Tulisan ini aslinya telah dipublikasikan di http://robertusarian.wordpress.com/2010/02/04/vaksin-mmr-dan-autisme-tidak-berkaitan/ pada 4 Februari 2010. Beberapa hari yang lalu saya aplot di sini namun saya hapus dan saya ganti yang ini karena kesalahan saya memahami "file conversion". Selamat menikmati.
1. RAD Journal 2012:12:001
Vaksin MMR dan Autisme Tidak Berkaitan, Robertus Arian Datusanantyo | 1
Vaksin
MMR
dan
Autisme
Tidak
Berkaitan
Robertus
Arian
Datusanantyo*
Ikatan
Dokter
Anak
Indonesia
telah
lama
memasukkan
vaksin
measles-‐mumps-‐rubella
(MMR)
pada
daftar
rekomendasi
vaksinasi
dasar
untuk
anak
Indonesia.
Sayangnya
banyak
juga
berita
miring
tentang
vaksin
MMR
yang
dikatakan
menyebabkan
peningkatan
insidensi
autisme
pada
anak.
Tuduhan
terhadap
vaksin
MMR
ini
salah
satunya
didasarkan
pada
penelitian
Wakefield
dkk
yang
diterbitkan
pada
jurnal
The
Lancet
tahun
1998
dengan
judul
“Ileal-‐lymphoid-‐nodular
hyperplasia,
non-‐specific
colitis,
and
pervasive
developmental
disorder
in
children”.
Publikasi
sensasional
media
atas
publikasi
tersebut
telah
menyebabkan
kepanikan
di
seluruh
dunia,
menurunkan
cakupan
vaksin
MMR,
meningkatkan
pembiayaan
kesehatan,
dan
menempatkan
jutaan
anak
pada
resiko
penyakit
infeksi.
Jurnal
ilmiah
“The
Lancet”
tanggal
2
Februari
2010
mengumumkan
penarikan
terhadap
jurnal
ilmiah
yang
ditulis
oleh
Wakefield
tersebut,
sebagai
respon
atas
keputusan
UK
General
Medical
Council's
Fitness
to
Practise
Panel
tanggal
28
Januari
2010
yang
menyatakan
bahwa
ada
ketidaksesuaian
fakta
yang
tertulis
pada
jurnal
tersebut.
Fakta
tersebut
adalah
bahwa
kedua
belas
anak
yang
diikutsertakan
dalam
penelitian
tersebut
dirujuk
berurutan
kepada
peneliti
dan
bahwa
penelitian
ini
disetujui
oleh
komite
etika
di
tempat
Wakefield
bekerja.
Nyatanya,
kedua
belas
anak
tersebut
dirujuk
kepada
peneliti
dengan
tujuan
khusus,
dan
tidak
adanya
ijin
terhadap
pemeriksaan
penunjang
invasif
terhadap
anak-‐anak
tersebut.
Seorang
wartawan
bernama
Brian
Deer
pada
tahun
2004
pernah
mendapatkan
fakta
bahwa
kedua
belas
anak
tersebut
tidak
dirujuk
berurutan
kepada
peneliti,
melainkan
dikirim
oleh
pengacara
kelalaian
medis
yang
diminta
untuk
membantu
beberapa
orang
tua
yang
hendak
menuntut
dokter
atas
“kecacatan”
yang
terjadi
akibat
vaksin
MMR.
Deer
pernah
mengajukan
permohonan
kepada
The
Lancet
atas
temuan
ini
namun
ditolak.
Investigasi
independen
juga
menemukan
adanya
imbalan
dengan
sejumlah
uang
tertentu
pada
saat
pengambilan
sampel
tersebut,
dan
adanya
kontribusi
keuangan
pihak
yang
merujuk
kepada
peneliti
atas
hasil
pemeriksaan
peneliti
terhadap
anak-‐anak
tersebut.
Wakefield
sendiri
dalam
publikasi
asli
penelitian
tersebut
mengemukakan
bahwa
dia
dan
koleganya
mengamati
beberapa
anak
yang
setelah
tumbuh
normal
kehilangan
kemampuan
komunikasi,
disertai
denagn
keluhan
saluran
cerna
berupa
nyeri
perut,
diare,
kembung,
dan
sedikit
intoleransi
makanan.
Wakefield
dkk
dalam
diskusinya
juga
menuliskan
bahwa
penelitian
ini
tidak
bermaksud
menghubungkan
kumpulan
gejala
tadi
dengan
vaksin
MMR.
Walau
demikian,
peneliti
menekankan
fakta
bahwa
autisme
berkaitan
langsung
dengan
virus
rubela
dan
ensefalitis
karena
virus,
dan
vaksin
polivalen
MMR
juga
berhubungan
dengan
sindrom
tersebut.
Dalam
sebuah
konferensi
pers,
Wakefield
juga
menyarankan
pemberian
ketiga
vaksin
secara
terpisah
dengan
interval
satu
tahun
tanpa
dasar
ilmiah
yang
jelas.
Pernyataan
inilah
yang
dianggap
menyebabkan
adanya
“kepercayaan
palsu”
terhadap
hubungan
vaksin
MMR
dan
autisme
di
seluruh
dunia.
Akibatnya,
cakupan
vaksin
menurun,
dan
measles
(campak)
kembali
terjadi
khususnya
di
Eropa
dan
mengakibatkan
kerusakan
yang
signifikan.
Penelitian
Smeeth
dkk
tahun
2004
telah
membuktikan
bahwa
tidak
ada
hubungan
antara
vaksin
MMR
dengan
gangguan
perkembangan
pervasif.
Penelitian
ini
melibatkan
1294
kasus
dan
4469
kontrol
dengan
desain
penelitian
case-‐control
menggunakan
data
sekunder
dari
UK
General
Practice
Research
Database
terhadap
semua
orang
yang
lahir
dari
tahun
1973
dan
datang
ke
pusat
pelayanan
kesehatan
primer
dengan
gangguan
perkembangan
tahun
1987
sampai
dengan
2001.
Penelitian
secara
terbatas
juga
dilakukan
pada
mereka
yang
menerima
vaksinasi
MMR
sebelum
usia
tiga
tahun
dan
mereka
yang
terpapar
informasi
media
mengenai
efek
MMR
terhadap
autisme
dengan
hasil
akhir
yang
serupa.
Apa
yang
kemudian
bisa
kita
pelajari
dari
kasus
ini?
Pertama,
saya
ingin
mengutip
Helen
Bedford
dan
David
Elliman
yang
intinya
mengkritik
para
profesional
yang
tanggapannya
hangat-‐hangat
kuku
terhadap
pemberitaan
media
yang
sangat
sensasional
terhadap
dugaan
akibat
negatif
vaksin
MMR
terhadap
perkembangan
mental
anak.
2. RAD Journal 2012:12:001
Vaksin MMR dan Autisme Tidak Berkaitan, Robertus Arian Datusanantyo | 2
Apapun
resikonya
(pernah
ada
ancaman
pembunuhan
pada
seorang
peneliti
Amerika)
dan
setidak
nyaman
apapun,
para
profesional
termasuk
pada
pemberi
pelayanan
langsung
harus
terus
mengadvokasi
apa
yang
penting
bagi
kesehatan
anak-‐anak
kita,
bahkan
jika
itu
bertentangan
dengan
pilihan
pasien
maupun
orang
tua.
Kedua,
sebagai
tenaga
profesional
di
bidang
kesehatan,
harus
ada
langkah
signifikan
untuk
mengembalikan
kepercayaan
para
orang
tua
terhadap
vaksinasi
MMR.
Ini
mencakup
orang
tua
anak
yang
telah
menerima
vaksin
dan
masih
memendam
kekhawatiran
terhadap
efek
negatif
vaksin
tersebut
maupun
kepada
para
orang
tua
yang
masih
ragu-‐ragu
dan
takut
terhadap
akibat
negatif
vaksin
tersebut
kepada
anak
mereka
yang
belum
divaksinasi.
Caranya
hanya
satu,
yaitu
dengan
menyediakan
informasi
yang
akurat
tidak
hanya
mengenai
manfaat
dan
resiko
vaksin
namun
juga
resiko
penyakit-‐penyakit
yang
bisa
dicegah
dengan
vaksin
tersebut.
Kesempatan
berkomunikasi
dengan
orang
tua
pasien
adalah
pintu
awal
yang
baik
untuk
mengembangkan
kepercayaan
terhadap
vaksin
MMR
ini.
Penarikan
publikasi
tersebut
dari
jurnal
The
Lancet
berkontribusi
positif
pada
perkembangan
ilmu
pengetahuan,
dan
membuat
kita
banyak
belajar.
Hasil
pembelajaran
inilah
yang
seharusnya
menjadi
pemacu
kita
untuk
berbuat
lebih
bagi
para
pasien
kita.
Salam!
(RAD)
*Dokter,
bekerja
di
Yogyakarta,
arian9677@gmail.com,
@arianrobertus,
http://robertusarian.com
Referensi
Bedford
HE,
Elliman
DAC,
MMR
vaccine
and
autism,
BMJ
2010;340:c655
Deer
B,
GMC
Wakefield
Verdict,
Reflections
on
investigating
Wakefield,
BMJ
2010;340:c672
DeNoon
DJ,
Study
Linking
Autism
to
Vaccine
Retracted,
WebMD
Health
News
(www.medscape.com)
Dyer
C,
Lancet
retracts
Wakefield’s
MMR
paper,
BMJ
2010;340:c696
Greenhalgh
T,
GMC
Wakefield
Verdict,
Why
did
the
Lancet
take
so
long?,
BMJ
2010;340:c644
Smeeth
L
et
al,
MMR
vaccination
and
pervasive
developmental
disorders:
a
case-‐control
study,
Lancet
2004;
364:
963-‐69
Wakefield
AJ
et
al,
Ileal-‐lymphoid-‐nodular
hyperplasia,
non-‐specific
colitis,
and
pervasive
developmental
disorder
in
children,
Lancet
1998;
351:
637–41