SlideShare a Scribd company logo
1 of 4
Download to read offline
1:4




               UNDANG- UNDANG REPUBLIK INDONESIA
                       NOMOR 9 TAHUN 1953
                              TENTANG
PEMBERIAN TUNJANGAN YANG BERSIFAT PENSIUN KEPADA BEKAS KETUA DAN BEKAS
    ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

                     DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

                            PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Menimbang      :   perlu untuk mengadakan peraturan tentang pemberian tunjangan yang
                   bersifat pensiun kepada bekas Ketua dan bekas Anggota Dewan
                   Perwakilan Rakyat Republik Indonesia.

Mengingat      :   Pasal 17 Undang-undang Nomor 6 tahun 1951 tentang kedudukan
                   keuangan Ketua dan Anggota-Dewan Perwakilan Rakyat Republik
                   Indonesia;

Mengingat          Pasal 90 ayat I dan pasal 92 ayat I- Undang-undang Dasar Sementara
Pula           :   Republik Indonesia;

                                   Dengan persetujuan :
                          Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia;

                                        Memutuskan:
Menetapkan:         UNDANG-UNDANG TENTANG PEMBERIAN TUNJANGAN YANG BERSIFAT
                    PENSIUN KEPADA BEKAS KETUA DAN BEKAS ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN
                    RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

                                             Pasal 1.

Kepada bekas Ketua dan bekas Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia
diberikan tunjangan yang bersifat pensiun selanjutnya disebut quot;pensiun-D.P.R.quot; - yang
memberatkan anggaran belanja Negara, menurut ketentuan-ketentuan dalam pasal-pasal
berikut.

                                             Pasal 2.

1.   Pensiun termaksud dalam Pasal I di atas ini- diberikan atas dasar lamanya masa-jabatan.
     Jumlah pensiun ini ialah untuk tiap-tiap satu bulan masa-jabatan 1/2% (setengah persen)
     dari dasar-pensiun dengan ketentuan, bahwa sedikitnya diberikan 3% (tiga persen) dan
     paling banyak 50% (lima puluh persen) dari dasar-pensiun. Dasar-pensiun ialah jumlah
     yang sama dengan.
         a. untuk bekas Ketua. gaji sebulan termaksud dalam Pasal l ayat 2 Undang-undang
             Tentang Kedudukan Keuangan Ketua dan Anggota Dewan Perwakilan Rakyat
             Republik Indonesia (Undang-undang No. 6 tahun 1951 ),
         b. untuk bekas Anggota. uang tunjangan penuh sebulan termaksud dalam Pasal 3
             ayat I undang-undang tersebut dalam huruf a di atas.

2.   Untuk perhitungan pensiun-DPR, maka.
         a. dengan quot;masa-jabatanquot; tiap-tiap kali dimaksudkan, masa antara tanggal satu
             dari bulan berikutnya tanggal seseorang dengan resmi mulai memangku
2:4




             jabatannya sebagai Ketua atau Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Republik
             Indonesia dan tanggal satu dari bulan berikutnya saat ia meletakkan jabatan itu
             atau saat ia meninggal dunia,
         b. masa dalam mana seorang Anggota Dewan Perwakilan Rakyat tidak menerima
             tunjangan sebagaimana dimaksudkan dalam Pasal 3 ayat I huruf a Undang-
             undang No. 6 tahun 1951, tidak dianggap sebagai masa-jabatan,
         c. masa selama seorang Anggota Dewan Perwakilan Rakyat pada waktu yang
             lampau menjabat Ketua, Wakil-Ketua atau Anggota Dewan Perwakilan Rakyat
             Republik Indonesia Serikat, Ketua, Wakil-Ketua atau Anggota Senat Republik
             Indonesia Serikat dan Ketua, Wakil-Ketua atau Anggota Dewan Pertimbangan
             Agung Republik Indonesia dahulu, turut diperhitungkan sebagai masa-jabatan,
         d. masa-jabatan yang dihitung menurut ketentuan-ketentuan dalam huruf a, b dan c
             di atas, dibulatkan ke atas menjadi setengah tahun.
3.   Untuk Ketua/Anggota Dewan Perwakilan Rakyat-pegawai negeri, maka masa-jabatan
     tersebut dalam ayat 2 ini tidak boleh mengurangi masa-kerjanya sebagai pegawai
     negeri guna

                                             Pasal 3.

1.   Pensiun ini diberikan oleh Presiden dengan Surat Keputusan.
2.   Untuk mendapat pensiun menurut Undang-undang ini, maka Sekretaris Jenderal Dewan
     Perwakilan Rakyat harus mengajukan permohonan dengan tertulis untuk Ketua atau
     para Anggota Dewan Perwakilan Rakyat yang berkepentingan kepada Presiden dengan
     perantaraan Menteri Urusan Pegawai dengan disertai surat-surat pengangkatan dan
     pemberhentian atau surat-surat resmi yang menunjukkan lamanya masa-jabatan
     termaksud dalam pasal 2 ayat 2 undang-undang ini.
3.   Pensiun ini mulai dibayarkan untuk bulan berikutnya yang bersangkutan meletakkan
     jabatannya.

                                             Pasal 4.

1.   Pembayaran pensiun-DPR menurut undang-undang ini diperhentikan, apabila penerima
     pensiun-DPR yang bersangkutan:

         a. meninggal dunia,
         b. dipilih lagi menjadi Ketua atau Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Republik
            Indonesia.

2.   Pembayaran pensiun-DPR diperhentikan:

             a. pada akhir bulan berikutnya bulan penerima pensiun-DPR meninggal dunia,
             b. pada saat yang berkepentingan berhak menerima gaji atau tunjangan dalam
                jabatan yang baru, sebagaimana dimaksudkan dalam ayat 1 huruf b pasal
                ini.

                                             Pasal 5.

Dalam hal penerima pensiun-DPR yang dipilih kembali menjadi Ketua atau Anggota Dewan
Perwakilan Rakyat Republik Indonesia, kemudian meletakkan jabatannya lagi, maka mulai
bulan berikutnya tanggal perletakan jabatan itu, kepadanya dibayarkan lagi pensiun-DPR
termaksud dalam pasal 4, ditambah dengan jumlah pensiun-DPR mengenai jabatan dan
3:4




masa-jabatan terakhir dan dihitung menurut ketentuan-ketentuan dalam pasal 2 undang-
undang ini.

                                            Pasal 6.

1.   Apabila penerima pensiun-DPR meninggal dunia, maka kepada seorang istrinya tiap-
     tiap bulan, mulai bulan berikutnya suaminya meninggal dunia, diberikan 1/2 (seperdua)
     dari pensiun-DPR yang dapat diterima oleh suaminya, dengan sedikitnya 3 % (tiga
     persen) dari dasar-pensiun suaminya. Jumlah ini kemudian disebut quot;pensiun-janda-DPRquot;
2.   Yang dimaksudkan dengan quot;istriquot; dalam ayat I di atas, ialah istri yang oleh penerima
     pensiun-DPR yang bersangkutan dikawini dengan sah dan ditunjuk sebagai istri yang
     berhak menerima pensiun-janda-DPR. Apabila penerima pensiun-DPR meninggal dunia
     sebelum ia menunjuk seorang istri sebagaimana dimaksud di atas, maka pensiun-janda-
     DPR diberikan kepada istri yang terlama dikawininya dengan sah.
3.   Pensiun-janda-DPR diberikan pula menurut ketentuan dalam pasal ini, apabila Ketua
     atau Anggota Dewan Perwakilan Rakyat yang akan dapat menerima pensiun-DPR
     meninggal dunia sebelum ia meletakkan jabatannya pada Dewan Perwakilan Rakyat
     Republik Indonesia.
4.   Pensiun-janda-DPR diberikan dengan surat-keputusan Menteri Urusan Pegawai atas
     permintaan janda yang bersangkutan, yang disertai keterangan-keterangan tentang
     pernikahan, kematian dan lain-lainnya yang diperlukan.

                                             Pasal 7

1.   Apabila istri penerima pensiun-janda-DPR kawin lagi, maka mulai bulan berikutnya
     tanggal perkawinannya itu, pensiun-janda-DPR tidak dibayarkan lagi kepadanya.
2.   Apabila istri penerima pensiun-janda-DPR meninggal dunia, dan sebelumnya ia tidak
     pernah kawin lagi, maka mulai bulan berikutnya kejadian itu, pembayaran pensiun-
     janda-DPR itu dilakukan, jika ada, kepada anak, anak tiri dan anak angkat dari bekas
     penjabat pada Dewan Perwakilan Rakyat yang bersangkutan, yang telah menjadi yatim-
     piatu.
3.   Dalam ha] anak (anak-anak) termaksud dalam ayat 2 pasal ini telah bekerja, mencapai
     'umur 21 tahun atau jika masih bersekolah mencapai umur 25 tahun, kawin ataupun
     meninggal dunia, maka pensiun-janda-DPR itu tidak dibayarkan lagi mulai bulan
     berikutnya hal-hal itu terjadi.

                                             Pasal 8

Pensiun-DPR dan pensiun-janda-DPR dapat terus dibayarkan pada penerima masing-
masing, di samping menerima:

     a. gaji atau penghasilan lain menurut peraturan-peraturan yang berlaku bagi pegawai
        negeri;
     b. pensiun, pensiun-janda, atau tunjangan yang bersifat pensiun menurut peraturan-
        peraturan yang berlaku bagi bekas pegawai negeri;
     c. tunjangan yang bersifat pensiun atau pensiun-janda menurut peraturan yang
        berlaku bagi bekas Anggota Dewan Menteri,
     d. tunjangan menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia dahulu No. 22 tahun
        1950.
4:4




                                           Pasal 9

Peraturan tunjangan kemahalan dan keluarga yang berlaku bagi pegawai negeri berlaku
pula terhadap penerima-pensiun termaksud dalam undang-undang ini.

                                          Pasal 10

Peraturan ini dapat disebut quot;Undang-undang tentang pensiun-DPR.quot; dan mulai berlaku pada
hari diundangkan dengan kekuatan berlaku surut hingga tanggal 17 Agustus 1950.

Agar supaya setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan pengundangan undang-
undang ini dengan penempatan dalam Lembaran Negara Republik Indonesia.

Undang-undang ini mulai berlaku pada hari diundangkan. Agar supaya setiap orang dapat
mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Undang-undang ini dengan penempatan
dalam Lembaran Negara Republik Indonesia.

                                                         Disahkan di Jakarta,
                                                         pada tanggal 4 Mei 1953.
                                                             Presiden Republik Indonesia,
                                                                          ttd.
                                                                   SOEKARNO.

                                                               Menteri Urusan Pegawai,
                                                                         ttd
                                                                    SOEROSO

                                                               Menteri Keuangan,
                                                                      ttd
                                                         SUMITRO JOYOHADIKUSUMO

Diundangkan
pada tanggal 16 Mei 1953
       Menteri Kehakiman,
               ttd.
 LOEKMAN WIRIADINATA.

More Related Content

What's hot

PP Nomor 35 Tahun 2020
PP Nomor 35 Tahun 2020PP Nomor 35 Tahun 2020
PP Nomor 35 Tahun 2020CIkumparan
 
Salinan PP Nomor 41 Tahun 2020
Salinan PP Nomor 41 Tahun 2020Salinan PP Nomor 41 Tahun 2020
Salinan PP Nomor 41 Tahun 2020CIkumparan
 
Pp 2 tahun_2012_tentang_hibah_daerah
Pp 2 tahun_2012_tentang_hibah_daerahPp 2 tahun_2012_tentang_hibah_daerah
Pp 2 tahun_2012_tentang_hibah_daerahmas_kus
 
Uudarurat 20 1950
Uudarurat 20 1950Uudarurat 20 1950
Uudarurat 20 1950guest150909
 
Peraturan Pemerintah No. 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Lay...
Peraturan Pemerintah No. 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Lay...Peraturan Pemerintah No. 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Lay...
Peraturan Pemerintah No. 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Lay...Penataan Ruang
 
Pp no.42 2010 hak polisi
Pp no.42 2010 hak polisiPp no.42 2010 hak polisi
Pp no.42 2010 hak polisiAgus Sukyanto
 
Pp no 7 th 1977 ttg peraturan gaji pns
Pp no 7 th 1977 ttg peraturan gaji pnsPp no 7 th 1977 ttg peraturan gaji pns
Pp no 7 th 1977 ttg peraturan gaji pnsiskandar ridwan
 
Pp2002 11 ttg-pengadaan-pns
Pp2002 11 ttg-pengadaan-pnsPp2002 11 ttg-pengadaan-pns
Pp2002 11 ttg-pengadaan-pnsNandang Sukmara
 
Perpres 12 tahun 2013
Perpres 12 tahun 2013Perpres 12 tahun 2013
Perpres 12 tahun 2013IdnJournal
 
Keabsahan Keputusan Ketua Dpr Kepegawaian
Keabsahan Keputusan Ketua Dpr   KepegawaianKeabsahan Keputusan Ketua Dpr   Kepegawaian
Keabsahan Keputusan Ketua Dpr Kepegawaianfritz Siregar
 
Makalah BPK dan Kekuasaan Kehakiman
Makalah BPK dan Kekuasaan KehakimanMakalah BPK dan Kekuasaan Kehakiman
Makalah BPK dan Kekuasaan Kehakimanshafirahany22
 
Pp 94 tahun_2021_tentang_disiplin_pegawai_negeri_sipil
Pp 94 tahun_2021_tentang_disiplin_pegawai_negeri_sipilPp 94 tahun_2021_tentang_disiplin_pegawai_negeri_sipil
Pp 94 tahun_2021_tentang_disiplin_pegawai_negeri_sipilKutsiyatinMSi
 
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1978
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1978Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1978
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1978Muhammad Sirajuddin
 
Permen no.13 2016 tata cara orang asing
Permen no.13 2016 tata cara orang asingPermen no.13 2016 tata cara orang asing
Permen no.13 2016 tata cara orang asingahmad jaeni
 
Uu no 20 tahun 1997
Uu no 20 tahun 1997Uu no 20 tahun 1997
Uu no 20 tahun 1997khairu_zikri
 
Kedudukan hukum notaris dan ppat yang terpilih sebagai anggota legislatif
Kedudukan hukum notaris dan ppat yang terpilih sebagai anggota legislatifKedudukan hukum notaris dan ppat yang terpilih sebagai anggota legislatif
Kedudukan hukum notaris dan ppat yang terpilih sebagai anggota legislatifManunggal Amethyst
 
Uu no 17 tahun 2003
Uu no 17 tahun 2003Uu no 17 tahun 2003
Uu no 17 tahun 2003khairu_zikri
 

What's hot (19)

PP Nomor 35 Tahun 2020
PP Nomor 35 Tahun 2020PP Nomor 35 Tahun 2020
PP Nomor 35 Tahun 2020
 
Salinan PP Nomor 41 Tahun 2020
Salinan PP Nomor 41 Tahun 2020Salinan PP Nomor 41 Tahun 2020
Salinan PP Nomor 41 Tahun 2020
 
Uu 04 1950
Uu 04 1950Uu 04 1950
Uu 04 1950
 
Pp 2 tahun_2012_tentang_hibah_daerah
Pp 2 tahun_2012_tentang_hibah_daerahPp 2 tahun_2012_tentang_hibah_daerah
Pp 2 tahun_2012_tentang_hibah_daerah
 
Uudarurat 20 1950
Uudarurat 20 1950Uudarurat 20 1950
Uudarurat 20 1950
 
Peraturan Pemerintah No. 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Lay...
Peraturan Pemerintah No. 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Lay...Peraturan Pemerintah No. 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Lay...
Peraturan Pemerintah No. 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Lay...
 
Pp no.42 2010 hak polisi
Pp no.42 2010 hak polisiPp no.42 2010 hak polisi
Pp no.42 2010 hak polisi
 
Pp no 7 th 1977 ttg peraturan gaji pns
Pp no 7 th 1977 ttg peraturan gaji pnsPp no 7 th 1977 ttg peraturan gaji pns
Pp no 7 th 1977 ttg peraturan gaji pns
 
Pp2002 11 ttg-pengadaan-pns
Pp2002 11 ttg-pengadaan-pnsPp2002 11 ttg-pengadaan-pns
Pp2002 11 ttg-pengadaan-pns
 
Perpres 12 tahun 2013
Perpres 12 tahun 2013Perpres 12 tahun 2013
Perpres 12 tahun 2013
 
Keabsahan Keputusan Ketua Dpr Kepegawaian
Keabsahan Keputusan Ketua Dpr   KepegawaianKeabsahan Keputusan Ketua Dpr   Kepegawaian
Keabsahan Keputusan Ketua Dpr Kepegawaian
 
Makalah BPK dan Kekuasaan Kehakiman
Makalah BPK dan Kekuasaan KehakimanMakalah BPK dan Kekuasaan Kehakiman
Makalah BPK dan Kekuasaan Kehakiman
 
Pp 94 tahun_2021_tentang_disiplin_pegawai_negeri_sipil
Pp 94 tahun_2021_tentang_disiplin_pegawai_negeri_sipilPp 94 tahun_2021_tentang_disiplin_pegawai_negeri_sipil
Pp 94 tahun_2021_tentang_disiplin_pegawai_negeri_sipil
 
PPno 2 2012
PPno 2  2012PPno 2  2012
PPno 2 2012
 
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1978
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1978Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1978
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1978
 
Permen no.13 2016 tata cara orang asing
Permen no.13 2016 tata cara orang asingPermen no.13 2016 tata cara orang asing
Permen no.13 2016 tata cara orang asing
 
Uu no 20 tahun 1997
Uu no 20 tahun 1997Uu no 20 tahun 1997
Uu no 20 tahun 1997
 
Kedudukan hukum notaris dan ppat yang terpilih sebagai anggota legislatif
Kedudukan hukum notaris dan ppat yang terpilih sebagai anggota legislatifKedudukan hukum notaris dan ppat yang terpilih sebagai anggota legislatif
Kedudukan hukum notaris dan ppat yang terpilih sebagai anggota legislatif
 
Uu no 17 tahun 2003
Uu no 17 tahun 2003Uu no 17 tahun 2003
Uu no 17 tahun 2003
 

Viewers also liked

PresentacióN 28 5 08
PresentacióN 28 5 08PresentacióN 28 5 08
PresentacióN 28 5 08evamsbv
 
catalystcon1
catalystcon1catalystcon1
catalystcon1typester
 
Leyendas 4º A Mº 6
Leyendas 4º A Mº 6Leyendas 4º A Mº 6
Leyendas 4º A Mº 6elenac
 
Hacking Mac OSX Cocoa API from Perl
Hacking Mac OSX Cocoa API from PerlHacking Mac OSX Cocoa API from Perl
Hacking Mac OSX Cocoa API from Perltypester
 

Viewers also liked (9)

New Zealand
New ZealandNew Zealand
New Zealand
 
Pedrolo
PedroloPedrolo
Pedrolo
 
PresentacióN 28 5 08
PresentacióN 28 5 08PresentacióN 28 5 08
PresentacióN 28 5 08
 
Uu 11 1952
Uu 11 1952Uu 11 1952
Uu 11 1952
 
catalystcon1
catalystcon1catalystcon1
catalystcon1
 
Uu 13 1951
Uu 13 1951Uu 13 1951
Uu 13 1951
 
Uu 03 1951
Uu 03 1951Uu 03 1951
Uu 03 1951
 
Leyendas 4º A Mº 6
Leyendas 4º A Mº 6Leyendas 4º A Mº 6
Leyendas 4º A Mº 6
 
Hacking Mac OSX Cocoa API from Perl
Hacking Mac OSX Cocoa API from PerlHacking Mac OSX Cocoa API from Perl
Hacking Mac OSX Cocoa API from Perl
 

Similar to Pensiun DPR 1953

RPP penerima bantuan iuran jaminan sosial
RPP penerima bantuan iuran jaminan sosial RPP penerima bantuan iuran jaminan sosial
RPP penerima bantuan iuran jaminan sosial M Ungang
 
PP Nomor 20 Tahun 2013 ttg Asuransi Sosial PNS
PP Nomor 20 Tahun 2013 ttg Asuransi Sosial PNSPP Nomor 20 Tahun 2013 ttg Asuransi Sosial PNS
PP Nomor 20 Tahun 2013 ttg Asuransi Sosial PNSYudhi Aldriand
 
PP No.37 TH 2004.pdf tentang kepailitan dan penundaan membayar utang
PP No.37 TH 2004.pdf tentang kepailitan dan penundaan membayar utangPP No.37 TH 2004.pdf tentang kepailitan dan penundaan membayar utang
PP No.37 TH 2004.pdf tentang kepailitan dan penundaan membayar utangMuhammadNorman9
 
peraturanbknnomor7tahun2022.pdf
peraturanbknnomor7tahun2022.pdfperaturanbknnomor7tahun2022.pdf
peraturanbknnomor7tahun2022.pdf252085
 
Peraturan pemerintah republik indonesia nomor 21 tahun 2014
Peraturan pemerintah republik indonesia nomor 21 tahun 2014Peraturan pemerintah republik indonesia nomor 21 tahun 2014
Peraturan pemerintah republik indonesia nomor 21 tahun 2014BBPP_Batu
 
Uu nomor 17 tahun 2014 tentang md3
Uu nomor 17 tahun 2014 tentang md3Uu nomor 17 tahun 2014 tentang md3
Uu nomor 17 tahun 2014 tentang md3Winarto Winartoap
 
UU no 17 tahunn 2014 tentang MPR DPR DPD dan DPRD (MD3)
UU no 17 tahunn 2014 tentang  MPR DPR DPD dan DPRD (MD3)UU no 17 tahunn 2014 tentang  MPR DPR DPD dan DPRD (MD3)
UU no 17 tahunn 2014 tentang MPR DPR DPD dan DPRD (MD3)Suprijanto Rijadi
 
Naskah ruu md3 10 jul14
Naskah ruu md3 10 jul14Naskah ruu md3 10 jul14
Naskah ruu md3 10 jul14purdiyanto -
 
Pp 1962 14_ketentuan-ketentuan pokok gaji pegawai perusahaan negara
Pp 1962 14_ketentuan-ketentuan pokok gaji pegawai perusahaan negaraPp 1962 14_ketentuan-ketentuan pokok gaji pegawai perusahaan negara
Pp 1962 14_ketentuan-ketentuan pokok gaji pegawai perusahaan negaradhoan Evridho
 
Salinan Perpres Nomor 14 Tahun 2023
Salinan Perpres Nomor 14 Tahun 2023Salinan Perpres Nomor 14 Tahun 2023
Salinan Perpres Nomor 14 Tahun 2023CIkumparan
 
perka-bkn-24-2017-tata-cara-pemberian-cuti-pns.pdf
perka-bkn-24-2017-tata-cara-pemberian-cuti-pns.pdfperka-bkn-24-2017-tata-cara-pemberian-cuti-pns.pdf
perka-bkn-24-2017-tata-cara-pemberian-cuti-pns.pdfNeni Rochmayati
 
PERATURAN-BKN-NOMOR-24-TAHUN-2017-TATA-CARA-PEMBERIAN-CUTI-PNS.pdf
PERATURAN-BKN-NOMOR-24-TAHUN-2017-TATA-CARA-PEMBERIAN-CUTI-PNS.pdfPERATURAN-BKN-NOMOR-24-TAHUN-2017-TATA-CARA-PEMBERIAN-CUTI-PNS.pdf
PERATURAN-BKN-NOMOR-24-TAHUN-2017-TATA-CARA-PEMBERIAN-CUTI-PNS.pdfupkabnganjuk
 
Peraturan bkn no. 24 tahun 2017
Peraturan bkn no. 24 tahun 2017Peraturan bkn no. 24 tahun 2017
Peraturan bkn no. 24 tahun 2017KutsiyatinMSi
 
UU RI No. 31 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
UU RI No. 31 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana KorupsiUU RI No. 31 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
UU RI No. 31 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana KorupsiKacung Abdullah
 

Similar to Pensiun DPR 1953 (20)

RPP penerima bantuan iuran jaminan sosial
RPP penerima bantuan iuran jaminan sosial RPP penerima bantuan iuran jaminan sosial
RPP penerima bantuan iuran jaminan sosial
 
PP NO 45 TH 1990.pdf
PP NO 45 TH 1990.pdfPP NO 45 TH 1990.pdf
PP NO 45 TH 1990.pdf
 
Uu 36 1953
Uu 36 1953Uu 36 1953
Uu 36 1953
 
PP Nomor 20 Tahun 2013 ttg Asuransi Sosial PNS
PP Nomor 20 Tahun 2013 ttg Asuransi Sosial PNSPP Nomor 20 Tahun 2013 ttg Asuransi Sosial PNS
PP Nomor 20 Tahun 2013 ttg Asuransi Sosial PNS
 
PP No.37 TH 2004.pdf tentang kepailitan dan penundaan membayar utang
PP No.37 TH 2004.pdf tentang kepailitan dan penundaan membayar utangPP No.37 TH 2004.pdf tentang kepailitan dan penundaan membayar utang
PP No.37 TH 2004.pdf tentang kepailitan dan penundaan membayar utang
 
peraturanbknnomor7tahun2022.pdf
peraturanbknnomor7tahun2022.pdfperaturanbknnomor7tahun2022.pdf
peraturanbknnomor7tahun2022.pdf
 
Peraturan pemerintah republik indonesia nomor 21 tahun 2014
Peraturan pemerintah republik indonesia nomor 21 tahun 2014Peraturan pemerintah republik indonesia nomor 21 tahun 2014
Peraturan pemerintah republik indonesia nomor 21 tahun 2014
 
Uu 21 1952
Uu 21 1952Uu 21 1952
Uu 21 1952
 
Uu nomor 17 tahun 2014 tentang md3
Uu nomor 17 tahun 2014 tentang md3Uu nomor 17 tahun 2014 tentang md3
Uu nomor 17 tahun 2014 tentang md3
 
UU no 17 tahunn 2014 tentang MPR DPR DPD dan DPRD (MD3)
UU no 17 tahunn 2014 tentang  MPR DPR DPD dan DPRD (MD3)UU no 17 tahunn 2014 tentang  MPR DPR DPD dan DPRD (MD3)
UU no 17 tahunn 2014 tentang MPR DPR DPD dan DPRD (MD3)
 
Naskah ruu md3 10 jul14
Naskah ruu md3 10 jul14Naskah ruu md3 10 jul14
Naskah ruu md3 10 jul14
 
Pp 1962 14_ketentuan-ketentuan pokok gaji pegawai perusahaan negara
Pp 1962 14_ketentuan-ketentuan pokok gaji pegawai perusahaan negaraPp 1962 14_ketentuan-ketentuan pokok gaji pegawai perusahaan negara
Pp 1962 14_ketentuan-ketentuan pokok gaji pegawai perusahaan negara
 
Salinan Perpres Nomor 14 Tahun 2023
Salinan Perpres Nomor 14 Tahun 2023Salinan Perpres Nomor 14 Tahun 2023
Salinan Perpres Nomor 14 Tahun 2023
 
perka-bkn-24-2017-tata-cara-pemberian-cuti-pns.pdf
perka-bkn-24-2017-tata-cara-pemberian-cuti-pns.pdfperka-bkn-24-2017-tata-cara-pemberian-cuti-pns.pdf
perka-bkn-24-2017-tata-cara-pemberian-cuti-pns.pdf
 
PERATURAN-BKN-NOMOR-24-TAHUN-2017-TATA-CARA-PEMBERIAN-CUTI-PNS.pdf
PERATURAN-BKN-NOMOR-24-TAHUN-2017-TATA-CARA-PEMBERIAN-CUTI-PNS.pdfPERATURAN-BKN-NOMOR-24-TAHUN-2017-TATA-CARA-PEMBERIAN-CUTI-PNS.pdf
PERATURAN-BKN-NOMOR-24-TAHUN-2017-TATA-CARA-PEMBERIAN-CUTI-PNS.pdf
 
Peraturan bkn no. 24 tahun 2017
Peraturan bkn no. 24 tahun 2017Peraturan bkn no. 24 tahun 2017
Peraturan bkn no. 24 tahun 2017
 
Bpjs
BpjsBpjs
Bpjs
 
Ppri no.23 th 1967
Ppri no.23 th 1967Ppri no.23 th 1967
Ppri no.23 th 1967
 
UU RI No. 31 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
UU RI No. 31 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana KorupsiUU RI No. 31 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
UU RI No. 31 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
 
Uu 07 1953
Uu 07 1953Uu 07 1953
Uu 07 1953
 

More from guest150909

Pengelolaan Limbah Industri
Pengelolaan Limbah IndustriPengelolaan Limbah Industri
Pengelolaan Limbah Industriguest150909
 
Usul Peningkatanstatus S Kampar
Usul Peningkatanstatus S KamparUsul Peningkatanstatus S Kampar
Usul Peningkatanstatus S Kamparguest150909
 
Materi Kebijakan Tentang Kebakaran
Materi Kebijakan Tentang KebakaranMateri Kebijakan Tentang Kebakaran
Materi Kebijakan Tentang Kebakaranguest150909
 
Amandemen Uud Ke4
Amandemen Uud Ke4Amandemen Uud Ke4
Amandemen Uud Ke4guest150909
 
Uudarurat 42 1950
Uudarurat 42 1950Uudarurat 42 1950
Uudarurat 42 1950guest150909
 
Uudarurat 41 1950
Uudarurat 41 1950Uudarurat 41 1950
Uudarurat 41 1950guest150909
 
Uudarurat 39 1950
Uudarurat 39 1950Uudarurat 39 1950
Uudarurat 39 1950guest150909
 
Uudarurat 08 1950
Uudarurat 08 1950Uudarurat 08 1950
Uudarurat 08 1950guest150909
 
Uudarurat 26 1950
Uudarurat 26 1950Uudarurat 26 1950
Uudarurat 26 1950guest150909
 
Uudarurat 31 1950
Uudarurat 31 1950Uudarurat 31 1950
Uudarurat 31 1950guest150909
 
Uudarurat 33 1950
Uudarurat 33 1950Uudarurat 33 1950
Uudarurat 33 1950guest150909
 
Uudarurat 36 1950
Uudarurat 36 1950Uudarurat 36 1950
Uudarurat 36 1950guest150909
 
Uudarurat 06 1950
Uudarurat 06 1950Uudarurat 06 1950
Uudarurat 06 1950guest150909
 
Uu 03 1950 Grasi
Uu 03 1950 GrasiUu 03 1950 Grasi
Uu 03 1950 Grasiguest150909
 

More from guest150909 (20)

Pengelolaan Limbah Industri
Pengelolaan Limbah IndustriPengelolaan Limbah Industri
Pengelolaan Limbah Industri
 
Usul Peningkatanstatus S Kampar
Usul Peningkatanstatus S KamparUsul Peningkatanstatus S Kampar
Usul Peningkatanstatus S Kampar
 
Materi Kebijakan Tentang Kebakaran
Materi Kebijakan Tentang KebakaranMateri Kebijakan Tentang Kebakaran
Materi Kebijakan Tentang Kebakaran
 
Amandemen Uud Ke4
Amandemen Uud Ke4Amandemen Uud Ke4
Amandemen Uud Ke4
 
Keppres 32 1990
Keppres 32 1990Keppres 32 1990
Keppres 32 1990
 
Uudarurat 42 1950
Uudarurat 42 1950Uudarurat 42 1950
Uudarurat 42 1950
 
Uudarurat 41 1950
Uudarurat 41 1950Uudarurat 41 1950
Uudarurat 41 1950
 
Uudarurat 39 1950
Uudarurat 39 1950Uudarurat 39 1950
Uudarurat 39 1950
 
Uudarurat 08 1950
Uudarurat 08 1950Uudarurat 08 1950
Uudarurat 08 1950
 
Uudarurat 26 1950
Uudarurat 26 1950Uudarurat 26 1950
Uudarurat 26 1950
 
Uudarurat 31 1950
Uudarurat 31 1950Uudarurat 31 1950
Uudarurat 31 1950
 
Uudarurat 33 1950
Uudarurat 33 1950Uudarurat 33 1950
Uudarurat 33 1950
 
Uudarurat 36 1950
Uudarurat 36 1950Uudarurat 36 1950
Uudarurat 36 1950
 
Uudarurat 06 1950
Uudarurat 06 1950Uudarurat 06 1950
Uudarurat 06 1950
 
Uu 08 1950
Uu 08 1950Uu 08 1950
Uu 08 1950
 
Uu 07 1950 Uuds
Uu 07 1950 UudsUu 07 1950 Uuds
Uu 07 1950 Uuds
 
Uu 06 1950
Uu 06 1950Uu 06 1950
Uu 06 1950
 
Uu 01 1950
Uu 01 1950Uu 01 1950
Uu 01 1950
 
Uu 03 1950 Grasi
Uu 03 1950 GrasiUu 03 1950 Grasi
Uu 03 1950 Grasi
 
Perpu 01 1950
Perpu 01 1950Perpu 01 1950
Perpu 01 1950
 

Pensiun DPR 1953

  • 1. 1:4 UNDANG- UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1953 TENTANG PEMBERIAN TUNJANGAN YANG BERSIFAT PENSIUN KEPADA BEKAS KETUA DAN BEKAS ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : perlu untuk mengadakan peraturan tentang pemberian tunjangan yang bersifat pensiun kepada bekas Ketua dan bekas Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia. Mengingat : Pasal 17 Undang-undang Nomor 6 tahun 1951 tentang kedudukan keuangan Ketua dan Anggota-Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia; Mengingat Pasal 90 ayat I dan pasal 92 ayat I- Undang-undang Dasar Sementara Pula : Republik Indonesia; Dengan persetujuan : Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia; Memutuskan: Menetapkan: UNDANG-UNDANG TENTANG PEMBERIAN TUNJANGAN YANG BERSIFAT PENSIUN KEPADA BEKAS KETUA DAN BEKAS ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA Pasal 1. Kepada bekas Ketua dan bekas Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia diberikan tunjangan yang bersifat pensiun selanjutnya disebut quot;pensiun-D.P.R.quot; - yang memberatkan anggaran belanja Negara, menurut ketentuan-ketentuan dalam pasal-pasal berikut. Pasal 2. 1. Pensiun termaksud dalam Pasal I di atas ini- diberikan atas dasar lamanya masa-jabatan. Jumlah pensiun ini ialah untuk tiap-tiap satu bulan masa-jabatan 1/2% (setengah persen) dari dasar-pensiun dengan ketentuan, bahwa sedikitnya diberikan 3% (tiga persen) dan paling banyak 50% (lima puluh persen) dari dasar-pensiun. Dasar-pensiun ialah jumlah yang sama dengan. a. untuk bekas Ketua. gaji sebulan termaksud dalam Pasal l ayat 2 Undang-undang Tentang Kedudukan Keuangan Ketua dan Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (Undang-undang No. 6 tahun 1951 ), b. untuk bekas Anggota. uang tunjangan penuh sebulan termaksud dalam Pasal 3 ayat I undang-undang tersebut dalam huruf a di atas. 2. Untuk perhitungan pensiun-DPR, maka. a. dengan quot;masa-jabatanquot; tiap-tiap kali dimaksudkan, masa antara tanggal satu dari bulan berikutnya tanggal seseorang dengan resmi mulai memangku
  • 2. 2:4 jabatannya sebagai Ketua atau Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia dan tanggal satu dari bulan berikutnya saat ia meletakkan jabatan itu atau saat ia meninggal dunia, b. masa dalam mana seorang Anggota Dewan Perwakilan Rakyat tidak menerima tunjangan sebagaimana dimaksudkan dalam Pasal 3 ayat I huruf a Undang- undang No. 6 tahun 1951, tidak dianggap sebagai masa-jabatan, c. masa selama seorang Anggota Dewan Perwakilan Rakyat pada waktu yang lampau menjabat Ketua, Wakil-Ketua atau Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia Serikat, Ketua, Wakil-Ketua atau Anggota Senat Republik Indonesia Serikat dan Ketua, Wakil-Ketua atau Anggota Dewan Pertimbangan Agung Republik Indonesia dahulu, turut diperhitungkan sebagai masa-jabatan, d. masa-jabatan yang dihitung menurut ketentuan-ketentuan dalam huruf a, b dan c di atas, dibulatkan ke atas menjadi setengah tahun. 3. Untuk Ketua/Anggota Dewan Perwakilan Rakyat-pegawai negeri, maka masa-jabatan tersebut dalam ayat 2 ini tidak boleh mengurangi masa-kerjanya sebagai pegawai negeri guna Pasal 3. 1. Pensiun ini diberikan oleh Presiden dengan Surat Keputusan. 2. Untuk mendapat pensiun menurut Undang-undang ini, maka Sekretaris Jenderal Dewan Perwakilan Rakyat harus mengajukan permohonan dengan tertulis untuk Ketua atau para Anggota Dewan Perwakilan Rakyat yang berkepentingan kepada Presiden dengan perantaraan Menteri Urusan Pegawai dengan disertai surat-surat pengangkatan dan pemberhentian atau surat-surat resmi yang menunjukkan lamanya masa-jabatan termaksud dalam pasal 2 ayat 2 undang-undang ini. 3. Pensiun ini mulai dibayarkan untuk bulan berikutnya yang bersangkutan meletakkan jabatannya. Pasal 4. 1. Pembayaran pensiun-DPR menurut undang-undang ini diperhentikan, apabila penerima pensiun-DPR yang bersangkutan: a. meninggal dunia, b. dipilih lagi menjadi Ketua atau Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia. 2. Pembayaran pensiun-DPR diperhentikan: a. pada akhir bulan berikutnya bulan penerima pensiun-DPR meninggal dunia, b. pada saat yang berkepentingan berhak menerima gaji atau tunjangan dalam jabatan yang baru, sebagaimana dimaksudkan dalam ayat 1 huruf b pasal ini. Pasal 5. Dalam hal penerima pensiun-DPR yang dipilih kembali menjadi Ketua atau Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia, kemudian meletakkan jabatannya lagi, maka mulai bulan berikutnya tanggal perletakan jabatan itu, kepadanya dibayarkan lagi pensiun-DPR termaksud dalam pasal 4, ditambah dengan jumlah pensiun-DPR mengenai jabatan dan
  • 3. 3:4 masa-jabatan terakhir dan dihitung menurut ketentuan-ketentuan dalam pasal 2 undang- undang ini. Pasal 6. 1. Apabila penerima pensiun-DPR meninggal dunia, maka kepada seorang istrinya tiap- tiap bulan, mulai bulan berikutnya suaminya meninggal dunia, diberikan 1/2 (seperdua) dari pensiun-DPR yang dapat diterima oleh suaminya, dengan sedikitnya 3 % (tiga persen) dari dasar-pensiun suaminya. Jumlah ini kemudian disebut quot;pensiun-janda-DPRquot; 2. Yang dimaksudkan dengan quot;istriquot; dalam ayat I di atas, ialah istri yang oleh penerima pensiun-DPR yang bersangkutan dikawini dengan sah dan ditunjuk sebagai istri yang berhak menerima pensiun-janda-DPR. Apabila penerima pensiun-DPR meninggal dunia sebelum ia menunjuk seorang istri sebagaimana dimaksud di atas, maka pensiun-janda- DPR diberikan kepada istri yang terlama dikawininya dengan sah. 3. Pensiun-janda-DPR diberikan pula menurut ketentuan dalam pasal ini, apabila Ketua atau Anggota Dewan Perwakilan Rakyat yang akan dapat menerima pensiun-DPR meninggal dunia sebelum ia meletakkan jabatannya pada Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia. 4. Pensiun-janda-DPR diberikan dengan surat-keputusan Menteri Urusan Pegawai atas permintaan janda yang bersangkutan, yang disertai keterangan-keterangan tentang pernikahan, kematian dan lain-lainnya yang diperlukan. Pasal 7 1. Apabila istri penerima pensiun-janda-DPR kawin lagi, maka mulai bulan berikutnya tanggal perkawinannya itu, pensiun-janda-DPR tidak dibayarkan lagi kepadanya. 2. Apabila istri penerima pensiun-janda-DPR meninggal dunia, dan sebelumnya ia tidak pernah kawin lagi, maka mulai bulan berikutnya kejadian itu, pembayaran pensiun- janda-DPR itu dilakukan, jika ada, kepada anak, anak tiri dan anak angkat dari bekas penjabat pada Dewan Perwakilan Rakyat yang bersangkutan, yang telah menjadi yatim- piatu. 3. Dalam ha] anak (anak-anak) termaksud dalam ayat 2 pasal ini telah bekerja, mencapai 'umur 21 tahun atau jika masih bersekolah mencapai umur 25 tahun, kawin ataupun meninggal dunia, maka pensiun-janda-DPR itu tidak dibayarkan lagi mulai bulan berikutnya hal-hal itu terjadi. Pasal 8 Pensiun-DPR dan pensiun-janda-DPR dapat terus dibayarkan pada penerima masing- masing, di samping menerima: a. gaji atau penghasilan lain menurut peraturan-peraturan yang berlaku bagi pegawai negeri; b. pensiun, pensiun-janda, atau tunjangan yang bersifat pensiun menurut peraturan- peraturan yang berlaku bagi bekas pegawai negeri; c. tunjangan yang bersifat pensiun atau pensiun-janda menurut peraturan yang berlaku bagi bekas Anggota Dewan Menteri, d. tunjangan menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia dahulu No. 22 tahun 1950.
  • 4. 4:4 Pasal 9 Peraturan tunjangan kemahalan dan keluarga yang berlaku bagi pegawai negeri berlaku pula terhadap penerima-pensiun termaksud dalam undang-undang ini. Pasal 10 Peraturan ini dapat disebut quot;Undang-undang tentang pensiun-DPR.quot; dan mulai berlaku pada hari diundangkan dengan kekuatan berlaku surut hingga tanggal 17 Agustus 1950. Agar supaya setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan pengundangan undang- undang ini dengan penempatan dalam Lembaran Negara Republik Indonesia. Undang-undang ini mulai berlaku pada hari diundangkan. Agar supaya setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Undang-undang ini dengan penempatan dalam Lembaran Negara Republik Indonesia. Disahkan di Jakarta, pada tanggal 4 Mei 1953. Presiden Republik Indonesia, ttd. SOEKARNO. Menteri Urusan Pegawai, ttd SOEROSO Menteri Keuangan, ttd SUMITRO JOYOHADIKUSUMO Diundangkan pada tanggal 16 Mei 1953 Menteri Kehakiman, ttd. LOEKMAN WIRIADINATA.