SlideShare a Scribd company logo
1 of 23
Strategi Revitalisasi Angkutan Umum
Reformasi industri layanan angkutan bus perkotaan:
Struktur industri, perencanaan, regulasi dan kelembagaan
Richard Meakin
Legal and Institutional Specialist
Tantangan
•Penggunaan bis yang merosot, meningkatnya
penggunaan mobil pribadi dan sepeda motor
•Kemacetan mempengaruhi layanan bus – lingkaran setan
•Pembatasan kendaraan pribadi tidak layak secara politis
sebelum angkutan umum bisa menyediakan layanan
yang layak
•Menghindari subsidi yang meroket: layanan bus harus:
– Demand-responsive
– Efisien
– Value for money
•Konsolidasi industri angkutan bus adalah rumit:
– Banyak stakeholder
– Sudah mengakar
– Equilibrium biaya rendah / kualitas rendah
Halangan utama reformasi industri angkutan
bus
Sistem saat ini Sistem yang diusulkan
Ijin trayek & kartu pengawasan. Berulang,
tidak ada kewajiban layanan
Kontrak berjangka waktu terbatas
dengan standar kinerja
Armada dimiliki perseorangan, dikelola
dalam koperasi
Tidak ada kewajiban layanan
Armada dimiliki perusahaan
Sistem sewa setoran harian Sopir dipekerjakan, digaji
Tarif flat Tarif berdasar jarak, layanan berkualitas
Kesempatan
• Bus (non-BRT) di Jakarta saat ini bersifat cost recovery dari tarif
Pertahankan kondisi ini
• Operasi komersial dan kewajiban untuk cost recovery akan
mendorong disiplin finansial dan sensitifitas terhadap pasar bagi
perencana, operator, dan regulator
• BRT dan MRT akan mengadopsi electronic ticketing
– Ini akan memungkinkan tingkat tarif yang fleksibel, koleksi data, pengamanan
pendapatan, serta kemudahan bagi penumpang
Promosikan suatu tiket bersama
• Tingkat penggunaan MRT akan sangat bergantung pada integrasi
• Kontrak yang di-tender akan mendorong kompetisi dan demand-
responsiveness
• Operasi oleh perusahaan-perusahaan akan:
– Memobilisasi insentif pasar, keahlian manajemen, modal
– Memungkinkan subsidi-silang secara internal
– Memungkinkan adanya standar kinerja
– Mengkonsolidasikan industri bus ke dalam sejumlah klien yang dapat dikelola
Persyaratan keberhasilan manajemen
angkutan bus perkotaan
1. Kebijakan yang koheren dan progresif, dengan sasaran
dan kerangka waktu yang jelas
2. Struktur industri yang dapat dikelola
3. Kerangka kerja regulasi yang tepat (perundangan,
peraturan, standard dll.)
4. Suatu lembaga yang mampu memonitor,
merencanakan dan meregulasi
Kebijakanyang
koheren
StrukturIndusti
KerangkaRegulasi
RegulatoryangHandal
Keberhasilan Pengelolaan Bis
Empat Pilar Keberhasilan Pengelolaan Bis
Kebijakanyang
koheren
StrukturIndusti
KerangkaRegulasi
RegulatoryangHandal
Keberhasilan Pengelolaan Bis
Pillar 1 - Kebijakan yang koheren
Mengapa Perlu Menyusun Rancangan
Kebijakan?
• Mendorong pendekatan yang formal, rasional dan komprehensif
• Rancangan kebijakan yang baik memungkinkan pendekatan yang
progresif (bertahap) dan jangka panjang
• Memberitahuan kepada stakeholders dan masyarakat mengenai
kebijakan pemerintah dan memberikan konsultasi yang terfokus
• Masalah yang sulit, memerlukan dukungan dan kesepakatan masyarakat
• Menuntun proses pengambilan keputusan sehari-hari
• Menghindari cara kerja jangka pendek dan asal jalan
• Kinerja pemerintah yang dapat diukur terhadap kebijakannya
• Meningkatkan kepercayaan investor
• Dapat mengembangkan strategi umum untuk berbagai kota (mutual
learning)
• Menyediakan landasan bagi undang-undang transport
Kebijakan Transportasi Walikota London 2009
Fast Forward
Copenhagen 2003
Draft for Consultation
Contoh Kajian Kebijakan
Transportasi Perkotaan
Apa Jakarta memiliki kebijakan transportasi?
Tidak ada kajian kebijakan yang spesifik
Kebijakan dapat diturunkan dari berbagai sumber:
Publikasi pemerintah:
• Pola Transportasi Makro (PTM) 2007 – suatu rencana infrastruktur transportasi
• Grand Design draft 2010 – prinsip pengelolaan, (tidak dipublikasikan)
Studi konsultan:
• JAPTraPIS* 2012 suatu masterplan transportai, mendorong konsolidasi industri angkutan bus
Peraturan perundangan:
• UU no 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan
• Perda DKI tahun 2013 tentang Transportasi
Aksi dan pernyataan kementerian
Kebijakan transportasi Jakarta tidak koheren dan progresif
Masih memuat langkah-langkah jangka pendek, ad hoc, dan terburu-buru
Perundangan cenderung mendahului kebijakan, sebagian besar operasi angkutan saat ini
ilegal
* Jabodetabek Public Transport Policy Implementation Strategy’ (Japtrapis)
Kebijakanyang
koheren
StrukturIndusti
KerangkaRegulasi
RegulatoryangHandal
Keberhasilan Pengelolaan Bis
Pillar 2 – Struktur industri yang patuh terhadap
peraturan, responsif terhadap demand
Industri angkutan saat ini terlalu
terfragmentasi dan sulit dikelola – harus
konsolidasi
14,000 angkot
2,200 bus sedang
1,600 bus besar
•Masing-masing kendaraan berijin terpisah dengan ijin
trayek dan kartu pengawasan – tidak ada kewajiban
layanan
•Setiap kendaraan dengan sistem setoran adalah suatu
bisnis tersendiri, harus menutup biaya setiap harinya
•Koperasi hanya berperan sebagai perantara
•Regulasi liar mengisi kevakuman regulasi sebenarnya
•Setoran memisahkan sopir dari pemilik
•Tidak ada yang bertanggung jawab atas layanan
Kebijakanyang
koheren
StrukturIndusti
KerangkaRegulasi
RegulatoryangHandal
Keberhasilan Pengelolaan Bis
Pillar 3 – Suatu kerangka kerja regulasi yang tepat
untuk komposisi industri dan sasaran kebijakan
Beberapa prinsip regulasi
•Insentif bagi operator harus sejalan dengan sasaran
kebijakan, misal: memaksimalkan ridership, merespon demand
•Kompetisi adalah insentif paling efektif
•Pertanggungjawaban operator atas layanan harus jelas
•Beberapa fungsi harus dibiarkan pada operator, misal:
perubahan minor atas tarif atau rute
•Pemisahan hubungan antara pendapatan dan biaya (misal
skema bayar per km) memerlukan manajemen yang kompleks,
pertanggungjawaban finansial, dan cenderung mengarah pada
resiko peningkatan subsidi yang besar
Menciptakan Kondisi yang Menarik Investasi
Swasta
•Kontrak harus menarik operator perusahaan komersial,
dengan sumberdaya finansial dan keahlian manajerial
yang cukup
•Pemerintah harus meminimalkan resiko usaha:
– Resiko persaingan tidak sehat (biaya rendah, kualitas rendah,
tidak ada kewajiban layanan) dari angkot, angkutan tanpa ijin,
dan bus pemerintah.
– Resiko hambatan menaikkan tarif karena alasan-alasan sosial-
politis sedangkan biaya terus meningkat.
– Resiko dimana kemacetan mengurangi efisiensi dan produktivitas
layanan bus
– Resiko menetapkan kewajiban layanan yang tidak
menguntungkan
– Resiko investasi awal yang besar (contoh: pembangunan depo)
• Kondisi kontrak harus menjamin cost-recovery pada masa
akhir kontrak.
Pratek terbaik dalam kontrak komersial
•Minimum kontrak – satu trayek. Bisa merupakan jaringan area
•Perusahaan swasta dengan sumber daya dan kemampuan
manajerial
•Beroperasi di bawah kontrak tahun-jamak dengan jangka
tetap
•Kewajiban layanan disertai sanksi
•Kompetisi untuk mendapatkan kontrak
•Insentif pasar, beberapa kebebasan komersial
•Cost recovery, tanpa subsidi operasional
•Tarif mencerminkan pasar dan biaya
Undang-Undang mendukung reformasi
Undang-Undang 22 tahun 2009:
•Mendorong ‘persaingan sehat’ (198)
•Trayek utama harus dilayani dengan bus besar (158)
•Bus kecil tidak beroperasi paralel dengan bus besar (158)
•Ijin operasi dapat berupa kontrak berjangka waktu tetap, atau
mencakup suatu wilayah (174)
•Kontrak diberikan melalui ‘lelang’ kompetitif (174)
•Angkutan umum dalam trayek tidak boleh dioperasikan oleh
individu (139)
•Tarif angkutan non-ekonomi ditetapkan operator (185)
•Angkutan non-ekonomi tidak disubsidi (185)
•Seluruh operator angkutan umum harus menurut standar
pelayanan minimum, yang akan dijelaskan lebih lanjut (198)
•Tidak ada peraturan kementerian baru dibawah undang-
undang ini
•Tidak menjabarkan reformasi yang telah dimuat UU/22/2009
•Banyak hal diserahkan dalam Peraturan Gubernur
•Mungkin memberikan subsidi (tidak sesuai dengan UU/22/2009)
•Trayek atau trayek wilayah bisa diberikan melalui ‘seleksi’ atau
tender, tetapi ijin taryek 5-tahunan dan kartu pengawasan 1-
tahunan tetap ada (97–106)
•Operator menyerahkan laporan kinerja bulanan (102)
•Usia maksimum bus 7-10 tahun (51). Emisi Euro 2 (54).
•Bus kecil diganti dengan bus besar ketika usianya habis (52)
•Pemerintah DKI ‘memonitor dan mengevaluasi’ seluruh trayek
setiap tahunnya (112)
•Kepala Dishub harus mengevaluasi kinerja sistem angkutan umum
setiap tahunnya (205)
Perda DKI tentang Transportasi 2013 –
Kesempatan yang terlewatkan?
Kebijakanyang
koheren
StrukturIndusti
KerangkaRegulasi
RegulatoryangHandal
Keberhasilan Pengelolaan Bis
Pillar 4 – Suatu lembaga yang mampu mengelola
reformasi, serta merencanakan, memonitor, dan
meregulasi
Peran kunci lembaga
• Mengelola proses reformasi
• Merencanakan
– Siklus perencanaan 5 tahunan untuk jaringan, layanan, dan keuangan
– Koordinasi dengan lembaga pemerintah lainnya (keuangan, tata ruang,
infrastruktur, polisi dll.)
– Merancang kebijakan dan strategi transportasi
• Memonitor
– Memonitor kinerja sistem angkutan umum dan seluruh operator terhadap
demand, keterjangkauan, dan sasaran kebijakan
– Memperkenalkan langkah-langkah untuk mengatasi kekurangan dalam
rencana tahunan
• Meregulasi
– Menyediakan layanan angkutan dengan kontrak
– Mengambil langkah untuk mengatasi kekurangan, meningkatkan kinerja
– Menjaga keseimbangan antara supply/demand, serta
revenue/cost/affordability
• Didirikan dan didefinisikan oleh peraturan-
perundangan
• Dijalankan oleh dewan yang ditunjuk
• Sasaran jelas
• Bertanggung jawab atas kinerja
• Memiliki otonomi, dalam batasan hukum:
- Pendapatan dan belanja
- Tenaga kerja dan kondisi
- Operasi
Ciri-ciri suatu otoritas transportasi
• Menyediakan layanan angkutan umum dengan prosedur formal yang
transparan dan kompetitif
• Mengkoordinasikan dan mengintegrasikan beberapa moda transportasi.
Misal mengelola mode share antara bus dan kereta.
• Mengkoordinasikan strategi transportasi dan pengelolaan finansial
antara pemerintah daerah
• Menyediakan pertanggungjawaban atas subsidi secara politik
menggunakan uang rakyat
• Mengkonsentrasikan sumber daya, keahlian, dan dana yang terbatas
• Mengurangi kesempatan campur tangan politis secara langsung dalam
penyediaan layanan
• Memfokuskan perhatian kebijakan dan pendanaan bagi angkutan
perkotaan
• Mengkoordinasikan program-program dari berbagai lembaga yang
bertanggung jawab atas aspek-aspek yang berbeda dari angkutan
perkotaan
• Terkadang dalam kondisi ada proyek donor, mengelola dana, serta
memastikan pengawasan dan pertanggungjawaban
Fungsi otoritas angkutan umum
metropolitan
Langkah-langkah dalam transisi menuju
Otoritas Transportasi Jabodetabek
– Merencanakan, memonitor, meregulasi
– Mengelola konsolidasi dan reformasi industri transportasi
Fase 2 – menciptakan suatu Otoritas Transportasi DKI
menggunakan Bidang Angkutan Darat Dishub yang telah
diperkuat kapabilitasnya
Fase 3 – memperluas cakupan kerja Otoritas Transportasi
untuk mencakup Jabodetabek
Fase 1 – penguatan kapabilitas Dishub:

More Related Content

Similar to 3 industry reform rtm final id.pptx 1 r1

Kemacetan vs otomotif
Kemacetan vs otomotifKemacetan vs otomotif
Kemacetan vs otomotif
aswin2812
 
PRESENTASI STUDI KELAYAKAN INVESTASI JALAN TOL GEMPOL - PASURUAN SADAM 182300...
PRESENTASI STUDI KELAYAKAN INVESTASI JALAN TOL GEMPOL - PASURUAN SADAM 182300...PRESENTASI STUDI KELAYAKAN INVESTASI JALAN TOL GEMPOL - PASURUAN SADAM 182300...
PRESENTASI STUDI KELAYAKAN INVESTASI JALAN TOL GEMPOL - PASURUAN SADAM 182300...
SadamPangestu1
 
Ind ii program design document-pilot program prim pp presentation in bahasa...
Ind ii   program design document-pilot program prim pp presentation in bahasa...Ind ii   program design document-pilot program prim pp presentation in bahasa...
Ind ii program design document-pilot program prim pp presentation in bahasa...
Indonesia Infrastructure Initiative
 

Similar to 3 industry reform rtm final id.pptx 1 r1 (20)

Lingkungan Kebijakan Transportasi Di Indonesia
Lingkungan Kebijakan Transportasi Di IndonesiaLingkungan Kebijakan Transportasi Di Indonesia
Lingkungan Kebijakan Transportasi Di Indonesia
 
Evaluasi transportasi dan pembangunan kota Bandar Lampung
Evaluasi transportasi dan pembangunan kota Bandar LampungEvaluasi transportasi dan pembangunan kota Bandar Lampung
Evaluasi transportasi dan pembangunan kota Bandar Lampung
 
3031292(1).ppt
3031292(1).ppt3031292(1).ppt
3031292(1).ppt
 
Sistem Transportasi Kota.ppt
Sistem Transportasi Kota.pptSistem Transportasi Kota.ppt
Sistem Transportasi Kota.ppt
 
Carpooling management system ver 2.0
Carpooling management system ver 2.0Carpooling management system ver 2.0
Carpooling management system ver 2.0
 
Kemacetan vs otomotif
Kemacetan vs otomotifKemacetan vs otomotif
Kemacetan vs otomotif
 
an Idea for Public Transport in Cilegon City
an Idea for Public Transport in Cilegon Cityan Idea for Public Transport in Cilegon City
an Idea for Public Transport in Cilegon City
 
PRESENTASI STUDI KELAYAKAN INVESTASI JALAN TOL GEMPOL - PASURUAN SADAM 182300...
PRESENTASI STUDI KELAYAKAN INVESTASI JALAN TOL GEMPOL - PASURUAN SADAM 182300...PRESENTASI STUDI KELAYAKAN INVESTASI JALAN TOL GEMPOL - PASURUAN SADAM 182300...
PRESENTASI STUDI KELAYAKAN INVESTASI JALAN TOL GEMPOL - PASURUAN SADAM 182300...
 
Dasar automotif Nasional (NAP)
Dasar automotif Nasional (NAP)Dasar automotif Nasional (NAP)
Dasar automotif Nasional (NAP)
 
Proses kesejahteraan kereta api indonesia
Proses kesejahteraan kereta api indonesiaProses kesejahteraan kereta api indonesia
Proses kesejahteraan kereta api indonesia
 
Rencana Induk Perkeretaapian Indonesia Pengkajian Pasar
Rencana Induk Perkeretaapian Indonesia Pengkajian PasarRencana Induk Perkeretaapian Indonesia Pengkajian Pasar
Rencana Induk Perkeretaapian Indonesia Pengkajian Pasar
 
8 ind ii role rli final id r1
8 ind ii role rli final id r18 ind ii role rli final id r1
8 ind ii role rli final id r1
 
ISAK-16-konsesi jasa.pptx
ISAK-16-konsesi jasa.pptxISAK-16-konsesi jasa.pptx
ISAK-16-konsesi jasa.pptx
 
Ind ii program design document-pilot program prim pp presentation in bahasa...
Ind ii   program design document-pilot program prim pp presentation in bahasa...Ind ii   program design document-pilot program prim pp presentation in bahasa...
Ind ii program design document-pilot program prim pp presentation in bahasa...
 
5 route network rs final id r1
5 route network rs final id r15 route network rs final id r1
5 route network rs final id r1
 
20230926 - Skema KPBU Kominfo_Rev.1.pptx
20230926 - Skema KPBU Kominfo_Rev.1.pptx20230926 - Skema KPBU Kominfo_Rev.1.pptx
20230926 - Skema KPBU Kominfo_Rev.1.pptx
 
Manajemen transportasi
Manajemen transportasiManajemen transportasi
Manajemen transportasi
 
Akselerasi Perencanaan Pembangunan Daerah di Era Global
Akselerasi Perencanaan Pembangunan Daerah  di Era Global Akselerasi Perencanaan Pembangunan Daerah  di Era Global
Akselerasi Perencanaan Pembangunan Daerah di Era Global
 
overview dan roll out sakti 2021
overview dan roll out  sakti 2021overview dan roll out  sakti 2021
overview dan roll out sakti 2021
 
2 service standards gn final id r1
2 service standards gn final id r12 service standards gn final id r1
2 service standards gn final id r1
 

More from Indonesia Infrastructure Initiative

More from Indonesia Infrastructure Initiative (20)

Presentasi Sanitasi INDII
Presentasi Sanitasi INDIIPresentasi Sanitasi INDII
Presentasi Sanitasi INDII
 
Balikpapan Public Diplomacy 25 May 2015
Balikpapan  Public Diplomacy 25 May 2015Balikpapan  Public Diplomacy 25 May 2015
Balikpapan Public Diplomacy 25 May 2015
 
World experience-in-railway-restructuring
World experience-in-railway-restructuringWorld experience-in-railway-restructuring
World experience-in-railway-restructuring
 
Indonesian railways revitalisation bambang susantono, vice minister for tra...
Indonesian railways revitalisation   bambang susantono, vice minister for tra...Indonesian railways revitalisation   bambang susantono, vice minister for tra...
Indonesian railways revitalisation bambang susantono, vice minister for tra...
 
WS2 Infrastructure Issues
WS2 Infrastructure IssuesWS2 Infrastructure Issues
WS2 Infrastructure Issues
 
Development of multimodal transport in north java corridor
Development of multimodal transport in north java corridorDevelopment of multimodal transport in north java corridor
Development of multimodal transport in north java corridor
 
Railway function in developing multimodal transportation in java
Railway function in developing multimodal transportation in javaRailway function in developing multimodal transportation in java
Railway function in developing multimodal transportation in java
 
The role of ipc in developing multimodal transportation in java
The role of ipc in developing multimodal transportation in javaThe role of ipc in developing multimodal transportation in java
The role of ipc in developing multimodal transportation in java
 
Government strategy in developing multimodal transportation
Government strategy in developing multimodal transportationGovernment strategy in developing multimodal transportation
Government strategy in developing multimodal transportation
 
The role of ferry in developing multimodal transportation
The role of ferry in developing multimodal transportationThe role of ferry in developing multimodal transportation
The role of ferry in developing multimodal transportation
 
Development of multimodal transportation and inter regional connectivitiy
Development of multimodal transportation and inter regional connectivitiyDevelopment of multimodal transportation and inter regional connectivitiy
Development of multimodal transportation and inter regional connectivitiy
 
Ws3 safe system approach (bahasa version)
Ws3 safe system approach (bahasa version)Ws3 safe system approach (bahasa version)
Ws3 safe system approach (bahasa version)
 
Ws3 safe system supporting vru (english version)
Ws3 safe system supporting vru (english version)Ws3 safe system supporting vru (english version)
Ws3 safe system supporting vru (english version)
 
Ws3 safe system supporting vru (bahasa version)
Ws3 safe system supporting vru (bahasa version)Ws3 safe system supporting vru (bahasa version)
Ws3 safe system supporting vru (bahasa version)
 
Ws3 presentation
Ws3 presentationWs3 presentation
Ws3 presentation
 
Ws3 me
Ws3 meWs3 me
Ws3 me
 
Ws3 infrastructure related to pedestrian safety
Ws3 infrastructure related to pedestrian safetyWs3 infrastructure related to pedestrian safety
Ws3 infrastructure related to pedestrian safety
 
Ws3 gender and disability presentation
Ws3 gender and disability presentationWs3 gender and disability presentation
Ws3 gender and disability presentation
 
Ws2 introduction
Ws2 introductionWs2 introduction
Ws2 introduction
 
Workshop #2 safe system approach
Workshop #2 safe system approachWorkshop #2 safe system approach
Workshop #2 safe system approach
 

3 industry reform rtm final id.pptx 1 r1

  • 1. Strategi Revitalisasi Angkutan Umum Reformasi industri layanan angkutan bus perkotaan: Struktur industri, perencanaan, regulasi dan kelembagaan Richard Meakin Legal and Institutional Specialist
  • 2. Tantangan •Penggunaan bis yang merosot, meningkatnya penggunaan mobil pribadi dan sepeda motor •Kemacetan mempengaruhi layanan bus – lingkaran setan •Pembatasan kendaraan pribadi tidak layak secara politis sebelum angkutan umum bisa menyediakan layanan yang layak •Menghindari subsidi yang meroket: layanan bus harus: – Demand-responsive – Efisien – Value for money •Konsolidasi industri angkutan bus adalah rumit: – Banyak stakeholder – Sudah mengakar – Equilibrium biaya rendah / kualitas rendah
  • 3. Halangan utama reformasi industri angkutan bus Sistem saat ini Sistem yang diusulkan Ijin trayek & kartu pengawasan. Berulang, tidak ada kewajiban layanan Kontrak berjangka waktu terbatas dengan standar kinerja Armada dimiliki perseorangan, dikelola dalam koperasi Tidak ada kewajiban layanan Armada dimiliki perusahaan Sistem sewa setoran harian Sopir dipekerjakan, digaji Tarif flat Tarif berdasar jarak, layanan berkualitas
  • 4. Kesempatan • Bus (non-BRT) di Jakarta saat ini bersifat cost recovery dari tarif Pertahankan kondisi ini • Operasi komersial dan kewajiban untuk cost recovery akan mendorong disiplin finansial dan sensitifitas terhadap pasar bagi perencana, operator, dan regulator • BRT dan MRT akan mengadopsi electronic ticketing – Ini akan memungkinkan tingkat tarif yang fleksibel, koleksi data, pengamanan pendapatan, serta kemudahan bagi penumpang Promosikan suatu tiket bersama • Tingkat penggunaan MRT akan sangat bergantung pada integrasi • Kontrak yang di-tender akan mendorong kompetisi dan demand- responsiveness • Operasi oleh perusahaan-perusahaan akan: – Memobilisasi insentif pasar, keahlian manajemen, modal – Memungkinkan subsidi-silang secara internal – Memungkinkan adanya standar kinerja – Mengkonsolidasikan industri bus ke dalam sejumlah klien yang dapat dikelola
  • 5. Persyaratan keberhasilan manajemen angkutan bus perkotaan 1. Kebijakan yang koheren dan progresif, dengan sasaran dan kerangka waktu yang jelas 2. Struktur industri yang dapat dikelola 3. Kerangka kerja regulasi yang tepat (perundangan, peraturan, standard dll.) 4. Suatu lembaga yang mampu memonitor, merencanakan dan meregulasi
  • 8. Mengapa Perlu Menyusun Rancangan Kebijakan? • Mendorong pendekatan yang formal, rasional dan komprehensif • Rancangan kebijakan yang baik memungkinkan pendekatan yang progresif (bertahap) dan jangka panjang • Memberitahuan kepada stakeholders dan masyarakat mengenai kebijakan pemerintah dan memberikan konsultasi yang terfokus • Masalah yang sulit, memerlukan dukungan dan kesepakatan masyarakat • Menuntun proses pengambilan keputusan sehari-hari • Menghindari cara kerja jangka pendek dan asal jalan • Kinerja pemerintah yang dapat diukur terhadap kebijakannya • Meningkatkan kepercayaan investor • Dapat mengembangkan strategi umum untuk berbagai kota (mutual learning) • Menyediakan landasan bagi undang-undang transport
  • 9. Kebijakan Transportasi Walikota London 2009 Fast Forward Copenhagen 2003 Draft for Consultation Contoh Kajian Kebijakan Transportasi Perkotaan
  • 10. Apa Jakarta memiliki kebijakan transportasi? Tidak ada kajian kebijakan yang spesifik Kebijakan dapat diturunkan dari berbagai sumber: Publikasi pemerintah: • Pola Transportasi Makro (PTM) 2007 – suatu rencana infrastruktur transportasi • Grand Design draft 2010 – prinsip pengelolaan, (tidak dipublikasikan) Studi konsultan: • JAPTraPIS* 2012 suatu masterplan transportai, mendorong konsolidasi industri angkutan bus Peraturan perundangan: • UU no 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan • Perda DKI tahun 2013 tentang Transportasi Aksi dan pernyataan kementerian Kebijakan transportasi Jakarta tidak koheren dan progresif Masih memuat langkah-langkah jangka pendek, ad hoc, dan terburu-buru Perundangan cenderung mendahului kebijakan, sebagian besar operasi angkutan saat ini ilegal * Jabodetabek Public Transport Policy Implementation Strategy’ (Japtrapis)
  • 11. Kebijakanyang koheren StrukturIndusti KerangkaRegulasi RegulatoryangHandal Keberhasilan Pengelolaan Bis Pillar 2 – Struktur industri yang patuh terhadap peraturan, responsif terhadap demand
  • 12. Industri angkutan saat ini terlalu terfragmentasi dan sulit dikelola – harus konsolidasi 14,000 angkot 2,200 bus sedang 1,600 bus besar •Masing-masing kendaraan berijin terpisah dengan ijin trayek dan kartu pengawasan – tidak ada kewajiban layanan •Setiap kendaraan dengan sistem setoran adalah suatu bisnis tersendiri, harus menutup biaya setiap harinya •Koperasi hanya berperan sebagai perantara •Regulasi liar mengisi kevakuman regulasi sebenarnya •Setoran memisahkan sopir dari pemilik •Tidak ada yang bertanggung jawab atas layanan
  • 13. Kebijakanyang koheren StrukturIndusti KerangkaRegulasi RegulatoryangHandal Keberhasilan Pengelolaan Bis Pillar 3 – Suatu kerangka kerja regulasi yang tepat untuk komposisi industri dan sasaran kebijakan
  • 14. Beberapa prinsip regulasi •Insentif bagi operator harus sejalan dengan sasaran kebijakan, misal: memaksimalkan ridership, merespon demand •Kompetisi adalah insentif paling efektif •Pertanggungjawaban operator atas layanan harus jelas •Beberapa fungsi harus dibiarkan pada operator, misal: perubahan minor atas tarif atau rute •Pemisahan hubungan antara pendapatan dan biaya (misal skema bayar per km) memerlukan manajemen yang kompleks, pertanggungjawaban finansial, dan cenderung mengarah pada resiko peningkatan subsidi yang besar
  • 15. Menciptakan Kondisi yang Menarik Investasi Swasta •Kontrak harus menarik operator perusahaan komersial, dengan sumberdaya finansial dan keahlian manajerial yang cukup •Pemerintah harus meminimalkan resiko usaha: – Resiko persaingan tidak sehat (biaya rendah, kualitas rendah, tidak ada kewajiban layanan) dari angkot, angkutan tanpa ijin, dan bus pemerintah. – Resiko hambatan menaikkan tarif karena alasan-alasan sosial- politis sedangkan biaya terus meningkat. – Resiko dimana kemacetan mengurangi efisiensi dan produktivitas layanan bus – Resiko menetapkan kewajiban layanan yang tidak menguntungkan – Resiko investasi awal yang besar (contoh: pembangunan depo) • Kondisi kontrak harus menjamin cost-recovery pada masa akhir kontrak.
  • 16. Pratek terbaik dalam kontrak komersial •Minimum kontrak – satu trayek. Bisa merupakan jaringan area •Perusahaan swasta dengan sumber daya dan kemampuan manajerial •Beroperasi di bawah kontrak tahun-jamak dengan jangka tetap •Kewajiban layanan disertai sanksi •Kompetisi untuk mendapatkan kontrak •Insentif pasar, beberapa kebebasan komersial •Cost recovery, tanpa subsidi operasional •Tarif mencerminkan pasar dan biaya
  • 17. Undang-Undang mendukung reformasi Undang-Undang 22 tahun 2009: •Mendorong ‘persaingan sehat’ (198) •Trayek utama harus dilayani dengan bus besar (158) •Bus kecil tidak beroperasi paralel dengan bus besar (158) •Ijin operasi dapat berupa kontrak berjangka waktu tetap, atau mencakup suatu wilayah (174) •Kontrak diberikan melalui ‘lelang’ kompetitif (174) •Angkutan umum dalam trayek tidak boleh dioperasikan oleh individu (139) •Tarif angkutan non-ekonomi ditetapkan operator (185) •Angkutan non-ekonomi tidak disubsidi (185) •Seluruh operator angkutan umum harus menurut standar pelayanan minimum, yang akan dijelaskan lebih lanjut (198) •Tidak ada peraturan kementerian baru dibawah undang- undang ini
  • 18. •Tidak menjabarkan reformasi yang telah dimuat UU/22/2009 •Banyak hal diserahkan dalam Peraturan Gubernur •Mungkin memberikan subsidi (tidak sesuai dengan UU/22/2009) •Trayek atau trayek wilayah bisa diberikan melalui ‘seleksi’ atau tender, tetapi ijin taryek 5-tahunan dan kartu pengawasan 1- tahunan tetap ada (97–106) •Operator menyerahkan laporan kinerja bulanan (102) •Usia maksimum bus 7-10 tahun (51). Emisi Euro 2 (54). •Bus kecil diganti dengan bus besar ketika usianya habis (52) •Pemerintah DKI ‘memonitor dan mengevaluasi’ seluruh trayek setiap tahunnya (112) •Kepala Dishub harus mengevaluasi kinerja sistem angkutan umum setiap tahunnya (205) Perda DKI tentang Transportasi 2013 – Kesempatan yang terlewatkan?
  • 19. Kebijakanyang koheren StrukturIndusti KerangkaRegulasi RegulatoryangHandal Keberhasilan Pengelolaan Bis Pillar 4 – Suatu lembaga yang mampu mengelola reformasi, serta merencanakan, memonitor, dan meregulasi
  • 20. Peran kunci lembaga • Mengelola proses reformasi • Merencanakan – Siklus perencanaan 5 tahunan untuk jaringan, layanan, dan keuangan – Koordinasi dengan lembaga pemerintah lainnya (keuangan, tata ruang, infrastruktur, polisi dll.) – Merancang kebijakan dan strategi transportasi • Memonitor – Memonitor kinerja sistem angkutan umum dan seluruh operator terhadap demand, keterjangkauan, dan sasaran kebijakan – Memperkenalkan langkah-langkah untuk mengatasi kekurangan dalam rencana tahunan • Meregulasi – Menyediakan layanan angkutan dengan kontrak – Mengambil langkah untuk mengatasi kekurangan, meningkatkan kinerja – Menjaga keseimbangan antara supply/demand, serta revenue/cost/affordability
  • 21. • Didirikan dan didefinisikan oleh peraturan- perundangan • Dijalankan oleh dewan yang ditunjuk • Sasaran jelas • Bertanggung jawab atas kinerja • Memiliki otonomi, dalam batasan hukum: - Pendapatan dan belanja - Tenaga kerja dan kondisi - Operasi Ciri-ciri suatu otoritas transportasi
  • 22. • Menyediakan layanan angkutan umum dengan prosedur formal yang transparan dan kompetitif • Mengkoordinasikan dan mengintegrasikan beberapa moda transportasi. Misal mengelola mode share antara bus dan kereta. • Mengkoordinasikan strategi transportasi dan pengelolaan finansial antara pemerintah daerah • Menyediakan pertanggungjawaban atas subsidi secara politik menggunakan uang rakyat • Mengkonsentrasikan sumber daya, keahlian, dan dana yang terbatas • Mengurangi kesempatan campur tangan politis secara langsung dalam penyediaan layanan • Memfokuskan perhatian kebijakan dan pendanaan bagi angkutan perkotaan • Mengkoordinasikan program-program dari berbagai lembaga yang bertanggung jawab atas aspek-aspek yang berbeda dari angkutan perkotaan • Terkadang dalam kondisi ada proyek donor, mengelola dana, serta memastikan pengawasan dan pertanggungjawaban Fungsi otoritas angkutan umum metropolitan
  • 23. Langkah-langkah dalam transisi menuju Otoritas Transportasi Jabodetabek – Merencanakan, memonitor, meregulasi – Mengelola konsolidasi dan reformasi industri transportasi Fase 2 – menciptakan suatu Otoritas Transportasi DKI menggunakan Bidang Angkutan Darat Dishub yang telah diperkuat kapabilitasnya Fase 3 – memperluas cakupan kerja Otoritas Transportasi untuk mencakup Jabodetabek Fase 1 – penguatan kapabilitas Dishub:

Editor's Notes

  1. 1. Kebijakan yang terarah, tujuan dan strategi pencapaian yang realistis → mengembangkan angkutan bis 2. Struktur industri yang patuh terhadap peraturan dan mampu menyediakan layanan yang reponsif terhadap permintaan. Ada 4 jenis struktur industri: monopoli, oligopoli, campuran operator umum/swasta besar/kecil, dan berbagai operator perorangan swasta 3. Kerangka perencanaan dan peraturan yang mampu mencapai tujuan-tujuan kebijakan 4. Perencanaa dan regulator yang handal
  2. 1. Kebijakan yang terarah, tujuan dan strategi pencapaian yang realistis → mengembangkan angkutan bis 2. Struktur industri yang patuh terhadap peraturan dan mampu menyediakan layanan yang reponsif terhadap permintaan. Ada 4 jenis struktur industri: monopoli, oligopoli, campuran operator umum/swasta besar/kecil, dan berbagai operator perorangan swasta 3. Kerangka perencanaan dan peraturan yang mampu mencapai tujuan-tujuan kebijakan 4. Perencanaa dan regulator yang handal
  3. 1. Kebijakan yang terarah, tujuan dan strategi pencapaian yang realistis → mengembangkan angkutan bis 2. Struktur industri yang patuh terhadap peraturan dan mampu menyediakan layanan yang reponsif terhadap permintaan. Ada 4 jenis struktur industri: monopoli, oligopoli, campuran operator umum/swasta besar/kecil, dan berbagai operator perorangan swasta 3. Kerangka perencanaan dan peraturan yang mampu mencapai tujuan-tujuan kebijakan 4. Perencanaa dan regulator yang handal
  4. 1. Kebijakan yang terarah, tujuan dan strategi pencapaian yang realistis → mengembangkan angkutan bis 2. Struktur industri yang patuh terhadap peraturan dan mampu menyediakan layanan yang reponsif terhadap permintaan. Ada 4 jenis struktur industri: monopoli, oligopoli, campuran operator umum/swasta besar/kecil, dan berbagai operator perorangan swasta 3. Kerangka perencanaan dan peraturan yang mampu mencapai tujuan-tujuan kebijakan 4. Perencanaa dan regulator yang handal
  5. 1. Kebijakan yang terarah, tujuan dan strategi pencapaian yang realistis → mengembangkan angkutan bis 2. Struktur industri yang patuh terhadap peraturan dan mampu menyediakan layanan yang reponsif terhadap permintaan. Ada 4 jenis struktur industri: monopoli, oligopoli, campuran operator umum/swasta besar/kecil, dan berbagai operator perorangan swasta 3. Kerangka perencanaan dan peraturan yang mampu mencapai tujuan-tujuan kebijakan 4. Perencanaa dan regulator yang handal