SlideShare a Scribd company logo
1 of 105
Download to read offline
ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI BARU LAHIR
TERHADAP BAYI. NY.A SEGERA SETELAH LAHIR
DI BPS DESI ANDRIANI S,ST
BANDAR LAMPUNG
TAHUN 2015
KARYA TULIS ILMIAH
AKADEMI KEBIDANAN ADILA
IKE RAHAYU M
201207089
AKADEMI KEBIDANAN ADILA
BANDAR LAMPUNG
TAHUN 2015
ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU BAYI BARU LAHIR
TERHADAP BAYI. NY.A SEGERA SETELAH LAHIR
DI BPS DESI ANDRIANI S,ST
BANDAR LAMPUNG
TAHUN 2015
KARYA TULIS ILMIAH
Karya Tulis Ilmiah Ini Di Buat Sebagai salah satu syarat untuk
Mendapatkan Gelar Profesi Ahli Madya Kebidanan Prodi DIII Kebidanan
Akademi Kebidanan Adila Bandar Lampung
AKADEMI KEBIDANAN ADILA
IKE RAHAYU M
201207089
AKADEMI KEBIDANAN ADILA
BANDAR LAMPUNG
TAHUN 2015
LEMBAR PENGESAHAN
Diterima dan disahkan oleh Tim Penguji Ujian Akhir Program Pendidikan
Diploma III Kebidanan Adila Pada :
Hari : Kamis
Tanggal : 09 Juli 2015
Penguji I Penguji II
Ninik Masturiyah S.ST M.Kes Nova Utari S.ST
NIK. NIK.
Direktur Akademi Kebidanan Adila
Bandar Lampung
Dr.Wazni Adila,MPH
NIK.2011041008
ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI BARU LAHIR TERHADAP BAYI NY.
A SEGERA SETELAH LAHIR DI BPS DESI ANDRIANI S.ST
BANDAR LAMPUNG TAHUN 2015
Ike Rahayu M, Andestyana Septyaningsih S.ST, M.Kes, Nopa Utari, S.ST
INTISARI
Bayi baru lahir disebut juga dengan neonatus merupakan individu yang sedang bertumbuh dan baru
saja mengalami trauma kelahiran serta harus dapat melakukan penyesuain diri dari kehidupan
intrauterin ke kehidupan ekstrauterin. Bayi lahir normal adalah bayi yang lahir pada usia kehamilan
37-42 minggu dan berat badannya 2500-4000 gram. Penelitian menunjukan bahwa 50% kematian bayi
terjadi dalam periode neonatal yaitu dalam bulan pertama kehidupan. Kurang baiknya penanganan
bayi baru lahir yang sehat akan menyebabkan kelainan akan menyebabkan kelainan yang
mengakibatkan cacat seumur hidup, bahkan kematian. Misalnya karena hipotermi akan menyebabkan
hipoglikemia dan akibatnya dapat terjadi kerusakan otak.
Tujuan dilakukan penelitian ini diharapkan penulis mampu memberikan asuhan kebidanan sesuai
dengan manajemen langkah varney. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif. Subjek dan
objek penelitian yaitu bayi baru lahir dengan asuhan yang diberikan di BPS. Hasil evaluasi bayi dalam
keadaan baik, tidak mengalami asfiksia dan hipotermi , jepit potong tali pusat, IMD, pencegahan
infeksi, pemberian Vit. K, pengukuran antropometri, pemeriksaan fisik, pembedongan serta rawat
gabung telah dilakukan. Setelah di aplikasikan manajemen asuhan varney diharapkan untuk
kedepannya melakukan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir yang lebih baik lagi.
Kata kunci : Bayi Baru Lahir
Kepustakaan : 2005 - 2014
Jumlah halaman : 97 halaman
CURRICULUM VITAE
Nama : Ike Rahayu Murtoziqoh
Nim : 201207089
Tempat/Tanggal lahir : Kerebang pardasuka,05 nopember 1994
Alamat : Kerebang, Kec.Pardasuka,kab pringsewu
Institusi : Akademi Kebidanan Adila
Angkatan :Tujuh (VII)
Biografi :
1. MI NURUL FALAH kerebang pardasuka, masuk
pada tahun 2001 dan Lulus tahun 2006
2. SMP 11 MARET sumberagung, masuk pada tahun
2006 dan Lulus pada tahun 2009
3. SMK WIRA BHAKTI ambarawa, masuk pada tahun
2009 Lulus pada tahun 2012
4. Pada Tahun 2015 Penulis telah Menyelesaikan
Pendidikan di Akademi Kebidanan Adila Bandar
Lampung
Motto
Ketekunan adalah usaha yang di bungkus keikhlasan,
Modal usaha adalah Kasih
Bekerja dengan benci akan membunuh karakter diri
By.Ikke Rahayu murtoziqoh
PERSEMBAHAN
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang atas rahmat-NYA maka
penulis dapat menyelesaikan penyusunan karya tulis ilmiah, dn dibalik penyelesaian
karya tulis ilmiah ini tidak lupa penulis memberikan persembahan kepada orang-
orang yang telah membantu penulis baik secara langsung maupun tidak langsung:
1. Puji syukur kehadirat Allah yang maha kuasa sehinga dapat terselesaikannya
Karya tulis Ilmiah
2. Terimakasih untuk keluarga besar tercinta yang selalu memberikan semangat dan
mendo’akan setiap kegiatan apapun yang terbaik bagi penulis serta selalu
mengharapkan setiap keberhasilan yang penulis lakukan
3. Rekan-rekanku tercinta Akbid Adila khususnya tingkat III yang selalu
mendukung hingga terselesaikannya tugas akhir ini
4. Almamater tercinta Akademi Kebidanan Adila Bandar Lampung sebagai tempat
penulis menuntut ilmu selama tiga tahun
5. Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu, terimakasih atas
partisipasi dan dukungan selama penulis menyelesaikan karya tulis ilmiah
KATA PENGANTAR
Puji syukur Atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-
Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini yang berjudul
“Asuhan Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir Terhadap Bayi Ny.A Segera Setelah
Lahir Di BPS Desi Andriani S,ST, Bandar Lampung Tahun 2015” Karya Tulis
Ilmiah ini dapat terselesaikan berkat bantuan berbagai pihak, penulis mengucapkan
banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu yaitu:
1. Dr. Wazni Adila, MPH selaku Direktur Kebidanan Adila Bandar Lampung
2. Andestyana Septiyaningsih,S.ST.M.Kes selaku pembimbing I Karya Tulis Ilmiah
3. Nopa Utari,S.ST selaku pembimbing II Karya Tulis ilmiah
4. Seluruh Dosen dan Staf Akademi Kebidanan Adila Bandar Lampung
5. BPS Desi Andriani S,ST Garuntang
6. Teman-temanku Di Akbid Adila angkatan VII terima kasih atas segala dukungan
dan kebersamaannya
Penulis menyadari dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari sempurna,
untuk itu penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang besifat membangun
guna perbaikan berikutnya. Semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi
penulis dan pembaca umumnya
Bandar Lampung, Agustus 2015
Penulis,
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL……………………………………………………….. i
LEMBAR PENGESAHAN…………………………………………………iii
ABSTRAK………………………………………………………………… v
CURICULUM VITAE…………………………………………………… vii
MOTTO……………………………………………………………………. viii
PERSEMBAHAN…………………………………………………………. ix
KATA PENGANTAR…………………………………………………….. x
DAFTAR ISI………………………………………………………………….xi
DAFTAR TABEL………………………………………………………….. xiii
DAFTAR LAMPIRAN……………………………………………………. . xiv
DAFTAR BAGAN…………………………………………………………... xv
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang……………………………………………………..1
1.2 Rumusa Masalah................................................................................4
1.3 Tujuan Penulisan……………………………………………………4
1.4 Ruang Lingkup…………………………………….……………….6
1.5 Manfaat………………………………………….…………………6
1.6 Metodologi Dan Teknik Memperoleh Data………………………..7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Teori Medis………………………………………………….11
2.2 Tinjauan Teori Asuhan Kebidanan…………………………………….39
2.3 Landasan Hukum Dan Kewenangan Bidan…………………………….50
BAB III TINJAUAN KASUS
3.1 Pengkajian………………………………………………………………50
3.2. Matrik (terlampir)……………………………………………………….70
BAB IV PERSEMBAHAN
4.1Pengkajian……………….……………………………………………….64
4.2 Interpretasi data dasar……………………………………………………69
4.3 Identifikasi diagnose masalah potensial………………………………….71
4.4 tindakan segera atau kolaborasi…………………………………………..72
4.5 perencanaan………………………………………………………………72
4.6 pelaksanaan……………………………………………………………….74
4.7evaluasi…………………………………………………………………….77
BAB V PENUTUP………………………………………………………………..83
5.1 Simpula……………………………………………………………………83
5.2 Saran………………………………………………………………………84
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Sigtuna Skor……………………………………………………………………….16
Tabel 2.2 APGAR Skor…………………………………………………………………………17
Tabel 3.1 Matrik…………………………………………………………………………………55
Daftar lampiran
1. Surat izin penelitian
2. Jadwal penelitian
3. Dokumentasi
4. Lembar konsul
Daftar bagan
1. Bagan 2.1………………………………………18
2. Bagan 2.2………………………………………19
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Bayi baru lahir disebut juga dengan neonatus merupakan individu yang sedang
bertumbuh dan baru saja mengalami trauma kelahiaran serta harus dapat
melakukan penyesuaian diri dari kehidupan intrauterin ke kehidupan ekstrauterin.
Bayi lahir normal adalah bayi yang lahir pada usia kehamilan 37-42 minggu dan
berat badanya 2.500-4.000 gr
(Dewi,Vivian Nany Lia.2010;h. 1).
Pada waktu kelahiran, tubuh bayi baru lahir mengalami sejumlah adaptasi
psikologik. Bayi memerlukan pemantauan ketat untuk menetukan masa transisi
kehidupanya ke kehidupan luar uterus berlangsung baik. Bayi baru lair juga
membutuhkan asuhan yang dapat meningkatkan kesempatan untuknya menjalani
masa transisi dengan baik (Muslihatun, wafi nur.2010;h).
Penelitian menunjukan bahwa, 50% kematian bayi terjadi dalam periode neonatal
yaitu dalam bulan pertama kehidupan. Kurang baiknya penanganan Bayi Baru
Lahir yang sehat akan menyebabkan kelainan- kelainan yang mengakibatkan cacat
seumur hidup, bahkan kematian. Misalnya karena hipotermi akan
menyebabkanhipoglikemia dan akibatnya dapat terjadi kerusakan otak.
Pencegahan merupakan hal terbaik yang harus dilakukan dalam penanganan
neonatal sehingga neonatus sebagai organisme yang harus menyesuaikan diri dari
kehidupan intrauterin ke ekstrauterin dapat bertahan dengan baik karena periode
neonetal merupakan periode yang paling kritis dalam fase pertumbuhan dan
perkembanga bayi. proses adaptasi fisiologis yang dilakikan bayi baru lahir perlu
diketahui dengan baik oleh tenaga kesehatan khususnya bidan, yang selalu
memberikan pelayanan kesehatan bagi ibu , bayi dan anak (Muslihatun, wafi
nur.2010;h10-11).
Berdasarkan data dari World Health Organizaion (WHO) adalah sebanyak 35
per.1000 kelahiran hidup untuk tahun 2012. Menurut laporan WHO pada tahun
2013, Angka Kematian Bayi (AKB) mencapai 30 per 1000 kelahiran hidup.
Sedangkan target MDGS 2015 adalah AKI 102 per 100 ribu kelahiran hidup dan
AKB 23 per 1000 kelahiran hidup. (WHO,2012).
Berdasarkan data Dinas Kesehatan Provinsi Lampung tahun 2012 AKI Lampung
mencapai 359 per 100 ribu kelahiran hidup dan AKB mencapai 30 per 1000
kelahiran hidup.
Penyebab terjadinya kematian bayi adalah asfiksia 281 (36 %) kasus ,BBLR 280
(35.5 %) kasus , kelainan kongenital 34 (4.3 %), infeksi 16 (2.0%) kasus,
gangguan pencernaan 5 (0.6%) kasus , lain- lain 171(22%) kasus (Profil Dinas
Kesehatan Provinsi Lampung, 2012).
Di kota Bandar Lampung pada tahun 2012 terjadi kenaikan sebanyak 229 kasus
dari tahun sebelumnya yaitu tahun 2011 terdapat 179 kasus kematian. Bila
diproporsikan dengan kelahiran dalam 1 tahun angka kematian bayi dan balita
tahun 2012 yaitu 13 per 1000 kelahiran hidup artinya dari 1000 kelahiran hidup
terjadi 113 kematian bayi dan balita dan (65%) kematian perinatal ( 0-7 hari) dan
penyebab kematian terbesar pada kelompok perinatal adalah adalah asfiksia yaitu
sebanyak 61 kasus (41,22%) BBLR sebanyak 59 kasus (39,86 %), dan penyebab
lain-lain sebanyak 17 kasus ( 11,49 %) (Profil Dinas Kesehatan Kota Bandar
Lampung Tahun, 2012).
Dari hasil pra survey yang dilakukan penulis di BPS Desi Andriani Amd. Keb
pada tanggal 6 Mei 2015 terdapat 4 bayi baru lahir dan tidak ada yang mengalami
komplikasi. Penulis melakukan survey di BPS Desi Andriani pada tanggal 6-7
Mei 2015 didapatkan 4 bayi baru lahir, dari latar belakang diatas penulis tertarik
untuk memberikan asuhan yang berjudul “ Asuhan Kebidanan Pada Bayi Baru
Lahir terhadap bayi Ny. A Segera Setelah Lahir di BPS Desi Andriani Garuntang
Tahun 2015”.
1.2 Rumusan Masalah
“Bagaimanakah Asuhan kebidanan pada bayi segera setelah lahir terhadap
bayi Ny. A di BPS Desi Andriani Tahun 2015 ?”
1.3 Tujuan penulisan
1.3.1 Tujuan umum
Diperolehnya pengalaman nyata dalam melaksanakan Asuhan Kebidanan pada bayi
segera setelah lahir terhadap Ny.A di BPS Desi Andriani Tahun 2015
1.3.2 Tujuan khusus
1.3.1.1 Penulis mampu untuk dapat melakukan pengkajian data
pada asuhan kebidanan bayi segera setelah lahir terhadap
bayi Ny.A di BPS Desi Andriani pada tahun 2015
1.3.1.2 Penulis mampu untuk dapat menentukan diagnosa
masalah dan kebutuhan pada asuhan kebidanan pada bayi
segera setelah lahir terhadap byi Ny. A di BPS Desi
Andriani pada tahun 2015
1.3.1.3 Penulis mampu untuk dapat mengidentifikasikan diagnosa
masalah potensial pada asuhan kebidanan pada bayi
segera setelah lahir terhadap bayi Ny. A di BPS Desi
Andriani pada tahun 2015
1.3.1.4 Penulis mampu untuk dapat melakukan tindakan segera
dan mengantisipasi masalah dengan melakukan
penanganan atau kolaborasi dengan dokter pada asuhan
kebidanan bayi segera setelah lahir di BPS Desi Andriani
pada tahun 2015
1.3.1.5 Penulis mampu untuk dapat menyusun rencana asuhan
yang menyeluruh pada asuhan kebidanan bayi segera
setelah lahir terhadap bayi Ny. A di BPS Desi Andriani
pada tahun 2015
1.3.1.6 Penulis mampu untuk dapat melaksanakan rencana
asuhan yang menyeluruh pada asuhan kebidanan bayi
segera setelah lahir terhadap bayi Ny. A di BPS Desi
Andriani pada tahun 2015
1.3.1.7 Penulis mampu untuk dapat mengevaluasi hasil dari
asuhan kebidanan pada asuhan kebidanan bayi segera
setelah lahir terhadap bayi Ny. A di BPS Desi Andriani
pada tahun 2015
1.4 Ruang Lingkup
1.4.1 Sasaran
Bayi segera setelah lahir By. Ny. A
1.4.2 Tempat
Di BPS Desi Andriani AMd.keb
1.4.3 Waktu
Dilaksanakan pada tanggal 6-7 Mei 2015
1.5 Manfaat
1.5.1 Institusi Pendidikan
Hasil penelitian dapat menjadi sumber bacaan bagi mahasiswi
Akademi Kebidanan Adila Bandar Lampung dalam menerapkan
ilmu dan sebagai acuan penelitian berikutnya Khususnya pada
bayi segera setelah lahir.
1.5.2 Bagi Lahan Praktek
Hasil study kasus ini diharapkaan dapat membantu lahan dalam
memberikan asuhan kebidanan pada bayi segera setelah lahir dan
mengetahui perkembangan secara nyata dilapangan sesuai teori
yang ada serta dapat dijadikan sebagai bahan bacaan untuk lahan.
1.5.3 Bagi Penulis
Study kasus ini dapat meningkatkan pengetahuan yang didapat
selama perkuliahan serta mengaplikasikan tentang perawatan bayi
segera setelah lahir.
1.6 Metodologi dan Teknik Memperoleh Data
1.6.1 Metodologi penelitian
Dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini penulis menggunakan metode
deskriptif yaitu suatu metode yang dilakukan dengan tujuan utama
untuk membuat gambaran atau deskripsi tentang suatu keadaan secara
objektif. Metode penelitian deskriptif digunakan untuk memecahkan
atau menjawab permasalahan yang sedang dihadapi pada situasi
sekarang. Penelitian ini dilakukan dengan menempuh langkah-langkah
pengumpulan data, klasifikasi, pengolahan/analisis data, membuat
kesimpulan, dan laporan (Notoatmodjo,Soekidjo 2005: h.138).
1.6.2 Tekhnik Memperoleh Data
Tekhnik memperoleh data dalam penulisan karya tulis ilmiah ini adalah:
1.6.2.1 Data primer
a. Wawancara (anamnesis)
Yaitu perbincangan dua arah dengan cara tatap muka dan
pertanyaan yang diajukan mengarah pada data yang
relavan dengan pasien, anamnesis dapat dilakukan dengan
dua cara yaitu:
1) Auto anamnesis
Adalah anamnesis yang dilakukan kepada pasien
langsung.
2) Allo anamnesis
Adalah anamnesis yang dilakukan kepada keluarga
pasien untuk memperoleh data tentang pasien.
(Sulistyawati, Ari dan Nugraheny 2012; h.165-166)
b. Observasi
Pengamatan (observasi) adalah sutau hasil perbuatan jiwa
secara aktif dan penuh perhatian untuk menyadari adanya
rangsangan. Mula-mula ransangan dari luar mengenai
indra dan terjadilah pengindraan, kemudian apabila
ransangan tersebut menarik perhatian akan dilanjutkan
dengan adanya pengamatan. (Notoatmodjo, Soekidjo.2005;
h.93)
1) Pemeriksaan fisik
Pengkajian fisik dapat dipandang sebagai bagian tahap
pengkajian pada proses keperawaan atau ahap
pengkajian/pemeriksaan klinis dari sistem pelayanan.
Pengkajian prinsip keperawatan pada prinsipnya
menggunakan cara-cara yang sama dengan pengkajian
fisik yaitu inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi.
(Prawirohardjo, Sarwono.2010;h.3).
1.2.2.2 Data sekunder
a. Studi Kepustakaan
Dalam metode ini penulis membaca dan mempelajari
buku-buku, literatur-literatur yang berkaitan dengan bayi
baru lahir dan diperoleh dari beberapa buku terbaru dan
informasi dari internet yang “up to date”.
b. Studi dokumenter
Yang dimaksud sumber informasi dokumenter pada
dasarnya adalah bentuk sumber informasi berhubungan
dengan dokumen, baik dokumen-dokumen resmi maupun
tidak resmi. Dokumen resmi adalah semua bentuk
dokumen baik yang diterbitkan atau tidak diterbitkan yang
ada dibawah tanggung jawab instansi resmi misalnya
laporan, statistik, catatan-catatan di dalam kartu klinik dan
sebagainya. Sedangkan dokumentasi tidak resmi adalah
segala dokumen yang berada atau menjadi tanggung jawab
dan wewenang instansi seperti biografi catatan harian dan
semacamnya. (Notoatmodjo, Soekidjo.2005; h.62-63).
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 TINJAUAN TEORI MEDIS
2.1.1 Bayi Baru Lahir
2.1.1.1 Pengertian
Bayi yang lahir dalam presentasi belakang kepala melalui
vagina tanpa memakai alat, pada usia kehamilan genap 37
minggu sampai dengan 42 minggu, dengan berat badan 2500
–4000 gram, nilai Apgar > 7 dan tanpa cacat bawaan
(Rukiyah, Ai Yeyeh dan Lia Yulianti.2010 h.2).
Bayi baru lahir disebut juga dengan neonatus merupakan
individu yang sedang bertumbuh dan baru saja mengalami
trauma kelahiran serta harus dapat melakukan penyesuaian
diri dari kehidupan intrauterin ke kehidupan ektrauterin. Bayi
baru lahir normal adalah bayi yang lahir pada usia kehamilan
37 – 42 minggu dan berat badan 2500 – 4000 gram (Dewi,
Vivian Nany Lia. 2010 h.1).
Neonatus adalah bayi berumur 0 (baru lahir) sampai dengan
usia 1 bulan sesudah lahir. Neonatus dini adalah bayi 0 – 7
hari. Neonatus lanjut adalah bayi berusia 7 – 28 hari
(Muslihatun, wafi nur. 2012 h.2).
2.1.1.0 Ciri – Ciri Bayi Normal
1. Lahir aterm antara 37 – 42 minggu
2. Berat badan 2.500 – 4.000 gram
3. Panjang badan 48 – 52 cm
4. Lingkar dada 30 – 38 cm
5. Lingkar kepala 33 – 35 cm
6. Lingkar lengan 11 – 12 cm
7. Frekuensi denyut jantung 12 – 160 x/menit
8. Pernafasan ±40 – 60 x/menit
9. Kulit kemerah – merahan dan licin karena jaringan subkutan
yang cukup.
10. Rambut lanugo tidak terlihat dan rambut kepala bisanya telah
sempurna.
11. Kuku agak panjang dan lemas.
12. Nilai apgar > 7.
13. Gerak aktif (Tonus otot)
14. Bayi lahir langsung menangis kuat.
15. Reflek rooting ( mencari puting susu dengan rangsangan taktil
pada pipi dan daerah mulut ) sudah terbentuk dengan baik.
16. Reflek sucking (isap dan menelan) sudah terbentuk dengan
baik.
17. Reflek morro (gerakan memeluk bila dikagetkan) sudah
terbentuk dengan baik.
18. Reflek grasping (menggenggam) sudah baik.
19. Genetalia
a) Pada laki – laki kematangan ditandai dengan testis yang
berdada pada skrotum dan penis berlubang.
b) Pada perempuan kematangan ditandai dengan vagina dan
uretra yang berlubang, serta adanya labia minora dan
mayora.
20. Eliminasi baik yang ditandai dengan keluarnya mekonium
dalam 24 jam pertama dan berwarna hitam kecoklatan (Dewi,
Vivian Nany Lia. 2010 h;2).
2.1.2 Penampilan Dan Perilaku Bayi Baru Lahir
a. Kulit Bayi
Perhatikan dengan baik kulit bayi beberapa bayi memiliki
beberapa bintik dikulit mereka. Contohnya, bayi mungkin memliki
bintik besar dan gelap dipunggung bagian bawah dan pantat. Bayi
lain mungkin memiliki binti merah diwajah. Bintik – bintik ini
tidak berbahaya, namun bintik yang seperti bisul merah kecil
kemungkinan besar merupakan tanda infeksi (Rukiyah, Ai Yeyeh
dan Lia Yulianti. 2010 h;61).
b. Warna Kulit Bayi
c. Bayi mestinya memiliki warna kulit yang normal beberapa jam
setelah lahir. Karena itu bidan harus memperhatikan dengan
seksama bila hal – hal ini terjadi : warna kulit bayi masih kebiruan
: jika tangan dan kaki masih kebiruan namun suhu tubuh bayi
hangat, mungkin tidak ada masalah yang serius. Beberapa bayi
bahkan masih memiliki tangan dan kaki yang kebiruan satu atau
dua hari setelah lahir.
Bibir dan wajah masih terlihat biru satu jam setelah lahir,
kemungkinan bayi mengalami masalah dengan jantung atau paru –
paru nya, kemungkinan dia memerlukan oksigen.
Jika kulit bayi terlihat kekuningan, jika bayi terlihat kuning
kurang dari 24 jam setelah lahir bisa jadi dia terkena penyakit
kuning atau infeksi. Segera minta bantuan medis
(Rukiyah, Ai Yeyeh dan Lia Yulianti. 2010 h;61).
d. Kulit Bayi Terlihat Pucat
Bayi telihat pucat dan lemas kemungkinan mengalami anemia
atau masalah kesehatan lainnya. Kebanyakan bayi baru lahr akan
mengalami ruam kulit dalam minggu –minggu pertama. Ruam
biasanya muncul ditempat kult bergesekan dengan baju seperti
lengan, tungkai dan punggung. Tetap bisa juga muncul di wajah.
Ruam ini cenderung menghilang sendiri tanpa pengobatan. Bayi
yang sebetulnya normal akan tampak sedikit kuning pada hari
kedua, yang harus diperhatikan bila kuning muncul sebelum bayi
berusia 24 jam (Rukiyah, Ai Yeyeh dn Lia Yulianti. 2010 h;62)
2.1.3 Tahapan Bayi Baru Lahir
2.1.3.1 Tahap 1 terjadi segera setelah lahir
terjadi segera setelah lahir, selama menit – menit pertama
kelahiran. Pada tahap ini digunakan sistem scoring agar untuk
fisik dan scoring gray untuk interaksi bayi dan ibu.
2.1.3.2 Tahap II disebut tahap transisional reaktivitas
disebut transisional reaktivitas. Pada tahap II dilakukan
pengkajian selama 24 jam pertama terhadap adanya
perubahan perilaku.
2.1.3.3 Tahap IIIdisebut tahap periodik
disebut tahap periodik, pengkajian dilakukan selama 24 jam
pertama yaitu meliputi periksaan seluruh tubuh .
(Dewi, Vivian Nany Lia. 2010 h;3).
2.1.4 Penilaian Saat bayi Segera Setelah Lahir
2.1.4.1 Penilaian bayi
a. Penilaian Sekilas Sesaat Setelah Bayi Lahir
Sesaat setelah bayi baru lahir bidan melakukan penilaian sekilas
unutk menilai kesejahtaraan bayi umum. Aspek yang dinilai
warna kulit dan tangis bayi, jika warna kulit adalah kemerahan
dan bayi dapat menangis spontan maka ini sudah cukup untuk
dijadikan data awal bahwa dalam kondisi baik (Sulistyawati, Ari
dan Nugraheny. 2012 h;118).
b. Menit Pertama Kelahiran
Pertemuan SAREC di Swedia tahun 1985 menganjurkan
penggunaan parameter penilaian bayi baru lahir dengan cara
sederhana yang disebut SIGTUNA (SIGTUNA SCORE),
sesuai dengan nama tempat terjadinya konsensus. Penilaian
cara ini dgunakan terutama untuk tingkat pelayanan kesehatan
dasar karena hanya menilai dua parameter yang penting namun
cukup mewakili indikator kesejahteraan bayi baru lahir.
Sesaat setalah bayi lahir bidan memantau 2 tanda vital bayi
sesuai dengan SIGTUNA skor yaitu upaya bayi unutk bernafas
dan frekuensi jantung (dihitung selama 6 detik, hasil dikalikan
10 sama dengan frekuensi jantung satu menit)
Cara menggunakan SIGTUNA skor :
a. Nilai bayi sesaat setelah lahir (menit pertama )
dengan kriteria penilaian seperti pada tabel.
b. Jumlahkan skor yang didapat
c. Kesimpulan dari total SIGTUNA skor
4 = Asfiksia ringan atau tidak asfiksia
2 – 3 = Asfiksia sedang
1 = Asfiksia berat
0 = Bayi lahir mati / fresh stillbirth
Tabel 2.1 Sigtuna Score
(Sulistyawati, Ari dan Nugraheny. 2012 )
Menit Ke 5 Sampai 10
Segera setelah lahir, bidan mengobservasi keadaan
bayi dengan berpatokan pada APGAR skor dari 5
menit hingga 10 menit
(Sulistyawati, Ari dan Nugraheny.2012 h.118-119).
SKOR 2 1 0
KRITERIA
Pernafasan Teratur Mengap –
mengap
Tidak ada
Denyut
jantung
> 100 < 100 Tidak ada
Tabel 2.2 Apgar Scor
(Sulistyawati, Ari dan Nugraheny. 2012 h.208-209)
Interpretasi :
a. Nilai 1 – 3 asfiksia berat;
b. Nilai 4 – 6 asfiksia sedang;
c. Nilai 7 – 10 asfiksia ringan (normal)
(Dewi, Vivian Nany Lia 2010 h.3).
Aspek Pengamatan
Bayi Baru Lahir
Skor
0 1 2
Appeareance/Warna
Kulit
Seluruh tubuh bayi
berwarna kebiruan atau
pucat.
Warna kulit tubuh
normal, tetapi
tangan dan kaki
berwarna
kebiruan .
Warna kulit
seluruh tubuh
normal.
Pulse/Nadi Denyut jantung tidak
ada
Denyut jantung
<100x/menit
Denyut jantung
>x/menit
Grimace/Respon
Reflek
Tidak ada respon
terhadap stimulasi.
Wajah meringis
saat distimulasi.
Meringis,
menarik, batuk ,
atau bersin saat
stimulasi
Activity /Tonus Otot Lemas, tidak ada
gerakan
Lengan dan kaki
dalam posisi
fleksi dengan
sedikit gerakan.
Bergerak aktif
dan spontan
Respiratory/Pernafas
an
Tidak bernafas,
pernafasan lambat dan
tidak teratur .
Menangis lemah,
terdengar seperti
merintih.
Menangis kuat ,
pernafasan baik
dan teratur
Gambar 2.1.
Manajemen Bayi Baru Lahir
PERSIAPAN
PENILAIAN
1. Apakah bayi cukup bulan?
2. Apakah air ketuban jernih tidak bercampur
mekonium?
3. Apakah bayi menangis atau bernapas?
4. Apakah tonus otot bayi aktif?
Bayi cukup
bulan, ketuban
jernih, menangis
atau bernafas,
tonus otot baik
Bayi tidak cukup
bulan, dan atau
tidak menangis
atau tidak bernafas
atau megap- megap
dan atau tonus otot
tidak baik
Air ketuban
bercampur
mekonium
C
Manajemen air
ketuban
bercampur
mekonium
B
Manajemen
asfiksia bayi baru
lahir
A
Menejemen
bayi baru lahir
normal
Gambar 2.2
Manajemen Bayi Baru Lahir Normal
PENILAIAN
1. Bayi cukup bulan
2. Air ketuban jernih, tidak bercampur
mekonium
3. Bayi menangis atau bernafas
4. Tonus otot bayi baik
Asuhan bayi baru lahir
1. Jaga kehangatan
2. Bersihkan jalan nafas ( bila perlu )
3. Keringkan dan tetap jaga kehangatan
4. Potong dan ikat tali pusat tanpa membubuhi
apapun, kira – kira 2 menit setelah lahir.
5. Lakukan inisia menyusu dini dan kontakn
kulit bayi dengan kontak kulit bayi dengan
kulit ibu.
6. Beri salep mata antibiotic tetrasiklin 1% pada
kedua mata
7. Beri suntikan vitamin k1 1 mg intramuscular,
dip aha kiri anterolateral setelah inisiasi
menyusu dini.
8. Beri imunisasi Hepatitis B 0,5 ml
intramuscular, dipaha kanan, anteroleteral, di
berikan kira – kira 1-2 jam setelah pemberian
vitamin k1
2.1.4.1 Mencegah Kehilangan Panas
a. Keringkan bayi dengan seksama.
b. Mengeringkan dengan cara menyeka tubuh bayi, juga
merupakan rangsangan taktil untuk membantu bayi mulai
pernafasannya.
c. Selimuti bayi dengan dengan selimut atau kain bersih dan
hangat.
d. Ganti handuk atau kain yang telah basah oleh cairan ketuban
dengan selimut atau kain yang baru (hangat, bersih, dan
kering).
e. Selimuti bagian kepala bayi.
f. Bagian kepala bayi memiliki luas permukaan yang relatif luas
dan bayi akan dengan cepat kehilngan panas jika bagian
tersebut tidak ditutupi
(Maryanti, Dwi et.all .2011 h.3).
2.1.4.2 Cara Pemotongan Tali Pusat
a. Setelah plasenta dilahirkan dan kondisi ibu dianggap stabil,
ikat atau jepitkan klem plastik tali pusat pada puntung tali
pusat.
b. Celupkan tangan yang masih menggunakan sarung tangan
kedalam larutan klorin 0,5 % untuk membersihkan darah dan
sekresi tubuh lainnya.
c. Bilas tangan dengan air matang atau disinfeksi tingkat tinggi.
d. Keringkan tangan (sarung tangan) tersebut dengan handuk
atau kain bersih dan kering
e. Ikat tali pusat sekitar 1 cm dari pusar bayi dengan
menggunakan benang disinfeksi tingkat tinggi atau klem
plastik tali pusat (disinfeksi tingkat tinggi atau steril). Lakukan
simpul kunci atau jepitkan secara mantap klem tali pusat
tertentu.
f. Jika menggunakan benang tali pusat, lingkarkan benang
sekeliling ujung tali pusat dan dilakukan pengikatan kedua
dengan simpul kunci dibagian tali pusat pada sisi yang
berlawanannya.
g. Lepaskan klem penjepit tali pusat dan letakkan didalam
larutan klorin 0,5 %.
h. Selimut ulang bayi dengan kain bersih dan kering, pastikan
bahwa bagian kepala bayi tertutup dengan baik
(Maryanti, Dwi et.all. 2011 h.; -6).
2.1.4.3 Rawat Gabung
a. Definisi
Rawat gabung adalah suatu cara perawatan yang menyatukan
ibu beserta bayinya dalam satu ruangan, kamar, atau suatu
tepat secara bersama – sama dan tidak dipisahkan selama 24
jam penuh dalam seharinya
(Dewi,Vivian Nany Lia.2010 h.18)
Suatu sistem perawatan ibu dan bayi bersama – sama atau
pada tempat yang berdekatan sehingga memungkinkan
sewaktu – waktu atau setiap saat ibu tersebut dapat menyusui
bayinya (Muslihatun, wafi nur. 2010 h.22).
b. Tujuan
Tujuan dilakukannya rawat gabung ini adalah sebagai berikut :
1. Ibu dapat menyusi bayinya sedini mungkin dan setiap saat
atau kapan saja saat dibutuhkan.
2. Ibu dapat melihat dan memahami cara perawatan bayi
yang benar seperti yang dilakukan oleh petugas.
3. Ibu mempunyai pengalaman cara perawatan bayi yang
benar seperti dilakukan oleh petugas.
4. Suami dan keluarga dapat dilibatkan secara aktif untuk
mendukung dan membantu ibu dalam menyusui dan
merawat bayinya secara baik dan benar.
5. Ibu dan bayi mendapatkan kehangatan emosional (Dewi,
Vivian Nany Lia. 2010 h.18).
c. Sasaran Dan Syarat
Sasaran dan syarat dilakukannya rawat gabung adalah sebagai
berikut :
1. Bayi lahir spontan, jika bayi lahir dengan tindakan maka
rawat gabung bisa dilakukan setelah bayi cukup sehat.
2. Bayi yang lahir secara sectio caesaria (SC) dengan anestasi
umum, rawat gabung pun dilakukan setelah ibu dan bayi
secara penuh.
3. Bayi tidak asfiksia setelah 5 menit pertama (nilai APGAR
minimal 7).
4. Usia kehamilan 37 minggu atau lebih.
5. Berat lahir 2.000 – 2.500 g atau lebih
6. Tidak terdapat tanda – tanda infeksi intrapartum.
7. Bayi dan ibu sehat
Sementara itu, kodisi – kondisi bayi yang tidak memenuhi
syarat untuk dilakukan rawat gabung adalah sebagai
berikut:
1. Bayi yang sangat prematur.
2. Bayi kurang dari 2.000 – 2.500 g.
3. Bayi dengan sepsis.
4. Bayi dengan gangguan nafas.
5. Bayi dengan cacat bawaan berat.
6. Ibu dengan infeksi berat. (Dewi, 2010 h.18).
d. Manfaat
Manfaat yang bisa didapatkan jika dilakukan rawat gabung
pada ibu dan bai adalah sebagai berikut :
1. Fisik
Bila ibu dekat dengan bayinya, maka ibu akan mudah
untuk melakukan perawtan sendiri. Dengan perawatan
sendiri dan pemberian ASI sedini mungkin, maka akan
mengurangi kemungkinan terjadinya infeksi silang dari
pasien lain dan petugas kesehatan
2. Fisiologis
Bila ibu dekat dengan bayinya, maka bayi akan segera
disusui dan frekuensinya lebih sering. Proses ini
merupakan proses fisiologis yang alami. Di mana bayi
mendapatkan nutrisi alami yang paling sesuai dan baik.
Bagi ibu yang menyusui akan timbul refleks oksitosin
yang dapat membantu proses fisiologis involusi rahim
(Dewi, Vivian Nany Lia. 2010 h.19).
3. Psikologis
Dari segi psikologis akan segera terjalin proses lekat akibat
sentuhan badan antara ibu dan bayi. Hal tersebut akan
berpengaruh besar terhadap pertumbuahn psikologis bayi.
Selain itu, kehangatan tubuh ibu merupakan stimulasi
mental yang mutlak dibutuhkan oleh bayi (Dewi, Vivian
nany Lia. 2010).
4. Edukasi
Ibu akan mempunyai pengalaman yang berguna sehingga
mampu menyusui serta merawat bayinya bila pulang dari
rumah sakit. Selama di RS ibu akan melihat, belajar, dan
mendapat bimbingan mengenai cara menyusi secara
benar, cara merawat payudara, tali pusat, memandikan
bayi, dan sebagainya. Keterampilan ini diharapkan dapat
menjadi modal bagi ibu untuk merawat bayi dan dirinya
setalah pulang dari RS
(Dewi, Vivian Nany Lia. 2010 h.19).
5. Ekonomi.
Pemberian ASI dapat dilakukan sedini mungkin. Bagi
rumah sakit, terutama RS pemeritah, hal tersebut
merupakan suatu penghematan terhadap anggaran
pengeluaran untuk pembelian susu formula, botol susu,
serta peralatan lainnya yang dibutuhkan. Beban perawat
menjadi lebih ringan karena ibu berperan besar dalam
merawat bayinya sendiri sehingga waktu luang dapat di
manfaatkan untuk kegiatan lain
(Dewi, Vivian Nany Lia. 2010 h.19).
6. Medis
Secara medis, pelaksanaan rawat gabung dapat
menurunkan terjadinya infeksi nosokomial pada bayi, serta
menurunkan angka morbilitas dan mortalitas ibu mauapun
bayinya (Dewi, Vivian Nany Lia. 2010 h.19).
e. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Keberhasilan
Rawat Gabung
1. Peran sosial budaya
Kemajuan teknologi, perkembangan industri, urbanisasi,
dan pengaruh kebudayaan barat menyebabkan pergeseran
nilai sosial budaya masyarakat. Memberikan susu formula
dianggap modern karena dapat menyamakan kedudukan
seseorang ibu golongan bawah dengan ibu – ibu golongan
atas. Ketakutan akan mengendurnya payudara
menyebabkan ibu enggan menyusui bayinya. Bagi ibu
yang sibuk dengan urusan diluar rumah, hal ini dapat
menghambat usaha peningkatan penggunaan ASI.
2. Ekonomi
Beberapa wanita memilih bekerja diluar rumah. Hal ini
dilakukan bukan karena tuntutan ekonomi, melainkan
karena status prestise atau memang dirinya dibutuhkan.
3. Peranan Tata Laksana RS/RB
Peranan tata laksana yang menyangkut kebijakan RS/RB
sangat penting, mengingat saat ini banyak ibu
menginginkan untuk bersalin dipelayanan kesehatan yang
lebih baik.
4. Dalam diri ibu sendiri
a. Keadaan gizi ibu.
b. Pengalaman/ sikap ibu terhadap menyusui.
c. Keadaan emosi.
d. Keadaan payudara
e. Peran masyarakat dan pemerintah
5. Kebijakan Pemerintahan RI
a. Setiap bayi berhak mendapatkan air susu ibu eksklusif
sejak dilahirkan selama 6 bulan kecuali indikasi medis
(pasal 128 ayat 1 UU No. 36 tahun 2009 tentang
kesehatan).
b. Selama pemberian ASI, baik pihak keluarga,
pemerintah, pemerintah daerah atau masyarakat harus
mendukung ibu bayi secara penuh dengan penyediakan
waktu dan fasilitas khusus (pasal 128 ayat 2 UU No. 36
tahun 2009 tentang kesehatan).
c. Pembangunan diarahkan pada menigkatnya mutu
sumbur daya manusia (SDM). Modal dasar
pembentukan manusia berkualitas dimulai sejak bayi
dalam kandungan diseetai dengan ait susu ibu (ASI)
sejak usia dini (GBHN 1999 – 2004 dan Program
Pembangunan Nasional – Propenas ).
d. Menganjurkan menyusui secara eksklusif sampai bayi
berusia 6 bulan dan pemberian ASI sampai anak
berusia 2 tahun.
e. Melaksanakan rawat gabun ditampat persalinan milik
pemerintah maupun swasta (Dewi,. 2010).
f. Meningkatan kemampuan petugas kesehatan petugas
kesehatan dalam hal peningkatan pemberian (PP ASI)
sehingga petugas tersebut terampil dalam
melaksanakan penyuluhan pada masyarakat luas.
g. Pencanangan peningkatan penggunaan ASI secara
nasional pada peringatan hari ibu ke – 62 (tahun 1990)
h. Upaya penerapkan sepuluh langka untuk berhasilnya
program menyusui di semua RS, RB, dan puskesmas
dengan tempat tidur
(Dewi, Vivian Nany Lia.2010 h;20).
f. Pelaksanaan Rawat Gabung
Dalam rawat gabung, bayi ditempatkan bersama ibunya dalam
sutu ruangan sedemikian rupa sehingga ibu dapat melihat dan
menjangkaunya kapan saja. Bayi dapat diletakkan ditempat
tidur bersama ibunya atau dalam boks disamping tempat tidur
ibu, yang terpenting adalah ibu harus melihat dan mengawasi
bayinya, saat bayinya menangis karena lapar, kencing atau
digigit nyamuk. Tangis bayi merupakan rangsangan sendiri
bagi ibu untuk memproduksi ASI (Dewi, Vivian Nany
Lia.2010 h.21).
2.1.4.4 Bonding Attachment
a. Pengertian
Menurut brazelton (1978), bonding suatu keterkaitan mutual
pertama antar individu, misalnya antara orang tua dan anak
pada saat pertama kali bertemu. Attachment adalah suatu
perasaan menyayangi atau loyalitas yang mengikat individu
dengan individu lain (Muslihatun, 2010).
Menurut Saxton dan Pelikan (1996) bonding adalah suatu
langkah untuk menungkapkan perasaan afeksi (kasih sayang)
oleh ibu kepada bayinya segera setelah lahir dan attachment
adalah interaksi antara ibu dan bayi secara spesifik sepanjang
waktu
(Dewi, Vivian Nany Lia. 2010 h.36).
b. Tahap – tahap Bonding Attachment
1. Perkenalan (acquaintance), dengan melakukan kontak
mata, memberikan sentuhan, mengajak berbicara, dan
mengeksplorasi segera setelah mengenal bayinya. Menurut
klaus dan keneli (1982), ini merupakan bagian yang
terpenting.
2. Keterikatan (bonding)
3. Attachment , perasaan sayang yang mengikat individu
dengan individu lain
(Dewi, Vivian Nany Lia. 2010 h.37)
c. Elemen – Elemen Bonding Attachment
1. Sentuhan
Sentuhan, atau indera peraba, dipakai secara ektensif oleh
orang tua dan pengasuh lain sebagai suatu saran unutk
mengenali bayi baru lahir dengan cara mengeksplorasi
tubuh bayi dengan ujung jarinya.
2. Kontak mata
Bayi akan menggunakan lebih banyak waktu untuk saling
memandang. Beberapa ibu mengatakan , dengan
melalukan kontak mata meraka merasa lebih dekat dengan
bayinya.
3. Suara
Saling mendengar dan meresponi suara antara orang tua
dan bayinya juga penting. Orang tua menunggu tangisan
pertama bayinya dengan tegang, sedangkan bayi akan
menjadi tenang dan berpaling kearah orang tua mereka
saat orang tua mereka berbicara dengan suara bernada
tinggi.
4. Aroma
Perilaku lain yag terjalin antara orang tua dan bayi ialah
respon terhadap aroma / bau masing – masing. Ibu
mengatahui bahwa setiap anak memiliki aroma yang unik
(porter, cernoch, perry, 1983). Sementara itu bayi belajar
dengan cepat untuk membedakan aroma susu ibunya
5. Entrainment
Bayi baru lahir bergerak – gerak sesuai dengan struktur
pembicara orang dewasa. Bayi menggoyangkan tangan,
mengangkat kepala, menendang – menendangkan kaki,
seperti sedang berdansa mengikuti nada suara orang
tuanya. Entrainment terjadi saat anak mulai berbicara.
Irama ini berfungsi memberi umpan balik positif kepada
orang tua dan menegakkan suatu pola komunikasi efektif
yang positif.
6. Bioritme
Anak yang belum lahir atau baru lahir dapat dikatakan
senada dengan ritme alamiah ibunya. Untuk itu, salah satu
tugas bayi baru lahir ialah membentuk ritme personal
(bioritme). Orang tua dapat membantu proses ini dengan
memberi kasih sayang yang konsisten dan dengan
memanfaatkan waktu sat bayi mengembangkan perilaku
yang responsif. Hal ini dapat meningkatkan interaksi sosial
dan kesempatan bayi untuk belajar.
7. Kontak dini
Saat, ini tidak ada bukti – bukti alamiah yang
menunjukkan bahwa kontak dini setelah lahir merupakan
hal yang penting untuk hubungan orang tua dan anak.
Namun menurut kennel (1982), ada beberapa keuntungan
fisiologis yang dapat diperoleh dari kontak dini,
diantaranya adalah kadar oksitosin dan prolaktin
meningkat, reflek menghisap dilakukan lebih dini,
pembentukan kekebalan aktif dimulai, serta mempercepat
proses ikatan antara orang tua dan anak (Dewi, Vivian
Nany Lia. 2010 h.37).
2.1.4.5 Pemberian ASI Awal
Langkah ini disebut dengan inisiasi menyusui dini (IMD).
Beberapa penelitian membuktikan bahwa IMD membawa banyak
sekali keuntungan untuk ibu dan bayi.
1. Mendekatkan hubungan batin ibu – bayi, karena IMD terjadi
komunikasi batin secara sangat pribadi dan intensif.
2. Bayi akan mengenal ibunya lebih dini sehingga akam
memperlancar proses laktasi.
3. Suhu tubuh bayi stabil karena hipotermi telah dikoreksi panas
tubuh ibunya.
4. Refleks oksitosin ibu akan berfungsi maksimal.
5. Mempercepat produksi ASI, karena sudah mendapat
rangsangan isapan dari bayi lebih awal
(Sulistyawati,Ari dan nugraheny. 2012 h.216).
Prosedur dan gambaran proses IMD
1. Tempatkan bayi diatas perut ibunya dalam 2 jam pertama
tanpa pembatas kain diantara keduanya (skin to skin
contact), lalu selimuti ibu dan bayi dengan selimut hangat.
Posisikan bayi dalam keadaan tengkurap.
2. Setelah bayi stabil dan mulai beradaptasi dengan lingkunan
luar uterus, ia akan mulai mencari puting susu ibunya.
3. Hembuan angin dan panas tubuh ibu akan memancarkan
bau payudara ibu, secara insting bayi akan mencari sumber
bau tersebut.
4. Dalam beberapa menit bayi akan merangkak keatas dan
mencari serta memegang puting susu ibunya, ia akan mulai
mengisap.
5. Selama periode ini tangan bayi akan memassase payudara
ibunya dan selama itu pula refleks pelepasan horrmon
oksitosin ibu akan terjadi.
6. ingat, selama prosedur ini bidan tidak boleh meninggalkan
ibu dan bayi sendirian. Tahap ini sangat penting karena
bayi dalam kondisi siaga penuh. Bidan harus menunda
memandikan bayi, melakukan pemeriksa fisik, maupun
prosedur lain
(Sulistyawati, Ari dan Nugraheny.2012; h.216-217).
2.1.4.6 Pencegahan Infeksi
Pada bayi baru lahir kemungkinan terjadi infeksi amatlah besar,
ini disebabkan karena bayi belum memiliki kemampuan yang
sempurna. Maka pelindungan dari orang lain disekitarnya sangat
diperlukan. Usaha yang dapat dilakukan meliputi peningkatan
upaya hiegenis yang maksimal agar terhindarkan dari
kemungkinan terkena infeksi
(Rukiyah, Ai Yeyeh dan Lia Yulianti. 2012 h.41)
.Bayi baru lahir beresiko tinggi terinfeksi apabila ditemukan : ibu
menderita eklamsia; ibu dengan diabetes mellitus; ibu mempunyai
penyakit bawaan, kemungkinan bayi terkena infeksi berkaitan erat
dengan : (1) riwayat kelahiran : persalinan lama, persalinan
dengan tindakan (ektraksi cunam/vakum, seksio sesarea), ketuban
pecah dini, air ketuban hijau kental; (2) bayi baru lahir trauma
lahir, lahir kurang bulan, bayi kurang mendapatkan cairan dan
kalori, hipotermia pada bayi.
Cara pencegahan infeksi pada neonatus dibagi menjadi berikut:
1. Cara umum :
Pencegahan infeksi bayi sudah harus dimulai dalam masa
antenatal. Infeksi ibu harus diobati dengan baik misalnya
infeksi umum, lokare, dll. Dalam kamar bersalin harus ada
pemisahan yang sempurna antara bagian yang septik dan
bagian yang aseptik. Pemisahan ini mencakup ruangan, tenaga
keperawatan, alat kedokteran dan alat keperawatan. Ibu yang
akan melahirkan sebelum masuk kamar bersalin sebaliknya
dimandikan dahulu dan memakai bayi khusus untuk kamar
bersalin
Pada kelahiran bayi harus diberikan pertolongan secara
aseptik. Suasana kamar bersalin harus sama dengan kamar
operasi. Alat yang digunakan untuk resusitasi harus steril.
Dalam bangsal bayi pun harus ada pemisahan yang sempurna
antara bayi yang baru lahir dengan partus aseptik. Pemisahan
ini harus mencakup tenaga, fasilitas perawatan, dan alat – alat
(Rukiyah, Ai Yeyeh dan Lia Yulianti.2010 h.42-44)
Air susu ibu yang dipompa sebelum diberikan kepada bayi
harus dilakukan secara bersih, setiap bayi harus mempunyai
tempat sendiri untuk berpakaian, temometer obat – obatan,
kasa dan lain – lain. Lantai ruangan harus setiap hari
dibersihkan benar – benar, dan setiap minggu dicuci dengan
menggunakan antiseptikum
(Rukiyah, Ai Yeyeh dan Lia Yulianti. 2010 h.45)
2. Tindakan pencegahan infeksi pada bayi baru lahir secara
umum :
Cara mengurangi risiko infeksi pada bayi sesudah lahir
petugas kesehatan harus melakukan tindakan sebagai berikut :
1. Gunakan sarang tangan dan celemek plastik atau karet
waktu memegang bayi baru lahir samapi dengan kulit bayi
bersih dari darah,mekonium dan cairan.
2. Bersihkan darah dan cairan tubuh bayi lainnya dengan
menggunakan kapas yang direndam didalam air hangat
kemudian keringkan.
3. Bersihkan pantat dan daerah sekitar anus bayi setiap
selesai menggant popok.
4. Gunakan sarung tangan waktu merawat tali pusat.
5. Ajari ibu merawat payudara dan bagaimana cara
mengurangi trauma pada payudara dan puting agar tidak
terjadi mastitis
(Rukiyah, Ai Yeyeh dan Lia Yulianti. 2010 h.46).
3. Pemberian Salep Mata
Pencegahan infeksi dengan menggunakan salep tetrasiklin 1%.
Salep antibiotik tersebut harus diberikan dalam waktu 1 jam
setelah kelahiran. Upaya profilaksis ini tidak efektif jika
diberikan lebih dari 1 jam setelah kelahiran. Berikan salep
mata dalam 1 garis lurus mulai dari bagian mata yang paling
dekat dengan hidung bayi menuju keluar mata. Pada saat
pemberian ujung salep mata tidak boleh menyentuh mata bayi
dan jangan menghapus salep mata dari mata bayi dan anjurkan
keluarga untuk tidak menghapus obat – obat tersebut (JNPK-
KR, 2007) (Rukiyah, Ai Yeyeh dan Lia Yulianti. 2010 h.46-
47).
2.1.4.7 Vit. K
Kejadian perdarahan karena defisiensi vitamin K pada bayi baru
lahir dilaporkan cukup tinggi, berkisar 0,25-0,5%. Untuk
mencegah terjadinya perdarahan tersebut, semua bayi baru lahir
normal cukup bulan perlu diberi vitamin K peoral 1mg/hari
selama 3 hari, sedangkan bayi resiko tinggi diberi Vitamin K
parenteral dengan dosis 0,5-1 mg IM (Prawirohardjo,
Sarwono.2010;.h 135).
2.1.5 Adaptasi Bayi Baru Lahir Terhadap Kehidupan Diluar
Uterus
2.1.5.1 Sistem Pernafasan
Tabel . 2.3 Perkembangan Sistem Pulmonal
Usia Kehamilan Perkembangan
24 hari Bakal paru – paru terbentuk
26 – 28 hari Kedua bronkus membesar
6 minggu Segmen bronkus terbentuk
12 minggu Lobus terdiferensiasi
24 minggu Alveolus terbentuk
28 minggu Surfaktan terbentuk
34 – 36 minggu Struktur paru matang
Rangsangan gerakan pernafan pertama terjadi karean beberapa
hal berikut :
1. Tekanan mekanik dari torak sewaktu melalui jalan lahir (
stimulasi mekanik).
2. Penurunan PaO2 dan peningkatan PaCO2 merangsang
kemoresptor yang terletak disinus karotikus (stimulasi
kimiawi).
3. Rangsanan dingin didaerah muka dan perubahan suhu
didalm uterus (stimulasi sensorik)
4. Reflek deflasi hering breur.
Pernafasan perama pada bayi normal terjadi dalam waktu 30
menit pertama sesudah lahir. Usaha bayi pertama kali untuk
mempertahankan tekanan alveoli, selain karena adanya
surfaktan, juga karena adanya tarikan nafas dan pengeluaran
nafas dengan merintih sehingga udara bisa tertahan didalam.
Cara neonatus bernafas diafragma dan bernafas dengan cara
abdominal, sedangkan untuk frekuensi dan dalamnya bernafas
belum teratur
(Dewi, Vivian Nany Lia. 2010 h.12-13)
2.1.5.2 Peredaran Darah
Setelah bayi lahir, paru akan berkembang yang akan
mengakibatkan tekanan arteriol dalam paru menurun yang dikuti
dengan menurunnya tekanan pada jantung kanan. Kondisi ini
menyebabkan tekanan jantung kiri lebih besar dibandingkan
dengan tekanan jantung kanan, dan hal tersebut membuat foremen
ovale secara fungsional menutup. Hal ini terjadi pada jam – jam
pertama setelah lahir. Oleh karena tekanan dalam paru turun dan
tekanan aorta desenden naik dan juga karena rangsangan biokimia
(PaO2 yang naik ) serta duktus atrteriousus yang berobliterarsi.
Hal ini terjadi pada hari pertama (Dewi, Vivian Nany Lia 2010
h.13).
Aliran darah paru pada hari pertama kehidupan adalah 4 -5 liter
permenit /m2 (Gessner, 1965). Aliran darah sistolik pada hari
pertama rendah yaitu 1,96 liter/menit/m2 dan bertambah pada hari
kedua dan ketiga (3,54 liter/m2) karena penutupan duktus
arteriousus. Tekanan darah pada waktu lahir dipengaruhi oleh
jumlah darah yang melalui transfusi plasenta yang pada jam – jam
pertama sedikit menurun, untuk kemudian naik lagi dan menajdi
konstan kiraa –kira 85/40 mmHg (Dewi, Vivian Nany Lia. 2010
h.13)
2.1.5.3 Suhu Tubuh
Empat kemungkinan mekanisme yang dapat menyebabkan bayi
baru lahir kehilangan panas tubuhnya.
1. Konduksi
Panas dihantarkan dari tubuh bayi kebenda sekitarnya yang
kontak langsung dengan tubuh bayi (pemindahan panas dari
tubuh bayi keobjek lain melalu kontak langsung ). Sebagai
contoh, konduksi bisa terjadi ketika menimbang bayi tanpa
alas timbangan , memegang bayi saat tangan dingin, dan
menggunakan stetoskop dingin untuk pemeriksaan BBL
2. Konveksi
Panas hilang dari tubuh bayi keudara sekitarnya yang sedang
bergerak (jumlah panas yang hilang bergantung pada
kecepatan dan suhu udara). Sebagai contoh, konveksi dapat
terjadi ketika membiarkan atau menempatkan BBL dekat
jendela, atau membiarkan BBL diruangan yang terpasang kipas
angin
3. Radiasi
panas dipancarkan dari BBL keluar tubuhnya kelingkungan
yang lebih dingin (pemindahan panas dari 2 objek yang
mempunyai suhu berbeda). Sebagai contoh, membiarkan BBL
dalam ruangan AC tanpa diberikan pemanas (radiant warmer),
membiarkan BBL berdekatan dengan ruangan yang dingin
(dekat tembok)
(Dewi, Vivian Nany Lia. 2010 h.14).
4. Evaporasi
Panas hilang melalui proses penguapan yang tergantung pada
kecepatan dan kelembapan udara (perpindahan panas dengan
cara mengubah cairan menjadi uap). Evaporasi ini dipengaruhi
oleh jumlah panas yang dipaka, ditingkat kelembadan udara,
dan aliran udara yan
C, maka bayi akan kehilangan panas melalui
konveksi, radiasi, dan evaporasi yang besarnya 200kg/BB,
sedangkan yang dibentuk hanya sepersepuluhnya saja (Dewi,
Vivian Nany Lia. 2010;h.14).
2.1.5.4 Metabolisme
Luas peermukaan tubuh neonatus relatif lebih luas dari tubuh
orang dewasa, sehingga metabolisme basal per kg berat badan
akan lebih besar. Oleh karena itulah, BBL harus menyesuaikan
diri dengan lingkungan baru sehingga energi dapat diperoleh dari
metabolisme karbohidrat dan lemak. Dari jam – jam pertama
kehidupan, energi didapatkan dari perubahan karbohidrat,. Pada
hari kedua, energi berasal dari pembakaran lemak. Setelah
mendapat susu, sekitar dihari keenam energi diperoleh dari lemak
dan karbohidrat yang masing – masing sebesar 60 dan 40 %
(Dewi, Vivian Nany Lia.2010;h.14 ).
2.1.5.5 Keseimbangan Air Dan Fungsi Ginjal
Tubuh BBL mengandung relatif banyak air. Kadar natrium juga
relatif lebih besar dibandingkn dengan kalium karena ruangan
ektraseluler yang luas. fungsi ginjal belum sempurna karena :
a. Jumlah nefron masih belum senyak orang dewasa.
b. Ketidakseimbagan luas permukaan glomerulus dan volume
tubulus proksimal.
c. renal blood flow relatif kurang dibandingakan dengan
orang dewasa (Dewi, Vivian Nany Lia. 2010; h.15).
2.1.5.6 Imunoglobulin
Bayi baru lahir tidak memiliki sel plasma pada sumsum tulang
juga tidak memiliki lamina propia ilium dan apendiks. Plasenta
merupakan sawar, sehingga fetus bebas dari antegen dan stres
imunologs. Pada BBL hanya terdapat gamaglobulin G, sehingga
imunologi dari ibu dapat berpindah melalui plasenta karena berat
molekulnya kecil. Akan tetapi, bila ada infeksi yang dapat melalui
plesenta (lues, tokoplasma ,herpes simpleks, dan lain – lain) reaksi
imunologi dapat terjadi dengan pembentukan sel plasma serta
antibodi gama A, G dan M (Dewi, Vivian Nany Lia. 2010; h.15).
2.1.5.7 Traktus Digestivus
Traktus digentivus relatis lebih berat dan lebih panjang
dibandingkan dengan orang dewasa. Pada neonatus, traktus
digentivus mengandung zat berwarna hitam kehijauan terdiri atas
mukopolisakarida atau disebut juga mekonium. Pengeluaran
mekonium biasanya pada 10 jam pertama kehidupan dan dalam 4
hari setelah kelahiran biasanaya feses sudah berbentuk dan
berwaarna biasa. enzim dalam traktus digentivus biasnya sudah
terdapat pada neonatus, kecuali enzim amilase pankreas (Dewi,
Vivian Nany Lia. 2010 ;h.15).
Kapasitas lambung neonatus sangat bervariasi dan tergantung
pada ukuran bayi, sekitar 30 – 90 ml. Pengosongan dimulai dalam
beberapa menit pada saat pemberian makanan dan selesai antara
2- 4 jam setelah pemberian makanan dan pengosongan
dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain waktu dan volume
makanan, jenis dan suhu makanan serta stres fisik . Neonatus
memiliki enzim lipase dam amylase dalam jumlah sedikit
sehingaan neonatus kehilangan untuk mencerna karbohidrat dan
lemak. Pada waktu lahir, usus dalam keadaan steril hanya dalam
beberapa jam. Terdengar bunyi isi perut dalam 1 jam pertama
kelahiran
(Maryanti, Dwi et.all. 2011 h.20)
Mekonium yang ada dalam usus besar sejak 16 minggu
kehamilan, diangkat dalam 24 jam pertama kehidupan dan benar –
benar dibuang dalam 48 – 72 jam . feses pertama berwarna hijau
kehitam – hitaman, keras, dan mengandung empedu. Pada hari 3 –
5 feses berubah warna menjadi kuning kecoklatan. Begitu bayi
diberi makanan, kotoran berwarna kuning. Kotoran bayi yang
meminum susu botol lebih pucat warnanya, lunak dan berbau agak
tajam. Bayi BAB 4 -6 x sehari (Maryanti, Dwi et.all. 2011 h.20).
Refleks gumoh dan refleks batuk yang matang sudah terbenuk
dengan baik pada saat lahir. Kemampuan neonatus cukup bulan
untuk menelan dan mencerna makanan (selain susu) masih
terbatas. Hubungan antara esophagus bawah dan lambung masih
belum sempurna yang mengakibatkan gumoh neonatus
(Maryanti,Dwi et.all. 2011 h.20 ).
Untuk mengfungsikan otak memerlukan glukosa dalam jumlah
tertentu. Dengan tindakan penjepitan tali pusat dengan klem pada
saat lahir seseorang neonatus harus mulai mempertahankan kadar
glukosa darahnya sendiri. Pada saat neonatus glukosa darah akan
turun dalam waktu cepat (1 – 2 jam). Untuk mengkoreksi
penurunan kadar glukosa dapat dilakukan dengan penggunaan
ASI, menggunakan cadangan glikogen dan melalui pembuatan
glukosa dari sumber lain terutama lemak, nenotus yang tidak
mampu mencerna makanan dengan jumlah yang cukup, akan
membuat glukosa dar glukogen (glikogenisasi) (Maryanti, Dwi
et.all. 2011 h.21).
2.1.5.8 Hati
Segera setelah lahir, hati menunjukkan perubahan kimia dan
morfologis yang berupa kenaikan kadar protein dan penurunan
kadar lemak serta glikogen. Sel hemopoetik juga mulai berkurang,
walaupun dalam waktu yang agak lama. enzim hati belum aktif
brnar pada waktu bayi baru lahir, daya detoksifikasi hati pada
neonatus juga belum sempurna, contoh pemberian obat
klorofenikol dengan dosis lebih dari 50mg/kgBB/hari dapat
menimbulkan grey baby syndrom (Dewi, Vivian Nany Lia. 2010
h.15)
2.1.5.9 Perubahan – Perubahan Sistem Reproduksi
Pada neonatus perempun labia mayora dan labia minora
mengaburkan vestibulum dan menutup klitoris. Pada noenatus laki
– laki preputium biasanya tidak sepenuhnya tertarik masuk dan
testis sudah turun. Pada bayi laki – laki dan perempuan penarikan
estrogen maternal menghasilkan kongesti lokal di dada dan yang
kadang – kadang diikuti oleh sekresi susu pada hari ke 4 atau ke 5
(Maryanti, Dwi.et.all.2011 h.23)
2.1.5.10 Perubahan Sistem Skeletal
Tubuh neonatus kelihatan sedikit tidak proposional, tangan
sedikit lebih panjang dari kaki, punggung neonatus kelihatan
lurus dan dapat ditekuk dengan mudah, neonatus dapat
mengangkat dan memutar kepala ketika menelungkup.
Fontanel posterior tertutup dalam waktu 6 – 8 minggu.
Fontanel anterior tetap terbuka hingga usia 18 bulan
(Maryanti, Dwi.et.all. 2011 h.23).
2.1.5.11 Perubahan Sistem Neuromuskular
Dibandingkan dengan sistem tubuh lain, sistem saraf neonatus
baik secara anatomi maupun fisiologi. Ini menyebabkan
kegiatan refleks pina dan batang otak dengan kontrol minimal
oleh lapisan luar serebrum pada bulan – bulan awal walaupun
interaksi sosial terjadi lebih awal. Setelah nneonatus lahir,
pertumbuhan otak memerlukan persediaan oksigen dan
glukosa yng tetap dan memadai. Otak yang masih muda rentan
terhadap hipoksia, keseimbangan biokimia, infeksi dan
perdarahan
(Maryanti, Dwi.et.all. 2011 h.23)
2.1.5.12 Keseimbangan Asam Basa
Tingkat keasaman (pH) dara pada waktu lahir umumnya
rendah karena glikolisis anaerobik. Namum, dalam waktu 24
jam, noenatus telah mengompensasi asisosis ini
(Dewi, Vivian Nany Lia. 2010 h.15).
2.1.6 Reflek Pada Bayi
a. Refleks kedipan (glabelar reflex)
Merupakan respon terhadap cahaya terang yang mengindikasikan
normalnya saraf optik
b. Refleks menghisap (rooting reflex)
Merupakan refleks bayi yang membuka mulut atau mencari puting
saat akan menyusui
c. Sucking reflex
Yang dilihat saat waktu bayi menyusu
(Dewi, Vivian Nany Lia.2010 h.25-26).
d. Reflek menelan (swallowing)
Dimana ASI dimulut bayi mendesak otot daerah mulut dan faring
sehingga mengaktifkan refleks menelan dan mendorong ASI
kedalam lambung (JNPK-KR, 2007)
(Rukiyah, Ai Yeyeh dan Lia Yulianti. 2012 h.63).
e. Tonick neck reflex
Letakkan bayi dalam posisi telentang, putar kepala bayi ke satu sisi
dengan badan ditahan, ektremitas terektensi pada sisi kepala yang
diputar, tetapi ektremitas pada sisi lain fleksi. Pada keadaan
normal, bayi akan berusaha unutk mengembalikan kepala ketika
diputar kesisi pengujian saraf asensori
(Dewi, Vivian Nany Lia. 2010 h.25).
f. Grasping reflex
Normalnya bayi akan menggenggam dengan kuat saat pemeriksaan
meletakkan jari telunjuk pada palmar yang ditekan dengan kuat
(Dewi, Vivian Nany Lia.2010 h.26).
g. Refleks moro
pemeriksa menyangga pada punggung dengan posisi 45 derajat,
dalam keadan rileks kepala dijatuhkan 10 derajat. Normalnya akan
terjadi abduksi sendi bahu dan ekstensi lengan
(Dewi, Vivian Nany Lia. 2010 h.26).
h. Walking reflex
Bayi akan menunjukan respons berupa gerakan berjalan dan kaki
akan bergantian dari fleksi ke ektensi
(Dewi, Vivian Nany Lia. 2010 h.26).
i. Babibsky reflex
Dengan menggoreskan telapak kaki, dimulai dari tumit lalu gores
pada sisi lateral telapak kaki kearah atas kemudian gerakkan jari
sepanjang telapak kaki
(Dewi, Vivian Nany Lia. 2010 h.26).
j. Startle reflek
Reaksi emosional berupa hentakan dan gerakan seperti menerjang
pada lengan dan tangan dan sering diikuti dengan tangis (Rukiyah,
Ai Yeyeh dn Lia Yulianti 2010 h.63).
2.1.7 Tanda – Tanda Bahaya Bayi
Jika meneukan kondisi ini harus segera dilakukan pertolongan dan
orang tua harus mengetahui seperti :
a. Pernafasan sulit atau lebih dari 60 x permenit.
b. C ) atau telalu C ).
c. Kulit bayi kering (terutama 24 jam pertama) biru, pucat atau
memar.
d. Hisapan saat menyusui lemah, rewel, sering muntah, mengantuk
berlebihan.
e. Talipusat merah, bengkak, keluar cairan, berbau busuk, berdarah.
f. Tanda – tanda infeksi seperti suhu tubuh meningkat, merah
bengkak, bau busuk, keluar cairan, pernafasan sulit.
g. Tidak BAB dalam 3 hari, tidak BAK dalam 24 jam, tinja
lembek/encer, sering berwarna hijau tua, ada lendir atau darah.
h. Mengigil, rewel, lemas mengantuk, kejang, tidak bisa tenang,
menangis terus – menerus
(Rukiyah, Ai Yeyeh dan Lia Yulianti.2010 h.73).
2.2 Tinjauan Teori Asuhan Kebidanan
Dokumentasi asuhan bayi baru lahir merupakan bentuk catatan dari
asuhan kebidanan yang dilaksanakan pada bayi baru lahir sampai 24
jam setelah kelahiran yang meliputi pengkajian, pembuatan diagnosis,
pengidentifikasian masalah terhadap tindakan segera dan kolaborasi
kebidanan dengan dokter atau tenaga kesehatan lain, serta penyusunan
asuhan kebidanan dengan tepat dan rasional berdasarkan keputusan
yang dibuat pada langkah sebelumya (Wildan, muh Hidayat.2008
h.73).
Manajemen asuhan kebidanan pada bayi baru lahir :
2.2.3 Mengumpulkan data
Data yang dikumpulkan pada pengkajian asuhan bayi baru lahir
adalah sebagai berikut:adaptasi bayi baru lahir melalui penilaian
APGAR Score;pengkajian keadan fisik mulai kepala seperti ubun-
ubun,sutura,moulage,caput succedaneum atau cephal haematoma,
lingkar kepala,pemeriksaan telinga(untuk menentukan hubungan letak
mata dan kepala);tanda infeksi pada mata,hidung dan mulut seperti
pada bibir dan langitan ada tidaknya sumbing,refleks sumbing,reflek
isap;pembengkakan dan benjolan pada leher;bentuk dada;putting
susu;bunyi nafas dan jantung; gerakan bahu;lengan dan tangan;jumlah
jari;reflek moro;bentuk penonjolan sekitar tali pusat;jumlah pembuluh
pada tali pusat;adanya benjolan pada perut,testis(dalam
skrotum),penis,ujung penis;pemeriksaan kaki dan tungkai terhadap
gerakan normal;ada tidaknya spina bifida,spincter ani, verniks pada
kulit;warna kulit,pembengkakan atau bercak hitam(Tanda
lahir);pengkajian faktor genetik;riwayat ibu mulai antenatal,intranatal
sampai pospartum,dan lain-lain. (Wildan, muh Hidayat.2008.h.74)
1. Data subjektif
a. Biodata
1) Nama
Selain sebagai identitas, upayakan agar bidan
memanggil dengan nama panggilan sehingga
hubungan komunikasi antara bidan dan pasien
lebih akrab
(Sulistiyawati,Ari Nugraheny 2012 h.220).
2) Usia / tanggal lahir
Data ini ditanyakan untuk menentukan apakah
ibu dalam persalinan berisiko karena usia atau
tidak
(Sulistiyawati,Ari Nugraheny 2012 h.220).
3) Agama
Sebagai dasar bidan dalam memberikan
dukungan mental dan spiritual terhadap pasien
dan keluarga sebelum dan saat persalinan
(Sulistiyawati,Ari Nugraheny 2012 h.221).
4) Pendidikan terakhir
Sebagian besar bidan untuk mentukan metode
yang paling tepat dalam penyampaian informasi
mengenal teknik melahirkan bayi. Tingkat
pendidikan ini akan sangat memperngaruhi
daya tangkap pasien terhadap instruksi yang
diberikan bidan pada proses persalinan
(Sulistiyawati,Ari Nugraheny 2012 h.221).
5) Pekerjaan
Data ini menggambarkan tingat sosial ekonomi,
pola sosialisasi, dan data pendukung dalam
menentukan pola komunikasi yang akan dipilih
selama asuhan (Sulistiyawati,Ari Nugraheny
2012. h.221)
6) Suku / bangsa
Data ini berhubungan dengan sosial budaya
yang dianut oleh pasien dan keluarga yang
berkaitan dengan persalinan
(Sulistiyawati,Ari Nugraheny 2012 h.221).
7) Alamat
Selain sebagai data mengenai distrbusi lokasi
pasien, data ini juga memberi gambaran
mengenani jarak dan waktu yang ditempuh
pasien menuju lokasi persalinan. Ini mungkin
berkaitan dengan keluhan terakhir, atau tanda
persalinan yang disampaikan dengan patokan
saat terakhir sebelum berangkat kelokasi
persalinan (Sulistiyawati,Ari Nugraheny. 2012.
h.221).
b. Riwayat pasien
Riwayat kesehatan bayi baru lahir yang penting dan harus
juga dikaji, antara lain :
1. Faktor genetik, meliputi kelainan / gangguan metababolik
pada keluarga dan sindroma generik.
2. Faktor matenal (ibu), meliputi adanya penyakit jantung,
diabetes mellitus, penyakit ginjal, penyakit hati,
hipertensi, penyakit kelamin, riwayat penyaniayaan,
riwayat abortus, RH/isoimunisasi (Muslihatun, wafi nur.
2010 252).
3. Faktor antenatal, meliputi pernah ANC/tidak, adanya
riwayat perdarahan, preeklamsia, infeksi, perkembangan
janin terlalu besar / terganggu, diabetas gestasional, poli /
oligohidramnion
(Muslihatun, wafi nur. 2010 h.252).
4. Faktor perinatal, meliputi prematur / postmatur, partus
lama, penggunaan obat selama persalinan, gawat janin,
suhu ibu meningkat, posisi janin tidak normal, air ketuban
pecah dini (KPD), perdarahan dalam persalinan,
prolapsus tapi pusat, ibu hipotensi, asidosis janin, jenis
persalinan
(Muslihatun,wafi nur. 2010 h.252).
2. Data Objektif
Melakukan pengkajian dengan mengumpulkan data yang
dibutuhkan untuk mengevaluasi keadaan bayi baru lahir.
Pengkajian pada bayi baru lahir dibagi menjadi 2 bagian
yaitu pengkajian segera setelah lahir, dan pengkajian
keadaan fisik unutk memastikan bayi dalam keadaan
normal atau mengalami komplikasi
Langkah Data yang dikumpulkan pada pengkajian asuhan
bayi baru lahir adalah sebagai berikut :
a. Adaptasi bayi baru lahir melalui penilaian APGAR
score (wildan, muh Hidayat. 2008; h.74).
b. Pengkajian keadaan fisik melalui :
1. Kepala
Ubun – ubun besar, ubun – ubun kecil, sutura ,
moulase, caput succedaneum, cephal haematoma,
hidrosepalus, rambut meliputi : jumlah, warna dan
adanya lanugo pada bahu dan punggung.
2. Muka
Tanda – tanda paralisis
3. Mata
Ukuran, bentuk (strabismus, pelebaran, epicanthus)
dan kesimetrisan, kekeruhan kornea, katarak
kongenital, trauma, keluar nanah, bengkak pada
kelopak mata, perdarahan subkonjungtiva.
4. Telinga
Jumlah, bentuk, posisi, kesimetrisan letak,
dihubungkan dengan mata dan kepala serta adanya
gangguan pendengaran.
5. Hidung
Bentuk dan lebar hidung, pola pernafasan,
kebersihan.
6. Mulut
Bentuk simetris/tidak, mukosa mulut kering/basah,
lidah, palatum, bercak putih pada gusi, refleks
menghisap, adakah labio/palatoskisis, trush,
sianosis.
7. Leher
Bentuk simetris/tidak, adakah pembengkakan dan
benjolan, kelainan tiroid, hemangioma, tanda
abnormalitas kromoson dan lain – lain.
8. Klavikula dan lengan tangan
Adakah fraktur klavikula, gerakan, jumlah jari.
9. Dada
Bentuk dan kelainan bentu dada, puting susu,
gangguan pernafasan, auskultrasi bunyi jantung
dan pernafasan.
Penonjolan sekitar tali pusat pada saat menangis,
perdarahan tali pusat, jumlah pembuluh darah pada
tali pusat, dinding perut dan adanya benjolan,
distensi, gastroskisis, omfalokel, bentuk
simetris/tidak, palpasi hati, ginjal.
10. Genetalia
Kelamin laki – laki : panjang penis, testis sudah
turun berada dalam skorotum, orifisium uretrae
diujung penis, kelainan (fimosis,
hipospadia/epispadia). Kelamin perempuan : labia
mayora dan labia minora, klitoris, ofisium uretra,
sekret, dan lain – lain.
11. Tungkai dan kaki
Gerakan, bentuk simetris/tidak, jumlah / tidak,
jumlah jari, pergerakan, pes equinovarus /pes
equinovalgus.
12. Anus
Berlubang / tidak, posisi, fungsi spingter ani, adanya
atresia ani, meconium plug syndrom, megacolon.
13. Punggung
Bayi tengkurap, raba kurvatura kolumna vetebralis,
skoliosis, pembengkakan, spina bifida,
mielomeningokel, lesung/ bercak berambut, dan
lain – lain.
14. Pemeriksaan kulit
Warna kulit dan adanya vernick kaseosa,
pembengkakan atau bercak hitam, tanda lahir /
tanda mongol.
15. Reflek
Berkedip, babiski, merangkak menari/ melangkah,
ekstrusi, galant’s, moro’s, neck righting, palmar
grasp, rooting startle, menghisap, tonic neck.
2.2.4 Melakukan interprestasi data dasar
Interprestasi data dasar yang akan dilakukun adalah beberapa data
yang ditemukan pada saat pengkajian bayi baru lahir
Seperti;
Diagnosa:Bayi kurang bulan sesuai dengan masaa kehamilan
Masalah:ibu kurang informasi
Ibu tidak pernah ANC. (Wildan, muh Hidayat.2008;.h.74)
2.2.5 Melakukan identifikasi diagnosis atau masalah potensial dan
mengatisipasi penanganannya
Beberapa hasil dari interprestasi data dasar dapat digunakan untuk
mengindentifikasi diagnosis atau masalah potensial kemungkinan
sehingga akan ditemukan beberapa diagnosis atau masalah potensial
pada bayi baru lahir serta antisipasi terhadap masalah yang
timbul.(Wilda,muh Hidayat.2008;.h.74)
2.2.6 Menetapkan kebutuhan terhadap tindakan segera atau masalah
potensial pada bayi baru lahir.
Langakah ini di lakukan untuk mengantisipasi dan melakukan
konsultasi dan kolaborasi dengan tim kesehatan lain berdasarkan
kondisi pasien.(Wildan,muh Hidayat.2008;.h 75)
2.2.7 Menyusun rencana asuhan yang menuyeluruh penyusunan
recana asuhan secara menyeluruh pada bayi baru lahir umumnya
a. Rencanakan untuk mempertahankan suhu tubuh bayi agar tetap
hangat dengan melaksanakan kontak anatara kulit ibu dan
bayi,periksa setiap 15 menit telapak kaki dan pastikan dngan periksa
suhu aksila bayi.
b. Rencanakan perawatan mata dengan menggunakan obat mata
eritromrtrin 0,5% atau tetrasiklin 1% untuk pencegahan penyakit
menular seksual.
c. Rencanakan untuk mmberikan indentitas bayi dengan memberikan
gelang yang tertulis nama bayi/ ibunya,tanggal lahir,nomor,jenis
kelamin,ruang/unit.
d. Tunjukan bayi dengan orang tua.
e. Segera kontak dengan ibu kemudian dorong untuk melakukan
pemberian ASI.
f. Berikan vitamin k1 per oral 1 mg/ hari selama tiga hari untuk
mencegah perdarahan pada bayi normal,bayi beresiko tinggi melalui
parenteral dengan dosis 0,5-1 mg intramuscular.
g. Lakukan perawatan tali pusat.
h. Berikan konseling tentang menjaga kehangatan bayi, pemberian
ASI,perawatan tali pusat, dan tanda bahaya umum.
i. Berikan imunisasi seperti BCG,POLIO,dan Hepatitis B.
j. Berikan perawatan rutin dan ajarkan pada ibu
.(Wildan,muh Hidayat.2008;h75)
2.2.8 Melaksanakan perencanaan.
Tahap ini dilakukan dengan melaksanakan rencana asuhan kebidanan
yang menyeluruh dan dibatasi oleh standar asuhan kebidanan pada
bayi baru lahir.(Wildan,muh Hidayat.2008;.h 75).
2.2.9 Evaluasi
Evaluasi pada bayi baru lahir dapat menggunakan bentuk SOAP.
2.3 Landasan Hukum Kewenangan Bidan
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) Nomor
1464/Menkes/Per/X/2010 tentang Izin dan Penyelenggaran Praktik Bidan,
kewenangan yang dimiliki bidan meliputi:
2.3.1 Kewenangan normal:
2.3.1.1 Pelayanan kesehatan ibu
2.3.1.2 Pelayanan kesehatan anak
2.3.1.3Pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga
berencana
2.3.2 Kewenangan dalam menjalankan program Pemerintah
2.3.3 Kewenangan bidan yang menjalankan praktik di daerah yang tidak
memiliki dokter.
Kewenangan normal adalah kewenangan yang dimiliki oleh seluruh
bidan. Kewenangan ini meliputi:
Pelayanan kesehatan anak
a. Ruang lingkup:
1. Pelayanan bayi baru lahir.
2. Pelayanan bayi.
3. Pelayanan anak balita.
4. Pelayanan anak pra sekolah.
b. Kewenangan:
1. Melakukan asuhan bayi baru lahir normal termasuk resusitasi,
pencegahan hipotermi, inisiasi menyusu dini. (IMD), injeksi
vitamin K 1, perawatan bayi baru lahir pada masa neonatal (0-
28 hari), dan perawatan tali pusat.
2. Penanganan hipotermi pada bayi baru lahir dan segera
merujuk.
3. Penanganan kegawatdaruratan, dilanjutkan dengan perujukan.
4. Pemberian imunisasi rutin sesuai program Pemerintah.
5. Pemantauan tumbuh kembang bayi, anak balita dan anak pra
sekolah.
6. Pemberian konseling dan penyuluhan.
7. Pemberian surat keterangan kelahiran.
8. Pemberian surat keterangan kematian.
BAB III
TINJAUAN KASUS
ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI BARU LAHIR
TERHADAP BY NY. A SEGERA SETELAH LAHIR
DI BPS DESI ANDRIANI S.ST
BANDAR LAMPUNG
TAHUN 2015
Tanggal : 06 Mei 2015
Jam : 22.50 wib
Tempat : Di BPS Desi Andriani
Oleh : Ike Rahayu M
A. Data Subjektif
1. Anamnesa
a. Bayi
Nama bayi : By Ny A
Tgl lahir : 06 Mei 2015
Jam : 22.50WIB
Jenis : Perempuan
b. Orang tua
Ibu Ayah
Nama : Ny. A Tn. T
Umur : 37 tahun 37 tahun
Suku : Jawa/Indonesia Jawa/Indonesia
Agama : Islam Islam
Pendidikan : SMA SMA
Pekerjaan : IRT Swasta
Alamat : Jl.Dr Warsito kupang kota teluk betung
1. PENFKAJIAN
A. DATA SUBJEKTIF
1. Riwayat antenatal
G4P3A0 Umur kehamilan 38 minggu 5 hari
Riwayat ANC : Teratur, 8 kali di BPS Desi Andriani
1 kali dengan dr spOG.
2. Keluhan saat hamil : TM 1: mual muntah
TM2 : tidak ada
TM3 : Sering BAK
3. Penyakit selama kehamilan
a. Diabetes militus : tidak ada
b. Hepatitis : tidak ada
c. Tuberkolosis : tidak ada
d. HIV/AIDS : tidak ada
4. Kebiasaan
a. Minum jamu/obat : tidak ada
b. Merokok : tidak ada
5. Komplikasi
a. Hiperemesis :tidak ada
b. Perdarahan : tidak ada
c. Preeklampsia : tidak ada
d. Eklampsia : tidak ada
e. Infeksi : tidak ada
B. DATA OBJEKTIF
1. Pemeriksaan Umum
Keadaan umum : baik
Warna kulit : kemerahan
Menangis : spontan
Tonus aktif : aktif
Data penunjang
1. Komplikasi janin
a. IUGR : tidak ada
b. Polihidramnion : tidak ada
c. Oligohidramnion : tidak ada
d. Gemelli : tidak ada
2. Riwayat intranatal
Lahir tanggal 06 Mei 2015 pukul 22.50 WIB
Jenis persalinan spontan, penolong bidan
Lama persalinan
Kala 1 : 6 jam 15 menit
Kala 2 : - 30 menit
Kala 3 : - 10 menit
Kala 4 : 2 jam -
Lamanya : 8 jam 55 menit
3. Komplikasi ibu
a. Hipertensi : tidak ada
b. Partus lama : tidak ada
c. Penggunaan obat : tidak ada
d. Infeksi/suhu badan naik : tidak ada
e. KPD : tidak ada
f. Perdarahan : tidak ada
4. Komplikasi janin
a. Premature/postmatur : tidak ada
b. Malposisi/malpresentasi : tidak ada
c. Gawat janin : tidak ada
d. Prolaps tali pusat : tidak ada
e. Ketuban campur mekoneum : tidak ada
f. Keadaan bayi baru lahir : baik
Tabel 3.1
MATRIKS
Tgl/
Jam
Pengkajian Interprestasi
Data
(diagnosa,
Masalah,
Kebutuhan)
Dx potensial/
Masalah
potensial
Antisipasi/
Tindakan
Segera
Intervensi Implementasi Evaluasi
1.06
mei
2015
Pukul;
22.50
wib
2.
pukul
22.57
wib
Ds.: ibu
mengatakan
senang atas
kelahiran
bayinya
Do:
-warna kulit
kemerahan
-tonu otot aktif
-menangis kuat
DX.:Bayi Ny.A segera
setelah lahir cukup
bulan sesuai masa
kehamilan.
Ds : ibu mengatakan
UK 37 minggu 6 hari
DO :ibu mengatakan
Bayi lahir tanggal 06-
05-2015
Pukul 22.50 wib
Tidak ada Tidak ada 1. Letakan bayi di
atas perut ibu
lalu Keringkan
Tubuh Bayi
Menggunakan
Kain Bersih
Dan Kering
2. Lakukan
pemotongan
dan
pengikatanpada
tali pusat
1. Mengeringkan bayi mulai
dari muka, kepala dan
bagian tubuh lainya.
Kemudian ganti kain
basah dengan kain yang
kering.
2. 2. Melakukan
pemotongan tali pusat
dengan cara tali pusat
diurut kearah bayi sekitar
3cm lalu di klem
kemudian lakukan
pengurutan kembali kea
rah ibu 3cm dari klem
pertama kemudian
lakukan pemotongan lalu
di jepit dengan klem
1. Tubuh bayi telah kering.
2. Tali pusat telah terikat
3. Handuk teah diganti
3.
Pukul
23.00
wib
4.
pukul
23.02
wib
3. Ganti handuk
dengan handuk
kering
4. Lakukan IMD
DTT/steril 3 cm dari (
pangkal pusat ) bayi.
Dari titik jepitan, tekan
tali pusat dengan dua jari
lalu urut kea rah ibu ,
kemudian jepit dengan
klem ke dua pada bagian
yang sudah di urut
berjarak 2 cm dari arah
jepitan yang pertama.
Lalu potong tali pusat
dan mengikatnya.
3. Mengganti handuk
yang basah dengan
handuk yang
kering
4. Melakukan IMD
dalam keadaan ibu
dan bayi tidak
memakai buju,
tengkurapkan bayi
didada ibu agar
terjadi sentuhan
kulit ibu dan bayi
dan kemudian
selimuti keduanya
agar tidak
kedinginan.
4. IMD telah dilakukan selama 1 jam
5. Beri salep mata
tetracylin
Anjurkan ibu untuk
memberikan
sentuhan kepada
bayi untuk
meragsang bayi
mendekati puting
ibu lalu biarkan
bayi mencari
sendiri puting susu
ibunya. biarkan
kulit bayi
bersentuhan
langsung dengan
kulit ibunya
minimal 1 jam
walaaupun proses
menyusui telah
terjadi. Bila belum
terjadi proses
menyusu hingga 1
jam, biarkan bayi
berada di dada ibu
sampai proses
menyusui pertama
selesai. Dan saat
melakukan
penilaian reflek
pada bayi yang
meliputi dengan
hasil :
1. Rooting (+),
pada saat bayi
menyusu
2. Sucking(+)
pada saat bayi
5. Salep mata telah diberikan.
5.
pukul
24.00
wib
6.
pukul
07.06
Wib
7.
07.08
. wib
6. Injeksi vitamin
k
7. Ukur
antropometri
pada bayi
menyusu
3. Swallowing
(+) pada saat
bayi menyusu
5. Memberi salep
mata tetracylin dari
mata dekat hidung
menuju bagian luar
dengan dosis 1 %
diberikan untuk
mencegah infeksi
pada mata bayi,
karena pada saat
persalinan mata
bayi menyentuh
jalan lahir yang
banyak terdapat
bakteri.
6. Memberikan
injeksi vitamin k 1
injeksi 1 mg
intramuskuler
untuk mencegah
terjadinya
perdarahan
7. Mengukur
antropometri pada
bayi
6. Vitamin K telah diberikan.
7. Bayi telah diukur antropometri
dengn hasil sebagai berikut :
BB :3600 gram
PB :52 cm
LK : 34 cm
LD : 33 cm
Lila : 11 cm
8. Hasil dari pemeriksaan umum pada
8.
pukul
07.10
Wib
9.
pukul
07.15
wib
8. Lakukan
pemeriksaan
umum pada
bayi
9. Lakukan
pemeriksaan
fisik pada bayi
secara head to
toe
8. Melakukan
pemeriksaan umum
pada bayi,
9. Melakukan
pemeriksaan fisik
secara head to toe
bayi dalam keadaan norrnal. Yang
didapatkan hasil sebagai berikut :
warna kulit : kemerahan
turgor kulit : elastis
gerakan : aktif
tonus otot : baik
Pernapasan :40 x/menit
suhu axila : 36 ,5°c
denyut jantung : 140 x/menit
9. Pemeriksaan fisik telah dilakukan
dan didapatkan hasil yaitu :
a. Kepala
Ubun-ubun:datar
Caputsuccedaneum : tidak ada
Cepal haematoma : tidak ada
b. Muka : simetris kanan dan kiri
c. Mata
Simetris : simetris kanan dan
kiri
Kelopak mata : ada
Secret : tidak ada
Sklera : putih
d. Telinga
Simetris : simetris
Lubang ; ada
e. Hidung
Lubang : ada
Septum : ada
f. Mulut
Sianosis : tidak ada
Mukosa : lembab
Labioskisis : tidak ada
Palatoskizis: tidak ada
g. Leher: tidak ada pembesaran
h. Klavikula dan lengan tangan
Gerakan : aktif
Jumlah jari : lengkap
i. Dada
Bentuk : simetris
Puting susu : ada
Auskultasi : tedengar lup dup
j. Abdomen
Tali pusat : tdak ada
perdarahan
Kelainan : tidak ada
k. Genetalia
Laki- laki
l. Anus : positif
m. Tungkai dan kaki : simetris
kanan dan kiri
n. Gerakan : aktif
o. Jumlah jari lengkap normal
p. Punggung
Bentuk : simetris
Kelainan : tidak ada
q. Reflek
Moro :positif
Rooting : positif
Sucking :positif
10.
pukul
07.25
wib
11.
pukul
08.00
wib
10. Bedong bayi
11. Beri bayi
kepada ibu
untuk rawat
gabung
10. Membedong bayi
untuk mencegah
hipotermi pada
bayi
11. Memberikan bayi
pada ibu untuk
rawat gabung agar
lebih terjalin ikatan
batin antara ibu
Swalowing : positif
Graps : positif
Tonickneck : positif
Babinski : positif
10. Bayi telah dibedong
11. Bayi telah bersama ibunya.
dan anak. Selain itu
agar ibu lebih
mudah
memberikan asi
pada bayinya, serta
dapat mengurangi
kemungkinan
adanya perasaan
bahwa ibu tidak
mampu merawat
bayinya
12. 12. 12.
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Pengkajian
Pada pengkajian yang dilakukan untuk menyimpulkan data dasar tentang
keadaan pasien pada By. Ny. A dengan Asuhan kebidanan pada bayi baru
lahir terhadap By. Ny. A segera setalah lahir di BPS Desi Andriani
Bandar Lampung Tahun 2015, didapatkan hasil sebagai berikut :
4.1.1 Data Objektif
4.1.1.1 Warna Kulit
1. Tinjauan Teori
Bayi mestinya memiliki warna kulit yang normal
beberapa jam setelah lahir (Rukiyah, Ai Yeyeh dan Lia
yulianti.2010). Sesuai apgar score nilai Appreance /
Warna Kulit normal adalah Warna kulit seluruh tubuh
normal
(Sulistyawati, Ari dan Nugraheny 2012).
Aspek yang dinilai warna kulit dan tangis bayi, jika
warna kulit adalah kemerahan dan bayi dapat
menangis spontan maka ini sudah cukup untuk
dijadikan data awal bahwa dalam kondisi baik
(Sulistyawati, Ari dan Nugraheny.2012).
2. Tinjauan Kasus
Pada kasus ini By. Ny. A segera setelah lahir warna
tubuh kemerahan.
3. Pembahasan
Pada tinjauan teori dan tinjauan kasus tidak terdapat
kesenjangan karena By. Ny. A lahir dengan warna kulit
kemerahan itu menandakan bayi dalam keadaan
normal.
4.1.1.2 Pernafasan / Menangis Spontan
1. Tinjauan Teori
Sesaat setelah bayi baru lahir bidan melakukan
penilaian sekilas untuk menilai kesejahtaraan bayi
umum. Aspek yang dinilai warna kulit dan tangis bayi,
jika warna kulit adalah kemerahan dan bayi dapat
menangis spontan maka ini sudah cukup untuk
dijadikan data awal bahwa dalam kondisi baik
(Sulistyawati, Ari dan Nugraheny.2012).
2. Tinjauan Kasus
Dari kasus ini By. Ny. A segera setalah lahir langsung
menangis spontan.
3. Pembahasan
Dari tinjauan teori dan tinjauan kasus tidak terjadi
kesenjangan karena By. Ny. A langsung menagis
spontan segera setalah lahir ini menandakan bayi
dalam keadaan normal.
4.1.1.3 Tonus Otot / Tingkat Kesadaran
1. Tinjauan Teori
Tonus otot merupakan gerakan aktif segera setelah lahir
dan Rentang normal tingkat kesadaran bayi baru lahir
adalah mulai dari diam hingga sadar penuh dan dapat
ditenangkan jika rewel (Muslihatun, wafi nur. 2010).
2. Tinjauan kasus
Dari kasus ini By. Ny.A segera setelah lahir bergerak
aktif secara spontan.
3. Pembahasan
Dari tinjauan teori dan tinjauan kasus tidak terdapat
kesenjangan karena By. Ny. A bergerak aktif dan
spontan segera setalah lahir dan itu menandakan bayi
dalam keadaan normal.
4.1.1.4 Usia Kehamilan
1. Tinjauan Kasus
Bayi lahir normal adalah Bayi yang lahir dalam
presentasi belakang kepala melalui vagina tanpa
memakai alat, pada usia kehamilan genap 37 minggu
sampai dengan 42 minggu, dengan berat badan 2500–
4000 gram, nilai Apgar > 7 dan tanpa cacat bawaan
(Rukiyah, Ai yeyeh dan Lia Yulianti. 2010).
2. Tinjauan Teori
Dari kasus ini By. Ny. A lahir pada usia kehamilan 37
minggu 6 hari dengan Berat Badan lahir 3000gram.
3. Pembahasan
Dari tinjauan teori dan tinjauan kasus tidak terdapat
kesenjangan karena By. Ny. A lahir pada usia
kehamilan 37 minggu 6 hari dengan berat badan lahir
3000 gram.
4.2 Diagnosa, Masalah Dan Kebutuhan
1. Tinjauan Teori
Melakukan identifikasi secara benar terhadap diagnosa, masalah
dan kebutuhan bayi baru lahir bedasarkan data yang telah
dikumpulkan (Rukiyah, Ai Yeyeh dan Lia Yulianti. 2010 ;h 16).
2. Tinjauan Kasus
Dari kasus ini didapatkan :
Diagnosis : By. Ny. A segera setelah lahir cukup bulan sesuai
masa kehamilan
Masalah : tidak ada
Kebutuhan : asuhan bayi segera setelah lahir
3. Pembahasan
Dari tinjauan teori dan tinjauan kasus tidak terdapat kesenjangan
karena bayi lahir dalam keadaan normal dan tanpa komplikasi.
4.3 Idenifikasi Diagnosa dan Masalah Potensial
1. Tinjauan Teori
Mengidentifikasi diagnosa atau masalah potensial yang mungkin
terjadi berdasarkan masalah atau diagnosa yang sudah
terindentifikasi (Rukiyah,Ai Yeyeh dan Lia Yulianti. 2010).
2. Tinjauan kasus
Pada kasus By. Ny. A tidak muncul diagnosa masalah potensial
karena tidak ada tanda-tanda kegawatan dan komplikasi.
3. Pembahasan
Dari tinjauan teori dan tinjauan kasus tidak terdapat kesenjangan
karena By. Ny. A dalam keadaan normal tanpa tanda – tanda
kegawatadaruratan dan komplikasi.
4.4 Identifikasi Tindakan Segera
1. Tinjauan teori
Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter
untuk dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota tim
kesehatan yang lain sesuai dengan kondisi bayi (Rukiyah, Ai
Yeyeh dan Lia Yulianti. 2010).
2. Tinjauan kasus
Pada kasus By. Ny. A tidak dilakukan tindakan segera.
3. Pembahasan
Dari tinjauan teori dan tinjauan kasus tidak terdapat kesenjangan
karena bayi lahir dalam keadaan normal dan tanpa komplikasi.
4.5 Perencanaan
1. Tinjauan kasus
Langkah-langkah ini ditentukan oleh sebelumnya yang merupakan
lanjutan dari masalah atau diagnosa yang telah diidentifikasi atau
antisipasi. (Ambarwati, Eny Retna dan Wulandari Diah 2008;h.130.)
Menyusun rencana asuhan yang menyeluruh pada bayi baru lahir
umumnya sebagai berikut :
1. Jaga kehangatan
2. Bersihkan jalan nafas (bila perlu)
3. Keringkan dan tetap jaga kehangatan
4. Potong dan ikat tali pusat tanpa membubuhi apapaun, kira – kira
2 menit setelah lahir.
5. Lakukan inisiasi menyusui dini dengan cara kontak kulit bayi
dengan kulit ibu.
6. Beri salep mata antibiotik tetrasiklin 1% pada kedua mata.
7. Beri suntikan vitamin K1 1 mg intramuskular, dipaha kiri
anteroteral setelah inisiasi menyusui dini.
8. Beri imunisasi hepatitis B 0,5 ml intramuskular, dipaha kanan
anterolateral, diberikan kira – kira 1 – 2 jam setela pemberian
vit. K.(JNPK,Buku Acuan Asuhan Persalinan Normal, 2008).
2. Tinjauan kasus
Pada kasus BY Ny. A telah diberikan beberapa perencanaan yaitu :
1. Lakukan penilaian selintas pada bayi baru lahir.
2. Keringkan bayi dari lendir dan darah
3. Lakukan pemotongan dan pengikatan tali pusat
4. Berikan bayi kepada ibu dengan teknik skin to skin untuk IMD
5. Berikan salep mata pada bayi.
6. Berikan Vit. K pada bayi
7. Ukur atropometri bayi
8. Lakukan pemeriksaan umum pada bayi
9. Lakukan pemeriksaan fisik secara head to toe
10. Lakukan pembedongan pada bayi
11. Lakukan rawat gabung pada ibu dan bayi .
3. Pembahasan
Dari tinjauan teori dan kasus tidak terjadi kesenjangan karena
perencanaan yang diberikan sesuai dengan kebutuhan By. Ny. A.
4.6 Pelaksanaan
1. Tinjauan teori.
Langkah ini merupakan pelaksanaan rencana asuahan peyuluhan pada
klien dan keluarga. Mengarahkan atau melaksanakan rencana asuhan
secara efisien dan aman (Ambarwati, Eny Retna dan Wulandari Diah.
2008 ; h 145).
2. Tinjauan kasus
1. Melakukan penilaian selintas pada bayi baru lahir. Yaitu :
warna kulit kemerahan , tonus otot aktif dan menangis spontan.
2. Mengeringkan bayi dari lendir dan darah dengan cara
menggunakan kain bersih secara seksama dari kepala hingga
kaki bayi lalu mengganti dengan handuk kain yang baru.
3. Melakukan pemotongan tali pusat dengan cara mengurut tali
pusat 5 cm kearah bayi lalu klem 3cm dari bayi lalu urut
kembali 5 cm dari klem pertama kearaah ibu lalu klem 2cm dari
klem pertama, lalu melakukan pemotongan tali pusat dan
menjepit tali pusat menggunakan klem plastik tali pusat yang
steril.
4. Memberikan bayi kepada ibu dengan teknik skin to skin untuk
melakukan IMD dengan cara ibu dan bayi tidak memakai buju,
tengkurapkan bayi didada ibu agar terjadi sentuhan kulit ibu dan
bayi dan kemudian selimuti keduanya agar tidak kedinginan.
Anjurkan ibu untuk memberikan sentuhan kepada bayi untuk
meragsang bayi mendekati puting ibu lalu biarkan bayi mencari
sendiri puting susu ibunya. biarkan kulit bayi bersentuhan
langsung dengan kulit ibunya minimal 1 jam walaaupun proses
menyusui telah terjadi. Bila belum terjadi proses menyusu
hingga 1 jam, biarkan bayi berada di dada ibu sampai proses
menyusui pertama selesai. Dan saat melakukan penilaian reflek
pada bayi yang meliputi dengan hasil :
4. Rooting (+), pada saat bayi menyusu
5. Sucking(+) pada saat bayi menyusu
6. Swallowing (+) pada saat bayi menyusu.
5. Memberi salep mata dengan tetracylin 1% . pemberiannya
dengan cara memberi salep mata dalam 1 garis lurus mulai dari
bagian mata yang paling dekat dengan hidung bayi munuju
keluar mata. Pada saat pemberian ujung salep mata tidak boleh
menyentuh mata bayi dan jangan menghapus salep mata dari
mata bayi dan anjurkan keluarga untuk tidak menghapus salep
mata tersebut. diberikan ini untuk mencegah infeksi pada mata
bayi.
6. Memberikan injeksi vitamin K1(fetamenabion) injeksi 1 mg
intramuskuler 1/3 paha kiri bayi untuk mencegah terjadinya
perdarahan pada BBL akibat defisiensi vitamin K yang dialami
oleh BBL.
7. Mengukur antropometri pada bayi
8. Melakukan pemeriksaan umum pada bayi,
9. Melakukan pemeriksaan fisik secara head to toe
10. Melakukan pembedongan pada bagi unutk mencegah
hipotermi pada bayi.
11. Memberikan bayi pada ibu untuk rawat gabung agar lebih
terjalin akatan batin antara ibu dan anak. Selain itu agar ibu
lebih mudah memberikan asi pada bayinya, serta dapat
mengurangi kemungkinan adanya perasaan bahwa ibu tidak
mampu merawat bayinya
3. Pembahasan
Dari tinjauan teori dan kasus tidak terjadi kesenjangan karena
pelakasanaan yang diberikan sesuai dengan kebutuhan By. Ny. A
4.7 Evaluasi
1. Tinjauan teori
Melakukan evaluasi keefektifan dari asuhan yang diberikan meliputi
pemenuhan kebutuhan akan bantuan, apakan benar – benar telah
terpenuhi sesuai dengan kebutuhan bayi baru lahir sebagaimana telah
diintifikasikan didalam diagnosa dan masalah (Varney, 1997)
(Rukiyah, Ai Yeyeh Dan Lia Yulianti. 2010).
2. Tinjauan kasus
Pada kasus By. Ny.D telah dilakukan penatalaaksanaan bayi segera
setelah lahir dan didapatkan hasil :
1. Bayi dalam keadaan baik dan normal.
2. Bayi telah dikeringkan dari lendir dan darah dan telah
mengganti dengan kain yang baru.
3. Pemotongan tali pusat dan penjepitan menggunakan klem
plastik tali pusat telah dilakukan.
4. IMD telah dilakukan selama 1 jam.
5. Salep mata telah diberikan.
6. Vitamin K telah diberikan
7. Pengukuran atropometri telah dilakukan
8. Pemeriksaan umum bayi telah dilakukan
9. Pemeriksaan fisik telah dilakukan
10. Bayi telah dibedong
11. Rawat gabung telah dilakukan
3. Pembahasan
Dari tinjauan teori dan tinjauan kasus tidak terdapat kesenjangan
karena semua pelaksanaan telah dievaluasi dan tidak terjadi masalah
dan komplikasi.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Setelah penulis melakukan asuhan kebidanan pada By. Ny.A segera
setelah lahir cukup bulan sesuai masa kehamilan dengan di BPS, Desi
Andriani Bandar Lampung tahun 2015, maka penulis dapat mengambil
beberapa kesimpulan sebagai berikut :
5.1.1 Dalam melakukan asuhan kebidanan pada By. Ny. A segera
setelah lahir cukup bulan sesuai masa kehamilan, penulis telah
melaksanakan pengkajian dengan baik. Pengkajian tersebut
didapat dari pengumpulan data subjektif dan objektif. Data
subjektif meliputi identitas bayi dan orang tua dan riwayat
kehamilan, sedangkan data objektif didapat dari pemeriksaan
selintas sewaktu bayi dilahirkan.
5.1.2 Penulis telah melakukan interpretasi data dengan menentukan
diagnosa kebidanan pada bayi baru lahir yaitu By. Ny.A segera
setelah lahir cukup bulan sesuai masa kehamilan yang didapat
dari data subjektif dan objektif yang didapat dari hasil
pengkajian.
5.1.3 Dalam kasus ini penulis tidak menemukan diagnosa potensial
karena bayi dalam keadaan normal dan tanpa komplikasi.
5.1.4 Dalam kasus ini tidak penulis melakukan antisipasi masalah
potensial karena bayi dalam keadaan normal dan tanpa
komplikasi.
5.1.5 Dalam kasus ini penulis telah memberikan rencana asuhan
kebidanan pada By. Ny.A segera setelah lahir cukup bulan
sesuai masa kehamilan yaitu lakukan penilaian selintas pada
bayi baru lahir, keringkan bayi dari lendir dan darah, Lakukan
pemotongan dan pengikatan tali pusat , Berikan bayi kepada ibu
dengan teknik skin to skin untuk IMD, Berikan salep mata pada
bayi, Berikan Vit. K pada bayi, Ukur atropometri bayi, Lakukan
pemeriksaan umum pada bayi, Lakukan pemeriksaan fisik
secara head to toe, lakukan pembedongan pada bayi , dan
Lakukan rawat gabung pada ibu dan bayi. Hal ini tertuang dalam
matrik di Bab III.
5.1.6 Dalam kasus ini penulis melaksanakan apa yang telah
direncanakan pada By. Ny. A segera setelah lahir cukup bulan
sesuai masa kehamilan.
5.1.7 Dalam kasus ini penulis melakukan evaluasi terhadap kasus By.
Ny.A segera setalah lahir cukup bulan sesuai masa kehamilan,
bahwa apa yang telah direncanakan telah terlaksanakan dan
dievaluasi. Hasil evaluasi bayi dalam keadaan baik, tidak
mengalami asfiksia dan hipotermi , jepit potong tali pusat, IMD,
pencegahan infeksi, pemberian Vit. K, pengukuran
antropometri, pemeriksaan fisik, pembedongan serta rawat
gabung telah dilakukan.
5.2 Saran
5.2.1 Bagi Institusi Pendidikan
Diharapkan institusi pendidikan dapat meningkatkan pengetahuan
dan keterampilan mahasiswa tentang asuhan bayi segera setalah
lahir melalui pelatihan / seminar / workshop agar mahasiswa dapat
mandiri, mengikuti perkembangan ilmu kebidanan khususnya
tentang Asuhan Bayi Segera Setelah Lahir yang lebih relevan dan
up to date serta dapat memberikan asuhan yang benar dan baik.
5.2.2 Bagi Lahan Praktek
Sebaiknya setiap BPS, dapat menerapkan manajemen pelayanan
kebidanan pada bayi baru lahir untuk meningkatkan mutu
pelayanan kebidanan agar dapat mengurangi angka kesakitan dan
kematian bayi di BPS pada khususnya.
5.2.3 Bagi Peneliti Selanjutnya
Diharapkan karya tulis ilmiah ini dapat menjadi bahan bacaan dan
referensi agar dapat menambah ilmu pengetahuan serta
perkembangan ilmu kebidanan khususnya dalam asuhan bayi
segera setelah lahir serta dapat melanjutkan penelitian yang relevan
dan up to date.
DAFTAR PUSTAKA
Ambarwati, Eny Retna dan .Wulandari Diah. 2008. Asuhan Kebidanan Nifas.
Jakarta: Mitra Cendikia
Buku Acuan pelatihan Klinik, 2008.Asuhan Persalinan Normal. Jakarta:JNPKR
Dewi, Vivian Nany Lia. 2010. Asuhan Neonatus Bayi Dan Anak Balita. Jakarta:
Salemba Medika
Maryanti, Dwi et.all.2011. Buku Ajar Neonatus, Bayi Dan Balita. Jakarta:Tim.
Muslihatun, wafi nur.2010.Asuhan Neonatus Bayi Dan Balita. Yogyakarta:
Fitramaya.
Notoatmodjo, Soekidjo.2005. Metodologi Penelitan kesehatan. Jakarta: Rineka
Cipta.
Prawirohardjo, Sarwono. 2010. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.
Profil Dinas kesehatan Provinsi Lampung 20012.
Rukiyah, Ai Yeyeh dan Lia Yulianti.2010.Asuhan Neonatus Bayi Dan Balita.
Edisi revisi. Jakarta:Tim.
Sulistyawati, Ari dan Nugraheny.2012. Asuhan Kebidanan Pada ibu bersalin.
Jakarta: Salemba Medika
Wildan, muh Hidyat.2008.Dokumentasi Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika.
Lampiran

More Related Content

What's hot (20)

Laporan tugas akhir Nengah Nilawati
Laporan tugas akhir Nengah NilawatiLaporan tugas akhir Nengah Nilawati
Laporan tugas akhir Nengah Nilawati
 
85805824 asuhan-kebidanan(1)
85805824 asuhan-kebidanan(1)85805824 asuhan-kebidanan(1)
85805824 asuhan-kebidanan(1)
 
Kti arinda risky wulandari
Kti arinda risky wulandariKti arinda risky wulandari
Kti arinda risky wulandari
 
Kti
KtiKti
Kti
 
Kti reni sapitria
Kti reni sapitriaKti reni sapitria
Kti reni sapitria
 
Kti armayani
Kti armayaniKti armayani
Kti armayani
 
Kti siti maysaroh
Kti siti maysarohKti siti maysaroh
Kti siti maysaroh
 
Kti endang satuni
Kti endang satuniKti endang satuni
Kti endang satuni
 
Husnul
HusnulHusnul
Husnul
 
Kti eva seno safitri
Kti eva seno safitriKti eva seno safitri
Kti eva seno safitri
 
Kti tia desta andriani
Kti tia desta andrianiKti tia desta andriani
Kti tia desta andriani
 
Kti reni yunila sari
Kti reni yunila sariKti reni yunila sari
Kti reni yunila sari
 
Kti
KtiKti
Kti
 
Kti dewi purnama sari
Kti dewi purnama sariKti dewi purnama sari
Kti dewi purnama sari
 
Kti dewi purnama sari
Kti dewi purnama sariKti dewi purnama sari
Kti dewi purnama sari
 
Komprehensif gita trisetiati
Komprehensif gita trisetiatiKomprehensif gita trisetiati
Komprehensif gita trisetiati
 
Kti mitra tanjung
Kti mitra tanjungKti mitra tanjung
Kti mitra tanjung
 
Kti putri arum
Kti putri arumKti putri arum
Kti putri arum
 
Kti dwi fransiska
Kti dwi fransiskaKti dwi fransiska
Kti dwi fransiska
 
Kti yesi triyani safitri
Kti yesi triyani safitriKti yesi triyani safitri
Kti yesi triyani safitri
 

Viewers also liked

Caput Succedaneum materi askeb STIKES Muhammadiyah Kudus
Caput Succedaneum materi askeb STIKES Muhammadiyah KudusCaput Succedaneum materi askeb STIKES Muhammadiyah Kudus
Caput Succedaneum materi askeb STIKES Muhammadiyah KudusFania Nisa
 
MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI NY “Y” ASFIKS...
MANAJEMEN  DAN  PENDOKUMENTASIAN  ASUHAN  KEBIDANAN PADA  BAYI  NY “Y” ASFIKS...MANAJEMEN  DAN  PENDOKUMENTASIAN  ASUHAN  KEBIDANAN PADA  BAYI  NY “Y” ASFIKS...
MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI NY “Y” ASFIKS...Warnet Raha
 
Caput succedaneum dan cephalhematoma
Caput succedaneum dan cephalhematomaCaput succedaneum dan cephalhematoma
Caput succedaneum dan cephalhematomaFuji Astuti
 
Sc,laparatomi,kuretase,vakum,forceps
Sc,laparatomi,kuretase,vakum,forcepsSc,laparatomi,kuretase,vakum,forceps
Sc,laparatomi,kuretase,vakum,forcepsNovitasari6789
 

Viewers also liked (6)

Caput Succedaneum materi askeb STIKES Muhammadiyah Kudus
Caput Succedaneum materi askeb STIKES Muhammadiyah KudusCaput Succedaneum materi askeb STIKES Muhammadiyah Kudus
Caput Succedaneum materi askeb STIKES Muhammadiyah Kudus
 
MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI NY “Y” ASFIKS...
MANAJEMEN  DAN  PENDOKUMENTASIAN  ASUHAN  KEBIDANAN PADA  BAYI  NY “Y” ASFIKS...MANAJEMEN  DAN  PENDOKUMENTASIAN  ASUHAN  KEBIDANAN PADA  BAYI  NY “Y” ASFIKS...
MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI NY “Y” ASFIKS...
 
Caput succedaneum dan cephalhematoma
Caput succedaneum dan cephalhematomaCaput succedaneum dan cephalhematoma
Caput succedaneum dan cephalhematoma
 
Sc,laparatomi,kuretase,vakum,forceps
Sc,laparatomi,kuretase,vakum,forcepsSc,laparatomi,kuretase,vakum,forceps
Sc,laparatomi,kuretase,vakum,forceps
 
Atresia ani
Atresia aniAtresia ani
Atresia ani
 
Kti amalia febriyani
Kti amalia febriyaniKti amalia febriyani
Kti amalia febriyani
 

Similar to Ikke pdf

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERTOLONGAN PERSALINAN PADA IBU BERSALI...
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERTOLONGAN PERSALINAN PADA IBU BERSALI...FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERTOLONGAN PERSALINAN PADA IBU BERSALI...
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERTOLONGAN PERSALINAN PADA IBU BERSALI...Warnet Raha
 
Kti ni made rika
Kti ni made rikaKti ni made rika
Kti ni made rikaNimaderika
 
Kti metta selani
Kti metta selaniKti metta selani
Kti metta selaniMettaSelani
 
Karya tulis ilmiah asri akbid paramata raha
Karya tulis ilmiah asri akbid paramata rahaKarya tulis ilmiah asri akbid paramata raha
Karya tulis ilmiah asri akbid paramata rahaSeptian Muna Barakati
 
MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI Ny. I USIA 3 HARI D...
MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI Ny. I USIA 3 HARI D...MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI Ny. I USIA 3 HARI D...
MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI Ny. I USIA 3 HARI D...Warnet Raha
 
Kti kadek juwita malasari
Kti kadek juwita malasariKti kadek juwita malasari
Kti kadek juwita malasariKADEKJUWITA
 
Kti nova rianti
Kti nova riantiKti nova rianti
Kti nova riantiNOVARIANTI
 

Similar to Ikke pdf (20)

Kti efta mayasari
Kti efta mayasariKti efta mayasari
Kti efta mayasari
 
Kti reny nurul andriyani
Kti reny nurul andriyaniKti reny nurul andriyani
Kti reny nurul andriyani
 
Kti sasi fitriani
Kti sasi fitrianiKti sasi fitriani
Kti sasi fitriani
 
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERTOLONGAN PERSALINAN PADA IBU BERSALI...
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERTOLONGAN PERSALINAN PADA IBU BERSALI...FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERTOLONGAN PERSALINAN PADA IBU BERSALI...
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERTOLONGAN PERSALINAN PADA IBU BERSALI...
 
Kti desak gede apna
Kti desak gede apnaKti desak gede apna
Kti desak gede apna
 
Kti ni made rika
Kti ni made rikaKti ni made rika
Kti ni made rika
 
Kti metta selani
Kti metta selaniKti metta selani
Kti metta selani
 
Betha almyra grenada yudina
Betha almyra grenada yudinaBetha almyra grenada yudina
Betha almyra grenada yudina
 
Karya tulis ilmiah asri akbid paramata raha
Karya tulis ilmiah asri akbid paramata rahaKarya tulis ilmiah asri akbid paramata raha
Karya tulis ilmiah asri akbid paramata raha
 
Karya tulis ilmiah asri akbid paramata raha
Karya tulis ilmiah asri akbid paramata rahaKarya tulis ilmiah asri akbid paramata raha
Karya tulis ilmiah asri akbid paramata raha
 
Karya tulis ilmiah asri akbid paramata raha
Karya tulis ilmiah asri akbid paramata rahaKarya tulis ilmiah asri akbid paramata raha
Karya tulis ilmiah asri akbid paramata raha
 
Karya tulis ilmiah asri akbid paramata raha
Karya tulis ilmiah asri akbid paramata rahaKarya tulis ilmiah asri akbid paramata raha
Karya tulis ilmiah asri akbid paramata raha
 
MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI Ny. I USIA 3 HARI D...
MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI Ny. I USIA 3 HARI D...MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI Ny. I USIA 3 HARI D...
MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI Ny. I USIA 3 HARI D...
 
Kti rizky febrimaissita ramadhan
Kti rizky febrimaissita ramadhanKti rizky febrimaissita ramadhan
Kti rizky febrimaissita ramadhan
 
Kti kadek juwita malasari
Kti kadek juwita malasariKti kadek juwita malasari
Kti kadek juwita malasari
 
Kti habibah
Kti habibahKti habibah
Kti habibah
 
Kti wayan seli novela
Kti wayan seli novelaKti wayan seli novela
Kti wayan seli novela
 
Kti intan fariz ulva
Kti intan fariz ulvaKti intan fariz ulva
Kti intan fariz ulva
 
Kti nova rianti
Kti nova riantiKti nova rianti
Kti nova rianti
 
Kti epit desmawati
Kti epit desmawatiKti epit desmawati
Kti epit desmawati
 

Recently uploaded

Stoikiometri kelas 10 kurikulum Merdeka.ppt
Stoikiometri kelas 10 kurikulum Merdeka.pptStoikiometri kelas 10 kurikulum Merdeka.ppt
Stoikiometri kelas 10 kurikulum Merdeka.pptannanurkhasanah2
 
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxRefleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxIrfanAudah1
 
Materi Sosialisasi US 2024 Sekolah Dasar pptx
Materi Sosialisasi US 2024 Sekolah Dasar pptxMateri Sosialisasi US 2024 Sekolah Dasar pptx
Materi Sosialisasi US 2024 Sekolah Dasar pptxSaujiOji
 
7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx
7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx
7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptxSusanSanti20
 
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi SelatanSosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatanssuser963292
 
TEKNIK MENJAWAB RUMUSAN SPM 2022 - UNTUK MURID.pptx
TEKNIK MENJAWAB RUMUSAN SPM 2022 - UNTUK MURID.pptxTEKNIK MENJAWAB RUMUSAN SPM 2022 - UNTUK MURID.pptx
TEKNIK MENJAWAB RUMUSAN SPM 2022 - UNTUK MURID.pptxMOHDAZLANBINALIMoe
 
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7IwanSumantri7
 
OPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptx
OPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptxOPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptx
OPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptxDedeRosza
 
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptxPendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptxdeskaputriani1
 
Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat UI 2024
Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat  UI 2024Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat  UI 2024
Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat UI 2024editwebsitesubdit
 
Pelaksana Lapangan Pekerjaan Jalan .pptx
Pelaksana Lapangan Pekerjaan Jalan .pptxPelaksana Lapangan Pekerjaan Jalan .pptx
Pelaksana Lapangan Pekerjaan Jalan .pptxboynugraha727
 
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdfAksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdfEniNuraeni29
 
Aksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMK
Aksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMKAksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMK
Aksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMKgamelamalaal
 
Kanvas BAGJA prakarsa perubahan Ahyar.pdf
Kanvas BAGJA prakarsa perubahan Ahyar.pdfKanvas BAGJA prakarsa perubahan Ahyar.pdf
Kanvas BAGJA prakarsa perubahan Ahyar.pdfAkhyar33
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...Kanaidi ken
 
MODUL AJAR IPAS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR IPAS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR IPAS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR IPAS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAAndiCoc
 
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxBab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxssuser35630b
 
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptxBAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptxJuliBriana2
 
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdfProv.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdfIwanSumantri7
 

Recently uploaded (20)

Stoikiometri kelas 10 kurikulum Merdeka.ppt
Stoikiometri kelas 10 kurikulum Merdeka.pptStoikiometri kelas 10 kurikulum Merdeka.ppt
Stoikiometri kelas 10 kurikulum Merdeka.ppt
 
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxRefleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
 
Materi Sosialisasi US 2024 Sekolah Dasar pptx
Materi Sosialisasi US 2024 Sekolah Dasar pptxMateri Sosialisasi US 2024 Sekolah Dasar pptx
Materi Sosialisasi US 2024 Sekolah Dasar pptx
 
7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx
7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx
7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx
 
Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...
Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...
Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...
 
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi SelatanSosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
 
TEKNIK MENJAWAB RUMUSAN SPM 2022 - UNTUK MURID.pptx
TEKNIK MENJAWAB RUMUSAN SPM 2022 - UNTUK MURID.pptxTEKNIK MENJAWAB RUMUSAN SPM 2022 - UNTUK MURID.pptx
TEKNIK MENJAWAB RUMUSAN SPM 2022 - UNTUK MURID.pptx
 
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
 
OPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptx
OPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptxOPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptx
OPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptx
 
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptxPendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
 
Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat UI 2024
Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat  UI 2024Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat  UI 2024
Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat UI 2024
 
Pelaksana Lapangan Pekerjaan Jalan .pptx
Pelaksana Lapangan Pekerjaan Jalan .pptxPelaksana Lapangan Pekerjaan Jalan .pptx
Pelaksana Lapangan Pekerjaan Jalan .pptx
 
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdfAksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
 
Aksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMK
Aksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMKAksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMK
Aksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMK
 
Kanvas BAGJA prakarsa perubahan Ahyar.pdf
Kanvas BAGJA prakarsa perubahan Ahyar.pdfKanvas BAGJA prakarsa perubahan Ahyar.pdf
Kanvas BAGJA prakarsa perubahan Ahyar.pdf
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
 
MODUL AJAR IPAS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR IPAS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR IPAS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR IPAS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
 
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxBab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
 
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptxBAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
 
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdfProv.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
 

Ikke pdf

  • 1. ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI BARU LAHIR TERHADAP BAYI. NY.A SEGERA SETELAH LAHIR DI BPS DESI ANDRIANI S,ST BANDAR LAMPUNG TAHUN 2015 KARYA TULIS ILMIAH AKADEMI KEBIDANAN ADILA IKE RAHAYU M 201207089 AKADEMI KEBIDANAN ADILA BANDAR LAMPUNG TAHUN 2015
  • 2. ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU BAYI BARU LAHIR TERHADAP BAYI. NY.A SEGERA SETELAH LAHIR DI BPS DESI ANDRIANI S,ST BANDAR LAMPUNG TAHUN 2015 KARYA TULIS ILMIAH Karya Tulis Ilmiah Ini Di Buat Sebagai salah satu syarat untuk Mendapatkan Gelar Profesi Ahli Madya Kebidanan Prodi DIII Kebidanan Akademi Kebidanan Adila Bandar Lampung AKADEMI KEBIDANAN ADILA IKE RAHAYU M 201207089 AKADEMI KEBIDANAN ADILA BANDAR LAMPUNG TAHUN 2015
  • 3. LEMBAR PENGESAHAN Diterima dan disahkan oleh Tim Penguji Ujian Akhir Program Pendidikan Diploma III Kebidanan Adila Pada : Hari : Kamis Tanggal : 09 Juli 2015 Penguji I Penguji II Ninik Masturiyah S.ST M.Kes Nova Utari S.ST NIK. NIK. Direktur Akademi Kebidanan Adila Bandar Lampung Dr.Wazni Adila,MPH NIK.2011041008
  • 4. ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI BARU LAHIR TERHADAP BAYI NY. A SEGERA SETELAH LAHIR DI BPS DESI ANDRIANI S.ST BANDAR LAMPUNG TAHUN 2015 Ike Rahayu M, Andestyana Septyaningsih S.ST, M.Kes, Nopa Utari, S.ST INTISARI Bayi baru lahir disebut juga dengan neonatus merupakan individu yang sedang bertumbuh dan baru saja mengalami trauma kelahiran serta harus dapat melakukan penyesuain diri dari kehidupan intrauterin ke kehidupan ekstrauterin. Bayi lahir normal adalah bayi yang lahir pada usia kehamilan 37-42 minggu dan berat badannya 2500-4000 gram. Penelitian menunjukan bahwa 50% kematian bayi terjadi dalam periode neonatal yaitu dalam bulan pertama kehidupan. Kurang baiknya penanganan bayi baru lahir yang sehat akan menyebabkan kelainan akan menyebabkan kelainan yang mengakibatkan cacat seumur hidup, bahkan kematian. Misalnya karena hipotermi akan menyebabkan hipoglikemia dan akibatnya dapat terjadi kerusakan otak. Tujuan dilakukan penelitian ini diharapkan penulis mampu memberikan asuhan kebidanan sesuai dengan manajemen langkah varney. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif. Subjek dan objek penelitian yaitu bayi baru lahir dengan asuhan yang diberikan di BPS. Hasil evaluasi bayi dalam keadaan baik, tidak mengalami asfiksia dan hipotermi , jepit potong tali pusat, IMD, pencegahan infeksi, pemberian Vit. K, pengukuran antropometri, pemeriksaan fisik, pembedongan serta rawat gabung telah dilakukan. Setelah di aplikasikan manajemen asuhan varney diharapkan untuk kedepannya melakukan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir yang lebih baik lagi. Kata kunci : Bayi Baru Lahir Kepustakaan : 2005 - 2014 Jumlah halaman : 97 halaman
  • 5. CURRICULUM VITAE Nama : Ike Rahayu Murtoziqoh Nim : 201207089 Tempat/Tanggal lahir : Kerebang pardasuka,05 nopember 1994 Alamat : Kerebang, Kec.Pardasuka,kab pringsewu Institusi : Akademi Kebidanan Adila Angkatan :Tujuh (VII) Biografi : 1. MI NURUL FALAH kerebang pardasuka, masuk pada tahun 2001 dan Lulus tahun 2006 2. SMP 11 MARET sumberagung, masuk pada tahun 2006 dan Lulus pada tahun 2009 3. SMK WIRA BHAKTI ambarawa, masuk pada tahun 2009 Lulus pada tahun 2012 4. Pada Tahun 2015 Penulis telah Menyelesaikan Pendidikan di Akademi Kebidanan Adila Bandar Lampung
  • 6. Motto Ketekunan adalah usaha yang di bungkus keikhlasan, Modal usaha adalah Kasih Bekerja dengan benci akan membunuh karakter diri By.Ikke Rahayu murtoziqoh
  • 7. PERSEMBAHAN Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang atas rahmat-NYA maka penulis dapat menyelesaikan penyusunan karya tulis ilmiah, dn dibalik penyelesaian karya tulis ilmiah ini tidak lupa penulis memberikan persembahan kepada orang- orang yang telah membantu penulis baik secara langsung maupun tidak langsung: 1. Puji syukur kehadirat Allah yang maha kuasa sehinga dapat terselesaikannya Karya tulis Ilmiah 2. Terimakasih untuk keluarga besar tercinta yang selalu memberikan semangat dan mendo’akan setiap kegiatan apapun yang terbaik bagi penulis serta selalu mengharapkan setiap keberhasilan yang penulis lakukan 3. Rekan-rekanku tercinta Akbid Adila khususnya tingkat III yang selalu mendukung hingga terselesaikannya tugas akhir ini 4. Almamater tercinta Akademi Kebidanan Adila Bandar Lampung sebagai tempat penulis menuntut ilmu selama tiga tahun 5. Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu, terimakasih atas partisipasi dan dukungan selama penulis menyelesaikan karya tulis ilmiah
  • 8. KATA PENGANTAR Puji syukur Atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah- Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini yang berjudul “Asuhan Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir Terhadap Bayi Ny.A Segera Setelah Lahir Di BPS Desi Andriani S,ST, Bandar Lampung Tahun 2015” Karya Tulis Ilmiah ini dapat terselesaikan berkat bantuan berbagai pihak, penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu yaitu: 1. Dr. Wazni Adila, MPH selaku Direktur Kebidanan Adila Bandar Lampung 2. Andestyana Septiyaningsih,S.ST.M.Kes selaku pembimbing I Karya Tulis Ilmiah 3. Nopa Utari,S.ST selaku pembimbing II Karya Tulis ilmiah 4. Seluruh Dosen dan Staf Akademi Kebidanan Adila Bandar Lampung 5. BPS Desi Andriani S,ST Garuntang 6. Teman-temanku Di Akbid Adila angkatan VII terima kasih atas segala dukungan dan kebersamaannya Penulis menyadari dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari sempurna, untuk itu penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang besifat membangun guna perbaikan berikutnya. Semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pembaca umumnya Bandar Lampung, Agustus 2015 Penulis,
  • 9. DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL……………………………………………………….. i LEMBAR PENGESAHAN…………………………………………………iii ABSTRAK………………………………………………………………… v CURICULUM VITAE…………………………………………………… vii MOTTO……………………………………………………………………. viii PERSEMBAHAN…………………………………………………………. ix KATA PENGANTAR…………………………………………………….. x DAFTAR ISI………………………………………………………………….xi DAFTAR TABEL………………………………………………………….. xiii DAFTAR LAMPIRAN……………………………………………………. . xiv DAFTAR BAGAN…………………………………………………………... xv BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang……………………………………………………..1 1.2 Rumusa Masalah................................................................................4 1.3 Tujuan Penulisan……………………………………………………4 1.4 Ruang Lingkup…………………………………….……………….6
  • 10. 1.5 Manfaat………………………………………….…………………6 1.6 Metodologi Dan Teknik Memperoleh Data………………………..7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teori Medis………………………………………………….11 2.2 Tinjauan Teori Asuhan Kebidanan…………………………………….39 2.3 Landasan Hukum Dan Kewenangan Bidan…………………………….50 BAB III TINJAUAN KASUS 3.1 Pengkajian………………………………………………………………50 3.2. Matrik (terlampir)……………………………………………………….70 BAB IV PERSEMBAHAN 4.1Pengkajian……………….……………………………………………….64 4.2 Interpretasi data dasar……………………………………………………69 4.3 Identifikasi diagnose masalah potensial………………………………….71 4.4 tindakan segera atau kolaborasi…………………………………………..72 4.5 perencanaan………………………………………………………………72 4.6 pelaksanaan……………………………………………………………….74 4.7evaluasi…………………………………………………………………….77 BAB V PENUTUP………………………………………………………………..83
  • 12. DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Sigtuna Skor……………………………………………………………………….16 Tabel 2.2 APGAR Skor…………………………………………………………………………17 Tabel 3.1 Matrik…………………………………………………………………………………55
  • 13. Daftar lampiran 1. Surat izin penelitian 2. Jadwal penelitian 3. Dokumentasi 4. Lembar konsul
  • 14. Daftar bagan 1. Bagan 2.1………………………………………18 2. Bagan 2.2………………………………………19
  • 15. BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Bayi baru lahir disebut juga dengan neonatus merupakan individu yang sedang bertumbuh dan baru saja mengalami trauma kelahiaran serta harus dapat melakukan penyesuaian diri dari kehidupan intrauterin ke kehidupan ekstrauterin. Bayi lahir normal adalah bayi yang lahir pada usia kehamilan 37-42 minggu dan berat badanya 2.500-4.000 gr (Dewi,Vivian Nany Lia.2010;h. 1). Pada waktu kelahiran, tubuh bayi baru lahir mengalami sejumlah adaptasi psikologik. Bayi memerlukan pemantauan ketat untuk menetukan masa transisi kehidupanya ke kehidupan luar uterus berlangsung baik. Bayi baru lair juga membutuhkan asuhan yang dapat meningkatkan kesempatan untuknya menjalani masa transisi dengan baik (Muslihatun, wafi nur.2010;h). Penelitian menunjukan bahwa, 50% kematian bayi terjadi dalam periode neonatal yaitu dalam bulan pertama kehidupan. Kurang baiknya penanganan Bayi Baru Lahir yang sehat akan menyebabkan kelainan- kelainan yang mengakibatkan cacat seumur hidup, bahkan kematian. Misalnya karena hipotermi akan menyebabkanhipoglikemia dan akibatnya dapat terjadi kerusakan otak. Pencegahan merupakan hal terbaik yang harus dilakukan dalam penanganan
  • 16. neonatal sehingga neonatus sebagai organisme yang harus menyesuaikan diri dari kehidupan intrauterin ke ekstrauterin dapat bertahan dengan baik karena periode neonetal merupakan periode yang paling kritis dalam fase pertumbuhan dan perkembanga bayi. proses adaptasi fisiologis yang dilakikan bayi baru lahir perlu diketahui dengan baik oleh tenaga kesehatan khususnya bidan, yang selalu memberikan pelayanan kesehatan bagi ibu , bayi dan anak (Muslihatun, wafi nur.2010;h10-11). Berdasarkan data dari World Health Organizaion (WHO) adalah sebanyak 35 per.1000 kelahiran hidup untuk tahun 2012. Menurut laporan WHO pada tahun 2013, Angka Kematian Bayi (AKB) mencapai 30 per 1000 kelahiran hidup. Sedangkan target MDGS 2015 adalah AKI 102 per 100 ribu kelahiran hidup dan AKB 23 per 1000 kelahiran hidup. (WHO,2012). Berdasarkan data Dinas Kesehatan Provinsi Lampung tahun 2012 AKI Lampung mencapai 359 per 100 ribu kelahiran hidup dan AKB mencapai 30 per 1000 kelahiran hidup. Penyebab terjadinya kematian bayi adalah asfiksia 281 (36 %) kasus ,BBLR 280 (35.5 %) kasus , kelainan kongenital 34 (4.3 %), infeksi 16 (2.0%) kasus, gangguan pencernaan 5 (0.6%) kasus , lain- lain 171(22%) kasus (Profil Dinas Kesehatan Provinsi Lampung, 2012). Di kota Bandar Lampung pada tahun 2012 terjadi kenaikan sebanyak 229 kasus dari tahun sebelumnya yaitu tahun 2011 terdapat 179 kasus kematian. Bila
  • 17. diproporsikan dengan kelahiran dalam 1 tahun angka kematian bayi dan balita tahun 2012 yaitu 13 per 1000 kelahiran hidup artinya dari 1000 kelahiran hidup terjadi 113 kematian bayi dan balita dan (65%) kematian perinatal ( 0-7 hari) dan penyebab kematian terbesar pada kelompok perinatal adalah adalah asfiksia yaitu sebanyak 61 kasus (41,22%) BBLR sebanyak 59 kasus (39,86 %), dan penyebab lain-lain sebanyak 17 kasus ( 11,49 %) (Profil Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung Tahun, 2012). Dari hasil pra survey yang dilakukan penulis di BPS Desi Andriani Amd. Keb pada tanggal 6 Mei 2015 terdapat 4 bayi baru lahir dan tidak ada yang mengalami komplikasi. Penulis melakukan survey di BPS Desi Andriani pada tanggal 6-7 Mei 2015 didapatkan 4 bayi baru lahir, dari latar belakang diatas penulis tertarik untuk memberikan asuhan yang berjudul “ Asuhan Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir terhadap bayi Ny. A Segera Setelah Lahir di BPS Desi Andriani Garuntang Tahun 2015”. 1.2 Rumusan Masalah “Bagaimanakah Asuhan kebidanan pada bayi segera setelah lahir terhadap bayi Ny. A di BPS Desi Andriani Tahun 2015 ?” 1.3 Tujuan penulisan 1.3.1 Tujuan umum Diperolehnya pengalaman nyata dalam melaksanakan Asuhan Kebidanan pada bayi segera setelah lahir terhadap Ny.A di BPS Desi Andriani Tahun 2015 1.3.2 Tujuan khusus
  • 18. 1.3.1.1 Penulis mampu untuk dapat melakukan pengkajian data pada asuhan kebidanan bayi segera setelah lahir terhadap bayi Ny.A di BPS Desi Andriani pada tahun 2015 1.3.1.2 Penulis mampu untuk dapat menentukan diagnosa masalah dan kebutuhan pada asuhan kebidanan pada bayi segera setelah lahir terhadap byi Ny. A di BPS Desi Andriani pada tahun 2015 1.3.1.3 Penulis mampu untuk dapat mengidentifikasikan diagnosa masalah potensial pada asuhan kebidanan pada bayi segera setelah lahir terhadap bayi Ny. A di BPS Desi Andriani pada tahun 2015 1.3.1.4 Penulis mampu untuk dapat melakukan tindakan segera dan mengantisipasi masalah dengan melakukan penanganan atau kolaborasi dengan dokter pada asuhan kebidanan bayi segera setelah lahir di BPS Desi Andriani pada tahun 2015 1.3.1.5 Penulis mampu untuk dapat menyusun rencana asuhan yang menyeluruh pada asuhan kebidanan bayi segera setelah lahir terhadap bayi Ny. A di BPS Desi Andriani pada tahun 2015 1.3.1.6 Penulis mampu untuk dapat melaksanakan rencana asuhan yang menyeluruh pada asuhan kebidanan bayi segera setelah lahir terhadap bayi Ny. A di BPS Desi Andriani pada tahun 2015
  • 19. 1.3.1.7 Penulis mampu untuk dapat mengevaluasi hasil dari asuhan kebidanan pada asuhan kebidanan bayi segera setelah lahir terhadap bayi Ny. A di BPS Desi Andriani pada tahun 2015 1.4 Ruang Lingkup 1.4.1 Sasaran Bayi segera setelah lahir By. Ny. A 1.4.2 Tempat Di BPS Desi Andriani AMd.keb 1.4.3 Waktu Dilaksanakan pada tanggal 6-7 Mei 2015 1.5 Manfaat 1.5.1 Institusi Pendidikan Hasil penelitian dapat menjadi sumber bacaan bagi mahasiswi Akademi Kebidanan Adila Bandar Lampung dalam menerapkan ilmu dan sebagai acuan penelitian berikutnya Khususnya pada bayi segera setelah lahir. 1.5.2 Bagi Lahan Praktek Hasil study kasus ini diharapkaan dapat membantu lahan dalam memberikan asuhan kebidanan pada bayi segera setelah lahir dan mengetahui perkembangan secara nyata dilapangan sesuai teori yang ada serta dapat dijadikan sebagai bahan bacaan untuk lahan.
  • 20. 1.5.3 Bagi Penulis Study kasus ini dapat meningkatkan pengetahuan yang didapat selama perkuliahan serta mengaplikasikan tentang perawatan bayi segera setelah lahir. 1.6 Metodologi dan Teknik Memperoleh Data 1.6.1 Metodologi penelitian Dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini penulis menggunakan metode deskriptif yaitu suatu metode yang dilakukan dengan tujuan utama untuk membuat gambaran atau deskripsi tentang suatu keadaan secara objektif. Metode penelitian deskriptif digunakan untuk memecahkan atau menjawab permasalahan yang sedang dihadapi pada situasi sekarang. Penelitian ini dilakukan dengan menempuh langkah-langkah pengumpulan data, klasifikasi, pengolahan/analisis data, membuat kesimpulan, dan laporan (Notoatmodjo,Soekidjo 2005: h.138). 1.6.2 Tekhnik Memperoleh Data Tekhnik memperoleh data dalam penulisan karya tulis ilmiah ini adalah: 1.6.2.1 Data primer a. Wawancara (anamnesis) Yaitu perbincangan dua arah dengan cara tatap muka dan pertanyaan yang diajukan mengarah pada data yang relavan dengan pasien, anamnesis dapat dilakukan dengan dua cara yaitu:
  • 21. 1) Auto anamnesis Adalah anamnesis yang dilakukan kepada pasien langsung. 2) Allo anamnesis Adalah anamnesis yang dilakukan kepada keluarga pasien untuk memperoleh data tentang pasien. (Sulistyawati, Ari dan Nugraheny 2012; h.165-166) b. Observasi Pengamatan (observasi) adalah sutau hasil perbuatan jiwa secara aktif dan penuh perhatian untuk menyadari adanya rangsangan. Mula-mula ransangan dari luar mengenai indra dan terjadilah pengindraan, kemudian apabila ransangan tersebut menarik perhatian akan dilanjutkan dengan adanya pengamatan. (Notoatmodjo, Soekidjo.2005; h.93) 1) Pemeriksaan fisik Pengkajian fisik dapat dipandang sebagai bagian tahap pengkajian pada proses keperawaan atau ahap pengkajian/pemeriksaan klinis dari sistem pelayanan. Pengkajian prinsip keperawatan pada prinsipnya menggunakan cara-cara yang sama dengan pengkajian fisik yaitu inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi. (Prawirohardjo, Sarwono.2010;h.3). 1.2.2.2 Data sekunder
  • 22. a. Studi Kepustakaan Dalam metode ini penulis membaca dan mempelajari buku-buku, literatur-literatur yang berkaitan dengan bayi baru lahir dan diperoleh dari beberapa buku terbaru dan informasi dari internet yang “up to date”. b. Studi dokumenter Yang dimaksud sumber informasi dokumenter pada dasarnya adalah bentuk sumber informasi berhubungan dengan dokumen, baik dokumen-dokumen resmi maupun tidak resmi. Dokumen resmi adalah semua bentuk dokumen baik yang diterbitkan atau tidak diterbitkan yang ada dibawah tanggung jawab instansi resmi misalnya laporan, statistik, catatan-catatan di dalam kartu klinik dan sebagainya. Sedangkan dokumentasi tidak resmi adalah segala dokumen yang berada atau menjadi tanggung jawab dan wewenang instansi seperti biografi catatan harian dan semacamnya. (Notoatmodjo, Soekidjo.2005; h.62-63).
  • 23. BAB II TINJAUAN TEORI 2.1 TINJAUAN TEORI MEDIS 2.1.1 Bayi Baru Lahir 2.1.1.1 Pengertian Bayi yang lahir dalam presentasi belakang kepala melalui vagina tanpa memakai alat, pada usia kehamilan genap 37 minggu sampai dengan 42 minggu, dengan berat badan 2500 –4000 gram, nilai Apgar > 7 dan tanpa cacat bawaan (Rukiyah, Ai Yeyeh dan Lia Yulianti.2010 h.2). Bayi baru lahir disebut juga dengan neonatus merupakan individu yang sedang bertumbuh dan baru saja mengalami trauma kelahiran serta harus dapat melakukan penyesuaian diri dari kehidupan intrauterin ke kehidupan ektrauterin. Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir pada usia kehamilan 37 – 42 minggu dan berat badan 2500 – 4000 gram (Dewi, Vivian Nany Lia. 2010 h.1). Neonatus adalah bayi berumur 0 (baru lahir) sampai dengan usia 1 bulan sesudah lahir. Neonatus dini adalah bayi 0 – 7 hari. Neonatus lanjut adalah bayi berusia 7 – 28 hari (Muslihatun, wafi nur. 2012 h.2).
  • 24. 2.1.1.0 Ciri – Ciri Bayi Normal 1. Lahir aterm antara 37 – 42 minggu 2. Berat badan 2.500 – 4.000 gram 3. Panjang badan 48 – 52 cm 4. Lingkar dada 30 – 38 cm 5. Lingkar kepala 33 – 35 cm 6. Lingkar lengan 11 – 12 cm 7. Frekuensi denyut jantung 12 – 160 x/menit 8. Pernafasan ±40 – 60 x/menit 9. Kulit kemerah – merahan dan licin karena jaringan subkutan yang cukup. 10. Rambut lanugo tidak terlihat dan rambut kepala bisanya telah sempurna. 11. Kuku agak panjang dan lemas. 12. Nilai apgar > 7. 13. Gerak aktif (Tonus otot) 14. Bayi lahir langsung menangis kuat. 15. Reflek rooting ( mencari puting susu dengan rangsangan taktil pada pipi dan daerah mulut ) sudah terbentuk dengan baik. 16. Reflek sucking (isap dan menelan) sudah terbentuk dengan baik. 17. Reflek morro (gerakan memeluk bila dikagetkan) sudah terbentuk dengan baik.
  • 25. 18. Reflek grasping (menggenggam) sudah baik. 19. Genetalia a) Pada laki – laki kematangan ditandai dengan testis yang berdada pada skrotum dan penis berlubang. b) Pada perempuan kematangan ditandai dengan vagina dan uretra yang berlubang, serta adanya labia minora dan mayora. 20. Eliminasi baik yang ditandai dengan keluarnya mekonium dalam 24 jam pertama dan berwarna hitam kecoklatan (Dewi, Vivian Nany Lia. 2010 h;2). 2.1.2 Penampilan Dan Perilaku Bayi Baru Lahir a. Kulit Bayi Perhatikan dengan baik kulit bayi beberapa bayi memiliki beberapa bintik dikulit mereka. Contohnya, bayi mungkin memliki bintik besar dan gelap dipunggung bagian bawah dan pantat. Bayi lain mungkin memiliki binti merah diwajah. Bintik – bintik ini tidak berbahaya, namun bintik yang seperti bisul merah kecil kemungkinan besar merupakan tanda infeksi (Rukiyah, Ai Yeyeh dan Lia Yulianti. 2010 h;61). b. Warna Kulit Bayi
  • 26. c. Bayi mestinya memiliki warna kulit yang normal beberapa jam setelah lahir. Karena itu bidan harus memperhatikan dengan seksama bila hal – hal ini terjadi : warna kulit bayi masih kebiruan : jika tangan dan kaki masih kebiruan namun suhu tubuh bayi hangat, mungkin tidak ada masalah yang serius. Beberapa bayi bahkan masih memiliki tangan dan kaki yang kebiruan satu atau dua hari setelah lahir. Bibir dan wajah masih terlihat biru satu jam setelah lahir, kemungkinan bayi mengalami masalah dengan jantung atau paru – paru nya, kemungkinan dia memerlukan oksigen. Jika kulit bayi terlihat kekuningan, jika bayi terlihat kuning kurang dari 24 jam setelah lahir bisa jadi dia terkena penyakit kuning atau infeksi. Segera minta bantuan medis (Rukiyah, Ai Yeyeh dan Lia Yulianti. 2010 h;61). d. Kulit Bayi Terlihat Pucat Bayi telihat pucat dan lemas kemungkinan mengalami anemia atau masalah kesehatan lainnya. Kebanyakan bayi baru lahr akan mengalami ruam kulit dalam minggu –minggu pertama. Ruam biasanya muncul ditempat kult bergesekan dengan baju seperti lengan, tungkai dan punggung. Tetap bisa juga muncul di wajah. Ruam ini cenderung menghilang sendiri tanpa pengobatan. Bayi yang sebetulnya normal akan tampak sedikit kuning pada hari kedua, yang harus diperhatikan bila kuning muncul sebelum bayi berusia 24 jam (Rukiyah, Ai Yeyeh dn Lia Yulianti. 2010 h;62)
  • 27. 2.1.3 Tahapan Bayi Baru Lahir 2.1.3.1 Tahap 1 terjadi segera setelah lahir terjadi segera setelah lahir, selama menit – menit pertama kelahiran. Pada tahap ini digunakan sistem scoring agar untuk fisik dan scoring gray untuk interaksi bayi dan ibu. 2.1.3.2 Tahap II disebut tahap transisional reaktivitas disebut transisional reaktivitas. Pada tahap II dilakukan pengkajian selama 24 jam pertama terhadap adanya perubahan perilaku. 2.1.3.3 Tahap IIIdisebut tahap periodik disebut tahap periodik, pengkajian dilakukan selama 24 jam pertama yaitu meliputi periksaan seluruh tubuh . (Dewi, Vivian Nany Lia. 2010 h;3). 2.1.4 Penilaian Saat bayi Segera Setelah Lahir 2.1.4.1 Penilaian bayi a. Penilaian Sekilas Sesaat Setelah Bayi Lahir Sesaat setelah bayi baru lahir bidan melakukan penilaian sekilas unutk menilai kesejahtaraan bayi umum. Aspek yang dinilai warna kulit dan tangis bayi, jika warna kulit adalah kemerahan dan bayi dapat menangis spontan maka ini sudah cukup untuk dijadikan data awal bahwa dalam kondisi baik (Sulistyawati, Ari dan Nugraheny. 2012 h;118). b. Menit Pertama Kelahiran
  • 28. Pertemuan SAREC di Swedia tahun 1985 menganjurkan penggunaan parameter penilaian bayi baru lahir dengan cara sederhana yang disebut SIGTUNA (SIGTUNA SCORE), sesuai dengan nama tempat terjadinya konsensus. Penilaian cara ini dgunakan terutama untuk tingkat pelayanan kesehatan dasar karena hanya menilai dua parameter yang penting namun cukup mewakili indikator kesejahteraan bayi baru lahir. Sesaat setalah bayi lahir bidan memantau 2 tanda vital bayi sesuai dengan SIGTUNA skor yaitu upaya bayi unutk bernafas dan frekuensi jantung (dihitung selama 6 detik, hasil dikalikan 10 sama dengan frekuensi jantung satu menit) Cara menggunakan SIGTUNA skor : a. Nilai bayi sesaat setelah lahir (menit pertama ) dengan kriteria penilaian seperti pada tabel. b. Jumlahkan skor yang didapat c. Kesimpulan dari total SIGTUNA skor 4 = Asfiksia ringan atau tidak asfiksia 2 – 3 = Asfiksia sedang 1 = Asfiksia berat 0 = Bayi lahir mati / fresh stillbirth Tabel 2.1 Sigtuna Score
  • 29. (Sulistyawati, Ari dan Nugraheny. 2012 ) Menit Ke 5 Sampai 10 Segera setelah lahir, bidan mengobservasi keadaan bayi dengan berpatokan pada APGAR skor dari 5 menit hingga 10 menit (Sulistyawati, Ari dan Nugraheny.2012 h.118-119). SKOR 2 1 0 KRITERIA Pernafasan Teratur Mengap – mengap Tidak ada Denyut jantung > 100 < 100 Tidak ada
  • 30. Tabel 2.2 Apgar Scor (Sulistyawati, Ari dan Nugraheny. 2012 h.208-209) Interpretasi : a. Nilai 1 – 3 asfiksia berat; b. Nilai 4 – 6 asfiksia sedang; c. Nilai 7 – 10 asfiksia ringan (normal) (Dewi, Vivian Nany Lia 2010 h.3). Aspek Pengamatan Bayi Baru Lahir Skor 0 1 2 Appeareance/Warna Kulit Seluruh tubuh bayi berwarna kebiruan atau pucat. Warna kulit tubuh normal, tetapi tangan dan kaki berwarna kebiruan . Warna kulit seluruh tubuh normal. Pulse/Nadi Denyut jantung tidak ada Denyut jantung <100x/menit Denyut jantung >x/menit Grimace/Respon Reflek Tidak ada respon terhadap stimulasi. Wajah meringis saat distimulasi. Meringis, menarik, batuk , atau bersin saat stimulasi Activity /Tonus Otot Lemas, tidak ada gerakan Lengan dan kaki dalam posisi fleksi dengan sedikit gerakan. Bergerak aktif dan spontan Respiratory/Pernafas an Tidak bernafas, pernafasan lambat dan tidak teratur . Menangis lemah, terdengar seperti merintih. Menangis kuat , pernafasan baik dan teratur
  • 31. Gambar 2.1. Manajemen Bayi Baru Lahir PERSIAPAN PENILAIAN 1. Apakah bayi cukup bulan? 2. Apakah air ketuban jernih tidak bercampur mekonium? 3. Apakah bayi menangis atau bernapas? 4. Apakah tonus otot bayi aktif? Bayi cukup bulan, ketuban jernih, menangis atau bernafas, tonus otot baik Bayi tidak cukup bulan, dan atau tidak menangis atau tidak bernafas atau megap- megap dan atau tonus otot tidak baik Air ketuban bercampur mekonium C Manajemen air ketuban bercampur mekonium B Manajemen asfiksia bayi baru lahir A Menejemen bayi baru lahir normal
  • 32. Gambar 2.2 Manajemen Bayi Baru Lahir Normal PENILAIAN 1. Bayi cukup bulan 2. Air ketuban jernih, tidak bercampur mekonium 3. Bayi menangis atau bernafas 4. Tonus otot bayi baik Asuhan bayi baru lahir 1. Jaga kehangatan 2. Bersihkan jalan nafas ( bila perlu ) 3. Keringkan dan tetap jaga kehangatan 4. Potong dan ikat tali pusat tanpa membubuhi apapun, kira – kira 2 menit setelah lahir. 5. Lakukan inisia menyusu dini dan kontakn kulit bayi dengan kontak kulit bayi dengan kulit ibu. 6. Beri salep mata antibiotic tetrasiklin 1% pada kedua mata 7. Beri suntikan vitamin k1 1 mg intramuscular, dip aha kiri anterolateral setelah inisiasi menyusu dini. 8. Beri imunisasi Hepatitis B 0,5 ml intramuscular, dipaha kanan, anteroleteral, di berikan kira – kira 1-2 jam setelah pemberian vitamin k1
  • 33. 2.1.4.1 Mencegah Kehilangan Panas a. Keringkan bayi dengan seksama. b. Mengeringkan dengan cara menyeka tubuh bayi, juga merupakan rangsangan taktil untuk membantu bayi mulai pernafasannya. c. Selimuti bayi dengan dengan selimut atau kain bersih dan hangat. d. Ganti handuk atau kain yang telah basah oleh cairan ketuban dengan selimut atau kain yang baru (hangat, bersih, dan kering). e. Selimuti bagian kepala bayi. f. Bagian kepala bayi memiliki luas permukaan yang relatif luas dan bayi akan dengan cepat kehilngan panas jika bagian tersebut tidak ditutupi (Maryanti, Dwi et.all .2011 h.3). 2.1.4.2 Cara Pemotongan Tali Pusat a. Setelah plasenta dilahirkan dan kondisi ibu dianggap stabil, ikat atau jepitkan klem plastik tali pusat pada puntung tali pusat. b. Celupkan tangan yang masih menggunakan sarung tangan kedalam larutan klorin 0,5 % untuk membersihkan darah dan sekresi tubuh lainnya. c. Bilas tangan dengan air matang atau disinfeksi tingkat tinggi.
  • 34. d. Keringkan tangan (sarung tangan) tersebut dengan handuk atau kain bersih dan kering e. Ikat tali pusat sekitar 1 cm dari pusar bayi dengan menggunakan benang disinfeksi tingkat tinggi atau klem plastik tali pusat (disinfeksi tingkat tinggi atau steril). Lakukan simpul kunci atau jepitkan secara mantap klem tali pusat tertentu. f. Jika menggunakan benang tali pusat, lingkarkan benang sekeliling ujung tali pusat dan dilakukan pengikatan kedua dengan simpul kunci dibagian tali pusat pada sisi yang berlawanannya. g. Lepaskan klem penjepit tali pusat dan letakkan didalam larutan klorin 0,5 %. h. Selimut ulang bayi dengan kain bersih dan kering, pastikan bahwa bagian kepala bayi tertutup dengan baik (Maryanti, Dwi et.all. 2011 h.; -6). 2.1.4.3 Rawat Gabung a. Definisi Rawat gabung adalah suatu cara perawatan yang menyatukan ibu beserta bayinya dalam satu ruangan, kamar, atau suatu tepat secara bersama – sama dan tidak dipisahkan selama 24 jam penuh dalam seharinya (Dewi,Vivian Nany Lia.2010 h.18)
  • 35. Suatu sistem perawatan ibu dan bayi bersama – sama atau pada tempat yang berdekatan sehingga memungkinkan sewaktu – waktu atau setiap saat ibu tersebut dapat menyusui bayinya (Muslihatun, wafi nur. 2010 h.22). b. Tujuan Tujuan dilakukannya rawat gabung ini adalah sebagai berikut : 1. Ibu dapat menyusi bayinya sedini mungkin dan setiap saat atau kapan saja saat dibutuhkan. 2. Ibu dapat melihat dan memahami cara perawatan bayi yang benar seperti yang dilakukan oleh petugas. 3. Ibu mempunyai pengalaman cara perawatan bayi yang benar seperti dilakukan oleh petugas. 4. Suami dan keluarga dapat dilibatkan secara aktif untuk mendukung dan membantu ibu dalam menyusui dan merawat bayinya secara baik dan benar. 5. Ibu dan bayi mendapatkan kehangatan emosional (Dewi, Vivian Nany Lia. 2010 h.18). c. Sasaran Dan Syarat Sasaran dan syarat dilakukannya rawat gabung adalah sebagai berikut :
  • 36. 1. Bayi lahir spontan, jika bayi lahir dengan tindakan maka rawat gabung bisa dilakukan setelah bayi cukup sehat. 2. Bayi yang lahir secara sectio caesaria (SC) dengan anestasi umum, rawat gabung pun dilakukan setelah ibu dan bayi secara penuh. 3. Bayi tidak asfiksia setelah 5 menit pertama (nilai APGAR minimal 7). 4. Usia kehamilan 37 minggu atau lebih. 5. Berat lahir 2.000 – 2.500 g atau lebih 6. Tidak terdapat tanda – tanda infeksi intrapartum. 7. Bayi dan ibu sehat Sementara itu, kodisi – kondisi bayi yang tidak memenuhi syarat untuk dilakukan rawat gabung adalah sebagai berikut: 1. Bayi yang sangat prematur. 2. Bayi kurang dari 2.000 – 2.500 g. 3. Bayi dengan sepsis. 4. Bayi dengan gangguan nafas. 5. Bayi dengan cacat bawaan berat. 6. Ibu dengan infeksi berat. (Dewi, 2010 h.18). d. Manfaat Manfaat yang bisa didapatkan jika dilakukan rawat gabung pada ibu dan bai adalah sebagai berikut : 1. Fisik
  • 37. Bila ibu dekat dengan bayinya, maka ibu akan mudah untuk melakukan perawtan sendiri. Dengan perawatan sendiri dan pemberian ASI sedini mungkin, maka akan mengurangi kemungkinan terjadinya infeksi silang dari pasien lain dan petugas kesehatan 2. Fisiologis Bila ibu dekat dengan bayinya, maka bayi akan segera disusui dan frekuensinya lebih sering. Proses ini merupakan proses fisiologis yang alami. Di mana bayi mendapatkan nutrisi alami yang paling sesuai dan baik. Bagi ibu yang menyusui akan timbul refleks oksitosin yang dapat membantu proses fisiologis involusi rahim (Dewi, Vivian Nany Lia. 2010 h.19). 3. Psikologis Dari segi psikologis akan segera terjalin proses lekat akibat sentuhan badan antara ibu dan bayi. Hal tersebut akan berpengaruh besar terhadap pertumbuahn psikologis bayi. Selain itu, kehangatan tubuh ibu merupakan stimulasi mental yang mutlak dibutuhkan oleh bayi (Dewi, Vivian nany Lia. 2010). 4. Edukasi Ibu akan mempunyai pengalaman yang berguna sehingga mampu menyusui serta merawat bayinya bila pulang dari rumah sakit. Selama di RS ibu akan melihat, belajar, dan
  • 38. mendapat bimbingan mengenai cara menyusi secara benar, cara merawat payudara, tali pusat, memandikan bayi, dan sebagainya. Keterampilan ini diharapkan dapat menjadi modal bagi ibu untuk merawat bayi dan dirinya setalah pulang dari RS (Dewi, Vivian Nany Lia. 2010 h.19). 5. Ekonomi. Pemberian ASI dapat dilakukan sedini mungkin. Bagi rumah sakit, terutama RS pemeritah, hal tersebut merupakan suatu penghematan terhadap anggaran pengeluaran untuk pembelian susu formula, botol susu, serta peralatan lainnya yang dibutuhkan. Beban perawat menjadi lebih ringan karena ibu berperan besar dalam merawat bayinya sendiri sehingga waktu luang dapat di manfaatkan untuk kegiatan lain (Dewi, Vivian Nany Lia. 2010 h.19). 6. Medis Secara medis, pelaksanaan rawat gabung dapat menurunkan terjadinya infeksi nosokomial pada bayi, serta menurunkan angka morbilitas dan mortalitas ibu mauapun bayinya (Dewi, Vivian Nany Lia. 2010 h.19). e. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Keberhasilan Rawat Gabung
  • 39. 1. Peran sosial budaya Kemajuan teknologi, perkembangan industri, urbanisasi, dan pengaruh kebudayaan barat menyebabkan pergeseran nilai sosial budaya masyarakat. Memberikan susu formula dianggap modern karena dapat menyamakan kedudukan seseorang ibu golongan bawah dengan ibu – ibu golongan atas. Ketakutan akan mengendurnya payudara menyebabkan ibu enggan menyusui bayinya. Bagi ibu yang sibuk dengan urusan diluar rumah, hal ini dapat menghambat usaha peningkatan penggunaan ASI. 2. Ekonomi Beberapa wanita memilih bekerja diluar rumah. Hal ini dilakukan bukan karena tuntutan ekonomi, melainkan karena status prestise atau memang dirinya dibutuhkan. 3. Peranan Tata Laksana RS/RB Peranan tata laksana yang menyangkut kebijakan RS/RB sangat penting, mengingat saat ini banyak ibu menginginkan untuk bersalin dipelayanan kesehatan yang lebih baik. 4. Dalam diri ibu sendiri a. Keadaan gizi ibu. b. Pengalaman/ sikap ibu terhadap menyusui. c. Keadaan emosi.
  • 40. d. Keadaan payudara e. Peran masyarakat dan pemerintah 5. Kebijakan Pemerintahan RI a. Setiap bayi berhak mendapatkan air susu ibu eksklusif sejak dilahirkan selama 6 bulan kecuali indikasi medis (pasal 128 ayat 1 UU No. 36 tahun 2009 tentang kesehatan). b. Selama pemberian ASI, baik pihak keluarga, pemerintah, pemerintah daerah atau masyarakat harus mendukung ibu bayi secara penuh dengan penyediakan waktu dan fasilitas khusus (pasal 128 ayat 2 UU No. 36 tahun 2009 tentang kesehatan). c. Pembangunan diarahkan pada menigkatnya mutu sumbur daya manusia (SDM). Modal dasar pembentukan manusia berkualitas dimulai sejak bayi dalam kandungan diseetai dengan ait susu ibu (ASI) sejak usia dini (GBHN 1999 – 2004 dan Program Pembangunan Nasional – Propenas ). d. Menganjurkan menyusui secara eksklusif sampai bayi berusia 6 bulan dan pemberian ASI sampai anak berusia 2 tahun. e. Melaksanakan rawat gabun ditampat persalinan milik pemerintah maupun swasta (Dewi,. 2010).
  • 41. f. Meningkatan kemampuan petugas kesehatan petugas kesehatan dalam hal peningkatan pemberian (PP ASI) sehingga petugas tersebut terampil dalam melaksanakan penyuluhan pada masyarakat luas. g. Pencanangan peningkatan penggunaan ASI secara nasional pada peringatan hari ibu ke – 62 (tahun 1990) h. Upaya penerapkan sepuluh langka untuk berhasilnya program menyusui di semua RS, RB, dan puskesmas dengan tempat tidur (Dewi, Vivian Nany Lia.2010 h;20). f. Pelaksanaan Rawat Gabung Dalam rawat gabung, bayi ditempatkan bersama ibunya dalam sutu ruangan sedemikian rupa sehingga ibu dapat melihat dan menjangkaunya kapan saja. Bayi dapat diletakkan ditempat tidur bersama ibunya atau dalam boks disamping tempat tidur ibu, yang terpenting adalah ibu harus melihat dan mengawasi bayinya, saat bayinya menangis karena lapar, kencing atau digigit nyamuk. Tangis bayi merupakan rangsangan sendiri bagi ibu untuk memproduksi ASI (Dewi, Vivian Nany Lia.2010 h.21). 2.1.4.4 Bonding Attachment a. Pengertian
  • 42. Menurut brazelton (1978), bonding suatu keterkaitan mutual pertama antar individu, misalnya antara orang tua dan anak pada saat pertama kali bertemu. Attachment adalah suatu perasaan menyayangi atau loyalitas yang mengikat individu dengan individu lain (Muslihatun, 2010). Menurut Saxton dan Pelikan (1996) bonding adalah suatu langkah untuk menungkapkan perasaan afeksi (kasih sayang) oleh ibu kepada bayinya segera setelah lahir dan attachment adalah interaksi antara ibu dan bayi secara spesifik sepanjang waktu (Dewi, Vivian Nany Lia. 2010 h.36). b. Tahap – tahap Bonding Attachment 1. Perkenalan (acquaintance), dengan melakukan kontak mata, memberikan sentuhan, mengajak berbicara, dan mengeksplorasi segera setelah mengenal bayinya. Menurut klaus dan keneli (1982), ini merupakan bagian yang terpenting. 2. Keterikatan (bonding) 3. Attachment , perasaan sayang yang mengikat individu dengan individu lain (Dewi, Vivian Nany Lia. 2010 h.37) c. Elemen – Elemen Bonding Attachment 1. Sentuhan
  • 43. Sentuhan, atau indera peraba, dipakai secara ektensif oleh orang tua dan pengasuh lain sebagai suatu saran unutk mengenali bayi baru lahir dengan cara mengeksplorasi tubuh bayi dengan ujung jarinya. 2. Kontak mata Bayi akan menggunakan lebih banyak waktu untuk saling memandang. Beberapa ibu mengatakan , dengan melalukan kontak mata meraka merasa lebih dekat dengan bayinya. 3. Suara Saling mendengar dan meresponi suara antara orang tua dan bayinya juga penting. Orang tua menunggu tangisan pertama bayinya dengan tegang, sedangkan bayi akan menjadi tenang dan berpaling kearah orang tua mereka saat orang tua mereka berbicara dengan suara bernada tinggi. 4. Aroma Perilaku lain yag terjalin antara orang tua dan bayi ialah respon terhadap aroma / bau masing – masing. Ibu mengatahui bahwa setiap anak memiliki aroma yang unik (porter, cernoch, perry, 1983). Sementara itu bayi belajar dengan cepat untuk membedakan aroma susu ibunya 5. Entrainment
  • 44. Bayi baru lahir bergerak – gerak sesuai dengan struktur pembicara orang dewasa. Bayi menggoyangkan tangan, mengangkat kepala, menendang – menendangkan kaki, seperti sedang berdansa mengikuti nada suara orang tuanya. Entrainment terjadi saat anak mulai berbicara. Irama ini berfungsi memberi umpan balik positif kepada orang tua dan menegakkan suatu pola komunikasi efektif yang positif. 6. Bioritme Anak yang belum lahir atau baru lahir dapat dikatakan senada dengan ritme alamiah ibunya. Untuk itu, salah satu tugas bayi baru lahir ialah membentuk ritme personal (bioritme). Orang tua dapat membantu proses ini dengan memberi kasih sayang yang konsisten dan dengan memanfaatkan waktu sat bayi mengembangkan perilaku yang responsif. Hal ini dapat meningkatkan interaksi sosial dan kesempatan bayi untuk belajar. 7. Kontak dini Saat, ini tidak ada bukti – bukti alamiah yang menunjukkan bahwa kontak dini setelah lahir merupakan hal yang penting untuk hubungan orang tua dan anak. Namun menurut kennel (1982), ada beberapa keuntungan fisiologis yang dapat diperoleh dari kontak dini, diantaranya adalah kadar oksitosin dan prolaktin
  • 45. meningkat, reflek menghisap dilakukan lebih dini, pembentukan kekebalan aktif dimulai, serta mempercepat proses ikatan antara orang tua dan anak (Dewi, Vivian Nany Lia. 2010 h.37). 2.1.4.5 Pemberian ASI Awal Langkah ini disebut dengan inisiasi menyusui dini (IMD). Beberapa penelitian membuktikan bahwa IMD membawa banyak sekali keuntungan untuk ibu dan bayi. 1. Mendekatkan hubungan batin ibu – bayi, karena IMD terjadi komunikasi batin secara sangat pribadi dan intensif. 2. Bayi akan mengenal ibunya lebih dini sehingga akam memperlancar proses laktasi. 3. Suhu tubuh bayi stabil karena hipotermi telah dikoreksi panas tubuh ibunya. 4. Refleks oksitosin ibu akan berfungsi maksimal. 5. Mempercepat produksi ASI, karena sudah mendapat rangsangan isapan dari bayi lebih awal (Sulistyawati,Ari dan nugraheny. 2012 h.216). Prosedur dan gambaran proses IMD 1. Tempatkan bayi diatas perut ibunya dalam 2 jam pertama tanpa pembatas kain diantara keduanya (skin to skin contact), lalu selimuti ibu dan bayi dengan selimut hangat. Posisikan bayi dalam keadaan tengkurap.
  • 46. 2. Setelah bayi stabil dan mulai beradaptasi dengan lingkunan luar uterus, ia akan mulai mencari puting susu ibunya. 3. Hembuan angin dan panas tubuh ibu akan memancarkan bau payudara ibu, secara insting bayi akan mencari sumber bau tersebut. 4. Dalam beberapa menit bayi akan merangkak keatas dan mencari serta memegang puting susu ibunya, ia akan mulai mengisap. 5. Selama periode ini tangan bayi akan memassase payudara ibunya dan selama itu pula refleks pelepasan horrmon oksitosin ibu akan terjadi. 6. ingat, selama prosedur ini bidan tidak boleh meninggalkan ibu dan bayi sendirian. Tahap ini sangat penting karena bayi dalam kondisi siaga penuh. Bidan harus menunda memandikan bayi, melakukan pemeriksa fisik, maupun prosedur lain (Sulistyawati, Ari dan Nugraheny.2012; h.216-217). 2.1.4.6 Pencegahan Infeksi Pada bayi baru lahir kemungkinan terjadi infeksi amatlah besar, ini disebabkan karena bayi belum memiliki kemampuan yang sempurna. Maka pelindungan dari orang lain disekitarnya sangat diperlukan. Usaha yang dapat dilakukan meliputi peningkatan
  • 47. upaya hiegenis yang maksimal agar terhindarkan dari kemungkinan terkena infeksi (Rukiyah, Ai Yeyeh dan Lia Yulianti. 2012 h.41) .Bayi baru lahir beresiko tinggi terinfeksi apabila ditemukan : ibu menderita eklamsia; ibu dengan diabetes mellitus; ibu mempunyai penyakit bawaan, kemungkinan bayi terkena infeksi berkaitan erat dengan : (1) riwayat kelahiran : persalinan lama, persalinan dengan tindakan (ektraksi cunam/vakum, seksio sesarea), ketuban pecah dini, air ketuban hijau kental; (2) bayi baru lahir trauma lahir, lahir kurang bulan, bayi kurang mendapatkan cairan dan kalori, hipotermia pada bayi. Cara pencegahan infeksi pada neonatus dibagi menjadi berikut: 1. Cara umum : Pencegahan infeksi bayi sudah harus dimulai dalam masa antenatal. Infeksi ibu harus diobati dengan baik misalnya infeksi umum, lokare, dll. Dalam kamar bersalin harus ada pemisahan yang sempurna antara bagian yang septik dan bagian yang aseptik. Pemisahan ini mencakup ruangan, tenaga keperawatan, alat kedokteran dan alat keperawatan. Ibu yang akan melahirkan sebelum masuk kamar bersalin sebaliknya dimandikan dahulu dan memakai bayi khusus untuk kamar bersalin
  • 48. Pada kelahiran bayi harus diberikan pertolongan secara aseptik. Suasana kamar bersalin harus sama dengan kamar operasi. Alat yang digunakan untuk resusitasi harus steril. Dalam bangsal bayi pun harus ada pemisahan yang sempurna antara bayi yang baru lahir dengan partus aseptik. Pemisahan ini harus mencakup tenaga, fasilitas perawatan, dan alat – alat (Rukiyah, Ai Yeyeh dan Lia Yulianti.2010 h.42-44) Air susu ibu yang dipompa sebelum diberikan kepada bayi harus dilakukan secara bersih, setiap bayi harus mempunyai tempat sendiri untuk berpakaian, temometer obat – obatan, kasa dan lain – lain. Lantai ruangan harus setiap hari dibersihkan benar – benar, dan setiap minggu dicuci dengan menggunakan antiseptikum (Rukiyah, Ai Yeyeh dan Lia Yulianti. 2010 h.45) 2. Tindakan pencegahan infeksi pada bayi baru lahir secara umum : Cara mengurangi risiko infeksi pada bayi sesudah lahir petugas kesehatan harus melakukan tindakan sebagai berikut : 1. Gunakan sarang tangan dan celemek plastik atau karet waktu memegang bayi baru lahir samapi dengan kulit bayi bersih dari darah,mekonium dan cairan.
  • 49. 2. Bersihkan darah dan cairan tubuh bayi lainnya dengan menggunakan kapas yang direndam didalam air hangat kemudian keringkan. 3. Bersihkan pantat dan daerah sekitar anus bayi setiap selesai menggant popok. 4. Gunakan sarung tangan waktu merawat tali pusat. 5. Ajari ibu merawat payudara dan bagaimana cara mengurangi trauma pada payudara dan puting agar tidak terjadi mastitis (Rukiyah, Ai Yeyeh dan Lia Yulianti. 2010 h.46). 3. Pemberian Salep Mata Pencegahan infeksi dengan menggunakan salep tetrasiklin 1%. Salep antibiotik tersebut harus diberikan dalam waktu 1 jam setelah kelahiran. Upaya profilaksis ini tidak efektif jika diberikan lebih dari 1 jam setelah kelahiran. Berikan salep mata dalam 1 garis lurus mulai dari bagian mata yang paling dekat dengan hidung bayi menuju keluar mata. Pada saat pemberian ujung salep mata tidak boleh menyentuh mata bayi dan jangan menghapus salep mata dari mata bayi dan anjurkan keluarga untuk tidak menghapus obat – obat tersebut (JNPK- KR, 2007) (Rukiyah, Ai Yeyeh dan Lia Yulianti. 2010 h.46- 47).
  • 50. 2.1.4.7 Vit. K Kejadian perdarahan karena defisiensi vitamin K pada bayi baru lahir dilaporkan cukup tinggi, berkisar 0,25-0,5%. Untuk mencegah terjadinya perdarahan tersebut, semua bayi baru lahir normal cukup bulan perlu diberi vitamin K peoral 1mg/hari selama 3 hari, sedangkan bayi resiko tinggi diberi Vitamin K parenteral dengan dosis 0,5-1 mg IM (Prawirohardjo, Sarwono.2010;.h 135). 2.1.5 Adaptasi Bayi Baru Lahir Terhadap Kehidupan Diluar Uterus 2.1.5.1 Sistem Pernafasan Tabel . 2.3 Perkembangan Sistem Pulmonal Usia Kehamilan Perkembangan 24 hari Bakal paru – paru terbentuk 26 – 28 hari Kedua bronkus membesar 6 minggu Segmen bronkus terbentuk 12 minggu Lobus terdiferensiasi 24 minggu Alveolus terbentuk 28 minggu Surfaktan terbentuk 34 – 36 minggu Struktur paru matang
  • 51. Rangsangan gerakan pernafan pertama terjadi karean beberapa hal berikut : 1. Tekanan mekanik dari torak sewaktu melalui jalan lahir ( stimulasi mekanik). 2. Penurunan PaO2 dan peningkatan PaCO2 merangsang kemoresptor yang terletak disinus karotikus (stimulasi kimiawi). 3. Rangsanan dingin didaerah muka dan perubahan suhu didalm uterus (stimulasi sensorik) 4. Reflek deflasi hering breur. Pernafasan perama pada bayi normal terjadi dalam waktu 30 menit pertama sesudah lahir. Usaha bayi pertama kali untuk mempertahankan tekanan alveoli, selain karena adanya surfaktan, juga karena adanya tarikan nafas dan pengeluaran nafas dengan merintih sehingga udara bisa tertahan didalam. Cara neonatus bernafas diafragma dan bernafas dengan cara abdominal, sedangkan untuk frekuensi dan dalamnya bernafas belum teratur (Dewi, Vivian Nany Lia. 2010 h.12-13) 2.1.5.2 Peredaran Darah Setelah bayi lahir, paru akan berkembang yang akan mengakibatkan tekanan arteriol dalam paru menurun yang dikuti dengan menurunnya tekanan pada jantung kanan. Kondisi ini
  • 52. menyebabkan tekanan jantung kiri lebih besar dibandingkan dengan tekanan jantung kanan, dan hal tersebut membuat foremen ovale secara fungsional menutup. Hal ini terjadi pada jam – jam pertama setelah lahir. Oleh karena tekanan dalam paru turun dan tekanan aorta desenden naik dan juga karena rangsangan biokimia (PaO2 yang naik ) serta duktus atrteriousus yang berobliterarsi. Hal ini terjadi pada hari pertama (Dewi, Vivian Nany Lia 2010 h.13). Aliran darah paru pada hari pertama kehidupan adalah 4 -5 liter permenit /m2 (Gessner, 1965). Aliran darah sistolik pada hari pertama rendah yaitu 1,96 liter/menit/m2 dan bertambah pada hari kedua dan ketiga (3,54 liter/m2) karena penutupan duktus arteriousus. Tekanan darah pada waktu lahir dipengaruhi oleh jumlah darah yang melalui transfusi plasenta yang pada jam – jam pertama sedikit menurun, untuk kemudian naik lagi dan menajdi konstan kiraa –kira 85/40 mmHg (Dewi, Vivian Nany Lia. 2010 h.13) 2.1.5.3 Suhu Tubuh Empat kemungkinan mekanisme yang dapat menyebabkan bayi baru lahir kehilangan panas tubuhnya. 1. Konduksi Panas dihantarkan dari tubuh bayi kebenda sekitarnya yang kontak langsung dengan tubuh bayi (pemindahan panas dari
  • 53. tubuh bayi keobjek lain melalu kontak langsung ). Sebagai contoh, konduksi bisa terjadi ketika menimbang bayi tanpa alas timbangan , memegang bayi saat tangan dingin, dan menggunakan stetoskop dingin untuk pemeriksaan BBL 2. Konveksi Panas hilang dari tubuh bayi keudara sekitarnya yang sedang bergerak (jumlah panas yang hilang bergantung pada kecepatan dan suhu udara). Sebagai contoh, konveksi dapat terjadi ketika membiarkan atau menempatkan BBL dekat jendela, atau membiarkan BBL diruangan yang terpasang kipas angin 3. Radiasi panas dipancarkan dari BBL keluar tubuhnya kelingkungan yang lebih dingin (pemindahan panas dari 2 objek yang mempunyai suhu berbeda). Sebagai contoh, membiarkan BBL dalam ruangan AC tanpa diberikan pemanas (radiant warmer), membiarkan BBL berdekatan dengan ruangan yang dingin (dekat tembok) (Dewi, Vivian Nany Lia. 2010 h.14). 4. Evaporasi Panas hilang melalui proses penguapan yang tergantung pada kecepatan dan kelembapan udara (perpindahan panas dengan
  • 54. cara mengubah cairan menjadi uap). Evaporasi ini dipengaruhi oleh jumlah panas yang dipaka, ditingkat kelembadan udara, dan aliran udara yan C, maka bayi akan kehilangan panas melalui konveksi, radiasi, dan evaporasi yang besarnya 200kg/BB, sedangkan yang dibentuk hanya sepersepuluhnya saja (Dewi, Vivian Nany Lia. 2010;h.14). 2.1.5.4 Metabolisme Luas peermukaan tubuh neonatus relatif lebih luas dari tubuh orang dewasa, sehingga metabolisme basal per kg berat badan akan lebih besar. Oleh karena itulah, BBL harus menyesuaikan diri dengan lingkungan baru sehingga energi dapat diperoleh dari metabolisme karbohidrat dan lemak. Dari jam – jam pertama kehidupan, energi didapatkan dari perubahan karbohidrat,. Pada hari kedua, energi berasal dari pembakaran lemak. Setelah mendapat susu, sekitar dihari keenam energi diperoleh dari lemak dan karbohidrat yang masing – masing sebesar 60 dan 40 % (Dewi, Vivian Nany Lia.2010;h.14 ). 2.1.5.5 Keseimbangan Air Dan Fungsi Ginjal Tubuh BBL mengandung relatif banyak air. Kadar natrium juga relatif lebih besar dibandingkn dengan kalium karena ruangan ektraseluler yang luas. fungsi ginjal belum sempurna karena : a. Jumlah nefron masih belum senyak orang dewasa.
  • 55. b. Ketidakseimbagan luas permukaan glomerulus dan volume tubulus proksimal. c. renal blood flow relatif kurang dibandingakan dengan orang dewasa (Dewi, Vivian Nany Lia. 2010; h.15). 2.1.5.6 Imunoglobulin Bayi baru lahir tidak memiliki sel plasma pada sumsum tulang juga tidak memiliki lamina propia ilium dan apendiks. Plasenta merupakan sawar, sehingga fetus bebas dari antegen dan stres imunologs. Pada BBL hanya terdapat gamaglobulin G, sehingga imunologi dari ibu dapat berpindah melalui plasenta karena berat molekulnya kecil. Akan tetapi, bila ada infeksi yang dapat melalui plesenta (lues, tokoplasma ,herpes simpleks, dan lain – lain) reaksi imunologi dapat terjadi dengan pembentukan sel plasma serta antibodi gama A, G dan M (Dewi, Vivian Nany Lia. 2010; h.15). 2.1.5.7 Traktus Digestivus Traktus digentivus relatis lebih berat dan lebih panjang dibandingkan dengan orang dewasa. Pada neonatus, traktus digentivus mengandung zat berwarna hitam kehijauan terdiri atas mukopolisakarida atau disebut juga mekonium. Pengeluaran mekonium biasanya pada 10 jam pertama kehidupan dan dalam 4 hari setelah kelahiran biasanaya feses sudah berbentuk dan berwaarna biasa. enzim dalam traktus digentivus biasnya sudah terdapat pada neonatus, kecuali enzim amilase pankreas (Dewi, Vivian Nany Lia. 2010 ;h.15).
  • 56. Kapasitas lambung neonatus sangat bervariasi dan tergantung pada ukuran bayi, sekitar 30 – 90 ml. Pengosongan dimulai dalam beberapa menit pada saat pemberian makanan dan selesai antara 2- 4 jam setelah pemberian makanan dan pengosongan dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain waktu dan volume makanan, jenis dan suhu makanan serta stres fisik . Neonatus memiliki enzim lipase dam amylase dalam jumlah sedikit sehingaan neonatus kehilangan untuk mencerna karbohidrat dan lemak. Pada waktu lahir, usus dalam keadaan steril hanya dalam beberapa jam. Terdengar bunyi isi perut dalam 1 jam pertama kelahiran (Maryanti, Dwi et.all. 2011 h.20) Mekonium yang ada dalam usus besar sejak 16 minggu kehamilan, diangkat dalam 24 jam pertama kehidupan dan benar – benar dibuang dalam 48 – 72 jam . feses pertama berwarna hijau kehitam – hitaman, keras, dan mengandung empedu. Pada hari 3 – 5 feses berubah warna menjadi kuning kecoklatan. Begitu bayi diberi makanan, kotoran berwarna kuning. Kotoran bayi yang meminum susu botol lebih pucat warnanya, lunak dan berbau agak tajam. Bayi BAB 4 -6 x sehari (Maryanti, Dwi et.all. 2011 h.20). Refleks gumoh dan refleks batuk yang matang sudah terbenuk dengan baik pada saat lahir. Kemampuan neonatus cukup bulan untuk menelan dan mencerna makanan (selain susu) masih terbatas. Hubungan antara esophagus bawah dan lambung masih
  • 57. belum sempurna yang mengakibatkan gumoh neonatus (Maryanti,Dwi et.all. 2011 h.20 ). Untuk mengfungsikan otak memerlukan glukosa dalam jumlah tertentu. Dengan tindakan penjepitan tali pusat dengan klem pada saat lahir seseorang neonatus harus mulai mempertahankan kadar glukosa darahnya sendiri. Pada saat neonatus glukosa darah akan turun dalam waktu cepat (1 – 2 jam). Untuk mengkoreksi penurunan kadar glukosa dapat dilakukan dengan penggunaan ASI, menggunakan cadangan glikogen dan melalui pembuatan glukosa dari sumber lain terutama lemak, nenotus yang tidak mampu mencerna makanan dengan jumlah yang cukup, akan membuat glukosa dar glukogen (glikogenisasi) (Maryanti, Dwi et.all. 2011 h.21). 2.1.5.8 Hati Segera setelah lahir, hati menunjukkan perubahan kimia dan morfologis yang berupa kenaikan kadar protein dan penurunan kadar lemak serta glikogen. Sel hemopoetik juga mulai berkurang, walaupun dalam waktu yang agak lama. enzim hati belum aktif brnar pada waktu bayi baru lahir, daya detoksifikasi hati pada neonatus juga belum sempurna, contoh pemberian obat klorofenikol dengan dosis lebih dari 50mg/kgBB/hari dapat menimbulkan grey baby syndrom (Dewi, Vivian Nany Lia. 2010 h.15) 2.1.5.9 Perubahan – Perubahan Sistem Reproduksi
  • 58. Pada neonatus perempun labia mayora dan labia minora mengaburkan vestibulum dan menutup klitoris. Pada noenatus laki – laki preputium biasanya tidak sepenuhnya tertarik masuk dan testis sudah turun. Pada bayi laki – laki dan perempuan penarikan estrogen maternal menghasilkan kongesti lokal di dada dan yang kadang – kadang diikuti oleh sekresi susu pada hari ke 4 atau ke 5 (Maryanti, Dwi.et.all.2011 h.23) 2.1.5.10 Perubahan Sistem Skeletal Tubuh neonatus kelihatan sedikit tidak proposional, tangan sedikit lebih panjang dari kaki, punggung neonatus kelihatan lurus dan dapat ditekuk dengan mudah, neonatus dapat mengangkat dan memutar kepala ketika menelungkup. Fontanel posterior tertutup dalam waktu 6 – 8 minggu. Fontanel anterior tetap terbuka hingga usia 18 bulan (Maryanti, Dwi.et.all. 2011 h.23). 2.1.5.11 Perubahan Sistem Neuromuskular Dibandingkan dengan sistem tubuh lain, sistem saraf neonatus baik secara anatomi maupun fisiologi. Ini menyebabkan kegiatan refleks pina dan batang otak dengan kontrol minimal oleh lapisan luar serebrum pada bulan – bulan awal walaupun interaksi sosial terjadi lebih awal. Setelah nneonatus lahir, pertumbuhan otak memerlukan persediaan oksigen dan glukosa yng tetap dan memadai. Otak yang masih muda rentan
  • 59. terhadap hipoksia, keseimbangan biokimia, infeksi dan perdarahan (Maryanti, Dwi.et.all. 2011 h.23) 2.1.5.12 Keseimbangan Asam Basa Tingkat keasaman (pH) dara pada waktu lahir umumnya rendah karena glikolisis anaerobik. Namum, dalam waktu 24 jam, noenatus telah mengompensasi asisosis ini (Dewi, Vivian Nany Lia. 2010 h.15). 2.1.6 Reflek Pada Bayi a. Refleks kedipan (glabelar reflex) Merupakan respon terhadap cahaya terang yang mengindikasikan normalnya saraf optik b. Refleks menghisap (rooting reflex) Merupakan refleks bayi yang membuka mulut atau mencari puting saat akan menyusui c. Sucking reflex Yang dilihat saat waktu bayi menyusu (Dewi, Vivian Nany Lia.2010 h.25-26). d. Reflek menelan (swallowing) Dimana ASI dimulut bayi mendesak otot daerah mulut dan faring sehingga mengaktifkan refleks menelan dan mendorong ASI kedalam lambung (JNPK-KR, 2007) (Rukiyah, Ai Yeyeh dan Lia Yulianti. 2012 h.63). e. Tonick neck reflex
  • 60. Letakkan bayi dalam posisi telentang, putar kepala bayi ke satu sisi dengan badan ditahan, ektremitas terektensi pada sisi kepala yang diputar, tetapi ektremitas pada sisi lain fleksi. Pada keadaan normal, bayi akan berusaha unutk mengembalikan kepala ketika diputar kesisi pengujian saraf asensori (Dewi, Vivian Nany Lia. 2010 h.25). f. Grasping reflex Normalnya bayi akan menggenggam dengan kuat saat pemeriksaan meletakkan jari telunjuk pada palmar yang ditekan dengan kuat (Dewi, Vivian Nany Lia.2010 h.26). g. Refleks moro pemeriksa menyangga pada punggung dengan posisi 45 derajat, dalam keadan rileks kepala dijatuhkan 10 derajat. Normalnya akan terjadi abduksi sendi bahu dan ekstensi lengan (Dewi, Vivian Nany Lia. 2010 h.26). h. Walking reflex Bayi akan menunjukan respons berupa gerakan berjalan dan kaki akan bergantian dari fleksi ke ektensi (Dewi, Vivian Nany Lia. 2010 h.26). i. Babibsky reflex
  • 61. Dengan menggoreskan telapak kaki, dimulai dari tumit lalu gores pada sisi lateral telapak kaki kearah atas kemudian gerakkan jari sepanjang telapak kaki (Dewi, Vivian Nany Lia. 2010 h.26). j. Startle reflek Reaksi emosional berupa hentakan dan gerakan seperti menerjang pada lengan dan tangan dan sering diikuti dengan tangis (Rukiyah, Ai Yeyeh dn Lia Yulianti 2010 h.63). 2.1.7 Tanda – Tanda Bahaya Bayi Jika meneukan kondisi ini harus segera dilakukan pertolongan dan orang tua harus mengetahui seperti : a. Pernafasan sulit atau lebih dari 60 x permenit. b. C ) atau telalu C ). c. Kulit bayi kering (terutama 24 jam pertama) biru, pucat atau memar. d. Hisapan saat menyusui lemah, rewel, sering muntah, mengantuk berlebihan. e. Talipusat merah, bengkak, keluar cairan, berbau busuk, berdarah. f. Tanda – tanda infeksi seperti suhu tubuh meningkat, merah bengkak, bau busuk, keluar cairan, pernafasan sulit. g. Tidak BAB dalam 3 hari, tidak BAK dalam 24 jam, tinja lembek/encer, sering berwarna hijau tua, ada lendir atau darah.
  • 62. h. Mengigil, rewel, lemas mengantuk, kejang, tidak bisa tenang, menangis terus – menerus (Rukiyah, Ai Yeyeh dan Lia Yulianti.2010 h.73). 2.2 Tinjauan Teori Asuhan Kebidanan Dokumentasi asuhan bayi baru lahir merupakan bentuk catatan dari asuhan kebidanan yang dilaksanakan pada bayi baru lahir sampai 24 jam setelah kelahiran yang meliputi pengkajian, pembuatan diagnosis, pengidentifikasian masalah terhadap tindakan segera dan kolaborasi kebidanan dengan dokter atau tenaga kesehatan lain, serta penyusunan asuhan kebidanan dengan tepat dan rasional berdasarkan keputusan yang dibuat pada langkah sebelumya (Wildan, muh Hidayat.2008 h.73). Manajemen asuhan kebidanan pada bayi baru lahir : 2.2.3 Mengumpulkan data Data yang dikumpulkan pada pengkajian asuhan bayi baru lahir adalah sebagai berikut:adaptasi bayi baru lahir melalui penilaian APGAR Score;pengkajian keadan fisik mulai kepala seperti ubun- ubun,sutura,moulage,caput succedaneum atau cephal haematoma, lingkar kepala,pemeriksaan telinga(untuk menentukan hubungan letak mata dan kepala);tanda infeksi pada mata,hidung dan mulut seperti pada bibir dan langitan ada tidaknya sumbing,refleks sumbing,reflek isap;pembengkakan dan benjolan pada leher;bentuk dada;putting susu;bunyi nafas dan jantung; gerakan bahu;lengan dan tangan;jumlah jari;reflek moro;bentuk penonjolan sekitar tali pusat;jumlah pembuluh
  • 63. pada tali pusat;adanya benjolan pada perut,testis(dalam skrotum),penis,ujung penis;pemeriksaan kaki dan tungkai terhadap gerakan normal;ada tidaknya spina bifida,spincter ani, verniks pada kulit;warna kulit,pembengkakan atau bercak hitam(Tanda lahir);pengkajian faktor genetik;riwayat ibu mulai antenatal,intranatal sampai pospartum,dan lain-lain. (Wildan, muh Hidayat.2008.h.74) 1. Data subjektif a. Biodata 1) Nama Selain sebagai identitas, upayakan agar bidan memanggil dengan nama panggilan sehingga hubungan komunikasi antara bidan dan pasien lebih akrab (Sulistiyawati,Ari Nugraheny 2012 h.220). 2) Usia / tanggal lahir Data ini ditanyakan untuk menentukan apakah ibu dalam persalinan berisiko karena usia atau tidak (Sulistiyawati,Ari Nugraheny 2012 h.220). 3) Agama
  • 64. Sebagai dasar bidan dalam memberikan dukungan mental dan spiritual terhadap pasien dan keluarga sebelum dan saat persalinan (Sulistiyawati,Ari Nugraheny 2012 h.221). 4) Pendidikan terakhir Sebagian besar bidan untuk mentukan metode yang paling tepat dalam penyampaian informasi mengenal teknik melahirkan bayi. Tingkat pendidikan ini akan sangat memperngaruhi daya tangkap pasien terhadap instruksi yang diberikan bidan pada proses persalinan (Sulistiyawati,Ari Nugraheny 2012 h.221). 5) Pekerjaan Data ini menggambarkan tingat sosial ekonomi, pola sosialisasi, dan data pendukung dalam menentukan pola komunikasi yang akan dipilih selama asuhan (Sulistiyawati,Ari Nugraheny 2012. h.221) 6) Suku / bangsa Data ini berhubungan dengan sosial budaya yang dianut oleh pasien dan keluarga yang berkaitan dengan persalinan (Sulistiyawati,Ari Nugraheny 2012 h.221). 7) Alamat
  • 65. Selain sebagai data mengenai distrbusi lokasi pasien, data ini juga memberi gambaran mengenani jarak dan waktu yang ditempuh pasien menuju lokasi persalinan. Ini mungkin berkaitan dengan keluhan terakhir, atau tanda persalinan yang disampaikan dengan patokan saat terakhir sebelum berangkat kelokasi persalinan (Sulistiyawati,Ari Nugraheny. 2012. h.221). b. Riwayat pasien Riwayat kesehatan bayi baru lahir yang penting dan harus juga dikaji, antara lain : 1. Faktor genetik, meliputi kelainan / gangguan metababolik pada keluarga dan sindroma generik. 2. Faktor matenal (ibu), meliputi adanya penyakit jantung, diabetes mellitus, penyakit ginjal, penyakit hati, hipertensi, penyakit kelamin, riwayat penyaniayaan, riwayat abortus, RH/isoimunisasi (Muslihatun, wafi nur. 2010 252). 3. Faktor antenatal, meliputi pernah ANC/tidak, adanya riwayat perdarahan, preeklamsia, infeksi, perkembangan janin terlalu besar / terganggu, diabetas gestasional, poli / oligohidramnion (Muslihatun, wafi nur. 2010 h.252).
  • 66. 4. Faktor perinatal, meliputi prematur / postmatur, partus lama, penggunaan obat selama persalinan, gawat janin, suhu ibu meningkat, posisi janin tidak normal, air ketuban pecah dini (KPD), perdarahan dalam persalinan, prolapsus tapi pusat, ibu hipotensi, asidosis janin, jenis persalinan (Muslihatun,wafi nur. 2010 h.252). 2. Data Objektif Melakukan pengkajian dengan mengumpulkan data yang dibutuhkan untuk mengevaluasi keadaan bayi baru lahir. Pengkajian pada bayi baru lahir dibagi menjadi 2 bagian yaitu pengkajian segera setelah lahir, dan pengkajian keadaan fisik unutk memastikan bayi dalam keadaan normal atau mengalami komplikasi Langkah Data yang dikumpulkan pada pengkajian asuhan bayi baru lahir adalah sebagai berikut : a. Adaptasi bayi baru lahir melalui penilaian APGAR score (wildan, muh Hidayat. 2008; h.74). b. Pengkajian keadaan fisik melalui : 1. Kepala Ubun – ubun besar, ubun – ubun kecil, sutura , moulase, caput succedaneum, cephal haematoma, hidrosepalus, rambut meliputi : jumlah, warna dan adanya lanugo pada bahu dan punggung.
  • 67. 2. Muka Tanda – tanda paralisis 3. Mata Ukuran, bentuk (strabismus, pelebaran, epicanthus) dan kesimetrisan, kekeruhan kornea, katarak kongenital, trauma, keluar nanah, bengkak pada kelopak mata, perdarahan subkonjungtiva. 4. Telinga Jumlah, bentuk, posisi, kesimetrisan letak, dihubungkan dengan mata dan kepala serta adanya gangguan pendengaran. 5. Hidung Bentuk dan lebar hidung, pola pernafasan, kebersihan. 6. Mulut Bentuk simetris/tidak, mukosa mulut kering/basah, lidah, palatum, bercak putih pada gusi, refleks menghisap, adakah labio/palatoskisis, trush, sianosis. 7. Leher Bentuk simetris/tidak, adakah pembengkakan dan benjolan, kelainan tiroid, hemangioma, tanda abnormalitas kromoson dan lain – lain. 8. Klavikula dan lengan tangan
  • 68. Adakah fraktur klavikula, gerakan, jumlah jari. 9. Dada Bentuk dan kelainan bentu dada, puting susu, gangguan pernafasan, auskultrasi bunyi jantung dan pernafasan. Penonjolan sekitar tali pusat pada saat menangis, perdarahan tali pusat, jumlah pembuluh darah pada tali pusat, dinding perut dan adanya benjolan, distensi, gastroskisis, omfalokel, bentuk simetris/tidak, palpasi hati, ginjal. 10. Genetalia Kelamin laki – laki : panjang penis, testis sudah turun berada dalam skorotum, orifisium uretrae diujung penis, kelainan (fimosis, hipospadia/epispadia). Kelamin perempuan : labia mayora dan labia minora, klitoris, ofisium uretra, sekret, dan lain – lain. 11. Tungkai dan kaki
  • 69. Gerakan, bentuk simetris/tidak, jumlah / tidak, jumlah jari, pergerakan, pes equinovarus /pes equinovalgus. 12. Anus Berlubang / tidak, posisi, fungsi spingter ani, adanya atresia ani, meconium plug syndrom, megacolon. 13. Punggung Bayi tengkurap, raba kurvatura kolumna vetebralis, skoliosis, pembengkakan, spina bifida, mielomeningokel, lesung/ bercak berambut, dan lain – lain. 14. Pemeriksaan kulit Warna kulit dan adanya vernick kaseosa, pembengkakan atau bercak hitam, tanda lahir / tanda mongol. 15. Reflek Berkedip, babiski, merangkak menari/ melangkah, ekstrusi, galant’s, moro’s, neck righting, palmar grasp, rooting startle, menghisap, tonic neck. 2.2.4 Melakukan interprestasi data dasar Interprestasi data dasar yang akan dilakukun adalah beberapa data yang ditemukan pada saat pengkajian bayi baru lahir
  • 70. Seperti; Diagnosa:Bayi kurang bulan sesuai dengan masaa kehamilan Masalah:ibu kurang informasi Ibu tidak pernah ANC. (Wildan, muh Hidayat.2008;.h.74) 2.2.5 Melakukan identifikasi diagnosis atau masalah potensial dan mengatisipasi penanganannya Beberapa hasil dari interprestasi data dasar dapat digunakan untuk mengindentifikasi diagnosis atau masalah potensial kemungkinan sehingga akan ditemukan beberapa diagnosis atau masalah potensial pada bayi baru lahir serta antisipasi terhadap masalah yang timbul.(Wilda,muh Hidayat.2008;.h.74) 2.2.6 Menetapkan kebutuhan terhadap tindakan segera atau masalah potensial pada bayi baru lahir. Langakah ini di lakukan untuk mengantisipasi dan melakukan konsultasi dan kolaborasi dengan tim kesehatan lain berdasarkan kondisi pasien.(Wildan,muh Hidayat.2008;.h 75) 2.2.7 Menyusun rencana asuhan yang menuyeluruh penyusunan recana asuhan secara menyeluruh pada bayi baru lahir umumnya a. Rencanakan untuk mempertahankan suhu tubuh bayi agar tetap hangat dengan melaksanakan kontak anatara kulit ibu dan bayi,periksa setiap 15 menit telapak kaki dan pastikan dngan periksa suhu aksila bayi.
  • 71. b. Rencanakan perawatan mata dengan menggunakan obat mata eritromrtrin 0,5% atau tetrasiklin 1% untuk pencegahan penyakit menular seksual. c. Rencanakan untuk mmberikan indentitas bayi dengan memberikan gelang yang tertulis nama bayi/ ibunya,tanggal lahir,nomor,jenis kelamin,ruang/unit. d. Tunjukan bayi dengan orang tua. e. Segera kontak dengan ibu kemudian dorong untuk melakukan pemberian ASI. f. Berikan vitamin k1 per oral 1 mg/ hari selama tiga hari untuk mencegah perdarahan pada bayi normal,bayi beresiko tinggi melalui parenteral dengan dosis 0,5-1 mg intramuscular. g. Lakukan perawatan tali pusat. h. Berikan konseling tentang menjaga kehangatan bayi, pemberian ASI,perawatan tali pusat, dan tanda bahaya umum. i. Berikan imunisasi seperti BCG,POLIO,dan Hepatitis B. j. Berikan perawatan rutin dan ajarkan pada ibu .(Wildan,muh Hidayat.2008;h75) 2.2.8 Melaksanakan perencanaan. Tahap ini dilakukan dengan melaksanakan rencana asuhan kebidanan yang menyeluruh dan dibatasi oleh standar asuhan kebidanan pada bayi baru lahir.(Wildan,muh Hidayat.2008;.h 75).
  • 72. 2.2.9 Evaluasi Evaluasi pada bayi baru lahir dapat menggunakan bentuk SOAP. 2.3 Landasan Hukum Kewenangan Bidan Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) Nomor 1464/Menkes/Per/X/2010 tentang Izin dan Penyelenggaran Praktik Bidan, kewenangan yang dimiliki bidan meliputi: 2.3.1 Kewenangan normal: 2.3.1.1 Pelayanan kesehatan ibu 2.3.1.2 Pelayanan kesehatan anak 2.3.1.3Pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana 2.3.2 Kewenangan dalam menjalankan program Pemerintah 2.3.3 Kewenangan bidan yang menjalankan praktik di daerah yang tidak memiliki dokter. Kewenangan normal adalah kewenangan yang dimiliki oleh seluruh bidan. Kewenangan ini meliputi: Pelayanan kesehatan anak a. Ruang lingkup: 1. Pelayanan bayi baru lahir. 2. Pelayanan bayi. 3. Pelayanan anak balita. 4. Pelayanan anak pra sekolah.
  • 73. b. Kewenangan: 1. Melakukan asuhan bayi baru lahir normal termasuk resusitasi, pencegahan hipotermi, inisiasi menyusu dini. (IMD), injeksi vitamin K 1, perawatan bayi baru lahir pada masa neonatal (0- 28 hari), dan perawatan tali pusat. 2. Penanganan hipotermi pada bayi baru lahir dan segera merujuk. 3. Penanganan kegawatdaruratan, dilanjutkan dengan perujukan. 4. Pemberian imunisasi rutin sesuai program Pemerintah. 5. Pemantauan tumbuh kembang bayi, anak balita dan anak pra sekolah. 6. Pemberian konseling dan penyuluhan. 7. Pemberian surat keterangan kelahiran. 8. Pemberian surat keterangan kematian.
  • 74. BAB III TINJAUAN KASUS ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI BARU LAHIR TERHADAP BY NY. A SEGERA SETELAH LAHIR DI BPS DESI ANDRIANI S.ST BANDAR LAMPUNG TAHUN 2015 Tanggal : 06 Mei 2015 Jam : 22.50 wib Tempat : Di BPS Desi Andriani Oleh : Ike Rahayu M A. Data Subjektif 1. Anamnesa a. Bayi Nama bayi : By Ny A Tgl lahir : 06 Mei 2015 Jam : 22.50WIB Jenis : Perempuan b. Orang tua
  • 75. Ibu Ayah Nama : Ny. A Tn. T Umur : 37 tahun 37 tahun Suku : Jawa/Indonesia Jawa/Indonesia Agama : Islam Islam Pendidikan : SMA SMA Pekerjaan : IRT Swasta Alamat : Jl.Dr Warsito kupang kota teluk betung 1. PENFKAJIAN A. DATA SUBJEKTIF 1. Riwayat antenatal G4P3A0 Umur kehamilan 38 minggu 5 hari Riwayat ANC : Teratur, 8 kali di BPS Desi Andriani 1 kali dengan dr spOG. 2. Keluhan saat hamil : TM 1: mual muntah TM2 : tidak ada TM3 : Sering BAK 3. Penyakit selama kehamilan a. Diabetes militus : tidak ada b. Hepatitis : tidak ada c. Tuberkolosis : tidak ada d. HIV/AIDS : tidak ada 4. Kebiasaan
  • 76. a. Minum jamu/obat : tidak ada b. Merokok : tidak ada 5. Komplikasi a. Hiperemesis :tidak ada b. Perdarahan : tidak ada c. Preeklampsia : tidak ada d. Eklampsia : tidak ada e. Infeksi : tidak ada B. DATA OBJEKTIF 1. Pemeriksaan Umum Keadaan umum : baik Warna kulit : kemerahan Menangis : spontan Tonus aktif : aktif Data penunjang 1. Komplikasi janin a. IUGR : tidak ada b. Polihidramnion : tidak ada c. Oligohidramnion : tidak ada d. Gemelli : tidak ada 2. Riwayat intranatal Lahir tanggal 06 Mei 2015 pukul 22.50 WIB
  • 77. Jenis persalinan spontan, penolong bidan Lama persalinan Kala 1 : 6 jam 15 menit Kala 2 : - 30 menit Kala 3 : - 10 menit Kala 4 : 2 jam - Lamanya : 8 jam 55 menit 3. Komplikasi ibu a. Hipertensi : tidak ada b. Partus lama : tidak ada c. Penggunaan obat : tidak ada d. Infeksi/suhu badan naik : tidak ada e. KPD : tidak ada f. Perdarahan : tidak ada 4. Komplikasi janin a. Premature/postmatur : tidak ada b. Malposisi/malpresentasi : tidak ada c. Gawat janin : tidak ada d. Prolaps tali pusat : tidak ada e. Ketuban campur mekoneum : tidak ada f. Keadaan bayi baru lahir : baik
  • 78.
  • 79. Tabel 3.1 MATRIKS Tgl/ Jam Pengkajian Interprestasi Data (diagnosa, Masalah, Kebutuhan) Dx potensial/ Masalah potensial Antisipasi/ Tindakan Segera Intervensi Implementasi Evaluasi 1.06 mei 2015 Pukul; 22.50 wib 2. pukul 22.57 wib Ds.: ibu mengatakan senang atas kelahiran bayinya Do: -warna kulit kemerahan -tonu otot aktif -menangis kuat DX.:Bayi Ny.A segera setelah lahir cukup bulan sesuai masa kehamilan. Ds : ibu mengatakan UK 37 minggu 6 hari DO :ibu mengatakan Bayi lahir tanggal 06- 05-2015 Pukul 22.50 wib Tidak ada Tidak ada 1. Letakan bayi di atas perut ibu lalu Keringkan Tubuh Bayi Menggunakan Kain Bersih Dan Kering 2. Lakukan pemotongan dan pengikatanpada tali pusat 1. Mengeringkan bayi mulai dari muka, kepala dan bagian tubuh lainya. Kemudian ganti kain basah dengan kain yang kering. 2. 2. Melakukan pemotongan tali pusat dengan cara tali pusat diurut kearah bayi sekitar 3cm lalu di klem kemudian lakukan pengurutan kembali kea rah ibu 3cm dari klem pertama kemudian lakukan pemotongan lalu di jepit dengan klem 1. Tubuh bayi telah kering. 2. Tali pusat telah terikat 3. Handuk teah diganti
  • 80. 3. Pukul 23.00 wib 4. pukul 23.02 wib 3. Ganti handuk dengan handuk kering 4. Lakukan IMD DTT/steril 3 cm dari ( pangkal pusat ) bayi. Dari titik jepitan, tekan tali pusat dengan dua jari lalu urut kea rah ibu , kemudian jepit dengan klem ke dua pada bagian yang sudah di urut berjarak 2 cm dari arah jepitan yang pertama. Lalu potong tali pusat dan mengikatnya. 3. Mengganti handuk yang basah dengan handuk yang kering 4. Melakukan IMD dalam keadaan ibu dan bayi tidak memakai buju, tengkurapkan bayi didada ibu agar terjadi sentuhan kulit ibu dan bayi dan kemudian selimuti keduanya agar tidak kedinginan. 4. IMD telah dilakukan selama 1 jam
  • 81. 5. Beri salep mata tetracylin Anjurkan ibu untuk memberikan sentuhan kepada bayi untuk meragsang bayi mendekati puting ibu lalu biarkan bayi mencari sendiri puting susu ibunya. biarkan kulit bayi bersentuhan langsung dengan kulit ibunya minimal 1 jam walaaupun proses menyusui telah terjadi. Bila belum terjadi proses menyusu hingga 1 jam, biarkan bayi berada di dada ibu sampai proses menyusui pertama selesai. Dan saat melakukan penilaian reflek pada bayi yang meliputi dengan hasil : 1. Rooting (+), pada saat bayi menyusu 2. Sucking(+) pada saat bayi 5. Salep mata telah diberikan.
  • 82. 5. pukul 24.00 wib 6. pukul 07.06 Wib 7. 07.08 . wib 6. Injeksi vitamin k 7. Ukur antropometri pada bayi menyusu 3. Swallowing (+) pada saat bayi menyusu 5. Memberi salep mata tetracylin dari mata dekat hidung menuju bagian luar dengan dosis 1 % diberikan untuk mencegah infeksi pada mata bayi, karena pada saat persalinan mata bayi menyentuh jalan lahir yang banyak terdapat bakteri. 6. Memberikan injeksi vitamin k 1 injeksi 1 mg intramuskuler untuk mencegah terjadinya perdarahan 7. Mengukur antropometri pada bayi 6. Vitamin K telah diberikan. 7. Bayi telah diukur antropometri dengn hasil sebagai berikut : BB :3600 gram PB :52 cm LK : 34 cm LD : 33 cm Lila : 11 cm 8. Hasil dari pemeriksaan umum pada
  • 83. 8. pukul 07.10 Wib 9. pukul 07.15 wib 8. Lakukan pemeriksaan umum pada bayi 9. Lakukan pemeriksaan fisik pada bayi secara head to toe 8. Melakukan pemeriksaan umum pada bayi, 9. Melakukan pemeriksaan fisik secara head to toe bayi dalam keadaan norrnal. Yang didapatkan hasil sebagai berikut : warna kulit : kemerahan turgor kulit : elastis gerakan : aktif tonus otot : baik Pernapasan :40 x/menit suhu axila : 36 ,5°c denyut jantung : 140 x/menit 9. Pemeriksaan fisik telah dilakukan dan didapatkan hasil yaitu : a. Kepala Ubun-ubun:datar Caputsuccedaneum : tidak ada Cepal haematoma : tidak ada b. Muka : simetris kanan dan kiri c. Mata Simetris : simetris kanan dan kiri Kelopak mata : ada Secret : tidak ada
  • 84. Sklera : putih d. Telinga Simetris : simetris Lubang ; ada e. Hidung Lubang : ada Septum : ada f. Mulut Sianosis : tidak ada Mukosa : lembab Labioskisis : tidak ada Palatoskizis: tidak ada g. Leher: tidak ada pembesaran h. Klavikula dan lengan tangan Gerakan : aktif Jumlah jari : lengkap i. Dada Bentuk : simetris Puting susu : ada
  • 85. Auskultasi : tedengar lup dup j. Abdomen Tali pusat : tdak ada perdarahan Kelainan : tidak ada k. Genetalia Laki- laki l. Anus : positif m. Tungkai dan kaki : simetris kanan dan kiri n. Gerakan : aktif o. Jumlah jari lengkap normal p. Punggung Bentuk : simetris Kelainan : tidak ada q. Reflek Moro :positif Rooting : positif Sucking :positif
  • 86. 10. pukul 07.25 wib 11. pukul 08.00 wib 10. Bedong bayi 11. Beri bayi kepada ibu untuk rawat gabung 10. Membedong bayi untuk mencegah hipotermi pada bayi 11. Memberikan bayi pada ibu untuk rawat gabung agar lebih terjalin ikatan batin antara ibu Swalowing : positif Graps : positif Tonickneck : positif Babinski : positif 10. Bayi telah dibedong 11. Bayi telah bersama ibunya.
  • 87. dan anak. Selain itu agar ibu lebih mudah memberikan asi pada bayinya, serta dapat mengurangi kemungkinan adanya perasaan bahwa ibu tidak mampu merawat bayinya 12. 12. 12.
  • 88.
  • 89. BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Pengkajian Pada pengkajian yang dilakukan untuk menyimpulkan data dasar tentang keadaan pasien pada By. Ny. A dengan Asuhan kebidanan pada bayi baru lahir terhadap By. Ny. A segera setalah lahir di BPS Desi Andriani Bandar Lampung Tahun 2015, didapatkan hasil sebagai berikut : 4.1.1 Data Objektif 4.1.1.1 Warna Kulit 1. Tinjauan Teori Bayi mestinya memiliki warna kulit yang normal beberapa jam setelah lahir (Rukiyah, Ai Yeyeh dan Lia yulianti.2010). Sesuai apgar score nilai Appreance / Warna Kulit normal adalah Warna kulit seluruh tubuh normal (Sulistyawati, Ari dan Nugraheny 2012). Aspek yang dinilai warna kulit dan tangis bayi, jika warna kulit adalah kemerahan dan bayi dapat menangis spontan maka ini sudah cukup untuk dijadikan data awal bahwa dalam kondisi baik (Sulistyawati, Ari dan Nugraheny.2012).
  • 90. 2. Tinjauan Kasus Pada kasus ini By. Ny. A segera setelah lahir warna tubuh kemerahan. 3. Pembahasan Pada tinjauan teori dan tinjauan kasus tidak terdapat kesenjangan karena By. Ny. A lahir dengan warna kulit kemerahan itu menandakan bayi dalam keadaan normal. 4.1.1.2 Pernafasan / Menangis Spontan 1. Tinjauan Teori Sesaat setelah bayi baru lahir bidan melakukan penilaian sekilas untuk menilai kesejahtaraan bayi umum. Aspek yang dinilai warna kulit dan tangis bayi, jika warna kulit adalah kemerahan dan bayi dapat menangis spontan maka ini sudah cukup untuk dijadikan data awal bahwa dalam kondisi baik (Sulistyawati, Ari dan Nugraheny.2012). 2. Tinjauan Kasus Dari kasus ini By. Ny. A segera setalah lahir langsung menangis spontan. 3. Pembahasan Dari tinjauan teori dan tinjauan kasus tidak terjadi kesenjangan karena By. Ny. A langsung menagis
  • 91. spontan segera setalah lahir ini menandakan bayi dalam keadaan normal. 4.1.1.3 Tonus Otot / Tingkat Kesadaran 1. Tinjauan Teori Tonus otot merupakan gerakan aktif segera setelah lahir dan Rentang normal tingkat kesadaran bayi baru lahir adalah mulai dari diam hingga sadar penuh dan dapat ditenangkan jika rewel (Muslihatun, wafi nur. 2010). 2. Tinjauan kasus Dari kasus ini By. Ny.A segera setelah lahir bergerak aktif secara spontan. 3. Pembahasan Dari tinjauan teori dan tinjauan kasus tidak terdapat kesenjangan karena By. Ny. A bergerak aktif dan spontan segera setalah lahir dan itu menandakan bayi dalam keadaan normal. 4.1.1.4 Usia Kehamilan 1. Tinjauan Kasus Bayi lahir normal adalah Bayi yang lahir dalam presentasi belakang kepala melalui vagina tanpa memakai alat, pada usia kehamilan genap 37 minggu sampai dengan 42 minggu, dengan berat badan 2500– 4000 gram, nilai Apgar > 7 dan tanpa cacat bawaan (Rukiyah, Ai yeyeh dan Lia Yulianti. 2010).
  • 92. 2. Tinjauan Teori Dari kasus ini By. Ny. A lahir pada usia kehamilan 37 minggu 6 hari dengan Berat Badan lahir 3000gram. 3. Pembahasan Dari tinjauan teori dan tinjauan kasus tidak terdapat kesenjangan karena By. Ny. A lahir pada usia kehamilan 37 minggu 6 hari dengan berat badan lahir 3000 gram. 4.2 Diagnosa, Masalah Dan Kebutuhan 1. Tinjauan Teori Melakukan identifikasi secara benar terhadap diagnosa, masalah dan kebutuhan bayi baru lahir bedasarkan data yang telah dikumpulkan (Rukiyah, Ai Yeyeh dan Lia Yulianti. 2010 ;h 16). 2. Tinjauan Kasus Dari kasus ini didapatkan : Diagnosis : By. Ny. A segera setelah lahir cukup bulan sesuai masa kehamilan Masalah : tidak ada Kebutuhan : asuhan bayi segera setelah lahir 3. Pembahasan Dari tinjauan teori dan tinjauan kasus tidak terdapat kesenjangan karena bayi lahir dalam keadaan normal dan tanpa komplikasi.
  • 93. 4.3 Idenifikasi Diagnosa dan Masalah Potensial 1. Tinjauan Teori Mengidentifikasi diagnosa atau masalah potensial yang mungkin terjadi berdasarkan masalah atau diagnosa yang sudah terindentifikasi (Rukiyah,Ai Yeyeh dan Lia Yulianti. 2010). 2. Tinjauan kasus Pada kasus By. Ny. A tidak muncul diagnosa masalah potensial karena tidak ada tanda-tanda kegawatan dan komplikasi. 3. Pembahasan Dari tinjauan teori dan tinjauan kasus tidak terdapat kesenjangan karena By. Ny. A dalam keadaan normal tanpa tanda – tanda kegawatadaruratan dan komplikasi. 4.4 Identifikasi Tindakan Segera 1. Tinjauan teori Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter untuk dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan yang lain sesuai dengan kondisi bayi (Rukiyah, Ai Yeyeh dan Lia Yulianti. 2010). 2. Tinjauan kasus Pada kasus By. Ny. A tidak dilakukan tindakan segera. 3. Pembahasan Dari tinjauan teori dan tinjauan kasus tidak terdapat kesenjangan karena bayi lahir dalam keadaan normal dan tanpa komplikasi.
  • 94. 4.5 Perencanaan 1. Tinjauan kasus Langkah-langkah ini ditentukan oleh sebelumnya yang merupakan lanjutan dari masalah atau diagnosa yang telah diidentifikasi atau antisipasi. (Ambarwati, Eny Retna dan Wulandari Diah 2008;h.130.) Menyusun rencana asuhan yang menyeluruh pada bayi baru lahir umumnya sebagai berikut : 1. Jaga kehangatan 2. Bersihkan jalan nafas (bila perlu) 3. Keringkan dan tetap jaga kehangatan 4. Potong dan ikat tali pusat tanpa membubuhi apapaun, kira – kira 2 menit setelah lahir. 5. Lakukan inisiasi menyusui dini dengan cara kontak kulit bayi dengan kulit ibu. 6. Beri salep mata antibiotik tetrasiklin 1% pada kedua mata. 7. Beri suntikan vitamin K1 1 mg intramuskular, dipaha kiri anteroteral setelah inisiasi menyusui dini. 8. Beri imunisasi hepatitis B 0,5 ml intramuskular, dipaha kanan anterolateral, diberikan kira – kira 1 – 2 jam setela pemberian vit. K.(JNPK,Buku Acuan Asuhan Persalinan Normal, 2008). 2. Tinjauan kasus Pada kasus BY Ny. A telah diberikan beberapa perencanaan yaitu : 1. Lakukan penilaian selintas pada bayi baru lahir. 2. Keringkan bayi dari lendir dan darah
  • 95. 3. Lakukan pemotongan dan pengikatan tali pusat 4. Berikan bayi kepada ibu dengan teknik skin to skin untuk IMD 5. Berikan salep mata pada bayi. 6. Berikan Vit. K pada bayi 7. Ukur atropometri bayi 8. Lakukan pemeriksaan umum pada bayi 9. Lakukan pemeriksaan fisik secara head to toe 10. Lakukan pembedongan pada bayi 11. Lakukan rawat gabung pada ibu dan bayi . 3. Pembahasan Dari tinjauan teori dan kasus tidak terjadi kesenjangan karena perencanaan yang diberikan sesuai dengan kebutuhan By. Ny. A. 4.6 Pelaksanaan 1. Tinjauan teori. Langkah ini merupakan pelaksanaan rencana asuahan peyuluhan pada klien dan keluarga. Mengarahkan atau melaksanakan rencana asuhan secara efisien dan aman (Ambarwati, Eny Retna dan Wulandari Diah. 2008 ; h 145). 2. Tinjauan kasus 1. Melakukan penilaian selintas pada bayi baru lahir. Yaitu : warna kulit kemerahan , tonus otot aktif dan menangis spontan.
  • 96. 2. Mengeringkan bayi dari lendir dan darah dengan cara menggunakan kain bersih secara seksama dari kepala hingga kaki bayi lalu mengganti dengan handuk kain yang baru. 3. Melakukan pemotongan tali pusat dengan cara mengurut tali pusat 5 cm kearah bayi lalu klem 3cm dari bayi lalu urut kembali 5 cm dari klem pertama kearaah ibu lalu klem 2cm dari klem pertama, lalu melakukan pemotongan tali pusat dan menjepit tali pusat menggunakan klem plastik tali pusat yang steril. 4. Memberikan bayi kepada ibu dengan teknik skin to skin untuk melakukan IMD dengan cara ibu dan bayi tidak memakai buju, tengkurapkan bayi didada ibu agar terjadi sentuhan kulit ibu dan bayi dan kemudian selimuti keduanya agar tidak kedinginan. Anjurkan ibu untuk memberikan sentuhan kepada bayi untuk meragsang bayi mendekati puting ibu lalu biarkan bayi mencari sendiri puting susu ibunya. biarkan kulit bayi bersentuhan langsung dengan kulit ibunya minimal 1 jam walaaupun proses menyusui telah terjadi. Bila belum terjadi proses menyusu hingga 1 jam, biarkan bayi berada di dada ibu sampai proses menyusui pertama selesai. Dan saat melakukan penilaian reflek pada bayi yang meliputi dengan hasil : 4. Rooting (+), pada saat bayi menyusu 5. Sucking(+) pada saat bayi menyusu 6. Swallowing (+) pada saat bayi menyusu.
  • 97. 5. Memberi salep mata dengan tetracylin 1% . pemberiannya dengan cara memberi salep mata dalam 1 garis lurus mulai dari bagian mata yang paling dekat dengan hidung bayi munuju keluar mata. Pada saat pemberian ujung salep mata tidak boleh menyentuh mata bayi dan jangan menghapus salep mata dari mata bayi dan anjurkan keluarga untuk tidak menghapus salep mata tersebut. diberikan ini untuk mencegah infeksi pada mata bayi. 6. Memberikan injeksi vitamin K1(fetamenabion) injeksi 1 mg intramuskuler 1/3 paha kiri bayi untuk mencegah terjadinya perdarahan pada BBL akibat defisiensi vitamin K yang dialami oleh BBL. 7. Mengukur antropometri pada bayi 8. Melakukan pemeriksaan umum pada bayi, 9. Melakukan pemeriksaan fisik secara head to toe 10. Melakukan pembedongan pada bagi unutk mencegah hipotermi pada bayi. 11. Memberikan bayi pada ibu untuk rawat gabung agar lebih terjalin akatan batin antara ibu dan anak. Selain itu agar ibu lebih mudah memberikan asi pada bayinya, serta dapat mengurangi kemungkinan adanya perasaan bahwa ibu tidak mampu merawat bayinya 3. Pembahasan
  • 98. Dari tinjauan teori dan kasus tidak terjadi kesenjangan karena pelakasanaan yang diberikan sesuai dengan kebutuhan By. Ny. A 4.7 Evaluasi 1. Tinjauan teori Melakukan evaluasi keefektifan dari asuhan yang diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan, apakan benar – benar telah terpenuhi sesuai dengan kebutuhan bayi baru lahir sebagaimana telah diintifikasikan didalam diagnosa dan masalah (Varney, 1997) (Rukiyah, Ai Yeyeh Dan Lia Yulianti. 2010). 2. Tinjauan kasus Pada kasus By. Ny.D telah dilakukan penatalaaksanaan bayi segera setelah lahir dan didapatkan hasil : 1. Bayi dalam keadaan baik dan normal. 2. Bayi telah dikeringkan dari lendir dan darah dan telah mengganti dengan kain yang baru. 3. Pemotongan tali pusat dan penjepitan menggunakan klem plastik tali pusat telah dilakukan. 4. IMD telah dilakukan selama 1 jam. 5. Salep mata telah diberikan. 6. Vitamin K telah diberikan 7. Pengukuran atropometri telah dilakukan 8. Pemeriksaan umum bayi telah dilakukan 9. Pemeriksaan fisik telah dilakukan 10. Bayi telah dibedong
  • 99. 11. Rawat gabung telah dilakukan 3. Pembahasan Dari tinjauan teori dan tinjauan kasus tidak terdapat kesenjangan karena semua pelaksanaan telah dievaluasi dan tidak terjadi masalah dan komplikasi.
  • 100. BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Setelah penulis melakukan asuhan kebidanan pada By. Ny.A segera setelah lahir cukup bulan sesuai masa kehamilan dengan di BPS, Desi Andriani Bandar Lampung tahun 2015, maka penulis dapat mengambil beberapa kesimpulan sebagai berikut : 5.1.1 Dalam melakukan asuhan kebidanan pada By. Ny. A segera setelah lahir cukup bulan sesuai masa kehamilan, penulis telah melaksanakan pengkajian dengan baik. Pengkajian tersebut didapat dari pengumpulan data subjektif dan objektif. Data subjektif meliputi identitas bayi dan orang tua dan riwayat kehamilan, sedangkan data objektif didapat dari pemeriksaan selintas sewaktu bayi dilahirkan. 5.1.2 Penulis telah melakukan interpretasi data dengan menentukan diagnosa kebidanan pada bayi baru lahir yaitu By. Ny.A segera setelah lahir cukup bulan sesuai masa kehamilan yang didapat dari data subjektif dan objektif yang didapat dari hasil pengkajian. 5.1.3 Dalam kasus ini penulis tidak menemukan diagnosa potensial karena bayi dalam keadaan normal dan tanpa komplikasi.
  • 101. 5.1.4 Dalam kasus ini tidak penulis melakukan antisipasi masalah potensial karena bayi dalam keadaan normal dan tanpa komplikasi. 5.1.5 Dalam kasus ini penulis telah memberikan rencana asuhan kebidanan pada By. Ny.A segera setelah lahir cukup bulan sesuai masa kehamilan yaitu lakukan penilaian selintas pada bayi baru lahir, keringkan bayi dari lendir dan darah, Lakukan pemotongan dan pengikatan tali pusat , Berikan bayi kepada ibu dengan teknik skin to skin untuk IMD, Berikan salep mata pada bayi, Berikan Vit. K pada bayi, Ukur atropometri bayi, Lakukan pemeriksaan umum pada bayi, Lakukan pemeriksaan fisik secara head to toe, lakukan pembedongan pada bayi , dan Lakukan rawat gabung pada ibu dan bayi. Hal ini tertuang dalam matrik di Bab III. 5.1.6 Dalam kasus ini penulis melaksanakan apa yang telah direncanakan pada By. Ny. A segera setelah lahir cukup bulan sesuai masa kehamilan. 5.1.7 Dalam kasus ini penulis melakukan evaluasi terhadap kasus By. Ny.A segera setalah lahir cukup bulan sesuai masa kehamilan, bahwa apa yang telah direncanakan telah terlaksanakan dan dievaluasi. Hasil evaluasi bayi dalam keadaan baik, tidak mengalami asfiksia dan hipotermi , jepit potong tali pusat, IMD, pencegahan infeksi, pemberian Vit. K, pengukuran
  • 102. antropometri, pemeriksaan fisik, pembedongan serta rawat gabung telah dilakukan. 5.2 Saran 5.2.1 Bagi Institusi Pendidikan Diharapkan institusi pendidikan dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan mahasiswa tentang asuhan bayi segera setalah lahir melalui pelatihan / seminar / workshop agar mahasiswa dapat mandiri, mengikuti perkembangan ilmu kebidanan khususnya tentang Asuhan Bayi Segera Setelah Lahir yang lebih relevan dan up to date serta dapat memberikan asuhan yang benar dan baik. 5.2.2 Bagi Lahan Praktek Sebaiknya setiap BPS, dapat menerapkan manajemen pelayanan kebidanan pada bayi baru lahir untuk meningkatkan mutu pelayanan kebidanan agar dapat mengurangi angka kesakitan dan kematian bayi di BPS pada khususnya. 5.2.3 Bagi Peneliti Selanjutnya Diharapkan karya tulis ilmiah ini dapat menjadi bahan bacaan dan referensi agar dapat menambah ilmu pengetahuan serta perkembangan ilmu kebidanan khususnya dalam asuhan bayi segera setelah lahir serta dapat melanjutkan penelitian yang relevan dan up to date.
  • 103. DAFTAR PUSTAKA Ambarwati, Eny Retna dan .Wulandari Diah. 2008. Asuhan Kebidanan Nifas. Jakarta: Mitra Cendikia Buku Acuan pelatihan Klinik, 2008.Asuhan Persalinan Normal. Jakarta:JNPKR Dewi, Vivian Nany Lia. 2010. Asuhan Neonatus Bayi Dan Anak Balita. Jakarta: Salemba Medika Maryanti, Dwi et.all.2011. Buku Ajar Neonatus, Bayi Dan Balita. Jakarta:Tim. Muslihatun, wafi nur.2010.Asuhan Neonatus Bayi Dan Balita. Yogyakarta: Fitramaya. Notoatmodjo, Soekidjo.2005. Metodologi Penelitan kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Prawirohardjo, Sarwono. 2010. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Profil Dinas kesehatan Provinsi Lampung 20012. Rukiyah, Ai Yeyeh dan Lia Yulianti.2010.Asuhan Neonatus Bayi Dan Balita. Edisi revisi. Jakarta:Tim. Sulistyawati, Ari dan Nugraheny.2012. Asuhan Kebidanan Pada ibu bersalin. Jakarta: Salemba Medika
  • 104. Wildan, muh Hidyat.2008.Dokumentasi Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika.