SlideShare a Scribd company logo
PENYUNTIKAN YANG AMAN
1
Bab 4 Penyuntikan yang Aman
Direktorat Surveilans dan Karantina Kesehatan
Ditjen P2P
Kemenkes RI
PENYUNTIKAN YANG AMAN
TUJUAN:
PESERTA MAMPU MELAKSANAKAN BERBAGAI
PRINSIP PENYUNTIKAN YANG AMAN
2
Bab 4 Penyuntikan yang Aman
TUJUAN KHUSUS
Pada akhir sesi, peserta diharapkan memahami
dan mampu :
– Mengetahui jenis dan fungsi ADS
– Mengetahui penggunaan ADS
–Melaksanakan teknik penyuntikan yang
aman.
–Mencegah luka tusukan jarum dan infeksi
– Mengelola limbah imunisasi dengan aman
Bab 4 Penyuntikan yang Aman 3
Penyuntikan yg aman :
Penyuntikan yg tidak merugikan si
penerima, petugas kesehatan & masyarakat
& lingkungan.
Penyuntikan Yang Aman: Cakupan   mutu 
1987  reuse syringe disterilkan dgn
sterilisator uap
1999  WHO/UNICEF/UNFPA joint
statement on the use of autodisable syringe
2002  introduction kebijakan safety
injection & safe disposal
2003  menggunakan ADS utk Program
Imunisasi
PENGERTIAN :
Kondisi dimana setelah penyuntikan :
• Sasaran memperoleh kekebalan
• Tidak ada dampak negatif pada:
– sasaran & petugas:
• Kecelakaan/tertusuk jarum
• Penularan penyakit
• KIPI  kesalahan prosedur
– masyarakat & lingkungan :
• Kecelakaan/tertusuk jarum  Limbah alat suntik, dll
• Penularan penyakit
PENYUNTIKAN YG AMAN MEMERLUKAN (2)
1. Logistik imunisasi :
– Vaksin yg berkualitas  syarat vaksin
– ADS yg cukup (sesuai dgn sasaran)
– Safety box (kotak pengaman jarum suntik)
2. Penyuntikan :
– Teknik yg tepat
– Sesuai dgn standar prosedur
– Pencegahan luka tusukan jarum & infeksi
3. Penanganan limbah :
– Penggunaan kotak pengaman
– Pembuangan limbah tajam dan limbah
imunisasi lainnya secara aman
– Memusnahkan limbah imunisasi
4. Pemantauan KIPI 
Penyuntikan yg tidak aman  KIPI 
kesalahan prosedur
PENYUNTIKAN YG AMAN MEMERLUKAN (2)
KEAMANAN & KUALITAS VAKSIN (1)
“ OPEN VIAL POLICY “
 Untuk mengurangi vaksin terbuang --- standar WHO
penggunaan vial yang sudah dibuka
• Dulu : vial vaksin telah dibuka setelah kegiatan
selesai dibuang  SALAH
• Sekarang : revisi kebijakan utk open vial vaccine
– DPT/HB,TT,DT, Td, bisa digunakan sampai max 4 minggu,
– Polio 2 minggu ,
– Campak 6 jam,
– BCG 3 jam
KEAMANAN & KUALITAS VAKSIN (2)
Syarat kondisi vaksin (hanya utk unit statis atau
dlm gedung) :
– Tanggal kadaluarsa tidak dilampaui
– Vaksin disimpan pada 2º - 8º C
– Tutup vaksin tidak terendam air
– Pemberian tiap dosis  teknik aseptik
– VVM kondisi A atau B
A
B
C
D
KEAMANAN & KUALITAS VAKSIN (3)
PENANGANAN PELARUT
• Pelarut spesifik untuk setiap vaksin
• Pelarut salah  dosis vaksin kurang tepat akibat
buruk
• Pelarut disimpan dalam LE 2º C– 8º C 24 jam sebelum
dipakai
• Pelarut disimpan, digunakan dengan benar tidak
menyebabkan vaksin rusak atau dosis tidak tepat
Vaccine Safety
• Keamanan vaksin paling tinggi diantara produk obat
lainnya, karena:
– Sasaran adalah bayi sehat
– Tidak boleh menjadi sakit/ cacat/ mati kalau
diimunisasi
• Vaksin (antigen)
– imunigenitas  memberikan proteksi
– Reaktogenitas
• efek samping dapat diperkirakan  antisipasi
Vaksin ideal : imunogenitas tinggi dan reaktogenitas
rendah ??
APLIKASI DI LAPANGAN(1)
Menyuntik:
 Menyuntik hanya atas indikasi;
 Gunakan alat suntik yang baru (steril) utk tiap
penyuntikan;
 Cegah kontaminasi
Mencuci
tangan
merupakan
cara sederhana
untuk
melindungi
petugas dan
sasaran
imunisasi
Cara Melarutkan Vaksin
• Pelarutan vaksin hanya dilakukan
bila ada sasaran yg datang
• Pelarut harus berasal dari
produsen yg sama dengan vaksin
• Sebelum dilarutkan cek VVM dan
kadaluarsa vaksin, juga
kedaluarsa pelarut.
• Saat melarutkan vaksin, suhu
pelarut dan vaksin harus sama
(2-8 oC).
• Memperhatikan tindakan aseptik
dalam pelarutan
• Satu jarum suntik 5 cc hanya
untuk melarutkan satu vial vaksin
• Mencatat jam pelarutan vaksin
pada vial dan tidak
mempergunakan vaksin bila
telah lewat “masa pakai” setelah
pelarutan.
VVM
Cara penyimpanan vaksin yang sudah
digunakan
APLIKASI DI LAPANGAN (2)
Setelah menyuntik:
Cegah kecelakaan tertusuk jarum
Tidak memasang kembali tutup jarum
Masukkan alat dan jarum suntik bekas ke dalam kotak
pengaman segera setelah selesai menyuntik
Penyuntikan Vaksin Yang Tepat Secara Aman
Meliputi:
– Kualitas vaksin yang terjamin
– Penyuntikan yang steril
– Melarutkan vaksin secara benar
– Lokasi suntikan yang tepat
– Penapisan indikasi kontra
– Teknik penyuntikan yang benar
B. Pemberian Vaksin Yang Tepat Secara Aman
18
Bab 4 Penyuntikan yang Aman
Teknik/Cara Penyuntikan Imunisasi
Subkutan
Mis: campak, MMR,
varicella
Intramuskular
Mis: Hepatitis B,
DTP-HB-Hib
Intrakutan
BCG
Oral
Mis: Polio
Intrakutan
Suntikan BCG diberikan pada
lengan kanan atas.
• Dosis 0,05cc, disuntikkan
ke dalam lapisan kulit
dengan pelan-pelan
(intrakutan).
• Untuk memberikan
suntikan intrakutan secara
tepat,harus menggunakan
jarum pendek yang sangat
halus (10mm, ukuran 26).
20
Bab 4 Penyuntikan yang Aman
Intramuskular
Suntikan diberikan pada paha
tengah luar secara intramuskular
dengan dosis 0,5 cc
Cara Pemberian :
• Letakkan bayi dengan posisi miring di
atas pangkuan ibu dengan seluruh kaki
telanjang.
• Orang tua sebaiknya memegang kaki
bayi.
• Pegang paha dengan ibu jari dan jari
telunjuk.
• Masukkan jarum dengan sudut 900.
• Tekan seluruh jarum langsung ke
bawah melalui kulit sehingga masuk ke
dalam otot. Suntikkan pelan-pelan untuk
mengurangi rasa sakit.
21
Bab 4 Penyuntikan yang Aman
Subkutan Suntikan campak diberikan pada lengan
kiri atas secara subkutan dengan dosis
0,5 cc
Cara Pemberian :
• Atur bayi dengan posisi miring di
atas pangkuan ibu dengan seluruh
lengan telanjang.
• Orang tua sebaiknya memegang kaki
bayi. Gunakan jari-jari kiri anda
untuk menekan ke atas (mencubit)
lengan bayi
• Cepat tekan jarum ke dalam kulit
yang menonjol ke atas dengan sudut
450.
• Untuk mengontrol jarum, peganglah
ujung semprit dengan ibu jari dan
jari telunjuk anda tetapi jangan
sentuh jarum.
22
Bab 4 Penyuntikan yang Aman
Lokasi Penyuntikan Vaksin


.
Posisi anak
Posisi anak ketika
ketika di
divaksinasi
vaksinasi
Tungkai anak
dijepit paha ibu
Lengan yg satu
dijepit ketiak ibu
Tangan yg lain
dipegang ibu,
Kemudian anak
dipeluk
Imunisasi Dasar Rutin
Imunisasi Lanjutan pada batita
Contoh praktek imunisasi yg tidak tepat & reaksi yang
mungkin timbul (1)
Praktek tidak tepat
Suntikan tidak steril
• Penggunaan kembali semprit dan jarum
sekali buang
• Sterilisasi semprit dan jarum yang tidak
memadai
• Vaksin atau pelarut yang terkontaminasi
Kesalahan pencampuran
• Kocokan vaksin yang tidak memadai
• Pencampuran dengan pelarut yang tidak
tepat
• Obat mengganti vaksin atau pelarut
• Penggunaan kembali vaksin yang telah
dicampur dengan pelarut pada
pelayanan berikutnya
Reaksi hebat yang mungkin
timbul setelah imunisasi
Infeksi seperti abses lokal di tempat
suntikan, gejala sepsis, toxis shock
syndrome atau kematian
Penyebaran infeksi melalui darah
seperti hepatitis B,C, HIV
Abses lokal
Vaksin tidak efektif
Efek negatif dari obat, misal insulin,
oksitosin, agen untuk mengurangi
tegangan otot
Kematian 27
Praktek tidak tepat
Suntikan di tempat yang salah
• BCG diberikan di bawah kulit
(subcutaneous)
• DTP/DT/TT terlalu superfisial
• Suntikan ke dalam pantat (bokong)
Pengangkutan/penyimpan vaksin yang
salah
• VVM berubah warna
• Gumpalan vaksin serab (adsorbed)
Reaksi hebat yang mungkin timbul
setelah imunisasi
Reaksi lokal dari vaksin berlebih
Vaksin tidak efektif
Reaksi lokal atau abses
Reaksi lokal atau abses
Kerusakan syaraf statik
28
Bab 4 Penyuntikan yang Aman
Contoh praktek imunisasi yg tidak tepat & reaksi yang
mungkin timbul (2)
a. Semprit sekali pakai / Auto Disable Syringe (ADS)
Semprit yang setelah dipakai mengunci sendiri dan
hanya dapat dipakai sekali
Misalnya:
 Uniject
 Soloshot
 Destroject
 Univec
 Terumo
 K1
 Medeco inject
29
Bab 4 Penyuntikan yang Aman
JENIS ALAT SUNTIK
Keuntungan Semprit sekali pakai :
• Alat ini hanya bisa digunakan sekali
• Mengeliminasi penyebaran penyakit dari
pasien ke pasien
• Menghemat waktu untuk mensterilisasi
Bab 4 Penyuntikan yang Aman 30
Langkah-langkah penggunaan ADS :
31
Bab 4 Penyuntikan yang Aman
Keluarkan semprit
dari bungkus plastik
Pasang jarum pada
semprit bila jarum
belum terpasang
Lepaskan tutup jarum
tanpa menyentuh
jarum
Masukkan jarum ke dalam
botol vaksin, ujung jarum
berada di bawah permukaan
vaksin
Tarik piston untuk mengisi semprit. Piston secara
otomatis akan berhenti setelah melewati tanda
0,05/0,5 ml dan terdengar bunyi klik.
Tekan/dorong piston hingga isi semprit sesuai
dosis 0,05/0,5 ml. Lepaskan jarum dari botol,
keluarkan sisa gelembung udara pada semprit
Lakukan
penyuntikan.
Setelah
penyuntikan
piston secara
otomatis akan
mengunci dan
semprit tidak
bisa digunakan
lagi.
Memegang Semprit Dan Jarum Dengan Aman
PENTING: Jika anda menyentuh bagian-bagian ini, buang semprit
dan jarum dan ambil semprit yang baru dan steril.
33
Bab 4 Penyuntikan yang Aman
b. Alat suntik Prefilled Injection Device (PID)
Jenis alat suntik yang telah berisi vaksin dosis
tunggal dari pabriknya.
Contoh: - Hepatitis B
- Tetanus Toksoid
 Mencegah vaksin dari kontaminasi
 Memastikan dosis yang tepat
 Vaksin & Semprit dalam set yang sama
 Mengurangi vaksin terbuang
Keuntungan:
Langkah-langkah penggunaan PID
34
Bab 4 Penyuntikan yang Aman
Keluarkan PID dari
kemasan
Dorong dan tekan dengan
cepat penutup jarum ke
dalam port
Jarak antara penutup jarum
dan port akan hilang dan
terasa ada klik
Keluarkan penutup jarum
Pegang PID pada port dan
suntikkan jarum ke lokasi
suntikan
Tekan reservoir (gelembung vaksin)
untuk mengeluarkan vaksin.
Sesudah reservoir kempes, tarik
PID keluar
c. Semprit & Jarum sekali buang
Semprit yang hanya bisa dipakai sekali dan
dibuang (disposable), tidak direkomendasikan
untuk suntikan dalam imunisasi karena resiko
penggunaan kembali semprit dan jarum
tersebut menyebabkan resiko infeksi tinggi
(WHO,UNICEF & UNFPA, 1999)
35
Bab 4 Penyuntikan yang Aman
Prosedur penyuntikan :
• Mengunakan ADS baru dan steril.
• Memeriksa bungkus ADS, untuk memastikan
tidak rusak & belum kedaluarsa.
• Tidak menyentuh jarum.
• Membersihkan kulit dengan kapas + air
matang, tunggu kering.
• Menyuntikkan vaksin sesuai dengan jenis
vaksin.
• Tidak memijat-mijat daerah bekas suntikan.
• Jika perdarahan, menekan daerah suntikan
dengan kapas kering baru hingga darah
berhenti.
• Membuang ADS bekas pakai langsung ke
dalam safety box tanpa melakukan
penutupan kembali jarum suntik (recapping)
36
Bab 4 Penyuntikan yang Aman
Praktek Penyuntikan Yang Tidak Aman
Membahayakan penerima
suntikan, petugas kesehatan,
& masyarakat
PENYUNTIKAN YANG AMAN
Tusukan jarum dapat terjadi :
• Jika petugas kesehatan menutup kembali jarum
atau berjalan sementara membawa semprit dan
jarum bekas
• Jika pasien khususnya anak-anak tidak dalam
posisi yang aman ketika mereka menerima
suntikan
• Jika praktek-praktek pembuangan yang tidak
aman membiarkan orang atau hewan terkena
semprit atau jarum bekas
Pencegahan Luka Tusukan Jarum
Dan Infeksi
38
Bab 4 Penyuntikan yang Aman
Cara2 Meningkatkan Keamanan Penyuntikan
a. Menyiapkan bundling (vaksin, ADS, kotak pengaman
semprit)
b. Menyiapkan vaksin hanya pada waktu akan memberikan
suntikan
c. Jangan biarkan jarum terpasang di atas tutup botol vaksin
d. Ikuti petunjuk penyimpanan dan penggunaan vaksin
e. Ikuti prosedur yang aman untuk mencampur vaksin
f. Gunakan semprit sekali pakai
g. Antisipasi terjadinya gerakan mendadak anak selama
penyuntikan
39
Bab 4 Penyuntikan yang Aman
Cara pengamanan jarum suntik bekas
pakai
 Segera masukkan jarum
suntik bekas pakai kedalam
safety box (tanpa
direcapping).
 Safety box hanya untuk alat
suntik bekas pakai dan tutup
jarum.
 Kumpulkan seluruh bekas
ampul pelarut, vial vaksin,
tutup vaksin, limbah lainnya
(kapas) didalam kantong
atau wadah yang aman.
Tidak Benar
INGAT !!!
Jangan meninggalkan jarum
suntik tertanam dalam vial.
•Jangan Menyiapkan suntikan
sebelum anak / sasaran hadir
Jangan Membuka Karet Penutup
Vaksin atau menyedot langsung
dari vial
41
Bab 4 Penyuntikan yang Aman
Cara Mencegah Luka Tusukan Jarum dan Infeksi
1. Mengurangi keinginan untuk
memegang jarum dan semprit
2. Memegang semprit dan jarum
dengan aman
3. Mengatur tataletak tempat
pelayanan imunisasi
4. Mengatur posisi anak yg tepat
untuk penyuntikan
42
Bab 4 Penyuntikan yang Aman
5. Mempraktekkan pembuangan sampah medis
tajam secara aman
Mengatur Tataletak Tempat Pelayanan
Imunisasi
Pencegahan tertusuk jarum :
Posisi bayi ketika diimunisasi
Kotak tahan air dan tusukan
Pembuatan dan penggunaan kotak
pengaman
Jika kotak pengaman tidak
digunakan, tutup pembuka
kotak di bagian atas
Simpan kotak pengaman di
tempat kering, aman dan jauh
dari jangkauan anak-anak dan
masyarakat umum, sampai kotak
ini telah dibuang dengan aman.
Kotak pengaman hanya
untuk tempat pembuangan
semprit
Setelah pelayanan di posyandu
kotak pengaman dibawa kembali
ke Puskesmas
Pembuangan sampah semua benda
medis tajam secara aman
Demonstrasi & Praktek Penyuntikan
Siapkan 4 Kelompok Max 10 org/kel
Kel 1 . Merencanakan dan melakukan penyuntikan terhadap
Bayi Baru Lahir, serta menyelesaikan Pelaporan
Kel 2 . Merencanakan dan Melakukan Penyuntikan Terhadap
anak Usia 18 (imunisasi lanjutan), serta menyelesaikan
Pelaporan.
Kel 3 . Merencakan dan Melakukan penyuntikan terhadap WUS
Serta Menyelesaikan Pelaporan.
Kel 4 . Menghadapi Isseu2 Negatif terhadap Imunisasi serta
Solusinya
47
Bab 4 Penyuntikan yang Aman
Menggunakan Kotak Pengamanan (safety box)
Jangan membuang ADS dalam safety box
melebihi ¾ box  mencegah tertusuk jarum
48
Bab 4 Penyuntikan yang Aman
PEMILAHAN LIMBAH
tajam medis non-tajam non-medis
Apa yang dilakukan dengan Vial, Ampul, Tutup jarum
suntik, plastik packaging alat suntik?
PENGUMPULAN LIMBAH
 Limbah posyandu, pustu, polindes
dikumpulkan ke puskesmas.
 Simpan limbah medis di lokasi yang aman
hingga dibawa ke lokasi pemusnahan akhir
(max 1 bulan).
PEMUSNAHAN AKHIR
Insinerasi suhu tinggi
DD-Best DD-Mini SICIM De Montfort
Penanganan limbah tidak aman
PEMANTAUAN & PENANGGULANGAN KIPI
Definisi KIPI
54
WHO Aide Memoire: AEFI Investigation, 2004
PERMENKES, 2013:
• Semua kejadian medik
yang berhubungan
dengan imunisasi
• Dapat berupa efek vaksin
ataupun efek simpang,
toksisitas, reaksi
sensitifitas, efek
farmakologis maupun
kesalahan program,
koinsidens, reaksi
suntikan atau hubungan
kausal yang tidak dapat
ditentukan
•An adverse event following
immunization is a medical
incident that takes place
after an immunization,
causes concern and is
believed to be caused by
the immunization.
Adverse reaction vs. adverse event
Diseases
Genetics
Other medication
Compliance Environment
Other factors
Diet
Programmatic errors
Vaccine
Reaction
Event attributed to vaccine
Kejadian Ikutan vs
Reaksi Simpang
• Kejadian ikutan (adverse
event): kejadian yang tidak
diharapkan yang dilihat
tanpa menilai apakah ada
hubungan kausal (sebab-
akibat) dengan vaksin
• Reaksi simpang (adverse
reaction): kejadian yang
tidak diharapkan yang
diakibatkan oleh vaksin /
obat, dan ada bukti yang
mendukung suatu hubungan
kausal
TERMINOLOGI KIPI 2014
• Definisi Umum
…any untoward (setiap
kejadian yang tidak diduga)
• medical occurrence which follows
immunization and which does not
necessarily have a causal
relationship with the usage of the
vaccine* (Kejadian medik setelah
imunisasi dan tidak selalu
mempunyai hubungan causal
dengan pemberian vaksin)
• The adverse event may be any
unfavorable or unintended sign,
abnormal laboratory finding,
symptom or disease. (Kejadian
ikutan mungkin berupa tanda2
yang tidak diharapkan, temuan
nilai laboratorium abnormal, gejala
atau penyakit.)
• Definisi Khusus (cause-
specific)
 vaccine product-related
reaction (reaksi yang berkaitan
dengan produk vaksin)
 vaccine quality defect-related
reaction (reaksi yang berkaitan
dengan defek kualitas vaksin)
 immunization error-related
reaction (reaksi yang berkaitan
dengan adanya penyimpangan dalam
pemberian imunisasi)
 immunization anxiety-related
reaction (reaksi yang berkaitan
dengan kecemasan yang berlebihan
yang berhubungan dengan imunisasi)
 coincidental event (kejadian yang
secara kebetulan bersamaan.
PENYEBAB KIPI: komponen dan cara
pemberian
Komponen Vaksin:
• Antigen: Viral-Bacteria (live-attenuated/ hidup
dilemahkan, inaktif), subunit, toxoid
• Stabilizer: MgCl2 MgSO4
• Adjuvan: Al
• Antibiotik: neomycin
• Pengawet: Thiomersal, Formaldehyde, derivat Phenol
PENANGANAN
VAKSIN
RUTE PEMBERIAN:
• Oral
• Intradermal
• Subkutan
• Intramuskular
KIPI
Sering sekali * > 1/10 > 10%
Sering > 1/100 - < 1/10 > 1.0 % - < 10%
Jarang > 1/1,000 - < 1/100 > 0.1 % - < 1 %
Jarang sekali > 1/10,000 - < 1/1,000 > 0.01% - < 0.1%
Sangat jarang
sekali *
< 1/10,000 < 0.01%
FREKUENSI REAKSI VAKSIN
Global Manual Surveillance AEFI. WHO 2014
KIPI Serius,…
• Sebuah AEFI akan dianggap serius , jika :
- Terjadi kematian,
– Mengancam Hidup,
– Membutuhkan rawat inap atau perpanjangan
rawat inap yang ada ,
– Hasil di persisten atau signifikan cacat /
ketidakmampuan ,
– bawaan anomali / cacat lahir , atau
membutuhkan intervensi untuk mencegah
kerusakan permanen atau kerusakan
REAKSI RINGAN
SERING - SERING SEKALI
BCG
Hib
HepB
Measles/
MMR
Polio
(OPV)
DTP
(pertussis)
Tetanus
90-95%
5-15%
Dws: 15% ; Anak: 5%
~10%
-
Sampai 50%
~10%*
-
2-10%
-
5-15%
< 1%
Sampai
50%
~10%
-
-
1-6%
5% ruam
< 1%**
Sampai 55%
~25%
* Kejadian (rate) reaksi lokal mungkin meningkat pd booster, bisa
sampai 50-85%
** Gejala: diare, sakit kepala, dan/ atau nyeri otot.
Vaksin Reaksi lokal
(nyeri,pembengkakan,kemerahan)
Demam
>38oC
Rewel, tdk enak badan
& gejala sistemik
REAKSI BERAT
JARANG SEKALI - SANGAT JARANG SEKALI
0.76-1.3
(dosispertama)
0.17 (dosis
berikutnya)
0.15 (kontak)
4-30 hari
Vaccine-associated paralytic
poliomyelitis (VAPP)
Risiko meningkat pada dosis
pertama, dewasa, dan
penderita imunokompromis
OPV
333
33
1-50
< 1
5-12 hari
15-35 hari
0-1 jam
-
Kejang demam
Trombositopenia
Anafilaksis
Ensefalopati
Measles
/MMR
1-2
5
0-1 jam
1-6 minggu
Anafilaksis
Sindrom Guillain Barré
Hep B
Tidak diketahui
Hib
100-1000
1-700
2
2-6 bulan
1-12 bulan
1-12 bulan
Lymfadenitis Supuratif
BCG osteitis
BCG Diseminata
BCG
Rate per sejuta
dosis
Interval
Awitan
Reaksi
Vaksin
REAKSI BERAT
JARANG SEKALI- SANGAT JARANG SEKALI
Vaksin Reaksi
Interval
awitan
Rate per sejuta
dosis
Tetanus Neuritis brakial
Anafilaksis
Abses steril
2-28 hari
0-1 jam
1-6 minggu
5-10
1-6
6-10
Tetanus-difteri Sepert reaksi tetanus
DTP Persisten inconsolable
screaming (>3 jam)
Kejang
Hypotonic,hyporesponsiv
e episode (HHE)
Anafilaksis / renjatan
Ensefalopati
0-24 jam
0-3 hari
0-24 jam
0-1 jam
0-3 hari
1000-60 000
570
570
20
0-1
Tingkatan dalam Menganalisis Hubungan
Sebab Akibat pada KIPI
• Populasi
• Individu
• Investigasi
KRITERIA PADA TINGKAT POPULASI YANG DAPAT
MENUNJUKKAN HUBUNGAN SEBAB AKIBAT ANTARA
PEMBERIAN VAKSIN TERTENTU DENGAN REAKSI SIMPANG,
 Awitan waktu yang sesuai
 Hubungan sebab akibat yang kuat (didukung dari
statistik)
 Hubungannya dengan dosis vaksin
 Konsisten
 Spesifik
 Sesuai dengan sifat biologis vaksin tersebut
Tingkatan dalam Menganalisis
Hubungan Sebab Akibat pada KIPI
Tingkatan dalam Menganalisis
Hubungan Sebab Akibat pada KIPI
Kriteria pada Tingkat Individu yang dapat menunjukkan
hubungan sebab akibat antara pemberian vaksin
tertentu dengan reaksi simpang
• Awitan waktu yang jelas
• Ditemukan bukti klinis atau hasil lab yang mendukung
• Sesuai dengan sifat biologis dr vaksin tersebut
• Mengeksklusi semua kemungkinan penjelasan lain yang dapat
berhubungan dengan munculnya reaksi simpang. seperti:
• Terdapat riwayat bahwa vaksin tersebut dapat mencetuskan reaksi yang
serupa dengan beberapa kali penyuntikan (GBS muncul setelah imunisasi
TT)
65
Pemilihan kausalitas kasus KIPI sebaiknya
lebih difokuskan pada kasus yang:
• Menyebabkan kematian, mengancam
nyawa, membutuhkan perawatan rumah
sakit yang lama atau pada kasus KIPI yang
disertai dengan adanya kelainan kongenital
atau cacat bawaan
• Tingkat keparahan gejala yang berat
• Kejadian yang terjadi pada satu individu
ataupun sekelompok orang namun dapat
berdampak lebih luas.
KASUS KIPI KHUSUS
• Kejadian karena kesalahan saat imunisasi (teknik
atau prosedur)  terjadi abses bakterial, reaksi
lokal berat, demam tinggi atau sepsis,
lymphadenitis BCG, maupun toxic shock syndrome.
• Reaksi simpang yang muncul dalam kurun waktu
30 hari setelah vaksinasi, namun tidak dapat
ditemukan penyebabnya.
• Kejadian yang menyebabkan kegelisahan berlebih
pada orang tua dan masyarakat. contohnya yaitu
terjadinya HHE (hypotonic hyporensponsive
episode) atau kejang demam.
1
Reaksi KIPI yang
terkait
komponen
vaksin
CONTOH
Trombositopenia
pasca pemberian
vaksin campak
2
Reaksi KIPI yang
terkait dengan
cacat mutu vaksin
CONTOH
Kegagalan
pabrik vaksin
untuk
menginaktivasi
secara komplit
suatu lot vaksin
IPV yang
menyebabkan
polio paralitik
3
Reaksi KIPI akibat
kesalahan
prosedur
imunisasi
CONTOH
Transmisi
infeksi melalui
vial multidosis
yang
terkontaminas
i
4
Reaksi KIPI akibat
kecemasan karena
takut disuntik
CONTOH
Vasovagal
syncope pada
seorang
dewasa muda
setelah
imunisasi.
5
Kejadian
Koinsiden
CONTOH
Demam
setelah
imunisasi
(hubungan
sementara)
dan parasit
malaria
yang
diisolasi dari
darah.
DEFINISI KIPI BERDASARKAN PENYEBAB
(WHO, 2014)
AUDIT KIPI :
Komda KIPI Prov
Hasil Audit Sementara Komda KIPI Prov :
 Penyebab Kematian:
Aspirasi (menunggu hasil otopsi)
 Klasifikasi Lapangan: Koinsiden
Apa yang harus dilakukan setelah
melakukan investigasi?
Koordinasi dengan Komnas
PP-KIPI
Hasil Sementara Audit Komnas KIPI:
 Demam bisa disebabkan oleh reaksi vaksin DPT. Namun
kematian diduga karena aspirasi (reaksi anafilaktik dapat
disingkirkan, karena kematian lebih dari 4 jam)
 Kepastian penyebab kematian akan ditegakkan setelah
mendapat hasil otopsi dan hasil uji keamanan vaksin oleh
BPOM (uji toksisitas dan sterilitas yang memerlukan
waktu 3 minggu).
Tindakan Selanjutnya?
Peran BPOM dalam KIPI
Kesimpulan: Toksisitas khas
pertusis contoh tersebut di
atas memenuhi syarat
Pengujian Sampel Vaksin
 Uji Sterilitas dan
Toksisitas
Laporan
kasus KIPI
diterima
oleh
Program
Imunisasi/
KOMDA
/KOMNAS
PP-KIPI
Program
Imunisasi
berdasarkan
rekomendasi
KOMNAS KIPI:
meminta BADAN
POM untuk
SAMPLING dan
PENGUJIAN
Vaksin
SAMPLING
dilakukan oleh
Petugas Badan
POM/
Balai POM
setempat
berkoor-dinasi
dg Dinkes dan
KOMDA
setempat
PENGUJIAN
dilakukan oleh
Pusat Pengujian
Obat dan
Makanan Nasional
(PPOMN), Badan
POM
Tindak Lanjut ke
Produsen Vaksin
Badan POM berperan dalam memastikan mutu
vaksin yang diduga penyebab Kasus KIPI
Peran Badan POM & Balai
POM
• Badan POM  BBPOM  pengambilan sampel 
koordinasi dengan KOMNAS/KOMDA PP KIPI & DINKES
setempat utk identifikasi lot/bets.
• Jenis KIPI yg perlu dilakukan pengujian sampel:
1. KIPI yang dicurigai berhubungan dgn reaksi vaksin berat
(SAE) dan KIPI serius dengan sebab yang tidak dapat dijelaskan.
2. KIPI berkelompok (cluster).
3. Proses pengambilan & pengiriman sampel sesuai
ketentuan & persyaratan ‘Cold Chain’ & dilengkapi
dengan Berita Acara pengambilan sampel vaksin.
8/15/2016 73
Uji LaboratoriumVaksin
Audit Final oleh Komnas KIPI
Klasifikasi:
1. Lapangan  Koinsiden
2. Kausalitas  Unrelated
Penyebab Kematian:
 Berdasarkan hasil otopsi, anak
meninggal karena benturan benda
tumpul
Peran Media dalam Klarifikasi
KIPI
Tempo Kompas
• KIPI harus dilaporkan dalam 24 jam
• Segera lakukan investigasi dan klasifikasi
• Koordinasi dengan Komnas KIPI
• Juru bicara adalah key person sebaiknya
nara sumber Komda KIPI, yang telah
dipersiapkan
Kesimpulan
77
Bab 4 Penyuntikan yang Aman

More Related Content

Similar to 3. hal yang perlu di perhatikan Penyuntikan Yang Aman & KIPI.pdf

3. Pelaksanaan Vaksinasi COVID-19 3 Jan 2021.pdf
3. Pelaksanaan Vaksinasi COVID-19 3 Jan 2021.pdf3. Pelaksanaan Vaksinasi COVID-19 3 Jan 2021.pdf
3. Pelaksanaan Vaksinasi COVID-19 3 Jan 2021.pdfRomaUlina5
 
Pencegahan penyakit infeksi pada anak dengan imunisasi merupakan.ppt
Pencegahan penyakit infeksi pada anak dengan imunisasi merupakan.pptPencegahan penyakit infeksi pada anak dengan imunisasi merupakan.ppt
Pencegahan penyakit infeksi pada anak dengan imunisasi merupakan.pptJulianToni4
 
PELAYANAN DISPENSING STERIL.pptx
PELAYANAN DISPENSING STERIL.pptxPELAYANAN DISPENSING STERIL.pptx
PELAYANAN DISPENSING STERIL.pptxvidyanti2
 
3. BAB III MU - ADAPTASI PELAYANAN KEBIDANAN (KIA- KESPRO) di MASA PANDEMI CO...
3. BAB III MU - ADAPTASI PELAYANAN KEBIDANAN (KIA- KESPRO) di MASA PANDEMI CO...3. BAB III MU - ADAPTASI PELAYANAN KEBIDANAN (KIA- KESPRO) di MASA PANDEMI CO...
3. BAB III MU - ADAPTASI PELAYANAN KEBIDANAN (KIA- KESPRO) di MASA PANDEMI CO...SeptinKomalasari
 
TEKNIK PELAKSANAAN BIAN (BULAN IMUNISASI ANAK NASINAL).pptx
TEKNIK PELAKSANAAN BIAN (BULAN IMUNISASI ANAK NASINAL).pptxTEKNIK PELAKSANAAN BIAN (BULAN IMUNISASI ANAK NASINAL).pptx
TEKNIK PELAKSANAAN BIAN (BULAN IMUNISASI ANAK NASINAL).pptxzeynita1
 
Workshop PPI Untuk Calon Surveyor
Workshop PPI Untuk Calon SurveyorWorkshop PPI Untuk Calon Surveyor
Workshop PPI Untuk Calon SurveyorPatenPisan1
 
caput succedaneum materi askeb stikes muhammadiyah kudus
caput succedaneum materi askeb stikes muhammadiyah kuduscaput succedaneum materi askeb stikes muhammadiyah kudus
caput succedaneum materi askeb stikes muhammadiyah kudusFania Nisa
 
1. vaksinologi.pdf
1. vaksinologi.pdf1. vaksinologi.pdf
1. vaksinologi.pdfRigaAyuDinar
 
Pengantar mikrobiologi pencegahan
Pengantar mikrobiologi pencegahanPengantar mikrobiologi pencegahan
Pengantar mikrobiologi pencegahanAmrizal Muchtar
 
Pelaksanaan Imunisasi PCV - Workshop PCV.pdf
Pelaksanaan Imunisasi PCV - Workshop PCV.pdfPelaksanaan Imunisasi PCV - Workshop PCV.pdf
Pelaksanaan Imunisasi PCV - Workshop PCV.pdfArum96
 
04. efek samping & teknik imunisasi
04. efek samping & teknik imunisasi04. efek samping & teknik imunisasi
04. efek samping & teknik imunisasiJoni Iswanto
 
MEMBERIKAN OBAT INJEKSI (KEPERAWATAN DASAR).ppt
MEMBERIKAN OBAT INJEKSI (KEPERAWATAN DASAR).pptMEMBERIKAN OBAT INJEKSI (KEPERAWATAN DASAR).ppt
MEMBERIKAN OBAT INJEKSI (KEPERAWATAN DASAR).pptssuserbb0b09
 
SKRINING - PENAPISAN STATUS TT.pptx
SKRINING - PENAPISAN STATUS TT.pptxSKRINING - PENAPISAN STATUS TT.pptx
SKRINING - PENAPISAN STATUS TT.pptxUPTDPuskesmasDilumil
 
Pertemuan 1 Pengantar Teknologi Sediaan Steril MK Tekno Steril D3 STIFA Makas...
Pertemuan 1 Pengantar Teknologi Sediaan Steril MK Tekno Steril D3 STIFA Makas...Pertemuan 1 Pengantar Teknologi Sediaan Steril MK Tekno Steril D3 STIFA Makas...
Pertemuan 1 Pengantar Teknologi Sediaan Steril MK Tekno Steril D3 STIFA Makas...UmmilKhair2
 

Similar to 3. hal yang perlu di perhatikan Penyuntikan Yang Aman & KIPI.pdf (20)

3. Pelaksanaan Vaksinasi COVID-19 3 Jan 2021.pdf
3. Pelaksanaan Vaksinasi COVID-19 3 Jan 2021.pdf3. Pelaksanaan Vaksinasi COVID-19 3 Jan 2021.pdf
3. Pelaksanaan Vaksinasi COVID-19 3 Jan 2021.pdf
 
Pencegahan penyakit infeksi pada anak dengan imunisasi merupakan.ppt
Pencegahan penyakit infeksi pada anak dengan imunisasi merupakan.pptPencegahan penyakit infeksi pada anak dengan imunisasi merupakan.ppt
Pencegahan penyakit infeksi pada anak dengan imunisasi merupakan.ppt
 
PELAYANAN DISPENSING STERIL.pptx
PELAYANAN DISPENSING STERIL.pptxPELAYANAN DISPENSING STERIL.pptx
PELAYANAN DISPENSING STERIL.pptx
 
206878888 injeksi
206878888 injeksi206878888 injeksi
206878888 injeksi
 
206878888 injeksi
206878888 injeksi206878888 injeksi
206878888 injeksi
 
3. BAB III MU - ADAPTASI PELAYANAN KEBIDANAN (KIA- KESPRO) di MASA PANDEMI CO...
3. BAB III MU - ADAPTASI PELAYANAN KEBIDANAN (KIA- KESPRO) di MASA PANDEMI CO...3. BAB III MU - ADAPTASI PELAYANAN KEBIDANAN (KIA- KESPRO) di MASA PANDEMI CO...
3. BAB III MU - ADAPTASI PELAYANAN KEBIDANAN (KIA- KESPRO) di MASA PANDEMI CO...
 
TEKNIK PELAKSANAAN BIAN (BULAN IMUNISASI ANAK NASINAL).pptx
TEKNIK PELAKSANAAN BIAN (BULAN IMUNISASI ANAK NASINAL).pptxTEKNIK PELAKSANAAN BIAN (BULAN IMUNISASI ANAK NASINAL).pptx
TEKNIK PELAKSANAAN BIAN (BULAN IMUNISASI ANAK NASINAL).pptx
 
La rangki inksiiii sam
La rangki inksiiii samLa rangki inksiiii sam
La rangki inksiiii sam
 
Workshop PPI Untuk Calon Surveyor
Workshop PPI Untuk Calon SurveyorWorkshop PPI Untuk Calon Surveyor
Workshop PPI Untuk Calon Surveyor
 
caput succedaneum materi askeb stikes muhammadiyah kudus
caput succedaneum materi askeb stikes muhammadiyah kuduscaput succedaneum materi askeb stikes muhammadiyah kudus
caput succedaneum materi askeb stikes muhammadiyah kudus
 
1. vaksinologi.pdf
1. vaksinologi.pdf1. vaksinologi.pdf
1. vaksinologi.pdf
 
Pengantar mikrobiologi pencegahan
Pengantar mikrobiologi pencegahanPengantar mikrobiologi pencegahan
Pengantar mikrobiologi pencegahan
 
Pelaksanaan Imunisasi PCV - Workshop PCV.pdf
Pelaksanaan Imunisasi PCV - Workshop PCV.pdfPelaksanaan Imunisasi PCV - Workshop PCV.pdf
Pelaksanaan Imunisasi PCV - Workshop PCV.pdf
 
La rangki injeksi
La rangki injeksiLa rangki injeksi
La rangki injeksi
 
Materi afan
Materi afanMateri afan
Materi afan
 
BUNDLES HAIS KAP.pptx
BUNDLES HAIS KAP.pptxBUNDLES HAIS KAP.pptx
BUNDLES HAIS KAP.pptx
 
04. efek samping & teknik imunisasi
04. efek samping & teknik imunisasi04. efek samping & teknik imunisasi
04. efek samping & teknik imunisasi
 
MEMBERIKAN OBAT INJEKSI (KEPERAWATAN DASAR).ppt
MEMBERIKAN OBAT INJEKSI (KEPERAWATAN DASAR).pptMEMBERIKAN OBAT INJEKSI (KEPERAWATAN DASAR).ppt
MEMBERIKAN OBAT INJEKSI (KEPERAWATAN DASAR).ppt
 
SKRINING - PENAPISAN STATUS TT.pptx
SKRINING - PENAPISAN STATUS TT.pptxSKRINING - PENAPISAN STATUS TT.pptx
SKRINING - PENAPISAN STATUS TT.pptx
 
Pertemuan 1 Pengantar Teknologi Sediaan Steril MK Tekno Steril D3 STIFA Makas...
Pertemuan 1 Pengantar Teknologi Sediaan Steril MK Tekno Steril D3 STIFA Makas...Pertemuan 1 Pengantar Teknologi Sediaan Steril MK Tekno Steril D3 STIFA Makas...
Pertemuan 1 Pengantar Teknologi Sediaan Steril MK Tekno Steril D3 STIFA Makas...
 

Recently uploaded

Chest Meeting Presentasi divisi pulmo Ny.K
Chest Meeting  Presentasi divisi pulmo Ny.KChest Meeting  Presentasi divisi pulmo Ny.K
Chest Meeting Presentasi divisi pulmo Ny.Kdanangandi
 
JUKNIS INISIASI PENGOBATAN TBC RO DI PUSKESMAS(komplit).pdf
JUKNIS INISIASI PENGOBATAN TBC RO DI PUSKESMAS(komplit).pdfJUKNIS INISIASI PENGOBATAN TBC RO DI PUSKESMAS(komplit).pdf
JUKNIS INISIASI PENGOBATAN TBC RO DI PUSKESMAS(komplit).pdfgraceduma3
 
Penyuluhan Stroke bagi peserta prolanis.ppt
Penyuluhan Stroke bagi peserta prolanis.pptPenyuluhan Stroke bagi peserta prolanis.ppt
Penyuluhan Stroke bagi peserta prolanis.pptagussudarmanto9
 
materi tatalaksana prematur dan berat badan lahir rebdah
materi tatalaksana prematur dan berat badan lahir rebdahmateri tatalaksana prematur dan berat badan lahir rebdah
materi tatalaksana prematur dan berat badan lahir rebdahtien148950
 
Tatalaksana Migrain Terkini neuro update3.pptx
Tatalaksana Migrain Terkini neuro update3.pptxTatalaksana Migrain Terkini neuro update3.pptx
Tatalaksana Migrain Terkini neuro update3.pptxChandraKusuma46
 
Jual Kondom Sambung Jumbo Di Jogja - Alat Bantu Sex Pria Sleman - Bantul
Jual Kondom Sambung Jumbo Di Jogja - Alat Bantu Sex Pria Sleman -  BantulJual Kondom Sambung Jumbo Di Jogja - Alat Bantu Sex Pria Sleman -  Bantul
Jual Kondom Sambung Jumbo Di Jogja - Alat Bantu Sex Pria Sleman - Bantulviagrajogja
 
PERBAIKAN- 2.6.4 b (5) SOP Pelayanan Gizi.pdf
PERBAIKAN- 2.6.4 b (5) SOP Pelayanan Gizi.pdfPERBAIKAN- 2.6.4 b (5) SOP Pelayanan Gizi.pdf
PERBAIKAN- 2.6.4 b (5) SOP Pelayanan Gizi.pdfkeandraalkautsar20
 
prinsip preparasi dalam pembuatan gigi tiruan jembatan
prinsip preparasi dalam pembuatan gigi tiruan jembatanprinsip preparasi dalam pembuatan gigi tiruan jembatan
prinsip preparasi dalam pembuatan gigi tiruan jembatanFardhianDhiyawardhan
 
0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Subang
0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Subang0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Subang
0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Subangjualobat34
 
KOORDINASI PENDAMPINGAN BUMIL RISTI DAN KEK
KOORDINASI PENDAMPINGAN BUMIL RISTI DAN KEKKOORDINASI PENDAMPINGAN BUMIL RISTI DAN KEK
KOORDINASI PENDAMPINGAN BUMIL RISTI DAN KEKAshriNurIstiqomah1
 

Recently uploaded (13)

Chest Meeting Presentasi divisi pulmo Ny.K
Chest Meeting  Presentasi divisi pulmo Ny.KChest Meeting  Presentasi divisi pulmo Ny.K
Chest Meeting Presentasi divisi pulmo Ny.K
 
JUKNIS INISIASI PENGOBATAN TBC RO DI PUSKESMAS(komplit).pdf
JUKNIS INISIASI PENGOBATAN TBC RO DI PUSKESMAS(komplit).pdfJUKNIS INISIASI PENGOBATAN TBC RO DI PUSKESMAS(komplit).pdf
JUKNIS INISIASI PENGOBATAN TBC RO DI PUSKESMAS(komplit).pdf
 
Penyuluhan Stroke bagi peserta prolanis.ppt
Penyuluhan Stroke bagi peserta prolanis.pptPenyuluhan Stroke bagi peserta prolanis.ppt
Penyuluhan Stroke bagi peserta prolanis.ppt
 
materi tatalaksana prematur dan berat badan lahir rebdah
materi tatalaksana prematur dan berat badan lahir rebdahmateri tatalaksana prematur dan berat badan lahir rebdah
materi tatalaksana prematur dan berat badan lahir rebdah
 
Tatalaksana Migrain Terkini neuro update3.pptx
Tatalaksana Migrain Terkini neuro update3.pptxTatalaksana Migrain Terkini neuro update3.pptx
Tatalaksana Migrain Terkini neuro update3.pptx
 
Jual Kondom Sambung Jumbo Di Jogja - Alat Bantu Sex Pria Sleman - Bantul
Jual Kondom Sambung Jumbo Di Jogja - Alat Bantu Sex Pria Sleman -  BantulJual Kondom Sambung Jumbo Di Jogja - Alat Bantu Sex Pria Sleman -  Bantul
Jual Kondom Sambung Jumbo Di Jogja - Alat Bantu Sex Pria Sleman - Bantul
 
PERBAIKAN- 2.6.4 b (5) SOP Pelayanan Gizi.pdf
PERBAIKAN- 2.6.4 b (5) SOP Pelayanan Gizi.pdfPERBAIKAN- 2.6.4 b (5) SOP Pelayanan Gizi.pdf
PERBAIKAN- 2.6.4 b (5) SOP Pelayanan Gizi.pdf
 
Cara Menggugurkan Kandungan Jual Obat Penggugur Jogja 08561234742
Cara Menggugurkan Kandungan Jual Obat Penggugur Jogja 08561234742Cara Menggugurkan Kandungan Jual Obat Penggugur Jogja 08561234742
Cara Menggugurkan Kandungan Jual Obat Penggugur Jogja 08561234742
 
Cara Menggugurkan Kandungan Jual Obat Penggugur Surabaya 08561234742
Cara Menggugurkan Kandungan Jual Obat Penggugur Surabaya 08561234742Cara Menggugurkan Kandungan Jual Obat Penggugur Surabaya 08561234742
Cara Menggugurkan Kandungan Jual Obat Penggugur Surabaya 08561234742
 
prinsip preparasi dalam pembuatan gigi tiruan jembatan
prinsip preparasi dalam pembuatan gigi tiruan jembatanprinsip preparasi dalam pembuatan gigi tiruan jembatan
prinsip preparasi dalam pembuatan gigi tiruan jembatan
 
Cara Menggugurkan Kandungan Jual Obat Penggugur Bandung 08561234742
Cara Menggugurkan Kandungan Jual Obat Penggugur Bandung 08561234742Cara Menggugurkan Kandungan Jual Obat Penggugur Bandung 08561234742
Cara Menggugurkan Kandungan Jual Obat Penggugur Bandung 08561234742
 
0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Subang
0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Subang0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Subang
0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Subang
 
KOORDINASI PENDAMPINGAN BUMIL RISTI DAN KEK
KOORDINASI PENDAMPINGAN BUMIL RISTI DAN KEKKOORDINASI PENDAMPINGAN BUMIL RISTI DAN KEK
KOORDINASI PENDAMPINGAN BUMIL RISTI DAN KEK
 

3. hal yang perlu di perhatikan Penyuntikan Yang Aman & KIPI.pdf

  • 1. PENYUNTIKAN YANG AMAN 1 Bab 4 Penyuntikan yang Aman Direktorat Surveilans dan Karantina Kesehatan Ditjen P2P Kemenkes RI
  • 2. PENYUNTIKAN YANG AMAN TUJUAN: PESERTA MAMPU MELAKSANAKAN BERBAGAI PRINSIP PENYUNTIKAN YANG AMAN 2 Bab 4 Penyuntikan yang Aman
  • 3. TUJUAN KHUSUS Pada akhir sesi, peserta diharapkan memahami dan mampu : – Mengetahui jenis dan fungsi ADS – Mengetahui penggunaan ADS –Melaksanakan teknik penyuntikan yang aman. –Mencegah luka tusukan jarum dan infeksi – Mengelola limbah imunisasi dengan aman Bab 4 Penyuntikan yang Aman 3
  • 4. Penyuntikan yg aman : Penyuntikan yg tidak merugikan si penerima, petugas kesehatan & masyarakat & lingkungan.
  • 5. Penyuntikan Yang Aman: Cakupan   mutu  1987  reuse syringe disterilkan dgn sterilisator uap 1999  WHO/UNICEF/UNFPA joint statement on the use of autodisable syringe 2002  introduction kebijakan safety injection & safe disposal 2003  menggunakan ADS utk Program Imunisasi
  • 6. PENGERTIAN : Kondisi dimana setelah penyuntikan : • Sasaran memperoleh kekebalan • Tidak ada dampak negatif pada: – sasaran & petugas: • Kecelakaan/tertusuk jarum • Penularan penyakit • KIPI  kesalahan prosedur – masyarakat & lingkungan : • Kecelakaan/tertusuk jarum  Limbah alat suntik, dll • Penularan penyakit
  • 7. PENYUNTIKAN YG AMAN MEMERLUKAN (2) 1. Logistik imunisasi : – Vaksin yg berkualitas  syarat vaksin – ADS yg cukup (sesuai dgn sasaran) – Safety box (kotak pengaman jarum suntik) 2. Penyuntikan : – Teknik yg tepat – Sesuai dgn standar prosedur – Pencegahan luka tusukan jarum & infeksi
  • 8. 3. Penanganan limbah : – Penggunaan kotak pengaman – Pembuangan limbah tajam dan limbah imunisasi lainnya secara aman – Memusnahkan limbah imunisasi 4. Pemantauan KIPI  Penyuntikan yg tidak aman  KIPI  kesalahan prosedur PENYUNTIKAN YG AMAN MEMERLUKAN (2)
  • 9. KEAMANAN & KUALITAS VAKSIN (1) “ OPEN VIAL POLICY “  Untuk mengurangi vaksin terbuang --- standar WHO penggunaan vial yang sudah dibuka • Dulu : vial vaksin telah dibuka setelah kegiatan selesai dibuang  SALAH • Sekarang : revisi kebijakan utk open vial vaccine – DPT/HB,TT,DT, Td, bisa digunakan sampai max 4 minggu, – Polio 2 minggu , – Campak 6 jam, – BCG 3 jam
  • 10. KEAMANAN & KUALITAS VAKSIN (2) Syarat kondisi vaksin (hanya utk unit statis atau dlm gedung) : – Tanggal kadaluarsa tidak dilampaui – Vaksin disimpan pada 2º - 8º C – Tutup vaksin tidak terendam air – Pemberian tiap dosis  teknik aseptik – VVM kondisi A atau B A B C D
  • 11. KEAMANAN & KUALITAS VAKSIN (3) PENANGANAN PELARUT • Pelarut spesifik untuk setiap vaksin • Pelarut salah  dosis vaksin kurang tepat akibat buruk • Pelarut disimpan dalam LE 2º C– 8º C 24 jam sebelum dipakai • Pelarut disimpan, digunakan dengan benar tidak menyebabkan vaksin rusak atau dosis tidak tepat
  • 12. Vaccine Safety • Keamanan vaksin paling tinggi diantara produk obat lainnya, karena: – Sasaran adalah bayi sehat – Tidak boleh menjadi sakit/ cacat/ mati kalau diimunisasi • Vaksin (antigen) – imunigenitas  memberikan proteksi – Reaktogenitas • efek samping dapat diperkirakan  antisipasi Vaksin ideal : imunogenitas tinggi dan reaktogenitas rendah ??
  • 13. APLIKASI DI LAPANGAN(1) Menyuntik:  Menyuntik hanya atas indikasi;  Gunakan alat suntik yang baru (steril) utk tiap penyuntikan;  Cegah kontaminasi
  • 15. Cara Melarutkan Vaksin • Pelarutan vaksin hanya dilakukan bila ada sasaran yg datang • Pelarut harus berasal dari produsen yg sama dengan vaksin • Sebelum dilarutkan cek VVM dan kadaluarsa vaksin, juga kedaluarsa pelarut. • Saat melarutkan vaksin, suhu pelarut dan vaksin harus sama (2-8 oC). • Memperhatikan tindakan aseptik dalam pelarutan • Satu jarum suntik 5 cc hanya untuk melarutkan satu vial vaksin • Mencatat jam pelarutan vaksin pada vial dan tidak mempergunakan vaksin bila telah lewat “masa pakai” setelah pelarutan. VVM
  • 16. Cara penyimpanan vaksin yang sudah digunakan
  • 17. APLIKASI DI LAPANGAN (2) Setelah menyuntik: Cegah kecelakaan tertusuk jarum Tidak memasang kembali tutup jarum Masukkan alat dan jarum suntik bekas ke dalam kotak pengaman segera setelah selesai menyuntik
  • 18. Penyuntikan Vaksin Yang Tepat Secara Aman Meliputi: – Kualitas vaksin yang terjamin – Penyuntikan yang steril – Melarutkan vaksin secara benar – Lokasi suntikan yang tepat – Penapisan indikasi kontra – Teknik penyuntikan yang benar B. Pemberian Vaksin Yang Tepat Secara Aman 18 Bab 4 Penyuntikan yang Aman
  • 19. Teknik/Cara Penyuntikan Imunisasi Subkutan Mis: campak, MMR, varicella Intramuskular Mis: Hepatitis B, DTP-HB-Hib Intrakutan BCG Oral Mis: Polio
  • 20. Intrakutan Suntikan BCG diberikan pada lengan kanan atas. • Dosis 0,05cc, disuntikkan ke dalam lapisan kulit dengan pelan-pelan (intrakutan). • Untuk memberikan suntikan intrakutan secara tepat,harus menggunakan jarum pendek yang sangat halus (10mm, ukuran 26). 20 Bab 4 Penyuntikan yang Aman
  • 21. Intramuskular Suntikan diberikan pada paha tengah luar secara intramuskular dengan dosis 0,5 cc Cara Pemberian : • Letakkan bayi dengan posisi miring di atas pangkuan ibu dengan seluruh kaki telanjang. • Orang tua sebaiknya memegang kaki bayi. • Pegang paha dengan ibu jari dan jari telunjuk. • Masukkan jarum dengan sudut 900. • Tekan seluruh jarum langsung ke bawah melalui kulit sehingga masuk ke dalam otot. Suntikkan pelan-pelan untuk mengurangi rasa sakit. 21 Bab 4 Penyuntikan yang Aman
  • 22. Subkutan Suntikan campak diberikan pada lengan kiri atas secara subkutan dengan dosis 0,5 cc Cara Pemberian : • Atur bayi dengan posisi miring di atas pangkuan ibu dengan seluruh lengan telanjang. • Orang tua sebaiknya memegang kaki bayi. Gunakan jari-jari kiri anda untuk menekan ke atas (mencubit) lengan bayi • Cepat tekan jarum ke dalam kulit yang menonjol ke atas dengan sudut 450. • Untuk mengontrol jarum, peganglah ujung semprit dengan ibu jari dan jari telunjuk anda tetapi jangan sentuh jarum. 22 Bab 4 Penyuntikan yang Aman
  • 24. . Posisi anak Posisi anak ketika ketika di divaksinasi vaksinasi Tungkai anak dijepit paha ibu Lengan yg satu dijepit ketiak ibu Tangan yg lain dipegang ibu, Kemudian anak dipeluk
  • 27. Contoh praktek imunisasi yg tidak tepat & reaksi yang mungkin timbul (1) Praktek tidak tepat Suntikan tidak steril • Penggunaan kembali semprit dan jarum sekali buang • Sterilisasi semprit dan jarum yang tidak memadai • Vaksin atau pelarut yang terkontaminasi Kesalahan pencampuran • Kocokan vaksin yang tidak memadai • Pencampuran dengan pelarut yang tidak tepat • Obat mengganti vaksin atau pelarut • Penggunaan kembali vaksin yang telah dicampur dengan pelarut pada pelayanan berikutnya Reaksi hebat yang mungkin timbul setelah imunisasi Infeksi seperti abses lokal di tempat suntikan, gejala sepsis, toxis shock syndrome atau kematian Penyebaran infeksi melalui darah seperti hepatitis B,C, HIV Abses lokal Vaksin tidak efektif Efek negatif dari obat, misal insulin, oksitosin, agen untuk mengurangi tegangan otot Kematian 27
  • 28. Praktek tidak tepat Suntikan di tempat yang salah • BCG diberikan di bawah kulit (subcutaneous) • DTP/DT/TT terlalu superfisial • Suntikan ke dalam pantat (bokong) Pengangkutan/penyimpan vaksin yang salah • VVM berubah warna • Gumpalan vaksin serab (adsorbed) Reaksi hebat yang mungkin timbul setelah imunisasi Reaksi lokal dari vaksin berlebih Vaksin tidak efektif Reaksi lokal atau abses Reaksi lokal atau abses Kerusakan syaraf statik 28 Bab 4 Penyuntikan yang Aman Contoh praktek imunisasi yg tidak tepat & reaksi yang mungkin timbul (2)
  • 29. a. Semprit sekali pakai / Auto Disable Syringe (ADS) Semprit yang setelah dipakai mengunci sendiri dan hanya dapat dipakai sekali Misalnya:  Uniject  Soloshot  Destroject  Univec  Terumo  K1  Medeco inject 29 Bab 4 Penyuntikan yang Aman JENIS ALAT SUNTIK
  • 30. Keuntungan Semprit sekali pakai : • Alat ini hanya bisa digunakan sekali • Mengeliminasi penyebaran penyakit dari pasien ke pasien • Menghemat waktu untuk mensterilisasi Bab 4 Penyuntikan yang Aman 30
  • 31. Langkah-langkah penggunaan ADS : 31 Bab 4 Penyuntikan yang Aman Keluarkan semprit dari bungkus plastik Pasang jarum pada semprit bila jarum belum terpasang Lepaskan tutup jarum tanpa menyentuh jarum Masukkan jarum ke dalam botol vaksin, ujung jarum berada di bawah permukaan vaksin Tarik piston untuk mengisi semprit. Piston secara otomatis akan berhenti setelah melewati tanda 0,05/0,5 ml dan terdengar bunyi klik. Tekan/dorong piston hingga isi semprit sesuai dosis 0,05/0,5 ml. Lepaskan jarum dari botol, keluarkan sisa gelembung udara pada semprit Lakukan penyuntikan. Setelah penyuntikan piston secara otomatis akan mengunci dan semprit tidak bisa digunakan lagi.
  • 32. Memegang Semprit Dan Jarum Dengan Aman PENTING: Jika anda menyentuh bagian-bagian ini, buang semprit dan jarum dan ambil semprit yang baru dan steril.
  • 33. 33 Bab 4 Penyuntikan yang Aman b. Alat suntik Prefilled Injection Device (PID) Jenis alat suntik yang telah berisi vaksin dosis tunggal dari pabriknya. Contoh: - Hepatitis B - Tetanus Toksoid  Mencegah vaksin dari kontaminasi  Memastikan dosis yang tepat  Vaksin & Semprit dalam set yang sama  Mengurangi vaksin terbuang Keuntungan:
  • 34. Langkah-langkah penggunaan PID 34 Bab 4 Penyuntikan yang Aman Keluarkan PID dari kemasan Dorong dan tekan dengan cepat penutup jarum ke dalam port Jarak antara penutup jarum dan port akan hilang dan terasa ada klik Keluarkan penutup jarum Pegang PID pada port dan suntikkan jarum ke lokasi suntikan Tekan reservoir (gelembung vaksin) untuk mengeluarkan vaksin. Sesudah reservoir kempes, tarik PID keluar
  • 35. c. Semprit & Jarum sekali buang Semprit yang hanya bisa dipakai sekali dan dibuang (disposable), tidak direkomendasikan untuk suntikan dalam imunisasi karena resiko penggunaan kembali semprit dan jarum tersebut menyebabkan resiko infeksi tinggi (WHO,UNICEF & UNFPA, 1999) 35 Bab 4 Penyuntikan yang Aman
  • 36. Prosedur penyuntikan : • Mengunakan ADS baru dan steril. • Memeriksa bungkus ADS, untuk memastikan tidak rusak & belum kedaluarsa. • Tidak menyentuh jarum. • Membersihkan kulit dengan kapas + air matang, tunggu kering. • Menyuntikkan vaksin sesuai dengan jenis vaksin. • Tidak memijat-mijat daerah bekas suntikan. • Jika perdarahan, menekan daerah suntikan dengan kapas kering baru hingga darah berhenti. • Membuang ADS bekas pakai langsung ke dalam safety box tanpa melakukan penutupan kembali jarum suntik (recapping) 36 Bab 4 Penyuntikan yang Aman
  • 37. Praktek Penyuntikan Yang Tidak Aman Membahayakan penerima suntikan, petugas kesehatan, & masyarakat PENYUNTIKAN YANG AMAN
  • 38. Tusukan jarum dapat terjadi : • Jika petugas kesehatan menutup kembali jarum atau berjalan sementara membawa semprit dan jarum bekas • Jika pasien khususnya anak-anak tidak dalam posisi yang aman ketika mereka menerima suntikan • Jika praktek-praktek pembuangan yang tidak aman membiarkan orang atau hewan terkena semprit atau jarum bekas Pencegahan Luka Tusukan Jarum Dan Infeksi 38 Bab 4 Penyuntikan yang Aman
  • 39. Cara2 Meningkatkan Keamanan Penyuntikan a. Menyiapkan bundling (vaksin, ADS, kotak pengaman semprit) b. Menyiapkan vaksin hanya pada waktu akan memberikan suntikan c. Jangan biarkan jarum terpasang di atas tutup botol vaksin d. Ikuti petunjuk penyimpanan dan penggunaan vaksin e. Ikuti prosedur yang aman untuk mencampur vaksin f. Gunakan semprit sekali pakai g. Antisipasi terjadinya gerakan mendadak anak selama penyuntikan 39 Bab 4 Penyuntikan yang Aman
  • 40. Cara pengamanan jarum suntik bekas pakai  Segera masukkan jarum suntik bekas pakai kedalam safety box (tanpa direcapping).  Safety box hanya untuk alat suntik bekas pakai dan tutup jarum.  Kumpulkan seluruh bekas ampul pelarut, vial vaksin, tutup vaksin, limbah lainnya (kapas) didalam kantong atau wadah yang aman. Tidak Benar
  • 41. INGAT !!! Jangan meninggalkan jarum suntik tertanam dalam vial. •Jangan Menyiapkan suntikan sebelum anak / sasaran hadir Jangan Membuka Karet Penutup Vaksin atau menyedot langsung dari vial 41 Bab 4 Penyuntikan yang Aman
  • 42. Cara Mencegah Luka Tusukan Jarum dan Infeksi 1. Mengurangi keinginan untuk memegang jarum dan semprit 2. Memegang semprit dan jarum dengan aman 3. Mengatur tataletak tempat pelayanan imunisasi 4. Mengatur posisi anak yg tepat untuk penyuntikan 42 Bab 4 Penyuntikan yang Aman 5. Mempraktekkan pembuangan sampah medis tajam secara aman
  • 43. Mengatur Tataletak Tempat Pelayanan Imunisasi
  • 44. Pencegahan tertusuk jarum : Posisi bayi ketika diimunisasi
  • 45. Kotak tahan air dan tusukan Pembuatan dan penggunaan kotak pengaman Jika kotak pengaman tidak digunakan, tutup pembuka kotak di bagian atas Simpan kotak pengaman di tempat kering, aman dan jauh dari jangkauan anak-anak dan masyarakat umum, sampai kotak ini telah dibuang dengan aman. Kotak pengaman hanya untuk tempat pembuangan semprit Setelah pelayanan di posyandu kotak pengaman dibawa kembali ke Puskesmas Pembuangan sampah semua benda medis tajam secara aman
  • 46. Demonstrasi & Praktek Penyuntikan Siapkan 4 Kelompok Max 10 org/kel Kel 1 . Merencanakan dan melakukan penyuntikan terhadap Bayi Baru Lahir, serta menyelesaikan Pelaporan Kel 2 . Merencanakan dan Melakukan Penyuntikan Terhadap anak Usia 18 (imunisasi lanjutan), serta menyelesaikan Pelaporan. Kel 3 . Merencakan dan Melakukan penyuntikan terhadap WUS Serta Menyelesaikan Pelaporan. Kel 4 . Menghadapi Isseu2 Negatif terhadap Imunisasi serta Solusinya
  • 47. 47 Bab 4 Penyuntikan yang Aman Menggunakan Kotak Pengamanan (safety box)
  • 48. Jangan membuang ADS dalam safety box melebihi ¾ box  mencegah tertusuk jarum 48 Bab 4 Penyuntikan yang Aman
  • 49. PEMILAHAN LIMBAH tajam medis non-tajam non-medis Apa yang dilakukan dengan Vial, Ampul, Tutup jarum suntik, plastik packaging alat suntik?
  • 50. PENGUMPULAN LIMBAH  Limbah posyandu, pustu, polindes dikumpulkan ke puskesmas.  Simpan limbah medis di lokasi yang aman hingga dibawa ke lokasi pemusnahan akhir (max 1 bulan).
  • 51. PEMUSNAHAN AKHIR Insinerasi suhu tinggi DD-Best DD-Mini SICIM De Montfort
  • 54. Definisi KIPI 54 WHO Aide Memoire: AEFI Investigation, 2004 PERMENKES, 2013: • Semua kejadian medik yang berhubungan dengan imunisasi • Dapat berupa efek vaksin ataupun efek simpang, toksisitas, reaksi sensitifitas, efek farmakologis maupun kesalahan program, koinsidens, reaksi suntikan atau hubungan kausal yang tidak dapat ditentukan •An adverse event following immunization is a medical incident that takes place after an immunization, causes concern and is believed to be caused by the immunization.
  • 55. Adverse reaction vs. adverse event Diseases Genetics Other medication Compliance Environment Other factors Diet Programmatic errors Vaccine Reaction Event attributed to vaccine Kejadian Ikutan vs Reaksi Simpang • Kejadian ikutan (adverse event): kejadian yang tidak diharapkan yang dilihat tanpa menilai apakah ada hubungan kausal (sebab- akibat) dengan vaksin • Reaksi simpang (adverse reaction): kejadian yang tidak diharapkan yang diakibatkan oleh vaksin / obat, dan ada bukti yang mendukung suatu hubungan kausal
  • 56. TERMINOLOGI KIPI 2014 • Definisi Umum …any untoward (setiap kejadian yang tidak diduga) • medical occurrence which follows immunization and which does not necessarily have a causal relationship with the usage of the vaccine* (Kejadian medik setelah imunisasi dan tidak selalu mempunyai hubungan causal dengan pemberian vaksin) • The adverse event may be any unfavorable or unintended sign, abnormal laboratory finding, symptom or disease. (Kejadian ikutan mungkin berupa tanda2 yang tidak diharapkan, temuan nilai laboratorium abnormal, gejala atau penyakit.) • Definisi Khusus (cause- specific)  vaccine product-related reaction (reaksi yang berkaitan dengan produk vaksin)  vaccine quality defect-related reaction (reaksi yang berkaitan dengan defek kualitas vaksin)  immunization error-related reaction (reaksi yang berkaitan dengan adanya penyimpangan dalam pemberian imunisasi)  immunization anxiety-related reaction (reaksi yang berkaitan dengan kecemasan yang berlebihan yang berhubungan dengan imunisasi)  coincidental event (kejadian yang secara kebetulan bersamaan.
  • 57. PENYEBAB KIPI: komponen dan cara pemberian Komponen Vaksin: • Antigen: Viral-Bacteria (live-attenuated/ hidup dilemahkan, inaktif), subunit, toxoid • Stabilizer: MgCl2 MgSO4 • Adjuvan: Al • Antibiotik: neomycin • Pengawet: Thiomersal, Formaldehyde, derivat Phenol PENANGANAN VAKSIN RUTE PEMBERIAN: • Oral • Intradermal • Subkutan • Intramuskular KIPI
  • 58. Sering sekali * > 1/10 > 10% Sering > 1/100 - < 1/10 > 1.0 % - < 10% Jarang > 1/1,000 - < 1/100 > 0.1 % - < 1 % Jarang sekali > 1/10,000 - < 1/1,000 > 0.01% - < 0.1% Sangat jarang sekali * < 1/10,000 < 0.01% FREKUENSI REAKSI VAKSIN Global Manual Surveillance AEFI. WHO 2014
  • 59. KIPI Serius,… • Sebuah AEFI akan dianggap serius , jika : - Terjadi kematian, – Mengancam Hidup, – Membutuhkan rawat inap atau perpanjangan rawat inap yang ada , – Hasil di persisten atau signifikan cacat / ketidakmampuan , – bawaan anomali / cacat lahir , atau membutuhkan intervensi untuk mencegah kerusakan permanen atau kerusakan
  • 60. REAKSI RINGAN SERING - SERING SEKALI BCG Hib HepB Measles/ MMR Polio (OPV) DTP (pertussis) Tetanus 90-95% 5-15% Dws: 15% ; Anak: 5% ~10% - Sampai 50% ~10%* - 2-10% - 5-15% < 1% Sampai 50% ~10% - - 1-6% 5% ruam < 1%** Sampai 55% ~25% * Kejadian (rate) reaksi lokal mungkin meningkat pd booster, bisa sampai 50-85% ** Gejala: diare, sakit kepala, dan/ atau nyeri otot. Vaksin Reaksi lokal (nyeri,pembengkakan,kemerahan) Demam >38oC Rewel, tdk enak badan & gejala sistemik
  • 61. REAKSI BERAT JARANG SEKALI - SANGAT JARANG SEKALI 0.76-1.3 (dosispertama) 0.17 (dosis berikutnya) 0.15 (kontak) 4-30 hari Vaccine-associated paralytic poliomyelitis (VAPP) Risiko meningkat pada dosis pertama, dewasa, dan penderita imunokompromis OPV 333 33 1-50 < 1 5-12 hari 15-35 hari 0-1 jam - Kejang demam Trombositopenia Anafilaksis Ensefalopati Measles /MMR 1-2 5 0-1 jam 1-6 minggu Anafilaksis Sindrom Guillain Barré Hep B Tidak diketahui Hib 100-1000 1-700 2 2-6 bulan 1-12 bulan 1-12 bulan Lymfadenitis Supuratif BCG osteitis BCG Diseminata BCG Rate per sejuta dosis Interval Awitan Reaksi Vaksin
  • 62. REAKSI BERAT JARANG SEKALI- SANGAT JARANG SEKALI Vaksin Reaksi Interval awitan Rate per sejuta dosis Tetanus Neuritis brakial Anafilaksis Abses steril 2-28 hari 0-1 jam 1-6 minggu 5-10 1-6 6-10 Tetanus-difteri Sepert reaksi tetanus DTP Persisten inconsolable screaming (>3 jam) Kejang Hypotonic,hyporesponsiv e episode (HHE) Anafilaksis / renjatan Ensefalopati 0-24 jam 0-3 hari 0-24 jam 0-1 jam 0-3 hari 1000-60 000 570 570 20 0-1
  • 63. Tingkatan dalam Menganalisis Hubungan Sebab Akibat pada KIPI • Populasi • Individu • Investigasi
  • 64. KRITERIA PADA TINGKAT POPULASI YANG DAPAT MENUNJUKKAN HUBUNGAN SEBAB AKIBAT ANTARA PEMBERIAN VAKSIN TERTENTU DENGAN REAKSI SIMPANG,  Awitan waktu yang sesuai  Hubungan sebab akibat yang kuat (didukung dari statistik)  Hubungannya dengan dosis vaksin  Konsisten  Spesifik  Sesuai dengan sifat biologis vaksin tersebut Tingkatan dalam Menganalisis Hubungan Sebab Akibat pada KIPI
  • 65. Tingkatan dalam Menganalisis Hubungan Sebab Akibat pada KIPI Kriteria pada Tingkat Individu yang dapat menunjukkan hubungan sebab akibat antara pemberian vaksin tertentu dengan reaksi simpang • Awitan waktu yang jelas • Ditemukan bukti klinis atau hasil lab yang mendukung • Sesuai dengan sifat biologis dr vaksin tersebut • Mengeksklusi semua kemungkinan penjelasan lain yang dapat berhubungan dengan munculnya reaksi simpang. seperti: • Terdapat riwayat bahwa vaksin tersebut dapat mencetuskan reaksi yang serupa dengan beberapa kali penyuntikan (GBS muncul setelah imunisasi TT) 65
  • 66. Pemilihan kausalitas kasus KIPI sebaiknya lebih difokuskan pada kasus yang: • Menyebabkan kematian, mengancam nyawa, membutuhkan perawatan rumah sakit yang lama atau pada kasus KIPI yang disertai dengan adanya kelainan kongenital atau cacat bawaan • Tingkat keparahan gejala yang berat • Kejadian yang terjadi pada satu individu ataupun sekelompok orang namun dapat berdampak lebih luas.
  • 67. KASUS KIPI KHUSUS • Kejadian karena kesalahan saat imunisasi (teknik atau prosedur)  terjadi abses bakterial, reaksi lokal berat, demam tinggi atau sepsis, lymphadenitis BCG, maupun toxic shock syndrome. • Reaksi simpang yang muncul dalam kurun waktu 30 hari setelah vaksinasi, namun tidak dapat ditemukan penyebabnya. • Kejadian yang menyebabkan kegelisahan berlebih pada orang tua dan masyarakat. contohnya yaitu terjadinya HHE (hypotonic hyporensponsive episode) atau kejang demam.
  • 68. 1 Reaksi KIPI yang terkait komponen vaksin CONTOH Trombositopenia pasca pemberian vaksin campak 2 Reaksi KIPI yang terkait dengan cacat mutu vaksin CONTOH Kegagalan pabrik vaksin untuk menginaktivasi secara komplit suatu lot vaksin IPV yang menyebabkan polio paralitik 3 Reaksi KIPI akibat kesalahan prosedur imunisasi CONTOH Transmisi infeksi melalui vial multidosis yang terkontaminas i 4 Reaksi KIPI akibat kecemasan karena takut disuntik CONTOH Vasovagal syncope pada seorang dewasa muda setelah imunisasi. 5 Kejadian Koinsiden CONTOH Demam setelah imunisasi (hubungan sementara) dan parasit malaria yang diisolasi dari darah. DEFINISI KIPI BERDASARKAN PENYEBAB (WHO, 2014)
  • 69. AUDIT KIPI : Komda KIPI Prov Hasil Audit Sementara Komda KIPI Prov :  Penyebab Kematian: Aspirasi (menunggu hasil otopsi)  Klasifikasi Lapangan: Koinsiden Apa yang harus dilakukan setelah melakukan investigasi?
  • 70. Koordinasi dengan Komnas PP-KIPI Hasil Sementara Audit Komnas KIPI:  Demam bisa disebabkan oleh reaksi vaksin DPT. Namun kematian diduga karena aspirasi (reaksi anafilaktik dapat disingkirkan, karena kematian lebih dari 4 jam)  Kepastian penyebab kematian akan ditegakkan setelah mendapat hasil otopsi dan hasil uji keamanan vaksin oleh BPOM (uji toksisitas dan sterilitas yang memerlukan waktu 3 minggu). Tindakan Selanjutnya?
  • 71. Peran BPOM dalam KIPI Kesimpulan: Toksisitas khas pertusis contoh tersebut di atas memenuhi syarat Pengujian Sampel Vaksin  Uji Sterilitas dan Toksisitas
  • 72. Laporan kasus KIPI diterima oleh Program Imunisasi/ KOMDA /KOMNAS PP-KIPI Program Imunisasi berdasarkan rekomendasi KOMNAS KIPI: meminta BADAN POM untuk SAMPLING dan PENGUJIAN Vaksin SAMPLING dilakukan oleh Petugas Badan POM/ Balai POM setempat berkoor-dinasi dg Dinkes dan KOMDA setempat PENGUJIAN dilakukan oleh Pusat Pengujian Obat dan Makanan Nasional (PPOMN), Badan POM Tindak Lanjut ke Produsen Vaksin Badan POM berperan dalam memastikan mutu vaksin yang diduga penyebab Kasus KIPI Peran Badan POM & Balai POM
  • 73. • Badan POM  BBPOM  pengambilan sampel  koordinasi dengan KOMNAS/KOMDA PP KIPI & DINKES setempat utk identifikasi lot/bets. • Jenis KIPI yg perlu dilakukan pengujian sampel: 1. KIPI yang dicurigai berhubungan dgn reaksi vaksin berat (SAE) dan KIPI serius dengan sebab yang tidak dapat dijelaskan. 2. KIPI berkelompok (cluster). 3. Proses pengambilan & pengiriman sampel sesuai ketentuan & persyaratan ‘Cold Chain’ & dilengkapi dengan Berita Acara pengambilan sampel vaksin. 8/15/2016 73 Uji LaboratoriumVaksin
  • 74. Audit Final oleh Komnas KIPI Klasifikasi: 1. Lapangan  Koinsiden 2. Kausalitas  Unrelated Penyebab Kematian:  Berdasarkan hasil otopsi, anak meninggal karena benturan benda tumpul
  • 75. Peran Media dalam Klarifikasi KIPI Tempo Kompas
  • 76. • KIPI harus dilaporkan dalam 24 jam • Segera lakukan investigasi dan klasifikasi • Koordinasi dengan Komnas KIPI • Juru bicara adalah key person sebaiknya nara sumber Komda KIPI, yang telah dipersiapkan Kesimpulan
  • 77. 77 Bab 4 Penyuntikan yang Aman