Metode titrimetri didasarkan pada prinsip pengukuran volume yang digunakan untuk analisis kuantitatif. Metode ini melibatkan reaksi antara analit dengan titran hingga mencapai titik ekivalen yang ditandai perubahan indikator. Metode titrimetri memiliki keunggulan seperti mudah, murah, dan presisi tinggi.
2. Metode titrimetri dikenal juga sebagai
metode volumetri
?
yaitu, merupakan metode analisis kuantitatif
yang didasarkan pada prinsip pengukuran
volume.
PENDAHULUAN
3. Macam Analisa Volumetri
1. Gasometri
Adalah volumetri gas dan yang diukur
(kuantitatif) adalah volume gas yang
direaksikan atau hasil reaksinya.
4. 2.Titrimetri atauTitrasi
Adalah pengukuran volume dalam larutan
yang diperlukan untuk bereaksi sempurna
dengan sevolume atau sejumlah berat zat
yang akan ditentukan.
5. Dalam setiap metode titrimetri selalu
terjadi reaksi kimia antara komponen
analit dengan zat pendeteksi yang
disebut titran.
Reaksi dasar antara komponen analit
dengan titran dinyatakan dengan
persamaan umum berikut ini:
Analit + Titran Hasil reaksi
7. Titran (dalam buret) ditambahkan
kedalam larutan analit (labu
Erlenmeyer) hingga tercapai titik
ekivalen
Titik ekivalen tercapai ditandai
dengan adanya perubahan zat
indikator.
8. Titik ekivalen adalah keadaan disaat
terjadinya kesetaraan mol antara zat
yang dititrasi dan zat pentitrasi.
Titik akhir titrasi adalah keadaan waktu
menghentikan titrasi, jika menggunakan
indikator yaitu pada saat indikator
berubah warna.
Idealnya, titik ekivalensi dan titik akhir
titrasi adalah sama.
9. Metode titrimetri masih digunakan secara luas karena
merupakan metode yang tahan, murah, dan mampu
memberikan ketepatan (presisi) yang tinggi.
keterbatasan metode ini adalah bahwa metode titrimetri
kurang spesifik
KEUNGGULAN DAN KEKURANGAN
11. SYARAT ANALISIS TITRIMETRI
1. Reaksinya harus berlangsung sangat cepat
2. Reaksinya harus sederhana serta dapat dinyatakan
dengan persamaan reaksi. Bahan yang diselidiki
bereaksi sempurna dengan senyawa baku dengan
perbandingan kesetaraan stoikiometris.
3. Harus ada perubahan yang terlihat pada saat titik
ekivalen tercapai, baik secara kimia atau fisika.
4. Harus ada indikator jika syarat 3 tidak dipenuhi.
Indikator juga dapat diamati dengan pengukuran daya
hantar listrik
12. Idealnya dilakukan dengan metode
titrimetri karena memenuhi keempat
kriteria yang ditetapkan, yaitu:
1.Reaksinya tunggal:
H3O+ + OH- 2H2O
2.Tetapan kesetimbangan sangat besar:
H3O+ + OH- 2H2O KW= 1x1014
Contoh Penentuan HCl Dgn Larutan NaOH
13. Reaksi antara larutan asam borat,
HBO2
- dengan larutan standar NaOH:
HBO2
-+OH- H2O+BO2
2- (K=6x10-4)
Karena memiliki nilai K yang
relatif kecil, reaksi tidak bisa
berlangsung sempurna, sehingga
perubahan Ph pada titik ekivalen
kurang tajam dan penetapan titik
Contoh-1 Reaksi Yang Tidak Sempurna
14. Metode oksidimetri yang terjadi dari
reaksi antara analit yang mengandung
ion timah(II) dengan larutan standar
kalium permanganat tidak akan
memperoleh hasil yang tepat, karena
ion timah(II) mudah teroksidasi oleh
udara, selain teroksidasi oleh KMnO4.
Contoh-2 Reaksi Yang Tidak Sempurna
15. KEUNGGULAN VOLUMETRI DIBANDING GRAVIMETRI
Alat sederhana, cepat, serta tidak
memerlukan pekerjaan yang menjemukan
seperti pengeringan dan penimbangan
berulang-ulang.
Teliti sampai 1 bagian dalam 1000
16. Berdasarkan pada reaksi kimia yang terjadi
PENGGOLONGAN VOLUMETRI
Asidi-alkalimetri
Oksidasi-Reduksi
Pengendapan
Pembentukan kompleks
17. Berdasarkan pada cara titrasi
Titrasi Langsung
Titrasi kembali
atau Titrasi tidak
Langsung
18. Berdasarkan pada jumlah sampel
Titrasi makro
Jumlah sampel : 100 – 1000 mg
Volume titran : 10 –100 ml
Ketelitian buret : 0,02 ml.
Titrasi semi
makro
Jumlah sampel : 10 – 100 mg
Volume titran : 1 –10 ml
Ketelitian buret : 0,001 ml.
Titrasi Mikro
Jumlah sampel : 1 – 10 mg
Volume titran : 0,1 –1 ml
Ketelitian buret : 0,001 ml.
19. Cara Menyatakan Kadar Larutan
Persen berat per berat (b/b)
Persen berat per volume (% b/v)
Molaritas
Formalitas
Normalitas
20. MOLARITAS
Molaritas adalah banyaknya mol zat terlarut tiap liter larutan
M = mol/L
Contoh perhitungan.
Hitunglah molaritas suatu larutan yang mengandung
6,0 g NaCl (BM = 58,44) dalam 200 ml larutan
22. Contoh :
Sebanyak 6,477 gram sampel asam
dikloro asetat, Cl2CHCOOH (BR = 128,94)
dilarutkan dalam 500 ml larutan. Pada
kosentrasi ini, asam ini terdisosiasi
sebesar 45% menurut reaksi :
Cl2COOH H+ + Cl2CHCOO-
Berapakah formalitas dan normalitas ?
23. Jawab :
Dik : g = 6,447 gram
BR = 128,94
V = 500 ml = 0,5 L
Dit : F = ……..?
M = ………?
Penye :
24. Hasil ini merupakan kosentrasi total
spesies yang ditimbulkan dari asam
dikloro asetat dan hasil disosiasinya,
sehingga :
[Cl2CHCOOH] = 45% x 0,1
= 0,045 M
[Cl2CHCOO-] = 55% x 0,1
= 0,055 M
25. NORMALITAS
Normalitas merupakan banyaknya ekivalen (ek) zat terlarut
(solute) tiap liter larutan
N = ek/V
ek = g/BE
N = g/(V x BE)
BE = BM/Valensi N = (gx Valensi)/(V x BM)
26. Contoh soal :
Sebanyak 12,69 gram I2 (BM = 253,8)
dilarutkan dalam 500 ml air yang
mengandung sejumlah KI. Berapakan
normalitas I2 tersebut ?
Jawab :
Dik : massa I2 = 12,69 gram
BM I2 = 253,8
V = 0,5 L
Dit : N = ………?
27. Sebanyak 12,69 gram I2 (BM = 253,8)
dilarutkan dalam 500 ml air yang
mengandung sejumlah KI. Berapakan
normalitas I2 tersebut ?
Penye :
28. catatan
Reaksi asam basa, valensinya ditentukan
berdasarkan mol H+ atau OH- yang
dihsasilkan tiap mol asam atau basa
Contoh :
HCl akan terurai menjadi H+ dan Cl-,
sehingga valensinya adalah 1
H2SO4, H2CO3 dan H2C2O4, Ca(OH)2,
Ba(OH)2 maka valensinya adalah 2
H3PO4 dan H3PO3, Al(OH)3 valensinya
adalah 3
29. Reaksi redoks, valensinya ditentukan
banyaknya elektron yang hilang atau
timbul pada reaksi oksidasi-reduksi
Contoh : I2 + 2e 2I-
MnO4
- + e MnO4
2- , maka valensinya
adalah 1 sehingga BE = BM
MnO4
- + 4H+ + 3e MnO2 + 4H2O, BE
= BM/3
30. Contoh :
Hitung berat ekivalen (BE) natrium oksalat
(Na2C2O4) dan kalium bikarbonat
(K2Cr2O7) dalam reaksi berikut ini :
C2O4
2- + Cr2O7
2- +14H+ Cr3+ + 6CO2
+ 7H2O
Maka BE Na2C2O4 = BMNa2C2O4/2
= 134/2 = 67
BE K2Cr2O7 = BM K2Cr2O7/6
= 294,2/6 = 49,03
31. Semua perhitungan dalam titrimetri didasarkan pada
konsentrasi titran sehingga konsentrasi titran harus dibuat
secara teliti.
Titran semacam ini disebut dengan larutan baku (standar).
Konsentrasi larutan dapat dinyatakan dengan normalitas,
molaritas, atau bobot per volume
32. Suatu larutan standar dapat dibuat dengan cara melarutkan
sejumlah senyawa baku tertentu yang sebelumnya senyawa
tersebut ditimbang secara tepat dalam volume larutan yang diukur
dengan tepat.
Larutan standar ada dua macam: yaitu larutan baku primer dan
larutan baku sekunder.
Larutan baku primer mempunyai kemurnian yang tinggi. Larutan
baku sekunder harus dibakukan dengan larutan baku primer.
Suatu proses yang mana larutan baku sekunder dibakukan
dengan larutan baku primer disebut dengan standardisasi
33. SYARAT BAKU PRIMER
1. Mudah didapat dalam keadaan murni
dengan kadar pengotor tidak melebihi
0,01 % sampai 0,02 %.
2. Mempunyai rumus molekul yang pasti.
3. Harus stabil secara kimiawi, mudah
dikeringkan dan tidak bersifat
higroskopis.
34. SYARAT BAKU PRIMER
4. berat ekivalennya harus besar
sehingga mudah ditimbang dan
meminimalkan kesalahan akibat
penimbangan, dan
5. Reaksinya harus sempurna.
35. Baku primer Kegunaan
Kalium biftalat Pembakuan larutan natrium hidroksida
Pembakuan larutan asam perklorat
Kalium iodat Pembakuan larutan natrium tiosulfat
melalui pembentukan iodium
Natrium karbonat anhidrat Pembakuan asam klorida
Logam Zn Pembakuan larutan EDTA
36. Pembakuan HCl dilakuan dengan menggunakan baku primer
natrium karbonat. Sebanyak 354,2 mg natrium karbonat
dilarutkan dalam air dan dititrasi dengan larutan HCl (yang
akan dibakukan) menggunakan indikator metil orange dan
sampai titik akhir titrasi dibutuhkan volume HCl sebesar 30,23
mL. Hitunglah berapa normalitas HCl?
Contoh perhitungan dalam standardisasi (pembakuan)
sebuah larutan
37. N = ek/V Ek = gr/BE BE = BM/val
N = gr/(BExV) N = gr x val/(BMxV)
NNa2CO3 = 354,2 mg x 2/(106/1000 ml)
= 0.006683 N
38. Jawab :
VHCl x NHCl = VNa2CO3 x NNa2CO3
30,32 ml x NHCl = 1000 x 0.006683
NHCl = 6.683 /30,32
= 0.220416 N
39. Cara Perhitungan Kadar
V x N = Jumlah gram ekivalen (grek) Jumlah mol
: Kesetaraan
x Kesetaraan
Berat
Kadar (%)
(: Berat sampel)
(100%) x
x BM
40. SAMPEL PADAT
Kadar (% b/b) = %
100
x
)
mg
(
sampel
Berat
BE
x
N
x
V titran
titran
SAMPEL CAIR
Kadar (% b/v) = %
100
x
1000
x
sampel
ml
BE
x
N
x
V titran
titran
41. Sebanyak 250 mg serbuk yang mengandung asam
salisilat (BM = 138,12) ditimbang saksama, dilarutkan
dalam 15 ml etanol 95% yang telah dinetralkan terhadap
merah fenol LP (6,8 – 8,4). Selanjutnya ditambahkan 20
ml air dan dititrasi dengan natrium hidroksida 0,1 N
menggunakan indikator merah fenol. Sampai terjadinya
titik akhir titrasi dibutuhkan NaOH 0,1 N sebanyak 12,56
ml. Berapakah kadar asam salisilat dalam serbuk di atas?
Contoh Perhitungan kadar 1
42. Jawab
Dik : massa sampel = 250 mg
Vtitran = 12,56 ml
Ntitran = 0,1 N
BMC7H6O2 = 138,12
Dit : kadar salisilat : ……?
Penye :
Kadar (% b/b) = %
100
x
)
mg
(
sampel
Berat
BE
x
N
x
V titran
titran
44. Contoh Perhitungan kadar 2
Sebanyak 25,0 ml minuman ringan yang mengandung
vitamin C (BM= 176,12) dilarutkan dalam campuran
yang terdiri atas 100 ml air bebas karbon dioksida dan
25 ml asam sulfat encer. Selanjutnya dititrasi segera
dengan iodium 0,1 N menggunakan indikator kanji
sampai terbentuk warna biru tetap. Sampai titik akhir
titrasi dibutuhkan volume titran sebanyak 5,25 ml.
Berapakah kandungan vitamin C dalam minuman
ringan tersebut?
45. Jawab :
Dik : Vsampel = 25 ml
BM = 176,12
Ntitran = 0,1 N
Vtitran = 5,25 ml
Dit : kadar vitamin C = ...?
Penye :
Kadar (% b/v) = %
100
x
1000
x
sampel
ml
BE
x
N
x
V titran
titran
46. + I2
Kadar (% b/v) = %
100
x
1000
x
sampel
ml
BE
x
N
x
V titran
titran