1. Ramadhan adalah kesempatan untuk memperbaiki diri dan meningkatkan ketaatan terhadap Allah.
2. Setelah Ramadhan, umat Islam diingatkan untuk tetap mempertahankan amalan shaleh dan menjauhi maksiat.
3. Ketaatan sejati adalah yang konsisten di sepanjang waktu, bukan hanya di bulan Ramadhan.
ALIRAN ALIRAN ILMU KALAMyang ada di indonesia .pptx
Apa sesudah ramadhan
1. Apa Sesudah
Ramadhan?
Ditulis oleh Administrator
Sabtu, 13 Oktober 2007
Apa Sesudah Ramadhan?
Kita telah berpisah dengan bulan Ramadhan, bulan yang penuh berkah. Berpisah dengan
siangnya yang begitu indah dan malamnya yang begitu harum semerbak.
Kita berpisah dengan bulan Qur’an, bulan ketakwaan, kesabaran, Jihad, magfirah dan
bulan pembebasan dari api neraka. Maka faedah apa yang sudah kita raih dari sekian
banyak buah-buah Ramadhan yang begitu agung dan naungan-Nya yang begitu luas?
Apakah dalam jiwa kita telah terwujud ketakwaan sehingga kita keluar dari madrasah
Ramadhan dengan predikat orang-orang yang bertaqwa? Dan apakah kita senantiasa sabar
dalam ketaatan dan menjauhi ma’siat? Apakah kita telah mentarbiyah (mendidik) jiwa
kita untuk melakukan berbagai bentuk jihad? Apakah kita telah berjihad melawan hawa
nafsu dan mampu mengalahkannya ? Ataukah kita berhasil dikalahkan oleh kebiasaan-
kebiasaan dan prilaku-prilaku buruk? Apakah kita telah berusaha sekuat tenaga untuk
meraih rahmat, Magfirah-Nya dan pembebasan-Nya dari api neraka?
Apakah….Apakah….Apakah…? Begitu banyak pertanyaan yang menyelimuti hati
seorang muslim sejati yang senantiasa mengoreksi dirinya dan menjawabnya dengan jujur
dan terus terang.
Ramadhan adalah madrasah imaniyah tempat persinggahan ruh untuk mempersiapkan
bekal di sisa –sisa kehidupan kita di dunia. Maka kapan lagi seseorang akan mengambil
bimbingan, pelajaran dan manfaat, untuk merubah kehidupannya jika ia tidak
melakukannya pada bulan suci ini.
Bulan Ramadhan merupakan madrasah untuk mengadakan perubahan amalan, perilaku,
kebiasaan dan akhlaq yang bertentangan dengan syariat Allah Azza Wa Jalla. Allah
berfirman:
92: إن الل ال يغير م ا بقوم حتي ى يغيراوا م ا بأفنفسهم الرعد
ْ ْمِ ىَّ ىَّ فنَ سُ فنَ رِّ سُ فنَ ْمِ فنَ ا ْ ح ٍ فنَ ىَّ سُ فنَ رِّ سُ فنَ ْمِ فنَ سُ ْمِ ْمِ ا
َفن
“Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka mengubah
keadaan yang ada pada diri mereka sendiri” (QS. Ar Ra’du : 92)
Saudaraku yang tercinta ….. Saudariku muslimah.
Jika anda termasuk orang-orang yang mampu meraih faedah-faedah Ramadhan dan anda
mewujudkan ketakwaan pada diri anda, berpuasa dengan benar, mengerjakan qiamullail
dengan khusyu’ dan bersungguh-sungguh melawan hawa nafsu maka hal tersebut dapat
kita syukuri serta kita memohon kepada Allah Azza Wa Jalla agar sikap tersebut konsisten
sampai kembalinya ruh kehadirat-Nya.
2. Maka hati-hatilah dan jangan sekali-kali termasuk orang-orang yang dimaksud dalam
surat An Nahl ayat 92, Allah Azza Wa Jalla berfirman :
92: اوال ت سُ فنوا ك الت ي فنقضت غزله ا النحل
َفنَ فنَ فنَكوسُ فنَ ىَّ ْمِ فنَ فنَ فنَ ا ْ فنَ ا ْ فنَ فن
“Dan janganlah kamu seperti seorang perempuan yang menguraikan benangnya yang
sudah di pintal”
Apakah anda telah melihat seorang wanita yang memintal benang untuk dibuat sebuah
baju kemudian ketika ia senang melihat baju tersebut ia menguraikan kembali pintalan-
pintalan tersebut tanpa sebab! Maka apa komentar orang-orang terhadap perbuatan
tersebut ?
Seperti inilah halnya seseorang yang kembali ke jalan kemaksiatan, kefasikan, kesesatan,
kegelapan dan melepaskan ketaatannya kepada Allah serta tidak lagi beramal sholeh
setelah selesainya Ramadhan setelah ia merasakan nikmatnya letaatan dan ketakwaan,
nikmatnya berdo’a kepada-Nya ia kembali pada pahitnya dan sengsaranya kemaksiatan
dan kegelapan !!
Berkata Syekh Shalih Fauzan “Sesungguhnya kebanyakan dari manusia waktu-waktunya
berlalu dengan sia-sia sesudah ied dengan begadang, tarian-tarian daerah, bermain yang
melalaikan, sehingga mungkin saja mereka meninggalkan shalat-shalat pada waktunya
atau shalat berjama’ah, seakan-akan mereka dengan perbuatan itu ingin menghapuskan
pengaruh Ramadhan pada jiwa-jiwa mereka jika mempunyai pengaruh, lalu memperbarui
kehidupannya bersama syaithan yang jarang bermuamalah dengannya pada bulan
Ramadhan”
Maka alangkah nistanya sekelompok manusia yang mengenal Allah hanya di bulan
Ramadhan. Imam Wuhabi bin Al Ward pernah melewati sekelompok manusia yang
sedang asyik bermain pada hari ied, kemudian ia berkata kepada mereka :”Sungguh
mengherankan kalian itu, kalau memang Allah telah menerima puasa kalian apakah
semacam ini cara kalian bersyukur dan jika Allah tak menerima amalan puasa kalian
apakah semacam ini cara kalian takut”
Saudara-saudaraku tercinta…
Ada beberapa indikasi yang menunjukkan terjerumusnya manusia dalam hal tersebut
diantaranya :
1. Orang-orang sudah tidak lagi memperhatikan shalat berjamaah yang bisa kita lihat pada
hari pertama di hari raya dimana pada saat Ramadhan masjid dan mushalla selalu padat
dengan para jama’ah shalat tarawih yang itu hukumnya sunnah tetapi setelah itu jama’ah
mulai berkurang pada shalat lima waktu yang hukumnya wajib dan hal ini bisa
menjadikan orang menjadi kafir jika meninggalkannya.
2. Menyebarnya kembali nyanyian, film-film, berhias dan menyingkap wajah (bagi
wanita) dan bercampurnya pria dan wanita (bukan mahram) di tempat-tempat rekreasi
3. serta pergi ke tempat-tempat hiburan pria dan wanita untuk pacaran dan lain-lain.
3. Melancong ke beberapa negara untuk kemaksiatan dimana orang-orang baik secara
kolegial maupun individu berbondong-bondong mendatangi biro-biro perjalanan untuk
memperoleh tiket ke luar negeri dengan tujuan negara-negara non Islam yang penuh
dengan kekufuran, kemaksiatan, kerusakan moral dan lainnya
Ini merupakan salah satu tanda tidak diterimanya amal –naudzubillahi- karena hakekat
seseorang berpuasa adalah ia bahagia di hari ‘Iedul fitri, bertahmid dan bersyukur kepada
Allah atas kesempurnaan puasanya. Di waktu yang sama ia menangis karena khawatir
Allah tidak menerima ibadah puasanya. Sebagaimana dulu para salafus shalih menangis
selama 6 bulan setelah Ramadhan untuk memohon kepada Allah Azza Wa Jalla supaya
ibadah puasanya diterima di sisi-Nya.
Diantara indikasi diterimanya amalan ibadah seorang hamba adalah keadaannya menjadi
lebih baik dari sebelumnya dalam hal ketaatan dan ketundukannya terhadap syari’at-
syari’at Islam. Allah berfirman :
7: إبراهيم ْ فنَْمِ ا ْ فنَ ىَّ فنَ فنَ سُ ا ْ فنَ ْمِ ا ْ فنَ فنَ ا ْ سُ ا ْ فنَ ْمِ فنَ سُ ا
اوإذ تفنَـأذن ربُّـكم لئن شكرتمفنَألزيدفنـىَّـكم
“Dan (ingatlah juga) tatkala Tuhanmu memaklumkan : “Sesungguhnya jika kamu
bersyukur pasti Aku akan menambah (nikmat) kepadamu” (QS. Ibrahim :7)
Artinya bertambahnya kebaikan baik zhohir maupun batin yang berupa bertambahnya
keimanan dan amal sholeh. Oleh karena itu seandainya seorang hamba memiliki
kesungguhan dalam mensyukuri nikmat-nikmat Allah maka kebaikan dan ketaatannya
terhadap syariat-syariat-Nya akan meningkat dan mampu menjauhi kemaksiatan.
Sebagaimana telah di katakan oleh para salafusshaleh : ”Syukur adalah meninggalkan
kemaksiatan”
Setiap seorang hamba harus senantiasa taat kepada Allah Azza Wa Jalla dan komitmen
dengan syari’at-syari’at-Nya serta istiqomah dengan agama-Nya. Allah berfirman :
99: اواعبد ربك حتي ى يأتيك اليقين الحجر
ُفنَ ا ْ سُ ا ْ فنَ ىَّ فنَ فنَ ىَّ فنَ ا ْ ْمِ فنَ فنَ ا ْ فنَ ْمِ ا ْ س
“Dan sembahlah Tuhanmu sampai datang kepadamu yang diyakini (ajal)” (QS. Al
Hijr:99)
Jangan bersikap seperti rubah yang beribadah kepada Allah Azza Wa JAlla sebulan
kemudian bermaksiat di bulan yang lain atau beribadah kepada-Nya di suatu tempat tapi
bermaksiat di tempat yang lain atau ! Namun hendaknya ia memahami bahwa Tuhan
Pemilik Ramadhan adalah juga Tuhan Pemilik bulan-bulan lain dan Ia Pemilik semua
waktu dan tempat, agar senantiasa berada di jalan-Nya yang lurus sampai ia kembali
kehadirat-Nya dalam keadaan diridhai oleh-Nya. Allah Azza Wa Jalla berfirman :
6 : ف استقيموا إليه اواستغفراوه فصلت
ُفنَ ا ْ فنَ ْمِ ا ْ سُ ا ْ ْمِ فنَ ا ْ ْمِ فنَ ا ْ فنَ ا ْ ْمِ سُ ا ْ س
“Maka tetaplah pada jalan yang lurus menuju kepada-Nya dan mohonlah ampunan
4. kepada-Nya”(QS. Fushshilat :6)
Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Sallam bersabda :
) ( قل آمنت ب الل ثم استقم
ْ سُ ا ْ فنَ ا ْ سُ ْمِ ْمِ سُ ىَّ ا ْ فنَ ْمِ ا
“Katakan aku beriman kepada Allah kemudian beristiqomahlah” (HR. Muslim)
Kalau seandainya puasa Ramadhan telah selesai masih ada puasa-puasa sunnah lainnya
seperti puasa enam hari di bulan Syawwal, puasa hari Senin dan Kamis, puasa di tengah
bulan (tanggal 13,14 dan 15 bulan hijriyah), puasa ‘Asyuro dan Arofah dan lainnya. Kalau
qiyamur Ramadhan sudah berakhir maka masih ada qiyamullail yang disyariatkan
dilakukan setiap malam.Dan seandainya shodaqoh dan zakat fitri di bulan Ramadhan
sudah ditunaikan, masih ada zakat wajib lainnya.
Demikianlah hakekat amalan sholeh yang bisa dilakukan sepanjang masa. Untuk itulah
bersungguh-sungguhlah wahai Saudaraku seiman untuk senantiasa taat kepada Allah
Azza Wa Jalla dan jauhilah kemalasan dan kelesuan dan jika anda enggan melaksanakan
amalan-amalan sunnah maka jangan sekali-kali meninggalkan dan melalaikan
kewajibanmu seperti shalat lima waktu yang harus dilakukan tepat pada waktunya dan
dengan berjama’ah dan jangan sekali-kali terjerumus kepada kemaksiatan dengan berkata-
kata, makan, minum, melihat dan mendengarkan hal-hal yang diharamkan.
Demi Allah beristiqamahlah dan qomitmenlah pada agama-Nya di sepanjang masa karena
engkau tidak tahu kedatangan malaikat maut. Jangan sampai ia datang dan engkau dalam
keadaan maksiat kepada Allah Azza Wa Jalla. Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Sallam
bersabda :
) ي ا مقلب القلوب ثبــرِّـت قلب ي علي ى دينك
َفنَ سُ فنَرِّ فنَ ا ْ سُسُ ا ْ ْمِ فنَ ا ْ فنَ ا ْ ْمِ ا ْ فنَ فنَ ْمِ ا ْ ْمِ فن
“Ya Allah, Pembolak-balik hati, tetapkanlah hatiku pada agamamu”(HR. Ahmad)-Al
Fikrah-
-Mustafa Ahmad-
Maraji’: Madza ba’da Ramadhan, Riyadh bin Abdurrahman Al Haqiil