SlideShare a Scribd company logo
1 of 40
MANAJEMEN PENGELOLAANMANAJEMEN PENGELOLAAN
KEKUASAAN DI DAERAH DALAMKEKUASAAN DI DAERAH DALAM
MEMPRODUKSI KEBIJAKAN INKLUSIF:MEMPRODUKSI KEBIJAKAN INKLUSIF:
Studi Kasus Local Reform di Solo
Pada Era Joko Widodo (2005-2012)
By Dr. Wahidah R Bulan
Universitas Pembanguan Nasional (UPN) JAKARTA
SIGNIFIKANSI STUDISIGNIFIKANSI STUDI
SIGNIFIKANSI STUDISIGNIFIKANSI STUDI
TEORI STRUKTURASI (Giddens, 1984):TEORI STRUKTURASI (Giddens, 1984):
Model Stratifikasi Agen, Giddens (1984)
Siapa Agen?Siapa Agen?
Apa itu STRUKTUR?Apa itu STRUKTUR?
TINDAKAN AGEN MEMPENGARUHI STRUKTURTINDAKAN AGEN MEMPENGARUHI STRUKTUR
(RULES & RESOURCES)(RULES & RESOURCES)GIDDENS, 1984GIDDENS, 1984
Tilly (1978): the Polity ModelTilly (1978): the Polity Model
 Menggambarkan interaksi antar grup dengan sebuah group collective
action, yang terdiri dari komponen-komponen berikut: populasi, a
government, satu atau lebih contender dimana di dalamnya terdapat
member atau pendukung dan challenger atau oposan. Polity (merupakan
collective action yang terjadi antara member dengan government), dan satu
atau lebih koalisi.
 Dinamika hubungan antar aktor di dalam the polity model terjadi karena
upaya member dan challlenger memperebutkan posisi dalam polity,
yaitu untuk melakukan kontrol atas resources. Tujuan akhirnya tidak
lain agar dapat meningkatkan kepemilikannya atas resources. Dengan
menggunakan sumber daya yang dimiliki, challenger senantiasa mencari
cara agar dapat “merangsek” masuk ke dalam polity, sementara member
mencoba melakukan sejumlah cara agar posisinya dalam polity tetap
aman. Hal itu dengan tujuan agar kontrol yang dimilikinya atas resources
tetap dapat dipertahankan. Dengan terjadinya kontestasi antara
challenger dengan member dalam memperebutkan sumber daya, sangat
dimungkinkan terjadinya perubahan posisi antara member dengan
challenger. Mereka yang pada awalnya menjadi pihak oposan/pihak yang
berseberangan dengan government dapat berubah menjadi member dan
demikia pula sebaliknya. Member dapat terlempar dari posisinya dan
menjadi challenger. Atau kalaupun tidak otomatis terlempar keluar dari
polity, hubungan tersebut dapat “merenggang” atau “menjauh” (misal
dari ring satu menjadi ring dua, dst).
DINAMIKA RELASI ANTAR AKTOR (Tilly, 1978)DINAMIKA RELASI ANTAR AKTOR (Tilly, 1978)
HASIL PENELITIANHASIL PENELITIAN
PROPOSISI 1PROPOSISI 1
Faktor-faktor yang mempengaruhiFaktor-faktor yang mempengaruhi
Keberanian
Inisiatif
Inovasi
Keberpihakan
I
N
K
L
U
S
I
S
O
S
I
A
LEMPATI
EGALITER PROFESIONAL
NON FORMAL
PROPOSISI 2PROPOSISI 2
PROPOSISI 3PROPOSISI 3
TINDAKAN REFORM JOKOWITINDAKAN REFORM JOKOWI
 Enabling: keberanian (inovasi) dalam kebijakan penganggaran dan
keberpihakan kepada kelompok miskin (inklusif populis atau pro
poor)
◦ Penggunaan APBD sebagai sumber pendanaan utama reform,
diantaranya untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat miskin (PKMS,
BPMKS, Penataan dan Pemberdayaan PKL: relokasi, gerobakisasi,
tendaisasi, zonasi, Resetlemen penduduk ilegal di bantaran Sungai
Bengawan Solo efisiensi anggaran, maksimalisasi penyerapan anggaran
(rata-rata di atas 90%), belanja langsung lebih dari 40%.
◦ Menggalang dana dari swasta, pusat, dan lembaga bantuan
internasional Pelibatan swasta dalam pembiayaan program reform
(non profit) seperti diskon pembelian kebutuhan anak usia 0-18 tahun
seperti seragam, buku, makanan, pakaian (KIA), yang terlaksana berkat
kerjasama dengan 31 pengusaha (dana CSR) sejak tahun 2010.
◦ Universal coverage yang berkeadilan (pemberian subsidi pendanaan
kesehatan untuk seluruh masyarakat Solo secara proporsional):
pemberian subsidi berbasiskan pemenuhan hak warga
◦ Bukan hanya peningkatan ketrampilan (capacity building) akan tetapi juga
berupa upaya peningkatan status kelompok miskin; dari pedagang
ilegal menjadi legal (PKL), dari pemukim dilahan ilegal menjadi pemilik
(pemukim liar dibantaran sungai Bengawan Solo), pemberian fasilitas
secara cuma-cuma (kios, rumah) kepada masyarakat miskin (kebijakan
inklusif).
TINDAKAN REFORM JOKOWITINDAKAN REFORM JOKOWI
Constraining: keberanian untuk melakukan
tafsir atas regulasi (mencari lob hole, tidak
menjadikan regulasi sebagai pembatas tindakan).
◦ Mendahulukan penyelesaian masalah dari penyusunan
peraturan dengan cara menggunakan SK Walikota
sebagai payung hukum pelaksanaan sejumlah
kebijakan reform (tahap awal), Tujuan agar program
dapat segera dilaksanakan.
◦ Mengemudiankan penegakan hukum dan
mendahulukan pemenuhan kewajiban.
◦ Konsistensi kebijakan: untuk mendukung tumbuh dan
berkembangnya usaha rakyat (UMKMK) selain
melakukan penataan PKL juga ditopang dengan
kebijakan revitalisasi 38 pasar tradisional, dari 41
pasar tradisional yang ada, pembatasan jumlah mall
dan super-market (skala mega, midi, mini),
peningkatan skill pedagang kecil, dll.
Faktor-faktor yang mempengaruhiFaktor-faktor yang mempengaruhi
Keberhasilan Tindakan Reform JokowiKeberhasilan Tindakan Reform Jokowi
Keberpihakan yang kuat kepada kepentingan
kelompok miskin (sikap inklusif populis agen)
kharisma personal
 dukungan multi aktor
Optimalisasi official power dan penggunaan soft
power (personal approach, cultural approach,
keteladanan, dll) oleh agen dalam melakukan
tindakan reform.
Karakter personal agen (keberanian): kebijakan
penganggaran, terobosan hukum (political
inovation) dalam melakukan tindakan reform.
 pengalihan dana hibah banjir, sayembara, dll.
Kompetensi agen : gagasan inovatif
Kesediaan berbagi kekuasaan.
Jokowi dan RudyJokowi dan Rudy
Terdapat pembagian tugas yang jelas diantara
keduanya (Rudy pembinaan dan pengawasan
birokrasi, Jokowi lebih kepada inovasi program
reform).
“Kepahaman” masing-masing pihak akan
“keberadaan” (kelebihan dan keterbatasan) pihak
lain: Rudy pada aspek penguasaan politik (basis
massa PDIP dan DPRD), Jokowi pada inisiatif
reform dan pendekatan kerakyatan.
Konflik terbuka tidak terjadi, meski terdapat
perbedaan sikap dalam beberapa aspek:
◦ penempatan personal dibirokrasi: orang-orang Wawali
di OPD dan Kelurahan,
◦ project pemkot,
◦ perbedaan cara pendekatan, dll).
Jokowi dan BirokrasiJokowi dan Birokrasi
Tidak ingin terlibat dalam pekerjaan yang dapat menyita
energinya untuk mengupayakan reform (fokus dan
penetapan prioritas).
 menyerahkan urusan penanganan birokrasi diserahkan kepada
Wakil Walikotakontrak politik tak tertulis bahwa urusan
birokrasi menjadi kewenangan Rudy (politisasi birokrasi).
Tidak “menunggu” tetapi “memaksa” berlari:
 menjadi contoh: dalam berkomunikasi dengan masyarakat, spirit
melayani, bebas KKN.
 memimpin langsung upaya perubahan.
 menciptakan alternatif untuk mengatasi “kelembaman birokrasi”
 Menggunakan pendekatan non formal mengisi kekurangan
pendekatan formal: diantaranya dengan menempatkan personal
tertentu (Mr X, Y, Z, dan Sekda) untuk mengamankan agenda
dan mendorong percepatan reform.
Jokowi dengan DPRDJokowi dengan DPRD
Peran utama membangun hubungan dengan
DPRD dimainkan oleh Rudy (PDIP)
Sikap kritis (penolakan anggaran) datang
bukan hanya dari partai diluar PDIP tapi juga
dari PDIP
Mengambil inisiatif membangun hubungan
dengan seluruh kekuatan politik di DPRD
(fraksi) hubungan profesional, bukan
hubungan antara anggota koalisi (Jokowi
menolak usulan partai pendukung untuk
membentuk forum koalisi).
Lebih memfokuskan tindakan pada bagaimana
memperoleh dukungan masyarakat atas
kebijakan reform yang dilakukan.
Orang “Jokowi” di InternalOrang “Jokowi” di Internal
BirokrasiBirokrasiMr. X
◦ Hubungan Langsung
◦ Peran: mengamankan agenda reform (penataan
kawasan)
Mr Y
◦ Tidak ada hubungan, namun aktor bekerja
mendukung program reform Jokowi
(mengamankan project) karena ingin mendukung
perubahan.
Mr. Z
◦ Hubungan tidak langsung (melalui CSA)
◦ Peran: mendorong “percepatan kerja” birokrasi
guna mewujudkan agenda local reform Jokowi
Jokowi dan para pengusahaJokowi dan para pengusaha
Disegani para pengusaha mengingat latar-belakang
profesinya sebelum menjabat (pernah menjadi ketua
APINDO Kota Solo, Ketua APINDO Kota Solo saat
Jokowi menjabat sebagai walikota adalah teman
baiknya).
Memahami logika para pengusaha sehingga dapat
dengan mudah memperoleh dukungan dari para
pengusaha:
◦ merubah citra solo dari Kota Tidak Layak Investasi menjadi
Kota Layak Investasi memenuhi kebutuhan pengusaha.
◦ Kerjasama dengan sejumlah perusahaan dalam program KIA
(Kartu Identitas Anak).
◦ Pemasangan billboard
◦ Pengelolaan taman
Tidak menjadikan bantuan pendanaan pembangunan
dari pengusaha (logika pengusaha untung rugi, pelit):
bantuan dari pengusaha hanya sebagai pelengkap.
Hubungan langsung
namun non formal
(tidak ada ikatan)
dan tanpa konsesi
apapun
Relasi setara Alasan
kesedian
membangun
hubungan karena
faktor nilai
(kesamaan idealisme)
CSA (ES dan PG)
juga mempunyai
hubungan (kenal
baik) dengan
Wawali, namun tidak
ada hubungan spesial
terkait reform
Jokowi dengan CSAJokowi dengan CSA
PERAN CSA DALAM HUBUNGAN DENGANPERAN CSA DALAM HUBUNGAN DENGAN
ANTAR AKTOR (KEPALA DAERAHANTAR AKTOR (KEPALA DAERAH
CSA berperan sebagai mediator bagi kepala daerah
dalam berkomunikasi dengan CSO dan masyarakat
(PKL dan warga bantaran sungai bengawan solo):
◦ membantu kepala daerah memahami agenda reform
(menerjemahkan keinginan masyarakat dalam hal ini PKL
dan penduduk bantaran sungai Bengawan Solo).
◦ membantu memberi pemahaman yang lebih
komprehensif mengenai keterbatasan daya dukung
reform yang tersedia kepada masyarakat (menghilangkan
kecurigaan/menghilangkan resistensi/menciptakan
suasana kondusif untuk bekerjasama) dengan bahasa yang
lebih mudah dipahami dan pendekatan yang lebih dapat
diterima
 Dimungkinkan terjadi karena organisasi bentukan CSA (ES dengan
KOMPIP serta PG sebagai pendiri Konsorsium Solo) dan
CSAmemiliki pengaruh yang cukup kuat (aktifis senior, penasehat,
dll) terhadap CSO (contoh: ES dengan Konsorsium Solo). CSO
merupakan NGO pendamping masyarakat (PKL dan warga
bantaran sungai).
LANJUTANLANJUTAN
CSA menjadi “teman diskusi” bagi kepala
daerah dalam perumusan kebijakan dan atau
evaluasi berbagai kebijakan/program:
◦ Konsultasi: Konsep LARAP, bentuk kios,
pendekatan kepada masyarakat (pendekatan
kelompok, pendekatan komunitas, manajemen
terfokus), pendekatan kepada media massa,
kesediaan untuk membuka ruang publik,
mengembangkan partisipasi.
◦ penguat/peneguh kesimpulan atau sikap kepala
daerah atas isu
CSA menjadi “mata dan telinga” kepala
daerah dalam memahami kondisi lapangan
 menghimpun informasi dan data real kondisi
lapangan.
Hubungan antar CSAHubungan antar CSA
Terdapat kesamaan alasan kesediaan
membangun hubungan dengan kepala daerah,
yaitu karena menganggap kepala daerah
dapat diandalkan untuk mewujudkan agenda
local reform.
Tidak terjadi konflik antar CSA dalam
memperebutkan resources (anggaran
maupun pengaruh) karena tujuan CSA
membangun relasi dengan kepala daerah
tidak terkait dengan penguasaan resources.
Masing-masing CSA memiliki peran spesifik
dalam relasinya dengan kepala daerah
Jokowi dengan NGO (CSO)Jokowi dengan NGO (CSO)
Membangun hubungan tidak langsung dengan
NGO, yaitu melalui tokoh-tokoh utamanya
(CSA: PG dan ES) selain hubungan langsung.
Hubungan bukan dalam konteks penaklukan,
tapi kemitraan untuk mewujudkan tujuan
reform.
Bentuk hubungan:
◦ member
◦ member kritis (Konsorsium Solo),
◦ Challenger (PATTIRO).
◦ challenger koperatif (KOMPIP).
Hubungan antar NGOHubungan antar NGO
Konsorsium Solo sebagai forum NGO
Solo (rumah besar) lebih berfungsi sebagai
forum kordinasi dan tidak
Adanya independensi sikap anggota forum
NGO (memilih menjadi challenger atau
menjadi member) yang disebabkan karena
independensi dalam pendanaan kegiatan.
Tidak terjadi konflik terbuka karena
perbedaan sikap dan kebijakan meski
ditingkat internal NGO kritik atas sikap
institusi lain menjadi pembahasan.
PROPOSISI 4PROPOSISI 4
Relasi Kepala Daerah dengan Multi AktorRelasi Kepala Daerah dengan Multi Aktor
dalam Local Reform di Solodalam Local Reform di Solo
Relasi Kepala Daerah dengan Multi AktorRelasi Kepala Daerah dengan Multi Aktor
pada Kasus PKL (tahap awal)pada Kasus PKL (tahap awal)
Relasi Kepala Daerah dengan Multi AktorRelasi Kepala Daerah dengan Multi Aktor
pada Kasus PKL (tahap akhir)pada Kasus PKL (tahap akhir)
Relasi Kepala Daerah dengan Multi Aktor pada KasusRelasi Kepala Daerah dengan Multi Aktor pada Kasus
Resettlement (tahap awal)Resettlement (tahap awal)
Relasi Kepala Daerah dengan Multi Aktor pada KasusRelasi Kepala Daerah dengan Multi Aktor pada Kasus
Resettlement (tahap akhir)Resettlement (tahap akhir)
Model Hubungan Kepala Daerah dengan Multi Aktor: Kasus SoloModel Hubungan Kepala Daerah dengan Multi Aktor: Kasus Solo
Gambar 8.7 Model Hubungan antar Aktor dalam Local Reform
Terima KasihTerima Kasih

More Related Content

What's hot

01. Social Investment Indonesia_Social Investment Concept
01. Social Investment Indonesia_Social Investment Concept01. Social Investment Indonesia_Social Investment Concept
01. Social Investment Indonesia_Social Investment Concept
Fajar Kurniawan
 

What's hot (17)

Pemahaman terhadap Tata Kepemerintahan yang Baik (Good Governance)
Pemahaman terhadap Tata Kepemerintahan yang Baik (Good Governance)Pemahaman terhadap Tata Kepemerintahan yang Baik (Good Governance)
Pemahaman terhadap Tata Kepemerintahan yang Baik (Good Governance)
 
Sistem Perencanaan, Pengawasan, Penyusunan, dan Evaluasi Pembangunan Daerah
Sistem Perencanaan, Pengawasan, Penyusunan, dan Evaluasi Pembangunan DaerahSistem Perencanaan, Pengawasan, Penyusunan, dan Evaluasi Pembangunan Daerah
Sistem Perencanaan, Pengawasan, Penyusunan, dan Evaluasi Pembangunan Daerah
 
Pengembangan ekonomi lokal untuk meningkatkan daya saing daerah di era revol...
Pengembangan ekonomi lokal untuk meningkatkan daya saing  daerah di era revol...Pengembangan ekonomi lokal untuk meningkatkan daya saing  daerah di era revol...
Pengembangan ekonomi lokal untuk meningkatkan daya saing daerah di era revol...
 
Hasil Changemakers Innovation Lab ICS 2015
Hasil Changemakers Innovation Lab ICS 2015Hasil Changemakers Innovation Lab ICS 2015
Hasil Changemakers Innovation Lab ICS 2015
 
Isu isu strategis Administrasi Publik pada Diklatpim IV - Medan Sumatera Utara
Isu isu strategis Administrasi Publik pada Diklatpim IV - Medan Sumatera UtaraIsu isu strategis Administrasi Publik pada Diklatpim IV - Medan Sumatera Utara
Isu isu strategis Administrasi Publik pada Diklatpim IV - Medan Sumatera Utara
 
1 konstruksi model
1 konstruksi model1 konstruksi model
1 konstruksi model
 
Penyusunan Indikator Kinerja Pembangunan Daerah
Penyusunan Indikator Kinerja Pembangunan DaerahPenyusunan Indikator Kinerja Pembangunan Daerah
Penyusunan Indikator Kinerja Pembangunan Daerah
 
Penguatan Partisipasi Masyarakat Adat Dalam Penyelenggaraan Otonomi Daerah di...
Penguatan Partisipasi Masyarakat Adat Dalam Penyelenggaraan Otonomi Daerah di...Penguatan Partisipasi Masyarakat Adat Dalam Penyelenggaraan Otonomi Daerah di...
Penguatan Partisipasi Masyarakat Adat Dalam Penyelenggaraan Otonomi Daerah di...
 
Kebijakan Publik - Bagian I Teori
Kebijakan Publik - Bagian I TeoriKebijakan Publik - Bagian I Teori
Kebijakan Publik - Bagian I Teori
 
Inovasi sektor publik dan globalisasi
Inovasi sektor publik dan globalisasiInovasi sektor publik dan globalisasi
Inovasi sektor publik dan globalisasi
 
Model Pemberdayaan Masyarakat dalam Pengembangan Ekonomi Lokal
Model Pemberdayaan Masyarakat dalam Pengembangan Ekonomi LokalModel Pemberdayaan Masyarakat dalam Pengembangan Ekonomi Lokal
Model Pemberdayaan Masyarakat dalam Pengembangan Ekonomi Lokal
 
Indikator Governance dan Penerapannya dalam Mewujudkan Demokratisasi di Indon...
Indikator Governance dan Penerapannya dalam Mewujudkan Demokratisasi di Indon...Indikator Governance dan Penerapannya dalam Mewujudkan Demokratisasi di Indon...
Indikator Governance dan Penerapannya dalam Mewujudkan Demokratisasi di Indon...
 
Teori dan Indikator Pembangunan
Teori dan Indikator Pembangunan Teori dan Indikator Pembangunan
Teori dan Indikator Pembangunan
 
Ekdes 6
Ekdes 6Ekdes 6
Ekdes 6
 
Sistem Perencanaan, Pengawasan, Penyusunan dan Evaluasi Pembangunan Daerah
Sistem Perencanaan, Pengawasan, Penyusunan dan Evaluasi Pembangunan Daerah Sistem Perencanaan, Pengawasan, Penyusunan dan Evaluasi Pembangunan Daerah
Sistem Perencanaan, Pengawasan, Penyusunan dan Evaluasi Pembangunan Daerah
 
Pengalaman Forum Pengembangan Ekonomi Lokal di Nusa Tenggara Barat
Pengalaman Forum Pengembangan Ekonomi Lokal di Nusa Tenggara BaratPengalaman Forum Pengembangan Ekonomi Lokal di Nusa Tenggara Barat
Pengalaman Forum Pengembangan Ekonomi Lokal di Nusa Tenggara Barat
 
01. Social Investment Indonesia_Social Investment Concept
01. Social Investment Indonesia_Social Investment Concept01. Social Investment Indonesia_Social Investment Concept
01. Social Investment Indonesia_Social Investment Concept
 

Similar to MANAJEMEN PENGELOLAAN KEKUASAAN DI DAERAH DALAM MEMPRODUKSI KEBIJAKAN INKLUSIF

3067-Article Text-12462-1-10-20230104.pdf
3067-Article Text-12462-1-10-20230104.pdf3067-Article Text-12462-1-10-20230104.pdf
3067-Article Text-12462-1-10-20230104.pdf
Putrajab
 
Artikel astri reinventing government
Artikel astri reinventing governmentArtikel astri reinventing government
Artikel astri reinventing government
Astri Yulia
 
Pengembangan ekonomi lokal berbasis blue economy revisi
Pengembangan ekonomi lokal berbasis blue economy revisiPengembangan ekonomi lokal berbasis blue economy revisi
Pengembangan ekonomi lokal berbasis blue economy revisi
Sugeng Budiharsono
 
ANALISIS KINERJA BADAN USAHA MILIK DESA (BUMDes) DAN IMPLIKASINYA BAGI KEMAND...
ANALISIS KINERJA BADAN USAHA MILIK DESA (BUMDes) DAN IMPLIKASINYA BAGI KEMAND...ANALISIS KINERJA BADAN USAHA MILIK DESA (BUMDes) DAN IMPLIKASINYA BAGI KEMAND...
ANALISIS KINERJA BADAN USAHA MILIK DESA (BUMDes) DAN IMPLIKASINYA BAGI KEMAND...
Adijaya Group
 
Pemberdayaan masyarakat
Pemberdayaan masyarakatPemberdayaan masyarakat
Pemberdayaan masyarakat
samiaji
 
Buku reformasi dalam praktik
Buku reformasi dalam praktikBuku reformasi dalam praktik
Buku reformasi dalam praktik
Mohammad Subhan
 
Reformasi birokrasi dalam praktik
Reformasi birokrasi dalam praktikReformasi birokrasi dalam praktik
Reformasi birokrasi dalam praktik
Dr. Zar Rdj
 

Similar to MANAJEMEN PENGELOLAAN KEKUASAAN DI DAERAH DALAM MEMPRODUKSI KEBIJAKAN INKLUSIF (20)

Membangun Sistem Monitoring dan Evaluasi di Lingkungan Sekretariat Daerah
Membangun Sistem Monitoring dan Evaluasi di Lingkungan Sekretariat DaerahMembangun Sistem Monitoring dan Evaluasi di Lingkungan Sekretariat Daerah
Membangun Sistem Monitoring dan Evaluasi di Lingkungan Sekretariat Daerah
 
Sistem Monitoring dan Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah
Sistem Monitoring dan Evaluasi Kinerja Pembangunan DaerahSistem Monitoring dan Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah
Sistem Monitoring dan Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah
 
Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah
Evaluasi Kinerja Pembangunan DaerahEvaluasi Kinerja Pembangunan Daerah
Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah
 
3067-Article Text-12462-1-10-20230104.pdf
3067-Article Text-12462-1-10-20230104.pdf3067-Article Text-12462-1-10-20230104.pdf
3067-Article Text-12462-1-10-20230104.pdf
 
Artikel astri reinventing government
Artikel astri reinventing governmentArtikel astri reinventing government
Artikel astri reinventing government
 
Peningkatan Kapasitas dan Fungsi Legislasi Anggota DPRD
Peningkatan Kapasitas dan Fungsi Legislasi Anggota DPRDPeningkatan Kapasitas dan Fungsi Legislasi Anggota DPRD
Peningkatan Kapasitas dan Fungsi Legislasi Anggota DPRD
 
Proses Pembangunan Daerah: Dari Perencanaan sampai Monitoring dan Evaluasi
Proses Pembangunan Daerah: Dari Perencanaan sampai Monitoring dan EvaluasiProses Pembangunan Daerah: Dari Perencanaan sampai Monitoring dan Evaluasi
Proses Pembangunan Daerah: Dari Perencanaan sampai Monitoring dan Evaluasi
 
Kapital sosial dan kemiskinan
Kapital sosial dan kemiskinanKapital sosial dan kemiskinan
Kapital sosial dan kemiskinan
 
Pengembangan ekonomi lokal berbasis blue economy revisi
Pengembangan ekonomi lokal berbasis blue economy revisiPengembangan ekonomi lokal berbasis blue economy revisi
Pengembangan ekonomi lokal berbasis blue economy revisi
 
Peningkatan Kapasitas dan Fungsi Legislasi Anggota DPRD
Peningkatan Kapasitas dan Fungsi Legislasi Anggota DPRDPeningkatan Kapasitas dan Fungsi Legislasi Anggota DPRD
Peningkatan Kapasitas dan Fungsi Legislasi Anggota DPRD
 
Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Panjang dan Menengah Daerah
Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Panjang dan Menengah DaerahPenyusunan Rencana Pembangunan Jangka Panjang dan Menengah Daerah
Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Panjang dan Menengah Daerah
 
Strategi Akselerasi Pembangunan Daerah dan Pencapaian Visi-Misi melalui Kebij...
Strategi Akselerasi Pembangunan Daerah dan Pencapaian Visi-Misi melalui Kebij...Strategi Akselerasi Pembangunan Daerah dan Pencapaian Visi-Misi melalui Kebij...
Strategi Akselerasi Pembangunan Daerah dan Pencapaian Visi-Misi melalui Kebij...
 
ANALISIS KINERJA BADAN USAHA MILIK DESA (BUMDes) DAN IMPLIKASINYA BAGI KEMAND...
ANALISIS KINERJA BADAN USAHA MILIK DESA (BUMDes) DAN IMPLIKASINYA BAGI KEMAND...ANALISIS KINERJA BADAN USAHA MILIK DESA (BUMDes) DAN IMPLIKASINYA BAGI KEMAND...
ANALISIS KINERJA BADAN USAHA MILIK DESA (BUMDes) DAN IMPLIKASINYA BAGI KEMAND...
 
Pemberdayaan masyarakat
Pemberdayaan masyarakatPemberdayaan masyarakat
Pemberdayaan masyarakat
 
Isu dan Masalah Perencanaan Pembangunan Daerah
Isu dan Masalah Perencanaan Pembangunan DaerahIsu dan Masalah Perencanaan Pembangunan Daerah
Isu dan Masalah Perencanaan Pembangunan Daerah
 
Penyusunan Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah
Penyusunan Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan DaerahPenyusunan Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah
Penyusunan Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah
 
Buku reformasi dalam praktik
Buku reformasi dalam praktikBuku reformasi dalam praktik
Buku reformasi dalam praktik
 
Reformasi birokrasi dalam praktik
Reformasi birokrasi dalam praktikReformasi birokrasi dalam praktik
Reformasi birokrasi dalam praktik
 
Penyusunan Indikator Kinerja Pembangunan Daerah
Penyusunan Indikator Kinerja Pembangunan DaerahPenyusunan Indikator Kinerja Pembangunan Daerah
Penyusunan Indikator Kinerja Pembangunan Daerah
 
Wisber inovasi pengembangan kapasitas sdm
Wisber inovasi pengembangan kapasitas sdmWisber inovasi pengembangan kapasitas sdm
Wisber inovasi pengembangan kapasitas sdm
 

Recently uploaded

Contoh laporan K3 perusahaan pada tahun 2023 dgn analisis beban kerja
Contoh laporan K3 perusahaan pada tahun 2023 dgn analisis beban kerjaContoh laporan K3 perusahaan pada tahun 2023 dgn analisis beban kerja
Contoh laporan K3 perusahaan pada tahun 2023 dgn analisis beban kerja
IniiiHeru
 
15_Contoh_Surat_Lamaran_Kerja_Lengkap_de.pdf
15_Contoh_Surat_Lamaran_Kerja_Lengkap_de.pdf15_Contoh_Surat_Lamaran_Kerja_Lengkap_de.pdf
15_Contoh_Surat_Lamaran_Kerja_Lengkap_de.pdf
TaufikTito
 
Keracunan bahan kimia,ektasi,opiat,makanan.ppt
Keracunan bahan kimia,ektasi,opiat,makanan.pptKeracunan bahan kimia,ektasi,opiat,makanan.ppt
Keracunan bahan kimia,ektasi,opiat,makanan.ppt
DIGGIVIO2
 
KISI-KISI USEK PJOK TA 2023-2024 anans ajaja jaja hdsh
KISI-KISI USEK PJOK TA 2023-2024 anans ajaja jaja hdshKISI-KISI USEK PJOK TA 2023-2024 anans ajaja jaja hdsh
KISI-KISI USEK PJOK TA 2023-2024 anans ajaja jaja hdsh
DosenBernard
 
Telaah Kurikulum dan Buku Teks Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Sekolah Dasar ...
Telaah Kurikulum dan Buku Teks Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Sekolah Dasar ...Telaah Kurikulum dan Buku Teks Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Sekolah Dasar ...
Telaah Kurikulum dan Buku Teks Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Sekolah Dasar ...
buktifisikskp23
 
KELOMPOK 6- DINAMIKA DAN TANTANGAN PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI.pdf
KELOMPOK 6- DINAMIKA DAN TANTANGAN PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI.pdfKELOMPOK 6- DINAMIKA DAN TANTANGAN PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI.pdf
KELOMPOK 6- DINAMIKA DAN TANTANGAN PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI.pdf
InnesKana26
 
Jual Obat Aborsi Tasikmalaya ( Asli Ampuh No.1 ) 082223109953 Tempat Klinik J...
Jual Obat Aborsi Tasikmalaya ( Asli Ampuh No.1 ) 082223109953 Tempat Klinik J...Jual Obat Aborsi Tasikmalaya ( Asli Ampuh No.1 ) 082223109953 Tempat Klinik J...
Jual Obat Aborsi Tasikmalaya ( Asli Ampuh No.1 ) 082223109953 Tempat Klinik J...
Jual Obat Aborsi Tasikmalaya ( Asli Ampuh No.1 ) 082223109953
 
4. PENGELOLAAN ALAT MEDIS BEKAS PAKAIhbnbbv PPI DASAR (1).pdf
4. PENGELOLAAN ALAT MEDIS BEKAS PAKAIhbnbbv PPI DASAR (1).pdf4. PENGELOLAAN ALAT MEDIS BEKAS PAKAIhbnbbv PPI DASAR (1).pdf
4. PENGELOLAAN ALAT MEDIS BEKAS PAKAIhbnbbv PPI DASAR (1).pdf
sonyaawitan
 

Recently uploaded (20)

contoh judul tesis untuk mahasiswa pascasarjana
contoh judul tesis untuk mahasiswa pascasarjanacontoh judul tesis untuk mahasiswa pascasarjana
contoh judul tesis untuk mahasiswa pascasarjana
 
Bimbingan Teknis Penyusunan Soal Pilihan Berganda 2024.pptx
Bimbingan Teknis Penyusunan Soal Pilihan Berganda  2024.pptxBimbingan Teknis Penyusunan Soal Pilihan Berganda  2024.pptx
Bimbingan Teknis Penyusunan Soal Pilihan Berganda 2024.pptx
 
Materi Pajak Untuk BOS tahun 2024 untuk madrasah MI,MTS, dan MA
Materi Pajak Untuk BOS tahun 2024 untuk madrasah MI,MTS, dan MAMateri Pajak Untuk BOS tahun 2024 untuk madrasah MI,MTS, dan MA
Materi Pajak Untuk BOS tahun 2024 untuk madrasah MI,MTS, dan MA
 
PPT Kelompok 2 tantangan Manajemen Inovasi.pptx
PPT Kelompok 2 tantangan Manajemen Inovasi.pptxPPT Kelompok 2 tantangan Manajemen Inovasi.pptx
PPT Kelompok 2 tantangan Manajemen Inovasi.pptx
 
Contoh laporan K3 perusahaan pada tahun 2023 dgn analisis beban kerja
Contoh laporan K3 perusahaan pada tahun 2023 dgn analisis beban kerjaContoh laporan K3 perusahaan pada tahun 2023 dgn analisis beban kerja
Contoh laporan K3 perusahaan pada tahun 2023 dgn analisis beban kerja
 
PEMANTAUAN HEMODINAMIK.dalam keperawatan pptx
PEMANTAUAN HEMODINAMIK.dalam keperawatan pptxPEMANTAUAN HEMODINAMIK.dalam keperawatan pptx
PEMANTAUAN HEMODINAMIK.dalam keperawatan pptx
 
15_Contoh_Surat_Lamaran_Kerja_Lengkap_de.pdf
15_Contoh_Surat_Lamaran_Kerja_Lengkap_de.pdf15_Contoh_Surat_Lamaran_Kerja_Lengkap_de.pdf
15_Contoh_Surat_Lamaran_Kerja_Lengkap_de.pdf
 
materi konsep dan Model TRIASE Bencana.pptx
materi konsep dan Model TRIASE Bencana.pptxmateri konsep dan Model TRIASE Bencana.pptx
materi konsep dan Model TRIASE Bencana.pptx
 
Menganalisis T Test dengan menggunakan SPSS
Menganalisis T Test dengan menggunakan SPSSMenganalisis T Test dengan menggunakan SPSS
Menganalisis T Test dengan menggunakan SPSS
 
Alur Pengajuan Surat Keterangan Pindah (Individu) lewat IKD.pdf
Alur Pengajuan Surat Keterangan Pindah (Individu) lewat IKD.pdfAlur Pengajuan Surat Keterangan Pindah (Individu) lewat IKD.pdf
Alur Pengajuan Surat Keterangan Pindah (Individu) lewat IKD.pdf
 
Keracunan bahan kimia,ektasi,opiat,makanan.ppt
Keracunan bahan kimia,ektasi,opiat,makanan.pptKeracunan bahan kimia,ektasi,opiat,makanan.ppt
Keracunan bahan kimia,ektasi,opiat,makanan.ppt
 
PPT PROFESI KEPENDIDIKAN kelompok 7.pptx
PPT PROFESI KEPENDIDIKAN kelompok 7.pptxPPT PROFESI KEPENDIDIKAN kelompok 7.pptx
PPT PROFESI KEPENDIDIKAN kelompok 7.pptx
 
KISI-KISI USEK PJOK TA 2023-2024 anans ajaja jaja hdsh
KISI-KISI USEK PJOK TA 2023-2024 anans ajaja jaja hdshKISI-KISI USEK PJOK TA 2023-2024 anans ajaja jaja hdsh
KISI-KISI USEK PJOK TA 2023-2024 anans ajaja jaja hdsh
 
Telaah Kurikulum dan Buku Teks Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Sekolah Dasar ...
Telaah Kurikulum dan Buku Teks Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Sekolah Dasar ...Telaah Kurikulum dan Buku Teks Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Sekolah Dasar ...
Telaah Kurikulum dan Buku Teks Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Sekolah Dasar ...
 
384986085-Bahaya-Narkoba-Bagi-Kesehatan-Jiwa-Remaja.ppt
384986085-Bahaya-Narkoba-Bagi-Kesehatan-Jiwa-Remaja.ppt384986085-Bahaya-Narkoba-Bagi-Kesehatan-Jiwa-Remaja.ppt
384986085-Bahaya-Narkoba-Bagi-Kesehatan-Jiwa-Remaja.ppt
 
KELOMPOK 6- DINAMIKA DAN TANTANGAN PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI.pdf
KELOMPOK 6- DINAMIKA DAN TANTANGAN PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI.pdfKELOMPOK 6- DINAMIKA DAN TANTANGAN PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI.pdf
KELOMPOK 6- DINAMIKA DAN TANTANGAN PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI.pdf
 
Jual Obat Aborsi Tasikmalaya ( Asli Ampuh No.1 ) 082223109953 Tempat Klinik J...
Jual Obat Aborsi Tasikmalaya ( Asli Ampuh No.1 ) 082223109953 Tempat Klinik J...Jual Obat Aborsi Tasikmalaya ( Asli Ampuh No.1 ) 082223109953 Tempat Klinik J...
Jual Obat Aborsi Tasikmalaya ( Asli Ampuh No.1 ) 082223109953 Tempat Klinik J...
 
4. PENGELOLAAN ALAT MEDIS BEKAS PAKAIhbnbbv PPI DASAR (1).pdf
4. PENGELOLAAN ALAT MEDIS BEKAS PAKAIhbnbbv PPI DASAR (1).pdf4. PENGELOLAAN ALAT MEDIS BEKAS PAKAIhbnbbv PPI DASAR (1).pdf
4. PENGELOLAAN ALAT MEDIS BEKAS PAKAIhbnbbv PPI DASAR (1).pdf
 
Digital Onboarding (Bisnis Digital) Fase F
Digital Onboarding (Bisnis Digital) Fase FDigital Onboarding (Bisnis Digital) Fase F
Digital Onboarding (Bisnis Digital) Fase F
 
PPT SEMINAR PROPOSAL KLASIFIKASI CNN.pptx
PPT SEMINAR PROPOSAL KLASIFIKASI CNN.pptxPPT SEMINAR PROPOSAL KLASIFIKASI CNN.pptx
PPT SEMINAR PROPOSAL KLASIFIKASI CNN.pptx
 

MANAJEMEN PENGELOLAAN KEKUASAAN DI DAERAH DALAM MEMPRODUKSI KEBIJAKAN INKLUSIF

  • 1. MANAJEMEN PENGELOLAANMANAJEMEN PENGELOLAAN KEKUASAAN DI DAERAH DALAMKEKUASAAN DI DAERAH DALAM MEMPRODUKSI KEBIJAKAN INKLUSIF:MEMPRODUKSI KEBIJAKAN INKLUSIF: Studi Kasus Local Reform di Solo Pada Era Joko Widodo (2005-2012) By Dr. Wahidah R Bulan Universitas Pembanguan Nasional (UPN) JAKARTA
  • 2.
  • 5.
  • 6. TEORI STRUKTURASI (Giddens, 1984):TEORI STRUKTURASI (Giddens, 1984): Model Stratifikasi Agen, Giddens (1984)
  • 8. Apa itu STRUKTUR?Apa itu STRUKTUR?
  • 9. TINDAKAN AGEN MEMPENGARUHI STRUKTURTINDAKAN AGEN MEMPENGARUHI STRUKTUR (RULES & RESOURCES)(RULES & RESOURCES)GIDDENS, 1984GIDDENS, 1984
  • 10.
  • 11. Tilly (1978): the Polity ModelTilly (1978): the Polity Model  Menggambarkan interaksi antar grup dengan sebuah group collective action, yang terdiri dari komponen-komponen berikut: populasi, a government, satu atau lebih contender dimana di dalamnya terdapat member atau pendukung dan challenger atau oposan. Polity (merupakan collective action yang terjadi antara member dengan government), dan satu atau lebih koalisi.  Dinamika hubungan antar aktor di dalam the polity model terjadi karena upaya member dan challlenger memperebutkan posisi dalam polity, yaitu untuk melakukan kontrol atas resources. Tujuan akhirnya tidak lain agar dapat meningkatkan kepemilikannya atas resources. Dengan menggunakan sumber daya yang dimiliki, challenger senantiasa mencari cara agar dapat “merangsek” masuk ke dalam polity, sementara member mencoba melakukan sejumlah cara agar posisinya dalam polity tetap aman. Hal itu dengan tujuan agar kontrol yang dimilikinya atas resources tetap dapat dipertahankan. Dengan terjadinya kontestasi antara challenger dengan member dalam memperebutkan sumber daya, sangat dimungkinkan terjadinya perubahan posisi antara member dengan challenger. Mereka yang pada awalnya menjadi pihak oposan/pihak yang berseberangan dengan government dapat berubah menjadi member dan demikia pula sebaliknya. Member dapat terlempar dari posisinya dan menjadi challenger. Atau kalaupun tidak otomatis terlempar keluar dari polity, hubungan tersebut dapat “merenggang” atau “menjauh” (misal dari ring satu menjadi ring dua, dst).
  • 12. DINAMIKA RELASI ANTAR AKTOR (Tilly, 1978)DINAMIKA RELASI ANTAR AKTOR (Tilly, 1978)
  • 15. Faktor-faktor yang mempengaruhiFaktor-faktor yang mempengaruhi Keberanian Inisiatif Inovasi Keberpihakan I N K L U S I S O S I A LEMPATI EGALITER PROFESIONAL NON FORMAL
  • 18. TINDAKAN REFORM JOKOWITINDAKAN REFORM JOKOWI  Enabling: keberanian (inovasi) dalam kebijakan penganggaran dan keberpihakan kepada kelompok miskin (inklusif populis atau pro poor) ◦ Penggunaan APBD sebagai sumber pendanaan utama reform, diantaranya untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat miskin (PKMS, BPMKS, Penataan dan Pemberdayaan PKL: relokasi, gerobakisasi, tendaisasi, zonasi, Resetlemen penduduk ilegal di bantaran Sungai Bengawan Solo efisiensi anggaran, maksimalisasi penyerapan anggaran (rata-rata di atas 90%), belanja langsung lebih dari 40%. ◦ Menggalang dana dari swasta, pusat, dan lembaga bantuan internasional Pelibatan swasta dalam pembiayaan program reform (non profit) seperti diskon pembelian kebutuhan anak usia 0-18 tahun seperti seragam, buku, makanan, pakaian (KIA), yang terlaksana berkat kerjasama dengan 31 pengusaha (dana CSR) sejak tahun 2010. ◦ Universal coverage yang berkeadilan (pemberian subsidi pendanaan kesehatan untuk seluruh masyarakat Solo secara proporsional): pemberian subsidi berbasiskan pemenuhan hak warga ◦ Bukan hanya peningkatan ketrampilan (capacity building) akan tetapi juga berupa upaya peningkatan status kelompok miskin; dari pedagang ilegal menjadi legal (PKL), dari pemukim dilahan ilegal menjadi pemilik (pemukim liar dibantaran sungai Bengawan Solo), pemberian fasilitas secara cuma-cuma (kios, rumah) kepada masyarakat miskin (kebijakan inklusif).
  • 19. TINDAKAN REFORM JOKOWITINDAKAN REFORM JOKOWI Constraining: keberanian untuk melakukan tafsir atas regulasi (mencari lob hole, tidak menjadikan regulasi sebagai pembatas tindakan). ◦ Mendahulukan penyelesaian masalah dari penyusunan peraturan dengan cara menggunakan SK Walikota sebagai payung hukum pelaksanaan sejumlah kebijakan reform (tahap awal), Tujuan agar program dapat segera dilaksanakan. ◦ Mengemudiankan penegakan hukum dan mendahulukan pemenuhan kewajiban. ◦ Konsistensi kebijakan: untuk mendukung tumbuh dan berkembangnya usaha rakyat (UMKMK) selain melakukan penataan PKL juga ditopang dengan kebijakan revitalisasi 38 pasar tradisional, dari 41 pasar tradisional yang ada, pembatasan jumlah mall dan super-market (skala mega, midi, mini), peningkatan skill pedagang kecil, dll.
  • 20.
  • 21. Faktor-faktor yang mempengaruhiFaktor-faktor yang mempengaruhi Keberhasilan Tindakan Reform JokowiKeberhasilan Tindakan Reform Jokowi Keberpihakan yang kuat kepada kepentingan kelompok miskin (sikap inklusif populis agen) kharisma personal  dukungan multi aktor Optimalisasi official power dan penggunaan soft power (personal approach, cultural approach, keteladanan, dll) oleh agen dalam melakukan tindakan reform. Karakter personal agen (keberanian): kebijakan penganggaran, terobosan hukum (political inovation) dalam melakukan tindakan reform.  pengalihan dana hibah banjir, sayembara, dll. Kompetensi agen : gagasan inovatif Kesediaan berbagi kekuasaan.
  • 22. Jokowi dan RudyJokowi dan Rudy Terdapat pembagian tugas yang jelas diantara keduanya (Rudy pembinaan dan pengawasan birokrasi, Jokowi lebih kepada inovasi program reform). “Kepahaman” masing-masing pihak akan “keberadaan” (kelebihan dan keterbatasan) pihak lain: Rudy pada aspek penguasaan politik (basis massa PDIP dan DPRD), Jokowi pada inisiatif reform dan pendekatan kerakyatan. Konflik terbuka tidak terjadi, meski terdapat perbedaan sikap dalam beberapa aspek: ◦ penempatan personal dibirokrasi: orang-orang Wawali di OPD dan Kelurahan, ◦ project pemkot, ◦ perbedaan cara pendekatan, dll).
  • 23. Jokowi dan BirokrasiJokowi dan Birokrasi Tidak ingin terlibat dalam pekerjaan yang dapat menyita energinya untuk mengupayakan reform (fokus dan penetapan prioritas).  menyerahkan urusan penanganan birokrasi diserahkan kepada Wakil Walikotakontrak politik tak tertulis bahwa urusan birokrasi menjadi kewenangan Rudy (politisasi birokrasi). Tidak “menunggu” tetapi “memaksa” berlari:  menjadi contoh: dalam berkomunikasi dengan masyarakat, spirit melayani, bebas KKN.  memimpin langsung upaya perubahan.  menciptakan alternatif untuk mengatasi “kelembaman birokrasi”  Menggunakan pendekatan non formal mengisi kekurangan pendekatan formal: diantaranya dengan menempatkan personal tertentu (Mr X, Y, Z, dan Sekda) untuk mengamankan agenda dan mendorong percepatan reform.
  • 24. Jokowi dengan DPRDJokowi dengan DPRD Peran utama membangun hubungan dengan DPRD dimainkan oleh Rudy (PDIP) Sikap kritis (penolakan anggaran) datang bukan hanya dari partai diluar PDIP tapi juga dari PDIP Mengambil inisiatif membangun hubungan dengan seluruh kekuatan politik di DPRD (fraksi) hubungan profesional, bukan hubungan antara anggota koalisi (Jokowi menolak usulan partai pendukung untuk membentuk forum koalisi). Lebih memfokuskan tindakan pada bagaimana memperoleh dukungan masyarakat atas kebijakan reform yang dilakukan.
  • 25. Orang “Jokowi” di InternalOrang “Jokowi” di Internal BirokrasiBirokrasiMr. X ◦ Hubungan Langsung ◦ Peran: mengamankan agenda reform (penataan kawasan) Mr Y ◦ Tidak ada hubungan, namun aktor bekerja mendukung program reform Jokowi (mengamankan project) karena ingin mendukung perubahan. Mr. Z ◦ Hubungan tidak langsung (melalui CSA) ◦ Peran: mendorong “percepatan kerja” birokrasi guna mewujudkan agenda local reform Jokowi
  • 26. Jokowi dan para pengusahaJokowi dan para pengusaha Disegani para pengusaha mengingat latar-belakang profesinya sebelum menjabat (pernah menjadi ketua APINDO Kota Solo, Ketua APINDO Kota Solo saat Jokowi menjabat sebagai walikota adalah teman baiknya). Memahami logika para pengusaha sehingga dapat dengan mudah memperoleh dukungan dari para pengusaha: ◦ merubah citra solo dari Kota Tidak Layak Investasi menjadi Kota Layak Investasi memenuhi kebutuhan pengusaha. ◦ Kerjasama dengan sejumlah perusahaan dalam program KIA (Kartu Identitas Anak). ◦ Pemasangan billboard ◦ Pengelolaan taman Tidak menjadikan bantuan pendanaan pembangunan dari pengusaha (logika pengusaha untung rugi, pelit): bantuan dari pengusaha hanya sebagai pelengkap.
  • 27. Hubungan langsung namun non formal (tidak ada ikatan) dan tanpa konsesi apapun Relasi setara Alasan kesedian membangun hubungan karena faktor nilai (kesamaan idealisme) CSA (ES dan PG) juga mempunyai hubungan (kenal baik) dengan Wawali, namun tidak ada hubungan spesial terkait reform Jokowi dengan CSAJokowi dengan CSA
  • 28. PERAN CSA DALAM HUBUNGAN DENGANPERAN CSA DALAM HUBUNGAN DENGAN ANTAR AKTOR (KEPALA DAERAHANTAR AKTOR (KEPALA DAERAH CSA berperan sebagai mediator bagi kepala daerah dalam berkomunikasi dengan CSO dan masyarakat (PKL dan warga bantaran sungai bengawan solo): ◦ membantu kepala daerah memahami agenda reform (menerjemahkan keinginan masyarakat dalam hal ini PKL dan penduduk bantaran sungai Bengawan Solo). ◦ membantu memberi pemahaman yang lebih komprehensif mengenai keterbatasan daya dukung reform yang tersedia kepada masyarakat (menghilangkan kecurigaan/menghilangkan resistensi/menciptakan suasana kondusif untuk bekerjasama) dengan bahasa yang lebih mudah dipahami dan pendekatan yang lebih dapat diterima  Dimungkinkan terjadi karena organisasi bentukan CSA (ES dengan KOMPIP serta PG sebagai pendiri Konsorsium Solo) dan CSAmemiliki pengaruh yang cukup kuat (aktifis senior, penasehat, dll) terhadap CSO (contoh: ES dengan Konsorsium Solo). CSO merupakan NGO pendamping masyarakat (PKL dan warga bantaran sungai).
  • 29. LANJUTANLANJUTAN CSA menjadi “teman diskusi” bagi kepala daerah dalam perumusan kebijakan dan atau evaluasi berbagai kebijakan/program: ◦ Konsultasi: Konsep LARAP, bentuk kios, pendekatan kepada masyarakat (pendekatan kelompok, pendekatan komunitas, manajemen terfokus), pendekatan kepada media massa, kesediaan untuk membuka ruang publik, mengembangkan partisipasi. ◦ penguat/peneguh kesimpulan atau sikap kepala daerah atas isu CSA menjadi “mata dan telinga” kepala daerah dalam memahami kondisi lapangan  menghimpun informasi dan data real kondisi lapangan.
  • 30. Hubungan antar CSAHubungan antar CSA Terdapat kesamaan alasan kesediaan membangun hubungan dengan kepala daerah, yaitu karena menganggap kepala daerah dapat diandalkan untuk mewujudkan agenda local reform. Tidak terjadi konflik antar CSA dalam memperebutkan resources (anggaran maupun pengaruh) karena tujuan CSA membangun relasi dengan kepala daerah tidak terkait dengan penguasaan resources. Masing-masing CSA memiliki peran spesifik dalam relasinya dengan kepala daerah
  • 31. Jokowi dengan NGO (CSO)Jokowi dengan NGO (CSO) Membangun hubungan tidak langsung dengan NGO, yaitu melalui tokoh-tokoh utamanya (CSA: PG dan ES) selain hubungan langsung. Hubungan bukan dalam konteks penaklukan, tapi kemitraan untuk mewujudkan tujuan reform. Bentuk hubungan: ◦ member ◦ member kritis (Konsorsium Solo), ◦ Challenger (PATTIRO). ◦ challenger koperatif (KOMPIP).
  • 32. Hubungan antar NGOHubungan antar NGO Konsorsium Solo sebagai forum NGO Solo (rumah besar) lebih berfungsi sebagai forum kordinasi dan tidak Adanya independensi sikap anggota forum NGO (memilih menjadi challenger atau menjadi member) yang disebabkan karena independensi dalam pendanaan kegiatan. Tidak terjadi konflik terbuka karena perbedaan sikap dan kebijakan meski ditingkat internal NGO kritik atas sikap institusi lain menjadi pembahasan.
  • 34. Relasi Kepala Daerah dengan Multi AktorRelasi Kepala Daerah dengan Multi Aktor dalam Local Reform di Solodalam Local Reform di Solo
  • 35. Relasi Kepala Daerah dengan Multi AktorRelasi Kepala Daerah dengan Multi Aktor pada Kasus PKL (tahap awal)pada Kasus PKL (tahap awal)
  • 36. Relasi Kepala Daerah dengan Multi AktorRelasi Kepala Daerah dengan Multi Aktor pada Kasus PKL (tahap akhir)pada Kasus PKL (tahap akhir)
  • 37. Relasi Kepala Daerah dengan Multi Aktor pada KasusRelasi Kepala Daerah dengan Multi Aktor pada Kasus Resettlement (tahap awal)Resettlement (tahap awal)
  • 38. Relasi Kepala Daerah dengan Multi Aktor pada KasusRelasi Kepala Daerah dengan Multi Aktor pada Kasus Resettlement (tahap akhir)Resettlement (tahap akhir)
  • 39. Model Hubungan Kepala Daerah dengan Multi Aktor: Kasus SoloModel Hubungan Kepala Daerah dengan Multi Aktor: Kasus Solo Gambar 8.7 Model Hubungan antar Aktor dalam Local Reform