1. BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Be lakang
Tanaman terung (Solanum melongena L.) berasal dari Indonesia dan India,
pertama kali dibudidayakan oleh Asia, terutama suku India dan Birma pada tahun700
sm. Kapan tanaman ini mulai dibudidayakan oleh manusia belum ditemukan data
pastinya. Beberapa petunjuk menyatakan bahwa tanaman terung banyak tumbuh di
Cina.Dari daerah ini kemudian dibawa ke Spanyol dan disebarluaskan kenegara -
negara lain di Eropa, Afrika, Amerika selatan, Malaysia dan Indonesia. Dikedua
kawasan ini terdapat aneka jenis terung, baik yang dibudidayakan atau tumbuh secara
liar. Pusat keanekaragamannya yang kedua adalah Cina. Pada perkembangannya
dibanyak Negara minsalnya daerah Karibia, Malaysia, Afrika Tenggara, Afrika
Timur, Afrika Barat, Amerika Selatan, dan daerah tropika pada umumnya ( Siregar,
1992 ).
Terung merupakan jenis tanaman sayur- sayuran berbentuk buah yang
mempunyai rasa enak untuk dikonsumsi, baik berupa buah segar maupun dalam
bentuk lalap (sayuran segar) atau disayur rebus, gulai, sambal dan lain sebagainya.
Tanaman terung banyak digemari karena selain rasanya enak dan harganya relatif
murah, kandungan gizinya pun cukup lengkap yaitu protein, lemak, karbohidrat,
vitamin A, vitamin B, vitamin C, Posfor, dan zat besi. Terung mempunyai nilai
ekonomis yang cukup tinggi dan telah mampu menerobos pasaran ekspor. (Soetasad
dan Sri Muryanti,1999).
2. Manfaat dan Kegunaan Terung. Anti kejang, anti kanker, dan pendepak
gagguan pembuluh darah, Manfaat lain buah terung yang matang bisa untuk sirop,
sup, adonan pengisi (perut ayam, dan sebagainya) dan untuk rujak. Buah yang dibelah
dapat digunakan sebagai bumbu, serta dibakar atau dipanggang untuk digunakan
sebagai sayuran. Buah yang matang di pohon yang dipelihara pada lingkungan yang
cocok saja yang rasa dan aromanya enak. Buah yang dimatangkan sebaik -baiknya
juga penting agar dihasilkan sirup, jell, selai, pencuci mulut dan sebagai hiasan es
krim yang berkualitas baik. Bijinya yang keras itu dapat dibuang setelah digodok. Air
kapur dan gula dapat ditambahkan agar rasanya lebih enak (Spilane, 1995).
Rata- rata produksi terung di Kabupaten Bungo pada tahun 2009 adalah sebesar
5,83 ton/ha (Dinas TPH Kabupaten Bungo, 2010). Untuk Provinsi Jambi menurut
BPS Jambi (2008) adalah sebesar 7,46 ton/ha. Sedangk an rata- rata produksi terung
unggul yang dibudidayakan secara intensif dapat mencapai 50 – 60 ton/ha (Soetasad
dan Sri Muryanti 1999).
Rendahnya produksi tersebut disebabkan belum mengunakan varietas unggul,
teknik budidaya yang belum sempurna, masalah tanah masam dan pengendalian
hama penyakit. Salah satu tehnik budidaya yang perlu mendapat perhatian adalah
masalah pemupukan. Pemupukan dapat mengunakan bahan an organik dan organik.
Pemupukan yang berasal dari bahan an organik dapat menyebabkan kerusakan tanah
dan lingkungan. Pupuk organik merupakan salah satu upaya untuk menambah unsur
hara tanah yang sedang digalakkan pada saat ini karena pupuk organik harganya
murah, mudah didapat dan ramah lingkungan. Salah satu pupuk organik yang dapat
digunakan yaitu dengan megunakan kompos kulit buah kakao. (Wood, 1973 dalam
Irwandi, 2000).
3. Sutanto dan Utami (1995) mengemukakan bahwa secara garis besar Pupuk
Kompos Kulit Buah Kakao atau pupuk organik adalah pupuk yang berasal dari sisa -
sisa organisme hidup. Pupuk organik yang sering digunakan adalah pupuk kandang
dan kompos.
Keuntungan yang diperoleh dengan memanfaatkan pupuk organik adalah
mempengaruhi sifat fisik, kimia dan biologis tanah. Kompos adalah bahan organik
mentah yang telah mengalami proses dekomposisi secara alami. Proses pengomposan
memerlukan waktu yang panjang tergantung pada jenis biomassanya. Percepatan
waktu pengomposan dapat ditempuh melalui kombinasi pencacahan bahan baku dan
pemberian aktivator dekomposisi.
Berdasarkan hasil penelitian Sutanto dan Utami (1995) salah satu limbah
pertanian yang baru sedikit dimanfaatkan adalah limbah dari perkebunan kakao yaitu
kulit buah kakao. Mengemukakan bahwa limbah kulit buah kakao berpengaruh
terhadap diameter batang, pertumbuhan dan hasil tanaman terung.
Berdasarkan uraian diatas, penulis mencoba melakukan penelitian yang
berjudul “Pe ngaruh Pe mbe rian Kompos Kulit Buah Kakao Te rhadap
Pe rtumbuhan Dan Has il Tanaman Te rung ( Solanum melongena L. ) Di
Polybag”
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai
berikut :
1. Apakah terdapat pengaruh kompos kulit buah kakao terhadap pertumbuhan dan
hasil tanaman Terung(Solanum melongena L) ?
4. 2. Berapakah dosis optimum kompos kulit buah kakao yang memberikan pengaruh
terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman Terung(Solanum melongena L) ?
1.3. Tujuan Pene litian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kompos kulit buah kakao
terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman Terung (Solanum melongena L).Sedangkan
kegunaan penelitian ini agar dapat memberikan informasi yang berguna dalam usaha
pengembangan budidaya tanaman terung khususnya pada fase pertumbuhan dan hasil
tanaman terung.
1.4. Hipote s is
Berdasarkan rumusan masalah diatas dapat dikemukakan suatu hipote sis bahwa
Pengunaan kompos kulit buah kakao dapat memberikan pengaruh pertumbuhan dan
hasil tanaman terung lebih baik.
Dosis yang memberikan pengaruh terhadap pertumbuahan dan hasil tanaman
terung adalah 1.500 g / polybag dengan hasil yang terbaik terhadap tinggi tanaman
terung.
5. BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Botani Tanaman Te rung
Menurut Prahasta (2009) Klasifikasi tanaman terung (Solanum melongena
L).sebagai berikut.: Divisio Magnoliophyta, Kelas
Magnoliopsida, Ordo Solanales, Family Solanaceae, Genus Solanum, dan
Spesies Solanum melongena L.
Tanaman terung (Solanum melongena L) adalah tanaman setahun berjenis perdu,
pohon dengan percabangan rendah dan tingginya dapat mencapai 1 m dpt. Batang
tanaman terung dibedakan menjadi dua macam, yaitu batang utama (primer) dan
percabangan (sekunder). Dalam perkembangan batangnya batang sekunder ini akan
mempunyai percabangan baru. Batang utama merupakan penyangga berdirinya
tanaman, sedangkan percabangan adalah bagian tanaman yang akan mengeluark an
bunga (Soetasad dan Sri Muryanti, 1999).
6. Tanaman terung mempunyai akar tunggang (radix primaria). Pertumbuhan akar
serabut bisa mencapai diameter 30 cm kearah samping dan akar tunggang berdiameter
35 cm ke arah bawah. Tanaman terung yang diperbanyak dengan cara generatif pada
awal pertumbuahnnya sudah mempunyai akar tunggang yang berukuran pendek dan
disertai dengan akar serabut yang mengelilingi akar tunggang, banyak perkembangan
akar dipengaruhi oleh faktor struktur tanah, air tanah dan drainase didalam tanah,
pada akar tunggang akan tumbuh akar-akar serabut dan akar cabang (Siregar, 1992).
Bentuk daun terung terdiri dari atas tangkai daun (petiolus) dan helaian daun
(lamina). Daun seperti ini lazim dikenal dengan nama daun bertangkai. Tangkai daun
berbentuk silindris dengan sisi agak pipih dan menebal dibagian pangkal, panjangnya
berkisar antara 5 – 8 cm. Helaian daun terdiri atas ibu tulang daun, tulang cabang,
dan urat- urat daun. Ibu tulang daun merupakan perpanjangan dari tangkai daun yang
makin mengecil kearah pucuk daun. Lebar helaian daun 7 – 9 cm atau lebih sesuai
varietasnya. Panjang daun antara 12 - 20 cm. Bagun daun berupa belah ketupat
hingga oval, bagian ujung daun tumpul, pangkal daun meruncing, dan sisi bertoreh
(Soetasad dan Sri Muryati, 1999).
Bunga terung merupakan bunga banci atau lebih dikenal dengan bunga
berkelamin dua, dalam satu bunga terdapat alat kelamin jantan dan betina (benang
sari dan Putik), bunga seperti ini sering dinamakan bunga lengkap, perhiasan bunga
yang dimiliki adalah kelopak bunga, mahkota bunga, dan tangkai bunga. Pada saat
bunga mekar diameter bunga rata- rata 2,5 – 3 cm. Letaknya mengantung. Mahkota
bunga berjumlah 5 – 8 buah dan akan digugurkan sewaktu buah berkembang.
Mahkota ini tersusun rapi yang membentuk bangun bintang. Benang sari berjumlah 5
– 6 buah. Putik berjumlah 2 buah yang terletak dalam satu lingkaran bunga yang
letaknya menonjol di dasar bunga (Soetasad dan Sri Muryanti,1999).
7. Menurut Soetasad dan Sri Muryanti (1999) buah terung berbentuk bulat panjang
dengan kulit yang berdaun lebar dan berbentuk telinga. Bunganya berwarna biru
agak kecoklatan dan merupakan bunga yang sempurna, biasanya terpisah dan
terbentuk dalam tandan bunga. Buah berbentuk panjang lonjong dan juga beragam
bentuk dan warna.
Buah terung merupakan buah sejati tunggal dan berdaging tebal, lunak, berair
dan tidak akan pecah jika buah telah masak. Daging buah ini merupakan bagian yang
enak dimakan, biji terdapat bebas dalam selubung lunak yang terlindung oleh daging
buah. Pangkal buah menempel pada kelopak bunga yang telah menjelma menjadi
kerangka bunga. Buah mengantung, tangkai buah berkembang dari tangkai bunga
yang letaknya berada diantara tangkai daun. Buah terung bentuknya beraneka ragam
sesuai dengan varietasnya. Bentuk yang dikenal meliputi : panjang silindris, panjang
lonjong, lonjong (oval), bulat lebar, dan bulat (Soetasad dan Sri Muryanti,1999).
2.2. Syarat Tumbuh
2.2.1. Iklim
Tanaman terung dapat tumbuh dan agar produksi hasil tanaman memuaskan
yaitu meliputi Iklim cuaca tropis memungkinkan petani memproduksi sayuran
sepanjang tahun. Unsur-unsur iklim yang perlu diperhatikan dalam pertumbuhan
tanaman terung antara lain ketinggian tempat, intensitas cahaya, serta temperatur dan
kelembaban. Tanaman terung dapat ditanam didataran rendah dan dataran tinggi.
Kisaran ketinggian tempat yang sesuai untuk tanaman terung ini antara 1.000 – 1.200
m (dpl). Suhu untuk tanaman terung untuk pertumbuhannya yaitu suhu
pertumbuhannya Suhu udara 22 - 30 ºC pada siang hari dan 9 - 12 ºC pada malam
8. hari. Meskipun demikian, tanaman itu masih dapat bertahan pada suhu 38 ºC. Di
Indonesia, tanaman itu cocok ditanam pada dataran tinggi yang bersuhu 16 - 25 ºC.
(Soetasad dan Sri Muryanti,1999).
Pusat penelitian terung dan kakao Indonesia (2004) Curah hujan tahunan yang
diinginkan oleh tanaman terung adalah 1250 mm sampai 2500 mm. Pada curah
dibawah 1250 mm pertahun tanaman terung memerlukan irigasi kare na banyak air
yang hilang melalui transpirasi yang jauh lebih besar. Sebaliknya curah hujan yang
besar dari 2500 mm pertahun menyebabkan timbulnya serangan jamur.
Prihmantoro dan Indriani (2000) Intensitas cahaya banyak ditentukan dalam
menentukan kualitas buah terung. Dalam batas yang normal intensitas cahaya akan
memberikan pengaruh yang baik terutama pada pembentukan warna buah yang
diperlukan tanaman terung yakni 60 %. Terung bagus ditanam didaerah tropis yakni
dibawah 30˚C (antara 15 – 25˚C) ataupun dataran tinggi yang kelembabannya
rendah dibawah 70 %. Dan Kelembaban udara untuk tanaman terung berkisar 80 %.
Mendapatkan sinar matahari langsung yang cukup.
2.2.2. Tanah
Terung merupakan tanaman yang dapat ditanam diberbagai jenis tanah lempung
agak berliat, lempung berpasir, tanah pasir yang gembur, subur, banyak mengandung
bahan organik, unsur hara dan mudah menyerap air. Tanah untuk tanaman terung
dapat tumbuh dengan baik pada kondisi tanah lempung berpasir. Derajat keasaman
atau pH tanah yang cocok untuk tanaman terung adalah 5,0 – 6,0, kemiringan lahan
kurang 8 %, Tanah yang selalu tergenang air menyebabkan tanaman menjadi kerdil
atau mati (Soetasad dan Sri Muryanti,1999).
9. Untuk pertumbuhan tanaman terutama tanaman terung unsur Nitrogen (N)
sangat dibutuhkan pada pertumbuhan vegetatif, kekurangan unsur N akan
mengakibatkan pertumbuhan kerdil, daunnya menguning dan produksinya menurun
(Nyakpa, dkk 1988).
2.2.3. Pembibitan Tanaman
Tahap awal pembibitan biasanya biji atau benih terung dikecambahkan pada
bedegan perkecambahan yang lebarnya 1 meter dan panjangnya sesuai dengan jumlah
biji yang dikecambahkan. Benih terlebih dahulu direndam dengan air hangat kuku
selama 10 -15 menit. Media tanam berupa tanah yang sudah dicampurkan dengan
pupuk kandang dan dipastikan agar media tercampur sampai merata lalu disiram
dengan air dan dibiarkan sesaat, Tutup benih tersebut dengan tanah tipis, Permukaan
bedengan yang telah disemai benih ditutup dengan daun pisang atau ilalang, Setelah
benih tampak berkecambah muncul, buka penutupnya, Siram persemaian pagi dan
sore hari, Perhatikan serangan hama dan penyakit sejak di pembibitan, kemudian
pindahkan satu persatu ke polybag yang berukuran 6 x 17 cm yang telah berisi media
tanam. Bibit berumur 1 - 1,5 bulan atau berdaun empat helai siap dipindah tanamkan
ke polybag besar yang berkapasitas (15 x 35), benih diletakkan satu persatu pada
setiap polybag percobaan, (Erwiyono, 1990).
2.2.4. Pemupukan Bibit Te rung
Pupuk yang dimaksud disini adalah semua bahan senyawa yang mengandung
unsur hara tanaman, mikro dan makro, padat ataupun cair, organik ataupun an
organik, yang kalau diberikan pada kedalam tanah akan dapat menyumbang unsur
hara dan perbaikan kesuburan tanah. Tindakkan penyampain pupuk ke dalam tanah
10. ataupun bahagian pertumbuhan tanaman disebut dengan pemupukan (Pusat Penelitian
Terung dan Kakao Indonesia, 2004).
Cepat lambatnya reaksi pupuk didalam tanah ditentukan oleh sifat pupuk yang
digunakan, umumnya pupuk tunggal yang larut dalam air lebih cepat tersedia bagi
tanaman. Begitu juga pupuk majemuk umumnya merupakan pupuk yang tersedia
berlahan bila dibandingkan dengan pupuk tunggal, pupuk yang berikatan senyawa
sedikit lebih lambat tersedia dibandingkan dengan pupuk yang berikatan senyawa an
organik (Warintek, 2004).
Respon tanaman terhadap pemberian pupuk akan ditentukan oleh kandungan
unsur hara yang ada dalam tanah dan banyaknya unsur hara yang dibutuhkan untuk
pertumbuhan, tanah yang kandungan unsur hara tersedia lebih tinggi umumnya
kurang respon terhadap pemupukan dan akan terjadi sebaliknya. Bila pemupukan
dilakukan secara tepat maka unsur-unsur yang terkandung dalam pupuk ini tidak
hanya mengendalikan atau mendukung satu sama lain akan tetapi juga berkaitan
dengan ekonomi maupun keefektipan pemupukan. Pada umunya tanaman memerlukan
pupuk majemuk yang mengandunng unsur Nitrogen, Posfor, dan Kalium. Masing-masing
unsur hara mempunyai peranan yang khusus bagi tanaman (Soetasad dan Sri
Muryanti, 1999).
2.3. Pe ranan Pupuk Organik
Pupuk Organik biasanya mengandung bahan-bahan organik yang bersifat alami
tidak mengandung zat kimia yang bisa merusak lingkungan dan struktur serta tekstur
tanah. Pupuk organik mengalami proses pelapukan atau penguraian secara alami
maupun buatan.
Table 1. Jenis- jenis Pupuk Organik dan Persentase Hara yang Dikandung.
11. Jenis Pupuk
Organik
% Kandungan Hara
Nitrogen Posfor Kalium
Sapi 0,8 - 1,2 0,44 – 0,88 0,4 – 0,8
Domba/Kambing 2,0 -3,0 0,88 2,1
Ayam 1,5 – 3,0 1,15 – 2,25 1,0 – 1,4
Kulit Buah Kakao 1,30 0,186 5,5
Sumber : Darmono dan Tripanj i, 1999.
Pupuk organik banyak macamnya diantaranya adalah kotoran hewan ternak,
namun demikian kotoran ayam mempunyai beberapa kelebihan dibandingkan dengan
kotoran hewan lainnya, terlihat pada tabel 1 diatas.
Kompos Kulit Buah Kakao mengandung unsur hara yang diserap oleh tanaman
terung, sehingga diharapkan dapat menyediakan unsur yang dibutuhkan oleh bibit
terung. Media tanaman yang biasa digunakan dalam pembibitan terung adalah
campuran antara tanah dan pupuk kompos kulit buah kakao. Perbandingan campuran
tanah dengan pupuk organik kompos kulit buah kakao sangat berbeda, beberapa
penelitian memperlihatkan bahwa terdapat perbedaan perbandingan dan campuran
medium tumbuh antara satu tempat dengan tempat yang lainnya, Lapisan atas
dengan pupuk kandang dengan perbandingan 1 : 1. (Zulfan (1988), dan Erwiyono
(1990)).
Tabel 2. Analisis Kimia Kompos Kulit Buah Kakao
Kompo
nen
Kimia
BO
%
H2
O
%
KC
L%
C.Orga
nik %
N.Tot
al%
P2O
5%
K2O
%
CaO
%
Mg
O%
S
%
N
%
Kandun 42, 9, 1 33,71 1,30 0,18 5,5 0,85 0,57 0, 8,
12. gan 3 4 6 79 7
Sumber : Dianalisis di Laboratorium dan Penelit ian UPP SDA Hayat i Unpad,
(2000).
Kultivar tanaman yang unggul dibutuhkan untuk memproduksi hasil terung yang
baik. Benih Hybrid F1memiliki sifat- sifat yang unggul diantaranya yaitu : Produksi
tinggi, Tahan terhadap Hama dan Penyakit, Prospek agronomis mudah, Pertumbuhan
Generatif yang baik dan Periode tanaman untuk menghasilkan Cepat (Spillane, 1995).
13. BAB III
METODA PENELITIAN
3.1. Tempat dan Waktu Pene litian
Penelitian ini telah dilaksanakan di kebun Percontohan Fakultas Pertanian
Universitas Muara Bungo (UMB) Sungai Binjai Km. 06 Kecamatan Bathin III
Kabupaten Bungo, dengan ketinggian tempat 80 - 100 M dpl. pH 5,5 Penelitian di
dilaksanakan selama ± 5 bulan, yaitu dari tanggal 07 April sampai dengan 07 Agustus
2012.
3.2. Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam percobaan ini meliputi Benih terung varietas
Hybrid F1 (Terung Bimbi). Kompos Kulit Buah Kakao, Pupuk Kandang, dan
Pestisida Nabati (Pseudomonas f lorecens).
Sedangkan Alat yang digunakan adalah Cangkul, Parang, Palu, Kayu, Seng, Tali
rapia, Paku, Gergaji, Ember plastic, Hand sprayer, Meteran, Timbangan, Kertas label,
Polybag ukuran (6 x 17) dan ukuran (15 x 35) serta Alat tulis.
3.3. Rancangan Pene litian
14. Rancangan yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak
Lengkap (RAL) dengan 5 Perlakuan dan 4 ulangan. Adapun perlakuan pemberian
takaran kompos kulit buah kakao adalah sebagai berikut :
K0 = Kompos Kulit Buah Kakao 0 g / polybag.
K1 = Kompos Kulit Buah Kakao 375 g / polybag.
K2 = Kompos Kulit Buah Kakao 750 g / polybag.
K3 = Kompos Kulit Buah Kakao 1.125 g / polybag.
K4 = Kompos Kulit Buah Kakao 1.500 g / polybag.
Penelitian ini terdiri 5 perlakuan yang diulang sebanyak 4 kali sehingga didapat
20 unit percobaan. Jumlah tiap unit 3 tanaman sehingga jumlah tanaman seluruhnya
adalah 20 x 3 = 60 tanaman. Untuk setiap unit percobaan diambil 2 tanaman sampel
sehingga diperoleh 2 x 20 = 40 tanaman sampel. Penempatan unit percobaan
dilakukan secara acak seperti terlihat pada lampiran 1. Data hasil pengamatan priodik
ditampilkan dalam bentuk grafik, sedangkan data pengamatan terakhir di analisa
dengan uji DNMRT F, jika F hitung > dari pada F tabel pada taraf 5 %, dilanjutkan
uji DNMRT pada taraf 5 %.
Karakteristik pertumbuhan tanaman meliputi Tinggi Tanaman, Diameter Batang,
Luas Daun Total, Umur Mulai Berbunga, Jumlah Buah Pertanaman, Hasil Buah
Pertanaman.
3.4. Pe laksanaan Pene litian
3.4.1. Pe rs iapan Tempat Pene litian
Tempat penelitian dipilih yang datar dan tidak terlalu jauh dari naungan,
kemudian dibersihkan dari tanaman pengganggu atau gulma, sampah dan kotoran-kotoran
lain. Setelah tanah nya dipadatkan, begitu juga disekitar 1,5 meter sekeliling
15. tempat penelitian, Tanahnya diratakan agar posisi polybag tegak dengan baik dan
bagus, Sekeliling tempat penelitian dibuat parit-parit drainase sedalam 10 cm, Lebar
50 cm, gunanya untuk mencegah masuknya air ke areal percobaan jika turun hujan.
Kemudian polybag yang telah diisi media tanah disusun sesuai dengan denah
penelitian pada Lampiran 1. Dengan jarak antar polybag 60 x 60 cm.
3.4.2. Pembuatan Naungan Pembibitan
Naungan dibuat memanjang Utara – Selatan , sebelah Barat ketinggian 2 meter
dan sebelah Timur 2 meter, ujung- ujung naungan sebelah Barat dan Timur dilebihkan
± 100 cm menjorok keluar, Kerangka naungan terbuat dari kayu-kayu dengan atap
naungan dari daun salak.
3.4.3. Pe rs iapan Benih
Benih terung jenis Hybrid F1 (Terung Bimbi) Cap Bunga Matahari d iambil dari
toko pertanian dimuara bungo, benih yang diperoleh berupa benih yang masih
didalam kantong kemasan dan bersitifikasi.
3.4.4. Pe rsemaian
Biji terung perlu disemai terlebih dahulu sebelum penanaman. Proses
penyemaian harus dilakukan secara ster il pada media tanam. Biji dikecambahkan
pada bedengan selama 1 minggu. Selanjutnya bibit terung yang memiliki daun
sempurna tersebut dipindahkan ke polybag setelah sampai muncul 2 – 3 helai daun.
Kemudian bibit ditanam pada media sesungguhnya yakni polyba g besar yang
berukuran (15 x 35 cm). Benih diletakkan satu persatu pada setiap lubang yang telah
dibuat pada polibag besar dengan posisi bibit tanaman terung tegak lurus keatas
16. disekeliling bibit tanaman diberikan gulma yang sudah di buang yang berfungsi
sebagai kelembaban tanah didalam polibag.
3.4.5. Penanaman
Penanaman dilakukan pada musim panas atau musim kemarau, pilih bibit yang
tumbuh subur dan normal dan tidak terjangkit serangan hama dan penyakit dengan
memindahkan bibit yang telah berumur 35 – 40 hari atau bibit telah mempunyai 4 – 6
helai daun pada media tanam polybag kecil dan dipindahkan ke polybag besar. Media
yang digunakan untuk penanaman ini adalah tanah padsolid merah kuning (PMK) dan
pupuk kandang sapi. Pemindahan tanaman dilakukan dengan cara menyobek polibag
kecil sebelum dimasukkan kedalam polibag besar.
3.4.6. Peme liharaan
Pemeliharaan meliputi kegiatan pengairan atau penyiraman, penyulaman,
penyiangan gulma, pemasangan ajir, pembentukan percabangan, pemupukan, serta
pengedalian hama dan penyakit, penyiraman dilakukan setiap pagi dan sore hari
dengan cara menyiramkan air kedalam polybag dan tidak terlalu berlebihan,
Penyiangan gulma dilakukan dengan cara manual yaitu dengan cara mencabut setiap
gulma yang tumbuh didalam polybag maupun disekitar polybag. Pengendalian hama
dan penyakit mengunakan Pestisida Nabati, Jika tidak sangup dengan Pestisida
Nabati baru mengunkan Insektisida (Decis 2,5 EC).
3.4.7. Pemanenan
17. Pemanenan terung dilakukan pada saat buah terung memasuki stasiun ma tang
dengan ciri-ciri sebagian besar permukaan buah sudah berwarna hitam mengilap dan
pas waktunya untuk dipanen atau persentasenya 20 %, kecuali pada panen terakhir
semua buah yang kecil atau yang besar juga ikut dipanen. Panen dilakukan sebanyak
5 kali dengan interval panen 2 hari 1 kali.
3.5. Variabe l Pengamatan
3.5.1. Tinggi Tanaman (cm)
Tinggi tanaman diukur setelah tanaman berumur 14 hari setelah tanaman
dengan selang waktu seminggu sekali sampai pada akhir masa pertumbuhan vegetatif,
pengukuran dilakukan dengan mengukur dari permukaan tanah atau leher akar sampai
titik tumbuh. Agar dasar pengukuran tidak berubah maka dibuat ajir dari permukaan
tanah.
3.5.2. Diame te r Batang (cm)
Pengukuran diameter batang tanaman dimulai pada minggu ke-4 setelah tanam
dengan selang waktu 2 minggu sekali sampai dengan minggu ke -16. pengukuran
dilakukan dengan mengunakan potongan tali rapia. Pengukuran pada titik tetap yaitu
pada ketinggian 5 cm diatas leher akar atau setinggi ajir bambu.
3.5.3 Luas Daun Total (cm²)
18. Pengukuran luas daun dilakukan pada akhir penelitian. Daun yang akan di
ukur luasnya adalah daun yang telah membuka sempurna, untuk mendapat luas daun
total digunakan rumus Francis Rutger dan Faliner (1969).
Rumus : LD = P x L x 0,75
ket :
LD : Lebar Daun (cm²)
P : Panjang Daun(cm)
L : Lebar Daun(cm)
3.5.4 Umur Mulai Be rbunga (Hs t)
Perhitungan umur mulai berbunga dilakukan dengan cara menghitung jumlah
hari sejak persemaian sampai muncul bunga pertama atau pada setiap petak terdapat
50% tanaman sampel telah muncul bunga pertama. Satuan yang digunakan adalah
hari setelah semai.
3.5.5 Jumlah Buah Pe rtanaman (Buah)
Penghitungan jumlah buah pertanaman dilakukan pada saat panen, terung
bimbi Hybrid F1, yang tumbuh dan berkembang secara normal dan terpelihara dengan
baik akan menghasilkan jumlah buah sebanyak 4 - 6 buah pertanaman diluar putik.
3.5.6. Has il Buah Pe rtanaman (g)
Berat buah terung petikan pertama dan terakhir rata - rata 509,8 g maka produksi
tanaman adalah 250 – 350 g per tanaman. Apabila berat buah per tanaman 250 g
maka pada areal tanah seluas 1 ha akan menghasilkan buah terung sebanyak Produksi
30 - 40 Kg terong segar per hektar (Soetasad dan Sri Muryanti,1999).
19. 3.6 Analis is Data
Untuk melihat pengaruh dari masing-masing perlakuan terhadap variabel yang
diamati, maka data hasil pengamatan penelitian terakhir diambil dan dihimpun,
mengunakan atau dilakukan Analisis ragam (Anova). Bila berpengaruh nyata atau F
hitung > 5 % maka dilanjutkan dengan uji DNMRT (Duncan’s N ew Multiple Range
Test) pada taraf 5 % (Steel dan Torrie, 1994).
DAFTAR PUSTAKA
20. Darmono dan Tri Panji.1999. Penyediaan Kompos Kulit Buah Kakao
BebasPhytophthora palmivora. Warta Penelitian Perkebunan.
Darmono dan Tri Panji. 1999. Penyediaan Kompos Kulit Buah Kakao Bebas
Phytophthora palmivora. Warta Penelitian Perkebunan. V(1).
Dwidjosaputro, 1990. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. Penerbit. Gramedia
Pustaka Utama. Jakarta.
Erwiyono.1990. Pengaruh Penambahan Pasir Pada Tanah Ultisol Terhadap Sifat Fisik
Media Tanaman dan Pertumbuahan Bibit Kakao. Menara Perkebunan.
Yogyakarta.
Fitter, A.H.1978. Balai Penelit ian Perk ebunan. Jember. Jawa Timur.
Harjadi,S.S.1984. Pengantar Agronomi. Gramedia Jakarta.
Iswandi. 2000. Metode Pembibitan Tanaman Kakao. PAU- IPB. Bogor.
Jamilah, Nasrul Usman dan Widodo Haryoko (2009) Pengaruhg Takeran Pupuk
Guano Terhadap Produksi Jagung. Jurnal Iptek Terapan Kopertis Wilayah X
ISSN 1979-9292.
Nyakpa, M.y, Am Lubis, M.A. Pulung, Ghaffar Amrah, All Munawar, Go Ban Hon
dan N. Hakim. 1988. Kesuburan Tanah. Universitas Lampung.
Lampung.
Prihmantoro, H.2001. Hidroponik Sayuran Semusim untuk Bisnis dan Hoby.Jakarta.
Penebbar Swadaya.
Prawiranata, W.S.Haran dan P.Tjondronegoro.1981. Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan
I Pep.Botani. Faferta IPB. Bogor.
Pracaya.1991. Hama dan Penyak it Tanaman. Jakarta. Penebar Swadaya.
21. Prahasta. 2009. Agribisnis Terung. CV. Pustaka Grafika. Bandung.
Prihmantoro, H dan indriani. 2005. Hidroponik Sayuran semusim Untuk Hobi dan
Bisnis. Penebar Swadaya. Jakarta.
Pusat Penelitian Kopi dan Kakao.1997. Pedoman Teknis Budidaya Tanaman
Kakao.Pusat Penelitian Kopi dan Kakao. Jember.
Putranto, A. 1987.Bagaimana Cara Tanaman Berkembang Biak. Wahana Mandiri.
Pusat Penelitian Terung dan Kakao. 2004. Panduan Lengkap Budidaya Tanaman.
Agromedia. Jakarta.
Sitomorang.1978.Budidaya dan Pengolahan Cok elat . Balai Penelitian Perkebunan.
Jember.
Siregar. THS. 1992. Penampilan Beberapa Hibrida Terpilih Tanaman Kakao.
Proseding Konferensi Nasional Kakao III.
Soetasad dan Sri Muryani. 1999. Budi daya terung local dan terung jepang. Jakarta.
Penebar Swadaya.
PENGARUH PEMBERIAN KOMPOS KULIT BUAH KAKAO
TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN
TERUNG (Solanum melongena L.) DI POLYBAG
22. Oleh :
RUSMIATI
1.912 04 022
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
JURUSAN AGROTEKNOLOGI
SEKOLAH TINGGI PERTANIAN WUNA
RAHA
2014