2. TOKSIKOLOGI
Toksikologi adalah ilmu yang menelaah
tentang kerja dan efek berbahaya zat kimia atau
racun terhadap mekanisme biologis suatu organisme.
4. TOKSIKOLOGI FORENSIK
Toksikologi forensic merupakan suatu ilmu
toksikologi yang dapat dimanfaatkan dalam
kepentingan pengadilan. Kerja utama dari toksikologi
forensic yaitu melakukan analisis kulalitatif dan
kuantitatif dari racun dengan bukti fisik dan
menerjemahkan temuan analisisnya.
5. TOKSIKOLOGI FORENSIK
MENCAKUP
• terapan ilmu alam dalam analisis racun sebagai
bukti dalam tindak kriminal,
• mendeteksi dan mengidentifikasi konsentrasi dari
racun dan metabolitnya dalam materi biologi
• menginterpretasikan temuan analisis ke dalam
suatu argumentasi tentang penyebab keracunan
6. BIDANG KERJA TOKSIKOLOGI
FORENSIK
• analisis dan mengevaluasi racun penyebab
kematian,
• analisis ada/tidaknya alkohol, obat terlarang di
dalam cairan tubuh atau napas, yang dapat
mengakibatkan perubahan prilaku (menurunnya
kemampuan mengendarai kendaraan bermotor di
jalan raya, tindak kekerasan dan
kejahatan, penggunaan dooping),
• analisis obat terlarang di darah dan urin pada kasus
penyalahgunaan narkotika, psikotropika dan obat
7. KASUS-KASUS YANG
MEMERLUKAN
PEMERIKSAAN TOKSIKOLOGI
FORENSIK
• Kematian akibat keracunan: kematian
mendadak, kematian di penjara, kematian pada
kebakaran, dan kematian medis yang disebabkan
oleh efek samping obat atau kesalahan
penanganan medis,
• Kasus-kasus keracunan yang terkait dengan akibat
pemakaian obat, makanan, kosmetika, alat
kesehatan, dan bahan berbahaya kimia
lainnya, yang tidak memenuhi standar kesehatan
(kasus-kasus forensik farmasi).
8. TUJUAN ANALISIS
TOKSIKOLOGI
FORENSIK
analisis racun baik kualitatif maupun kuantitatif
sebagai bukti dalam tindak kriminal (forensik) di
pengadilan.
membuat suatu rekaan rekostruksi suatu peristiwa
yang terjadi, sampai sejauh mana obat atau racun
tersebut dapat mengakibatkan perubahan prilaku
9. Analisis
Toksikologi
Kasus Orang
di Indonesia
Kasus Orang
Mati
Kasus Forensik
-PenyalahgunanNarkoba
-PerubahanPrilaku
Kedokteran Forensik
1.
2.
3.
4.
5.
( Tuntutandi Masadepan
)
Hidup
Kasus Keracunan
(Anal. Tok. Klinik
)
Otopsi
Dugaan keracunan
Pengambilanspesimen
Penyemasandan penandaan
Pengiriman/Surat permohonan
analisis toksikologi
Anal. Toksikologi
LABORATORIUM TOKSIKOLOGI
Labfor Polri
Uji Penapisan
Uji Pemastian
BPOM
Data Analisis
Lab Toksikologi
Universitas
-
Lab- Lainnya:
BNN, Labda, dll
Interpretasi
Penulisan Laporan
( Bukti Surat / Surat Keterangan / Keterangan Ahli)
12. IDENTIFIKASI KORBAN
• Sebuah sampel biologis dapat diperoleh dari suatu
tindak kejahatan dalam bentuk darah atau noda
darah segar dari seorang korban.
• Untuk mengetahui identitas korban hasil mutilasi
tersebut maka dapat dilakukan pemeriksaan DNA
dari noda darah yang ada.
13. METODE
Ada tiga teknik utama yang digunakan saat ini
untuk ekstrasi DNA pada laboratorium forensik
DNA:
• Ektraksi organik
• Ekstraksi Chelex
• FTA paper
15. EKSTRAKSI ORGANIK
Sampel darah
ditambah SDS dan
proteinase kare
Ditambahkan
pelarut
fenol/kloroform
Sentrifugasi
DNA larut dalam
fasa air
Penggandaan DNA
dengan rekasi PCR
kemudian dianalisis
17. FTA PAPER
Metoda yang populer untuk persiapan pengambilan
referensi sampel adalah dengan menggunakan noda
darah dengan mengoleskannya ke kain kapas, dikenal
dengan suatu carikan, dengan menghasilkan bulatan
kira-kira 1 cm2 pada kain kapas tersebut, dengan ratarata 70.000-80.000 sel darah putih dan menghasilkan
rata-rata 500ng DNA genomic. Hasil nyata akan
bervariasi dengan jumlah sel-sel darah putih yang akan
menunjukkan sampel dan efisiensi proses ekstraksi
DNA.
18.
19. STUDI KASUS 2
Berdasarkan berita acara pemeriksaan dari
penyedik dilaporkan telah diketemukan mayat di
kamar mandi sebuah café. Dilengan kanannya
masih tercantap jarum suntik. Hasil otopsi
melaporkan terdapat baik bekas suntikan yang
masih baru maupun yang sudah menua di lengan
kanan dan kiri, telapak tangan, kaki terdapat
eudema paru-paru dan bau aromatis dari organ
tubuh seperti saluran cerna. Specialis forensik
menduga kematian diduga akibat keracunan
obat-obatan.
20. IDENTIFIKASI KORBAN
PREPARASI SAMPEL
Sampel darah
dilarutkan dengan
metanol
Serum dan plasma
dipisahkan dengan
cara sentrifugasi
Serum diuji
penapisan dengan
teknik
immunioassay
Sampel urin di atur
PH dan
disentrifugasi
Urin di uji
penapisan dengan
teknik
immunioassay
UJI
PEMASTIAN
DENGAN GCMS
21. Hasil analisis
toksikologi
forensik
Uji skrining
menggunakan
teknik immonoassay
test (EMIT)
terdeteksi positif
golongan opiat dan
benzodiazepin. Dari
penetapan kadar
alkohol 0,1 promil
dan 0,1 promil
Pada uji konfirmasi dengan
menggunakan alat GC-MS diperoleh
hasil:
darah sebelum di hidrolisis: - morfin:
0,200
µg/ml, - kodein: 0,026 µg/ml
darah setelah hidrolisis: - morfin: 0,665
µg/ml,
kodein: 0,044 µg/ml
urin sebelum hidrolisis: - 6-asetilmorfin:
0,060
µg/ml, - morfin: 0,170 µg/ml, - kodein:
0,040
µgml
urin setelah hidrolisis : - morfin: 0,800
µg/ml, - kodein: 0,170 µg/ml
Golongan benzodiazepin yang terdeteksi
di darah adalah:
diazepam: 1,400 µg/ml; nordazepam:
0,086 µg/ml; oxazepam: 0,730 µg/ml;
temazepam: 0,460 µg/ml
22. SIMPULAN
• Toksikologi forensik dapat dimengerti sebagai
pemanfaatan atau penerapan ilmu toksikologi untuk
kepentingan peradilan.
• Pada Toksikologi forensic dapat dilakukan analisis
kualitatif dengan uji penpisan (teknik immunoassay)
dan analisis kunantitatif dengan uji pemastian (GCMS dll)