Dokumen tersebut membahas hubungan antara bahasa dan manusia, serta perkembangan bahasa Indonesia. Bahasa digunakan manusia untuk berkomunikasi dan menyampaikan ide, sedangkan bahasa Indonesia berawal dari bahasa Melayu dan secara resmi ditetapkan sebagai bahasa persatuan melalui Sumpah Pemuda pada 1928.
1. A. Hubungan antara Manusia dengan Bahasa
Bahasa digunakan oleh manusia sebagai media untuk menyampaikan
informasi, pikiran, dan perasaan pada orang lain. Bahasa dengan manusia,
pada gilirannya, menjadi hal yang menyatu karena bahasa adalah media paling
representatif dalam mengemas ide untuk disampaikan pada orang lain.
Koentjaraningrat dalam Pengangtar Antropologi (Jakarta: Rineka
Cipta, 2005), hlm. 80-81 meletakan bahasa sebagai salah satu unsur
kebudayaan lainnya, yaitu sistem pengetahuan, organisasi sosial, sistem
peralatan hidup dan teknologi, sistem mata pencaharian hidup, sistem religi,
dan kesenian.
Sementara itu, E. Cassier (1985), menyebutkan bahwa manusia adalah
animal symbolicum, yaitu binatang yang menggunakan dan memproduksi
simbol-simbol bahasa. Artinya, keistimewaan yang membedakan manusia
dengan makhluk lainnya (binatang) adalah paa kemampuan manusia dalam
menggunakan dan memproduksi bahasa sebagai simbol, sedangkan binatang
tidak bisa.
B. Hipotesis Monogenesis dan Hipotesis Poligenesis
1. Hipotesis Monogenesis
Menyebutkan bahwa bahasa itu berasal dari satu gen (induk), yaitu
Tuhan, yang telah memberikan, memperkenalkan, dan mengajarkan
bahasa pada manusia pertama: Nabi Adam a.s.
2. 2. Hipotesis Poligenesis (poli: banyak dan geneis: kelahiran)
Hipotesis ini kebalikan dari hipotesis monogenesis, yaitu
menganggap bahwa bahasa manusia lahir tidak dalam satu intuk Tuhan,
tetapi bahasa manusia lahir secara beragam berdasarkan pada proses
evolusi manusia di bumi yang beragam.
C. Pengertian Bahasa, Fungsi Bahasa dan Ragam Bahasa
1. Pengertian Bahasa
Secara umum, dapat dipahami, bahasa adalah media komunikasi
untuk menyampaikan ide-gagasan, dan setiap manusia menggunakan
bahasa ketika dirinya ingin mengungkapkan isi perasaan dan pikirannya
pada orang lain.
Menurut Sutan Takdir Alisjahbana (1952), dikatakan bahasa adalah
kedirian manusia, karena dengan manusia menggunakan bahasa untuk
mengungkapkan pikiran dan perasaannya, maka bahasa selalu
merepresentasikan pribadi orang.
Bahasa adalah suatu sistem lambang bunyi yang dihasilkan oleh
alat ucap manusia yang berfungsi untuk komunikasi antaranggota
masyarakat yang bersifat konvensi (Keraf, 1997: 1; Widjono, 2007: 14;
Chaer, 1998: 1; dan Ullmann, 2009: 20).
2. Fungsi Bahasa
3. a. Bahasa untuk menyatakan ekpresi diri
Ekspresi diri berarti mengungkapkan segala hal yang dirasakan
oleh pikiran dan perasaan manusia. Misalnya, saat sedang sedih
manusia biasanya menangis dan akan menceritakan kesedihannya pada
orang lain sebagai cara untuk membebaskan dirinya dari masalah
tersebut.
b. Bahasa sebagai alat komunikasi
Bahasa sebagai alat komunikasi merupakan fungsi bahasa yang
bersifat intra-personal karena bahasa digunakan sebagai alat untuk
saling bertukar pikiran dan perasaan antarmanusia. Hubungan timbal
balik antarindividu dalam penyampaian pikiran dan perasaan yang
dimediasi lewat bahasa inilah yang disebut dengan komunikasi.
c. Bahasa untuk mengadakan integrasi dan adaptasi sosial
Manusia adalah mahluk sosial-masyarakat (kolektif) yang
hidup di tengah-tengah masyarakat. Dalam kehidupan masyarakat
inilah, manusia selalu membutuhkan eksistensi untuk diterima dan
diakui oleh masyarakatnya. Dalam pembentukan eksistensi itulah,
maka manusia akan melakukan integrasi (pembauran) dan adapatasi
(penyesuaian diri) dalam masyarakat, dan selalu, dalam proses
integrasi dan adaptasi ini manusia selalu menggunakan bahasa sebagai
perantaranya.
4. d. Bahasa untuk mengadakan kontrol sosial
Yaitu bahasa akan dimobilisasi oleh seseorang sebagai usaha
untuk mempengaruhi pikiran dan tindakan orang. Hampir setiap hari
kegiatan kontrol sosial akan terjadi dalam masyarakat, misalnya,
orangtua yang menasihati anak-anaknya, kepala desa yang
memberikan penerangan dan penyuluhan pada warganya, kegiatan
rapat-rapat di desa, dan sebagainya. Dengan menggunakan bahasa
yang baik dan komunikatif, maka seseorang bisa mempengaruhi
pikiran dan tindakan orang lain sesuai dengan yang diharapkannya.
3. Ragam Bahasa
Ragam bahasa berarti variasi bahasa menurut pemakaian, yang
berbeda-beda menurut topik yang dibicarakan, menurut hubungan
pembicara, kawan bicara, dan orang yang dibicarakan, serta menurut
medium pembicaraanya (Alwi, dkk., 2003: 920). Dalam hal ini, ragam
bahsa itu bersifat kompleks, bisa dibedakan dari berbagai aspek. Namun,
pada pembahasan ini, dengan melihat fungsi utama bahasa sebagai media
komunikasi, maka pembahasan ragam bahasa difokuskan pada proses
komunikasinya yang melibatkan penutur, bahasa, dan komunikannya.
Penuturnya: keragaman pembicara (penutur) dalam bahasa terjadi
karena menurut patokan daerah, pendidikan, dan sikap penuturnya (Alwi,
dkk., 2003: 3-5).
5. Berdasarkan situasi pembicaraannya, ragam bahasa disesuaikan
dengan situasi dan keadaan saat pembicaraan (komunikasi) terjadi. Oleh
karena bahasa Indonesia bersifat egaliter (terbuka), biasanya penggunaan
bahasanya tergantung pada konteks atau situasinya.
Bahasa: ragam bahasa berdasarkan pada bahasa sebagai sarananya
terbagai atas ragam lisan dan ragam tulisan. Ragam lisan adalah variasi
bahasa yang simbol-simbolnya dihasilkan oleh alat ucap manusia (ujaran),
sedangkan ragam tulisan adalah ragam bahasa yang simbol-simbolnya
berupa kode-kode bahasa yang tercetak dalam tulisan.
D. Pengertian Bahasa Indonesia
Adalah sistem tanda yang konvensinya didasarkan pada masyraakat
Indonesia, yang digunakan juga sebagai alat komunikasi oleh masyrakat
Indonesia. Dalam pengertian ini, Amin Singgih mendefinisikan bahasa
Indonesia ialah bahasa yang dibuat, dimufakati, dan diakui serta digunakan
oleh masyarakat seluruh Indoneisa (Rahayu, 2007: 8).
E. Sejarah Perkembangan Bahasa Indonesia
Berdasarkan konteks historisnya, bahasa Indonesia berasal dari bahasa
Melayu, yaitu rumpun bahsa Austronesia yang telah digunakan sebagai lingua
franca, artinya bahasa perantara orang (masyarakat) yang latar budayanya
berbeda, di Nusantara sejak abad-abad awal penaggalan modern, yang dalam
temuan berbagai prasastinya yang paling tua, yang menggunakan bahasa
6. Melayu adalah paa abad ke-7 lewat prasasti itu antara lain, Prasasti Karang
Birahi, Prasasti Kota Kapur, dan Prasasti Kedukan Bukit yang masing-masing
bertahun 686, 686, dan 688 Masehi Berdasarkan prasasti ini, bahasa Melayu
bahasa Melayu dalam bentuk tulis pada abad ke-7 ini sudah ada. Namun,
pastilah dapat dipastikan bahwa bahasa lisan Melayu tentu sudah lama ada.
Adapun momentum kelahiran bahasa Melayu sebagai bahasa
Indonesia ditengarai oleh Sumpah Pemuda pada 28 Oktober 1928, yang
menyatakan: “Kami putra dan putri Indonesia menjunjung bahasa persatuan,
bahasa Indonesia.” Lewat sumpah pemuda ini, bahasa Melayu sebagai rumpun
bahasa Indonesia telah resmi diangkat sebagai “bahsa persatuan”, yaitu bahasa
yang secara politis dan kebudayaan akan digunakan sebagai bahasa pemersatu
dan pergaulan masyarakat Indonesia yang majemuk.
Selanjutnya, pada tahun 1945 dalam Undang-undang Dasar 1945 juga
menyatakan bahwa bahasa negara ialah bahasa Indonesia (Bab XV, pasal
36). Hal ini berarti, selain kedudukan bahasa Indonesia sebagai bahasa
persatuan, UUD 1945 ini menegaskan tentang bahasa Indenesia sebagai
bahasa negara dan bahasa resmi, yaitu bahasa yang digunakan dalam segala
aktivitas kenegaraan atau peristiwa yang resmi, baik secara lisan dan tulisan.
F. Definisi Huruf dan Tanda Baca
Huruf adalah tanda aksara dalam tata tulis yang merupakaan anggota
abjad atau satuan terkecil dari penulisan lambang-lambang bunyi yang
7. membedakan arti. Membedakan arti karena perubahan huruf dalam sebuah
kata menyebabkan perubahan artinya.
G. Perbedaan antara Bahasa Lisan dan Bahasa Tulis
Bahasa manusia, pada awalnya, adalah bahasa lisan, yaitu bahasa yang
dihasilkan oleh alat ucap manusia, yang berupa lambang-lambang bunyi. Akan
tetapi, seiring perkembangan kebudayaan, manusia mulai menyadari
kelemahan bahasa lisan, salah satunya, bahasa lisan bersifat temporal dan
situasional. Artinya, komunikasi yang terjadi dengan bahasa lisan hanya bisa
dilakukan secara situasional, dan bila komunikasi telah selesai, maka
informasi yang disampaikan lenyap.
Kelemahan bahasa lisan yang bersifat temporal ini membuat manusia
berpikir: bagaimana caranya mendokumentasikan pikiran-pikiran manusia
dengan bahasa yang tetap, bisa terus dipelajari dan dibaca oleh generasi yang
akan datang. Hal inilah yang menjadi salah satu hal yang melatari munculnya
bahasa tulis, yaitu bahasa yang merupakan pencerminan kembali bahasa lisan
dalam bentuk simbol-simbol tertulis (Keraf, 1997: 12). Sebagai bentuk
pencerminan, maka bahasa tulis sering disebut bahasa sekunder, sedangkan
bahasa lisan adalah bahasa primer, yaitu bahasa yang pertama kali digunakan
manusia untuk berkomunikasi, sekaligus menjadi bahasa yang menjadi objek
kajian linguistik, yaitu ilmu yang mengkaji bahasa.
Bahasa tulis bisa melenyapkan dimensi ruang dan waktu dalam
berkomunikasi karena dengan tulisan, komunikasi tidak harus melibatkan
8. hubungan penulis dan pembaca secara langsung dalam satu konteks. Akan
tetapi, tulisan bisa dibaca oleh siapapun dan kapanpun.
H. Aspek-aspek yang Membangun Ragam Bahasa Tulis dan Ragam Bahasa Lisan
Dua aspek yang selalu ada dalam bahasa tulis, yang merupakan bentuk
inskripsi (pendokumentasian) bahasa lisan, adalah unsur segmental, yang
berupa simbol-simbol hruf yang membentuk kata, frasa, klausa, kalimat, dan
wacana, dan unsur suprasegmental yang berupa tanda-tanda baca (pungtuasi)
yang mengikuti unsur segmental. Oleh karena itu, ketepatan komunikasi
dalam bahasa tulis ditentukan oleh ketepatan dalam menggunakan huruf dan
tanda bacanya.
I. Pengertian Klausa dan Kalimat
Klausa merupakan tataran dalam sintaksis yang berada di antara frasa
dan kalimat. Frasa merupakan gabungan atau kelompok kata yang bersifat
nonpredikatif, sedangkan klausa merupakan gabungan atau kelompok kata
yang belum memiliki intonasi aau tanda baca tertentu dan bersifat predikatif
(Alwi, dkk., 2003: 39). Artinya, di dalam konstruksi klausa itu ada komponen
berupa kata atau frasa yang berfungsi sebagai predikat, dan yang lainnya
berfungsi sebagai subejk. Selain fungsi predikat yang harus ada dalam
konstruksi klausa, fungsi subjek boleh dikatakan bersifat wajib (Chaer, 1994:
231).
9. Sementara itu, batasan kalimat adalah satuan bahasa terkecil, dalam
wujud lisan maupun tulis, yang mempunyai dua ciri pokok, yaitu:
1. Kalimat harus lengkap aspek ketatabahasaan atau unsur gramatikalnya,
minimal terdiri atas subjek dan predikat.
2. Kalimat selalu mengungkapkan pikiran dan informasi secara utuh dan
lengkap.
J. Paragraf
1. Pengertian Paragraf
Menurut Widjono Hs. (2007: 173-174), paragraf mempunyai
beberapa pengertian: (1) paragraf adalah karangan panjang sudah ada; (2)
paragraf adalah satuan bahasa tulis yang terdiri beberapa kalimat yang
tersusun secara lengkap, utuh, dan padu; (3) paragraf adalah bagian dari
suatu karangan yang terdiri dari sejumlah kalimat yang mengungkapkan
satuan informasi dengan pikiran utama sebagai pengendalinya dan pikiran
penjelas sebagai pendukungnya; (4) paragraf yang terdiri atas satu kalimat
berarti tidak menunjukkan ketuntasan atau kesempurnaan. Namun,
sekalipun tidak sempurna, paragraf yang terdiri satu kalimat dapat
digunakan.
2. Ciri-ciri Paragraf
10. a. Kalimat pertama bertakuk ke dalam atau untuk karangan berbentuk
lurus tidak bertakuk (block style) ditandai dengan jarak spasi
merenggang.
b. Paragraf menggunakan pikiran utama (gagasan utama) yang
dinyatakan dalam kalimat topik.
c. Setiap paragraf menggunakan sebuah kalimat topik dan selebihnya
merupakan kalimat pengembang yang berfungsi menjelaskan,
menguraikan, atau menerangkan pikiran utama yang ada dalam topik.
d. Paragraf menggunakan pikiran penjelas (gagasan penjelas) yang
dinyatakan dalam kalimat penjelas.
3. Syarat Paragraf yang Baik
a. Kelengkapan
Syarat utama sebuah paragraf adalah adanya pikiran utama
yang dijabarkan dalam kalimat utama, dan pikiran penjelas yang
dituangkan dalam kalimat penjelas.
b. Kesatuan Pikiran
Paragraf ynag gagal adalah paragraf yang hubungan antara
pikiran utama dan pikiran penjelasnya tidak sinkron, atau mungkin
dalam kalimat-kalimat penjelas, sebagai representasi pikiran penjelas,
masih dijumpai ketidaksatuannya dengan pikiran utama.
11. c. Kepaduan
Paragraf dinyatakan padu jika dibangun dengan kalimat-
kalimat yang berhubungan logis. Hubungan pikiran-pikiran yang ada
dalam paragraf akan menghasilkan kejelasan struktur dan makna
paragraf. Hubungan tersebut akan menghasilkan paragraf menjadi satu
padu, utuh, dan kompak (Widjono Hs., 2007: 182).