Teks tersebut membahas perbedaan pendapat dalam penentuan awal bulan Ramadhan antara penggunaan hisab (perhitungan) dan rukyah (pengamatan bulan secara visual). Faktor-faktor penyebab perbedaan pendapat tersebut adalah faktor fiqih, teknis, dan politik. Untuk menyatukan pandangan, diperlukan penyatuan metode hisab dan rukyah serta ormas-ormas terkait, serta perubahan paradigma berpikir.
4. Ketetapan hukum Islam yang diperoleh dari Nash Al-Qur’an dan
Sunnah yang qath’i dan shanh adalah bersifat universal dan fix, dan berlaku
untuk seluruh umat manusia sepanjang masa. Namun sesuai dengan asas-
asas hukum Islam yang fleksibel, praktis, tidak menyulitkan, dalam batas
jangkauan kemampuan manusia, sejalan dengan kemaslahatan umum dan
kemajuan zaman, dan sesuai pula dengan rasa keadilan, maka ketentuan
waktu sholat dan puasa berdasarkan Al-Qur’an surat Al-Isra’ ayat 78 dan Al-
Baqarah ayat 187 tidak berlaku untuk seluruh daerah bumi, melainkan hanya
berlaku di zone bumi yang normal, yang perbedaan waktu siang dan malamnya
relatif kecil, yakni didaerah-daerah khatulistiwa (equator) dan tropis. Daerah
khatulistiwa sampai garis pararel 45º dari garis lintang utara dan selatan.
5. •
•Dirikanlah salat dari sesudah matahari
tergelincir sampai gelap malam dan
(dirikanlah pula salat) subuh.
Sesungguhnya salat subuh itu disaksikan
(oleh malaikat). (Al-Isra’ : 78)
Q.S. Al-Isra’
•
• Maka sekarang campurilah mereka dan carilah apa yang
telah ditetapkan Allah untukmu, dan makan minumlah hingga
terang bagimu benang putih dari benang hitam, yaitu fajar.
Kemudian sempurnakanlah puasa itu sampai (datang) malam,
(tetapi) janganlah kamu campuri mereka itu, sedang kamu
beri`tikaf dalam mesjid. Itulah larangan Allah, maka janganlah
kamu mendekatinya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-
ayat-Nya kepada manusia, supaya mereka bertakwa. (Al-
Baqarah: 187)
Q.S. Al-
Baqarah
6. ayat tersebut menujukan
kepada kita :
Sedangkan untuk daerah abnormal terletak didaerah
khatulistiwa dan tropis yang berada diluar garis
pararel 45 derajat dari garis lintang utara dan selatan.
Di daerah ini perbedaan antara siang dan malam tidak
besar, yakni enam bulan terus menerus dalam keadaan
siang dan enam bulan berikutnya dalam keadaan malam.
Negara-negara yang termasuk dalam zone abnormal
antara lain, Belanda, Inggris, dan Amerika Utara.
Waktu berpuasa mulai terbit fajar
sampai terbenam matahari.
Jadwal waktu shalat fardhu, ialah : tergelincirnya
matahari waktu untuk shalat zuhur dan ashar ;
gelap malam untuk waktu shalat maghrib dan isya ;
dan fajar untuk waktu shalat shubuh.
7. Waktu
ibadah di
daerah
abnormal
Ada wilayah yang pada bulan – bulan
tertentu mengalami siang selama 24
jam dalam sehari.
Ada wilayah yang pada bulan
tertentu tidak mengalami
hilangnya mega marah (syafaqul
ahmar) sampai datangnya waktu
shubuh.
menyesuaikan waktu
setempat,pada saat musim
panas mereka berpuasa sekitar
18 jam lebih dari mulai jam
02.00 sd 21.00 dan pada saat
musim dingin mereka hanya
berpuasa selama 7 jam, dari
mulai jam 04.00 sd 14.00.
Ada wilayah yang masih mengalami
pergantian malam dan siang dalam
satu hari, meski panjangnya siang
sangat singkat sekali atau sebaliknya.
8. •
• Allah tidak membebani
seseorang, melainkan sesuai dengan
kesanggupannya. (Al-Baqarah : 286)
Q.S Al-Baqarah: 286
•
• “Agama (Islam) itu mudah. Tiada seorang pun
yang bisa mengalahkan atau menguasai
agama, bahkan agama lah yang mengalahkan ia.
Hadis Nabi riwayat
Baihaqi dari Abu
Hurairah ra.
9.
10. Fuqaha telah sepakat bahwa bulan Arab
berisi 29 atau 30 hari, dan bahwa yang
dijadikan pertimbangan dalam penetapan
bulan Ramadhan ialah rukyah (melihat
bulan).
Sebagaimana sabda Nabi Saw:
Artinya:
”Jika ternyata bulan tertutup atasmu,
maka sempurnakanlah bilangan menjadi tiga puluh hari.”
11. Iptek sesuai dengan watak dan pengalamannya selalu menilai
dan mengukur segala sesuatu dari sisi akurasi dan kedekatannya
dengan kenyataan.
Oleh karena itu, wajar kalau iptek memandang rukyah sebagai
sesuatu yang memiliki banyak kelemahan. Atas dasar penilaian
tersebut, maka iptek berkeinginan untuk mengambil peran dalam hal
penentuan awal Ramadhan sebagaimana yang telah dilakukannya
selama ini dalam berbagai aspek kegiatan.
12. Dengan memperhatikan keadaan penentuan awal Ramadhan
antara hisab dan rukyah, Departemen Agama berusaha memadukan
sistem-sistem yang telah dipergunakan.
Departemen Agama berusaha mengembangkan sistem
rukyah yang berpadukan hisab, dan sistem hisab yang berpadukan
rukyah / observasi. Hasilnya dalam banyak kasus ormas-ormas
khususnya kelompok ahli hisab dan ahli rukyah, sehingga keputusan
itsbat sering dipengaruhi oleh fanatik paradigma yang mereka anut.
13. Faktor Penyebab Terjadinya Perbedaan
dalam Penentuan Awal Ramadhan
Faktor fiqh
• klasik dipertentangkan orang adalah antara “rukyah bil fi’li (dengan mata telanjang)
dan yang juga di-klaim sebagai “rukyat bil ‘ilmi” serta pemahaman hadits yang
berbeda-beda.
• masalah daerah berlaku rukyah,
Faktor teknis
• Perbedaan di kalangan ahli hisab
• Mengenai rukyah bil fi’li menggunakan alat (nazhzharah)
Faktor politis
• faktor fiqih dan teknis yang beraneka ragam itu harus disatukan, dan itu tidak bisa selain dengan suatu otoritas
yang legitimate baik secara real politis maupun secara syar’i, yang akan mengadopsi salah satu pendapat yang
argumentasinya paling kuat, entah dari segi fiqih maupun teknis rukyah/hisab.
• lebih bersifat politis, karena memang yang dihadapi tidak lagi hukum atau teknis, tetapi masalah yang berkaitan
dengan politik juga, yakni semangat kebangsaan (nasionalisme) sempit atau fanatisme golongan (sektarian) yang
membuat orang memilih suatu pendapat bukan secara syar’i atau berdasarkan ilmu pengetahuan.
14. • ketiga metode hisab (taqriby, tahqiqi dan
kotemporer) itu bersatu dalam penentuan
awal bulan khususnya awal Ramadhan.
• menyusun langkah-langkah untuk
merealisasikannya.
Teknis
• penyatuan ormas-ormas Islam baik dari kalangan hisab maupun
rukyah.
• merubah cara /pola berpikir dalam segala hal, khususnya
masalah perbedaan penetapan awal bulan Ramadlan sehingga
dalam masalah ini penulis meminjam teori dari Thomas Kuhn
yaitu paradigm shift seperti yang tertuang dalam buku
Pudarnya Pesona Ilmu Agamabahwa pemikiran Kuhn yang bisa
dibilang radikal itu, mendapat tanggapan luas dari banyak
kalangan. Sikap pro dan kontra bermunculan dari para ilmuwan.
Non teknis