Dokumen tersebut membahas tentang potret pembelajaran di sekolah dasar, yang mencakup kendala sarana prasarana dan ketidakmerataan guru, serta metode pembelajaran seperti kontekstual, PAKEM, kooperatif dan kolaboratif.
4. SARANA PRASARANA DAN
KETERJANGKAUAN WILAYAH
Seperti yang telah kita ketahui bersama, selain
terbatasnya tenaga guru, kendala proses belajar-mengajar
yang selama ini ditemukan adalah kurang memadainya
sarana dan prasarana penunjang yang ada. Bagi yang
kebetulan mengajar di daerah yang secara geografis
terpencil, mungkin saat ini Anda merasakan bahwa apa
yang disampaikan merupakan kenyataan yang setiap hari
Anda temukan. Bagi yang mengajar di tempat yang telah
dilengkapi dengan sarana dan prasarana penunjang,
berikut adalah contoh yang layak untuk direnungkan
bagaimana
dilakukan.
proses
Untuk
pembelajaran yang semestinya
memperjelas pemahaman Anda,
perhatikan contoh-contoh berikut ini
6. Siswa kelas satu SD Negeri Inpres
Bomomani mengikuti pelajaran sambil duduk
di lantai karena ruang kelas di desa
pedalaman Distrik Mapia, Kabupaten Nabire,
Papua itu kekurangan kursi.
Selain kekurangan meja-kursi,perpustakaan
itu juga tidak mempunyai koleksi buku.
Sekolah juga tidak memiliki buku pelajaran
Bahasa Indonesia, Pendidikan
Kewarganegaraan, Ilmu Pengetahuan Sosial,
serta kekurangan ruang belajar dan guru.
8. Di kawasan selatan kota Jakarta, tepatnya daerah
Parung, terdapat suatu Kompleks sekolah modern, mulai
dari SD-SMA yang dilengkapi dengan saran dan prasarana
yang sangat memadai.
Untuk tingkat SD, selain jumlah siswa dibatasi
maksimal 25 siswa. Untuk mendukung lancarnya proses
belajara-mengajar, setiap siswa memperoleh fasilitas antar
jemput dari rumah kerumah dengan mobil yang kondisinya
layak jalan tentu saja dilengkapi AC. Selain itu, untuk
mendukung kegiatan berkesenian atau kegiatan besar
lainnya, sekolahjugamemiliki ruangsidangbesar.
Dengan situasi yang demikian siswa merasa nyaman
dan proses belajar-mengajar bisa berlangsung secara
kondusif
9. METODE PEMBELAJARAN
P
Pe
emb
be
ellajjaran di SD h
ha
aru
us
ss
se
ellalu me
en
na
arikd
da
an
meembbuuats
s
i
s
s
w
w
a
atiddaakbbeerrpikiransecara veerrbbaal.
Dip
pe
errlukan p
pe
en
ng
ggamb
ba
aran yangko
on
nkretd
da
an
m
u
u
d
d
a
a
h
ddiiingatssiisswwaa.GGuuruhhaaruussbbiissaamemiliki
me
etto
od
de yang te
ep
pa
at s
se
eh
hin
ng
gga mampu
me
emb
be
errikan suasan
na
ako
on
nd
du
us
siif d
da
alam
p
pe
em be
ellajja
aran
n,,d
de
en
ng
gan teta p mengu
uttama ka n
kete
errs
se
errap
pa
an materi yangd
diis
sa mp
pa
aika n
10. Ada Beberapa Alasan Mengapa Guru
Belum Kompeten Yaitu :
Waktu kuliah belum
menguasai bahan pelajaran,
sehingga yang menjadi guru
bukan lulusan yang terbaik
11. Beberapa guru mengajarkan bukan
bidang yang dikuasainya. Misalnya
guru Agama mengajarkan Bahasa
Inggris
12. Masih banyak guru yang mengajar hanya
menggunakan model yang itu-itu saja,
karena kurang menguasai berbagai model
pembelajaran yang sesuai dengan
perkembangan anak
13. Guru mengajar lebih senang dengan
caranya sendiri dan kurang
yang disenangi
memperhatikan
anak
14. Ketidakmerataan Guru
Guru di Indonesia belum merata antara
di daerah terpencil dan di kota. Dari segi
kuantitas telah memadai namun tidak
demikian dengan sisi pemerataan dan
kualitasnya. Banyak daerah yang
kelebihan guru tetapi banyak pula
daerah yang kekurangan guru
Guru di Indonesia belum merata antara
di daerah terpencil dan di kota. Dari segi
kuantitas telah memadai namun tidak
demikian dengan sisi pemerataan dan
kualitasnya. Banyak
kelebihan guru tetapi
daerah
banyak
yang
pula
daerah yang kekurangan guru
16. P e m b e l a j a r a n
Ko n t e k s t u al
Pembelajaran kontekstual adalah salah satu
strategi pembelajaran yang berhubungan
1.de
Fn
en
go
am
n:ena kehidupan sosial masyarakat, bahasa,
lingkungan hidup, harapan dan cita yang tumbuh
2. Fenomena dunia pengalaman dan pengetahuan
siswa
3. Kelas sebagai fenomena sosial
17. Pembelajaran kontekstual adalah konsep belajar
yang membantu guru mengaitkan antara materi
yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata
siswa dan mendorong siswa membuat
pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapan
dalam kehidupan mereka sehari-hari, dengan
melibatkan tujuh komponen utama
pembelajaran efektif, yakni :
1. Kontruksivisme (contruktivism)
2. Bertanya ( questioning)
3. Menemukan (inquiry)
4. Masyarakat belajar (learning community)
5. Pemodelan (modeling)
6. Penilaian sebenarnya (authentic assesment)
19. PAKEM Dalam Perspektif Guru :
Memantau kegiatan belajar siswa, memberi
umpan balik, mengajukan pertanyaan yang
menantang dan mempertanyakan gagasan siswa
AKTIF
mengembangkan kegiatan yang beragam dan
membuat alat bantu belajar sederhana
KREATIF
pembelajaran mencapai tujuan pembelajaran
EFEKTIF
Siswa tidak takut salah/ ditertawakan/ tidak
dianggap sepele
MENYENANG
KAN
20. PAKEM Dalam Perspektif Siswa :
AKTIF aktif bertanya, mengemukakan gagasan dan
mempertanyakan gagasan orang lain serta
gagasannya
merancang/ membuat sesuatu dan menulis/
mengarang
KREATIF
menguasai keterampilan yang diperlukan
EFEKTIF
siswa berani mencoba, berani bertanya/
mengemukakan pendapat/ mempertanyakan
gagasan oranglain
MENYENANG
KAN
21. Pembelajaran Kooperatif dan Kolaboratif
Yaitu model pembelajaran yang mengutamakan
adanya kelompok-kelompok. Misalnya kelompok
siswa tinggi, sedang, rendah, berbeda ras, budaya,
suku dan kesetaraan jender. Pembelajaran
ini
mengutamakan kerjasama dalam menyelesaikan
permasalahan untuk menerapkan pengetahuan
dan keterampilan dalam mencapai
tujuan
pembelajaran
Yaitu model pembelajaran yang mengutamakan
adanya kelompok-kelompok. Misalnya kelompok
siswa tinggi, sedang, rendah, berbeda ras, budaya,
suku dan kesetaraan jender. Pembelajaran ini
permasalahan untuk menerapkan
mengutamakan kerjasama dalam menyelesaikan
pengetahuan
dan keterampilan dalam mencapai tujuan
pembelajaran
22. Tujuan pembelajaran ini adalah hasil belajar
akademik siswa meningkat, siswa dapat
menerima berbagai keragaman dari temannya
dan pengembangan keterampilan sosial
Serangkaian persiapan untuk menerapkan
pembelajaran kooperatif dan kolaboratif yaitu:
1. Pembelajaran berbasis masalah
2.Pemanfaatan lingkungan siswa untuk memperoleh
pengalaman belajar
3. Pemberian aktivitas kelompok
4. Pembuatan aktivitas belajar mandiri
5. Penerapan penilaian autentik