SlideShare a Scribd company logo
1 of 24
Download to read offline
Sistem Sosial Masyarakat Suku NIAS
Sebagai Acuan untuk mengenal suatu Sistem sosial dalam Masyarakat, khususnya
pada Masyarakat NIAS.
Calvin Sozanolo Telaumbanua
Jurusan Teknik Perencanaan Wilayah & Kota
Fakultas Teknik Sipil & Perencanaan
Institiute Teknologi Medan
Sistem Sosial Masyarakat Suku NIAS
Sebagai Acuan untuk mengenal suatu Sistem sosial dalam Masyarakat, khususnya
pada Masyarakat NIAS.
Oleh :
Calvin Sozanolo Telaumbanua 14109003
san Teknik Perencanaan Wilayah & Kota
Fakultas Teknik Sipil & Perencanaan
Institiute Teknologi Medan
Sistem Sosial Masyarakat Suku NIAS
Sebagai Acuan untuk mengenal suatu Sistem sosial dalam Masyarakat, khususnya
san Teknik Perencanaan Wilayah & Kota
Fakultas Teknik Sipil & Perencanaan
i
http://calvintel.blogspot.co.id/
Kata Pengantar
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan berkatnya yang
telah Ia berikan Kepada kita. Sehingga Makalah ini dapat terselesaikan tanpa ada hambatan dan
masalah yang berarti. Dan juga saya ucapkan terimakasih kepada teman-teman blogger, yang
telah memposting artikel tentang Suku dan Kebudayaan Nias. Sehingga memudahkan saya
untuk menyusun makalah ini.
Dengan berbagi dan Memposting aritikel tentang Sistem Sosial dan Kebudayaan Nias, saya
brharap selurah masyarakat Nias dapat mengenal kembali bagaimana Kebudayaan, Sistem
Sosial Suku Nias. Dengan Makalah ini, saya berharap teman-teman baik itu Masyarakat Nias
maupun teman-teman se Bangasa dan Setanah Air dapat mengenal Sistem sosial Masyarakat
Nias.
Dalam pembuatan makalah ini, tidak semuanya adalah hasil dari pemikiran dari Penulis, tapi
dari teman-teman blogger yang telah memposting yang telah langsung turun kelapangan untuk
melihat sistem sosial budaya Suku Nias. Perlu diketahui juga, Dewasa ini sistem sosial dan
budaya Nias sudah mulai memudar. Dan bahkan ada kebudayaan yang telah memudar dan
menghilang. Tidak semua yang dipaparkan ini, Dewasa ini masih di dijalani oleh masyarakt Nias
baik itu hukum dan Adat istiadat.
Saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu
kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu saya harapkan demi
kesempurnaan makalah ini. Kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
semua pihak yang berkompeten. Amin.
Medan, 30 April 2013
Penyusun
ii
http://calvintel.blogspot.co.id/
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ................................................................................................. i
Daftar Isi ................................................................................................. ii
BAB I: PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ................................................................................................. 1
1.2. Rumusan Masalah ................................................................................................. 1
1.3. Tujuan ................................................................................................. 1
BAB II : ISI
2.1 Pengertian Sistem Sosial .................................................................... 2
2.2 Kehidupan Sosial Masyarakat NIAS .................................................................... 3
A. Beberapa kebiasaan mendasar .................................................................... 3
B. Interkasi Sosial Masyarakat NIAS .................................................................... 5
C. Tradisi Masayarakat Nias .................................................................... 9
D. Pertarungan Identitas di Balik .................................................................... 11
Batu
2.3 Hirearki & Sistem Kekerabatan .................................................................... 13
Masayarakat NIAS
2.4 Peraturan dan Hukum (Fondrakö) .................................................................... 16
Adat Nias yang Mengutuk (tidak mengenal Tuhan )
BAB III: Sistem Sosial Masyarakat NIAS Dan Perencanaan Wilayah dan Kota
3.1 Perencanaan Kawasan Wisata .................................................................... 18
3.2 Kawasan Lindung .................................................................... 19
3.3 Pembangunan Daerah Tertinggal .................................................................... 19
BAB IV: PENUTUP
3.4 Kesimpulan ................................................................................................. 20
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 21
1
http://calvintel.blogspot.co.id/
Bab 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Hubungan Sistem Sosial Budaya dengan Perencaan Wilayah dan Kota
Sistem sosial dan budaya ini merupakan sebuah kegiatan kehidupan bermasyarakat yang
terdiri dari individu-individu yang melakukan kebiasaan, kegiatan, dan tata cara sehingga
timbul sebuah kesatuan atau komunitas (Emile Durkheim). Dan Perencanaan Wilayah dan
Kota (PWK) merupakan disiplin ilmu yang terlahir karena adanya sebuah cita-cita yang sama
dalam meningkatkan kehidupan yang seimbang antara SDA dan SDM di wilayah dan kota
tersebut. Sebuah wilayah dan kota pasti terdapat kehidupan masyarakat yang saling
melakukan interaksi sosial dan budaya di dalamnya. Maka dari itu sebuah perencanaan
wilayah dan kota tidak akan berjalan dengan baik jika perencana itu tidak mengenal sistem
sosial dan budaya yang terdapat di daerah tersebut. Budaya juga mempunyai hubungan dalam
perencanaan. Karena setiap daerah yang akan dibuat rencana itu pasti mempunyai budaya dan
adat istiadat yang berbeda-beda dalam kehidupannya. Jadi, seorang perencana harus bisa
memahami budaya yang terdapat dalam daerah tersebut agar rencana yang dibuat
terrealisasikan dengan lancar.
Untuk itu, sangat dianjurkan untuk Mahasiswa Teknik Perencanaan Wilayah dan Kota untuk
mempelajari Sistem Sosial lebih lanjut. Sebagai bahan acuan, Setiap Mahasiswa di tuntut untuk
dapat mengenali sistem sosial yang ada pada masayarakat. Sebagai awal mahasiswa harus
dapat mengenali sistem sosial yang ada di daerah Asal Mahasiswa/ suku Mahasiswa. Agar
memudahkan mahasiswa untuk mengenali sistem sosial yang ada pada masyarakat.
Dalam hal ini, Penulis sebagai mahasiswa Perencanaan Wilayah & Kota yang berasal dari suku
Nias, akan memaparkan dalam Makalah ini bagaimana “Sistem Sosial yang ada pada
Masyarakat/Suku Nias).
1.2 Rumusan Masalah
• Mengenal apa itu sistem sosial
• Mengenal Kehidupan Sosial Masyarakat NIAS
• Hirearki dan Sistem Kekerabata Masyarakat NIAS
• Peraturan dan Hukum Adat NIAS
1.3 Tujuan Pembahasan
Mahasiswa/i lebih mengenal bagaimana sistem Sosial yang ada pada masyarakat, yang
pada umunya Sistem Sosialnya berbeda-beda yang sangat dipengaruhi oleh budya. Yang
kedepannya saat melakukan Perencanaan Wilayah & Kota yang berkaitan dengan sistem
Sosial Masyarakat, seorang Planner tidak kesulitan lagi mengenai sistem sosial yang ada
pada masyarakat.
2
http://calvintel.blogspot.co.id/
Bab 2
ISI
2.1. Pengertian Sistem Sosial
Menurut Sosiologi "Sistem sosial" merupakan ciptaan dari manusia, dalam hal ini "sistem
sosial" terjadi karena manusia adalah makhluk sosial. Ada beberapa hal yang membuat
manusia menciptakan "sistem sosial", antara lain karena : "
Istilah "sistem" berasal dari bahasa Yunani "Systema" yang mempunyai pengertian :
a. Suatu keseluruhan yang tersusun dari sekian banyak bagian.
b. Hubungan yang berlangsung diantara satuan-satuan atau komponen secara teratur.
Jadi, dengan kata lain istilah "systema" itu mengandung arti sehimpunan bagian atau
komponen yang saling berhubungan secara teratur dan merupakan satu keseluruhan.
(Sumber: Tatang M. Amirin, Drs.).
Sedangkan pengertian "sistem sosial", menurut Jabal Tarik Ibrahim dalam bukunya
Sosiologi Pedesaan, adalah sejumlah kegiatan atau sejumlah orang yang mempunyai hubungan
timbal balik relatif konstan. Hubungan sejumlah orang dan kegiatannya itu berlangsung terus
menerus. Dari tiga hal di atas terdapat tiga hal pokok, yaitu :
a. Dalam setiap "sistem sosial" ada sejumlah orang dan kegiatannya.
b. Dalam sustu "sistem sosial", orang-orang dan atau kegiatan-kegiatan itu berhubungan
secara timbal-balik.
c. Hubungan yang bersifat timbal-balik dalam suatu "sistem sosial" bersifat konstan.
Dari uraian tadi menunjukkan bahwa "sistem sosial" merupakan kesatuan yang terdiri dari
bagian-bagian (elemen atau komponen), yaitu :
a. Orang dan atau kelompok beserta kegiatannya.
b. Hubungan sosial, termasuk di dalamnya norma-norma, dan nilai-nilai yang mengatur
hubungan antar orang atau kelompok tersebut.
3
http://calvintel.blogspot.co.id/
2.2 Kehidupan Sosial Masyarakat NIAS
Pemberian salam kepada sesama sangat tinggi nilainya terhadap satu dengan yang lain. Bila
seseorang tidak bersapaan atau memberi salam kepada yang lain, maka diantara kedua belah
pihak sudah terjadi disintegrasi sosial yang mungkin disebabkan oleh sifat, gaya, cara jalan,
tutur bahasa, cara berpakaian atau penataan rambutnya yang kurang diterima oleh
kebanyakan orang. Jika sifat di atas tidak ada maka relasi mereka menjadi lebih akrab
sehingga setiap bertemu selalu menyapa dengan ucapan
“Ya’ahowu” (salam khas Nias), yang dilanjutkan dengan kata
“Yae nafoda” atau “Bol6g6 d6d6u l6 Afoda” (ini sirih kita atau maaf kita tidak punya sirih).
Dalam situasi tersebut kedua belah pihak saling memakan sirih. Setelah itu baru diakhiri
dengan salam kembali dan kata
“ya’ami ba lala” (selamat jalan) sebagai kata perpisahan.
A. Beberapa kebiasaan mendasar :
1) Persiapan Orang yang hendak bertamu
Sebelum berangkat dari rumah, bila seorang bapak yang pergi ke suatu tempat (teman
atau pertemuan) selalu mempersiapkan Sirih, yang di persiapkan oleh Istrinya kemudian
menyimpannya di tempat Sirih.
Dalam perjalanan, setiap orang yang bertemu kepadanya selalu memberi salam
“Ya’ahowu” dan mengambil sirih yang telah dipersiapkan dari rumah dan diberikan
kepada orang yang bertemu dengan dia mengatakan “Yae nafoda ” (ini sirih kita). Setelah
selesai baru melanjutkan perjalanan di mana tujuan pertamanya.
Bila seorang ibu rumah tangga yang hendak bertamu baik pergi kepada “Sitenga b6’6”
(kerabat) maupun kepada orang lain, terlebih dahulu mempersiapkan sirih yang
ditempatkan di “Naha Nafo” (kempit sirih), dan setiap orang yang hendak bertemu selalu
memberi salam “Ya’ahowu” terus bersalaman dan baru menyungguhkan sirih satu dengan
yang lain.
2) Kebiasaan bila tamu datang di rumah
Bila seseorang datang di rumah untuk bertamu selalu dimulai dengan kata salam
“Ya’ahowu” dan dilanjutkan sikap bersalaman. Kemudian disambung dengan kata “ Yae
nafoda” (ini sirih kita) atau bolog6 d6d6u L6’afoda (ma’af tidak ada sirih kita). Baru ibu
rumah tangga menyuguhkan sirih kepada para tamu. Pada saat saling mungunyah sirih
yang disuguhkan timbal balik,
Ibu rumah tangga berkata: “Hadia g6da Ga’a atau Baya?” (apa makanan kita?) dan
sebagainya, “Hana wamikaoniga?” (Kenapa kalian mengundang kami?).
4
http://calvintel.blogspot.co.id/
Tamu yang datang menjawab: “L6 had6i, m6iga man6r6-n6r6 man6” (tidak ada, hanya
sekedar jalan-jalan saja).”
Dari kata seorang ibu di atas, itu bukan berarti menghendaki supaya ada makanan dengan
bertanya “apa makanan kita.” Tetapi sapaan untuk menindak lanjuti kata seterusnya
supaya ada keakraban dan nampak lebih dekat. Begitu sebaliknya dengan jawaban dari
tamu yang mengatakan “hanya jalan-jalan saja’ atau “meminta makanan kami”. Itu semua
kedua belah pihak hubungan mereka lebih kekeluargaan. Hal ini juga tidak dikatakan
kepada orang yang tidak dikenal sama sekali. Kedua hal ini baik sebagai tamu atau tuan
rumah mempunyai tujuan yang berbeda dari pada ungkapan pertama tadi.
Setelah beberapa saat baru tamu memberitahukan apa tujuan yang sebenarnya dan tuan
rumah baru berbicara yang sebenarnya sesuai dengan tujuan yang dikehendaki oleh tamu.
Setelah selesai pembicaraan baru dilanjutkan dengan kata “mofan6ga” (permisi, kami
pergi). Tuan rumah tidak terus mengizinkan pergi tetapi harus “Lasaisi” artinya kita tahan
mereka untuk menunggu makan. Dengan kata “Tabase’6 6da idan6 ua” (mari kita minum
dulu) atau tabase’6 6da wakhe safusi ua hana wa a6s6-a6s6 sibaik6” (mari kita tunggu
makanan kita nasi putih dulu, kenapa tergesa-gesa sekali) “Ha wal6 diwo-diwoda” (hanya
saja, tidak ada lauk pauk kita).
Kata-kata di atas sikap tamu bisa menunggu bisa juga tidak. Karena hanya merupakan basa
basi. Dilanjutkan dengan kata maaf tidak ada lauk pauk kita. Itu hanya menunjukkan
kerendahan hati walaupun kenyataannya lauk-pauk mereka anak babi yang tambun, ayam
atau “Ni’owuru” (daging babi yang sudah digarami).
3) Kebiasaan waktu makan
Pada hari biasa masyarakat Nias makan tiga kali sehari. Pagi hari masyarakat Nias, makan
“Sinan6” (umbi-umbian), siang hari mereka makan “umbi-umbian” dan nasi sebagai
“Fangaz6khi d6d6” (makanan yang menyenangkan). Pada malam harinya mereka makan
seperti makan siang. Sehingga setiap hari mereka rutin makan nasi dua kali sehari. Pada
hari minggu mereka makan dua kali sehari makan sebelum pergi ke gereja dan pada
malam harinya.
Pada saat makan sedang berlangsung tidak boleh ngomong-ngomong karena marah
“Sobawi” (yang selalu menegur anggota keluarga bila melalaikan ketertiban di rumah).
Makanan nasi ini lebih tinggi nilainya dari pada makanan yang lain. Bila makan, tidak boleh
tersisa dan dibuang begitu saja. Kemudian kalau dimasak harus pakai ukuran apakah
Tumba (jumba), Hinaoya (liter), kata (tekong) dan lain-lain serta tidak boleh “Lafas6s6”
(dipadatkan) dalam periuk, tidak boleh dipukul-pukul pinggir periuk dengan sendok.
Semua pantangan ini apabila tidak ditaati maka bisa berakibat marah “Sibaya Wache”
(pemilik dari pada nasi tersebut) seandainya marah akibatnya bila menanam padi tidak
subur dan tidak menghasilkan banyak buah serta banyak mendatangkan berbagai wabah
penyakit dan bila dimasak “L6 mo’6si” (artinya walaupun satu jumba dimasak tetapi hasil
masakan nampak seperti satu liter).
5
http://calvintel.blogspot.co.id/
4) Kebiasaan suami-istri bila pergi bersama
Orang Nias pada masa dulu bila pasangan suami-istri itu pergi bersama mempunyai norma
adat tertentu yang mana bila pergi bersama kemana saja baik ke ladang, ke sawah, pergi
kepada paman atau pergi pada pesta-pesta selalu laki-laki di belakang dan perempuan di
depan. Hal ini menunjukkan bahwa wanita itu adalah istrinya, yang wajar mendapat
perlindungan dari berbagai gangguan, yang dicintai, yang dikasihani, serta menunjukkan
rasa tanggung jawab sebagai suami.
Bila seseorang anak muda jalan bersama dengan saudaranya perempuan atau temannya
perempuan yang lain, haruslah berjalan bersam secara beriringan. Tetapi jika berjalan
bersama laki-laki berada di belakang dan perempuan di depan, itu merupakan ejekan
kepada orang yang melihat. Mereka mengatakan apakah mereka itu suami-istri? Atau
kenapa orang itu pergi seperti suami istri? Ini juga suatu tanda kepada publik bahwa dari
letak jalan seseorang mereka bisa mengetahui bahwa itu adalah suami-istri.
Penghormatan dengan kata “Ya’ahowu” dan “pemberian sirih” dalam porsi adat.
Menurut porsi adat perkawinan yang telah dituturkan dalam acara “Fanika Era-era
mb6w6” (suatu acara yang menguraikan tentang silsilah keturunan dari pada pihak
penganten perempuan yang diberitahukan secara formal kepada pihak penganten laki-laki
mulai dari famili terdekat sampai kepada yang terjauh serta beban-beban yang harus
ditanggung dalam hidupnya sesuai dengan hubungan kekerabatan). “H6n6 mb6w6 no
awai, H6n6 mb6w6 no tosai” (ribuan jujuran sudah selesai, ribuan jujuran masih tersisa),
artinya tanggung jawab terhadap mertua dan sanak famili dalam bentuk beban-beban
tidak pernah putus sampai seumur hidup. Karena itu kemampuan penghormatan dengan
harta benda sangat terbatas dalam bentuk “B6w6”, maka diberi kelonggaran untuk
mengatasi hal tersebut, yaitu jangankan penghormatan dengan harta materi tetapi
penghormatan dengan kata-kata sapaan “Ya’ahowu” dan “Fame’e afo” (pemberian sirih)
kepada “Sitenga b6,6” dan lain-lain, maka itu sudah cukup yang setara nilainya dengan
empat alisi babi, dan dianggap sudah lunas utangnya yang telah dituturkan dalam acara
“Fanika era-era mb6w6”.
Dewasa ini kebiasaan tersebut sudah tidak ada lagi, penghormatan berupa harta materi
maupun penghormatan dengan kata-kata sudah hampir tidak ada lagi. Kita tidak tau
bahwa dari kata-kata kita itu sudah ada nilainya yang lebih dari “b6w6” atau makanan.
Inilah yang dikatakan “Ho maig6 ami li moroi ba g6” artinya dengan penghormatan kata-
kata itu sudah cukup senang dan berharga.
6
http://calvintel.blogspot.co.id/
B. Interkasi Sosial Masyarakat NIAS
1) Bahasa Masyarakat nias
Bahasa Nias, atau Li Niha dalam bahasa aslinya, adalah bahasa yang dipergunakan oleh
penduduk di Pulau Nias. Bahasa ini merupakan salah satu bahasa di dunia yang masih
belum diketahui persis dari mana asalnya.
Bahasa Nias merupakan salah satu bahasa dunia yang masih bertahan hingga sekarang
dengan jumlah pemakai aktif sekitar setengah juta orang. Bahasa ini dapat dikategorikan
sebagai bahasa yang unik karena merupakan satu-satunya bahasa di dunia yang setiap
akhiran katanya berakhiran huruf vokal. Bahasa Nias mengenal enam huruf vokal, yaitu
a,e,i,u,o dan ditambah dengan ö (dibaca dengan “e” seperti dalam penyebutan “enam” ).
Penulisan
Untuk menulis sebuah kalimat dalam bahasa nias, harus memperhatikan beberapa aturan
1. Dalam penulisan kata yang terdapat huruf double harus menggunakan tanda pemisah (‘)
contoh kata : Ga’a ( abang.) 2. Semua kata dalam bahasa nias asli selalu ditutup oleh huruf
vokal. CONTOH KALIMAT DALAM BAHASA NIAS “omasido khömö soroi ba dödö gu” yang
artinya “Aku menyukaimu dengan sunguh-sunguh”. “io tarai ia da’a irugi wa’ara waomasi
gu khömö” yang artinya “Mulai saat ini hingga selama-lamanya sayang ku pada
mu”. “Ha’wa lö’ö tema li gu” yang artinya “Kenapa kamu ngak menjawab ucapanku”.
Setiap kosa kata bahasa nias pasti memiliki huruf “ö” memiliki bunyi /e/ dan “ŵ” memiliki
bunyi /w/
Ya’ahowu = Biarlah engkau diberkati, bisa juga digunakan sebagai ucapan salam
Tanö Niha = Pulau Nias
Li Niha = Bahasa Nias
Kosakata
A
• Abeto = Hamil
• Abila =
Bengkok
• Aböu = Bau
• Abua / Awua =
Berat
• Adogo = Pendek
• Aetu = Putus
• Afeto = Pahit
• Afökhö = Perih
• Afuo = Kurus
• Ahakhö =
Terkikis
• Ahe = Kaki
• Ahono =
Tenang, Diam
• Ahori = Habis
• Aine = Mari
• Akho = Arang
• Akhi = Adik
• Alawa = Tinggi
• Aleu = Layu
• Alifa = Lipan
(Kelabang)
• Alio = Cepat
• Alisi = Pundak
• Alösö = Licin
• Alögö = Gelap
• Ama = Bapak
• Ana’a = Emas
• Anau = Panjang
• Asio = Garam
• Asolo = Gemuk
• Asu = Anjing
• Atarö = Tajam
• Ate = Hati
• Atulö = Benar,
Betul
• Aukhu = Panas
• Auri = Hidup
• Awena =
Barusan
B
• Ba’i = Jenis
Kelamin Pria
• Baero = Luar
• Bakha = Dalam
• Bakhu = Ikan
Lele
• Bana = Benang
7
http://calvintel.blogspot.co.id/
• Banio / Sekhula
= Buah Kelapa
• Banua =
Kampung
• Baru = Baju
• Baso = Baca
• Baloi = Tunggu
• Baẃa = Bawang
• Baẃa = Bulan
• Bawa = Muka /
Mulut
• Be’e = Beri
• Bekhu = Hantu
• Belewa =
Parang
• Betua = Perut
• Bongi = Malam
• Bowoa = Periuk
• Bu = Rambut
• Bu’ulölö =
“Marga
Bu’ulölö”
• Bua = Buah
• Buku = Buku
C
D
• Dadaoma =
Tempat Duduk
• Dalinga =
Telinga
• Dalu-dalu =
Obat-obatan
• Dania = Nanti
• Daro-daro =
Tempat Duduk
• Darua = Berdua
• Duria = Kabar
• Teu = Hujan
E
• Ebua = Besar
• Efaö =
Lepaskan
• Emali = Maling
• Enaö = Supaya
F
• Fa’udu =
Berantem
• Fabali = Pisah
• Fagamöi /
Fazökhi =
Memperbaiki
• Fagölö = Sama,
Mirip
• Fahöna =
Berbekal
• Faigi = Lihat
• Fakhili = Mirip
• Fakhili – khili =
Mirip
• Falakhi
/ Falukha =
Jumpa /
Ketemu /
Bertemu
• Fama’ala =
Jebakan
• Famakao =
Penyiksaan
• Famakhai =
Hubungan
• Famati = Iman
• Fao = Ikut
• Faoma = Sama
• Faomasi =
Kasih
• Felai = Jilad
• Fena = Pulpen
• Fera’ö = Peras
• Fili = Pilih
• Fofo = Burung
• Fuli = Kembali
G
• Ga’a = Abang
• Gae = Pisang
• Gambara =
Gambar
• Garawa =
Baskom
• Gaso = Kasur
• Gasa-gasa =
Sementara
• Ga’wu = Pasir
• Ga’we = Nenek
• Gawökhu /
Afökhu =
Empedu
• Gefe = Duit
• Gefe Gu = Duit
Ku
• Gelera =
Kelereng
• Gowi = Ubi
• Gowasa = Pesta
• Gowasa =
“Marga
Gowasa”
• Gulö = “Marga
Gulö”
• Gulö = Ular
• Gulo = Gula
• Guti = Gunting
• Göna (Bua
Göna) = Kenak
(Buah Nenas)
H
• Hadia Duria? =
Apa Kabar?
• Halawa =
“Marga Halawa”
• Halawa = Hanya
Diatas
• Halö = Ambil
• Hamega =
Kapan
• Hana = Kenapa
• Haniha Manö
Nawö Mö? =
Siapa Aja
Teman Mu?
• Haniha Nawö
Mö? = Siapa
Teman Mu?
• Hanu-hanu =
Nafas
• Harefa =
“Marga Harefa”
• Harita = “Marga
Harita”
• Harita = Kacang
• Hauga Bözi? =
Jam Berapa?
• Hawa’ara =
Berapa Lama
• Hezo möi’ö? =
Mau kemana?
• Hezo So’ö? =
Kamu Lagi
dimana?
• Hondrö =
“Marga
Hondrö”
• Horö = Dosa
• Hörö = Mata
• Hötu = Kentut
• Huku = Hukum
• I
• Ia da’a =
Sekarang Ini
• Idanö = Air
• Ikhu = Hidung
• Ina = Mamak
• J
• Jaji = Janji
K
• Kaliru = Ribut
• Koda, Foto =
Gambar
• Kurusi =
Bangku/Kursi
L
• Lafulö =
Diperas Sambil
Diputar
• Lala = Cara,
Jalan
• Laluo = Siang
• Langu = Racun
• Lakha = Janda
• Lawe = Wanita
• Li = Suara /
Bahasa
• Li = Suara
• Lö Nasa =
Belum
• Lölö = Ampas
• Lö’i = Marga
Lö’i
• Löfi-löfi / Löwi-
löwi = Pinggang
M
8
http://calvintel.blogspot.co.id/
• Mabu = Mabuk
• Maifu = Sedikit
• Ma’igi =
Tertawa/Ketaw
a
• Mako = Cangkir
, Galasi = Gelas
• Managö =
Mencuri
• Manere =
Miring
• Manga = Makan
• Manifi = Mimpi
• Manörö-nörö =
Jalan-jalan
• Manu = Ayam
• Maoso =
Bangun
• Maena = Tari
• Mba’a = Bak
• Me’e =
Menangis
• Mendrefa =
Marga
Mendrefa
• Mofökhö = Sakit
• Mozizio /
Mosindro =
Berdiri
• Mörö = Tidur
N
• Nawö = Teman
• Nawö
Bawa’auri =
Teman Hidup
• Nomo = Rumah
bisa juga “Omo”
• Nukha = Kain
O
• Ofulo =
Ngumpul
• Omasi do = aku
suka / aku mau
• Omasi’ö =
disayangi
• Omasi = suka /
mau
• Ono = Anak
• Ono Alawe =
Anak
Perempuan
• Ono Matua =
Anak Laki-laki
• Orahu = Rapat
• Orifi =
Hidupkan
• Oroma =
Kelihatan /
Terlihat
• Owulo = Bulat
P
• Pade = Hebat
Q
• – – – –
R
• Rabuta = Buah
Rambutan
• Raga-Raga =
Tempat Ayam
Dari Bambu
(Kandang
Ayam)
• Rasoi =
Rasakan
• Raso = Rasa
• Ratigae =
Pisang Goreng
• Resileti =
Resleting
• Rigi-rigi =
Jagung
• Röfa (tadra
röfa) = Salib
(tanda salib)
• Roko = Rokok
• Rorogö = Jaga
• Roti = Roti
• Rugi = Rugi
• S
• Salidi =
Kangkung
• Sami = Yang
Enak
• Safeto = Yang
Pahit
• Silö mudöna-
döna = Tidak
disangka-
sangka
• Sanagö =
Pencuri
• Saraewa =
Celana
• Saohagölö =
Terimakasih
• Sökhi / Baga =
Bagus/Baik/Ca
ntik
• Sukhu = Sisir
T
• Te’u = Tikus
• Tako = Peluk
• Tabaloi = Kita
Tunggu
• Talifusö =
Saudara
• Tanga = Tangan
• Tanö Owi =
Sore
• Tebai = Tidak
Boleh/Bisa
• Tenga = Bukan
• Tesendra =
Ketemu
(Sesuatu benda
yang dicari =
Ketemu)
• Tola =
Boleh/Bisa
• Tötö`a = Dada
• Tundraha =
Sampan/Perah
u
• Tuo Nifarö =
Tuak Suling
U
• Uma = Cium
• Umbu = Sumber
• Undre = Kunyit
V
W
• Wa’auri =
Kehidupan
• Waruwu =
“Marga
Waruwu”
X
Y
• Ya`ugö = Anda,
Kamu
• Ya’o = Aku, Saya
• Yawa = Diatas
• Yawa ba Zorugo
= Diatas Surga
Z
• Zagötö =
“Marga Zagötö”
• Zai = “Marga
Zai”
• Zebua = “Marga
Zebua” artinya
“paling besar”
• Zendratö =
“Marga
Zendratö”
• Zorugo = Surga
9
http://calvintel.blogspot.co.id/
2) Sopan Santun Kekerabatan
Semua anggota keluarga dan kerabat boleh saling menyapa, hanya saja cara
menyapa di bedakan kepada yang lebih tua, daripada yang lebih muda. Kepada yang
lebih tua harus lebih hormat daripada yang lebih muda umurnya. Antara mertua
dengan menantunya perempuan dan antara mertua dengan menantunya laki-laki
mempunyai hubungan yang erat sama seperti hubungan orangtua dengan anak
kandungnya. Demikian juga diantara yang beripar yaitu suami dengan istri saudara
laki-laki istrinya atau istri dengan saudara perempuan suaminya dianggap seperti
saudara kandung. Tidak ada garis pemisah antara mereka, boleh bebas berbicara,
hanya saja yang muda harus menghormati yang lebih tua. Kelakar diantara kedua
kelompok di atas boleh tapi harus dalam batas-batas kesopanan. Yang tidak bebas
berkelakar ialah antara suami dengan saudara perempuan istrinya.
Kelompok keluarga pihak istri lebih-lebih orangtua atau saudara laki-laki istri
mendapat penghormatan yang lebih tinggi dari kelompok keluarga lainnya. Kalau
mereka baru pertama kali datang/berkunjung kerumah saudara perempuannya,
mereka harus memotong seekor anak babi minimal satu alisi. Tidak ada alasan tidak
ada persediaan, harus dicari biarpun berutang. Selain memotong anak babi biasanya
pemilik rumah tersebut haruslah memberikan oleh-oleh/bawaan berupa satu ekor
anak babi. Jika tidak dia akan merasa malu terhadap tetangga dan orang
sekampungnya apalagi kalau mereka mengetahui kepergiannya itu. Itu sebabnya
pihak keluarga istri jarang datang kerumah anak perempuan, jika dilihatnya
anaknya itu masih diperkirakan belum baik jalan hidupnya/sengsara.
Perlu juga diketahui bahwa babi yang disuguhkan sebagai lauk, tidaklah dipotong
secara sembarangan, karena yang disuguhkan dari babi itu adalah rahangnya
beserta daging yang senyawa dengan rahang tersebut, jerohan atau alakhaö dan
beberapa potong daging pahanya serta rusuknya. Inilah makanan penghormatan
yang paling tertinggi, karena rahang atau simbi merupakan lambang sangkutan atau
tempat bergantung. Cara memasak daging babi itu menurut adat hanya direbus saja
bersama garam sedikit.
Jika fadono atau ono alawe yang datang dan baru pertama kali datang atau jika dia
telah panen maka ia akan membawa olöwöta/molöwö atau membawa bingkisan
makanan) berupa daging anak babi yang sudah direbus, nasi dan afoatau sirih
kemudian ia akan dijamu dengan memotong seekor anak babi, tetapi yang lebih
ditonjolkan untuk disuguhkan yakni kaki babi depan atau tangan babi
bersama simbi. Tangan melambangkan kecekatan, jadi yang disuruh-suruh. Jika
mereka pulang harus diserahkan manu atau ayam dan satu ekor anak babi bersama
bingkisan makanan.
Penghormatan diantara anggota kerabat, orang lain atau tamu haruslah memberi
salam yakni ya’ahowu disusul dengan penyuguhan afo disusul dengan menyediakan
minuman dan makanan. Kata ya’ahowu di pergunakan saat bertemu dengan siapa
saja yang berasal dari Nias.
10
http://calvintel.blogspot.co.id/
C. Tradisi Masayarakat Nias
Tradisi Lompat Batu Nias
Tradisi melompat batu atau yang biasa disebut oleh orang Nias sebagai fahombo
batu adalah pada mulanya dilakukan oleh seorang pemuda Nias untuk menunjukan
bahwa pemuda yang bersangkutan sudah dianggap dewasa dan matang secara fisik.
Lebih jauh dari itu bila sang pemuda mampu melompati batu yang disusun hingga
mencapai ketinggian 2 m dengan ketebalan 40 cm dengan sempurna maka itu
artinya sang pemuda kelak akan menjadi pemuda pembela kampungnya samu’i
mbanua atau la’imba hor, jika ada konflik dengan warga desa lain.
Tapi satu hal yang perlu diketahui bahwa tradisi lompat batu ini tidak terdapat di
semua wilayah Nias dan hanya terdapat pada kampung-kampung tertentu saja
seperti di wilayah Teluk Dalam. Dan satu hal lagi, tradisi ini hanya boleh diikuti oleh
kaum laki-laki saja, dan sama sekali tak memperbolehkan kaum perempuan untuk
mencobanya mengingat lompat batu merupakan ajang ketangkasan yang nantinya
bila berhasil melompat dengan sempurna yang bersangkutan akan didampuk
menjadi pembela kampungnya ketika ada perselisihan dengan kampung lain.
Oleh karena begitu prestisiusnya kemampuan lompat batu ini, maka sang pemuda
yang telah berhasil menaklukan batu ini pada kali pertama bukan saja akan menjadi
kebanggaan dirinya sendiri tapi juga bagi keluarganya. Bagi keluarga sang pemuda
yang baru pertama kali mampu melompati batu setinggi 2 meter ini biasanya akan
menyembelih beberapa ekor ternak sebagai wujud syukuran atas keberhasilan
anaknya.
Karena suatu kebanggaan, maka setiap pemuda tidak mau kalah dengan yang lain.
Sejak umur sekitar 7-12 tahun atau sesuai dengan pertumbuhan seseorang, anak-
anak laki-laki biasanya bermain dengan melompat tali. Mereka menancapkan dua
tiang sebelah menyebelah, membuat batu tumpuan, lalu melompatinya. Dari yang
rendah, dan lama-lama ditinggikan. Ada juga dengan bantuan dua orang teman yang
memegang masing-masing ujung tali, dan yang lain melompatinya secara bergilir.
Mereka bermain dengan semangat kebersamaan dan perjuangan.
Uniknya, konon meski sudah latihan keras tidak semua pemuda akhirnya berhasil
melewati undukan batu bersusun itu, bahkan tak jarang dari mereka ada yang
sampai patah tulang karena tersangkut ketika mencoba melewati batu tersebut.
Tapi tak jarang pula ada pemuda yang hanya berlati sekali dua tapi langsung
mampu melewati batu tersebut. Menurut kepercayaan setempat hal ini dipengaruhi
oleh faktor genetika. Jika ayahnya atau kakeknya seorang pemberani dan pelompat
batu, maka diantara para putranya pasti ada yang dapat melompat batu. Kalau
ayahnya dahulu adalah seorang pelompat batu semasih muda, maka anak-anaknya
pasti dapat melompat walaupun latihannya sedikit. Bahkan ada yang hanya
mencoba satu-dua kali, lalu, bisa melompat dengan sempurna tanpa latihan dan
pemanasan tubuh.
11
http://calvintel.blogspot.co.id/
Kemampuan dan ketangkasan melompat batu juga dihubungkan dengan
kepercayaan lama. Seseorang yang baru belajar melompat batu, ia terlebih dahulu
memohon restu dan meniati roh-roh para pelompat batu yang telah meninggal. Ia
musti memohon izin kepada arwah para leluhur yang sering melompati batu
tersebut. Tujuanya untuk menghindari kecelakaan atau bencana bagi para pelompat
ketika sedang mengudara, lalu menjatuhkan diri ke tanah. Sebab banyak juga
pelompat yang gagal dan mendapat kecelakaan.
Lantas kenapa para pemuda yang mampu melompat batu kemudian akan menjadi
ksatria dikampungnya? Itu lantaran ketika terjadi peperangan antar kampung maka
para prajurit yang menyerang harus mempunyai keahlian melompat untuk
menyelamatkan diri mengingat setiap kampung di wilayah Teluk Dalam rata-rata
dikelilingi oleh pagar dan benteng desa. Maka dari itu ketika tradisi berburu kepala
orang atau dalam sebutan mereka mangaih’g dijalankan sang pemburu kepala
manusia ketika dikejar atau melarikan diri, mereka harus mampu melompat pagar
atau benteng desa sasaran yang telah dibangun dari batu atau bambu atau dari
pohon tali’anu supaya tidak terperangkap di daerah musuh.Itu juga sebabnya desa-
desa didirikan di atas bukit atau gunung hili supaya musuh tidak gampang masuk
dan tidak cepat melarikan diri.
Dan bagi pemuda yang dapat selamat dari perangkap musuh itulah yang kemudian
akan pulang ke kampungnya dengan segala kehormatan dan dielu-elukan sebagai
pahlawan.
D. Pertarungan Identitas di Balik Batu
Dalam konteks kebudayaan Nusantara, Nias adalah representasi dari kejayaan
zaman megalitikum atau zaman batu besar. Tradisi pembuatan benda-benda
kebudayaan yang terbuat dari batu sangat massif di pulau ini--dan mungkin tidak
dapat dicari bandingannya di kawasan-kawasan Nusantara lainnya. Hampir setiap
jengkal di daerah Nias tersebar batu-batu besar dengan berbagai bentuk, seperti
menhir, dolmen, peti kubur, tugu, arca megalitik, tangga rumah, dan tempat duduk.
Bagi penduduk Nias, batu telah menjadi penanda bagi identitas seseorang dan tertib
sosial. Orang Nias secara turun-temurun mewarisi ritual dan tradisi yang kompleks,
di mana hampir di setiap momen tradisi tersebut selalu melibatkan unsur batu di
dalamnya. Batu digunakan sebagai alat untuk mengabadikan momen-momen
penting, seperti upacara kelahiran, perkawinan, peneguhan status seseorang
(owasa), pemujaan roh leluhur, hingga kematian. Di balik batu tersebut terpahat
berbagai makna, seperti makna religi, status sosial, keabadian, pengabdian
(terhadap leluhur), dan pengetahuan.
Menurut kepercayaan orang Nias, pada hakikatnya sejak manusia dilahirkan ke
bumi ia harus berjuang untuk mendapat gelar setinggi-tingginya dengan
menyelenggarakan beragam ritus (tata cara dl upacara keagamaan) secara
bertahap. Posisi ritus sangat penting dalam kebudayaan Nias, karena di balik semua
ritus tersimpan semangat untuk menyemaikan harga diri dan identitas.
12
http://calvintel.blogspot.co.id/
Kewajiban menyelenggarakan ritus bermula dari perkawinan. Setelah pasangan
suami-istri dikaruniai anak, mereka wajib melaksanakan mamatoro toi nono atau
ritus memberi nama kepada bayi yang baru lahir dengan memotong beberapa ekor
babi sesuai kesanggupan. Setelah anak menginjak masa kanak-kanak, orang tua si
anak wajib menyelenggarakan pesta dengan memotong satu hingga empat ekor babi
yang dibagikan kepada keluarga dan tetangga. Pesta ini bertujuan untuk
menanamkan perasaan harga diri pada anak melalui perhatian dari keluarga dan
tetangga sekeliling (hlm. 89).
Orang tua juga wajib memotong 6-12 ekor babi setelah anak menginjak dewasa.
Setelah itu, pesta yang lebih besar masih harus diselenggarakan. Dengan disaksikan
seluruh anggota keluarga dan orang kampung, harga diri anak kembali dimuliakan
dengan 24 ekor babi sebagai ongkosnya.
Budaya patriarki Nias membuat semua pesta yang dilaksanakan selalu dalam
konteks kebutuhan kaum laki-laki. Puncak dari semua pesta yang harus ditunaikan
oleh laki-laki Nias adalah Owasa, pesta terbesarnya. Kala itu ratusan ekor babi
dipotong, puluhan gram emas dibagikan, dan ribuan tamu dijamu makanan selama
tiga hari tiga malam. Meskipun pelakunya harus menanggung risiko ekonomi yang
serius, demi harga diri pesta itu harus ditunaikan. Dampak sosial Owasa sungguh
luar biasa. Jika seseorang telah menunaikan Owasa, maka setiap perkataannya
dengan sendirinya telah menjadi hukum adat.
"Semua perjuangan sudah gagal karena tradisi. Namun, yang namanya adat sudah
mendarah daging sehingga akan menjadi beban jika tidak dilaksanakan." Demikian
kesaksian salah seorang responden dalam buku (Bahan Referensi) ini tentang Owasa
yang dilaksanakannya. Pundi-pundi kekayaan yang dikumpulkannya selama
puluhan tahun ludes atas nama tradisi ini. Bahkan, dia masih harus menanggung
sejumlah utang meskipun Owasa sudah ditunaikan puluhan tahun yang lalu.
Berbicara tentang identitas dan harga diri, orang Nias juga mewarisi sebuah tradisi
yang bernama Mangani binu, yang oleh banyak pengamat luar dianggap biadab.
Mangani binu adalah tradisi berburu kepala manusia untuk keperluan memuliakan
harga diri. Dulu, sebelum Kristen datang, simbol kejayaan laki-laki Nias ditentukan
oleh seberapa banyak kepala manusia yang telah dipenggalnya. Semakin banyak
kepalanya, semakin diseganilah dia.
Waktu itu, tradisi Mangani binu juga berlaku bagi kaum lelaki yang akan meminang
calon istrinya. Ia harus mempersembahkan kepala musuh kepada keluarga calon
mempelai perempuan. Semakin banyak jumlah kepala yang ditunjukkan di depan
calon mertua, maka semakin berharga lelaki tersebut.
Meskipun tradisi Mangani binu sudah lama ditinggalkan oleh masyarakat Nias,
namun pembunuhan dengan memenggal kepala masih kerap terjadi hingga
sekarang. Menurut kesaksian penulis (yg menjadi sumber referensi) selama
meneliti di sana, bayang-bayang pemburu kepala di masa lalu masih menghantui
kehidupan kebanyakan orang Nias saat ini. Anak-anak kecil selalu dilarang bermain
pada saat hari menjelang malam agar terhindar dari petaka itu. Kebiasaan para
lelaki dewasa Nias yang selalu membawa senjata tajam ketika berpergian malam
hari juga menunjukkan betapa bayang-bayang Mangani binu masih kuat
pengaruhnya di Nias (hlm. 72).
13
http://calvintel.blogspot.co.id/
Johannes Hammerle dalam Asal-Usul Masyarakat Nias (2001) mengajukan sebuah
jawaban. Menurut dia, orang Nias mendiami kawasan yang secara topografis
membuat mereka harus tetap selamat. Hidup di kawasan terpencil dengan sumber
daya alam yang terbatas membuat persaingan antarsesama orang Nias menjadi kuat.
Karena telah menjelma mejadi pola perilaku, suasana persaingan itu menjalar
hingga ke semua lini kehidupan orang Nias, yang selanjutnya berujung pada
persaingan memperebutkan prestise di ruang sosial.
Setelah ajaran Kristen mulai menancapkan pengaruhnya di Nias sejak akhir abad ke-
19, ritual-ritual adat yang tidak sesuai dengan iman Kristen mulai ditinggalkan.
Kristen melarang pembunuhan antarsesama manusia, mengutuk tradisi pemujaan
roh leluhur, melarang mendirikan menhir dan membuat patung untuk mengenang
leluhur yang sudah meninggal, dan melarang pesta-pesta besar karena terlalu boros.
Transformasi adat ini berlangsung cukup massif. Keajaiban dalam pengabaran Injil
terjadi pada 1916 ketika digelar Fangefa Sebua (Pengampunan Besar) atau Fangesa
Sebua (Pertobatan Massal) yang dimotori oleh misionaris Kristen (zendeling). Sejak
peristiwa tersebut, orang-orang Nias mulai berani menghanyutkan patung-patung
perwujudan nenek moyang mereka, menhir, patung-patung dewa, dan benda-benda
peninggalan leluhur lainnya ke sungai.
Keberhasilan misi Kristen di Nias juga banyak ditentukan oleh strategi yang cerdik
dalam mengkonversi ritual-ritual adat sehingga makna ritual tersebut bergeser.
Contohnya adalah diberlakukannya ritual fanano buno (menanam bunga) sebagai
ganti famaoso dalo (mengangkat tengkorak kepala orang yang sudah meninggal).
Contoh lainnya adalah tradisi lompat batu di Nias. Tradisi ini berkembang
bersamaan dengan hadirnya para zendeling di pulau ini. Tradisi ini sengaja
diciptakan untuk menghapus tradisi berburu kepala. Simbol kehebatan yang pada
awalnya ditentukan oleh seberapa banyak jumlah kepala yang berhasil dipenggal
berusaha diganti dengan kemampuan menaklukkan tumpukan batu yang menjulang.
Namun, resistensi terhadap agama baru juga muncul. Hal ini disebabkan oleh
ketidaksetujuan sebagian orang Nias terhadap agama Kristen yang cenderung
membenci adat. Gerakan resistensi di Nias lazim disebut sebagai Fa'awosa. Gerakan
ini telah melahirkan sekte-sekte yang memadukan berbagai unsur kepercayaan,
seperti ajaran Kristen, Islam, dan unsur-unsur budaya megalitik. Menurut catatan
Kantor Urusan Agama Nias, sampai tahun 2006, sedikitnya telah berkembang 58
sekte di Nias. Hal ini menunjukkan bahwa orang Nias belum mengikhlaskan adat
yang mereka warisi dari leluhurnya lenyap ditelan kehadiran agama baru.
Kehadiran buku ini menurut saya tepat waktu, karena setelah gempa besar dan
tsunami melanda Nias pada 2004, perhatian masyarakat luar tersedot pada
fenomena tersebut, sehingga kekayaan tradisi yang berkembang di Nias luput dari
perhatian. Buku ini adalah semacam reportase etnografis penulisnya yang berusaha
menampilkan identitas kebudayaan orang lain dengan derajat analisis dan empati
yang tinggi.
Latar belakang penulisnya yang berasal dari budaya Sunda-Jawa sepertinya tidak
menjadi kendala dalam mengakrabi budaya lain. Ini terbukti dengan kelincahannya
dalam mengisahkan budaya Nias secara cair dengan bahasa sehari-hari yang nyaris
tanpa pretensi ilmiah. Yang jelas, buku ini akan membawa pembaca memasuki
14
http://calvintel.blogspot.co.id/
relung-relung sejarah kebudayaan Nias yang terentang dari zaman prasejarah
hingga masa kini.
2.3. Hirearki & Sistem Kekerabatan Masyarakat NIAS
Di pulau Nias juga dikenal istilah marga yaitu sistem yang mengikuti garis ayah
(patrilineal). Marga-marga umumnya berasal dari perkumpulan-perkumpulan dari
seorang nenek moyang. Pernikahan dalam satu marga tidak dibenarkan.
Hirearki Masyarakat Nias
Di samping itu pula di Pulau Nias dikenal istilah kasta. Di pulau Nias dikenal ada sistem
kasta (12 tingkatan Kasta). Dimana tingkatan kasta yang tertinggi adalah "Balugu" dan
untuk mencapai tingkatan ini seseorang harus mampu melakukan pesta besar dengan
mengundang ribuan orang dan menyembelih ribuan ekor ternak babi selama berhari-
hari. Adapun beberapa rincian kasta yang terdapat di Pulau Nias antara lain :
1. Si’ulu (Balugu/Salaŵa)
yaitu: golongan masyarakat yang mempunyai kedudukan tertinggi secara turun-
temurun, akan tetapi pengukuhannya melalui proses pelaksanaan pesta
kebesaran (Owasa/Fa’ulu). Bangsawan yang telah memenuhi kewajiban adatnya
melalui proses Owasa/Fau’ulu disebut Si’ulu Si Ma’awai dan menjadi Balö
Zi’ulu yaitu bangsawan yang memerintah;
2. Ere
yaitu: para pemimpin agama kuno. Sering juga, oleh karena kepintaran seseorang
dalam hal tertentu, maka dia disebut Ere, umpamanya Ere Huhuo yaitu seseorang
yang sangat pintar dalam berbicara terutama menyangkut adat-istiadat. Secara garis
besar terdapat 2 (dua) macam ere, yaitu: Ere Börönadu dan Ere Mbanua;
3. Si’ila
yaitu: kaum cerdik-pandai yang menjadi anggota badan musyawarah desa. Mereka
yang selalu bermusyawarah dan bersidang (Orahu) pada setiap masalah-masalah
yang dibicarakan dalam desa, dipimpin oleh Balö Zi’ulu dan Si’ulu lainnya;
4. Sato
yaitu: Masyarakat biasa (masyarakat kebanyakan) juga sering disebut Ono mbanua
atau si fagölö-gölö atau niha si to’ölö;
5. Sawuyu (Harakana)
perang, kemudian mereka menjadi budak.
15
http://calvintel.blogspot.co.id/
Sistem Kekerabatan Masyarakat Nias
a. Garis Keturunan
Suku bangsa Nias mengikuti garis keturunan patrilineal, yaitu mengikuti
hitungan hubungan kekerabatan melalui laki-laki. Anak laki-laki maupun
perempuan mengikuti garis keturunan ayah. Apabila anak laki-laki kawin,
biasanya tinggal dirumah orangtuanya dalam waktu satu, dua, tiga tahun sampai
lahir anak pertama. Tapi, anak perempuan yang sudah kawin harus keluar dari
rumah orangtuanya mengikuti suaminya.
Suku bangsa Nias yang berasal dari satu satu garis keturunan disebut sisambua
mado. Mereka diikat oleh pertalian darah yang dihitung melalui laki-laki. Setiap
nenek moyang dan keluarga keturunannya memiliki atia nadu. Sampai generasi
yang kesembilan perkawinan diantara keturunannya dilarang untuk generasi
selanjutnya perkawinan diantara keturunannya tidak menjadi masalah lagi.
Hanya saja persyaratan harus dipenuhi yakni; memisahkan atia nadu keturunan
tersebut dari kumpulan atia nadu nenek moyang dan membayar pemisahan itu
dengan memotong babi sebesar 4 alisi. Babi tersebut diberikan oleh pihak laki-
laki. Jadi dengan terjadinya perkawinan ini berarti kawin dalam lingkungan
marga atau mado yang sama. Itulah sebabnya di daerah Nias kita jumpai
suami/istri yang marganya sama.
b. Kelompok Kekerabatan
Kelompok kekerabatan orang Nias terkecil adalah sangambatö yaitu keluarga
batih, tetapi kelompok yang penting adalah sangambatö sebua, yakni keluarga
besar virilokal yang terdiri dari keluarga batih senior ditambah lagi dengan
keluarga batih putra-putranya yang tinggal serumah, sehingga berupa sebuah
rumah tangga dan satu kesatuan ekonomis. Gabungan–gabungan
dari sangambatö sebua dari satu leluhur disebut Mado (di Nias Utara, Timur dan
Barat) atau Gana (di Nias Tenggara di Nias Selatan).
Fungsi kelompok keluarga dari kedua belah pihak ini, paling menonjol dalam
upacara peralihan dari tingkat hidup remaja ketingkat hidup berkeluarga. Jadi,
apabila anak sangambatö tadi terutama anak perempuan kawin maka yang
banyak memegang peranan ialah keluarga dari pihak suami. Mulai dari awal
upacara sampai berakhir, mereka yang menjadi penghubung antara pihak laki-
laki dan orangtua perempuan serta yang menentukan segala sesuatu yang
berhubungan dengan upacara tersebut. Mereka ini merupakan kelompok
kekerabatan yang disebut menurut dekatnya dengan sangambatö tadi.
Kelompok keluarga yang paling dekat yaitu yang sekandung dan sepupu
dihitung dari garis keturunan pihak laki-laki yang disebut Iwa.
Saudara sepupu tingkat kedua disebut Huwa dan saudara-saudara tingkat
seterusnya disebut banua. Dari kelompok kekerabatan banua yang menerima
hak dalam upacara-upacara adat ialah Salawa dan stafnya. Selain dari kelompok
kekerabatan diatas, masih ada satu kelompok kekerabatan dari pihak suami
yaitu kelompok-kelompok saudara perempuan yang sudah kawin beserta
keluarga mereka masing-masing, yang disebut fadono atau ono alawe, termasuk
keluarga yang mengawini anaknya perempuan.
16
http://calvintel.blogspot.co.id/
Fungsi dari fadono berbeda dengan Iwa, Huwa dan Banua. Kelompok
kekerabatan ini merupakan pekerja dalam upacara yang dilaksanakan
olehsangambatö tadi. Itulah sebabnya dalam pembagian urakha yang menjadi
bagian mereka adalah tangan/kedua kaki sebelah muka sebagai lambang
kecekatan.
Keluarga dari pihak istri merupakan suatu kelompok kekerabatan yang
disebutuwu. Jadi dari merekalah sumber hidup anak-anak sangambatö itu, hal
inilah yang menjadikan derajat uwu lebih tinggi kedudukannya dari semua
kelompok kekerabatan tadi dan selalu mendapat penghormatan yang tertinggi
dari ngambatö tersebut. Selain itu keluarga yang memberi istri bagi anak laki-
laki sangambatömerupakan satu kekerabatan yang disebut sitenga bö’ö.
Kelompok ini diundang apabila sangambatö mengawinkan anaknya,
mengaadakan pesta kematian atau pesta adat lainnya.
2.4. Peraturan dan Hukum (Fondrakö) Adat Nias yang Mengutuk
(tidak mengenal Tuhan )
Suku Nias adalah masyarakat yang hidup dalam lingkungan adat dan
kebudayaan yang masih tinggi. Hukum Adat Nias ini terkenal dengan sebutan Fondrakö,
yang ditetapkan untuk mengatur tata kehidupan masyarakat Nias dengan sanksi berupa
kutuk bagi yang melanggarnya. Menurut Viktor Zebua, istilah Fondrakö berasal dari
kata rakö,artinya: tetapkan dengan sumpah dan sanksi kutuk. Fondrakö merupakan
forum musyawarah, penetapan, dan pengesahan adat dan hukum. Bagi yang
mematuhifondrakö akan mendapat berkat dan yang melanggar akan mendapat kutukan
dan sanksi.
Seperti halnya mitos tentang asal-usul orang Nias yang konon diturunkan
“nidada” dari langit “Tetehöli Ana’a”, maka Fondrakö ini diturunkan bersama dengan Hia
Walangi Sinada di daerah Gomo (Bagian Selatan Nias). Seiring dengan bertambahnya
jumlah penduduk Nias maka para raja dan tetua adat bermufakat untuk membaharui
peraturan yang ada sesuai dengan kondisi dan kebutuhan masing-masing rakyatnya.
Proses pengesahan Fondrakö ini terkesan mistis dan mengerikan (menurut
penulis), karena melibatkan binatang atau benda yang diumpamakan sebagai siksaan
atau kutuk yang akan dialami oleh para pelanggarnya. Fondrakö ini dilaksanakan di
“Arö Gosali” (Rumah musyawarah) yang dihadiri oleh raja dan para tetua adat. Mereka
menetapkan Fondrakö dengan menggunakan ayam, lidi, dan timah panas. Salah seorang
tetua adat akan mematah-matahkan lidi atau kaki dan sayap ayam serta menuangkan
timah panas ke dalam mulut ayam tersebut. Saat melakukan ritual tersebut, dia akan
mengucapkan kutuk “Barangsiapa yang melanggar segala sesuatu yang telah ditetapkan
dalam Mondrakö ini, maka dia akan segera mati (patah seperti lidi), atau disiksa seperti
ayam yang kaki dan tangannya patah serta segala yang dimakannya akan terasa panas
seperti timah panas yang dimasukkan ke mulut ayam”. Terkadang, mereka juga
menggunakan kucing atau anjing dengan kutuk “Lö mowa’a ba danö ba lö molehe ba
mbanua” yang artinya tidak bakalan memiliki keturunan.
Pada masa itu (terutama sebelum masuknya ajaran agama Kristen ke Pulau
Nias), Fondrakö ini sangat dipercaya memiliki kekuatan dan banyak yang mengalami
17
http://calvintel.blogspot.co.id/
kutuk seperti yang telah ditetapkan para tetua tersebut. Selain Fondrakö, adapula
hukuman lainnya bagi individu yang melanggar peraturan, mulai dari denda emas dan
babi, hingga hukuman pancung (leher dipenggal). Proses memancung leher adalah
dengan menidurkan orang yang akan dihukum di atas tanah dan lehernya diletakkan di
atas batang pisang, barulah eksekusi dilakukan.
Seperti halnya raja-raja lainnya, Fondrakö juga dilakukan di Talu Nidanoi dan
Laraga (daerah Gunungsitoli Idanoi dan Gunungsitoli Selatan) oleh dua raja besar di
masa itu yakni Balugu Samönö Ba’uwudanö (Mado Harefa) dan Balugu Tuha Badanö
(Mado Zebua). Seiring dengan perkembangan zaman dan pengenalan masyarakat akan
agama maka kepercayaan akan kutuk tersebut sudah mulai berkurang (sekalipun masih
ada yang hingga saat ini masih mempercayainya, terutama para tetua-tetua adat di
Pulau Nias). Sementara hukuman pancung sudah mulai berkurang di Nias sejak
kedatangan para misionaris yang menyebarkan agama kristen sejak tahun 1830.
Cerita dari para orang tua di masa kecil, bahwa apabila kedapatan orang
yang berbuat zina maka akan dikenakan hukuman pancung baik pria maupun
wanitanya. Dahulu, komunikasi antara pria dan wanita yang tidak memiliki
hubungan saudara sangatlah dibatasi, apalagi bila sampai ketahuan pacaran.
Dilarang mengganggu atau melirik anak gadis orang bahkan mengerlingkan mata
sekalipun, apabila ketahuan maka bersiap-siaplah untuk digebuki oleh saudara-
saudara si cewek. Pertengakaran antar kampung seringkali diawali oleh masalah
“melirik atau mengganggu cewek” di masa lampau. Bahkan sekalipun sudah
bertunangan, pria dan wanita tidak boleh bertemu. Mereka baru bisa bersama
setelah menikah. Sistem perjodohan berlaku pada masa itu, seringkali pengantin
perempuan baru mengenal wajah pengantin prianya setelah acara pernikahan.
Sehingga apapun dan bagaimanapun kondisi yang menjadi pendampingnya harus
diterima, sekalipun dia cacat ataupun sudah tua. Terima saja apa adanya.
18
http://calvintel.blogspot.co.id/
BAB III
Sistem Sosial Masyarakat NIAS
Dan Perencanaan Wilayah dan Kota
3.1. Perencanaan Kawasan Wisata
PANTAI
Secara Gegrafis Suku Nias Berada di sebuah Pulau yang memilik Pesisir pantai yang
sunggug sangat Luas (belum di paparkan di atas). Nias Memiliki pantai yang sangat
Indah dan masih belum terjamah oleh aktifitas manusia yang merusak. Tidak hanya 1
atau 2 Pantai saja, tetapi ada puluhan Pantai yang berpotensi sebagai kawasan Wisata.
Di lihat dari sudut pandang Perencanaan Wilayah dan Kota, ini sangat berpotensi untuk
dijadikan sebagai kawasan Wisata. Kenapa tidak, lautnya masih bersih belum tersentuh
oleh aktifitas manusia. Degan ditetapkannya sebagai kawasan wisata wisata dapat
membantu perekonomian Masayarakat Nias, serta hubungan Sosial dengan masyarakat
Luar Nias dapat terjalin.
Tentu saja Pemerintah yang berperan aktif untuk mengembangkannya dan dibantu oleh
masyarakat setempat.
Bekas Kerajaan
Bawamataluo merupakan salah kerajaan yang ada yang pada zaman dulu. Dimana
peninggalan sejarahnya masih dapat dilihat hingga saat ini. Rumah Adat yang dulu
dijadikan sebagai tempat tinggal Raja dan rumah-rumah adata jaman dulu hingga kini
masih berdiri kokoh. Ditambah dengan peninggalan sejarah lompat batu yang khas dari
daerah Nias. Ini membuat parawisatawan Mancanegara hingga Internasional ingin
menyaksikan nya secara langsung.
Hingga kini bawamataluo masih merupakan tempat yang eksis untuk dikunjungi, selain
rumah adat yang masih berdiri Kokoh, hingga lompat batu dan tarian perang yang khas
dari Nias. Pantainya juga sering dikunjungi oleh Turis luar Negeri, yang sering dijadikan
sebagai tempat untuk Berselancar.
19
http://calvintel.blogspot.co.id/
3.2. Kawasan Lindung
Beberapa daerah di Nias, hingga kini masih terdapat peninggalan sejarah yang sangat
tak terhitung jumlahnya. Mulai dari batu-batu prasejarah hingga rumah-rumah adat
yang masih berdiri kokoh.
Untuk melindungi itu semua agar tidak dirusak dan hilang, pemerintah dapat
menetapkan nya sebagai kawasan lindung. Untuk menjaga peninggalan sejarah yang
kelak nantinya masih dapat dilihat oleh anak cucu kita.
3.3. Kawasan budidaya
Ini merupakan potensi yang sangat besar pada Masyarakat Nias, mengingat masih
beluma adanya kawasan budidaya. Kelak apabila beberapa wilayah di jadikan sebagai
kawasan budidaya, dapat membantu perekonomian masyarakat yang ada di Nias.
Sehingga dapat merubah Mindset (pola pikir) masyarakat nias yang berpikir “Lebih
mudah mencari pekerjaan di Negeri Orang dari pada di Negeri Sendiri”.
3.4. Pembangunan Daerah Tertinggal
Merupakan Salah satu tugas pemerintah dalam mengembankan daerah-daerah
tertinggal yang ada di Pelosok. Tidak sedikit daerah-daerah yang masih belum terjamah
oleh pembangunan Pemerintah, muali dari Struktur hingga Infrastruktur.
Tidak heran beberapa masyarakat Nias yang berada di pelosok-pelosok masih berpikir
ke belakang. Yah, itu salah satu faktor yang membuat pola pikir, dan sistem sosial
masyarakat tertinggal.
Sebagai seorang Perencanaan wilayah dan Kota, ini perlu diperhatikan. Memperhatikan
daerah-daerah yang masih tertinggal baik dalam segi pembangunan, pendidikan dan
Sistm sosial. Dan merencanakan sebuah perencanaan yang dapat membangun daerah-
derah tertinggal yang berada di pelosok. Sehingga seluruh daerah-daerah tertinggal
yang berada di pelosok-pelosok dapat terjamah dan diperhatikan oleh pemerintah.
Sehingga masyarakat dapat hidup Nyaman, aman dan tentram.
20
http://calvintel.blogspot.co.id/
BAB IV
PENUTUP
Kesimpulan
Sistem sosial pada masyarakat Nias sangatlah Unik. Di mana dipengaruhi oleh beberapa aspek-
aspek kehidupan yang tumbuh dan berkembang pada masyarakat itu sendiri, baik itu dari Adat
istiadat, kepercayaan, tradisi, Peraturan hingga kebiasaan-kebiasaan yang tumbuh dan
berkembang di tengah-tengah masyarakat itu sendiri.
Lambat laun, setelah perkembangan zaman dan masuknya pengaruh budaya luar ke Pulau Nias,
Kebiasaan, hukum, dan adat yang ada pada masyarakat dalam konteks yang tidak baik
perlahan-lahan mulai hilang dan ditinggalkan. Sehingga Dewasa ini, sistem sosial yang ada pada
masayarakat Nias sekarang berbeda dengan sistem sosial yang ada pada masa dulu.
21
http://calvintel.blogspot.co.id/
DAFTAR PUSTAKA
Widjajati, Laely (2010). Pengertian Sistem Sosial (Menurut Sosiologi). [online].
Tersedia: http://laely-widjajati.blogspot.com/2010/01/pengertian-sistem-sosial-menurut.html
(April 2015)
Halawa, Ernimawati (2014). Ingedible Atau Karya Sastra Yang Tidak Berwujud Benda
Masyarakat Nias. [online].
Tersedia : http://ernihalawa.blogspot.com/2014/10/sastra-ingedible-masyarakat-nias.html
(Mei 2015)
Ruang Baca|Koran Tempo (2008). Pertarungan Identitias di Balik Batu. [online]. Tersedia :
http://www.ruangbaca.com/ruangbaca/?doky=MjAwOA==&dokm=MDg=&dokd=MzE=&dig=Y
XJjaGl2ZXM=&on=VUxT&uniq=NzI2 (April 2015)
Hulu, Dominiria (2010). Sistem Kekerabatan Masyarakat Nias. [online].
Tersedia : https://dominiriahulu.wordpress.com/2010/03/15/sistem-kekerabatan-
masyarakat-nias/ (April 2015)
Hondro, Rivalry (2014). Bahasa Nias. [online].
Tersedia : https://rivalryhondro.wordpress.com/httpniasonline-net/bahasa-nias/ (Mei 2015)

More Related Content

What's hot

Daftar isi dan lampiran
Daftar isi dan lampiranDaftar isi dan lampiran
Daftar isi dan lampiranRezza Adzmi
 
CV Kanaidi, SE., M.Si., cSAP (Pembicara / Narasumber / Fasilitator / Pemateri )
CV Kanaidi, SE., M.Si., cSAP (Pembicara / Narasumber / Fasilitator / Pemateri  )CV Kanaidi, SE., M.Si., cSAP (Pembicara / Narasumber / Fasilitator / Pemateri  )
CV Kanaidi, SE., M.Si., cSAP (Pembicara / Narasumber / Fasilitator / Pemateri )Kanaidi ken
 
wawasan kebangsaan dan nilai bela negara
wawasan kebangsaan dan nilai bela negarawawasan kebangsaan dan nilai bela negara
wawasan kebangsaan dan nilai bela negaraMuslihin Hilim
 
STUDIO PERANCANGAN ARSITEKTUR (STUPA) 5
STUDIO PERANCANGAN ARSITEKTUR (STUPA) 5STUDIO PERANCANGAN ARSITEKTUR (STUPA) 5
STUDIO PERANCANGAN ARSITEKTUR (STUPA) 5Agus Hendrowibowo
 
outbound anak, permainan outbound anak, outbound anak sekolah, outbound anak ...
outbound anak, permainan outbound anak, outbound anak sekolah, outbound anak ...outbound anak, permainan outbound anak, outbound anak sekolah, outbound anak ...
outbound anak, permainan outbound anak, outbound anak sekolah, outbound anak ...EkspedisiCargo dot com
 
STUDIO PERANCANGAN ARSITEKTUR BANGUNAN TINGGI (APARTEMEN) 2017 / 2018
STUDIO PERANCANGAN ARSITEKTUR BANGUNAN TINGGI (APARTEMEN) 2017 / 2018STUDIO PERANCANGAN ARSITEKTUR BANGUNAN TINGGI (APARTEMEN) 2017 / 2018
STUDIO PERANCANGAN ARSITEKTUR BANGUNAN TINGGI (APARTEMEN) 2017 / 2018Saskia Oktrifani Sinaga
 
Contoh proposal memperingati hari ulang tahun
Contoh proposal memperingati hari ulang tahunContoh proposal memperingati hari ulang tahun
Contoh proposal memperingati hari ulang tahunRahaden Lingga Bhumi
 
7 unsur kebudayaan universal menurut koentjaraningrat
7 unsur kebudayaan universal menurut koentjaraningrat7 unsur kebudayaan universal menurut koentjaraningrat
7 unsur kebudayaan universal menurut koentjaraningratsuryadi man ic
 
9 penulisan dengan ejaan bahasa indonesia yang disempurnakan
9   penulisan dengan ejaan bahasa indonesia yang disempurnakan9   penulisan dengan ejaan bahasa indonesia yang disempurnakan
9 penulisan dengan ejaan bahasa indonesia yang disempurnakanpsikologi klas a
 
Contoh Resume Buku Tugas 1 Tugas Pengantar Ilmu Ekonomi
Contoh Resume Buku Tugas 1  Tugas Pengantar Ilmu Ekonomi Contoh Resume Buku Tugas 1  Tugas Pengantar Ilmu Ekonomi
Contoh Resume Buku Tugas 1 Tugas Pengantar Ilmu Ekonomi Muhammad Yasir Abdad
 
Proposal rintisan-desa-wisata
Proposal rintisan-desa-wisataProposal rintisan-desa-wisata
Proposal rintisan-desa-wisataMamah Mizan Mizan
 

What's hot (20)

Surat peminjaman LCD Proyektor
Surat peminjaman LCD ProyektorSurat peminjaman LCD Proyektor
Surat peminjaman LCD Proyektor
 
Daftar isi dan lampiran
Daftar isi dan lampiranDaftar isi dan lampiran
Daftar isi dan lampiran
 
Pertemuan ke 3 - perencanaan sosial
Pertemuan ke 3 - perencanaan  sosialPertemuan ke 3 - perencanaan  sosial
Pertemuan ke 3 - perencanaan sosial
 
CV Kanaidi, SE., M.Si., cSAP (Pembicara / Narasumber / Fasilitator / Pemateri )
CV Kanaidi, SE., M.Si., cSAP (Pembicara / Narasumber / Fasilitator / Pemateri  )CV Kanaidi, SE., M.Si., cSAP (Pembicara / Narasumber / Fasilitator / Pemateri  )
CV Kanaidi, SE., M.Si., cSAP (Pembicara / Narasumber / Fasilitator / Pemateri )
 
wawasan kebangsaan dan nilai bela negara
wawasan kebangsaan dan nilai bela negarawawasan kebangsaan dan nilai bela negara
wawasan kebangsaan dan nilai bela negara
 
STUDIO PERANCANGAN ARSITEKTUR (STUPA) 5
STUDIO PERANCANGAN ARSITEKTUR (STUPA) 5STUDIO PERANCANGAN ARSITEKTUR (STUPA) 5
STUDIO PERANCANGAN ARSITEKTUR (STUPA) 5
 
outbound anak, permainan outbound anak, outbound anak sekolah, outbound anak ...
outbound anak, permainan outbound anak, outbound anak sekolah, outbound anak ...outbound anak, permainan outbound anak, outbound anak sekolah, outbound anak ...
outbound anak, permainan outbound anak, outbound anak sekolah, outbound anak ...
 
Lembaga sosial
Lembaga sosialLembaga sosial
Lembaga sosial
 
Pembukaan UUD 1945
Pembukaan UUD 1945Pembukaan UUD 1945
Pembukaan UUD 1945
 
kebijakan dan perencanaan sosial
 kebijakan dan perencanaan sosial kebijakan dan perencanaan sosial
kebijakan dan perencanaan sosial
 
Kota Venesia
Kota VenesiaKota Venesia
Kota Venesia
 
STUDIO PERANCANGAN ARSITEKTUR BANGUNAN TINGGI (APARTEMEN) 2017 / 2018
STUDIO PERANCANGAN ARSITEKTUR BANGUNAN TINGGI (APARTEMEN) 2017 / 2018STUDIO PERANCANGAN ARSITEKTUR BANGUNAN TINGGI (APARTEMEN) 2017 / 2018
STUDIO PERANCANGAN ARSITEKTUR BANGUNAN TINGGI (APARTEMEN) 2017 / 2018
 
Contoh proposal skripsi
Contoh proposal skripsiContoh proposal skripsi
Contoh proposal skripsi
 
Contoh proposal memperingati hari ulang tahun
Contoh proposal memperingati hari ulang tahunContoh proposal memperingati hari ulang tahun
Contoh proposal memperingati hari ulang tahun
 
7 unsur kebudayaan universal menurut koentjaraningrat
7 unsur kebudayaan universal menurut koentjaraningrat7 unsur kebudayaan universal menurut koentjaraningrat
7 unsur kebudayaan universal menurut koentjaraningrat
 
9 penulisan dengan ejaan bahasa indonesia yang disempurnakan
9   penulisan dengan ejaan bahasa indonesia yang disempurnakan9   penulisan dengan ejaan bahasa indonesia yang disempurnakan
9 penulisan dengan ejaan bahasa indonesia yang disempurnakan
 
Teks upacara
Teks upacaraTeks upacara
Teks upacara
 
Simbol budaya
Simbol budayaSimbol budaya
Simbol budaya
 
Contoh Resume Buku Tugas 1 Tugas Pengantar Ilmu Ekonomi
Contoh Resume Buku Tugas 1  Tugas Pengantar Ilmu Ekonomi Contoh Resume Buku Tugas 1  Tugas Pengantar Ilmu Ekonomi
Contoh Resume Buku Tugas 1 Tugas Pengantar Ilmu Ekonomi
 
Proposal rintisan-desa-wisata
Proposal rintisan-desa-wisataProposal rintisan-desa-wisata
Proposal rintisan-desa-wisata
 

Similar to Sistem Sosial Masyarakat Nias

Konsep Masyarakat dan Sosial Budaya Masyarakat Indonesia
Konsep Masyarakat dan Sosial Budaya Masyarakat Indonesia Konsep Masyarakat dan Sosial Budaya Masyarakat Indonesia
Konsep Masyarakat dan Sosial Budaya Masyarakat Indonesia sahraintan
 
Kelompok5isbd 131216144333-phpapp02
Kelompok5isbd 131216144333-phpapp02Kelompok5isbd 131216144333-phpapp02
Kelompok5isbd 131216144333-phpapp02Febri Yatmiko
 
Masyarakat Pedesaan dan Perkotaan
Masyarakat Pedesaan dan Perkotaan Masyarakat Pedesaan dan Perkotaan
Masyarakat Pedesaan dan Perkotaan pjj_kemenkes
 
Norma dan Adat Istiadat Keluarga Membentuk Pribadi Mahasiswa Berbudaya
Norma dan Adat Istiadat Keluarga Membentuk Pribadi Mahasiswa BerbudayaNorma dan Adat Istiadat Keluarga Membentuk Pribadi Mahasiswa Berbudaya
Norma dan Adat Istiadat Keluarga Membentuk Pribadi Mahasiswa BerbudayaCandra Waskito
 
Makalah masyarakat
Makalah masyarakatMakalah masyarakat
Makalah masyarakatPastime.net
 
SISTEM-SOSIAL-DAN-POLITIK-INDO_Uk.pdf
SISTEM-SOSIAL-DAN-POLITIK-INDO_Uk.pdfSISTEM-SOSIAL-DAN-POLITIK-INDO_Uk.pdf
SISTEM-SOSIAL-DAN-POLITIK-INDO_Uk.pdfFauzanYusuf3
 
Makalah isbd dinamika sosial budaya masyarakat indonesia dalam pembangunan
Makalah isbd   dinamika sosial budaya masyarakat indonesia dalam pembangunanMakalah isbd   dinamika sosial budaya masyarakat indonesia dalam pembangunan
Makalah isbd dinamika sosial budaya masyarakat indonesia dalam pembangunanMarch Cha
 
Anggaran dasar kt
Anggaran dasar ktAnggaran dasar kt
Anggaran dasar ktRom Doni
 
Laporan akhir kkn ani qotul azizah
Laporan akhir kkn ani qotul azizahLaporan akhir kkn ani qotul azizah
Laporan akhir kkn ani qotul azizahAniqotulazizah
 
Laporan akhir revisi 1 dhado bener
Laporan akhir revisi 1 dhado benerLaporan akhir revisi 1 dhado bener
Laporan akhir revisi 1 dhado benerDhado1
 
Proposal kkl ( kuliah kerja lapangan )
Proposal kkl ( kuliah kerja lapangan )Proposal kkl ( kuliah kerja lapangan )
Proposal kkl ( kuliah kerja lapangan )universitas samawa
 
Antropologi (makalah masyarakat dan kelompok sosial)
Antropologi (makalah masyarakat dan kelompok sosial)Antropologi (makalah masyarakat dan kelompok sosial)
Antropologi (makalah masyarakat dan kelompok sosial)tita_chubie
 
Tugas mata kuliah pend pancasila ( makalah suku batak )
Tugas mata kuliah pend pancasila ( makalah suku batak )Tugas mata kuliah pend pancasila ( makalah suku batak )
Tugas mata kuliah pend pancasila ( makalah suku batak )Sylvester Saragih
 
Makalah kebudayaan indonesia
Makalah kebudayaan indonesiaMakalah kebudayaan indonesia
Makalah kebudayaan indonesiaAliaWati
 
Laporan kkn desa jayasakti universitas islam 45 bekasi
Laporan kkn desa jayasakti universitas islam 45 bekasiLaporan kkn desa jayasakti universitas islam 45 bekasi
Laporan kkn desa jayasakti universitas islam 45 bekasiNur Anisa Rachmawati
 
Analisis sosial 2018
Analisis sosial 2018Analisis sosial 2018
Analisis sosial 2018AgataMelati
 

Similar to Sistem Sosial Masyarakat Nias (20)

Konsep Masyarakat dan Sosial Budaya Masyarakat Indonesia
Konsep Masyarakat dan Sosial Budaya Masyarakat Indonesia Konsep Masyarakat dan Sosial Budaya Masyarakat Indonesia
Konsep Masyarakat dan Sosial Budaya Masyarakat Indonesia
 
Kelompok5isbd 131216144333-phpapp02
Kelompok5isbd 131216144333-phpapp02Kelompok5isbd 131216144333-phpapp02
Kelompok5isbd 131216144333-phpapp02
 
Masyarakat Pedesaan dan Perkotaan
Masyarakat Pedesaan dan Perkotaan Masyarakat Pedesaan dan Perkotaan
Masyarakat Pedesaan dan Perkotaan
 
Norma dan Adat Istiadat Keluarga Membentuk Pribadi Mahasiswa Berbudaya
Norma dan Adat Istiadat Keluarga Membentuk Pribadi Mahasiswa BerbudayaNorma dan Adat Istiadat Keluarga Membentuk Pribadi Mahasiswa Berbudaya
Norma dan Adat Istiadat Keluarga Membentuk Pribadi Mahasiswa Berbudaya
 
Makalah masyarakat
Makalah masyarakatMakalah masyarakat
Makalah masyarakat
 
SISTEM-SOSIAL-DAN-POLITIK-INDO_Uk.pdf
SISTEM-SOSIAL-DAN-POLITIK-INDO_Uk.pdfSISTEM-SOSIAL-DAN-POLITIK-INDO_Uk.pdf
SISTEM-SOSIAL-DAN-POLITIK-INDO_Uk.pdf
 
Makalah isbd dinamika sosial budaya masyarakat indonesia dalam pembangunan
Makalah isbd   dinamika sosial budaya masyarakat indonesia dalam pembangunanMakalah isbd   dinamika sosial budaya masyarakat indonesia dalam pembangunan
Makalah isbd dinamika sosial budaya masyarakat indonesia dalam pembangunan
 
Kampung batik
Kampung batikKampung batik
Kampung batik
 
Anggaran dasar kt
Anggaran dasar ktAnggaran dasar kt
Anggaran dasar kt
 
Laporan akhir kkn ani qotul azizah
Laporan akhir kkn ani qotul azizahLaporan akhir kkn ani qotul azizah
Laporan akhir kkn ani qotul azizah
 
Sosiologi pedesaan
Sosiologi pedesaanSosiologi pedesaan
Sosiologi pedesaan
 
SOSIOLOGI PEDESAAN.pdf
SOSIOLOGI PEDESAAN.pdfSOSIOLOGI PEDESAAN.pdf
SOSIOLOGI PEDESAAN.pdf
 
Laporan akhir revisi 1 dhado bener
Laporan akhir revisi 1 dhado benerLaporan akhir revisi 1 dhado bener
Laporan akhir revisi 1 dhado bener
 
Proposal kkl ( kuliah kerja lapangan )
Proposal kkl ( kuliah kerja lapangan )Proposal kkl ( kuliah kerja lapangan )
Proposal kkl ( kuliah kerja lapangan )
 
Antropologi (makalah masyarakat dan kelompok sosial)
Antropologi (makalah masyarakat dan kelompok sosial)Antropologi (makalah masyarakat dan kelompok sosial)
Antropologi (makalah masyarakat dan kelompok sosial)
 
Tugas mata kuliah pend pancasila ( makalah suku batak )
Tugas mata kuliah pend pancasila ( makalah suku batak )Tugas mata kuliah pend pancasila ( makalah suku batak )
Tugas mata kuliah pend pancasila ( makalah suku batak )
 
Makalah kebudayaan indonesia
Makalah kebudayaan indonesiaMakalah kebudayaan indonesia
Makalah kebudayaan indonesia
 
Laporan kkn desa jayasakti universitas islam 45 bekasi
Laporan kkn desa jayasakti universitas islam 45 bekasiLaporan kkn desa jayasakti universitas islam 45 bekasi
Laporan kkn desa jayasakti universitas islam 45 bekasi
 
Aaaaaaaaaaaaaaaaaa
AaaaaaaaaaaaaaaaaaAaaaaaaaaaaaaaaaaa
Aaaaaaaaaaaaaaaaaa
 
Analisis sosial 2018
Analisis sosial 2018Analisis sosial 2018
Analisis sosial 2018
 

Recently uploaded

Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfCandraMegawati
 
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genapDinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genapsefrida3
 
Latihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajat
Latihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajatLatihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajat
Latihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajatArfiGraphy
 
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docxTugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docxmawan5982
 
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SDPPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SDNurainiNuraini25
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptArkhaRega1
 
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxPaparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxIgitNuryana13
 
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfSitiJulaeha820399
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...Kanaidi ken
 
contoh penulisan nomor skl pada surat kelulusan .pptx
contoh penulisan nomor skl pada surat kelulusan  .pptxcontoh penulisan nomor skl pada surat kelulusan  .pptx
contoh penulisan nomor skl pada surat kelulusan .pptxHR MUSLIM
 
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UTKeterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UTIndraAdm
 
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..ikayogakinasih12
 
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptxsoal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptxazhari524
 
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxBAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxJamhuriIshak
 
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxtugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxmawan5982
 
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptxAksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptxsdn3jatiblora
 
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)MustahalMustahal
 
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxRefleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxIrfanAudah1
 
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptxKontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptxssuser50800a
 
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7IwanSumantri7
 

Recently uploaded (20)

Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
 
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genapDinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
 
Latihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajat
Latihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajatLatihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajat
Latihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajat
 
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docxTugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
 
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SDPPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
 
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxPaparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
 
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
 
contoh penulisan nomor skl pada surat kelulusan .pptx
contoh penulisan nomor skl pada surat kelulusan  .pptxcontoh penulisan nomor skl pada surat kelulusan  .pptx
contoh penulisan nomor skl pada surat kelulusan .pptx
 
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UTKeterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
 
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
 
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptxsoal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
 
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxBAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
 
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxtugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
 
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptxAksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
 
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
 
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxRefleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
 
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptxKontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
 
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
 

Sistem Sosial Masyarakat Nias

  • 1. Sistem Sosial Masyarakat Suku NIAS Sebagai Acuan untuk mengenal suatu Sistem sosial dalam Masyarakat, khususnya pada Masyarakat NIAS. Calvin Sozanolo Telaumbanua Jurusan Teknik Perencanaan Wilayah & Kota Fakultas Teknik Sipil & Perencanaan Institiute Teknologi Medan Sistem Sosial Masyarakat Suku NIAS Sebagai Acuan untuk mengenal suatu Sistem sosial dalam Masyarakat, khususnya pada Masyarakat NIAS. Oleh : Calvin Sozanolo Telaumbanua 14109003 san Teknik Perencanaan Wilayah & Kota Fakultas Teknik Sipil & Perencanaan Institiute Teknologi Medan Sistem Sosial Masyarakat Suku NIAS Sebagai Acuan untuk mengenal suatu Sistem sosial dalam Masyarakat, khususnya san Teknik Perencanaan Wilayah & Kota Fakultas Teknik Sipil & Perencanaan
  • 2. i http://calvintel.blogspot.co.id/ Kata Pengantar Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan berkatnya yang telah Ia berikan Kepada kita. Sehingga Makalah ini dapat terselesaikan tanpa ada hambatan dan masalah yang berarti. Dan juga saya ucapkan terimakasih kepada teman-teman blogger, yang telah memposting artikel tentang Suku dan Kebudayaan Nias. Sehingga memudahkan saya untuk menyusun makalah ini. Dengan berbagi dan Memposting aritikel tentang Sistem Sosial dan Kebudayaan Nias, saya brharap selurah masyarakat Nias dapat mengenal kembali bagaimana Kebudayaan, Sistem Sosial Suku Nias. Dengan Makalah ini, saya berharap teman-teman baik itu Masyarakat Nias maupun teman-teman se Bangasa dan Setanah Air dapat mengenal Sistem sosial Masyarakat Nias. Dalam pembuatan makalah ini, tidak semuanya adalah hasil dari pemikiran dari Penulis, tapi dari teman-teman blogger yang telah memposting yang telah langsung turun kelapangan untuk melihat sistem sosial budaya Suku Nias. Perlu diketahui juga, Dewasa ini sistem sosial dan budaya Nias sudah mulai memudar. Dan bahkan ada kebudayaan yang telah memudar dan menghilang. Tidak semua yang dipaparkan ini, Dewasa ini masih di dijalani oleh masyarakt Nias baik itu hukum dan Adat istiadat. Saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu saya harapkan demi kesempurnaan makalah ini. Kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang berkompeten. Amin. Medan, 30 April 2013 Penyusun
  • 3. ii http://calvintel.blogspot.co.id/ DAFTAR ISI Kata Pengantar ................................................................................................. i Daftar Isi ................................................................................................. ii BAB I: PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ................................................................................................. 1 1.2. Rumusan Masalah ................................................................................................. 1 1.3. Tujuan ................................................................................................. 1 BAB II : ISI 2.1 Pengertian Sistem Sosial .................................................................... 2 2.2 Kehidupan Sosial Masyarakat NIAS .................................................................... 3 A. Beberapa kebiasaan mendasar .................................................................... 3 B. Interkasi Sosial Masyarakat NIAS .................................................................... 5 C. Tradisi Masayarakat Nias .................................................................... 9 D. Pertarungan Identitas di Balik .................................................................... 11 Batu 2.3 Hirearki & Sistem Kekerabatan .................................................................... 13 Masayarakat NIAS 2.4 Peraturan dan Hukum (Fondrakö) .................................................................... 16 Adat Nias yang Mengutuk (tidak mengenal Tuhan ) BAB III: Sistem Sosial Masyarakat NIAS Dan Perencanaan Wilayah dan Kota 3.1 Perencanaan Kawasan Wisata .................................................................... 18 3.2 Kawasan Lindung .................................................................... 19 3.3 Pembangunan Daerah Tertinggal .................................................................... 19 BAB IV: PENUTUP 3.4 Kesimpulan ................................................................................................. 20 DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 21
  • 4. 1 http://calvintel.blogspot.co.id/ Bab 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hubungan Sistem Sosial Budaya dengan Perencaan Wilayah dan Kota Sistem sosial dan budaya ini merupakan sebuah kegiatan kehidupan bermasyarakat yang terdiri dari individu-individu yang melakukan kebiasaan, kegiatan, dan tata cara sehingga timbul sebuah kesatuan atau komunitas (Emile Durkheim). Dan Perencanaan Wilayah dan Kota (PWK) merupakan disiplin ilmu yang terlahir karena adanya sebuah cita-cita yang sama dalam meningkatkan kehidupan yang seimbang antara SDA dan SDM di wilayah dan kota tersebut. Sebuah wilayah dan kota pasti terdapat kehidupan masyarakat yang saling melakukan interaksi sosial dan budaya di dalamnya. Maka dari itu sebuah perencanaan wilayah dan kota tidak akan berjalan dengan baik jika perencana itu tidak mengenal sistem sosial dan budaya yang terdapat di daerah tersebut. Budaya juga mempunyai hubungan dalam perencanaan. Karena setiap daerah yang akan dibuat rencana itu pasti mempunyai budaya dan adat istiadat yang berbeda-beda dalam kehidupannya. Jadi, seorang perencana harus bisa memahami budaya yang terdapat dalam daerah tersebut agar rencana yang dibuat terrealisasikan dengan lancar. Untuk itu, sangat dianjurkan untuk Mahasiswa Teknik Perencanaan Wilayah dan Kota untuk mempelajari Sistem Sosial lebih lanjut. Sebagai bahan acuan, Setiap Mahasiswa di tuntut untuk dapat mengenali sistem sosial yang ada pada masayarakat. Sebagai awal mahasiswa harus dapat mengenali sistem sosial yang ada di daerah Asal Mahasiswa/ suku Mahasiswa. Agar memudahkan mahasiswa untuk mengenali sistem sosial yang ada pada masyarakat. Dalam hal ini, Penulis sebagai mahasiswa Perencanaan Wilayah & Kota yang berasal dari suku Nias, akan memaparkan dalam Makalah ini bagaimana “Sistem Sosial yang ada pada Masyarakat/Suku Nias). 1.2 Rumusan Masalah • Mengenal apa itu sistem sosial • Mengenal Kehidupan Sosial Masyarakat NIAS • Hirearki dan Sistem Kekerabata Masyarakat NIAS • Peraturan dan Hukum Adat NIAS 1.3 Tujuan Pembahasan Mahasiswa/i lebih mengenal bagaimana sistem Sosial yang ada pada masyarakat, yang pada umunya Sistem Sosialnya berbeda-beda yang sangat dipengaruhi oleh budya. Yang kedepannya saat melakukan Perencanaan Wilayah & Kota yang berkaitan dengan sistem Sosial Masyarakat, seorang Planner tidak kesulitan lagi mengenai sistem sosial yang ada pada masyarakat.
  • 5. 2 http://calvintel.blogspot.co.id/ Bab 2 ISI 2.1. Pengertian Sistem Sosial Menurut Sosiologi "Sistem sosial" merupakan ciptaan dari manusia, dalam hal ini "sistem sosial" terjadi karena manusia adalah makhluk sosial. Ada beberapa hal yang membuat manusia menciptakan "sistem sosial", antara lain karena : " Istilah "sistem" berasal dari bahasa Yunani "Systema" yang mempunyai pengertian : a. Suatu keseluruhan yang tersusun dari sekian banyak bagian. b. Hubungan yang berlangsung diantara satuan-satuan atau komponen secara teratur. Jadi, dengan kata lain istilah "systema" itu mengandung arti sehimpunan bagian atau komponen yang saling berhubungan secara teratur dan merupakan satu keseluruhan. (Sumber: Tatang M. Amirin, Drs.). Sedangkan pengertian "sistem sosial", menurut Jabal Tarik Ibrahim dalam bukunya Sosiologi Pedesaan, adalah sejumlah kegiatan atau sejumlah orang yang mempunyai hubungan timbal balik relatif konstan. Hubungan sejumlah orang dan kegiatannya itu berlangsung terus menerus. Dari tiga hal di atas terdapat tiga hal pokok, yaitu : a. Dalam setiap "sistem sosial" ada sejumlah orang dan kegiatannya. b. Dalam sustu "sistem sosial", orang-orang dan atau kegiatan-kegiatan itu berhubungan secara timbal-balik. c. Hubungan yang bersifat timbal-balik dalam suatu "sistem sosial" bersifat konstan. Dari uraian tadi menunjukkan bahwa "sistem sosial" merupakan kesatuan yang terdiri dari bagian-bagian (elemen atau komponen), yaitu : a. Orang dan atau kelompok beserta kegiatannya. b. Hubungan sosial, termasuk di dalamnya norma-norma, dan nilai-nilai yang mengatur hubungan antar orang atau kelompok tersebut.
  • 6. 3 http://calvintel.blogspot.co.id/ 2.2 Kehidupan Sosial Masyarakat NIAS Pemberian salam kepada sesama sangat tinggi nilainya terhadap satu dengan yang lain. Bila seseorang tidak bersapaan atau memberi salam kepada yang lain, maka diantara kedua belah pihak sudah terjadi disintegrasi sosial yang mungkin disebabkan oleh sifat, gaya, cara jalan, tutur bahasa, cara berpakaian atau penataan rambutnya yang kurang diterima oleh kebanyakan orang. Jika sifat di atas tidak ada maka relasi mereka menjadi lebih akrab sehingga setiap bertemu selalu menyapa dengan ucapan “Ya’ahowu” (salam khas Nias), yang dilanjutkan dengan kata “Yae nafoda” atau “Bol6g6 d6d6u l6 Afoda” (ini sirih kita atau maaf kita tidak punya sirih). Dalam situasi tersebut kedua belah pihak saling memakan sirih. Setelah itu baru diakhiri dengan salam kembali dan kata “ya’ami ba lala” (selamat jalan) sebagai kata perpisahan. A. Beberapa kebiasaan mendasar : 1) Persiapan Orang yang hendak bertamu Sebelum berangkat dari rumah, bila seorang bapak yang pergi ke suatu tempat (teman atau pertemuan) selalu mempersiapkan Sirih, yang di persiapkan oleh Istrinya kemudian menyimpannya di tempat Sirih. Dalam perjalanan, setiap orang yang bertemu kepadanya selalu memberi salam “Ya’ahowu” dan mengambil sirih yang telah dipersiapkan dari rumah dan diberikan kepada orang yang bertemu dengan dia mengatakan “Yae nafoda ” (ini sirih kita). Setelah selesai baru melanjutkan perjalanan di mana tujuan pertamanya. Bila seorang ibu rumah tangga yang hendak bertamu baik pergi kepada “Sitenga b6’6” (kerabat) maupun kepada orang lain, terlebih dahulu mempersiapkan sirih yang ditempatkan di “Naha Nafo” (kempit sirih), dan setiap orang yang hendak bertemu selalu memberi salam “Ya’ahowu” terus bersalaman dan baru menyungguhkan sirih satu dengan yang lain. 2) Kebiasaan bila tamu datang di rumah Bila seseorang datang di rumah untuk bertamu selalu dimulai dengan kata salam “Ya’ahowu” dan dilanjutkan sikap bersalaman. Kemudian disambung dengan kata “ Yae nafoda” (ini sirih kita) atau bolog6 d6d6u L6’afoda (ma’af tidak ada sirih kita). Baru ibu rumah tangga menyuguhkan sirih kepada para tamu. Pada saat saling mungunyah sirih yang disuguhkan timbal balik, Ibu rumah tangga berkata: “Hadia g6da Ga’a atau Baya?” (apa makanan kita?) dan sebagainya, “Hana wamikaoniga?” (Kenapa kalian mengundang kami?).
  • 7. 4 http://calvintel.blogspot.co.id/ Tamu yang datang menjawab: “L6 had6i, m6iga man6r6-n6r6 man6” (tidak ada, hanya sekedar jalan-jalan saja).” Dari kata seorang ibu di atas, itu bukan berarti menghendaki supaya ada makanan dengan bertanya “apa makanan kita.” Tetapi sapaan untuk menindak lanjuti kata seterusnya supaya ada keakraban dan nampak lebih dekat. Begitu sebaliknya dengan jawaban dari tamu yang mengatakan “hanya jalan-jalan saja’ atau “meminta makanan kami”. Itu semua kedua belah pihak hubungan mereka lebih kekeluargaan. Hal ini juga tidak dikatakan kepada orang yang tidak dikenal sama sekali. Kedua hal ini baik sebagai tamu atau tuan rumah mempunyai tujuan yang berbeda dari pada ungkapan pertama tadi. Setelah beberapa saat baru tamu memberitahukan apa tujuan yang sebenarnya dan tuan rumah baru berbicara yang sebenarnya sesuai dengan tujuan yang dikehendaki oleh tamu. Setelah selesai pembicaraan baru dilanjutkan dengan kata “mofan6ga” (permisi, kami pergi). Tuan rumah tidak terus mengizinkan pergi tetapi harus “Lasaisi” artinya kita tahan mereka untuk menunggu makan. Dengan kata “Tabase’6 6da idan6 ua” (mari kita minum dulu) atau tabase’6 6da wakhe safusi ua hana wa a6s6-a6s6 sibaik6” (mari kita tunggu makanan kita nasi putih dulu, kenapa tergesa-gesa sekali) “Ha wal6 diwo-diwoda” (hanya saja, tidak ada lauk pauk kita). Kata-kata di atas sikap tamu bisa menunggu bisa juga tidak. Karena hanya merupakan basa basi. Dilanjutkan dengan kata maaf tidak ada lauk pauk kita. Itu hanya menunjukkan kerendahan hati walaupun kenyataannya lauk-pauk mereka anak babi yang tambun, ayam atau “Ni’owuru” (daging babi yang sudah digarami). 3) Kebiasaan waktu makan Pada hari biasa masyarakat Nias makan tiga kali sehari. Pagi hari masyarakat Nias, makan “Sinan6” (umbi-umbian), siang hari mereka makan “umbi-umbian” dan nasi sebagai “Fangaz6khi d6d6” (makanan yang menyenangkan). Pada malam harinya mereka makan seperti makan siang. Sehingga setiap hari mereka rutin makan nasi dua kali sehari. Pada hari minggu mereka makan dua kali sehari makan sebelum pergi ke gereja dan pada malam harinya. Pada saat makan sedang berlangsung tidak boleh ngomong-ngomong karena marah “Sobawi” (yang selalu menegur anggota keluarga bila melalaikan ketertiban di rumah). Makanan nasi ini lebih tinggi nilainya dari pada makanan yang lain. Bila makan, tidak boleh tersisa dan dibuang begitu saja. Kemudian kalau dimasak harus pakai ukuran apakah Tumba (jumba), Hinaoya (liter), kata (tekong) dan lain-lain serta tidak boleh “Lafas6s6” (dipadatkan) dalam periuk, tidak boleh dipukul-pukul pinggir periuk dengan sendok. Semua pantangan ini apabila tidak ditaati maka bisa berakibat marah “Sibaya Wache” (pemilik dari pada nasi tersebut) seandainya marah akibatnya bila menanam padi tidak subur dan tidak menghasilkan banyak buah serta banyak mendatangkan berbagai wabah penyakit dan bila dimasak “L6 mo’6si” (artinya walaupun satu jumba dimasak tetapi hasil masakan nampak seperti satu liter).
  • 8. 5 http://calvintel.blogspot.co.id/ 4) Kebiasaan suami-istri bila pergi bersama Orang Nias pada masa dulu bila pasangan suami-istri itu pergi bersama mempunyai norma adat tertentu yang mana bila pergi bersama kemana saja baik ke ladang, ke sawah, pergi kepada paman atau pergi pada pesta-pesta selalu laki-laki di belakang dan perempuan di depan. Hal ini menunjukkan bahwa wanita itu adalah istrinya, yang wajar mendapat perlindungan dari berbagai gangguan, yang dicintai, yang dikasihani, serta menunjukkan rasa tanggung jawab sebagai suami. Bila seseorang anak muda jalan bersama dengan saudaranya perempuan atau temannya perempuan yang lain, haruslah berjalan bersam secara beriringan. Tetapi jika berjalan bersama laki-laki berada di belakang dan perempuan di depan, itu merupakan ejekan kepada orang yang melihat. Mereka mengatakan apakah mereka itu suami-istri? Atau kenapa orang itu pergi seperti suami istri? Ini juga suatu tanda kepada publik bahwa dari letak jalan seseorang mereka bisa mengetahui bahwa itu adalah suami-istri. Penghormatan dengan kata “Ya’ahowu” dan “pemberian sirih” dalam porsi adat. Menurut porsi adat perkawinan yang telah dituturkan dalam acara “Fanika Era-era mb6w6” (suatu acara yang menguraikan tentang silsilah keturunan dari pada pihak penganten perempuan yang diberitahukan secara formal kepada pihak penganten laki-laki mulai dari famili terdekat sampai kepada yang terjauh serta beban-beban yang harus ditanggung dalam hidupnya sesuai dengan hubungan kekerabatan). “H6n6 mb6w6 no awai, H6n6 mb6w6 no tosai” (ribuan jujuran sudah selesai, ribuan jujuran masih tersisa), artinya tanggung jawab terhadap mertua dan sanak famili dalam bentuk beban-beban tidak pernah putus sampai seumur hidup. Karena itu kemampuan penghormatan dengan harta benda sangat terbatas dalam bentuk “B6w6”, maka diberi kelonggaran untuk mengatasi hal tersebut, yaitu jangankan penghormatan dengan harta materi tetapi penghormatan dengan kata-kata sapaan “Ya’ahowu” dan “Fame’e afo” (pemberian sirih) kepada “Sitenga b6,6” dan lain-lain, maka itu sudah cukup yang setara nilainya dengan empat alisi babi, dan dianggap sudah lunas utangnya yang telah dituturkan dalam acara “Fanika era-era mb6w6”. Dewasa ini kebiasaan tersebut sudah tidak ada lagi, penghormatan berupa harta materi maupun penghormatan dengan kata-kata sudah hampir tidak ada lagi. Kita tidak tau bahwa dari kata-kata kita itu sudah ada nilainya yang lebih dari “b6w6” atau makanan. Inilah yang dikatakan “Ho maig6 ami li moroi ba g6” artinya dengan penghormatan kata- kata itu sudah cukup senang dan berharga.
  • 9. 6 http://calvintel.blogspot.co.id/ B. Interkasi Sosial Masyarakat NIAS 1) Bahasa Masyarakat nias Bahasa Nias, atau Li Niha dalam bahasa aslinya, adalah bahasa yang dipergunakan oleh penduduk di Pulau Nias. Bahasa ini merupakan salah satu bahasa di dunia yang masih belum diketahui persis dari mana asalnya. Bahasa Nias merupakan salah satu bahasa dunia yang masih bertahan hingga sekarang dengan jumlah pemakai aktif sekitar setengah juta orang. Bahasa ini dapat dikategorikan sebagai bahasa yang unik karena merupakan satu-satunya bahasa di dunia yang setiap akhiran katanya berakhiran huruf vokal. Bahasa Nias mengenal enam huruf vokal, yaitu a,e,i,u,o dan ditambah dengan ö (dibaca dengan “e” seperti dalam penyebutan “enam” ). Penulisan Untuk menulis sebuah kalimat dalam bahasa nias, harus memperhatikan beberapa aturan 1. Dalam penulisan kata yang terdapat huruf double harus menggunakan tanda pemisah (‘) contoh kata : Ga’a ( abang.) 2. Semua kata dalam bahasa nias asli selalu ditutup oleh huruf vokal. CONTOH KALIMAT DALAM BAHASA NIAS “omasido khömö soroi ba dödö gu” yang artinya “Aku menyukaimu dengan sunguh-sunguh”. “io tarai ia da’a irugi wa’ara waomasi gu khömö” yang artinya “Mulai saat ini hingga selama-lamanya sayang ku pada mu”. “Ha’wa lö’ö tema li gu” yang artinya “Kenapa kamu ngak menjawab ucapanku”. Setiap kosa kata bahasa nias pasti memiliki huruf “ö” memiliki bunyi /e/ dan “ŵ” memiliki bunyi /w/ Ya’ahowu = Biarlah engkau diberkati, bisa juga digunakan sebagai ucapan salam Tanö Niha = Pulau Nias Li Niha = Bahasa Nias Kosakata A • Abeto = Hamil • Abila = Bengkok • Aböu = Bau • Abua / Awua = Berat • Adogo = Pendek • Aetu = Putus • Afeto = Pahit • Afökhö = Perih • Afuo = Kurus • Ahakhö = Terkikis • Ahe = Kaki • Ahono = Tenang, Diam • Ahori = Habis • Aine = Mari • Akho = Arang • Akhi = Adik • Alawa = Tinggi • Aleu = Layu • Alifa = Lipan (Kelabang) • Alio = Cepat • Alisi = Pundak • Alösö = Licin • Alögö = Gelap • Ama = Bapak • Ana’a = Emas • Anau = Panjang • Asio = Garam • Asolo = Gemuk • Asu = Anjing • Atarö = Tajam • Ate = Hati • Atulö = Benar, Betul • Aukhu = Panas • Auri = Hidup • Awena = Barusan B • Ba’i = Jenis Kelamin Pria • Baero = Luar • Bakha = Dalam • Bakhu = Ikan Lele • Bana = Benang
  • 10. 7 http://calvintel.blogspot.co.id/ • Banio / Sekhula = Buah Kelapa • Banua = Kampung • Baru = Baju • Baso = Baca • Baloi = Tunggu • Baẃa = Bawang • Baẃa = Bulan • Bawa = Muka / Mulut • Be’e = Beri • Bekhu = Hantu • Belewa = Parang • Betua = Perut • Bongi = Malam • Bowoa = Periuk • Bu = Rambut • Bu’ulölö = “Marga Bu’ulölö” • Bua = Buah • Buku = Buku C D • Dadaoma = Tempat Duduk • Dalinga = Telinga • Dalu-dalu = Obat-obatan • Dania = Nanti • Daro-daro = Tempat Duduk • Darua = Berdua • Duria = Kabar • Teu = Hujan E • Ebua = Besar • Efaö = Lepaskan • Emali = Maling • Enaö = Supaya F • Fa’udu = Berantem • Fabali = Pisah • Fagamöi / Fazökhi = Memperbaiki • Fagölö = Sama, Mirip • Fahöna = Berbekal • Faigi = Lihat • Fakhili = Mirip • Fakhili – khili = Mirip • Falakhi / Falukha = Jumpa / Ketemu / Bertemu • Fama’ala = Jebakan • Famakao = Penyiksaan • Famakhai = Hubungan • Famati = Iman • Fao = Ikut • Faoma = Sama • Faomasi = Kasih • Felai = Jilad • Fena = Pulpen • Fera’ö = Peras • Fili = Pilih • Fofo = Burung • Fuli = Kembali G • Ga’a = Abang • Gae = Pisang • Gambara = Gambar • Garawa = Baskom • Gaso = Kasur • Gasa-gasa = Sementara • Ga’wu = Pasir • Ga’we = Nenek • Gawökhu / Afökhu = Empedu • Gefe = Duit • Gefe Gu = Duit Ku • Gelera = Kelereng • Gowi = Ubi • Gowasa = Pesta • Gowasa = “Marga Gowasa” • Gulö = “Marga Gulö” • Gulö = Ular • Gulo = Gula • Guti = Gunting • Göna (Bua Göna) = Kenak (Buah Nenas) H • Hadia Duria? = Apa Kabar? • Halawa = “Marga Halawa” • Halawa = Hanya Diatas • Halö = Ambil • Hamega = Kapan • Hana = Kenapa • Haniha Manö Nawö Mö? = Siapa Aja Teman Mu? • Haniha Nawö Mö? = Siapa Teman Mu? • Hanu-hanu = Nafas • Harefa = “Marga Harefa” • Harita = “Marga Harita” • Harita = Kacang • Hauga Bözi? = Jam Berapa? • Hawa’ara = Berapa Lama • Hezo möi’ö? = Mau kemana? • Hezo So’ö? = Kamu Lagi dimana? • Hondrö = “Marga Hondrö” • Horö = Dosa • Hörö = Mata • Hötu = Kentut • Huku = Hukum • I • Ia da’a = Sekarang Ini • Idanö = Air • Ikhu = Hidung • Ina = Mamak • J • Jaji = Janji K • Kaliru = Ribut • Koda, Foto = Gambar • Kurusi = Bangku/Kursi L • Lafulö = Diperas Sambil Diputar • Lala = Cara, Jalan • Laluo = Siang • Langu = Racun • Lakha = Janda • Lawe = Wanita • Li = Suara / Bahasa • Li = Suara • Lö Nasa = Belum • Lölö = Ampas • Lö’i = Marga Lö’i • Löfi-löfi / Löwi- löwi = Pinggang M
  • 11. 8 http://calvintel.blogspot.co.id/ • Mabu = Mabuk • Maifu = Sedikit • Ma’igi = Tertawa/Ketaw a • Mako = Cangkir , Galasi = Gelas • Managö = Mencuri • Manere = Miring • Manga = Makan • Manifi = Mimpi • Manörö-nörö = Jalan-jalan • Manu = Ayam • Maoso = Bangun • Maena = Tari • Mba’a = Bak • Me’e = Menangis • Mendrefa = Marga Mendrefa • Mofökhö = Sakit • Mozizio / Mosindro = Berdiri • Mörö = Tidur N • Nawö = Teman • Nawö Bawa’auri = Teman Hidup • Nomo = Rumah bisa juga “Omo” • Nukha = Kain O • Ofulo = Ngumpul • Omasi do = aku suka / aku mau • Omasi’ö = disayangi • Omasi = suka / mau • Ono = Anak • Ono Alawe = Anak Perempuan • Ono Matua = Anak Laki-laki • Orahu = Rapat • Orifi = Hidupkan • Oroma = Kelihatan / Terlihat • Owulo = Bulat P • Pade = Hebat Q • – – – – R • Rabuta = Buah Rambutan • Raga-Raga = Tempat Ayam Dari Bambu (Kandang Ayam) • Rasoi = Rasakan • Raso = Rasa • Ratigae = Pisang Goreng • Resileti = Resleting • Rigi-rigi = Jagung • Röfa (tadra röfa) = Salib (tanda salib) • Roko = Rokok • Rorogö = Jaga • Roti = Roti • Rugi = Rugi • S • Salidi = Kangkung • Sami = Yang Enak • Safeto = Yang Pahit • Silö mudöna- döna = Tidak disangka- sangka • Sanagö = Pencuri • Saraewa = Celana • Saohagölö = Terimakasih • Sökhi / Baga = Bagus/Baik/Ca ntik • Sukhu = Sisir T • Te’u = Tikus • Tako = Peluk • Tabaloi = Kita Tunggu • Talifusö = Saudara • Tanga = Tangan • Tanö Owi = Sore • Tebai = Tidak Boleh/Bisa • Tenga = Bukan • Tesendra = Ketemu (Sesuatu benda yang dicari = Ketemu) • Tola = Boleh/Bisa • Tötö`a = Dada • Tundraha = Sampan/Perah u • Tuo Nifarö = Tuak Suling U • Uma = Cium • Umbu = Sumber • Undre = Kunyit V W • Wa’auri = Kehidupan • Waruwu = “Marga Waruwu” X Y • Ya`ugö = Anda, Kamu • Ya’o = Aku, Saya • Yawa = Diatas • Yawa ba Zorugo = Diatas Surga Z • Zagötö = “Marga Zagötö” • Zai = “Marga Zai” • Zebua = “Marga Zebua” artinya “paling besar” • Zendratö = “Marga Zendratö” • Zorugo = Surga
  • 12. 9 http://calvintel.blogspot.co.id/ 2) Sopan Santun Kekerabatan Semua anggota keluarga dan kerabat boleh saling menyapa, hanya saja cara menyapa di bedakan kepada yang lebih tua, daripada yang lebih muda. Kepada yang lebih tua harus lebih hormat daripada yang lebih muda umurnya. Antara mertua dengan menantunya perempuan dan antara mertua dengan menantunya laki-laki mempunyai hubungan yang erat sama seperti hubungan orangtua dengan anak kandungnya. Demikian juga diantara yang beripar yaitu suami dengan istri saudara laki-laki istrinya atau istri dengan saudara perempuan suaminya dianggap seperti saudara kandung. Tidak ada garis pemisah antara mereka, boleh bebas berbicara, hanya saja yang muda harus menghormati yang lebih tua. Kelakar diantara kedua kelompok di atas boleh tapi harus dalam batas-batas kesopanan. Yang tidak bebas berkelakar ialah antara suami dengan saudara perempuan istrinya. Kelompok keluarga pihak istri lebih-lebih orangtua atau saudara laki-laki istri mendapat penghormatan yang lebih tinggi dari kelompok keluarga lainnya. Kalau mereka baru pertama kali datang/berkunjung kerumah saudara perempuannya, mereka harus memotong seekor anak babi minimal satu alisi. Tidak ada alasan tidak ada persediaan, harus dicari biarpun berutang. Selain memotong anak babi biasanya pemilik rumah tersebut haruslah memberikan oleh-oleh/bawaan berupa satu ekor anak babi. Jika tidak dia akan merasa malu terhadap tetangga dan orang sekampungnya apalagi kalau mereka mengetahui kepergiannya itu. Itu sebabnya pihak keluarga istri jarang datang kerumah anak perempuan, jika dilihatnya anaknya itu masih diperkirakan belum baik jalan hidupnya/sengsara. Perlu juga diketahui bahwa babi yang disuguhkan sebagai lauk, tidaklah dipotong secara sembarangan, karena yang disuguhkan dari babi itu adalah rahangnya beserta daging yang senyawa dengan rahang tersebut, jerohan atau alakhaö dan beberapa potong daging pahanya serta rusuknya. Inilah makanan penghormatan yang paling tertinggi, karena rahang atau simbi merupakan lambang sangkutan atau tempat bergantung. Cara memasak daging babi itu menurut adat hanya direbus saja bersama garam sedikit. Jika fadono atau ono alawe yang datang dan baru pertama kali datang atau jika dia telah panen maka ia akan membawa olöwöta/molöwö atau membawa bingkisan makanan) berupa daging anak babi yang sudah direbus, nasi dan afoatau sirih kemudian ia akan dijamu dengan memotong seekor anak babi, tetapi yang lebih ditonjolkan untuk disuguhkan yakni kaki babi depan atau tangan babi bersama simbi. Tangan melambangkan kecekatan, jadi yang disuruh-suruh. Jika mereka pulang harus diserahkan manu atau ayam dan satu ekor anak babi bersama bingkisan makanan. Penghormatan diantara anggota kerabat, orang lain atau tamu haruslah memberi salam yakni ya’ahowu disusul dengan penyuguhan afo disusul dengan menyediakan minuman dan makanan. Kata ya’ahowu di pergunakan saat bertemu dengan siapa saja yang berasal dari Nias.
  • 13. 10 http://calvintel.blogspot.co.id/ C. Tradisi Masayarakat Nias Tradisi Lompat Batu Nias Tradisi melompat batu atau yang biasa disebut oleh orang Nias sebagai fahombo batu adalah pada mulanya dilakukan oleh seorang pemuda Nias untuk menunjukan bahwa pemuda yang bersangkutan sudah dianggap dewasa dan matang secara fisik. Lebih jauh dari itu bila sang pemuda mampu melompati batu yang disusun hingga mencapai ketinggian 2 m dengan ketebalan 40 cm dengan sempurna maka itu artinya sang pemuda kelak akan menjadi pemuda pembela kampungnya samu’i mbanua atau la’imba hor, jika ada konflik dengan warga desa lain. Tapi satu hal yang perlu diketahui bahwa tradisi lompat batu ini tidak terdapat di semua wilayah Nias dan hanya terdapat pada kampung-kampung tertentu saja seperti di wilayah Teluk Dalam. Dan satu hal lagi, tradisi ini hanya boleh diikuti oleh kaum laki-laki saja, dan sama sekali tak memperbolehkan kaum perempuan untuk mencobanya mengingat lompat batu merupakan ajang ketangkasan yang nantinya bila berhasil melompat dengan sempurna yang bersangkutan akan didampuk menjadi pembela kampungnya ketika ada perselisihan dengan kampung lain. Oleh karena begitu prestisiusnya kemampuan lompat batu ini, maka sang pemuda yang telah berhasil menaklukan batu ini pada kali pertama bukan saja akan menjadi kebanggaan dirinya sendiri tapi juga bagi keluarganya. Bagi keluarga sang pemuda yang baru pertama kali mampu melompati batu setinggi 2 meter ini biasanya akan menyembelih beberapa ekor ternak sebagai wujud syukuran atas keberhasilan anaknya. Karena suatu kebanggaan, maka setiap pemuda tidak mau kalah dengan yang lain. Sejak umur sekitar 7-12 tahun atau sesuai dengan pertumbuhan seseorang, anak- anak laki-laki biasanya bermain dengan melompat tali. Mereka menancapkan dua tiang sebelah menyebelah, membuat batu tumpuan, lalu melompatinya. Dari yang rendah, dan lama-lama ditinggikan. Ada juga dengan bantuan dua orang teman yang memegang masing-masing ujung tali, dan yang lain melompatinya secara bergilir. Mereka bermain dengan semangat kebersamaan dan perjuangan. Uniknya, konon meski sudah latihan keras tidak semua pemuda akhirnya berhasil melewati undukan batu bersusun itu, bahkan tak jarang dari mereka ada yang sampai patah tulang karena tersangkut ketika mencoba melewati batu tersebut. Tapi tak jarang pula ada pemuda yang hanya berlati sekali dua tapi langsung mampu melewati batu tersebut. Menurut kepercayaan setempat hal ini dipengaruhi oleh faktor genetika. Jika ayahnya atau kakeknya seorang pemberani dan pelompat batu, maka diantara para putranya pasti ada yang dapat melompat batu. Kalau ayahnya dahulu adalah seorang pelompat batu semasih muda, maka anak-anaknya pasti dapat melompat walaupun latihannya sedikit. Bahkan ada yang hanya mencoba satu-dua kali, lalu, bisa melompat dengan sempurna tanpa latihan dan pemanasan tubuh.
  • 14. 11 http://calvintel.blogspot.co.id/ Kemampuan dan ketangkasan melompat batu juga dihubungkan dengan kepercayaan lama. Seseorang yang baru belajar melompat batu, ia terlebih dahulu memohon restu dan meniati roh-roh para pelompat batu yang telah meninggal. Ia musti memohon izin kepada arwah para leluhur yang sering melompati batu tersebut. Tujuanya untuk menghindari kecelakaan atau bencana bagi para pelompat ketika sedang mengudara, lalu menjatuhkan diri ke tanah. Sebab banyak juga pelompat yang gagal dan mendapat kecelakaan. Lantas kenapa para pemuda yang mampu melompat batu kemudian akan menjadi ksatria dikampungnya? Itu lantaran ketika terjadi peperangan antar kampung maka para prajurit yang menyerang harus mempunyai keahlian melompat untuk menyelamatkan diri mengingat setiap kampung di wilayah Teluk Dalam rata-rata dikelilingi oleh pagar dan benteng desa. Maka dari itu ketika tradisi berburu kepala orang atau dalam sebutan mereka mangaih’g dijalankan sang pemburu kepala manusia ketika dikejar atau melarikan diri, mereka harus mampu melompat pagar atau benteng desa sasaran yang telah dibangun dari batu atau bambu atau dari pohon tali’anu supaya tidak terperangkap di daerah musuh.Itu juga sebabnya desa- desa didirikan di atas bukit atau gunung hili supaya musuh tidak gampang masuk dan tidak cepat melarikan diri. Dan bagi pemuda yang dapat selamat dari perangkap musuh itulah yang kemudian akan pulang ke kampungnya dengan segala kehormatan dan dielu-elukan sebagai pahlawan. D. Pertarungan Identitas di Balik Batu Dalam konteks kebudayaan Nusantara, Nias adalah representasi dari kejayaan zaman megalitikum atau zaman batu besar. Tradisi pembuatan benda-benda kebudayaan yang terbuat dari batu sangat massif di pulau ini--dan mungkin tidak dapat dicari bandingannya di kawasan-kawasan Nusantara lainnya. Hampir setiap jengkal di daerah Nias tersebar batu-batu besar dengan berbagai bentuk, seperti menhir, dolmen, peti kubur, tugu, arca megalitik, tangga rumah, dan tempat duduk. Bagi penduduk Nias, batu telah menjadi penanda bagi identitas seseorang dan tertib sosial. Orang Nias secara turun-temurun mewarisi ritual dan tradisi yang kompleks, di mana hampir di setiap momen tradisi tersebut selalu melibatkan unsur batu di dalamnya. Batu digunakan sebagai alat untuk mengabadikan momen-momen penting, seperti upacara kelahiran, perkawinan, peneguhan status seseorang (owasa), pemujaan roh leluhur, hingga kematian. Di balik batu tersebut terpahat berbagai makna, seperti makna religi, status sosial, keabadian, pengabdian (terhadap leluhur), dan pengetahuan. Menurut kepercayaan orang Nias, pada hakikatnya sejak manusia dilahirkan ke bumi ia harus berjuang untuk mendapat gelar setinggi-tingginya dengan menyelenggarakan beragam ritus (tata cara dl upacara keagamaan) secara bertahap. Posisi ritus sangat penting dalam kebudayaan Nias, karena di balik semua ritus tersimpan semangat untuk menyemaikan harga diri dan identitas.
  • 15. 12 http://calvintel.blogspot.co.id/ Kewajiban menyelenggarakan ritus bermula dari perkawinan. Setelah pasangan suami-istri dikaruniai anak, mereka wajib melaksanakan mamatoro toi nono atau ritus memberi nama kepada bayi yang baru lahir dengan memotong beberapa ekor babi sesuai kesanggupan. Setelah anak menginjak masa kanak-kanak, orang tua si anak wajib menyelenggarakan pesta dengan memotong satu hingga empat ekor babi yang dibagikan kepada keluarga dan tetangga. Pesta ini bertujuan untuk menanamkan perasaan harga diri pada anak melalui perhatian dari keluarga dan tetangga sekeliling (hlm. 89). Orang tua juga wajib memotong 6-12 ekor babi setelah anak menginjak dewasa. Setelah itu, pesta yang lebih besar masih harus diselenggarakan. Dengan disaksikan seluruh anggota keluarga dan orang kampung, harga diri anak kembali dimuliakan dengan 24 ekor babi sebagai ongkosnya. Budaya patriarki Nias membuat semua pesta yang dilaksanakan selalu dalam konteks kebutuhan kaum laki-laki. Puncak dari semua pesta yang harus ditunaikan oleh laki-laki Nias adalah Owasa, pesta terbesarnya. Kala itu ratusan ekor babi dipotong, puluhan gram emas dibagikan, dan ribuan tamu dijamu makanan selama tiga hari tiga malam. Meskipun pelakunya harus menanggung risiko ekonomi yang serius, demi harga diri pesta itu harus ditunaikan. Dampak sosial Owasa sungguh luar biasa. Jika seseorang telah menunaikan Owasa, maka setiap perkataannya dengan sendirinya telah menjadi hukum adat. "Semua perjuangan sudah gagal karena tradisi. Namun, yang namanya adat sudah mendarah daging sehingga akan menjadi beban jika tidak dilaksanakan." Demikian kesaksian salah seorang responden dalam buku (Bahan Referensi) ini tentang Owasa yang dilaksanakannya. Pundi-pundi kekayaan yang dikumpulkannya selama puluhan tahun ludes atas nama tradisi ini. Bahkan, dia masih harus menanggung sejumlah utang meskipun Owasa sudah ditunaikan puluhan tahun yang lalu. Berbicara tentang identitas dan harga diri, orang Nias juga mewarisi sebuah tradisi yang bernama Mangani binu, yang oleh banyak pengamat luar dianggap biadab. Mangani binu adalah tradisi berburu kepala manusia untuk keperluan memuliakan harga diri. Dulu, sebelum Kristen datang, simbol kejayaan laki-laki Nias ditentukan oleh seberapa banyak kepala manusia yang telah dipenggalnya. Semakin banyak kepalanya, semakin diseganilah dia. Waktu itu, tradisi Mangani binu juga berlaku bagi kaum lelaki yang akan meminang calon istrinya. Ia harus mempersembahkan kepala musuh kepada keluarga calon mempelai perempuan. Semakin banyak jumlah kepala yang ditunjukkan di depan calon mertua, maka semakin berharga lelaki tersebut. Meskipun tradisi Mangani binu sudah lama ditinggalkan oleh masyarakat Nias, namun pembunuhan dengan memenggal kepala masih kerap terjadi hingga sekarang. Menurut kesaksian penulis (yg menjadi sumber referensi) selama meneliti di sana, bayang-bayang pemburu kepala di masa lalu masih menghantui kehidupan kebanyakan orang Nias saat ini. Anak-anak kecil selalu dilarang bermain pada saat hari menjelang malam agar terhindar dari petaka itu. Kebiasaan para lelaki dewasa Nias yang selalu membawa senjata tajam ketika berpergian malam hari juga menunjukkan betapa bayang-bayang Mangani binu masih kuat pengaruhnya di Nias (hlm. 72).
  • 16. 13 http://calvintel.blogspot.co.id/ Johannes Hammerle dalam Asal-Usul Masyarakat Nias (2001) mengajukan sebuah jawaban. Menurut dia, orang Nias mendiami kawasan yang secara topografis membuat mereka harus tetap selamat. Hidup di kawasan terpencil dengan sumber daya alam yang terbatas membuat persaingan antarsesama orang Nias menjadi kuat. Karena telah menjelma mejadi pola perilaku, suasana persaingan itu menjalar hingga ke semua lini kehidupan orang Nias, yang selanjutnya berujung pada persaingan memperebutkan prestise di ruang sosial. Setelah ajaran Kristen mulai menancapkan pengaruhnya di Nias sejak akhir abad ke- 19, ritual-ritual adat yang tidak sesuai dengan iman Kristen mulai ditinggalkan. Kristen melarang pembunuhan antarsesama manusia, mengutuk tradisi pemujaan roh leluhur, melarang mendirikan menhir dan membuat patung untuk mengenang leluhur yang sudah meninggal, dan melarang pesta-pesta besar karena terlalu boros. Transformasi adat ini berlangsung cukup massif. Keajaiban dalam pengabaran Injil terjadi pada 1916 ketika digelar Fangefa Sebua (Pengampunan Besar) atau Fangesa Sebua (Pertobatan Massal) yang dimotori oleh misionaris Kristen (zendeling). Sejak peristiwa tersebut, orang-orang Nias mulai berani menghanyutkan patung-patung perwujudan nenek moyang mereka, menhir, patung-patung dewa, dan benda-benda peninggalan leluhur lainnya ke sungai. Keberhasilan misi Kristen di Nias juga banyak ditentukan oleh strategi yang cerdik dalam mengkonversi ritual-ritual adat sehingga makna ritual tersebut bergeser. Contohnya adalah diberlakukannya ritual fanano buno (menanam bunga) sebagai ganti famaoso dalo (mengangkat tengkorak kepala orang yang sudah meninggal). Contoh lainnya adalah tradisi lompat batu di Nias. Tradisi ini berkembang bersamaan dengan hadirnya para zendeling di pulau ini. Tradisi ini sengaja diciptakan untuk menghapus tradisi berburu kepala. Simbol kehebatan yang pada awalnya ditentukan oleh seberapa banyak jumlah kepala yang berhasil dipenggal berusaha diganti dengan kemampuan menaklukkan tumpukan batu yang menjulang. Namun, resistensi terhadap agama baru juga muncul. Hal ini disebabkan oleh ketidaksetujuan sebagian orang Nias terhadap agama Kristen yang cenderung membenci adat. Gerakan resistensi di Nias lazim disebut sebagai Fa'awosa. Gerakan ini telah melahirkan sekte-sekte yang memadukan berbagai unsur kepercayaan, seperti ajaran Kristen, Islam, dan unsur-unsur budaya megalitik. Menurut catatan Kantor Urusan Agama Nias, sampai tahun 2006, sedikitnya telah berkembang 58 sekte di Nias. Hal ini menunjukkan bahwa orang Nias belum mengikhlaskan adat yang mereka warisi dari leluhurnya lenyap ditelan kehadiran agama baru. Kehadiran buku ini menurut saya tepat waktu, karena setelah gempa besar dan tsunami melanda Nias pada 2004, perhatian masyarakat luar tersedot pada fenomena tersebut, sehingga kekayaan tradisi yang berkembang di Nias luput dari perhatian. Buku ini adalah semacam reportase etnografis penulisnya yang berusaha menampilkan identitas kebudayaan orang lain dengan derajat analisis dan empati yang tinggi. Latar belakang penulisnya yang berasal dari budaya Sunda-Jawa sepertinya tidak menjadi kendala dalam mengakrabi budaya lain. Ini terbukti dengan kelincahannya dalam mengisahkan budaya Nias secara cair dengan bahasa sehari-hari yang nyaris tanpa pretensi ilmiah. Yang jelas, buku ini akan membawa pembaca memasuki
  • 17. 14 http://calvintel.blogspot.co.id/ relung-relung sejarah kebudayaan Nias yang terentang dari zaman prasejarah hingga masa kini. 2.3. Hirearki & Sistem Kekerabatan Masyarakat NIAS Di pulau Nias juga dikenal istilah marga yaitu sistem yang mengikuti garis ayah (patrilineal). Marga-marga umumnya berasal dari perkumpulan-perkumpulan dari seorang nenek moyang. Pernikahan dalam satu marga tidak dibenarkan. Hirearki Masyarakat Nias Di samping itu pula di Pulau Nias dikenal istilah kasta. Di pulau Nias dikenal ada sistem kasta (12 tingkatan Kasta). Dimana tingkatan kasta yang tertinggi adalah "Balugu" dan untuk mencapai tingkatan ini seseorang harus mampu melakukan pesta besar dengan mengundang ribuan orang dan menyembelih ribuan ekor ternak babi selama berhari- hari. Adapun beberapa rincian kasta yang terdapat di Pulau Nias antara lain : 1. Si’ulu (Balugu/Salaŵa) yaitu: golongan masyarakat yang mempunyai kedudukan tertinggi secara turun- temurun, akan tetapi pengukuhannya melalui proses pelaksanaan pesta kebesaran (Owasa/Fa’ulu). Bangsawan yang telah memenuhi kewajiban adatnya melalui proses Owasa/Fau’ulu disebut Si’ulu Si Ma’awai dan menjadi Balö Zi’ulu yaitu bangsawan yang memerintah; 2. Ere yaitu: para pemimpin agama kuno. Sering juga, oleh karena kepintaran seseorang dalam hal tertentu, maka dia disebut Ere, umpamanya Ere Huhuo yaitu seseorang yang sangat pintar dalam berbicara terutama menyangkut adat-istiadat. Secara garis besar terdapat 2 (dua) macam ere, yaitu: Ere Börönadu dan Ere Mbanua; 3. Si’ila yaitu: kaum cerdik-pandai yang menjadi anggota badan musyawarah desa. Mereka yang selalu bermusyawarah dan bersidang (Orahu) pada setiap masalah-masalah yang dibicarakan dalam desa, dipimpin oleh Balö Zi’ulu dan Si’ulu lainnya; 4. Sato yaitu: Masyarakat biasa (masyarakat kebanyakan) juga sering disebut Ono mbanua atau si fagölö-gölö atau niha si to’ölö; 5. Sawuyu (Harakana) perang, kemudian mereka menjadi budak.
  • 18. 15 http://calvintel.blogspot.co.id/ Sistem Kekerabatan Masyarakat Nias a. Garis Keturunan Suku bangsa Nias mengikuti garis keturunan patrilineal, yaitu mengikuti hitungan hubungan kekerabatan melalui laki-laki. Anak laki-laki maupun perempuan mengikuti garis keturunan ayah. Apabila anak laki-laki kawin, biasanya tinggal dirumah orangtuanya dalam waktu satu, dua, tiga tahun sampai lahir anak pertama. Tapi, anak perempuan yang sudah kawin harus keluar dari rumah orangtuanya mengikuti suaminya. Suku bangsa Nias yang berasal dari satu satu garis keturunan disebut sisambua mado. Mereka diikat oleh pertalian darah yang dihitung melalui laki-laki. Setiap nenek moyang dan keluarga keturunannya memiliki atia nadu. Sampai generasi yang kesembilan perkawinan diantara keturunannya dilarang untuk generasi selanjutnya perkawinan diantara keturunannya tidak menjadi masalah lagi. Hanya saja persyaratan harus dipenuhi yakni; memisahkan atia nadu keturunan tersebut dari kumpulan atia nadu nenek moyang dan membayar pemisahan itu dengan memotong babi sebesar 4 alisi. Babi tersebut diberikan oleh pihak laki- laki. Jadi dengan terjadinya perkawinan ini berarti kawin dalam lingkungan marga atau mado yang sama. Itulah sebabnya di daerah Nias kita jumpai suami/istri yang marganya sama. b. Kelompok Kekerabatan Kelompok kekerabatan orang Nias terkecil adalah sangambatö yaitu keluarga batih, tetapi kelompok yang penting adalah sangambatö sebua, yakni keluarga besar virilokal yang terdiri dari keluarga batih senior ditambah lagi dengan keluarga batih putra-putranya yang tinggal serumah, sehingga berupa sebuah rumah tangga dan satu kesatuan ekonomis. Gabungan–gabungan dari sangambatö sebua dari satu leluhur disebut Mado (di Nias Utara, Timur dan Barat) atau Gana (di Nias Tenggara di Nias Selatan). Fungsi kelompok keluarga dari kedua belah pihak ini, paling menonjol dalam upacara peralihan dari tingkat hidup remaja ketingkat hidup berkeluarga. Jadi, apabila anak sangambatö tadi terutama anak perempuan kawin maka yang banyak memegang peranan ialah keluarga dari pihak suami. Mulai dari awal upacara sampai berakhir, mereka yang menjadi penghubung antara pihak laki- laki dan orangtua perempuan serta yang menentukan segala sesuatu yang berhubungan dengan upacara tersebut. Mereka ini merupakan kelompok kekerabatan yang disebut menurut dekatnya dengan sangambatö tadi. Kelompok keluarga yang paling dekat yaitu yang sekandung dan sepupu dihitung dari garis keturunan pihak laki-laki yang disebut Iwa. Saudara sepupu tingkat kedua disebut Huwa dan saudara-saudara tingkat seterusnya disebut banua. Dari kelompok kekerabatan banua yang menerima hak dalam upacara-upacara adat ialah Salawa dan stafnya. Selain dari kelompok kekerabatan diatas, masih ada satu kelompok kekerabatan dari pihak suami yaitu kelompok-kelompok saudara perempuan yang sudah kawin beserta keluarga mereka masing-masing, yang disebut fadono atau ono alawe, termasuk keluarga yang mengawini anaknya perempuan.
  • 19. 16 http://calvintel.blogspot.co.id/ Fungsi dari fadono berbeda dengan Iwa, Huwa dan Banua. Kelompok kekerabatan ini merupakan pekerja dalam upacara yang dilaksanakan olehsangambatö tadi. Itulah sebabnya dalam pembagian urakha yang menjadi bagian mereka adalah tangan/kedua kaki sebelah muka sebagai lambang kecekatan. Keluarga dari pihak istri merupakan suatu kelompok kekerabatan yang disebutuwu. Jadi dari merekalah sumber hidup anak-anak sangambatö itu, hal inilah yang menjadikan derajat uwu lebih tinggi kedudukannya dari semua kelompok kekerabatan tadi dan selalu mendapat penghormatan yang tertinggi dari ngambatö tersebut. Selain itu keluarga yang memberi istri bagi anak laki- laki sangambatömerupakan satu kekerabatan yang disebut sitenga bö’ö. Kelompok ini diundang apabila sangambatö mengawinkan anaknya, mengaadakan pesta kematian atau pesta adat lainnya. 2.4. Peraturan dan Hukum (Fondrakö) Adat Nias yang Mengutuk (tidak mengenal Tuhan ) Suku Nias adalah masyarakat yang hidup dalam lingkungan adat dan kebudayaan yang masih tinggi. Hukum Adat Nias ini terkenal dengan sebutan Fondrakö, yang ditetapkan untuk mengatur tata kehidupan masyarakat Nias dengan sanksi berupa kutuk bagi yang melanggarnya. Menurut Viktor Zebua, istilah Fondrakö berasal dari kata rakö,artinya: tetapkan dengan sumpah dan sanksi kutuk. Fondrakö merupakan forum musyawarah, penetapan, dan pengesahan adat dan hukum. Bagi yang mematuhifondrakö akan mendapat berkat dan yang melanggar akan mendapat kutukan dan sanksi. Seperti halnya mitos tentang asal-usul orang Nias yang konon diturunkan “nidada” dari langit “Tetehöli Ana’a”, maka Fondrakö ini diturunkan bersama dengan Hia Walangi Sinada di daerah Gomo (Bagian Selatan Nias). Seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk Nias maka para raja dan tetua adat bermufakat untuk membaharui peraturan yang ada sesuai dengan kondisi dan kebutuhan masing-masing rakyatnya. Proses pengesahan Fondrakö ini terkesan mistis dan mengerikan (menurut penulis), karena melibatkan binatang atau benda yang diumpamakan sebagai siksaan atau kutuk yang akan dialami oleh para pelanggarnya. Fondrakö ini dilaksanakan di “Arö Gosali” (Rumah musyawarah) yang dihadiri oleh raja dan para tetua adat. Mereka menetapkan Fondrakö dengan menggunakan ayam, lidi, dan timah panas. Salah seorang tetua adat akan mematah-matahkan lidi atau kaki dan sayap ayam serta menuangkan timah panas ke dalam mulut ayam tersebut. Saat melakukan ritual tersebut, dia akan mengucapkan kutuk “Barangsiapa yang melanggar segala sesuatu yang telah ditetapkan dalam Mondrakö ini, maka dia akan segera mati (patah seperti lidi), atau disiksa seperti ayam yang kaki dan tangannya patah serta segala yang dimakannya akan terasa panas seperti timah panas yang dimasukkan ke mulut ayam”. Terkadang, mereka juga menggunakan kucing atau anjing dengan kutuk “Lö mowa’a ba danö ba lö molehe ba mbanua” yang artinya tidak bakalan memiliki keturunan. Pada masa itu (terutama sebelum masuknya ajaran agama Kristen ke Pulau Nias), Fondrakö ini sangat dipercaya memiliki kekuatan dan banyak yang mengalami
  • 20. 17 http://calvintel.blogspot.co.id/ kutuk seperti yang telah ditetapkan para tetua tersebut. Selain Fondrakö, adapula hukuman lainnya bagi individu yang melanggar peraturan, mulai dari denda emas dan babi, hingga hukuman pancung (leher dipenggal). Proses memancung leher adalah dengan menidurkan orang yang akan dihukum di atas tanah dan lehernya diletakkan di atas batang pisang, barulah eksekusi dilakukan. Seperti halnya raja-raja lainnya, Fondrakö juga dilakukan di Talu Nidanoi dan Laraga (daerah Gunungsitoli Idanoi dan Gunungsitoli Selatan) oleh dua raja besar di masa itu yakni Balugu Samönö Ba’uwudanö (Mado Harefa) dan Balugu Tuha Badanö (Mado Zebua). Seiring dengan perkembangan zaman dan pengenalan masyarakat akan agama maka kepercayaan akan kutuk tersebut sudah mulai berkurang (sekalipun masih ada yang hingga saat ini masih mempercayainya, terutama para tetua-tetua adat di Pulau Nias). Sementara hukuman pancung sudah mulai berkurang di Nias sejak kedatangan para misionaris yang menyebarkan agama kristen sejak tahun 1830. Cerita dari para orang tua di masa kecil, bahwa apabila kedapatan orang yang berbuat zina maka akan dikenakan hukuman pancung baik pria maupun wanitanya. Dahulu, komunikasi antara pria dan wanita yang tidak memiliki hubungan saudara sangatlah dibatasi, apalagi bila sampai ketahuan pacaran. Dilarang mengganggu atau melirik anak gadis orang bahkan mengerlingkan mata sekalipun, apabila ketahuan maka bersiap-siaplah untuk digebuki oleh saudara- saudara si cewek. Pertengakaran antar kampung seringkali diawali oleh masalah “melirik atau mengganggu cewek” di masa lampau. Bahkan sekalipun sudah bertunangan, pria dan wanita tidak boleh bertemu. Mereka baru bisa bersama setelah menikah. Sistem perjodohan berlaku pada masa itu, seringkali pengantin perempuan baru mengenal wajah pengantin prianya setelah acara pernikahan. Sehingga apapun dan bagaimanapun kondisi yang menjadi pendampingnya harus diterima, sekalipun dia cacat ataupun sudah tua. Terima saja apa adanya.
  • 21. 18 http://calvintel.blogspot.co.id/ BAB III Sistem Sosial Masyarakat NIAS Dan Perencanaan Wilayah dan Kota 3.1. Perencanaan Kawasan Wisata PANTAI Secara Gegrafis Suku Nias Berada di sebuah Pulau yang memilik Pesisir pantai yang sunggug sangat Luas (belum di paparkan di atas). Nias Memiliki pantai yang sangat Indah dan masih belum terjamah oleh aktifitas manusia yang merusak. Tidak hanya 1 atau 2 Pantai saja, tetapi ada puluhan Pantai yang berpotensi sebagai kawasan Wisata. Di lihat dari sudut pandang Perencanaan Wilayah dan Kota, ini sangat berpotensi untuk dijadikan sebagai kawasan Wisata. Kenapa tidak, lautnya masih bersih belum tersentuh oleh aktifitas manusia. Degan ditetapkannya sebagai kawasan wisata wisata dapat membantu perekonomian Masayarakat Nias, serta hubungan Sosial dengan masyarakat Luar Nias dapat terjalin. Tentu saja Pemerintah yang berperan aktif untuk mengembangkannya dan dibantu oleh masyarakat setempat. Bekas Kerajaan Bawamataluo merupakan salah kerajaan yang ada yang pada zaman dulu. Dimana peninggalan sejarahnya masih dapat dilihat hingga saat ini. Rumah Adat yang dulu dijadikan sebagai tempat tinggal Raja dan rumah-rumah adata jaman dulu hingga kini masih berdiri kokoh. Ditambah dengan peninggalan sejarah lompat batu yang khas dari daerah Nias. Ini membuat parawisatawan Mancanegara hingga Internasional ingin menyaksikan nya secara langsung. Hingga kini bawamataluo masih merupakan tempat yang eksis untuk dikunjungi, selain rumah adat yang masih berdiri Kokoh, hingga lompat batu dan tarian perang yang khas dari Nias. Pantainya juga sering dikunjungi oleh Turis luar Negeri, yang sering dijadikan sebagai tempat untuk Berselancar.
  • 22. 19 http://calvintel.blogspot.co.id/ 3.2. Kawasan Lindung Beberapa daerah di Nias, hingga kini masih terdapat peninggalan sejarah yang sangat tak terhitung jumlahnya. Mulai dari batu-batu prasejarah hingga rumah-rumah adat yang masih berdiri kokoh. Untuk melindungi itu semua agar tidak dirusak dan hilang, pemerintah dapat menetapkan nya sebagai kawasan lindung. Untuk menjaga peninggalan sejarah yang kelak nantinya masih dapat dilihat oleh anak cucu kita. 3.3. Kawasan budidaya Ini merupakan potensi yang sangat besar pada Masyarakat Nias, mengingat masih beluma adanya kawasan budidaya. Kelak apabila beberapa wilayah di jadikan sebagai kawasan budidaya, dapat membantu perekonomian masyarakat yang ada di Nias. Sehingga dapat merubah Mindset (pola pikir) masyarakat nias yang berpikir “Lebih mudah mencari pekerjaan di Negeri Orang dari pada di Negeri Sendiri”. 3.4. Pembangunan Daerah Tertinggal Merupakan Salah satu tugas pemerintah dalam mengembankan daerah-daerah tertinggal yang ada di Pelosok. Tidak sedikit daerah-daerah yang masih belum terjamah oleh pembangunan Pemerintah, muali dari Struktur hingga Infrastruktur. Tidak heran beberapa masyarakat Nias yang berada di pelosok-pelosok masih berpikir ke belakang. Yah, itu salah satu faktor yang membuat pola pikir, dan sistem sosial masyarakat tertinggal. Sebagai seorang Perencanaan wilayah dan Kota, ini perlu diperhatikan. Memperhatikan daerah-daerah yang masih tertinggal baik dalam segi pembangunan, pendidikan dan Sistm sosial. Dan merencanakan sebuah perencanaan yang dapat membangun daerah- derah tertinggal yang berada di pelosok. Sehingga seluruh daerah-daerah tertinggal yang berada di pelosok-pelosok dapat terjamah dan diperhatikan oleh pemerintah. Sehingga masyarakat dapat hidup Nyaman, aman dan tentram.
  • 23. 20 http://calvintel.blogspot.co.id/ BAB IV PENUTUP Kesimpulan Sistem sosial pada masyarakat Nias sangatlah Unik. Di mana dipengaruhi oleh beberapa aspek- aspek kehidupan yang tumbuh dan berkembang pada masyarakat itu sendiri, baik itu dari Adat istiadat, kepercayaan, tradisi, Peraturan hingga kebiasaan-kebiasaan yang tumbuh dan berkembang di tengah-tengah masyarakat itu sendiri. Lambat laun, setelah perkembangan zaman dan masuknya pengaruh budaya luar ke Pulau Nias, Kebiasaan, hukum, dan adat yang ada pada masyarakat dalam konteks yang tidak baik perlahan-lahan mulai hilang dan ditinggalkan. Sehingga Dewasa ini, sistem sosial yang ada pada masayarakat Nias sekarang berbeda dengan sistem sosial yang ada pada masa dulu.
  • 24. 21 http://calvintel.blogspot.co.id/ DAFTAR PUSTAKA Widjajati, Laely (2010). Pengertian Sistem Sosial (Menurut Sosiologi). [online]. Tersedia: http://laely-widjajati.blogspot.com/2010/01/pengertian-sistem-sosial-menurut.html (April 2015) Halawa, Ernimawati (2014). Ingedible Atau Karya Sastra Yang Tidak Berwujud Benda Masyarakat Nias. [online]. Tersedia : http://ernihalawa.blogspot.com/2014/10/sastra-ingedible-masyarakat-nias.html (Mei 2015) Ruang Baca|Koran Tempo (2008). Pertarungan Identitias di Balik Batu. [online]. Tersedia : http://www.ruangbaca.com/ruangbaca/?doky=MjAwOA==&dokm=MDg=&dokd=MzE=&dig=Y XJjaGl2ZXM=&on=VUxT&uniq=NzI2 (April 2015) Hulu, Dominiria (2010). Sistem Kekerabatan Masyarakat Nias. [online]. Tersedia : https://dominiriahulu.wordpress.com/2010/03/15/sistem-kekerabatan- masyarakat-nias/ (April 2015) Hondro, Rivalry (2014). Bahasa Nias. [online]. Tersedia : https://rivalryhondro.wordpress.com/httpniasonline-net/bahasa-nias/ (Mei 2015)