Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
Ikke pdf
1. ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI BARU LAHIR
TERHADAP BAYI. NY.A SEGERA SETELAH LAHIR
DI BPS DESI ANDRIANI S,ST
BANDAR LAMPUNG
TAHUN 2015
KARYA TULIS ILMIAH
AKADEMI KEBIDANAN ADILA
IKE RAHAYU M
201207089
AKADEMI KEBIDANAN ADILA
BANDAR LAMPUNG
TAHUN 2015
2. ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU BAYI BARU LAHIR
TERHADAP BAYI. NY.A SEGERA SETELAH LAHIR
DI BPS DESI ANDRIANI S,ST
BANDAR LAMPUNG
TAHUN 2015
KARYA TULIS ILMIAH
Karya Tulis Ilmiah Ini Di Buat Sebagai salah satu syarat untuk
Mendapatkan Gelar Profesi Ahli Madya Kebidanan Prodi DIII Kebidanan
Akademi Kebidanan Adila Bandar Lampung
AKADEMI KEBIDANAN ADILA
IKE RAHAYU M
201207089
AKADEMI KEBIDANAN ADILA
BANDAR LAMPUNG
TAHUN 2015
3. LEMBAR PENGESAHAN
Diterima dan disahkan oleh Tim Penguji Ujian Akhir Program Pendidikan
Diploma III Kebidanan Adila Pada :
Hari : Kamis
Tanggal : 09 Juli 2015
Penguji I Penguji II
Ninik Masturiyah S.ST M.Kes Nova Utari S.ST
NIK. NIK.
Direktur Akademi Kebidanan Adila
Bandar Lampung
Dr.Wazni Adila,MPH
NIK.2011041008
4. ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI BARU LAHIR TERHADAP BAYI NY.
A SEGERA SETELAH LAHIR DI BPS DESI ANDRIANI S.ST
BANDAR LAMPUNG TAHUN 2015
Ike Rahayu M, Andestyana Septyaningsih S.ST, M.Kes, Nopa Utari, S.ST
INTISARI
Bayi baru lahir disebut juga dengan neonatus merupakan individu yang sedang bertumbuh dan baru
saja mengalami trauma kelahiran serta harus dapat melakukan penyesuain diri dari kehidupan
intrauterin ke kehidupan ekstrauterin. Bayi lahir normal adalah bayi yang lahir pada usia kehamilan
37-42 minggu dan berat badannya 2500-4000 gram. Penelitian menunjukan bahwa 50% kematian bayi
terjadi dalam periode neonatal yaitu dalam bulan pertama kehidupan. Kurang baiknya penanganan
bayi baru lahir yang sehat akan menyebabkan kelainan akan menyebabkan kelainan yang
mengakibatkan cacat seumur hidup, bahkan kematian. Misalnya karena hipotermi akan menyebabkan
hipoglikemia dan akibatnya dapat terjadi kerusakan otak.
Tujuan dilakukan penelitian ini diharapkan penulis mampu memberikan asuhan kebidanan sesuai
dengan manajemen langkah varney. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif. Subjek dan
objek penelitian yaitu bayi baru lahir dengan asuhan yang diberikan di BPS. Hasil evaluasi bayi dalam
keadaan baik, tidak mengalami asfiksia dan hipotermi , jepit potong tali pusat, IMD, pencegahan
infeksi, pemberian Vit. K, pengukuran antropometri, pemeriksaan fisik, pembedongan serta rawat
gabung telah dilakukan. Setelah di aplikasikan manajemen asuhan varney diharapkan untuk
kedepannya melakukan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir yang lebih baik lagi.
Kata kunci : Bayi Baru Lahir
Kepustakaan : 2005 - 2014
Jumlah halaman : 97 halaman
5. CURRICULUM VITAE
Nama : Ike Rahayu Murtoziqoh
Nim : 201207089
Tempat/Tanggal lahir : Kerebang pardasuka,05 nopember 1994
Alamat : Kerebang, Kec.Pardasuka,kab pringsewu
Institusi : Akademi Kebidanan Adila
Angkatan :Tujuh (VII)
Biografi :
1. MI NURUL FALAH kerebang pardasuka, masuk
pada tahun 2001 dan Lulus tahun 2006
2. SMP 11 MARET sumberagung, masuk pada tahun
2006 dan Lulus pada tahun 2009
3. SMK WIRA BHAKTI ambarawa, masuk pada tahun
2009 Lulus pada tahun 2012
4. Pada Tahun 2015 Penulis telah Menyelesaikan
Pendidikan di Akademi Kebidanan Adila Bandar
Lampung
6. Motto
Ketekunan adalah usaha yang di bungkus keikhlasan,
Modal usaha adalah Kasih
Bekerja dengan benci akan membunuh karakter diri
By.Ikke Rahayu murtoziqoh
7. PERSEMBAHAN
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang atas rahmat-NYA maka
penulis dapat menyelesaikan penyusunan karya tulis ilmiah, dn dibalik penyelesaian
karya tulis ilmiah ini tidak lupa penulis memberikan persembahan kepada orang-
orang yang telah membantu penulis baik secara langsung maupun tidak langsung:
1. Puji syukur kehadirat Allah yang maha kuasa sehinga dapat terselesaikannya
Karya tulis Ilmiah
2. Terimakasih untuk keluarga besar tercinta yang selalu memberikan semangat dan
mendo’akan setiap kegiatan apapun yang terbaik bagi penulis serta selalu
mengharapkan setiap keberhasilan yang penulis lakukan
3. Rekan-rekanku tercinta Akbid Adila khususnya tingkat III yang selalu
mendukung hingga terselesaikannya tugas akhir ini
4. Almamater tercinta Akademi Kebidanan Adila Bandar Lampung sebagai tempat
penulis menuntut ilmu selama tiga tahun
5. Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu, terimakasih atas
partisipasi dan dukungan selama penulis menyelesaikan karya tulis ilmiah
8. KATA PENGANTAR
Puji syukur Atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-
Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini yang berjudul
“Asuhan Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir Terhadap Bayi Ny.A Segera Setelah
Lahir Di BPS Desi Andriani S,ST, Bandar Lampung Tahun 2015” Karya Tulis
Ilmiah ini dapat terselesaikan berkat bantuan berbagai pihak, penulis mengucapkan
banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu yaitu:
1. Dr. Wazni Adila, MPH selaku Direktur Kebidanan Adila Bandar Lampung
2. Andestyana Septiyaningsih,S.ST.M.Kes selaku pembimbing I Karya Tulis Ilmiah
3. Nopa Utari,S.ST selaku pembimbing II Karya Tulis ilmiah
4. Seluruh Dosen dan Staf Akademi Kebidanan Adila Bandar Lampung
5. BPS Desi Andriani S,ST Garuntang
6. Teman-temanku Di Akbid Adila angkatan VII terima kasih atas segala dukungan
dan kebersamaannya
Penulis menyadari dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari sempurna,
untuk itu penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang besifat membangun
guna perbaikan berikutnya. Semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi
penulis dan pembaca umumnya
Bandar Lampung, Agustus 2015
Penulis,
9. DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL……………………………………………………….. i
LEMBAR PENGESAHAN…………………………………………………iii
ABSTRAK………………………………………………………………… v
CURICULUM VITAE…………………………………………………… vii
MOTTO……………………………………………………………………. viii
PERSEMBAHAN…………………………………………………………. ix
KATA PENGANTAR…………………………………………………….. x
DAFTAR ISI………………………………………………………………….xi
DAFTAR TABEL………………………………………………………….. xiii
DAFTAR LAMPIRAN……………………………………………………. . xiv
DAFTAR BAGAN…………………………………………………………... xv
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang……………………………………………………..1
1.2 Rumusa Masalah................................................................................4
1.3 Tujuan Penulisan……………………………………………………4
1.4 Ruang Lingkup…………………………………….……………….6
10. 1.5 Manfaat………………………………………….…………………6
1.6 Metodologi Dan Teknik Memperoleh Data………………………..7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Teori Medis………………………………………………….11
2.2 Tinjauan Teori Asuhan Kebidanan…………………………………….39
2.3 Landasan Hukum Dan Kewenangan Bidan…………………………….50
BAB III TINJAUAN KASUS
3.1 Pengkajian………………………………………………………………50
3.2. Matrik (terlampir)……………………………………………………….70
BAB IV PERSEMBAHAN
4.1Pengkajian……………….……………………………………………….64
4.2 Interpretasi data dasar……………………………………………………69
4.3 Identifikasi diagnose masalah potensial………………………………….71
4.4 tindakan segera atau kolaborasi…………………………………………..72
4.5 perencanaan………………………………………………………………72
4.6 pelaksanaan……………………………………………………………….74
4.7evaluasi…………………………………………………………………….77
BAB V PENUTUP………………………………………………………………..83
15. BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Bayi baru lahir disebut juga dengan neonatus merupakan individu yang sedang
bertumbuh dan baru saja mengalami trauma kelahiaran serta harus dapat
melakukan penyesuaian diri dari kehidupan intrauterin ke kehidupan ekstrauterin.
Bayi lahir normal adalah bayi yang lahir pada usia kehamilan 37-42 minggu dan
berat badanya 2.500-4.000 gr
(Dewi,Vivian Nany Lia.2010;h. 1).
Pada waktu kelahiran, tubuh bayi baru lahir mengalami sejumlah adaptasi
psikologik. Bayi memerlukan pemantauan ketat untuk menetukan masa transisi
kehidupanya ke kehidupan luar uterus berlangsung baik. Bayi baru lair juga
membutuhkan asuhan yang dapat meningkatkan kesempatan untuknya menjalani
masa transisi dengan baik (Muslihatun, wafi nur.2010;h).
Penelitian menunjukan bahwa, 50% kematian bayi terjadi dalam periode neonatal
yaitu dalam bulan pertama kehidupan. Kurang baiknya penanganan Bayi Baru
Lahir yang sehat akan menyebabkan kelainan- kelainan yang mengakibatkan cacat
seumur hidup, bahkan kematian. Misalnya karena hipotermi akan
menyebabkanhipoglikemia dan akibatnya dapat terjadi kerusakan otak.
Pencegahan merupakan hal terbaik yang harus dilakukan dalam penanganan
16. neonatal sehingga neonatus sebagai organisme yang harus menyesuaikan diri dari
kehidupan intrauterin ke ekstrauterin dapat bertahan dengan baik karena periode
neonetal merupakan periode yang paling kritis dalam fase pertumbuhan dan
perkembanga bayi. proses adaptasi fisiologis yang dilakikan bayi baru lahir perlu
diketahui dengan baik oleh tenaga kesehatan khususnya bidan, yang selalu
memberikan pelayanan kesehatan bagi ibu , bayi dan anak (Muslihatun, wafi
nur.2010;h10-11).
Berdasarkan data dari World Health Organizaion (WHO) adalah sebanyak 35
per.1000 kelahiran hidup untuk tahun 2012. Menurut laporan WHO pada tahun
2013, Angka Kematian Bayi (AKB) mencapai 30 per 1000 kelahiran hidup.
Sedangkan target MDGS 2015 adalah AKI 102 per 100 ribu kelahiran hidup dan
AKB 23 per 1000 kelahiran hidup. (WHO,2012).
Berdasarkan data Dinas Kesehatan Provinsi Lampung tahun 2012 AKI Lampung
mencapai 359 per 100 ribu kelahiran hidup dan AKB mencapai 30 per 1000
kelahiran hidup.
Penyebab terjadinya kematian bayi adalah asfiksia 281 (36 %) kasus ,BBLR 280
(35.5 %) kasus , kelainan kongenital 34 (4.3 %), infeksi 16 (2.0%) kasus,
gangguan pencernaan 5 (0.6%) kasus , lain- lain 171(22%) kasus (Profil Dinas
Kesehatan Provinsi Lampung, 2012).
Di kota Bandar Lampung pada tahun 2012 terjadi kenaikan sebanyak 229 kasus
dari tahun sebelumnya yaitu tahun 2011 terdapat 179 kasus kematian. Bila
17. diproporsikan dengan kelahiran dalam 1 tahun angka kematian bayi dan balita
tahun 2012 yaitu 13 per 1000 kelahiran hidup artinya dari 1000 kelahiran hidup
terjadi 113 kematian bayi dan balita dan (65%) kematian perinatal ( 0-7 hari) dan
penyebab kematian terbesar pada kelompok perinatal adalah adalah asfiksia yaitu
sebanyak 61 kasus (41,22%) BBLR sebanyak 59 kasus (39,86 %), dan penyebab
lain-lain sebanyak 17 kasus ( 11,49 %) (Profil Dinas Kesehatan Kota Bandar
Lampung Tahun, 2012).
Dari hasil pra survey yang dilakukan penulis di BPS Desi Andriani Amd. Keb
pada tanggal 6 Mei 2015 terdapat 4 bayi baru lahir dan tidak ada yang mengalami
komplikasi. Penulis melakukan survey di BPS Desi Andriani pada tanggal 6-7
Mei 2015 didapatkan 4 bayi baru lahir, dari latar belakang diatas penulis tertarik
untuk memberikan asuhan yang berjudul “ Asuhan Kebidanan Pada Bayi Baru
Lahir terhadap bayi Ny. A Segera Setelah Lahir di BPS Desi Andriani Garuntang
Tahun 2015”.
1.2 Rumusan Masalah
“Bagaimanakah Asuhan kebidanan pada bayi segera setelah lahir terhadap
bayi Ny. A di BPS Desi Andriani Tahun 2015 ?”
1.3 Tujuan penulisan
1.3.1 Tujuan umum
Diperolehnya pengalaman nyata dalam melaksanakan Asuhan Kebidanan pada bayi
segera setelah lahir terhadap Ny.A di BPS Desi Andriani Tahun 2015
1.3.2 Tujuan khusus
18. 1.3.1.1 Penulis mampu untuk dapat melakukan pengkajian data
pada asuhan kebidanan bayi segera setelah lahir terhadap
bayi Ny.A di BPS Desi Andriani pada tahun 2015
1.3.1.2 Penulis mampu untuk dapat menentukan diagnosa
masalah dan kebutuhan pada asuhan kebidanan pada bayi
segera setelah lahir terhadap byi Ny. A di BPS Desi
Andriani pada tahun 2015
1.3.1.3 Penulis mampu untuk dapat mengidentifikasikan diagnosa
masalah potensial pada asuhan kebidanan pada bayi
segera setelah lahir terhadap bayi Ny. A di BPS Desi
Andriani pada tahun 2015
1.3.1.4 Penulis mampu untuk dapat melakukan tindakan segera
dan mengantisipasi masalah dengan melakukan
penanganan atau kolaborasi dengan dokter pada asuhan
kebidanan bayi segera setelah lahir di BPS Desi Andriani
pada tahun 2015
1.3.1.5 Penulis mampu untuk dapat menyusun rencana asuhan
yang menyeluruh pada asuhan kebidanan bayi segera
setelah lahir terhadap bayi Ny. A di BPS Desi Andriani
pada tahun 2015
1.3.1.6 Penulis mampu untuk dapat melaksanakan rencana
asuhan yang menyeluruh pada asuhan kebidanan bayi
segera setelah lahir terhadap bayi Ny. A di BPS Desi
Andriani pada tahun 2015
19. 1.3.1.7 Penulis mampu untuk dapat mengevaluasi hasil dari
asuhan kebidanan pada asuhan kebidanan bayi segera
setelah lahir terhadap bayi Ny. A di BPS Desi Andriani
pada tahun 2015
1.4 Ruang Lingkup
1.4.1 Sasaran
Bayi segera setelah lahir By. Ny. A
1.4.2 Tempat
Di BPS Desi Andriani AMd.keb
1.4.3 Waktu
Dilaksanakan pada tanggal 6-7 Mei 2015
1.5 Manfaat
1.5.1 Institusi Pendidikan
Hasil penelitian dapat menjadi sumber bacaan bagi mahasiswi
Akademi Kebidanan Adila Bandar Lampung dalam menerapkan
ilmu dan sebagai acuan penelitian berikutnya Khususnya pada
bayi segera setelah lahir.
1.5.2 Bagi Lahan Praktek
Hasil study kasus ini diharapkaan dapat membantu lahan dalam
memberikan asuhan kebidanan pada bayi segera setelah lahir dan
mengetahui perkembangan secara nyata dilapangan sesuai teori
yang ada serta dapat dijadikan sebagai bahan bacaan untuk lahan.
20. 1.5.3 Bagi Penulis
Study kasus ini dapat meningkatkan pengetahuan yang didapat
selama perkuliahan serta mengaplikasikan tentang perawatan bayi
segera setelah lahir.
1.6 Metodologi dan Teknik Memperoleh Data
1.6.1 Metodologi penelitian
Dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini penulis menggunakan metode
deskriptif yaitu suatu metode yang dilakukan dengan tujuan utama
untuk membuat gambaran atau deskripsi tentang suatu keadaan secara
objektif. Metode penelitian deskriptif digunakan untuk memecahkan
atau menjawab permasalahan yang sedang dihadapi pada situasi
sekarang. Penelitian ini dilakukan dengan menempuh langkah-langkah
pengumpulan data, klasifikasi, pengolahan/analisis data, membuat
kesimpulan, dan laporan (Notoatmodjo,Soekidjo 2005: h.138).
1.6.2 Tekhnik Memperoleh Data
Tekhnik memperoleh data dalam penulisan karya tulis ilmiah ini adalah:
1.6.2.1 Data primer
a. Wawancara (anamnesis)
Yaitu perbincangan dua arah dengan cara tatap muka dan
pertanyaan yang diajukan mengarah pada data yang
relavan dengan pasien, anamnesis dapat dilakukan dengan
dua cara yaitu:
21. 1) Auto anamnesis
Adalah anamnesis yang dilakukan kepada pasien
langsung.
2) Allo anamnesis
Adalah anamnesis yang dilakukan kepada keluarga
pasien untuk memperoleh data tentang pasien.
(Sulistyawati, Ari dan Nugraheny 2012; h.165-166)
b. Observasi
Pengamatan (observasi) adalah sutau hasil perbuatan jiwa
secara aktif dan penuh perhatian untuk menyadari adanya
rangsangan. Mula-mula ransangan dari luar mengenai
indra dan terjadilah pengindraan, kemudian apabila
ransangan tersebut menarik perhatian akan dilanjutkan
dengan adanya pengamatan. (Notoatmodjo, Soekidjo.2005;
h.93)
1) Pemeriksaan fisik
Pengkajian fisik dapat dipandang sebagai bagian tahap
pengkajian pada proses keperawaan atau ahap
pengkajian/pemeriksaan klinis dari sistem pelayanan.
Pengkajian prinsip keperawatan pada prinsipnya
menggunakan cara-cara yang sama dengan pengkajian
fisik yaitu inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi.
(Prawirohardjo, Sarwono.2010;h.3).
1.2.2.2 Data sekunder
22. a. Studi Kepustakaan
Dalam metode ini penulis membaca dan mempelajari
buku-buku, literatur-literatur yang berkaitan dengan bayi
baru lahir dan diperoleh dari beberapa buku terbaru dan
informasi dari internet yang “up to date”.
b. Studi dokumenter
Yang dimaksud sumber informasi dokumenter pada
dasarnya adalah bentuk sumber informasi berhubungan
dengan dokumen, baik dokumen-dokumen resmi maupun
tidak resmi. Dokumen resmi adalah semua bentuk
dokumen baik yang diterbitkan atau tidak diterbitkan yang
ada dibawah tanggung jawab instansi resmi misalnya
laporan, statistik, catatan-catatan di dalam kartu klinik dan
sebagainya. Sedangkan dokumentasi tidak resmi adalah
segala dokumen yang berada atau menjadi tanggung jawab
dan wewenang instansi seperti biografi catatan harian dan
semacamnya. (Notoatmodjo, Soekidjo.2005; h.62-63).
23. BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 TINJAUAN TEORI MEDIS
2.1.1 Bayi Baru Lahir
2.1.1.1 Pengertian
Bayi yang lahir dalam presentasi belakang kepala melalui
vagina tanpa memakai alat, pada usia kehamilan genap 37
minggu sampai dengan 42 minggu, dengan berat badan 2500
–4000 gram, nilai Apgar > 7 dan tanpa cacat bawaan
(Rukiyah, Ai Yeyeh dan Lia Yulianti.2010 h.2).
Bayi baru lahir disebut juga dengan neonatus merupakan
individu yang sedang bertumbuh dan baru saja mengalami
trauma kelahiran serta harus dapat melakukan penyesuaian
diri dari kehidupan intrauterin ke kehidupan ektrauterin. Bayi
baru lahir normal adalah bayi yang lahir pada usia kehamilan
37 – 42 minggu dan berat badan 2500 – 4000 gram (Dewi,
Vivian Nany Lia. 2010 h.1).
Neonatus adalah bayi berumur 0 (baru lahir) sampai dengan
usia 1 bulan sesudah lahir. Neonatus dini adalah bayi 0 – 7
hari. Neonatus lanjut adalah bayi berusia 7 – 28 hari
(Muslihatun, wafi nur. 2012 h.2).
24. 2.1.1.0 Ciri – Ciri Bayi Normal
1. Lahir aterm antara 37 – 42 minggu
2. Berat badan 2.500 – 4.000 gram
3. Panjang badan 48 – 52 cm
4. Lingkar dada 30 – 38 cm
5. Lingkar kepala 33 – 35 cm
6. Lingkar lengan 11 – 12 cm
7. Frekuensi denyut jantung 12 – 160 x/menit
8. Pernafasan ±40 – 60 x/menit
9. Kulit kemerah – merahan dan licin karena jaringan subkutan
yang cukup.
10. Rambut lanugo tidak terlihat dan rambut kepala bisanya telah
sempurna.
11. Kuku agak panjang dan lemas.
12. Nilai apgar > 7.
13. Gerak aktif (Tonus otot)
14. Bayi lahir langsung menangis kuat.
15. Reflek rooting ( mencari puting susu dengan rangsangan taktil
pada pipi dan daerah mulut ) sudah terbentuk dengan baik.
16. Reflek sucking (isap dan menelan) sudah terbentuk dengan
baik.
17. Reflek morro (gerakan memeluk bila dikagetkan) sudah
terbentuk dengan baik.
25. 18. Reflek grasping (menggenggam) sudah baik.
19. Genetalia
a) Pada laki – laki kematangan ditandai dengan testis yang
berdada pada skrotum dan penis berlubang.
b) Pada perempuan kematangan ditandai dengan vagina dan
uretra yang berlubang, serta adanya labia minora dan
mayora.
20. Eliminasi baik yang ditandai dengan keluarnya mekonium
dalam 24 jam pertama dan berwarna hitam kecoklatan (Dewi,
Vivian Nany Lia. 2010 h;2).
2.1.2 Penampilan Dan Perilaku Bayi Baru Lahir
a. Kulit Bayi
Perhatikan dengan baik kulit bayi beberapa bayi memiliki
beberapa bintik dikulit mereka. Contohnya, bayi mungkin memliki
bintik besar dan gelap dipunggung bagian bawah dan pantat. Bayi
lain mungkin memiliki binti merah diwajah. Bintik – bintik ini
tidak berbahaya, namun bintik yang seperti bisul merah kecil
kemungkinan besar merupakan tanda infeksi (Rukiyah, Ai Yeyeh
dan Lia Yulianti. 2010 h;61).
b. Warna Kulit Bayi
26. c. Bayi mestinya memiliki warna kulit yang normal beberapa jam
setelah lahir. Karena itu bidan harus memperhatikan dengan
seksama bila hal – hal ini terjadi : warna kulit bayi masih kebiruan
: jika tangan dan kaki masih kebiruan namun suhu tubuh bayi
hangat, mungkin tidak ada masalah yang serius. Beberapa bayi
bahkan masih memiliki tangan dan kaki yang kebiruan satu atau
dua hari setelah lahir.
Bibir dan wajah masih terlihat biru satu jam setelah lahir,
kemungkinan bayi mengalami masalah dengan jantung atau paru –
paru nya, kemungkinan dia memerlukan oksigen.
Jika kulit bayi terlihat kekuningan, jika bayi terlihat kuning
kurang dari 24 jam setelah lahir bisa jadi dia terkena penyakit
kuning atau infeksi. Segera minta bantuan medis
(Rukiyah, Ai Yeyeh dan Lia Yulianti. 2010 h;61).
d. Kulit Bayi Terlihat Pucat
Bayi telihat pucat dan lemas kemungkinan mengalami anemia
atau masalah kesehatan lainnya. Kebanyakan bayi baru lahr akan
mengalami ruam kulit dalam minggu –minggu pertama. Ruam
biasanya muncul ditempat kult bergesekan dengan baju seperti
lengan, tungkai dan punggung. Tetap bisa juga muncul di wajah.
Ruam ini cenderung menghilang sendiri tanpa pengobatan. Bayi
yang sebetulnya normal akan tampak sedikit kuning pada hari
kedua, yang harus diperhatikan bila kuning muncul sebelum bayi
berusia 24 jam (Rukiyah, Ai Yeyeh dn Lia Yulianti. 2010 h;62)
27. 2.1.3 Tahapan Bayi Baru Lahir
2.1.3.1 Tahap 1 terjadi segera setelah lahir
terjadi segera setelah lahir, selama menit – menit pertama
kelahiran. Pada tahap ini digunakan sistem scoring agar untuk
fisik dan scoring gray untuk interaksi bayi dan ibu.
2.1.3.2 Tahap II disebut tahap transisional reaktivitas
disebut transisional reaktivitas. Pada tahap II dilakukan
pengkajian selama 24 jam pertama terhadap adanya
perubahan perilaku.
2.1.3.3 Tahap IIIdisebut tahap periodik
disebut tahap periodik, pengkajian dilakukan selama 24 jam
pertama yaitu meliputi periksaan seluruh tubuh .
(Dewi, Vivian Nany Lia. 2010 h;3).
2.1.4 Penilaian Saat bayi Segera Setelah Lahir
2.1.4.1 Penilaian bayi
a. Penilaian Sekilas Sesaat Setelah Bayi Lahir
Sesaat setelah bayi baru lahir bidan melakukan penilaian sekilas
unutk menilai kesejahtaraan bayi umum. Aspek yang dinilai
warna kulit dan tangis bayi, jika warna kulit adalah kemerahan
dan bayi dapat menangis spontan maka ini sudah cukup untuk
dijadikan data awal bahwa dalam kondisi baik (Sulistyawati, Ari
dan Nugraheny. 2012 h;118).
b. Menit Pertama Kelahiran
28. Pertemuan SAREC di Swedia tahun 1985 menganjurkan
penggunaan parameter penilaian bayi baru lahir dengan cara
sederhana yang disebut SIGTUNA (SIGTUNA SCORE),
sesuai dengan nama tempat terjadinya konsensus. Penilaian
cara ini dgunakan terutama untuk tingkat pelayanan kesehatan
dasar karena hanya menilai dua parameter yang penting namun
cukup mewakili indikator kesejahteraan bayi baru lahir.
Sesaat setalah bayi lahir bidan memantau 2 tanda vital bayi
sesuai dengan SIGTUNA skor yaitu upaya bayi unutk bernafas
dan frekuensi jantung (dihitung selama 6 detik, hasil dikalikan
10 sama dengan frekuensi jantung satu menit)
Cara menggunakan SIGTUNA skor :
a. Nilai bayi sesaat setelah lahir (menit pertama )
dengan kriteria penilaian seperti pada tabel.
b. Jumlahkan skor yang didapat
c. Kesimpulan dari total SIGTUNA skor
4 = Asfiksia ringan atau tidak asfiksia
2 – 3 = Asfiksia sedang
1 = Asfiksia berat
0 = Bayi lahir mati / fresh stillbirth
Tabel 2.1 Sigtuna Score
29. (Sulistyawati, Ari dan Nugraheny. 2012 )
Menit Ke 5 Sampai 10
Segera setelah lahir, bidan mengobservasi keadaan
bayi dengan berpatokan pada APGAR skor dari 5
menit hingga 10 menit
(Sulistyawati, Ari dan Nugraheny.2012 h.118-119).
SKOR 2 1 0
KRITERIA
Pernafasan Teratur Mengap –
mengap
Tidak ada
Denyut
jantung
> 100 < 100 Tidak ada
30. Tabel 2.2 Apgar Scor
(Sulistyawati, Ari dan Nugraheny. 2012 h.208-209)
Interpretasi :
a. Nilai 1 – 3 asfiksia berat;
b. Nilai 4 – 6 asfiksia sedang;
c. Nilai 7 – 10 asfiksia ringan (normal)
(Dewi, Vivian Nany Lia 2010 h.3).
Aspek Pengamatan
Bayi Baru Lahir
Skor
0 1 2
Appeareance/Warna
Kulit
Seluruh tubuh bayi
berwarna kebiruan atau
pucat.
Warna kulit tubuh
normal, tetapi
tangan dan kaki
berwarna
kebiruan .
Warna kulit
seluruh tubuh
normal.
Pulse/Nadi Denyut jantung tidak
ada
Denyut jantung
<100x/menit
Denyut jantung
>x/menit
Grimace/Respon
Reflek
Tidak ada respon
terhadap stimulasi.
Wajah meringis
saat distimulasi.
Meringis,
menarik, batuk ,
atau bersin saat
stimulasi
Activity /Tonus Otot Lemas, tidak ada
gerakan
Lengan dan kaki
dalam posisi
fleksi dengan
sedikit gerakan.
Bergerak aktif
dan spontan
Respiratory/Pernafas
an
Tidak bernafas,
pernafasan lambat dan
tidak teratur .
Menangis lemah,
terdengar seperti
merintih.
Menangis kuat ,
pernafasan baik
dan teratur
31. Gambar 2.1.
Manajemen Bayi Baru Lahir
PERSIAPAN
PENILAIAN
1. Apakah bayi cukup bulan?
2. Apakah air ketuban jernih tidak bercampur
mekonium?
3. Apakah bayi menangis atau bernapas?
4. Apakah tonus otot bayi aktif?
Bayi cukup
bulan, ketuban
jernih, menangis
atau bernafas,
tonus otot baik
Bayi tidak cukup
bulan, dan atau
tidak menangis
atau tidak bernafas
atau megap- megap
dan atau tonus otot
tidak baik
Air ketuban
bercampur
mekonium
C
Manajemen air
ketuban
bercampur
mekonium
B
Manajemen
asfiksia bayi baru
lahir
A
Menejemen
bayi baru lahir
normal
32. Gambar 2.2
Manajemen Bayi Baru Lahir Normal
PENILAIAN
1. Bayi cukup bulan
2. Air ketuban jernih, tidak bercampur
mekonium
3. Bayi menangis atau bernafas
4. Tonus otot bayi baik
Asuhan bayi baru lahir
1. Jaga kehangatan
2. Bersihkan jalan nafas ( bila perlu )
3. Keringkan dan tetap jaga kehangatan
4. Potong dan ikat tali pusat tanpa membubuhi
apapun, kira – kira 2 menit setelah lahir.
5. Lakukan inisia menyusu dini dan kontakn
kulit bayi dengan kontak kulit bayi dengan
kulit ibu.
6. Beri salep mata antibiotic tetrasiklin 1% pada
kedua mata
7. Beri suntikan vitamin k1 1 mg intramuscular,
dip aha kiri anterolateral setelah inisiasi
menyusu dini.
8. Beri imunisasi Hepatitis B 0,5 ml
intramuscular, dipaha kanan, anteroleteral, di
berikan kira – kira 1-2 jam setelah pemberian
vitamin k1
33. 2.1.4.1 Mencegah Kehilangan Panas
a. Keringkan bayi dengan seksama.
b. Mengeringkan dengan cara menyeka tubuh bayi, juga
merupakan rangsangan taktil untuk membantu bayi mulai
pernafasannya.
c. Selimuti bayi dengan dengan selimut atau kain bersih dan
hangat.
d. Ganti handuk atau kain yang telah basah oleh cairan ketuban
dengan selimut atau kain yang baru (hangat, bersih, dan
kering).
e. Selimuti bagian kepala bayi.
f. Bagian kepala bayi memiliki luas permukaan yang relatif luas
dan bayi akan dengan cepat kehilngan panas jika bagian
tersebut tidak ditutupi
(Maryanti, Dwi et.all .2011 h.3).
2.1.4.2 Cara Pemotongan Tali Pusat
a. Setelah plasenta dilahirkan dan kondisi ibu dianggap stabil,
ikat atau jepitkan klem plastik tali pusat pada puntung tali
pusat.
b. Celupkan tangan yang masih menggunakan sarung tangan
kedalam larutan klorin 0,5 % untuk membersihkan darah dan
sekresi tubuh lainnya.
c. Bilas tangan dengan air matang atau disinfeksi tingkat tinggi.
34. d. Keringkan tangan (sarung tangan) tersebut dengan handuk
atau kain bersih dan kering
e. Ikat tali pusat sekitar 1 cm dari pusar bayi dengan
menggunakan benang disinfeksi tingkat tinggi atau klem
plastik tali pusat (disinfeksi tingkat tinggi atau steril). Lakukan
simpul kunci atau jepitkan secara mantap klem tali pusat
tertentu.
f. Jika menggunakan benang tali pusat, lingkarkan benang
sekeliling ujung tali pusat dan dilakukan pengikatan kedua
dengan simpul kunci dibagian tali pusat pada sisi yang
berlawanannya.
g. Lepaskan klem penjepit tali pusat dan letakkan didalam
larutan klorin 0,5 %.
h. Selimut ulang bayi dengan kain bersih dan kering, pastikan
bahwa bagian kepala bayi tertutup dengan baik
(Maryanti, Dwi et.all. 2011 h.; -6).
2.1.4.3 Rawat Gabung
a. Definisi
Rawat gabung adalah suatu cara perawatan yang menyatukan
ibu beserta bayinya dalam satu ruangan, kamar, atau suatu
tepat secara bersama – sama dan tidak dipisahkan selama 24
jam penuh dalam seharinya
(Dewi,Vivian Nany Lia.2010 h.18)
35. Suatu sistem perawatan ibu dan bayi bersama – sama atau
pada tempat yang berdekatan sehingga memungkinkan
sewaktu – waktu atau setiap saat ibu tersebut dapat menyusui
bayinya (Muslihatun, wafi nur. 2010 h.22).
b. Tujuan
Tujuan dilakukannya rawat gabung ini adalah sebagai berikut :
1. Ibu dapat menyusi bayinya sedini mungkin dan setiap saat
atau kapan saja saat dibutuhkan.
2. Ibu dapat melihat dan memahami cara perawatan bayi
yang benar seperti yang dilakukan oleh petugas.
3. Ibu mempunyai pengalaman cara perawatan bayi yang
benar seperti dilakukan oleh petugas.
4. Suami dan keluarga dapat dilibatkan secara aktif untuk
mendukung dan membantu ibu dalam menyusui dan
merawat bayinya secara baik dan benar.
5. Ibu dan bayi mendapatkan kehangatan emosional (Dewi,
Vivian Nany Lia. 2010 h.18).
c. Sasaran Dan Syarat
Sasaran dan syarat dilakukannya rawat gabung adalah sebagai
berikut :
36. 1. Bayi lahir spontan, jika bayi lahir dengan tindakan maka
rawat gabung bisa dilakukan setelah bayi cukup sehat.
2. Bayi yang lahir secara sectio caesaria (SC) dengan anestasi
umum, rawat gabung pun dilakukan setelah ibu dan bayi
secara penuh.
3. Bayi tidak asfiksia setelah 5 menit pertama (nilai APGAR
minimal 7).
4. Usia kehamilan 37 minggu atau lebih.
5. Berat lahir 2.000 – 2.500 g atau lebih
6. Tidak terdapat tanda – tanda infeksi intrapartum.
7. Bayi dan ibu sehat
Sementara itu, kodisi – kondisi bayi yang tidak memenuhi
syarat untuk dilakukan rawat gabung adalah sebagai
berikut:
1. Bayi yang sangat prematur.
2. Bayi kurang dari 2.000 – 2.500 g.
3. Bayi dengan sepsis.
4. Bayi dengan gangguan nafas.
5. Bayi dengan cacat bawaan berat.
6. Ibu dengan infeksi berat. (Dewi, 2010 h.18).
d. Manfaat
Manfaat yang bisa didapatkan jika dilakukan rawat gabung
pada ibu dan bai adalah sebagai berikut :
1. Fisik
37. Bila ibu dekat dengan bayinya, maka ibu akan mudah
untuk melakukan perawtan sendiri. Dengan perawatan
sendiri dan pemberian ASI sedini mungkin, maka akan
mengurangi kemungkinan terjadinya infeksi silang dari
pasien lain dan petugas kesehatan
2. Fisiologis
Bila ibu dekat dengan bayinya, maka bayi akan segera
disusui dan frekuensinya lebih sering. Proses ini
merupakan proses fisiologis yang alami. Di mana bayi
mendapatkan nutrisi alami yang paling sesuai dan baik.
Bagi ibu yang menyusui akan timbul refleks oksitosin
yang dapat membantu proses fisiologis involusi rahim
(Dewi, Vivian Nany Lia. 2010 h.19).
3. Psikologis
Dari segi psikologis akan segera terjalin proses lekat akibat
sentuhan badan antara ibu dan bayi. Hal tersebut akan
berpengaruh besar terhadap pertumbuahn psikologis bayi.
Selain itu, kehangatan tubuh ibu merupakan stimulasi
mental yang mutlak dibutuhkan oleh bayi (Dewi, Vivian
nany Lia. 2010).
4. Edukasi
Ibu akan mempunyai pengalaman yang berguna sehingga
mampu menyusui serta merawat bayinya bila pulang dari
rumah sakit. Selama di RS ibu akan melihat, belajar, dan
38. mendapat bimbingan mengenai cara menyusi secara
benar, cara merawat payudara, tali pusat, memandikan
bayi, dan sebagainya. Keterampilan ini diharapkan dapat
menjadi modal bagi ibu untuk merawat bayi dan dirinya
setalah pulang dari RS
(Dewi, Vivian Nany Lia. 2010 h.19).
5. Ekonomi.
Pemberian ASI dapat dilakukan sedini mungkin. Bagi
rumah sakit, terutama RS pemeritah, hal tersebut
merupakan suatu penghematan terhadap anggaran
pengeluaran untuk pembelian susu formula, botol susu,
serta peralatan lainnya yang dibutuhkan. Beban perawat
menjadi lebih ringan karena ibu berperan besar dalam
merawat bayinya sendiri sehingga waktu luang dapat di
manfaatkan untuk kegiatan lain
(Dewi, Vivian Nany Lia. 2010 h.19).
6. Medis
Secara medis, pelaksanaan rawat gabung dapat
menurunkan terjadinya infeksi nosokomial pada bayi, serta
menurunkan angka morbilitas dan mortalitas ibu mauapun
bayinya (Dewi, Vivian Nany Lia. 2010 h.19).
e. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Keberhasilan
Rawat Gabung
39. 1. Peran sosial budaya
Kemajuan teknologi, perkembangan industri, urbanisasi,
dan pengaruh kebudayaan barat menyebabkan pergeseran
nilai sosial budaya masyarakat. Memberikan susu formula
dianggap modern karena dapat menyamakan kedudukan
seseorang ibu golongan bawah dengan ibu – ibu golongan
atas. Ketakutan akan mengendurnya payudara
menyebabkan ibu enggan menyusui bayinya. Bagi ibu
yang sibuk dengan urusan diluar rumah, hal ini dapat
menghambat usaha peningkatan penggunaan ASI.
2. Ekonomi
Beberapa wanita memilih bekerja diluar rumah. Hal ini
dilakukan bukan karena tuntutan ekonomi, melainkan
karena status prestise atau memang dirinya dibutuhkan.
3. Peranan Tata Laksana RS/RB
Peranan tata laksana yang menyangkut kebijakan RS/RB
sangat penting, mengingat saat ini banyak ibu
menginginkan untuk bersalin dipelayanan kesehatan yang
lebih baik.
4. Dalam diri ibu sendiri
a. Keadaan gizi ibu.
b. Pengalaman/ sikap ibu terhadap menyusui.
c. Keadaan emosi.
40. d. Keadaan payudara
e. Peran masyarakat dan pemerintah
5. Kebijakan Pemerintahan RI
a. Setiap bayi berhak mendapatkan air susu ibu eksklusif
sejak dilahirkan selama 6 bulan kecuali indikasi medis
(pasal 128 ayat 1 UU No. 36 tahun 2009 tentang
kesehatan).
b. Selama pemberian ASI, baik pihak keluarga,
pemerintah, pemerintah daerah atau masyarakat harus
mendukung ibu bayi secara penuh dengan penyediakan
waktu dan fasilitas khusus (pasal 128 ayat 2 UU No. 36
tahun 2009 tentang kesehatan).
c. Pembangunan diarahkan pada menigkatnya mutu
sumbur daya manusia (SDM). Modal dasar
pembentukan manusia berkualitas dimulai sejak bayi
dalam kandungan diseetai dengan ait susu ibu (ASI)
sejak usia dini (GBHN 1999 – 2004 dan Program
Pembangunan Nasional – Propenas ).
d. Menganjurkan menyusui secara eksklusif sampai bayi
berusia 6 bulan dan pemberian ASI sampai anak
berusia 2 tahun.
e. Melaksanakan rawat gabun ditampat persalinan milik
pemerintah maupun swasta (Dewi,. 2010).
41. f. Meningkatan kemampuan petugas kesehatan petugas
kesehatan dalam hal peningkatan pemberian (PP ASI)
sehingga petugas tersebut terampil dalam
melaksanakan penyuluhan pada masyarakat luas.
g. Pencanangan peningkatan penggunaan ASI secara
nasional pada peringatan hari ibu ke – 62 (tahun 1990)
h. Upaya penerapkan sepuluh langka untuk berhasilnya
program menyusui di semua RS, RB, dan puskesmas
dengan tempat tidur
(Dewi, Vivian Nany Lia.2010 h;20).
f. Pelaksanaan Rawat Gabung
Dalam rawat gabung, bayi ditempatkan bersama ibunya dalam
sutu ruangan sedemikian rupa sehingga ibu dapat melihat dan
menjangkaunya kapan saja. Bayi dapat diletakkan ditempat
tidur bersama ibunya atau dalam boks disamping tempat tidur
ibu, yang terpenting adalah ibu harus melihat dan mengawasi
bayinya, saat bayinya menangis karena lapar, kencing atau
digigit nyamuk. Tangis bayi merupakan rangsangan sendiri
bagi ibu untuk memproduksi ASI (Dewi, Vivian Nany
Lia.2010 h.21).
2.1.4.4 Bonding Attachment
a. Pengertian
42. Menurut brazelton (1978), bonding suatu keterkaitan mutual
pertama antar individu, misalnya antara orang tua dan anak
pada saat pertama kali bertemu. Attachment adalah suatu
perasaan menyayangi atau loyalitas yang mengikat individu
dengan individu lain (Muslihatun, 2010).
Menurut Saxton dan Pelikan (1996) bonding adalah suatu
langkah untuk menungkapkan perasaan afeksi (kasih sayang)
oleh ibu kepada bayinya segera setelah lahir dan attachment
adalah interaksi antara ibu dan bayi secara spesifik sepanjang
waktu
(Dewi, Vivian Nany Lia. 2010 h.36).
b. Tahap – tahap Bonding Attachment
1. Perkenalan (acquaintance), dengan melakukan kontak
mata, memberikan sentuhan, mengajak berbicara, dan
mengeksplorasi segera setelah mengenal bayinya. Menurut
klaus dan keneli (1982), ini merupakan bagian yang
terpenting.
2. Keterikatan (bonding)
3. Attachment , perasaan sayang yang mengikat individu
dengan individu lain
(Dewi, Vivian Nany Lia. 2010 h.37)
c. Elemen – Elemen Bonding Attachment
1. Sentuhan
43. Sentuhan, atau indera peraba, dipakai secara ektensif oleh
orang tua dan pengasuh lain sebagai suatu saran unutk
mengenali bayi baru lahir dengan cara mengeksplorasi
tubuh bayi dengan ujung jarinya.
2. Kontak mata
Bayi akan menggunakan lebih banyak waktu untuk saling
memandang. Beberapa ibu mengatakan , dengan
melalukan kontak mata meraka merasa lebih dekat dengan
bayinya.
3. Suara
Saling mendengar dan meresponi suara antara orang tua
dan bayinya juga penting. Orang tua menunggu tangisan
pertama bayinya dengan tegang, sedangkan bayi akan
menjadi tenang dan berpaling kearah orang tua mereka
saat orang tua mereka berbicara dengan suara bernada
tinggi.
4. Aroma
Perilaku lain yag terjalin antara orang tua dan bayi ialah
respon terhadap aroma / bau masing – masing. Ibu
mengatahui bahwa setiap anak memiliki aroma yang unik
(porter, cernoch, perry, 1983). Sementara itu bayi belajar
dengan cepat untuk membedakan aroma susu ibunya
5. Entrainment
44. Bayi baru lahir bergerak – gerak sesuai dengan struktur
pembicara orang dewasa. Bayi menggoyangkan tangan,
mengangkat kepala, menendang – menendangkan kaki,
seperti sedang berdansa mengikuti nada suara orang
tuanya. Entrainment terjadi saat anak mulai berbicara.
Irama ini berfungsi memberi umpan balik positif kepada
orang tua dan menegakkan suatu pola komunikasi efektif
yang positif.
6. Bioritme
Anak yang belum lahir atau baru lahir dapat dikatakan
senada dengan ritme alamiah ibunya. Untuk itu, salah satu
tugas bayi baru lahir ialah membentuk ritme personal
(bioritme). Orang tua dapat membantu proses ini dengan
memberi kasih sayang yang konsisten dan dengan
memanfaatkan waktu sat bayi mengembangkan perilaku
yang responsif. Hal ini dapat meningkatkan interaksi sosial
dan kesempatan bayi untuk belajar.
7. Kontak dini
Saat, ini tidak ada bukti – bukti alamiah yang
menunjukkan bahwa kontak dini setelah lahir merupakan
hal yang penting untuk hubungan orang tua dan anak.
Namun menurut kennel (1982), ada beberapa keuntungan
fisiologis yang dapat diperoleh dari kontak dini,
diantaranya adalah kadar oksitosin dan prolaktin
45. meningkat, reflek menghisap dilakukan lebih dini,
pembentukan kekebalan aktif dimulai, serta mempercepat
proses ikatan antara orang tua dan anak (Dewi, Vivian
Nany Lia. 2010 h.37).
2.1.4.5 Pemberian ASI Awal
Langkah ini disebut dengan inisiasi menyusui dini (IMD).
Beberapa penelitian membuktikan bahwa IMD membawa banyak
sekali keuntungan untuk ibu dan bayi.
1. Mendekatkan hubungan batin ibu – bayi, karena IMD terjadi
komunikasi batin secara sangat pribadi dan intensif.
2. Bayi akan mengenal ibunya lebih dini sehingga akam
memperlancar proses laktasi.
3. Suhu tubuh bayi stabil karena hipotermi telah dikoreksi panas
tubuh ibunya.
4. Refleks oksitosin ibu akan berfungsi maksimal.
5. Mempercepat produksi ASI, karena sudah mendapat
rangsangan isapan dari bayi lebih awal
(Sulistyawati,Ari dan nugraheny. 2012 h.216).
Prosedur dan gambaran proses IMD
1. Tempatkan bayi diatas perut ibunya dalam 2 jam pertama
tanpa pembatas kain diantara keduanya (skin to skin
contact), lalu selimuti ibu dan bayi dengan selimut hangat.
Posisikan bayi dalam keadaan tengkurap.
46. 2. Setelah bayi stabil dan mulai beradaptasi dengan lingkunan
luar uterus, ia akan mulai mencari puting susu ibunya.
3. Hembuan angin dan panas tubuh ibu akan memancarkan
bau payudara ibu, secara insting bayi akan mencari sumber
bau tersebut.
4. Dalam beberapa menit bayi akan merangkak keatas dan
mencari serta memegang puting susu ibunya, ia akan mulai
mengisap.
5. Selama periode ini tangan bayi akan memassase payudara
ibunya dan selama itu pula refleks pelepasan horrmon
oksitosin ibu akan terjadi.
6. ingat, selama prosedur ini bidan tidak boleh meninggalkan
ibu dan bayi sendirian. Tahap ini sangat penting karena
bayi dalam kondisi siaga penuh. Bidan harus menunda
memandikan bayi, melakukan pemeriksa fisik, maupun
prosedur lain
(Sulistyawati, Ari dan Nugraheny.2012; h.216-217).
2.1.4.6 Pencegahan Infeksi
Pada bayi baru lahir kemungkinan terjadi infeksi amatlah besar,
ini disebabkan karena bayi belum memiliki kemampuan yang
sempurna. Maka pelindungan dari orang lain disekitarnya sangat
diperlukan. Usaha yang dapat dilakukan meliputi peningkatan
47. upaya hiegenis yang maksimal agar terhindarkan dari
kemungkinan terkena infeksi
(Rukiyah, Ai Yeyeh dan Lia Yulianti. 2012 h.41)
.Bayi baru lahir beresiko tinggi terinfeksi apabila ditemukan : ibu
menderita eklamsia; ibu dengan diabetes mellitus; ibu mempunyai
penyakit bawaan, kemungkinan bayi terkena infeksi berkaitan erat
dengan : (1) riwayat kelahiran : persalinan lama, persalinan
dengan tindakan (ektraksi cunam/vakum, seksio sesarea), ketuban
pecah dini, air ketuban hijau kental; (2) bayi baru lahir trauma
lahir, lahir kurang bulan, bayi kurang mendapatkan cairan dan
kalori, hipotermia pada bayi.
Cara pencegahan infeksi pada neonatus dibagi menjadi berikut:
1. Cara umum :
Pencegahan infeksi bayi sudah harus dimulai dalam masa
antenatal. Infeksi ibu harus diobati dengan baik misalnya
infeksi umum, lokare, dll. Dalam kamar bersalin harus ada
pemisahan yang sempurna antara bagian yang septik dan
bagian yang aseptik. Pemisahan ini mencakup ruangan, tenaga
keperawatan, alat kedokteran dan alat keperawatan. Ibu yang
akan melahirkan sebelum masuk kamar bersalin sebaliknya
dimandikan dahulu dan memakai bayi khusus untuk kamar
bersalin
48. Pada kelahiran bayi harus diberikan pertolongan secara
aseptik. Suasana kamar bersalin harus sama dengan kamar
operasi. Alat yang digunakan untuk resusitasi harus steril.
Dalam bangsal bayi pun harus ada pemisahan yang sempurna
antara bayi yang baru lahir dengan partus aseptik. Pemisahan
ini harus mencakup tenaga, fasilitas perawatan, dan alat – alat
(Rukiyah, Ai Yeyeh dan Lia Yulianti.2010 h.42-44)
Air susu ibu yang dipompa sebelum diberikan kepada bayi
harus dilakukan secara bersih, setiap bayi harus mempunyai
tempat sendiri untuk berpakaian, temometer obat – obatan,
kasa dan lain – lain. Lantai ruangan harus setiap hari
dibersihkan benar – benar, dan setiap minggu dicuci dengan
menggunakan antiseptikum
(Rukiyah, Ai Yeyeh dan Lia Yulianti. 2010 h.45)
2. Tindakan pencegahan infeksi pada bayi baru lahir secara
umum :
Cara mengurangi risiko infeksi pada bayi sesudah lahir
petugas kesehatan harus melakukan tindakan sebagai berikut :
1. Gunakan sarang tangan dan celemek plastik atau karet
waktu memegang bayi baru lahir samapi dengan kulit bayi
bersih dari darah,mekonium dan cairan.
49. 2. Bersihkan darah dan cairan tubuh bayi lainnya dengan
menggunakan kapas yang direndam didalam air hangat
kemudian keringkan.
3. Bersihkan pantat dan daerah sekitar anus bayi setiap
selesai menggant popok.
4. Gunakan sarung tangan waktu merawat tali pusat.
5. Ajari ibu merawat payudara dan bagaimana cara
mengurangi trauma pada payudara dan puting agar tidak
terjadi mastitis
(Rukiyah, Ai Yeyeh dan Lia Yulianti. 2010 h.46).
3. Pemberian Salep Mata
Pencegahan infeksi dengan menggunakan salep tetrasiklin 1%.
Salep antibiotik tersebut harus diberikan dalam waktu 1 jam
setelah kelahiran. Upaya profilaksis ini tidak efektif jika
diberikan lebih dari 1 jam setelah kelahiran. Berikan salep
mata dalam 1 garis lurus mulai dari bagian mata yang paling
dekat dengan hidung bayi menuju keluar mata. Pada saat
pemberian ujung salep mata tidak boleh menyentuh mata bayi
dan jangan menghapus salep mata dari mata bayi dan anjurkan
keluarga untuk tidak menghapus obat – obat tersebut (JNPK-
KR, 2007) (Rukiyah, Ai Yeyeh dan Lia Yulianti. 2010 h.46-
47).
50. 2.1.4.7 Vit. K
Kejadian perdarahan karena defisiensi vitamin K pada bayi baru
lahir dilaporkan cukup tinggi, berkisar 0,25-0,5%. Untuk
mencegah terjadinya perdarahan tersebut, semua bayi baru lahir
normal cukup bulan perlu diberi vitamin K peoral 1mg/hari
selama 3 hari, sedangkan bayi resiko tinggi diberi Vitamin K
parenteral dengan dosis 0,5-1 mg IM (Prawirohardjo,
Sarwono.2010;.h 135).
2.1.5 Adaptasi Bayi Baru Lahir Terhadap Kehidupan Diluar
Uterus
2.1.5.1 Sistem Pernafasan
Tabel . 2.3 Perkembangan Sistem Pulmonal
Usia Kehamilan Perkembangan
24 hari Bakal paru – paru terbentuk
26 – 28 hari Kedua bronkus membesar
6 minggu Segmen bronkus terbentuk
12 minggu Lobus terdiferensiasi
24 minggu Alveolus terbentuk
28 minggu Surfaktan terbentuk
34 – 36 minggu Struktur paru matang
51. Rangsangan gerakan pernafan pertama terjadi karean beberapa
hal berikut :
1. Tekanan mekanik dari torak sewaktu melalui jalan lahir (
stimulasi mekanik).
2. Penurunan PaO2 dan peningkatan PaCO2 merangsang
kemoresptor yang terletak disinus karotikus (stimulasi
kimiawi).
3. Rangsanan dingin didaerah muka dan perubahan suhu
didalm uterus (stimulasi sensorik)
4. Reflek deflasi hering breur.
Pernafasan perama pada bayi normal terjadi dalam waktu 30
menit pertama sesudah lahir. Usaha bayi pertama kali untuk
mempertahankan tekanan alveoli, selain karena adanya
surfaktan, juga karena adanya tarikan nafas dan pengeluaran
nafas dengan merintih sehingga udara bisa tertahan didalam.
Cara neonatus bernafas diafragma dan bernafas dengan cara
abdominal, sedangkan untuk frekuensi dan dalamnya bernafas
belum teratur
(Dewi, Vivian Nany Lia. 2010 h.12-13)
2.1.5.2 Peredaran Darah
Setelah bayi lahir, paru akan berkembang yang akan
mengakibatkan tekanan arteriol dalam paru menurun yang dikuti
dengan menurunnya tekanan pada jantung kanan. Kondisi ini
52. menyebabkan tekanan jantung kiri lebih besar dibandingkan
dengan tekanan jantung kanan, dan hal tersebut membuat foremen
ovale secara fungsional menutup. Hal ini terjadi pada jam – jam
pertama setelah lahir. Oleh karena tekanan dalam paru turun dan
tekanan aorta desenden naik dan juga karena rangsangan biokimia
(PaO2 yang naik ) serta duktus atrteriousus yang berobliterarsi.
Hal ini terjadi pada hari pertama (Dewi, Vivian Nany Lia 2010
h.13).
Aliran darah paru pada hari pertama kehidupan adalah 4 -5 liter
permenit /m2 (Gessner, 1965). Aliran darah sistolik pada hari
pertama rendah yaitu 1,96 liter/menit/m2 dan bertambah pada hari
kedua dan ketiga (3,54 liter/m2) karena penutupan duktus
arteriousus. Tekanan darah pada waktu lahir dipengaruhi oleh
jumlah darah yang melalui transfusi plasenta yang pada jam – jam
pertama sedikit menurun, untuk kemudian naik lagi dan menajdi
konstan kiraa –kira 85/40 mmHg (Dewi, Vivian Nany Lia. 2010
h.13)
2.1.5.3 Suhu Tubuh
Empat kemungkinan mekanisme yang dapat menyebabkan bayi
baru lahir kehilangan panas tubuhnya.
1. Konduksi
Panas dihantarkan dari tubuh bayi kebenda sekitarnya yang
kontak langsung dengan tubuh bayi (pemindahan panas dari
53. tubuh bayi keobjek lain melalu kontak langsung ). Sebagai
contoh, konduksi bisa terjadi ketika menimbang bayi tanpa
alas timbangan , memegang bayi saat tangan dingin, dan
menggunakan stetoskop dingin untuk pemeriksaan BBL
2. Konveksi
Panas hilang dari tubuh bayi keudara sekitarnya yang sedang
bergerak (jumlah panas yang hilang bergantung pada
kecepatan dan suhu udara). Sebagai contoh, konveksi dapat
terjadi ketika membiarkan atau menempatkan BBL dekat
jendela, atau membiarkan BBL diruangan yang terpasang kipas
angin
3. Radiasi
panas dipancarkan dari BBL keluar tubuhnya kelingkungan
yang lebih dingin (pemindahan panas dari 2 objek yang
mempunyai suhu berbeda). Sebagai contoh, membiarkan BBL
dalam ruangan AC tanpa diberikan pemanas (radiant warmer),
membiarkan BBL berdekatan dengan ruangan yang dingin
(dekat tembok)
(Dewi, Vivian Nany Lia. 2010 h.14).
4. Evaporasi
Panas hilang melalui proses penguapan yang tergantung pada
kecepatan dan kelembapan udara (perpindahan panas dengan
54. cara mengubah cairan menjadi uap). Evaporasi ini dipengaruhi
oleh jumlah panas yang dipaka, ditingkat kelembadan udara,
dan aliran udara yan
C, maka bayi akan kehilangan panas melalui
konveksi, radiasi, dan evaporasi yang besarnya 200kg/BB,
sedangkan yang dibentuk hanya sepersepuluhnya saja (Dewi,
Vivian Nany Lia. 2010;h.14).
2.1.5.4 Metabolisme
Luas peermukaan tubuh neonatus relatif lebih luas dari tubuh
orang dewasa, sehingga metabolisme basal per kg berat badan
akan lebih besar. Oleh karena itulah, BBL harus menyesuaikan
diri dengan lingkungan baru sehingga energi dapat diperoleh dari
metabolisme karbohidrat dan lemak. Dari jam – jam pertama
kehidupan, energi didapatkan dari perubahan karbohidrat,. Pada
hari kedua, energi berasal dari pembakaran lemak. Setelah
mendapat susu, sekitar dihari keenam energi diperoleh dari lemak
dan karbohidrat yang masing – masing sebesar 60 dan 40 %
(Dewi, Vivian Nany Lia.2010;h.14 ).
2.1.5.5 Keseimbangan Air Dan Fungsi Ginjal
Tubuh BBL mengandung relatif banyak air. Kadar natrium juga
relatif lebih besar dibandingkn dengan kalium karena ruangan
ektraseluler yang luas. fungsi ginjal belum sempurna karena :
a. Jumlah nefron masih belum senyak orang dewasa.
55. b. Ketidakseimbagan luas permukaan glomerulus dan volume
tubulus proksimal.
c. renal blood flow relatif kurang dibandingakan dengan
orang dewasa (Dewi, Vivian Nany Lia. 2010; h.15).
2.1.5.6 Imunoglobulin
Bayi baru lahir tidak memiliki sel plasma pada sumsum tulang
juga tidak memiliki lamina propia ilium dan apendiks. Plasenta
merupakan sawar, sehingga fetus bebas dari antegen dan stres
imunologs. Pada BBL hanya terdapat gamaglobulin G, sehingga
imunologi dari ibu dapat berpindah melalui plasenta karena berat
molekulnya kecil. Akan tetapi, bila ada infeksi yang dapat melalui
plesenta (lues, tokoplasma ,herpes simpleks, dan lain – lain) reaksi
imunologi dapat terjadi dengan pembentukan sel plasma serta
antibodi gama A, G dan M (Dewi, Vivian Nany Lia. 2010; h.15).
2.1.5.7 Traktus Digestivus
Traktus digentivus relatis lebih berat dan lebih panjang
dibandingkan dengan orang dewasa. Pada neonatus, traktus
digentivus mengandung zat berwarna hitam kehijauan terdiri atas
mukopolisakarida atau disebut juga mekonium. Pengeluaran
mekonium biasanya pada 10 jam pertama kehidupan dan dalam 4
hari setelah kelahiran biasanaya feses sudah berbentuk dan
berwaarna biasa. enzim dalam traktus digentivus biasnya sudah
terdapat pada neonatus, kecuali enzim amilase pankreas (Dewi,
Vivian Nany Lia. 2010 ;h.15).
56. Kapasitas lambung neonatus sangat bervariasi dan tergantung
pada ukuran bayi, sekitar 30 – 90 ml. Pengosongan dimulai dalam
beberapa menit pada saat pemberian makanan dan selesai antara
2- 4 jam setelah pemberian makanan dan pengosongan
dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain waktu dan volume
makanan, jenis dan suhu makanan serta stres fisik . Neonatus
memiliki enzim lipase dam amylase dalam jumlah sedikit
sehingaan neonatus kehilangan untuk mencerna karbohidrat dan
lemak. Pada waktu lahir, usus dalam keadaan steril hanya dalam
beberapa jam. Terdengar bunyi isi perut dalam 1 jam pertama
kelahiran
(Maryanti, Dwi et.all. 2011 h.20)
Mekonium yang ada dalam usus besar sejak 16 minggu
kehamilan, diangkat dalam 24 jam pertama kehidupan dan benar –
benar dibuang dalam 48 – 72 jam . feses pertama berwarna hijau
kehitam – hitaman, keras, dan mengandung empedu. Pada hari 3 –
5 feses berubah warna menjadi kuning kecoklatan. Begitu bayi
diberi makanan, kotoran berwarna kuning. Kotoran bayi yang
meminum susu botol lebih pucat warnanya, lunak dan berbau agak
tajam. Bayi BAB 4 -6 x sehari (Maryanti, Dwi et.all. 2011 h.20).
Refleks gumoh dan refleks batuk yang matang sudah terbenuk
dengan baik pada saat lahir. Kemampuan neonatus cukup bulan
untuk menelan dan mencerna makanan (selain susu) masih
terbatas. Hubungan antara esophagus bawah dan lambung masih
57. belum sempurna yang mengakibatkan gumoh neonatus
(Maryanti,Dwi et.all. 2011 h.20 ).
Untuk mengfungsikan otak memerlukan glukosa dalam jumlah
tertentu. Dengan tindakan penjepitan tali pusat dengan klem pada
saat lahir seseorang neonatus harus mulai mempertahankan kadar
glukosa darahnya sendiri. Pada saat neonatus glukosa darah akan
turun dalam waktu cepat (1 – 2 jam). Untuk mengkoreksi
penurunan kadar glukosa dapat dilakukan dengan penggunaan
ASI, menggunakan cadangan glikogen dan melalui pembuatan
glukosa dari sumber lain terutama lemak, nenotus yang tidak
mampu mencerna makanan dengan jumlah yang cukup, akan
membuat glukosa dar glukogen (glikogenisasi) (Maryanti, Dwi
et.all. 2011 h.21).
2.1.5.8 Hati
Segera setelah lahir, hati menunjukkan perubahan kimia dan
morfologis yang berupa kenaikan kadar protein dan penurunan
kadar lemak serta glikogen. Sel hemopoetik juga mulai berkurang,
walaupun dalam waktu yang agak lama. enzim hati belum aktif
brnar pada waktu bayi baru lahir, daya detoksifikasi hati pada
neonatus juga belum sempurna, contoh pemberian obat
klorofenikol dengan dosis lebih dari 50mg/kgBB/hari dapat
menimbulkan grey baby syndrom (Dewi, Vivian Nany Lia. 2010
h.15)
2.1.5.9 Perubahan – Perubahan Sistem Reproduksi
58. Pada neonatus perempun labia mayora dan labia minora
mengaburkan vestibulum dan menutup klitoris. Pada noenatus laki
– laki preputium biasanya tidak sepenuhnya tertarik masuk dan
testis sudah turun. Pada bayi laki – laki dan perempuan penarikan
estrogen maternal menghasilkan kongesti lokal di dada dan yang
kadang – kadang diikuti oleh sekresi susu pada hari ke 4 atau ke 5
(Maryanti, Dwi.et.all.2011 h.23)
2.1.5.10 Perubahan Sistem Skeletal
Tubuh neonatus kelihatan sedikit tidak proposional, tangan
sedikit lebih panjang dari kaki, punggung neonatus kelihatan
lurus dan dapat ditekuk dengan mudah, neonatus dapat
mengangkat dan memutar kepala ketika menelungkup.
Fontanel posterior tertutup dalam waktu 6 – 8 minggu.
Fontanel anterior tetap terbuka hingga usia 18 bulan
(Maryanti, Dwi.et.all. 2011 h.23).
2.1.5.11 Perubahan Sistem Neuromuskular
Dibandingkan dengan sistem tubuh lain, sistem saraf neonatus
baik secara anatomi maupun fisiologi. Ini menyebabkan
kegiatan refleks pina dan batang otak dengan kontrol minimal
oleh lapisan luar serebrum pada bulan – bulan awal walaupun
interaksi sosial terjadi lebih awal. Setelah nneonatus lahir,
pertumbuhan otak memerlukan persediaan oksigen dan
glukosa yng tetap dan memadai. Otak yang masih muda rentan
59. terhadap hipoksia, keseimbangan biokimia, infeksi dan
perdarahan
(Maryanti, Dwi.et.all. 2011 h.23)
2.1.5.12 Keseimbangan Asam Basa
Tingkat keasaman (pH) dara pada waktu lahir umumnya
rendah karena glikolisis anaerobik. Namum, dalam waktu 24
jam, noenatus telah mengompensasi asisosis ini
(Dewi, Vivian Nany Lia. 2010 h.15).
2.1.6 Reflek Pada Bayi
a. Refleks kedipan (glabelar reflex)
Merupakan respon terhadap cahaya terang yang mengindikasikan
normalnya saraf optik
b. Refleks menghisap (rooting reflex)
Merupakan refleks bayi yang membuka mulut atau mencari puting
saat akan menyusui
c. Sucking reflex
Yang dilihat saat waktu bayi menyusu
(Dewi, Vivian Nany Lia.2010 h.25-26).
d. Reflek menelan (swallowing)
Dimana ASI dimulut bayi mendesak otot daerah mulut dan faring
sehingga mengaktifkan refleks menelan dan mendorong ASI
kedalam lambung (JNPK-KR, 2007)
(Rukiyah, Ai Yeyeh dan Lia Yulianti. 2012 h.63).
e. Tonick neck reflex
60. Letakkan bayi dalam posisi telentang, putar kepala bayi ke satu sisi
dengan badan ditahan, ektremitas terektensi pada sisi kepala yang
diputar, tetapi ektremitas pada sisi lain fleksi. Pada keadaan
normal, bayi akan berusaha unutk mengembalikan kepala ketika
diputar kesisi pengujian saraf asensori
(Dewi, Vivian Nany Lia. 2010 h.25).
f. Grasping reflex
Normalnya bayi akan menggenggam dengan kuat saat pemeriksaan
meletakkan jari telunjuk pada palmar yang ditekan dengan kuat
(Dewi, Vivian Nany Lia.2010 h.26).
g. Refleks moro
pemeriksa menyangga pada punggung dengan posisi 45 derajat,
dalam keadan rileks kepala dijatuhkan 10 derajat. Normalnya akan
terjadi abduksi sendi bahu dan ekstensi lengan
(Dewi, Vivian Nany Lia. 2010 h.26).
h. Walking reflex
Bayi akan menunjukan respons berupa gerakan berjalan dan kaki
akan bergantian dari fleksi ke ektensi
(Dewi, Vivian Nany Lia. 2010 h.26).
i. Babibsky reflex
61. Dengan menggoreskan telapak kaki, dimulai dari tumit lalu gores
pada sisi lateral telapak kaki kearah atas kemudian gerakkan jari
sepanjang telapak kaki
(Dewi, Vivian Nany Lia. 2010 h.26).
j. Startle reflek
Reaksi emosional berupa hentakan dan gerakan seperti menerjang
pada lengan dan tangan dan sering diikuti dengan tangis (Rukiyah,
Ai Yeyeh dn Lia Yulianti 2010 h.63).
2.1.7 Tanda – Tanda Bahaya Bayi
Jika meneukan kondisi ini harus segera dilakukan pertolongan dan
orang tua harus mengetahui seperti :
a. Pernafasan sulit atau lebih dari 60 x permenit.
b. C ) atau telalu C ).
c. Kulit bayi kering (terutama 24 jam pertama) biru, pucat atau
memar.
d. Hisapan saat menyusui lemah, rewel, sering muntah, mengantuk
berlebihan.
e. Talipusat merah, bengkak, keluar cairan, berbau busuk, berdarah.
f. Tanda – tanda infeksi seperti suhu tubuh meningkat, merah
bengkak, bau busuk, keluar cairan, pernafasan sulit.
g. Tidak BAB dalam 3 hari, tidak BAK dalam 24 jam, tinja
lembek/encer, sering berwarna hijau tua, ada lendir atau darah.
62. h. Mengigil, rewel, lemas mengantuk, kejang, tidak bisa tenang,
menangis terus – menerus
(Rukiyah, Ai Yeyeh dan Lia Yulianti.2010 h.73).
2.2 Tinjauan Teori Asuhan Kebidanan
Dokumentasi asuhan bayi baru lahir merupakan bentuk catatan dari
asuhan kebidanan yang dilaksanakan pada bayi baru lahir sampai 24
jam setelah kelahiran yang meliputi pengkajian, pembuatan diagnosis,
pengidentifikasian masalah terhadap tindakan segera dan kolaborasi
kebidanan dengan dokter atau tenaga kesehatan lain, serta penyusunan
asuhan kebidanan dengan tepat dan rasional berdasarkan keputusan
yang dibuat pada langkah sebelumya (Wildan, muh Hidayat.2008
h.73).
Manajemen asuhan kebidanan pada bayi baru lahir :
2.2.3 Mengumpulkan data
Data yang dikumpulkan pada pengkajian asuhan bayi baru lahir
adalah sebagai berikut:adaptasi bayi baru lahir melalui penilaian
APGAR Score;pengkajian keadan fisik mulai kepala seperti ubun-
ubun,sutura,moulage,caput succedaneum atau cephal haematoma,
lingkar kepala,pemeriksaan telinga(untuk menentukan hubungan letak
mata dan kepala);tanda infeksi pada mata,hidung dan mulut seperti
pada bibir dan langitan ada tidaknya sumbing,refleks sumbing,reflek
isap;pembengkakan dan benjolan pada leher;bentuk dada;putting
susu;bunyi nafas dan jantung; gerakan bahu;lengan dan tangan;jumlah
jari;reflek moro;bentuk penonjolan sekitar tali pusat;jumlah pembuluh
63. pada tali pusat;adanya benjolan pada perut,testis(dalam
skrotum),penis,ujung penis;pemeriksaan kaki dan tungkai terhadap
gerakan normal;ada tidaknya spina bifida,spincter ani, verniks pada
kulit;warna kulit,pembengkakan atau bercak hitam(Tanda
lahir);pengkajian faktor genetik;riwayat ibu mulai antenatal,intranatal
sampai pospartum,dan lain-lain. (Wildan, muh Hidayat.2008.h.74)
1. Data subjektif
a. Biodata
1) Nama
Selain sebagai identitas, upayakan agar bidan
memanggil dengan nama panggilan sehingga
hubungan komunikasi antara bidan dan pasien
lebih akrab
(Sulistiyawati,Ari Nugraheny 2012 h.220).
2) Usia / tanggal lahir
Data ini ditanyakan untuk menentukan apakah
ibu dalam persalinan berisiko karena usia atau
tidak
(Sulistiyawati,Ari Nugraheny 2012 h.220).
3) Agama
64. Sebagai dasar bidan dalam memberikan
dukungan mental dan spiritual terhadap pasien
dan keluarga sebelum dan saat persalinan
(Sulistiyawati,Ari Nugraheny 2012 h.221).
4) Pendidikan terakhir
Sebagian besar bidan untuk mentukan metode
yang paling tepat dalam penyampaian informasi
mengenal teknik melahirkan bayi. Tingkat
pendidikan ini akan sangat memperngaruhi
daya tangkap pasien terhadap instruksi yang
diberikan bidan pada proses persalinan
(Sulistiyawati,Ari Nugraheny 2012 h.221).
5) Pekerjaan
Data ini menggambarkan tingat sosial ekonomi,
pola sosialisasi, dan data pendukung dalam
menentukan pola komunikasi yang akan dipilih
selama asuhan (Sulistiyawati,Ari Nugraheny
2012. h.221)
6) Suku / bangsa
Data ini berhubungan dengan sosial budaya
yang dianut oleh pasien dan keluarga yang
berkaitan dengan persalinan
(Sulistiyawati,Ari Nugraheny 2012 h.221).
7) Alamat
65. Selain sebagai data mengenai distrbusi lokasi
pasien, data ini juga memberi gambaran
mengenani jarak dan waktu yang ditempuh
pasien menuju lokasi persalinan. Ini mungkin
berkaitan dengan keluhan terakhir, atau tanda
persalinan yang disampaikan dengan patokan
saat terakhir sebelum berangkat kelokasi
persalinan (Sulistiyawati,Ari Nugraheny. 2012.
h.221).
b. Riwayat pasien
Riwayat kesehatan bayi baru lahir yang penting dan harus
juga dikaji, antara lain :
1. Faktor genetik, meliputi kelainan / gangguan metababolik
pada keluarga dan sindroma generik.
2. Faktor matenal (ibu), meliputi adanya penyakit jantung,
diabetes mellitus, penyakit ginjal, penyakit hati,
hipertensi, penyakit kelamin, riwayat penyaniayaan,
riwayat abortus, RH/isoimunisasi (Muslihatun, wafi nur.
2010 252).
3. Faktor antenatal, meliputi pernah ANC/tidak, adanya
riwayat perdarahan, preeklamsia, infeksi, perkembangan
janin terlalu besar / terganggu, diabetas gestasional, poli /
oligohidramnion
(Muslihatun, wafi nur. 2010 h.252).
66. 4. Faktor perinatal, meliputi prematur / postmatur, partus
lama, penggunaan obat selama persalinan, gawat janin,
suhu ibu meningkat, posisi janin tidak normal, air ketuban
pecah dini (KPD), perdarahan dalam persalinan,
prolapsus tapi pusat, ibu hipotensi, asidosis janin, jenis
persalinan
(Muslihatun,wafi nur. 2010 h.252).
2. Data Objektif
Melakukan pengkajian dengan mengumpulkan data yang
dibutuhkan untuk mengevaluasi keadaan bayi baru lahir.
Pengkajian pada bayi baru lahir dibagi menjadi 2 bagian
yaitu pengkajian segera setelah lahir, dan pengkajian
keadaan fisik unutk memastikan bayi dalam keadaan
normal atau mengalami komplikasi
Langkah Data yang dikumpulkan pada pengkajian asuhan
bayi baru lahir adalah sebagai berikut :
a. Adaptasi bayi baru lahir melalui penilaian APGAR
score (wildan, muh Hidayat. 2008; h.74).
b. Pengkajian keadaan fisik melalui :
1. Kepala
Ubun – ubun besar, ubun – ubun kecil, sutura ,
moulase, caput succedaneum, cephal haematoma,
hidrosepalus, rambut meliputi : jumlah, warna dan
adanya lanugo pada bahu dan punggung.
67. 2. Muka
Tanda – tanda paralisis
3. Mata
Ukuran, bentuk (strabismus, pelebaran, epicanthus)
dan kesimetrisan, kekeruhan kornea, katarak
kongenital, trauma, keluar nanah, bengkak pada
kelopak mata, perdarahan subkonjungtiva.
4. Telinga
Jumlah, bentuk, posisi, kesimetrisan letak,
dihubungkan dengan mata dan kepala serta adanya
gangguan pendengaran.
5. Hidung
Bentuk dan lebar hidung, pola pernafasan,
kebersihan.
6. Mulut
Bentuk simetris/tidak, mukosa mulut kering/basah,
lidah, palatum, bercak putih pada gusi, refleks
menghisap, adakah labio/palatoskisis, trush,
sianosis.
7. Leher
Bentuk simetris/tidak, adakah pembengkakan dan
benjolan, kelainan tiroid, hemangioma, tanda
abnormalitas kromoson dan lain – lain.
8. Klavikula dan lengan tangan
68. Adakah fraktur klavikula, gerakan, jumlah jari.
9. Dada
Bentuk dan kelainan bentu dada, puting susu,
gangguan pernafasan, auskultrasi bunyi jantung
dan pernafasan.
Penonjolan sekitar tali pusat pada saat menangis,
perdarahan tali pusat, jumlah pembuluh darah pada
tali pusat, dinding perut dan adanya benjolan,
distensi, gastroskisis, omfalokel, bentuk
simetris/tidak, palpasi hati, ginjal.
10. Genetalia
Kelamin laki – laki : panjang penis, testis sudah
turun berada dalam skorotum, orifisium uretrae
diujung penis, kelainan (fimosis,
hipospadia/epispadia). Kelamin perempuan : labia
mayora dan labia minora, klitoris, ofisium uretra,
sekret, dan lain – lain.
11. Tungkai dan kaki
69. Gerakan, bentuk simetris/tidak, jumlah / tidak,
jumlah jari, pergerakan, pes equinovarus /pes
equinovalgus.
12. Anus
Berlubang / tidak, posisi, fungsi spingter ani, adanya
atresia ani, meconium plug syndrom, megacolon.
13. Punggung
Bayi tengkurap, raba kurvatura kolumna vetebralis,
skoliosis, pembengkakan, spina bifida,
mielomeningokel, lesung/ bercak berambut, dan
lain – lain.
14. Pemeriksaan kulit
Warna kulit dan adanya vernick kaseosa,
pembengkakan atau bercak hitam, tanda lahir /
tanda mongol.
15. Reflek
Berkedip, babiski, merangkak menari/ melangkah,
ekstrusi, galant’s, moro’s, neck righting, palmar
grasp, rooting startle, menghisap, tonic neck.
2.2.4 Melakukan interprestasi data dasar
Interprestasi data dasar yang akan dilakukun adalah beberapa data
yang ditemukan pada saat pengkajian bayi baru lahir
70. Seperti;
Diagnosa:Bayi kurang bulan sesuai dengan masaa kehamilan
Masalah:ibu kurang informasi
Ibu tidak pernah ANC. (Wildan, muh Hidayat.2008;.h.74)
2.2.5 Melakukan identifikasi diagnosis atau masalah potensial dan
mengatisipasi penanganannya
Beberapa hasil dari interprestasi data dasar dapat digunakan untuk
mengindentifikasi diagnosis atau masalah potensial kemungkinan
sehingga akan ditemukan beberapa diagnosis atau masalah potensial
pada bayi baru lahir serta antisipasi terhadap masalah yang
timbul.(Wilda,muh Hidayat.2008;.h.74)
2.2.6 Menetapkan kebutuhan terhadap tindakan segera atau masalah
potensial pada bayi baru lahir.
Langakah ini di lakukan untuk mengantisipasi dan melakukan
konsultasi dan kolaborasi dengan tim kesehatan lain berdasarkan
kondisi pasien.(Wildan,muh Hidayat.2008;.h 75)
2.2.7 Menyusun rencana asuhan yang menuyeluruh penyusunan
recana asuhan secara menyeluruh pada bayi baru lahir umumnya
a. Rencanakan untuk mempertahankan suhu tubuh bayi agar tetap
hangat dengan melaksanakan kontak anatara kulit ibu dan
bayi,periksa setiap 15 menit telapak kaki dan pastikan dngan periksa
suhu aksila bayi.
71. b. Rencanakan perawatan mata dengan menggunakan obat mata
eritromrtrin 0,5% atau tetrasiklin 1% untuk pencegahan penyakit
menular seksual.
c. Rencanakan untuk mmberikan indentitas bayi dengan memberikan
gelang yang tertulis nama bayi/ ibunya,tanggal lahir,nomor,jenis
kelamin,ruang/unit.
d. Tunjukan bayi dengan orang tua.
e. Segera kontak dengan ibu kemudian dorong untuk melakukan
pemberian ASI.
f. Berikan vitamin k1 per oral 1 mg/ hari selama tiga hari untuk
mencegah perdarahan pada bayi normal,bayi beresiko tinggi melalui
parenteral dengan dosis 0,5-1 mg intramuscular.
g. Lakukan perawatan tali pusat.
h. Berikan konseling tentang menjaga kehangatan bayi, pemberian
ASI,perawatan tali pusat, dan tanda bahaya umum.
i. Berikan imunisasi seperti BCG,POLIO,dan Hepatitis B.
j. Berikan perawatan rutin dan ajarkan pada ibu
.(Wildan,muh Hidayat.2008;h75)
2.2.8 Melaksanakan perencanaan.
Tahap ini dilakukan dengan melaksanakan rencana asuhan kebidanan
yang menyeluruh dan dibatasi oleh standar asuhan kebidanan pada
bayi baru lahir.(Wildan,muh Hidayat.2008;.h 75).
72. 2.2.9 Evaluasi
Evaluasi pada bayi baru lahir dapat menggunakan bentuk SOAP.
2.3 Landasan Hukum Kewenangan Bidan
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) Nomor
1464/Menkes/Per/X/2010 tentang Izin dan Penyelenggaran Praktik Bidan,
kewenangan yang dimiliki bidan meliputi:
2.3.1 Kewenangan normal:
2.3.1.1 Pelayanan kesehatan ibu
2.3.1.2 Pelayanan kesehatan anak
2.3.1.3Pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga
berencana
2.3.2 Kewenangan dalam menjalankan program Pemerintah
2.3.3 Kewenangan bidan yang menjalankan praktik di daerah yang tidak
memiliki dokter.
Kewenangan normal adalah kewenangan yang dimiliki oleh seluruh
bidan. Kewenangan ini meliputi:
Pelayanan kesehatan anak
a. Ruang lingkup:
1. Pelayanan bayi baru lahir.
2. Pelayanan bayi.
3. Pelayanan anak balita.
4. Pelayanan anak pra sekolah.
73. b. Kewenangan:
1. Melakukan asuhan bayi baru lahir normal termasuk resusitasi,
pencegahan hipotermi, inisiasi menyusu dini. (IMD), injeksi
vitamin K 1, perawatan bayi baru lahir pada masa neonatal (0-
28 hari), dan perawatan tali pusat.
2. Penanganan hipotermi pada bayi baru lahir dan segera
merujuk.
3. Penanganan kegawatdaruratan, dilanjutkan dengan perujukan.
4. Pemberian imunisasi rutin sesuai program Pemerintah.
5. Pemantauan tumbuh kembang bayi, anak balita dan anak pra
sekolah.
6. Pemberian konseling dan penyuluhan.
7. Pemberian surat keterangan kelahiran.
8. Pemberian surat keterangan kematian.
74. BAB III
TINJAUAN KASUS
ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI BARU LAHIR
TERHADAP BY NY. A SEGERA SETELAH LAHIR
DI BPS DESI ANDRIANI S.ST
BANDAR LAMPUNG
TAHUN 2015
Tanggal : 06 Mei 2015
Jam : 22.50 wib
Tempat : Di BPS Desi Andriani
Oleh : Ike Rahayu M
A. Data Subjektif
1. Anamnesa
a. Bayi
Nama bayi : By Ny A
Tgl lahir : 06 Mei 2015
Jam : 22.50WIB
Jenis : Perempuan
b. Orang tua
75. Ibu Ayah
Nama : Ny. A Tn. T
Umur : 37 tahun 37 tahun
Suku : Jawa/Indonesia Jawa/Indonesia
Agama : Islam Islam
Pendidikan : SMA SMA
Pekerjaan : IRT Swasta
Alamat : Jl.Dr Warsito kupang kota teluk betung
1. PENFKAJIAN
A. DATA SUBJEKTIF
1. Riwayat antenatal
G4P3A0 Umur kehamilan 38 minggu 5 hari
Riwayat ANC : Teratur, 8 kali di BPS Desi Andriani
1 kali dengan dr spOG.
2. Keluhan saat hamil : TM 1: mual muntah
TM2 : tidak ada
TM3 : Sering BAK
3. Penyakit selama kehamilan
a. Diabetes militus : tidak ada
b. Hepatitis : tidak ada
c. Tuberkolosis : tidak ada
d. HIV/AIDS : tidak ada
4. Kebiasaan
76. a. Minum jamu/obat : tidak ada
b. Merokok : tidak ada
5. Komplikasi
a. Hiperemesis :tidak ada
b. Perdarahan : tidak ada
c. Preeklampsia : tidak ada
d. Eklampsia : tidak ada
e. Infeksi : tidak ada
B. DATA OBJEKTIF
1. Pemeriksaan Umum
Keadaan umum : baik
Warna kulit : kemerahan
Menangis : spontan
Tonus aktif : aktif
Data penunjang
1. Komplikasi janin
a. IUGR : tidak ada
b. Polihidramnion : tidak ada
c. Oligohidramnion : tidak ada
d. Gemelli : tidak ada
2. Riwayat intranatal
Lahir tanggal 06 Mei 2015 pukul 22.50 WIB
77. Jenis persalinan spontan, penolong bidan
Lama persalinan
Kala 1 : 6 jam 15 menit
Kala 2 : - 30 menit
Kala 3 : - 10 menit
Kala 4 : 2 jam -
Lamanya : 8 jam 55 menit
3. Komplikasi ibu
a. Hipertensi : tidak ada
b. Partus lama : tidak ada
c. Penggunaan obat : tidak ada
d. Infeksi/suhu badan naik : tidak ada
e. KPD : tidak ada
f. Perdarahan : tidak ada
4. Komplikasi janin
a. Premature/postmatur : tidak ada
b. Malposisi/malpresentasi : tidak ada
c. Gawat janin : tidak ada
d. Prolaps tali pusat : tidak ada
e. Ketuban campur mekoneum : tidak ada
f. Keadaan bayi baru lahir : baik
78.
79. Tabel 3.1
MATRIKS
Tgl/
Jam
Pengkajian Interprestasi
Data
(diagnosa,
Masalah,
Kebutuhan)
Dx potensial/
Masalah
potensial
Antisipasi/
Tindakan
Segera
Intervensi Implementasi Evaluasi
1.06
mei
2015
Pukul;
22.50
wib
2.
pukul
22.57
wib
Ds.: ibu
mengatakan
senang atas
kelahiran
bayinya
Do:
-warna kulit
kemerahan
-tonu otot aktif
-menangis kuat
DX.:Bayi Ny.A segera
setelah lahir cukup
bulan sesuai masa
kehamilan.
Ds : ibu mengatakan
UK 37 minggu 6 hari
DO :ibu mengatakan
Bayi lahir tanggal 06-
05-2015
Pukul 22.50 wib
Tidak ada Tidak ada 1. Letakan bayi di
atas perut ibu
lalu Keringkan
Tubuh Bayi
Menggunakan
Kain Bersih
Dan Kering
2. Lakukan
pemotongan
dan
pengikatanpada
tali pusat
1. Mengeringkan bayi mulai
dari muka, kepala dan
bagian tubuh lainya.
Kemudian ganti kain
basah dengan kain yang
kering.
2. 2. Melakukan
pemotongan tali pusat
dengan cara tali pusat
diurut kearah bayi sekitar
3cm lalu di klem
kemudian lakukan
pengurutan kembali kea
rah ibu 3cm dari klem
pertama kemudian
lakukan pemotongan lalu
di jepit dengan klem
1. Tubuh bayi telah kering.
2. Tali pusat telah terikat
3. Handuk teah diganti
80. 3.
Pukul
23.00
wib
4.
pukul
23.02
wib
3. Ganti handuk
dengan handuk
kering
4. Lakukan IMD
DTT/steril 3 cm dari (
pangkal pusat ) bayi.
Dari titik jepitan, tekan
tali pusat dengan dua jari
lalu urut kea rah ibu ,
kemudian jepit dengan
klem ke dua pada bagian
yang sudah di urut
berjarak 2 cm dari arah
jepitan yang pertama.
Lalu potong tali pusat
dan mengikatnya.
3. Mengganti handuk
yang basah dengan
handuk yang
kering
4. Melakukan IMD
dalam keadaan ibu
dan bayi tidak
memakai buju,
tengkurapkan bayi
didada ibu agar
terjadi sentuhan
kulit ibu dan bayi
dan kemudian
selimuti keduanya
agar tidak
kedinginan.
4. IMD telah dilakukan selama 1 jam
81. 5. Beri salep mata
tetracylin
Anjurkan ibu untuk
memberikan
sentuhan kepada
bayi untuk
meragsang bayi
mendekati puting
ibu lalu biarkan
bayi mencari
sendiri puting susu
ibunya. biarkan
kulit bayi
bersentuhan
langsung dengan
kulit ibunya
minimal 1 jam
walaaupun proses
menyusui telah
terjadi. Bila belum
terjadi proses
menyusu hingga 1
jam, biarkan bayi
berada di dada ibu
sampai proses
menyusui pertama
selesai. Dan saat
melakukan
penilaian reflek
pada bayi yang
meliputi dengan
hasil :
1. Rooting (+),
pada saat bayi
menyusu
2. Sucking(+)
pada saat bayi
5. Salep mata telah diberikan.
82. 5.
pukul
24.00
wib
6.
pukul
07.06
Wib
7.
07.08
. wib
6. Injeksi vitamin
k
7. Ukur
antropometri
pada bayi
menyusu
3. Swallowing
(+) pada saat
bayi menyusu
5. Memberi salep
mata tetracylin dari
mata dekat hidung
menuju bagian luar
dengan dosis 1 %
diberikan untuk
mencegah infeksi
pada mata bayi,
karena pada saat
persalinan mata
bayi menyentuh
jalan lahir yang
banyak terdapat
bakteri.
6. Memberikan
injeksi vitamin k 1
injeksi 1 mg
intramuskuler
untuk mencegah
terjadinya
perdarahan
7. Mengukur
antropometri pada
bayi
6. Vitamin K telah diberikan.
7. Bayi telah diukur antropometri
dengn hasil sebagai berikut :
BB :3600 gram
PB :52 cm
LK : 34 cm
LD : 33 cm
Lila : 11 cm
8. Hasil dari pemeriksaan umum pada
83. 8.
pukul
07.10
Wib
9.
pukul
07.15
wib
8. Lakukan
pemeriksaan
umum pada
bayi
9. Lakukan
pemeriksaan
fisik pada bayi
secara head to
toe
8. Melakukan
pemeriksaan umum
pada bayi,
9. Melakukan
pemeriksaan fisik
secara head to toe
bayi dalam keadaan norrnal. Yang
didapatkan hasil sebagai berikut :
warna kulit : kemerahan
turgor kulit : elastis
gerakan : aktif
tonus otot : baik
Pernapasan :40 x/menit
suhu axila : 36 ,5°c
denyut jantung : 140 x/menit
9. Pemeriksaan fisik telah dilakukan
dan didapatkan hasil yaitu :
a. Kepala
Ubun-ubun:datar
Caputsuccedaneum : tidak ada
Cepal haematoma : tidak ada
b. Muka : simetris kanan dan kiri
c. Mata
Simetris : simetris kanan dan
kiri
Kelopak mata : ada
Secret : tidak ada
84. Sklera : putih
d. Telinga
Simetris : simetris
Lubang ; ada
e. Hidung
Lubang : ada
Septum : ada
f. Mulut
Sianosis : tidak ada
Mukosa : lembab
Labioskisis : tidak ada
Palatoskizis: tidak ada
g. Leher: tidak ada pembesaran
h. Klavikula dan lengan tangan
Gerakan : aktif
Jumlah jari : lengkap
i. Dada
Bentuk : simetris
Puting susu : ada
85. Auskultasi : tedengar lup dup
j. Abdomen
Tali pusat : tdak ada
perdarahan
Kelainan : tidak ada
k. Genetalia
Laki- laki
l. Anus : positif
m. Tungkai dan kaki : simetris
kanan dan kiri
n. Gerakan : aktif
o. Jumlah jari lengkap normal
p. Punggung
Bentuk : simetris
Kelainan : tidak ada
q. Reflek
Moro :positif
Rooting : positif
Sucking :positif
86. 10.
pukul
07.25
wib
11.
pukul
08.00
wib
10. Bedong bayi
11. Beri bayi
kepada ibu
untuk rawat
gabung
10. Membedong bayi
untuk mencegah
hipotermi pada
bayi
11. Memberikan bayi
pada ibu untuk
rawat gabung agar
lebih terjalin ikatan
batin antara ibu
Swalowing : positif
Graps : positif
Tonickneck : positif
Babinski : positif
10. Bayi telah dibedong
11. Bayi telah bersama ibunya.
87. dan anak. Selain itu
agar ibu lebih
mudah
memberikan asi
pada bayinya, serta
dapat mengurangi
kemungkinan
adanya perasaan
bahwa ibu tidak
mampu merawat
bayinya
12. 12. 12.
88.
89. BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Pengkajian
Pada pengkajian yang dilakukan untuk menyimpulkan data dasar tentang
keadaan pasien pada By. Ny. A dengan Asuhan kebidanan pada bayi baru
lahir terhadap By. Ny. A segera setalah lahir di BPS Desi Andriani
Bandar Lampung Tahun 2015, didapatkan hasil sebagai berikut :
4.1.1 Data Objektif
4.1.1.1 Warna Kulit
1. Tinjauan Teori
Bayi mestinya memiliki warna kulit yang normal
beberapa jam setelah lahir (Rukiyah, Ai Yeyeh dan Lia
yulianti.2010). Sesuai apgar score nilai Appreance /
Warna Kulit normal adalah Warna kulit seluruh tubuh
normal
(Sulistyawati, Ari dan Nugraheny 2012).
Aspek yang dinilai warna kulit dan tangis bayi, jika
warna kulit adalah kemerahan dan bayi dapat
menangis spontan maka ini sudah cukup untuk
dijadikan data awal bahwa dalam kondisi baik
(Sulistyawati, Ari dan Nugraheny.2012).
90. 2. Tinjauan Kasus
Pada kasus ini By. Ny. A segera setelah lahir warna
tubuh kemerahan.
3. Pembahasan
Pada tinjauan teori dan tinjauan kasus tidak terdapat
kesenjangan karena By. Ny. A lahir dengan warna kulit
kemerahan itu menandakan bayi dalam keadaan
normal.
4.1.1.2 Pernafasan / Menangis Spontan
1. Tinjauan Teori
Sesaat setelah bayi baru lahir bidan melakukan
penilaian sekilas untuk menilai kesejahtaraan bayi
umum. Aspek yang dinilai warna kulit dan tangis bayi,
jika warna kulit adalah kemerahan dan bayi dapat
menangis spontan maka ini sudah cukup untuk
dijadikan data awal bahwa dalam kondisi baik
(Sulistyawati, Ari dan Nugraheny.2012).
2. Tinjauan Kasus
Dari kasus ini By. Ny. A segera setalah lahir langsung
menangis spontan.
3. Pembahasan
Dari tinjauan teori dan tinjauan kasus tidak terjadi
kesenjangan karena By. Ny. A langsung menagis
91. spontan segera setalah lahir ini menandakan bayi
dalam keadaan normal.
4.1.1.3 Tonus Otot / Tingkat Kesadaran
1. Tinjauan Teori
Tonus otot merupakan gerakan aktif segera setelah lahir
dan Rentang normal tingkat kesadaran bayi baru lahir
adalah mulai dari diam hingga sadar penuh dan dapat
ditenangkan jika rewel (Muslihatun, wafi nur. 2010).
2. Tinjauan kasus
Dari kasus ini By. Ny.A segera setelah lahir bergerak
aktif secara spontan.
3. Pembahasan
Dari tinjauan teori dan tinjauan kasus tidak terdapat
kesenjangan karena By. Ny. A bergerak aktif dan
spontan segera setalah lahir dan itu menandakan bayi
dalam keadaan normal.
4.1.1.4 Usia Kehamilan
1. Tinjauan Kasus
Bayi lahir normal adalah Bayi yang lahir dalam
presentasi belakang kepala melalui vagina tanpa
memakai alat, pada usia kehamilan genap 37 minggu
sampai dengan 42 minggu, dengan berat badan 2500–
4000 gram, nilai Apgar > 7 dan tanpa cacat bawaan
(Rukiyah, Ai yeyeh dan Lia Yulianti. 2010).
92. 2. Tinjauan Teori
Dari kasus ini By. Ny. A lahir pada usia kehamilan 37
minggu 6 hari dengan Berat Badan lahir 3000gram.
3. Pembahasan
Dari tinjauan teori dan tinjauan kasus tidak terdapat
kesenjangan karena By. Ny. A lahir pada usia
kehamilan 37 minggu 6 hari dengan berat badan lahir
3000 gram.
4.2 Diagnosa, Masalah Dan Kebutuhan
1. Tinjauan Teori
Melakukan identifikasi secara benar terhadap diagnosa, masalah
dan kebutuhan bayi baru lahir bedasarkan data yang telah
dikumpulkan (Rukiyah, Ai Yeyeh dan Lia Yulianti. 2010 ;h 16).
2. Tinjauan Kasus
Dari kasus ini didapatkan :
Diagnosis : By. Ny. A segera setelah lahir cukup bulan sesuai
masa kehamilan
Masalah : tidak ada
Kebutuhan : asuhan bayi segera setelah lahir
3. Pembahasan
Dari tinjauan teori dan tinjauan kasus tidak terdapat kesenjangan
karena bayi lahir dalam keadaan normal dan tanpa komplikasi.
93. 4.3 Idenifikasi Diagnosa dan Masalah Potensial
1. Tinjauan Teori
Mengidentifikasi diagnosa atau masalah potensial yang mungkin
terjadi berdasarkan masalah atau diagnosa yang sudah
terindentifikasi (Rukiyah,Ai Yeyeh dan Lia Yulianti. 2010).
2. Tinjauan kasus
Pada kasus By. Ny. A tidak muncul diagnosa masalah potensial
karena tidak ada tanda-tanda kegawatan dan komplikasi.
3. Pembahasan
Dari tinjauan teori dan tinjauan kasus tidak terdapat kesenjangan
karena By. Ny. A dalam keadaan normal tanpa tanda – tanda
kegawatadaruratan dan komplikasi.
4.4 Identifikasi Tindakan Segera
1. Tinjauan teori
Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter
untuk dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota tim
kesehatan yang lain sesuai dengan kondisi bayi (Rukiyah, Ai
Yeyeh dan Lia Yulianti. 2010).
2. Tinjauan kasus
Pada kasus By. Ny. A tidak dilakukan tindakan segera.
3. Pembahasan
Dari tinjauan teori dan tinjauan kasus tidak terdapat kesenjangan
karena bayi lahir dalam keadaan normal dan tanpa komplikasi.
94. 4.5 Perencanaan
1. Tinjauan kasus
Langkah-langkah ini ditentukan oleh sebelumnya yang merupakan
lanjutan dari masalah atau diagnosa yang telah diidentifikasi atau
antisipasi. (Ambarwati, Eny Retna dan Wulandari Diah 2008;h.130.)
Menyusun rencana asuhan yang menyeluruh pada bayi baru lahir
umumnya sebagai berikut :
1. Jaga kehangatan
2. Bersihkan jalan nafas (bila perlu)
3. Keringkan dan tetap jaga kehangatan
4. Potong dan ikat tali pusat tanpa membubuhi apapaun, kira – kira
2 menit setelah lahir.
5. Lakukan inisiasi menyusui dini dengan cara kontak kulit bayi
dengan kulit ibu.
6. Beri salep mata antibiotik tetrasiklin 1% pada kedua mata.
7. Beri suntikan vitamin K1 1 mg intramuskular, dipaha kiri
anteroteral setelah inisiasi menyusui dini.
8. Beri imunisasi hepatitis B 0,5 ml intramuskular, dipaha kanan
anterolateral, diberikan kira – kira 1 – 2 jam setela pemberian
vit. K.(JNPK,Buku Acuan Asuhan Persalinan Normal, 2008).
2. Tinjauan kasus
Pada kasus BY Ny. A telah diberikan beberapa perencanaan yaitu :
1. Lakukan penilaian selintas pada bayi baru lahir.
2. Keringkan bayi dari lendir dan darah
95. 3. Lakukan pemotongan dan pengikatan tali pusat
4. Berikan bayi kepada ibu dengan teknik skin to skin untuk IMD
5. Berikan salep mata pada bayi.
6. Berikan Vit. K pada bayi
7. Ukur atropometri bayi
8. Lakukan pemeriksaan umum pada bayi
9. Lakukan pemeriksaan fisik secara head to toe
10. Lakukan pembedongan pada bayi
11. Lakukan rawat gabung pada ibu dan bayi .
3. Pembahasan
Dari tinjauan teori dan kasus tidak terjadi kesenjangan karena
perencanaan yang diberikan sesuai dengan kebutuhan By. Ny. A.
4.6 Pelaksanaan
1. Tinjauan teori.
Langkah ini merupakan pelaksanaan rencana asuahan peyuluhan pada
klien dan keluarga. Mengarahkan atau melaksanakan rencana asuhan
secara efisien dan aman (Ambarwati, Eny Retna dan Wulandari Diah.
2008 ; h 145).
2. Tinjauan kasus
1. Melakukan penilaian selintas pada bayi baru lahir. Yaitu :
warna kulit kemerahan , tonus otot aktif dan menangis spontan.
96. 2. Mengeringkan bayi dari lendir dan darah dengan cara
menggunakan kain bersih secara seksama dari kepala hingga
kaki bayi lalu mengganti dengan handuk kain yang baru.
3. Melakukan pemotongan tali pusat dengan cara mengurut tali
pusat 5 cm kearah bayi lalu klem 3cm dari bayi lalu urut
kembali 5 cm dari klem pertama kearaah ibu lalu klem 2cm dari
klem pertama, lalu melakukan pemotongan tali pusat dan
menjepit tali pusat menggunakan klem plastik tali pusat yang
steril.
4. Memberikan bayi kepada ibu dengan teknik skin to skin untuk
melakukan IMD dengan cara ibu dan bayi tidak memakai buju,
tengkurapkan bayi didada ibu agar terjadi sentuhan kulit ibu dan
bayi dan kemudian selimuti keduanya agar tidak kedinginan.
Anjurkan ibu untuk memberikan sentuhan kepada bayi untuk
meragsang bayi mendekati puting ibu lalu biarkan bayi mencari
sendiri puting susu ibunya. biarkan kulit bayi bersentuhan
langsung dengan kulit ibunya minimal 1 jam walaaupun proses
menyusui telah terjadi. Bila belum terjadi proses menyusu
hingga 1 jam, biarkan bayi berada di dada ibu sampai proses
menyusui pertama selesai. Dan saat melakukan penilaian reflek
pada bayi yang meliputi dengan hasil :
4. Rooting (+), pada saat bayi menyusu
5. Sucking(+) pada saat bayi menyusu
6. Swallowing (+) pada saat bayi menyusu.
97. 5. Memberi salep mata dengan tetracylin 1% . pemberiannya
dengan cara memberi salep mata dalam 1 garis lurus mulai dari
bagian mata yang paling dekat dengan hidung bayi munuju
keluar mata. Pada saat pemberian ujung salep mata tidak boleh
menyentuh mata bayi dan jangan menghapus salep mata dari
mata bayi dan anjurkan keluarga untuk tidak menghapus salep
mata tersebut. diberikan ini untuk mencegah infeksi pada mata
bayi.
6. Memberikan injeksi vitamin K1(fetamenabion) injeksi 1 mg
intramuskuler 1/3 paha kiri bayi untuk mencegah terjadinya
perdarahan pada BBL akibat defisiensi vitamin K yang dialami
oleh BBL.
7. Mengukur antropometri pada bayi
8. Melakukan pemeriksaan umum pada bayi,
9. Melakukan pemeriksaan fisik secara head to toe
10. Melakukan pembedongan pada bagi unutk mencegah
hipotermi pada bayi.
11. Memberikan bayi pada ibu untuk rawat gabung agar lebih
terjalin akatan batin antara ibu dan anak. Selain itu agar ibu
lebih mudah memberikan asi pada bayinya, serta dapat
mengurangi kemungkinan adanya perasaan bahwa ibu tidak
mampu merawat bayinya
3. Pembahasan
98. Dari tinjauan teori dan kasus tidak terjadi kesenjangan karena
pelakasanaan yang diberikan sesuai dengan kebutuhan By. Ny. A
4.7 Evaluasi
1. Tinjauan teori
Melakukan evaluasi keefektifan dari asuhan yang diberikan meliputi
pemenuhan kebutuhan akan bantuan, apakan benar – benar telah
terpenuhi sesuai dengan kebutuhan bayi baru lahir sebagaimana telah
diintifikasikan didalam diagnosa dan masalah (Varney, 1997)
(Rukiyah, Ai Yeyeh Dan Lia Yulianti. 2010).
2. Tinjauan kasus
Pada kasus By. Ny.D telah dilakukan penatalaaksanaan bayi segera
setelah lahir dan didapatkan hasil :
1. Bayi dalam keadaan baik dan normal.
2. Bayi telah dikeringkan dari lendir dan darah dan telah
mengganti dengan kain yang baru.
3. Pemotongan tali pusat dan penjepitan menggunakan klem
plastik tali pusat telah dilakukan.
4. IMD telah dilakukan selama 1 jam.
5. Salep mata telah diberikan.
6. Vitamin K telah diberikan
7. Pengukuran atropometri telah dilakukan
8. Pemeriksaan umum bayi telah dilakukan
9. Pemeriksaan fisik telah dilakukan
10. Bayi telah dibedong
99. 11. Rawat gabung telah dilakukan
3. Pembahasan
Dari tinjauan teori dan tinjauan kasus tidak terdapat kesenjangan
karena semua pelaksanaan telah dievaluasi dan tidak terjadi masalah
dan komplikasi.
100. BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Setelah penulis melakukan asuhan kebidanan pada By. Ny.A segera
setelah lahir cukup bulan sesuai masa kehamilan dengan di BPS, Desi
Andriani Bandar Lampung tahun 2015, maka penulis dapat mengambil
beberapa kesimpulan sebagai berikut :
5.1.1 Dalam melakukan asuhan kebidanan pada By. Ny. A segera
setelah lahir cukup bulan sesuai masa kehamilan, penulis telah
melaksanakan pengkajian dengan baik. Pengkajian tersebut
didapat dari pengumpulan data subjektif dan objektif. Data
subjektif meliputi identitas bayi dan orang tua dan riwayat
kehamilan, sedangkan data objektif didapat dari pemeriksaan
selintas sewaktu bayi dilahirkan.
5.1.2 Penulis telah melakukan interpretasi data dengan menentukan
diagnosa kebidanan pada bayi baru lahir yaitu By. Ny.A segera
setelah lahir cukup bulan sesuai masa kehamilan yang didapat
dari data subjektif dan objektif yang didapat dari hasil
pengkajian.
5.1.3 Dalam kasus ini penulis tidak menemukan diagnosa potensial
karena bayi dalam keadaan normal dan tanpa komplikasi.
101. 5.1.4 Dalam kasus ini tidak penulis melakukan antisipasi masalah
potensial karena bayi dalam keadaan normal dan tanpa
komplikasi.
5.1.5 Dalam kasus ini penulis telah memberikan rencana asuhan
kebidanan pada By. Ny.A segera setelah lahir cukup bulan
sesuai masa kehamilan yaitu lakukan penilaian selintas pada
bayi baru lahir, keringkan bayi dari lendir dan darah, Lakukan
pemotongan dan pengikatan tali pusat , Berikan bayi kepada ibu
dengan teknik skin to skin untuk IMD, Berikan salep mata pada
bayi, Berikan Vit. K pada bayi, Ukur atropometri bayi, Lakukan
pemeriksaan umum pada bayi, Lakukan pemeriksaan fisik
secara head to toe, lakukan pembedongan pada bayi , dan
Lakukan rawat gabung pada ibu dan bayi. Hal ini tertuang dalam
matrik di Bab III.
5.1.6 Dalam kasus ini penulis melaksanakan apa yang telah
direncanakan pada By. Ny. A segera setelah lahir cukup bulan
sesuai masa kehamilan.
5.1.7 Dalam kasus ini penulis melakukan evaluasi terhadap kasus By.
Ny.A segera setalah lahir cukup bulan sesuai masa kehamilan,
bahwa apa yang telah direncanakan telah terlaksanakan dan
dievaluasi. Hasil evaluasi bayi dalam keadaan baik, tidak
mengalami asfiksia dan hipotermi , jepit potong tali pusat, IMD,
pencegahan infeksi, pemberian Vit. K, pengukuran
102. antropometri, pemeriksaan fisik, pembedongan serta rawat
gabung telah dilakukan.
5.2 Saran
5.2.1 Bagi Institusi Pendidikan
Diharapkan institusi pendidikan dapat meningkatkan pengetahuan
dan keterampilan mahasiswa tentang asuhan bayi segera setalah
lahir melalui pelatihan / seminar / workshop agar mahasiswa dapat
mandiri, mengikuti perkembangan ilmu kebidanan khususnya
tentang Asuhan Bayi Segera Setelah Lahir yang lebih relevan dan
up to date serta dapat memberikan asuhan yang benar dan baik.
5.2.2 Bagi Lahan Praktek
Sebaiknya setiap BPS, dapat menerapkan manajemen pelayanan
kebidanan pada bayi baru lahir untuk meningkatkan mutu
pelayanan kebidanan agar dapat mengurangi angka kesakitan dan
kematian bayi di BPS pada khususnya.
5.2.3 Bagi Peneliti Selanjutnya
Diharapkan karya tulis ilmiah ini dapat menjadi bahan bacaan dan
referensi agar dapat menambah ilmu pengetahuan serta
perkembangan ilmu kebidanan khususnya dalam asuhan bayi
segera setelah lahir serta dapat melanjutkan penelitian yang relevan
dan up to date.
103. DAFTAR PUSTAKA
Ambarwati, Eny Retna dan .Wulandari Diah. 2008. Asuhan Kebidanan Nifas.
Jakarta: Mitra Cendikia
Buku Acuan pelatihan Klinik, 2008.Asuhan Persalinan Normal. Jakarta:JNPKR
Dewi, Vivian Nany Lia. 2010. Asuhan Neonatus Bayi Dan Anak Balita. Jakarta:
Salemba Medika
Maryanti, Dwi et.all.2011. Buku Ajar Neonatus, Bayi Dan Balita. Jakarta:Tim.
Muslihatun, wafi nur.2010.Asuhan Neonatus Bayi Dan Balita. Yogyakarta:
Fitramaya.
Notoatmodjo, Soekidjo.2005. Metodologi Penelitan kesehatan. Jakarta: Rineka
Cipta.
Prawirohardjo, Sarwono. 2010. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.
Profil Dinas kesehatan Provinsi Lampung 20012.
Rukiyah, Ai Yeyeh dan Lia Yulianti.2010.Asuhan Neonatus Bayi Dan Balita.
Edisi revisi. Jakarta:Tim.
Sulistyawati, Ari dan Nugraheny.2012. Asuhan Kebidanan Pada ibu bersalin.
Jakarta: Salemba Medika