Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1. Bedah caesar adalah prosedur persalinan melalui pembedahan untuk mengeluarkan bayi dari rahim ibu.
2. Seringkali bedah caesar dilakukan bukan karena alasan medis tapi untuk keuntungan rumah sakit atau karena dianggap lebih mudah oleh dokter.
3. Bedah caesar hanya diperbolehkan jika ada indikasi medis dan tidak boleh dilakukan tanpa persetuju
1. BEDAH CAESAR dan ATRIBUTNYA
Lalu M. Guntur Payasan WP, MH.Kes
Dunia kesehatan dewasa ini makin berkembang pesat sehingga menghasilkan teknik dan
teknologi yang mutakhir. Banyak macam tindakan yang semestinya tidak boleh/ melanggar hukum
maupun etika kadang kala terlibas dengan berbagai iming-iming materi, karena apapun itu jelas
membutuhkan materi yang tidak sedikit.
Seperti halnya operasi cesar/ Seksio Sesarea (disingkat dengan sc) adalah proses persalinan
dengan melalui pembedahan dimana irisan dilakukan di perut ibu (laparatomi) dan rahim (histerotomi)
untuk mengeluarkan bayi. Bedah caesar umumnya dilakukan ketika proses persalinan normal melalui
vagina tidak memungkinkan karena berisiko kepada komplikasi medis lainnya. Sebuah prosedur
persalinan dengan pembedahan umumnya dilakukan oleh tim dokter yang beranggotakan spesialis
kandungan, anak, anastesi serta bidan.
Berbagai pertimbangan mengemukakan akhir-akhir ini mengingat proses bedah sesar yang
seringkali dilakukan bukan karena alasan medis. Berbagai kritik pula mengemukakan karena bedah sesar
yang disebut-sebut lebih menguntungkan rumah sakit/ fasilitas pelayanan kesehatan atau karena bedah
cesar lebih mudah dan lebih singkat waktu prosesnya oleh dokter spesialis kandungan. Kritik lainnya
diberikan terhadap mereka yang meminta proses bedah caesar karena tidak ingin mengalami nyeri
waktu persalinan normal (wikipedia.or.id). ini adalah bukti bahwa ada hal yang tidak wajar dan siapa
saja yang terlibat sudah jelas melanggar aturan.
Walaupun pada Permenkes No. 585 tahun 1989 tentang persetujuan tindakan medic Persetujuan
tindakan medic diatur bahwa tindakan medic akan dilakukan setelah mendapat persetujuan dari pasien.
Pasal 39 UU berbunyi “Praktik kedokteran diselenggarakan berdasarkan pada kesepakatan antara
dokter atau dokter gigi dengan pasien dalam upaya untuk pemeliharaan kesehatan, pencegahan
penyakit, peningkatan kesehatan, pengobatan penyakit dan pemulihan kesehatan. namun bedah cesar
secara etika dan hokum tetap tidak diperbolehkan di Indonesia.
Pengaturan tentang bedah cesar terdapat pada Undang-undang No. 29 Tahun 2004 Tentang
Praktik Kedokteran. Pada Pasal 2 UU ini berbunyi “Praktik kedokteran dilaksanakan berasaskan Pancasila
dan didasarkan pada nilai ilmiah, manfaat, keadilan, kemanusiaan, keseimbangan, serta perlindungan
dan keselamatan pasien”. Menilik bunyi pasal diatas sudah jelas kalau seandainya dokter melakukan
praktik bedah cesar tanpa ada indikasi medis dapat dihukum pidana maupun perdata.