1. PERDARAHAN PADA KEHAMILAN
MUDA
Alfitra Salam
70700120026
Supervisor:
Dr. dr. Dewi Setiawati, Sp.OG., M.Kes
DEPARTEMEN OBSTETRI DAN GINEKOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR
2022
3. DEFINISI
• Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup di luar kandungan.
Sebagai batasan ialah kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 grarn.
• Abortus yang berlangsung tanpa tindakan disebut abortus spontan, sedangkan abor- tus yang terjadi dengan
sengaja dilakukan tindakan disebut abortus provokatus.
• Rata-rata terjadi ll4 kasus abortus per jam. Sebagian besar studi menyatakan kejadian abortus spontan
antara 15 - 20 % dari semua kehamilan. Kalau dikaji lebih jauh kejadian abortus sebenarnya bisa mendekai
50 %.
• Abortus habitualis adalah abortus yang ter.jadi berulang tiga kali secara berturut-turut. Kejadiannya sekitar
3 - 5 %.
4. ETIOLOGI
● Faktor genetik
● Kelainan genital uterus
● Autoimun
● Defek fase luteal
● Infeksi
● Hematologik
● Lingkungan
5. ABORTUS IMMINENS
● Ditandai perdarahan pervaginam, ostium uteri masih tertutup dan hasil konsepsi masih baik dalam
kandungan.
● Untuk menentukan prognosis abortus iminens dapat dilakukan dengan melihat kadar hormon hCG
pada urin dengan cara melakukan tes urin kehamilan menggunakan urin tanpa pengenceran dan
pengenceran 1/l0.
● Penderita diminta untuk melakukan tirah baring sampai perdarahan berhenti. Bisa diberi spasmolitik
agar uterus tidak berkontraksi atau diberi tambahan hormon progesteron atau derivatnya untuk
mencegah terjadinya abortus.
6. ABORTUS INSIPIENS
● Ditandai dengan serviks telah mendatar dan ostium uteri telah membuka, akan tetapi hasil konsepsi masih dalam karum
uteri dan daiam proses pengeluaran.
● Penderita akan merasa mulas karena kontraksi yang sering,dan kuat, perdarahannya bertambah sesuai dengan pembukaan
serviks uterus dan umur kehamilan. Besar uterus masih sesuai dengan umur kehamilan dengan tes urin kehamilan masih
positif.
● Pengelolaan penderita ini harus memperhatikan keadaan umum dan perubahan ke- adaan tindakan
evakuasi/pengeluaran hasil konsepsi disusul dengan kuretase bila perdarahan banyak.
● Pada umur kehamilan >12 minggu, uterus biasanya sudah melebihi telur angsa evakuasi dan kuretase harus hati-hati,
sambil diberikan uterotonika.
7. ABORTUS KOMPLIT
● Seluruh hasil konsepsi telah keluar dari karum uteri pada kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat
janin kurang dari 500 gram.
● Semua hasil konsepsi telah dikeluarkan, osteum uteri telah menutup, uterus sudah mengecil sehingga
perdarahan sedikit. Besar uterus tidak sesuai dengan umur kehamilan.
● Pengelolaan penderita ddak memerlukan tindakan khusus ataupun pengobatan. Biasa nya hanya diberi
roboransia atau hematenik bila keadaan pasien memerlukan.
8. ABORTUS INKOMPLIT
● Sebagian jaringan hasil konsepsi masih tertinggal di dalam uterus di mana pada pemeriksaan vagina, kanalis servikalis
masih terbuka dan teraba jaringan dalam kamm uteri atau menonjol pada ostium uteri eksternum.
● Pasien dapat jatuh dalam keadaan anemia atau syok hemoragik sebelum sisa jaringan konsepsi dikeluarkan.
● Pengelolaan pasien harus diawali dengan perhatian terhadap keadaan umum dan mengatasi gangguan hemodinamik yang
terjadi untuk kemudian disiapkan tindakan kuretase.
9. MISSED ABORTION
● Abortus yang ditandai dengan embrio atau fetus telah meninggal dalam kandungan sebelum kehamilan 20 minggu dan
hasil konsepsi seluruhnya masih tertahan dalam kandungan.
● UK <12minggu tindakan evakuasi dapat dilakukan secara langsung dengan melakukan dilatasi dan ku- retase bila
serviks urerus memungkinkan.
● UK > 12 minggu atau kurang dari 20 minggu dengan keadaan serviks uterus yang masih kaku dianjurkan untuk
melakukan induksi terlebih dahulu untuk mengeluarkan janin atau mematangkan kanalis servikalis.
10. ABORTUS HABITUALIS
● Abortus habitualis ialah abortus spontan yang terjadi 3 kali atau lebih berturut-turut
● Salah satu penyebab yang sering dijumpai ialah inkompetensia serviks yaitu keadaan di mana serviks uterus tidak dapat
menerima beban untuk tetap bertahan menurup setelah kehamilan melewati trimester pertama, di mana osrium serviks
akan membuka (inkompeten) tanpa disertai rasa mules/kontraksi rahim dan akhirnya terjadi pengeluaran janin
● perasi dilakukan pada umur kehamilan 12 - 14 minggu dengan cara SHIRODKAR atau McDONALD dengan melingkari
kanalis servikalis dengan benang sutera/MERSILENE yang tebal dan simpul baru dibuka setelah umur kehamilan aterm
dan bayi siap dilahirkan.
11. ABORTUS INFEKSIOSUS & SEPTIK
● Abortus infeksiosus ialah abortus yang disertai infeksi pada zlat genitalia. Abortus septik ialah abortus yang disertai
penyebaran infeksi pada peredaran darah tubuh atau peritoneum (septikemia atau peritonitis).
● Abortus infeksiosus dan abortus septik perlu segera mendapatkan pengelolaan yang adekuat karena dapat ter.jadi infeksi
yang lebih luas selain di sekitar alat genitalia juga ke rongga peritoneum, bahkan dapat ke seluruh tubuh (sepsis,
septikemia) dan dapat jatuh dalam keadaan syok septik.
● Untuk tahap pertama dapat diberikan Penisiiin 4 x 1,2 juta unit atau Ampisilin 4 x 1 gram ditambah Gentamisin 2 x 80
mg dan Metronidazol 2 x I gram. Selanjutnya antibiotik disesuaikan dengan hasil kultur.
● Tindakan kuretase dilaksanakan bila keadaan tubuh sudah membaik minimal 5 jam setelah antibiotika adekuat diberikan.
Jangan lupa pada saat tindakan uterus dilindungi dengan uterotonika.
12. KEHAMILAN ANEMBRIONIK
● Kehamilan anembrionik merupakan kehamilan patologi di mana mudigah tidak ter- bentuk sejak awal walaupun kantong
gestasi tetap terbentuk.
● Diagnosis kehamilan anembrionik ditegakkan pada usia kehamilan 7 - 8 minggu bila pada pemeriksaan USG didapatkan
kantong gestasi tidak berkembang atau pada diameter 2,5 cm yang tidak disertai adanya gambaran mudigah.
● Pengelolaan kehamilan anembrionik dilaku- kan terminasi kehamilan dengan dilatasi dan kuretase secara elektif.
14. DEFINISI
● Kehamilan ektopik ialah suatu kehamiian yang pertumbuhan sel telur yang telah di- buahi tidak menempel pada dinding
endometrium kawm uteri. Lebih dart 95 % kehamilan ektopik berada di saluran telur (tuba Fallopii).
16. GAMBARAN KLINIK
● Nyeri merupakan keluhan utama pada kehamilan ektopik terganggu.
● Perdarahan pervaginam merupakan tanda penting kedua pada kehamilan ektopik yang terganggu.
● Amenorea merupakan juga tanda yang penting pada kehamilan ektopik
● Pada kehamilan ektopik terganggu ditemukan pada pemeriksaan vaginal bahwa usaha menggerakkan serviks uteri
menimbulkan rasa nyeri, yang disebut dengan nyeri goyang (+) atau slinger pijn (bahasa Belanda). Demikian pula kavum
Douglasi menonjol dan nyeri pada perabaan oleh karena terisi oleh darah.
17. DIAGNOSIS
● Diagnosis kehamilan ektopik terganggu pada jenis mendadak tidak banyak mengalami kesukaran, tetapi pada jenis
menahun atau aripik bisa sulit sekaii.
● Pemeriksaan laboratorium dilakukan dengan pemeriksaan hemoglobin dan jumlah sel darah merah berguna dalam
menegakkan diagnosis kehamilan ektopik terganggu, terutama bila ada tanda-tanda perdarahan dalam rongga perut.
● Pemeriksaan hemoglobin dan hematokrit dapat dilakukan secara serial dengan jarak satu jam selama 3 kali berturut-
turut.
● Kuldosentesis adalah suatu cara pemeriksaan untuk mengetahui apakah dalam kalum Douglas ada darah.
18. PENATALAKSANAAN
● Pada kasus kehamilan ektopik di pars ampularis tuba yang belum pecah ditangani dengan menggunakan kemoterapi untuk
menghindari tindakan pembedahan.
● Kriteria kasus yang diobati dengan cara ini ialah:
1. kehamilan di pars ampularis tuba belum pecah;
2. diameter kantong gestasi < 4 cm;
3. perdarahan dalam rongga perur < 100 ml;
4. tanda vital baik dan stabil. Obat yang digunakan ialah metotreksat 1 mg/kg I.V dan faktor sitrovorum 0,1mg/kg I.M.
berselang-seling setiap hari selama 8 hari.
● Dari seluruh 6 kasus yang diobati, satu kasus dilakukan salpingektomi pada hari ke-12 karena gejala abdomen akut,
sedangkan 5 kasus berhasil diobati dengan baik.
19. PROGNOSIS
● Kematian karena kehamilan ektopik terganggu cenderung turun dengan diagnosis dini dan persediaan
darah yang cukup.
● Pada umumnya kelainan yang menyebabkan kehamilan ektopik bersifat bilateral. Sebagian perempuan
menjadi steril setelah mengalami kehamilan ektopik lagi pada tuba yang lain.
21. DEFINISI
● Mola hidatidosa adaiah suatu kehamilan yang berkembang tidak waiar di mana tidak ditemukan janin dan hampir seluruh
vili korialis mengalami perubahan berupa degenerasi hidropik.
● Secara makroskopik, mola hidatidosa mudah dikenal yaitu berupa geiembung-gelembung putih, tembus pandang, berisi
cairan jernih, dengan ukuran bervariasi dari beberapa milimeter sampai 1 atau 2 cm.
● Gambaran histopatologik yang khas dari mola hidatidosa ialah edema stroma vili, tidak ada pembuluh darah pada
vili/degenerasi hidropik dan proliferasi sel-sel trofoblas.
22. GEJALA DAN TANDA
● Perdarahan Gejala perdarahan ini biasanya terjadi antara bulan pertama sampai ketujuh dengan rata-rata 12 - 14
minggu. Sifat perdarahan bisa intermiten, sedikit-sedikit atau sekaligus banyak sehingga menyebabkan syok atau kematian.
● Bisa disertai dengan preeklampsia (eklampsia).
23. DIAGNOSIS
● Adanya mola hidatidosa harus dicurigai bila ada perempuan dengan amenorea, per- darahan pervaginam,
uterus yang lebih besar dari tuanya kehamilan dan tidak ditemu- kan tanda kehamilan pasti seperti
balotemen dan detik jantung anak.
● Untuk memperkuat diagnosis dapat dilakukan pemeriksaan kadar Human Chorionic Gonadotropin
(hCG) dalam darah atau urin, baik secara bioasay, immunoasay, maupun radio- immwnoasay. Peninggian
hCG, terutama dari hari ke-100, sangat sugestif.
● Diagnosis yang paling tepat bila kita telah melihat keluarnya gelembung mola.
24. PENATALAKSANAAN
● Perbaikan keadaan umum Transfusi darah atasi syok
● Pengeluaran jaringan mola Vakum kuretase, Histerektomi
● Pemeriksaan tindak lanjut Tes hCG
25. PROGNOSIS
● Kematian pada mola hidatidosa disebabkan oleh perdarahan, infeksi, payah jantung atau
tirotoksikosis.
● Di negara maju kematian karena mola hampir tidak ada lagi. Akan tetapi, di negara
berkembang masih cukup tinggi yaitu berkisar antara 2,2 % dan 5,7 %.