata lain, bahwa tak ada satu
          pun ayat Al Qur’an yang menekankan bahwa umat Islam harus mendirikan negara
          Islam.
       4. Refleksi dalam bidang politiknya adalah melakukan upaya yang signifikan
          terhadap pemikiran dan orientasi politik yang menekankan manifestasi substansial
          dari nilai-nilai Islam dalm aktifitas politiknya.
DAFTAR PUSTAKA

Nata, Abudin. 2005. Tokoh-Tokoh Pembaharuan Pendidikan Islam di Indonesia. Jakarta: PT.
      Raja Grafindo Persada.
Wahid, Abdurrahman. 2006. Islamku Islam Anda Islam Kita: Agama Masyarakat Negara
      Demokrasi. Jakarta: the WAHID Institute.
Dharwis, Elyassa K.H. 1994. Gus Dur-NU-dan Masyarakat Sipil. Yogyakarta: Lkis
Wahid, Abdurrahman. 1998. Tabayun Gus Dur: Pribumisasi Islam, Hak Minoritas,
      Reformasi Cultural. Yogyakarta: LKiS
Afandi, Arief. 1997. Islam Demokrasi Atas Bawah: Polemic Strategi Perjuangan Umat
      Model Gus Dur dan Amien Rais. Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Iskandar, Muhaimin. 2007. Gus Dur, Islam dan Kebangkitan Indonesia. Yogyakarta:
      KLIK.R
Dhakiri, Hanif M. 2010. 41 Warisan Kebesaran Gusdur. Yogyakarta: LkiS
http://sosok.kompasiana.com/2012/06/09/biografi-gusdur/IKamis, 18 Oktober 2012I18.45I

More Related Content

What's hot

KH. Hasyim Asyari - Pengabdian Seorang Kyai Untuk Negeri
KH. Hasyim Asyari - Pengabdian Seorang Kyai Untuk NegeriKH. Hasyim Asyari - Pengabdian Seorang Kyai Untuk Negeri
KH. Hasyim Asyari - Pengabdian Seorang Kyai Untuk NegeriRidho Fitrah Hyzkia
 
PAI - imam al ghazali- TINGKATAN 4
PAI - imam al ghazali- TINGKATAN 4PAI - imam al ghazali- TINGKATAN 4
PAI - imam al ghazali- TINGKATAN 4Nurul Izzah
 
Tokoh Periwayat Hadith : Amir As-Sya'bi
Tokoh Periwayat Hadith : Amir As-Sya'biTokoh Periwayat Hadith : Amir As-Sya'bi
Tokoh Periwayat Hadith : Amir As-Sya'biusm
 
"Sifat Al-Bukhari Dalam Kajian Hadis"
"Sifat Al-Bukhari Dalam Kajian Hadis""Sifat Al-Bukhari Dalam Kajian Hadis"
"Sifat Al-Bukhari Dalam Kajian Hadis"Kaminorsabir Kamin
 
Imam ghazali
Imam ghazaliImam ghazali
Imam ghazalifirdurs
 
Tokoh tokoh saufi dari masa ke masa
Tokoh tokoh saufi dari masa ke masaTokoh tokoh saufi dari masa ke masa
Tokoh tokoh saufi dari masa ke masaRobet Saputra
 
DUKA PADANG KARBALA
DUKA PADANG KARBALADUKA PADANG KARBALA
DUKA PADANG KARBALAsuper68my
 
Saidina hamzah
Saidina hamzahSaidina hamzah
Saidina hamzahCt Ceah
 
Pel. 22 saidina hamzah pahlawan terbilang
Pel. 22 saidina hamzah pahlawan terbilangPel. 22 saidina hamzah pahlawan terbilang
Pel. 22 saidina hamzah pahlawan terbilangIzzat Hakim
 
Mengkritik quraish shihab secara ilmiah
Mengkritik quraish shihab secara ilmiahMengkritik quraish shihab secara ilmiah
Mengkritik quraish shihab secara ilmiahMuhsin Hariyanto
 

What's hot (16)

Biografigusdur
BiografigusdurBiografigusdur
Biografigusdur
 
KH. Hasyim Asyari - Pengabdian Seorang Kyai Untuk Negeri
KH. Hasyim Asyari - Pengabdian Seorang Kyai Untuk NegeriKH. Hasyim Asyari - Pengabdian Seorang Kyai Untuk Negeri
KH. Hasyim Asyari - Pengabdian Seorang Kyai Untuk Negeri
 
PAI - imam al ghazali- TINGKATAN 4
PAI - imam al ghazali- TINGKATAN 4PAI - imam al ghazali- TINGKATAN 4
PAI - imam al ghazali- TINGKATAN 4
 
Hasyim Asy'ari
Hasyim Asy'ariHasyim Asy'ari
Hasyim Asy'ari
 
Tokoh Periwayat Hadith : Amir As-Sya'bi
Tokoh Periwayat Hadith : Amir As-Sya'biTokoh Periwayat Hadith : Amir As-Sya'bi
Tokoh Periwayat Hadith : Amir As-Sya'bi
 
4 mazhab
4 mazhab4 mazhab
4 mazhab
 
"Sifat Al-Bukhari Dalam Kajian Hadis"
"Sifat Al-Bukhari Dalam Kajian Hadis""Sifat Al-Bukhari Dalam Kajian Hadis"
"Sifat Al-Bukhari Dalam Kajian Hadis"
 
Imam ghazali
Imam ghazaliImam ghazali
Imam ghazali
 
Tokoh tokoh saufi dari masa ke masa
Tokoh tokoh saufi dari masa ke masaTokoh tokoh saufi dari masa ke masa
Tokoh tokoh saufi dari masa ke masa
 
DUKA PADANG KARBALA
DUKA PADANG KARBALADUKA PADANG KARBALA
DUKA PADANG KARBALA
 
Biografi syu'bah
Biografi syu'bah Biografi syu'bah
Biografi syu'bah
 
Saidina hamzah
Saidina hamzahSaidina hamzah
Saidina hamzah
 
Arbain An Nawawi 1
Arbain An Nawawi 1Arbain An Nawawi 1
Arbain An Nawawi 1
 
Biografi imam syafi`i
Biografi imam syafi`iBiografi imam syafi`i
Biografi imam syafi`i
 
Pel. 22 saidina hamzah pahlawan terbilang
Pel. 22 saidina hamzah pahlawan terbilangPel. 22 saidina hamzah pahlawan terbilang
Pel. 22 saidina hamzah pahlawan terbilang
 
Mengkritik quraish shihab secara ilmiah
Mengkritik quraish shihab secara ilmiahMengkritik quraish shihab secara ilmiah
Mengkritik quraish shihab secara ilmiah
 

Similar to ISDEM

MAKALAH KLM 4 SEJARAH ISLAM MODERN (1).pdf
MAKALAH KLM 4 SEJARAH ISLAM MODERN (1).pdfMAKALAH KLM 4 SEJARAH ISLAM MODERN (1).pdf
MAKALAH KLM 4 SEJARAH ISLAM MODERN (1).pdfNovyNovitaSari
 
Literatur Tafsir Nusantara Muh amin Yalinawa.pptx
Literatur Tafsir Nusantara Muh amin Yalinawa.pptxLiteratur Tafsir Nusantara Muh amin Yalinawa.pptx
Literatur Tafsir Nusantara Muh amin Yalinawa.pptxAminYalinawa
 
Abdurrahman wahid
Abdurrahman wahidAbdurrahman wahid
Abdurrahman wahidAgustina
 
Abdurrahman wahid politik
Abdurrahman wahid politikAbdurrahman wahid politik
Abdurrahman wahid politikLa Meza
 
PEMIKIRAN PENDIDIKAN ISLAM SYED MUHAMMAD NAQUIB AL.docx
PEMIKIRAN PENDIDIKAN ISLAM SYED MUHAMMAD NAQUIB AL.docxPEMIKIRAN PENDIDIKAN ISLAM SYED MUHAMMAD NAQUIB AL.docx
PEMIKIRAN PENDIDIKAN ISLAM SYED MUHAMMAD NAQUIB AL.docxDinaAuliyaRahma
 
Pemikiran Modern dalam Islam 2 Muhammad 'Abduh (Anti Jumud, Rasional dan Pem...
Pemikiran Modern dalam Islam 2 Muhammad 'Abduh  (Anti Jumud, Rasional dan Pem...Pemikiran Modern dalam Islam 2 Muhammad 'Abduh  (Anti Jumud, Rasional dan Pem...
Pemikiran Modern dalam Islam 2 Muhammad 'Abduh (Anti Jumud, Rasional dan Pem...Zukét Printing
 
Pemikiran Modern dalam Islam 2 Muhammad 'Abduh (Anti Jumud, Rasional dan Pem...
Pemikiran Modern dalam Islam 2 Muhammad 'Abduh  (Anti Jumud, Rasional dan Pem...Pemikiran Modern dalam Islam 2 Muhammad 'Abduh  (Anti Jumud, Rasional dan Pem...
Pemikiran Modern dalam Islam 2 Muhammad 'Abduh (Anti Jumud, Rasional dan Pem...Zukét Printing
 
Tafsir Quran Karim Karya Mahmud Yunus pdf
Tafsir Quran Karim Karya Mahmud Yunus pdfTafsir Quran Karim Karya Mahmud Yunus pdf
Tafsir Quran Karim Karya Mahmud Yunus pdfRulHas SulTra
 
laporan Hp sosial-pdf
laporan Hp sosial-pdflaporan Hp sosial-pdf
laporan Hp sosial-pdfshafirahmalek
 
Review tafsir al manar
Review tafsir al manarReview tafsir al manar
Review tafsir al manarDodyk Fallen
 
Teori dan Gagasan Hermeneutika Nasr Hamid Abu Zaid
Teori dan Gagasan Hermeneutika Nasr Hamid Abu ZaidTeori dan Gagasan Hermeneutika Nasr Hamid Abu Zaid
Teori dan Gagasan Hermeneutika Nasr Hamid Abu ZaidIndah KumaLa
 
Manhaj Tafsir Al-Azhar.doc
Manhaj Tafsir Al-Azhar.docManhaj Tafsir Al-Azhar.doc
Manhaj Tafsir Al-Azhar.docRahmat Hidayat
 
MADHAB ZHOHIRY.pptx
MADHAB ZHOHIRY.pptxMADHAB ZHOHIRY.pptx
MADHAB ZHOHIRY.pptxNazheefFetih
 
Pendidikan Islam dalam Pandangan Ibn Khaldun
Pendidikan Islam dalam Pandangan Ibn KhaldunPendidikan Islam dalam Pandangan Ibn Khaldun
Pendidikan Islam dalam Pandangan Ibn KhaldunAli Murfi
 
TOKOH FILSAFAT TEORI ETIKA MARXIAN, KANTIAN, HIBERMASIAN
TOKOH FILSAFAT TEORI ETIKA MARXIAN, KANTIAN, HIBERMASIANTOKOH FILSAFAT TEORI ETIKA MARXIAN, KANTIAN, HIBERMASIAN
TOKOH FILSAFAT TEORI ETIKA MARXIAN, KANTIAN, HIBERMASIANNur Arifaizal Basri
 

Similar to ISDEM (20)

MAKALAH KLM 4 SEJARAH ISLAM MODERN (1).pdf
MAKALAH KLM 4 SEJARAH ISLAM MODERN (1).pdfMAKALAH KLM 4 SEJARAH ISLAM MODERN (1).pdf
MAKALAH KLM 4 SEJARAH ISLAM MODERN (1).pdf
 
Literatur Tafsir Nusantara Muh amin Yalinawa.pptx
Literatur Tafsir Nusantara Muh amin Yalinawa.pptxLiteratur Tafsir Nusantara Muh amin Yalinawa.pptx
Literatur Tafsir Nusantara Muh amin Yalinawa.pptx
 
Biografi gus-dur
Biografi gus-durBiografi gus-dur
Biografi gus-dur
 
Biografi gus-dur
Biografi gus-durBiografi gus-dur
Biografi gus-dur
 
Abdurrahman wahid
Abdurrahman wahidAbdurrahman wahid
Abdurrahman wahid
 
Abdurrahman wahid politik
Abdurrahman wahid politikAbdurrahman wahid politik
Abdurrahman wahid politik
 
PEMIKIRAN PENDIDIKAN ISLAM SYED MUHAMMAD NAQUIB AL.docx
PEMIKIRAN PENDIDIKAN ISLAM SYED MUHAMMAD NAQUIB AL.docxPEMIKIRAN PENDIDIKAN ISLAM SYED MUHAMMAD NAQUIB AL.docx
PEMIKIRAN PENDIDIKAN ISLAM SYED MUHAMMAD NAQUIB AL.docx
 
Pemikiran Modern dalam Islam 2 Muhammad 'Abduh (Anti Jumud, Rasional dan Pem...
Pemikiran Modern dalam Islam 2 Muhammad 'Abduh  (Anti Jumud, Rasional dan Pem...Pemikiran Modern dalam Islam 2 Muhammad 'Abduh  (Anti Jumud, Rasional dan Pem...
Pemikiran Modern dalam Islam 2 Muhammad 'Abduh (Anti Jumud, Rasional dan Pem...
 
Pemikiran Modern dalam Islam 2 Muhammad 'Abduh (Anti Jumud, Rasional dan Pem...
Pemikiran Modern dalam Islam 2 Muhammad 'Abduh  (Anti Jumud, Rasional dan Pem...Pemikiran Modern dalam Islam 2 Muhammad 'Abduh  (Anti Jumud, Rasional dan Pem...
Pemikiran Modern dalam Islam 2 Muhammad 'Abduh (Anti Jumud, Rasional dan Pem...
 
Tafsir Quran Karim Karya Mahmud Yunus pdf
Tafsir Quran Karim Karya Mahmud Yunus pdfTafsir Quran Karim Karya Mahmud Yunus pdf
Tafsir Quran Karim Karya Mahmud Yunus pdf
 
laporan Hp sosial-pdf
laporan Hp sosial-pdflaporan Hp sosial-pdf
laporan Hp sosial-pdf
 
Review tafsir al manar
Review tafsir al manarReview tafsir al manar
Review tafsir al manar
 
Teori dan Gagasan Hermeneutika Nasr Hamid Abu Zaid
Teori dan Gagasan Hermeneutika Nasr Hamid Abu ZaidTeori dan Gagasan Hermeneutika Nasr Hamid Abu Zaid
Teori dan Gagasan Hermeneutika Nasr Hamid Abu Zaid
 
Aik
AikAik
Aik
 
Manhaj Tafsir Al-Azhar.doc
Manhaj Tafsir Al-Azhar.docManhaj Tafsir Al-Azhar.doc
Manhaj Tafsir Al-Azhar.doc
 
MADHAB ZHOHIRY.pptx
MADHAB ZHOHIRY.pptxMADHAB ZHOHIRY.pptx
MADHAB ZHOHIRY.pptx
 
Resensi buku ilmu kalam
Resensi buku ilmu kalamResensi buku ilmu kalam
Resensi buku ilmu kalam
 
Pendidikan Islam dalam Pandangan Ibn Khaldun
Pendidikan Islam dalam Pandangan Ibn KhaldunPendidikan Islam dalam Pandangan Ibn Khaldun
Pendidikan Islam dalam Pandangan Ibn Khaldun
 
TOKOH FILSAFAT TEORI ETIKA MARXIAN, KANTIAN, HIBERMASIAN
TOKOH FILSAFAT TEORI ETIKA MARXIAN, KANTIAN, HIBERMASIANTOKOH FILSAFAT TEORI ETIKA MARXIAN, KANTIAN, HIBERMASIAN
TOKOH FILSAFAT TEORI ETIKA MARXIAN, KANTIAN, HIBERMASIAN
 
Biodata
BiodataBiodata
Biodata
 

ISDEM

  • 1. ISLAM DAN DEMOKRASI (STUDI PEMIKIRAN ABDURRAHMAN WAHID) Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Filsafat Pendidikan Dosen Pengampu : Prof. Dr. Abd. Rachman Assegaf, M.Ag Disusun Oleh : Ali Murfi 11470082 Jurusan Kependidikan Islam Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta Semester Gasal Tahun Ajaran 2012/2013
  • 2. KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat dan nikmat-Nya sehingga karya tulis ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya dengan judul “ Islam dan Demokrasi (Studi Pemikiran Abdurrahman Wahid) ” Penulis menyadari bahwa karya tulis ini tidak dapat terwujud tanpa bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih yang sedalam - dalamnya kepada : 1) Bapak Prof. Dr. Abd. Rachman Assegaf, M.Ag . Selaku Dosen pengampu mata kuliah Filsafat Pendidikan, yang telah dengan sabar memberi pengarahan dalam penyusunan karya tulis ini. 2) Seluruh teman – teman jurusan Kependidikan Islam kelas C, yang telah bersedia untuk bekerja sama dalam penyusunan karya tulis ini. Terlepas dari segala kekurangan, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang konstruktif untuk perbaikan pada masa yang akan datang. Yogyakarta, 22 Oktober 2012 Penyusun
  • 3. BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Kuatnya tuntutan demokratisasi dan maraknya diskursus demokrasi tidak lain karena adanya anggapan bahwa demokrasi merupakan suatu sistem yang bisa menjamin keteraturan publik dan sekaligus mendorong transformasi masyarakat menuju suatu struktur sosial, politik, ekonomi dan kebudayaan yang lebih ideal. Ideal dalam arti, manusiawi dan berkeadilan. Demokrasi telah diyakini sebagai sistem yang paling realistis dan rasional untuk mencegah suatu struktur masyarakat yang dominatif, represif dan otoritarian. Bagaimana tuntutan demoktratisasi dan diskursus demokrasi di “negara-negara Islam” atau negara berpenduduk mayoritas Islam, termasuk Indonesia? Apa yang disebut Huntington sebagai gelombang demokratisasi ketiga merupakan kecenderungan global yang terjadi hampir di semua negara, meskipun dalam kapasitas dan intensitas yang berbeda-beda, tergantung pada beberapa factor pendorong yang melingkupinya. Tuntutan demokratisasi dan maraknya diskursus demokrasi dalam derajat intensitas yang cukup tinggi juga terjadi di beberapa “negara Islam” yang membentang dari Maroko di Afrika Barat sampai di ujung Asia Tenggara. Persoalan yang menarik dalam kaitan ini adalah kenyataan bahwa kaum intelektual itu secara terbuka menerima gagasan demokrasi modern. Fenomena ini menjadi menarik karena setelah beberapa abad sikap seperti itu tidak terlihat, karena adanya sikap anti Barat yang berlebihan. Ada beberapa konsep pembenaran teologis sosiologis yang digunakan oleh sejumlah intelektual Muslim dalam menerima gagasan demokrasi. Secara umum konsep ini merupakan hasil perenungan intelektual dan kreativitas berfikir (ijtihad) yang dilakukan secara terbuka, bebas rasa rendah diri dan prasangka-prasangka buruk yang berlebihan terhadap nilai-nilai dari luar Islam. Fokus kajian dalam penulisan ini adalah pada pemikiran Abdurrahaman Wahid, karena beliau adalah tokoh intelektual Muslim Indonesia yang secara tegas menerima demokrasi sebagai preferensi final bagi sebuah sistem politiok atau kenegaraan. Visi pemikiran Abdurrahman Wahid dalam diskursus demokrasi Indonesia sangat terasa pengaruhnya, khususnya sejak awal 1990-an. 1.2. RUMUSAN MASALAH Berdasarkan hal-hal yang tertulis dalam latar belakang, maka penulis dalam hal ini akan merumuskan permasalahan dalam beberapa pertanyaan. 1. Bagaimana latar belakang (Biografi) Abdurrahman Wahid ? 2. Bagaimana pemikiran Abdurrahman Wahid tentang Islam dan Demokrasi ?
  • 4. 3. Bagaimana kontribusi pemikiran politik Abdurrahman Wahid bagi perkembangan diskursus Islam dan Demokrasi di Indonesia ? 1.3. TUJUAN MASALAH Dengan berdasar pada poin-poin pertanyaan tersebut di atas, maka penulis mempunyai tujuan dalam penulisan makalah ini, yaitu : 1. Mengetahui dan memahami latar belakang (Biografi) Abdurrahman Wahid. 2. Mengetahui dan memahami pemikiran Abdurrahman Wahid tentang Islam dan Demokrasi. 3. Mengetahui dan memahami pemikiran politik Abdurrahman Wahid bagi perkembangan diskursus Islam dan Demokrasi di Indonesia.
  • 5. BAB II PEMBAHASAN 2.1. BIOGRAFI ABDURRAHMAN WAHID 2.1.1. RIWAYAT HIDUP Abdurrahman Wahid, yang dipanggil akrab Gus Dur, dan dengan nama lengkap Abdurrahman Al-Dakhil, lahir pada tanggal 4 Agustus 1940 di Denanyar, Jombang. Ia anak pertama dari enam bersaudara. Ayahnya bernama wahid Hasyim, adalah putra K.H. Hasyim Asy’ari, pendiri pondok pesantren Tebu Ireng dan pendiri Nahdatul Ulama (NU). Ibunya bernama Hj. Sholehah, juga putri tokoh besar Nahdatul Ulama (NU), K.H. Bisri Syamsuri, pendiri pondok pesantren Denanyar Jombang dan Ro’is Am Syuriah Pengurus Besar Nahdatul Ulama (PBNU) setelah K.H. Abdul Wahab.1 2.2.1. RIWAYAT PENDIDIKAN Pada saat kecil Gus Dur pernah bercita-cita menjadi tentara, masuk AKABRI. Namun, cita-cita itu kandas, sebab pada usia 14 tahun, ia harus memakai kaca mata minus. Setelah menamatkan dari sekolah dasar di Jakarta, Gus Dur melanjutkan ke SMEP di Tanah Abang Jakarta, akan tetapi setelah setahun, dia dipindahkan ke SMEP Gowongan Yogyakarta. Ketika Gus Dur sekolah di SMEP Yogya, diusahakan pula dan diatur bagaimana ia dapat pergi ke pesantren Al- Munawwir di Krapyak tiga kali. Di sini ia belajar bahasa Arab dengan K.H. Ali Ma`sum. Setelah menamatkan sekolah di SMEP Yogya pada tahun 1957, Gus Dur pindah ke Magelang di Pesantren Tegalrejo di bawah asuhan kiai karismatik, kiai Khudori, dari sinilah Gus Dur mempelajari secara penuh dunia pesantren berserta keilmuannya. Pada saat yang sama, selama dua tahun Gus Dur juga belajar paro waktu di Pesantren Denanyar Jombang di bawah bimbingan kakeknya dari pihak ibu, Kiai Bisri Syamsuri.setelah itu Gus Dur melanjutkan ke pondok Pesantren Tambak Beras, di bawah asuhan Kiai Wahab Hasbullah,. Awal belajar di luar negeri, pada tahun 1964-1969. Gus Dur masuk di Departement of Higher Islamic and Arabic Studies, Al-Azhar Islamic University, Cairo Mesir. 1 Abudin Nata, Tokoh-Tokoh Pembaharuan Pendidikan Islam di Indonesia, (Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada, 2005), Cet.Ke-3, hlm. 338-339
  • 6. Perjalanan proses belajar Gus Dur di Mesir tidak semulus dan semudah dijalankan, karena memang harus terganjal dengan pengurusan terhadap pengakuan ijazahnya dan mata kuliah yang sudah dipelajarinya di Indonesia. Gus Dur merasa banyak hal dalam pelajaran yang diulang ketika belajar di Mesir, sehingga ia begitu enggan melakukan studi formalnya dan sering tidak masuk kuliah, sehingga ia memutuskan untuk keluar dari Al-Azhar dan pindah ke Baghdad. Kemudian pada tahun 1970-1972 Gus Dur pindah kuliah di Fakultas Sastra Universitas Baghdad Irak.Di sinilah Gus Dur mempunyai jadwal yang cukup ketat, mulai dari memfokuskan diri pada riset mengenai sejarah Islam di Indonesia dan ia pun diberikan akses yang mudah untuk pelaksanan tahapan risetnya. Ia juga mempelajari bahasa Perancis. Setelah menamatkan masa studinya di Timur Tengah, Gus Dur kemudian pindah ke Eropa untuk melanjutkan studi Pascasarjananya. Pada mulanya Gus Dur tinggal di Belanda dan berkeinginan masuk di Universitas Leiden, akan tetapi yang terjadi pada beberapa universitas Eropa termasuk Leiden tidak dapat menerima lulusan dari Universitas Baghdad. Gus Dur pun kecewa dengan hal ini, untuk mengurangi beban kekecewaannya ia pun berkelana selama setahun di Eropa dan pada pertengahan tahun 1971 Gus Dur balik ke Indonesia. Beragam ilmu pengetahuan dan segala prosesnya dalam kemandirian, seorang Gus Dur mampu menembus batas-batas sisi kemanusiaan yang wajar, bahkan upaya untuk dapat mandiri dalam hidupnya pun ia mampu. Begitulah Gus Dur dalam kisahnya mencari ilmu, selain diajar oleh guru informal yang kuat, bisa jadi Gus Dur juga diberi karunia oleh Allah sehingga dapat cepat memahami sebuah bacaan dan memiliki ingatan yang luar biasa akan bacaan tersebut. Mungkin inilah yang menjadi dasar bagi seorang calon pemimpin di masa mendatang.2 2.3.1. KARYA-KARYA Karya-karya intelektual Gus Dur sejak awal 1970-an hingga akhir 1990-an, karya intelektual itu tersebar dalam berbagai bentuk tulisan dan dapat diklasifikasikan sebagai berikut, dalam bentuk buku sebanyak 12, 1 buku terjemahan, 20 kata pengantar buku, 1 epilog buku, 41 antologi buku, 105 tulisan dalam bentuk kolom, 50 makalah, 263 artikel yang tersebar dalam berbagai majalah, surat kabar, jurnal, dan media massa. 2 Ibid, hlm. 339-347
  • 7. Tim peneliti dari INCReS (Institut of Culture and Religion Studies) secara simpel memberikan gambaran dari karya-karya besar yang dihasilkan dari pemikiran seorang Gus Dur, karya tersebut dikelompokkan ke dalam tujuh tema pokok, ketujuh tema pokok ini juga menandai gagasan besar yang menjadi perhatian Gus Dur selama ini. Tujuh hal itu adalah pandangan dunia pesantren, pribumisasi Islam, keharusan demokrasi, finalitas negara-bangsa Pancasila, pluralisme agama, humanitarinisme universal dan antropologi kiai. Berikut daftar karya dalam perjalanan karir dan perjuangan Gus Dur:3 1. Guru Madrasah Mu`allimat, Jombang (1959-1953) 2. Dosen Universitas Hasyim Asy`ari, Jombang (1972-1974) 3. Dekan Fakultas Ushuludin Universitas Hasyim Asy`ari, Jombang (1972- 1974) 4. Sekretaris Pesantren Tebuireng, Jombang (1974-1979) 5. Pengasuh Pondok Pesantren Ciganjur, Jakarta (1976-2009) 6. Pendiri dan anggota Fordem (forum Demokrasi), 1990. 7. NU (Nahdlatul Ulama), katib Awwal PBNU 1980-1984, Ketua dewan Tanfidz PBNU, 1994-2000. 8. Pendiri PKB (Partai Kebangkitan Bangsa) 9. P3M (Pusat Pengembangan Pemberdayaan Pesantren dan Masyarakat) 10. Pendiri The Wahid Institut. 11. Gerakan Moral rekonsiliasi Nasional, 2003, sebagai penasihat. 12. Solidaritas korban pelanggaran ham, 2002, sebagai penasihat. 13. Festifal Film Indonesia, 1986-1987, sebagai juri. 14. Ketua Umum Dewan Kesenian Jakarta, 1982-1985. 15. Himpunan Pemuda Pelajar Indonesia di Cairo Mesir, 1965, sebagai wakil ketua. 16. Non Violence Peace Movement, Seoul, Korea Selatan Presiden, 2003- sampai beliau meninggal. 17. International Strategic Dialogue Center, Universitas Netanya, Israel. 18. Anggota dewan Internasional bersama Mikhail Gorbachev, ehud barak dan carl bild, 2003-sampai beliau meninggal. 19. International Islamic Christian Organization for Reconciliation and Reconstrukction (IICORR), London, Inggris. Sebagai presiden kehormatan, 2003-sampai beliau meninggal. 3 http://sosok.kompasiana.com/2012/06/09/biografi-gusdur/IKamis, 18 Oktober 2012I18.45I
  • 8. 20. International and Interreligious Federation for World Peace (IIFWP). New York, Amerika Serikat. Anggota dewan penasihat Internasional. 2002- sampai beliau meninggal. 21. Association of Muslim Community Leaders (AMCL), New York, Amerika Serikat, Presiden, 2002. 22. Shimon Perez Center for Peace, Tel Aviv, Israel. Pendiri dan anggota. 1994-sampai beliau meninggal. 23. World Conference on Religion and Peace (WCRP), New York, Amerika Serikat, Presiden, 1994-1998. 24. International dialogue project for area study and law, den hag, belanda, sebagai penasihat, 1994. 25. The Aga khan Award for Islamic Architecture, anggota dewan juri, 1980- 1983. 2.2. ABDURRAHMAN WAHID, ISLAM DAN DEMOKRASI Benang merah yang sangat penting dari pemikiran Gus Dur adalah penolakanya terhadap formalisasi, ideologisasi, dan syari’atisasi Islam 4. Sebaliknya, Gus Dur melihat bahwa kejayaan Islam justru terletak pada kemampuan agama ini untuk berkembang secara cultural. Dengan kata lain, Gus Dur lebih memberikan apresiasi kepada upaya kulturalisasi. Ketidaksetujuan Gus Dur terhadap formalisasi Islam itu terlihat, misalnya terhadap tafsiran ayat Al-Qur’an yang berbunyi “udhkulu fi al silmi kaffah”, yang seringkali ditafsirkan secara literal oleh para pendukung Islam formalis. Jika kelompok Islam formalis yang menafsirkan kata “al silmi” dengan kata “Islami”, Gus Dur menafsirkan kata “al silmi” dengan “perdamaian”. Menurut Gus Dur, konsekuensi dari kedua penafsiran itu punya implikasi yang luas. Mereka yang terbiasa dengan dengan formalisasi, akan terikat kepada upaya-upaya untuk mewujudakn “system Islami” secara fundamental dengan mengabaikan pluralitas masyarakat. Akibatnya, pemahaman seperti ini akan menjadikan warga negara non-Muslim menjadi warga negara kelas dua. Bagi Gus Dur, untuk menjadi Muslim yang baik, seorang Muslim kiranya perlu menerima prinsip-prinsip keimanan, menjalankan ajaran (rukun) Islam secara utuh, menolong mereka yang memerlukan pertolongan, menegakkan profesinalisme, dan bersikap sabar ketika menghadapiu cobaan dan ujian. Konsekuensinya, mewujudkan sitem Islami atau formalisasi tidaklah menjadi syarat bagi seseorang untuk diberi predikat Muslim yang taat. 4 Abdurrahman Wahid, Islamku Islam Anda Islam Kita: Agama Masyarakat Negara Demokrasi, (Jakarta: the WAHID Institute, 2006), Cet.ke-2, hlm. XV
  • 9. Masih dalam konteks formalisasi, Gus Dur juga menolak ideologisasi Islam. Bagi Gus Dur, ideologisasi Islam tidak sesuaivdengan perkembangan Islam di Indonesia, yang dikenal “negerinya kaum Muslim moderat”. Islam di Indonesia, menurut Gus Dur, muncul dalam keseharian cultural yang tidak berbaju ideologis. Disisi lain, Gus Dur melihat bahwa ideologisasi Islam mudah mendorong umat Islam kepada upaya-upaya politis yang mengarah pada penafsiran tekstual dan radikal terhdap teks-teks keagamaan. Implikasi yang paling nyata dari ideologisasi Islam adalah upaya-upaya sejumlah kalangan untuk menjadikan Islam sebagai ideology alternative Pancasila, serta keinginan sejumlah kelompok untuk memperjuangkan kembalinya Piagam Jakarta. Juga langkah-langkah sejumlah Pemerinytah Daerh dan DPRD yang mengeluarkan peraturan-peraturan daerah berdasarkan “syari’at Islam”. Menurut Gus Dur, upaya-upaya untuk “meng-Islam-kan” dasar negara dan “men-syari’at-kan” peraturan-peraturan daerah bukan saja a-historis, tetapi juga bertentangan dengan UUD ’45. Mengutip pendapat mantan Hakim Agung Mesir, Al-Ashmawi, upaya syari’atisasi semacam itu menurut ilmu Fiqh termasuk dalam tahsil al-hasil (melakuakan hal yang tidak perlu karena sudah dilakukan). Penolakan Gus Dur terhadap formalisasi, ideologisasi, dan syari’atisasi itu mendorongnya untuk tidak menyetujui gagasan tentang negara Islam. Sikapnya ini didasari dengan pandangan bahwa Islam sebagai jalan hidup (syari’at) tidak memilki konsep yang jelas tentang negara. Gusdur mengklaim, sepanjang hidupnya ia telah mencri dengan dengan sia-sia manusia yang bernama negara Islam itu. “sampai saat hari ini belum saya temukan, sehingga saya sampai pada kesimpulan bahwa Islam memang tidak memiliki konsep tentang bagaimana negara dibuat dan dipertahankan”. Dari paparan tersebut di atas, cukup jelas kiranya kea arah mana alur pemikiran politik gusdur, yaitu; Substantif-Inklusif.
  • 10. BAB III PENUTUP 3.1. KESIMPULAN 1. Dilihat dari segi latar pendidikan, Gus Dur adalah seorang tokoh yang memiliki pengalaman pendidikan yang lengkap anatara pendidikan agama dan pendidikan umum. 2. Dilihat dari kiprah dan pengabdianya, Gus Dur bukan hanya mengabdikan dirinya untuk kepentingan komunitas Islam atau untuk kepentingan bangsa Indonesia saja melainkan untuk kepentingan kemanusiaan di seluruh dunia. 3. Paradigma yang dipakai Abdurrahman Wahid untuk menemukan hubungan Islam dan Demokrasi didasarkan pada pemikiran yang Substantif-Inklusif, ditandai dengan keyakinan bahwa Islam sebagai agama tidak merumuskan konsep-konsep teoritis yang berhubungan dengan politik. Dengan kata lain, bahwa tak ada satu pun ayat Al Qur’an yang menekankan bahwa umat Islam harus mendirikan negara Islam. 4. Refleksi dalam bidang politiknya adalah melakukan upaya yang signifikan terhadap pemikiran dan orientasi politik yang menekankan manifestasi substansial dari nilai-nilai Islam dalm aktifitas politiknya.
  • 11. DAFTAR PUSTAKA Nata, Abudin. 2005. Tokoh-Tokoh Pembaharuan Pendidikan Islam di Indonesia. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Wahid, Abdurrahman. 2006. Islamku Islam Anda Islam Kita: Agama Masyarakat Negara Demokrasi. Jakarta: the WAHID Institute. Dharwis, Elyassa K.H. 1994. Gus Dur-NU-dan Masyarakat Sipil. Yogyakarta: Lkis Wahid, Abdurrahman. 1998. Tabayun Gus Dur: Pribumisasi Islam, Hak Minoritas, Reformasi Cultural. Yogyakarta: LKiS Afandi, Arief. 1997. Islam Demokrasi Atas Bawah: Polemic Strategi Perjuangan Umat Model Gus Dur dan Amien Rais. Yogyakarta: Pustaka Belajar. Iskandar, Muhaimin. 2007. Gus Dur, Islam dan Kebangkitan Indonesia. Yogyakarta: KLIK.R Dhakiri, Hanif M. 2010. 41 Warisan Kebesaran Gusdur. Yogyakarta: LkiS http://sosok.kompasiana.com/2012/06/09/biografi-gusdur/IKamis, 18 Oktober 2012I18.45I