SlideShare a Scribd company logo
1 of 12
Download to read offline
SALINAN

                               MENTERI SOSIAL
                             REPUBLIK INDONESIA

            PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA

                          NOMOR 17 TAHUN 2012

                                  TENTANG

              AKREDITASI LEMBAGA KESEJAHTERAAN SOSIAL

                   DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

                   MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA,
Menimbang : a.      bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 53 Undang-
                    Undang Nomor 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial,
                    perlu membentuk Peraturan Menteri Sosial tentang Akreditasi
                    Lembaga di bidang Kesejahteraan Sosial;

              b.    bahwa Peraturan Menteri Sosial Nomor 107/HUK/2009
                    tentang Akreditasi Lembaga di bidang Kesejahteraan Sosial
                    sebagaimana diubah dengan Peraturan Menteri Sosial Nomor
                    12 tahun 2011, tidak dapat dilaksanakan sesuai proses
                    pemberian akreditasi suatu lembaga, sehingga perlu diganti;

              c.    bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud
                    dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan
                    Menteri Sosial tentang Akreditasi Lembaga di Bidang
                    Kesejahteraan Sosial;

Mengingat   : 1.    Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan
                    Sosial (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009
                    Nomor 12, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
                    Nomor 4967);

              2.    Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2012 tentang
                    Penyelenggaraan Kesejahteraan Sosial (Lembaran Negara
                    Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 68, Tambahan
                    Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5294);

              3.    Keputusan Presiden Nomor 84/P Tahun          2009   tentang
                    Pembentukan Kabinet Indonesia Bersatu II;
MENTERI SOSIAL
                              REPUBLIK INDONESIA



                4.   Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 tentang
                     Pembentukan dan Organisasi Kementerian Negara yang telah
                     beberapa kali diubah, terakhir dengan Peraturan Presiden
                     Nomor 91 Tahun 2011;
                5.   Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2010
                     tentang Kedudukan, Tugas, dan Fungsi Kementerian Negara
                     serta Susunan Organisasi, Tugas, dan Fungsi Eselon I
                     Kementerian Negara yang telah beberapa kali diubah, terakhir
                     dengan Peraturan Presiden Nomor 92 Tahun 2011;
                6.   Peraturan Menteri Sosial Nomor 86/HUK/2010          tentang
                     Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Sosial;

                                MEMUTUSKAN :

Menetapkan : PERATURAN MENTERI SOSIAL TENTANG AKREDITASI LEMBAGA
             DI BIDANG KESEJAHTERAAN SOSIAL.

                                     BAB I

                              KETENTUAN UMUM

                                     Pasal 1

Dalam Peraturan ini yang dimaksud dengan :

1. Lembaga di bidang Kesejahteraan Sosial adalah lembaga yang menyelenggarakan
   kesejahteraan sosial baik yang dilakukan oleh pemerintah, pemerintah daerah,
   maupun masyarakat.

2. Lembaga Kesejahteraan Sosial adalah organisasi sosial atau perkumpulan sosial
   yang melaksanakan penyelenggaraan kesejahteraan sosial yang dibentuk oleh
   masyarakat, baik yang berbadan hukum maupun yang tidak berbadan hukum.

3. Akreditasi adalah penetapan tingkat kelayakan dan standardisasi Lembaga di
   bidang Kesejahteraan Sosial yang didasarkan pada penilaian program, sumber
   daya manusia, manajemen dan organisasi, sarana dan prasarana, dan hasil
   pelayanan kesejahteraan sosial.

4. Badan Akreditasi Lembaga di bidang Kesejahteraan Sosial yang selanjutnya
   disebut Badan Akreditasi adalah lembaga yang melakukan penilaian untuk
   menetapkan tingkat kelayakan dan standardisasi Lembaga di bidang
   Kesejahteraan Sosial.

                                        2
MENTERI SOSIAL
                               REPUBLIK INDONESIA




5. Pekerja Sosial Profesional yang selanjutnya disebut pekerja sosial adalah
   seseorang yang bekerja, baik di lembaga pemerintah maupun swasta yang
   memiliki kompetensi dan profesi pekerjaan sosial, dan kepedulian dalam
   pekerjaan sosial yang diperoleh melalui pendidikan, pelatihan, dan/atau
   pengalaman praktik pekerjaan sosial untuk melaksanakan tugas-tugas
   pelayanan dan penanganan masalah sosial.

6. Tenaga Kesejahteraan Sosial yang selanjutnya disingkat TKS adalah seseorang
   yang dididik dan dilatih secara profesional untuk melaksanakan tugas-tugas
   pelayanan dan penanganan masalah sosial dan/atau seseorang yang bekerja,
   baik di lembaga pemerintah maupun swasta yang ruang lingkup kegiatannya di
   bidang kesejahteraan sosial.

7. Asesor adalah seseorang berdasarkan kompetensi yang dimilikinya diangkat,
   ditugaskan dan diberhentikan oleh Menteri Sosial serta mendapat penugasan
   dari Badan Akreditasi untuk melakukan penilaian terhadap tingkat kelayakan
   dan standardisasi Lembaga di bidang Kesejahteraan Sosial.

8. Standar pelayanan minimal di bidang pelayanan kesejahteraan sosial adalah
   norma atau kriteria yang ditetapkan oleh kementerian sosial yang digunakan
   dalam pelayanan kesejahteraan sosial.


                                     Pasal 2

(1) Akreditasi dilakukan terhadap Lembaga dibidang Kesejahteraan Sosial baik milik
    Pemerintah, pemerintah daerah, maupun masyarakat.

(2) Lembaga di bidang Kesejahteraan Sosial sebagaimana dimaksud pada ayat 1
    terdiri atas :
    a. Unit Pelaksana Teknis milik Pemerintah;
    b. Unit Pelaksana Teknis milik pemerintah daerah; dan
    c. Unit Pelayanan sosial langsung baik yang diselenggarakan oleh Lembaga
       Kesejahteraan Sosial maupun yang mandiri.



                                     BAB II
                             MAKSUD DAN TUJUAN
                                     Pasal 3

Akreditasi Lembaga di bidang Kesejahteraan Sosial           dimaksudkan     untuk
menentukan tingkat kelayakan dan standardisasi terhadap :
                                        3
MENTERI SOSIAL
                               REPUBLIK INDONESIA


a. Unit Pelaksana Teknis milik Pemerintah;
b. Unit Pelaksana Teknis milik pemerintah daerah; dan
c. Unit Pelayanan sosial langsung baik yang diselenggarakan oleh Lembaga
   Kesejahteraan Sosial maupun yang mandiri.


                                      Pasal 4

Akreditasi bertujuan :
a. melindungi masyarakat dari penyalahgunaan praktik pekerjaan sosial yang
   dilakukan oleh Lembaga di bidang Kesejahteraan Sosial;
b. meningkatkan kualitas pelayanan kesejahteraan sosial yang dilakukan oleh
   Lembaga di bidang Kesejahteraan Sosial;
c. memenuhi kebutuhan masyarakat akan pelayanan kesejahteraan sosial; dan
d. meningkatkan peran aktif pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat
   dalam meningkatkan kualitas penyelenggaraan kesejahteraan sosial.



                                      BAB III
                                   AKREDITASI
                                      Pasal 5

(1)   Persyaratan akreditasi Unit Pelayanan sosial langsung baik diselenggarakan
      oleh Lembaga Kesejahteraan Sosial maupun mandiri dilakukan dengan
      ketentuan:
      a. berbadan hukum;
      b. terdaftar di kementerian/instansi sosial; dan
      c. melakukan pelayanan kesejahteraan sosial langsung kepada penyandang
         masalah kesejahteraan sosial.

(2)   Persyaratan akreditasi Unit Pelaksana Teknis milik pemerintah dan pemerintah
      daerah dilakukan dengan ketentuan:
      a. mempunyai Struktur Organisasi dan Tata Kerja (SOTK) berdasarkan
         keputusan pejabat yang berwenang;
      b. melakukan pelayanan kesejahteraan sosial langsung kepada penyandang
         masalah kesejahteraan sosial.




                                         4
MENTERI SOSIAL
                               REPUBLIK INDONESIA


                                     Pasal 6

(1)   Akreditasi dilakukan setelah Lembaga di bidang Kesejahteraan Sosial
      memenuhi standar pelayanan minimal pelaksanaan pelayanan kesejahteraan
      sosial, yang meliputi program, sumber daya manusia, manajemen organisasi,
      sarana dan prasarana, proses pelayanan dan hasil pelayanan.

(2)   Penilaian atas pemenuhan standar pelayanan minimal lembaga di bidang
      kesejahteraan sosial sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dituangkan dalam
      instrument akreditasi.


                                     Pasal 7

(1)   Akreditasi terhadap lembaga di bidang kesejahteraan sosial dilaksanakan
      secara obyektif dan transparan.

(2)   Pelaksanaan penilaian akreditasi dilaksanakan oleh tenaga asesor yang
      ditunjuk oleh Badan Akreditasi.

(3)   Asesor sebagaimana dimaksud pada ayat (2) bekerja secara kolektif dan
      mempunyai kompetensi dari berbagai profesi.


                                     Pasal 8

(1) Akreditasi terhadap Lembaga di bidang Kesejahteraan Sosial dilakukan dengan
    tatacara :
    a. mengajukan permohonan secara tertulis kepada Ketua Badan Akreditasi;
    b. mengisi formulir dan dilengkapi dengan persyaratan yang ditentukan;
    c. mengikuti tahapan akreditasi; dan
    d. memperoleh rekomendasi dari kementerian/instansi sosial.

(2) Tata cara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d tidak berlaku akreditasi
    terhadap Unit Pelaksana Teknis milik Pemerintah dan pemerintah daerah.


                                     Pasal 9

Lembaga di bidang Kesejahteraan Sosial yang telah memenuhi unsur yang terdapat
dalam instrumen akreditasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (2), dapat
diakreditasi dengan tingkatan sebagai berikut :
a. akreditasi baik sekali/ A;
b. akreditasi baik/B; dan

                                        5
MENTERI SOSIAL
                               REPUBLIK INDONESIA



c.    akreditasi cukup/C.


                                     Pasal 10

(1)   Akreditasi baik sekali/A sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 huruf a berlaku
      selama 5 tahun, dan dapat ditetapkan kembali setelah dilakukan penilaian
      ulang.

(2)   Akreditasi baik /B sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 huruf b berlaku
      selama 3 tahun, dan dapat ditetapkan kembali setelah dilakukan penilaian
      ulang.

(3)   Akreditasi cukup /C sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 huruf c berlaku
      selama 2 tahun, dan dapat ditetapkan kembali setelah dilakukan penilaian
      ulang.



                                     Pasal 11

Ketentuan mengenai standar pelayanan minimal, instrumen akreditasi dan kriteria
tingkatan akreditasi diatur lebih lanjut oleh Menteri Sosial.



                                     Pasal 12
Penetapan tingkatan akreditasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 dapat
ditinjau ulang oleh Menteri Sosial atas usulan Badan Akreditasi, dan pertimbangan
Dewan Kehormatan Akreditasi dalam hal Lembaga di bidang Kesejahteraan Sosial
tidak memenuhi ketentuan dalam hal pelaksanaan stándar pelayanan minimal di
bidang kesejahteraan sosial atau terbukti melakukan pelanggaran hukum.




                                      BAB IV
                               BADAN AKREDITASI

                                     Pasal 13

(1)   Badan Akreditasi berkedudukan di Ibukota Negara.
(2)   Badan Akreditasi sebagaimana dimaksud pada         ayat   (1)   dibentuk   dan
      bertanggungjawab kepada Menteri Sosial.
                                         6
MENTERI SOSIAL
                               REPUBLIK INDONESIA

                                     Pasal 14

(1)   Badan Akreditasi melaksanakan penilaian terhadap Lembaga di bidang
      Kesejahteraan Sosial.
(2)   Penilaian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bersifat independen.
(3)   Hasil penilaian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan oleh Badan
      Akreditasi kepada Menteri Sosial untuk ditetapkan.
(4)   Menteri Sosial dalam menetapkan tingkatan akreditasi dibantu oleh Dewan
      Kehormatan Akreditasi.



                                     Pasal 15

Ketentuan mengenai tata cara penilaian, prosedur, dan penetapan hasil penilaian
akreditasi diatur lebih lanjut oleh Kepala Badan Pendidikan dan Penelitian
Kesejahteraan Sosial.


                                     Pasal 16

Badan Akreditasi berwenang mengusulkan kepada Menteri Sosial:
a. pengangkatan dan pemberhentian asesor; dan
b. hasil penilaian akreditasi terhadap Lembaga di bidang Kesejahteraan Sosial.


                                     Pasal 17

Badan Akreditasi mempunyai tugas :
a. menyusun, menetapkan kriteria dan tugas asesor;
b. melaksanakan seleksi asesor;
c. menugaskan kepada asesor untuk melaksanakan penilaian akreditasi; dan
d. memantau dan mengevaluasi terhadap pelaksanaan akreditasi oleh asesor.


                                     Pasal 18

(1) Organisasi Badan Akreditasi terdiri dari :
    a. 1 (satu) orang ketua merangkap anggota;
    b. 1 (satu) orang wakil ketua merangkap anggota;dan
    c. 9 (sembilan) orang anggota dan/atau sekurangnya 4 (empat) orang anggota.




                                         7
MENTERI SOSIAL
                               REPUBLIK INDONESIA

(2) Badan Akreditasi dibantu oleh :
    a. asesor; dan
    b. sekretariat.


                                      Pasal 19

Keanggotaan Badan Akreditasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ayat (1),
harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :
a. warga negara Indonesia ;
b. sehat jasmani dan rohani;
c. berkelakuan baik;
d. berpendidikan strata 2/spesialis I;
e. diutamakan berpengalaman dalam praktik pekerjaan sosial atau Lembaga di
   bidang Kesejahteraan Sosial;
f. diutamakan berpengalaman dalam organisasi profesi; dan
g. diutamakan mempunyai karya pengembangan Lembaga di bidang Kesejahteraan
   Sosial.


                                      Pasal 20

(1) Keanggotaan Badan Akreditasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ayat (1)
    diangkat dan diberhentikan oleh Menteri Sosial.

(2) Keanggotaan Badan Akreditasi mempunyai masa tugas 3 (tiga) tahun.

(3) Keanggotaan Badan Akreditasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat
    diangkat kembali untuk 1 (satu) kali periode masa tugas setelah lulus seleksi.


                                      Pasal 21

(1) Seseorang dapat diangkat sebagai anggota Badan Akreditasi setelah lulus seleksi
    yang dilakukan oleh panitia seleksi.

(2) Keanggotaan Badan Akreditasi dapat diberhentikan sebelum selesai masa
    tugasnya apabila :
    a. meninggal dunia;
    b. mengundurkan diri;
    c. dipidana berdasarkan keputusan Pengadilan yang telah mempunyai kekuatan
       hukum tetap; dan
    d. tidak dapat melaksanakan tugas, karena sakit maupun alasan lain.



                                         8
MENTERI SOSIAL
                                 REPUBLIK INDONESIA


 (3) Keanggotaan yang diberhentikan sebagaimana dimaksud pada ayat (2),
     penggantinya harus memenuhi persyaratan menjadi anggota Badan Akreditasi
     tanpa proses seleksi.


                                       Pasal 22

(1)   Asesor sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ayat (2) huruf a, bertugas menilai
      Lembaga di bidang Kesejahteraan Sosial dalam pelaksanaan standar pelayanan
      minimal di bidang kesejahteraan sosial.

(2)   Asesor sebagaimana dimaksud pada ayat (1), terdiri atas Pekerja Sosial dan TKS.


                                       Pasal 23

 (1) Sekretariat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ayat (2) huruf b, bertugas
     membantu pelaksanaan tugas Badan Akreditasi.

 (2) Anggota sekretariat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berasal dari unsur unit
     yang berkaitan dengan bidang akreditasi.

 (3) Anggota sekretariat sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diangkat dan
     diberhentikan oleh Kepala Badan Pendidikan dan Penelitian Kesejahteraan
     Sosial.

 (4) Sekretariat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dipimpin oleh seorang
     sekretaris, dijabat oleh kepala Unit Kerja Eselon II yang membidangi akreditasi
     dan ditetapkan oleh Menteri Sosial.


                                       Pasal 24

 (1) Kedudukan sekretariat berada di Unit Kerja Eselon II yang membidangi
     akreditasi.

 (2) Sekretariat sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1) dapat dibentuk di 6
     (enam) Balai Besar Pendidikan dan Pelatihan Kesejahteraan Sosial Kementerian
     Sosial.


                                       Pasal 25

 Ketentuan lebih lanjut mengenai fungsi dan tata kerja Badan Akreditasi ditetapkan
 dengan Peraturan Badan Akreditasi.
                                           9
MENTERI SOSIAL
                               REPUBLIK INDONESIA

                                    Pasal 26

(1) Panitia seleksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 ayat (1) dibentuk oleh
    Menteri Sosial.

(2) Panitia seleksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), bertugas melakukan seleksi
    calon anggota Badan Akreditasi yang meliputi penjaringan, penilaian dan
    penetapan hasil seleksi.

(3) Dalam hal hasil seleksi sebagaimana dimaksud pada ayat (2), belum terpenuhi,
    dilakukan seleksi lanjutan.

(4) Seleksi lanjutan sebagaimana dimaksud pada ayat (3), hanya dapat diikuti oleh
    peserta yang belum pernah terdaftar dan mengikuti seleksi sebelumnya.



                                     BAB V
                       DEWAN KEHORMATAN AKREDITASI
                                    Pasal 27

(1) Dewan Kehormatan Akreditasi dibentuk oleh Menteri Sosial yang beranggotakan
    para ahli di bidang pekerjaan sosial/kesejahteraan sosial.

(2) Keanggotaan Dewan Kehormatan Akreditasi sebagaimana dimaksud pada ayat
    (1), diangkat dan diberhentikan oleh Menteri Sosial.

(3) Keanggotaan Dewan Kehormatan Akreditasi sebagaimana dimaksud pada ayat
    (1), berjumlah 5 (lima) orang terdiri atas seorang ketua merangkap anggota dan
    4 (empat) orang anggota.


                                    Pasal 28

Dewan Kehormatan Akreditasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 ayat (1),
mempunyai tugas memberikan pertimbangan kepada Menteri Sosial dalam :
a. pengangkatan dan pemberhentian asesor;
b. pemberian dan pencabutan akreditasi Lembaga di bidang Kesejahteraan Sosial;
c. pemberhentian anggota Lembaga di bidang Kesejahteraan Sosial; dan
d. pengembangan kebijakan akreditasi.




                                        10
MENTERI SOSIAL
                              REPUBLIK INDONESIA


                                     BAB VI
                                  PEMBIAYAAN
                                    Pasal 29


Segala pembiayaan yang diperlukan bagi pelaksanaan Akreditasi bagi Lembaga di
bidang Kesejahteraan Sosial bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara.



                                     BAB VII
                            KETENTUAN PERALIHAN
                                    Pasal 30

Pada saat mulai berlakunya Peraturan Menteri Sosial ini:

a. keanggotaan Badan Akreditasi yang telah diangkat sebelum Peraturan Menteri
   ini dapat ditetapkan kembali menjadi anggota Badan Akreditasi dengan
   mengajukan permohonan kepada Menteri Sosial tanpa proses seleksi; dan

b. keanggotaan Badan Akreditasi dan asesor yang pertama kali diberikan sertifikat
   langsung oleh Menteri Sosial.



                                    BAB VIII
                             KETENTUAN PENUTUP
                                    Pasal 31

Pada saat mulai berlakunya Peraturan ini, Peraturan Menteri Sosial Nomor
107/HUK/2009 tentang Akreditasi Lembaga di Bidang Kesejahteraan Sosial
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Sosial Nomor 12/HUK/2011
dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.


                                    Pasal 32

Peraturan pelaksanan dari Peraturan Menteri Sosial Nomor 107/HUK/2009 tentang
Akreditasi Lembaga di Bidang Kesejahteraan Sosial, yang ada pada saat ditetapkan
Peraturan ini, masih tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan atau diganti
berdasarkan Peraturan ini.

                                        11
MENTERI SOSIAL
                              REPUBLIK INDONESIA


                                   Pasal 33

Peraturan ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Menteri
ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia.

                                              Ditetapkan di Jakarta
                                              pada tanggal 12 Juli 2012
                                              MENTERI SOSIAL
                                              REPUBLIK INDONESIA,

                                                        ttd.

                                              SALIM SEGAF AL JUFRI

Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 17 Juli 2012
MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA,

        ttd.

AMIR SYAMSUDIN
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2012 NOMOR 726




                                       12

More Related Content

What's hot

Permensos no. 08 tahun 2012 idn journal
Permensos no. 08 tahun 2012 idn journalPermensos no. 08 tahun 2012 idn journal
Permensos no. 08 tahun 2012 idn journalIdnJournal
 
Peraturan Menteri No 16 tahun 2013
Peraturan Menteri No 16 tahun 2013Peraturan Menteri No 16 tahun 2013
Peraturan Menteri No 16 tahun 2013jeeroloo
 
Permensos no. 25 tahun 2012 idn journal
Permensos no. 25 tahun 2012 idn journalPermensos no. 25 tahun 2012 idn journal
Permensos no. 25 tahun 2012 idn journalIdnJournal
 
Permensos no. 1 tahun 2013 idn journal
Permensos no. 1 tahun 2013 idn journalPermensos no. 1 tahun 2013 idn journal
Permensos no. 1 tahun 2013 idn journalIdnJournal
 
Perda No 10 Tahun2013 Tentang Tanggung Jawab Sosial Perusahan
Perda No 10 Tahun2013 Tentang Tanggung Jawab Sosial PerusahanPerda No 10 Tahun2013 Tentang Tanggung Jawab Sosial Perusahan
Perda No 10 Tahun2013 Tentang Tanggung Jawab Sosial PerusahanSuwondo Chan
 
Kepmensos no. 70 tahun 2013
Kepmensos no. 70 tahun 2013Kepmensos no. 70 tahun 2013
Kepmensos no. 70 tahun 2013IdnJournal
 
perda nomor 4 tahun 2013 ttg pembinaan anak jalanan, gelandangan dan pengemis
perda nomor 4 tahun 2013 ttg pembinaan anak jalanan, gelandangan dan pengemisperda nomor 4 tahun 2013 ttg pembinaan anak jalanan, gelandangan dan pengemis
perda nomor 4 tahun 2013 ttg pembinaan anak jalanan, gelandangan dan pengemisfionarazqa
 
10 perda 2015 ttg tanggung jawab sosial perusahaan
10 perda 2015 ttg tanggung jawab sosial perusahaan10 perda 2015 ttg tanggung jawab sosial perusahaan
10 perda 2015 ttg tanggung jawab sosial perusahaanfionarazqa
 
Juknis jamkesmas 2011
Juknis jamkesmas 2011Juknis jamkesmas 2011
Juknis jamkesmas 2011Lintas Rakyat
 
Perda tanggung jawab_sosial_dan_lingkungan_perusahaan
Perda tanggung jawab_sosial_dan_lingkungan_perusahaanPerda tanggung jawab_sosial_dan_lingkungan_perusahaan
Perda tanggung jawab_sosial_dan_lingkungan_perusahaanPA_Klaten
 
Permensos 17 tahun 2012 idn journal
Permensos 17 tahun 2012 idn journalPermensos 17 tahun 2012 idn journal
Permensos 17 tahun 2012 idn journalIdnJournal
 
Permensos no. 17 tahun 2012
Permensos no. 17 tahun 2012Permensos no. 17 tahun 2012
Permensos no. 17 tahun 2012IdnJournal
 
perda nomor 8 tahun 2014 ttg penyelenggaraan perlindungan perempuan dan anak
perda nomor 8 tahun 2014 ttg penyelenggaraan perlindungan perempuan dan anakperda nomor 8 tahun 2014 ttg penyelenggaraan perlindungan perempuan dan anak
perda nomor 8 tahun 2014 ttg penyelenggaraan perlindungan perempuan dan anakfionarazqa
 
Buku Juknis Bantuan Operasional Kesehatan
Buku Juknis Bantuan Operasional KesehatanBuku Juknis Bantuan Operasional Kesehatan
Buku Juknis Bantuan Operasional KesehatanAnggit T A W
 
Kepmensos no. 15 tahun 2010
Kepmensos no. 15 tahun 2010Kepmensos no. 15 tahun 2010
Kepmensos no. 15 tahun 2010IdnJournal
 
Keputusan lurah pembentukan bapel jps
Keputusan lurah pembentukan bapel jpsKeputusan lurah pembentukan bapel jps
Keputusan lurah pembentukan bapel jpsRahmat Calvin
 
UU 24 tahun 2011 tentang BPJS
UU 24 tahun 2011 tentang BPJSUU 24 tahun 2011 tentang BPJS
UU 24 tahun 2011 tentang BPJSM Ungang
 
Perdes no. 7 tahun 2017 tentang lingkungan hidup
Perdes no. 7 tahun 2017 tentang lingkungan hidupPerdes no. 7 tahun 2017 tentang lingkungan hidup
Perdes no. 7 tahun 2017 tentang lingkungan hidupari saridjo
 
Permen Desa PDTT nomor 14 tahun 2020 ttg Perubahan Ketiga atas Permendesapdtt...
Permen Desa PDTT nomor 14 tahun 2020 ttg Perubahan Ketiga atas Permendesapdtt...Permen Desa PDTT nomor 14 tahun 2020 ttg Perubahan Ketiga atas Permendesapdtt...
Permen Desa PDTT nomor 14 tahun 2020 ttg Perubahan Ketiga atas Permendesapdtt...TV Desa
 
Perda jatim no. 4 tahun 2011 idn journal
Perda jatim no. 4 tahun 2011 idn journalPerda jatim no. 4 tahun 2011 idn journal
Perda jatim no. 4 tahun 2011 idn journalIdnJournal
 

What's hot (20)

Permensos no. 08 tahun 2012 idn journal
Permensos no. 08 tahun 2012 idn journalPermensos no. 08 tahun 2012 idn journal
Permensos no. 08 tahun 2012 idn journal
 
Peraturan Menteri No 16 tahun 2013
Peraturan Menteri No 16 tahun 2013Peraturan Menteri No 16 tahun 2013
Peraturan Menteri No 16 tahun 2013
 
Permensos no. 25 tahun 2012 idn journal
Permensos no. 25 tahun 2012 idn journalPermensos no. 25 tahun 2012 idn journal
Permensos no. 25 tahun 2012 idn journal
 
Permensos no. 1 tahun 2013 idn journal
Permensos no. 1 tahun 2013 idn journalPermensos no. 1 tahun 2013 idn journal
Permensos no. 1 tahun 2013 idn journal
 
Perda No 10 Tahun2013 Tentang Tanggung Jawab Sosial Perusahan
Perda No 10 Tahun2013 Tentang Tanggung Jawab Sosial PerusahanPerda No 10 Tahun2013 Tentang Tanggung Jawab Sosial Perusahan
Perda No 10 Tahun2013 Tentang Tanggung Jawab Sosial Perusahan
 
Kepmensos no. 70 tahun 2013
Kepmensos no. 70 tahun 2013Kepmensos no. 70 tahun 2013
Kepmensos no. 70 tahun 2013
 
perda nomor 4 tahun 2013 ttg pembinaan anak jalanan, gelandangan dan pengemis
perda nomor 4 tahun 2013 ttg pembinaan anak jalanan, gelandangan dan pengemisperda nomor 4 tahun 2013 ttg pembinaan anak jalanan, gelandangan dan pengemis
perda nomor 4 tahun 2013 ttg pembinaan anak jalanan, gelandangan dan pengemis
 
10 perda 2015 ttg tanggung jawab sosial perusahaan
10 perda 2015 ttg tanggung jawab sosial perusahaan10 perda 2015 ttg tanggung jawab sosial perusahaan
10 perda 2015 ttg tanggung jawab sosial perusahaan
 
Juknis jamkesmas 2011
Juknis jamkesmas 2011Juknis jamkesmas 2011
Juknis jamkesmas 2011
 
Perda tanggung jawab_sosial_dan_lingkungan_perusahaan
Perda tanggung jawab_sosial_dan_lingkungan_perusahaanPerda tanggung jawab_sosial_dan_lingkungan_perusahaan
Perda tanggung jawab_sosial_dan_lingkungan_perusahaan
 
Permensos 17 tahun 2012 idn journal
Permensos 17 tahun 2012 idn journalPermensos 17 tahun 2012 idn journal
Permensos 17 tahun 2012 idn journal
 
Permensos no. 17 tahun 2012
Permensos no. 17 tahun 2012Permensos no. 17 tahun 2012
Permensos no. 17 tahun 2012
 
perda nomor 8 tahun 2014 ttg penyelenggaraan perlindungan perempuan dan anak
perda nomor 8 tahun 2014 ttg penyelenggaraan perlindungan perempuan dan anakperda nomor 8 tahun 2014 ttg penyelenggaraan perlindungan perempuan dan anak
perda nomor 8 tahun 2014 ttg penyelenggaraan perlindungan perempuan dan anak
 
Buku Juknis Bantuan Operasional Kesehatan
Buku Juknis Bantuan Operasional KesehatanBuku Juknis Bantuan Operasional Kesehatan
Buku Juknis Bantuan Operasional Kesehatan
 
Kepmensos no. 15 tahun 2010
Kepmensos no. 15 tahun 2010Kepmensos no. 15 tahun 2010
Kepmensos no. 15 tahun 2010
 
Keputusan lurah pembentukan bapel jps
Keputusan lurah pembentukan bapel jpsKeputusan lurah pembentukan bapel jps
Keputusan lurah pembentukan bapel jps
 
UU 24 tahun 2011 tentang BPJS
UU 24 tahun 2011 tentang BPJSUU 24 tahun 2011 tentang BPJS
UU 24 tahun 2011 tentang BPJS
 
Perdes no. 7 tahun 2017 tentang lingkungan hidup
Perdes no. 7 tahun 2017 tentang lingkungan hidupPerdes no. 7 tahun 2017 tentang lingkungan hidup
Perdes no. 7 tahun 2017 tentang lingkungan hidup
 
Permen Desa PDTT nomor 14 tahun 2020 ttg Perubahan Ketiga atas Permendesapdtt...
Permen Desa PDTT nomor 14 tahun 2020 ttg Perubahan Ketiga atas Permendesapdtt...Permen Desa PDTT nomor 14 tahun 2020 ttg Perubahan Ketiga atas Permendesapdtt...
Permen Desa PDTT nomor 14 tahun 2020 ttg Perubahan Ketiga atas Permendesapdtt...
 
Perda jatim no. 4 tahun 2011 idn journal
Perda jatim no. 4 tahun 2011 idn journalPerda jatim no. 4 tahun 2011 idn journal
Perda jatim no. 4 tahun 2011 idn journal
 

Similar to Akreditasi Lembaga Kesejahteraan

Permensos 16 tahun 2012 idn journal
Permensos 16 tahun 2012 idn journalPermensos 16 tahun 2012 idn journal
Permensos 16 tahun 2012 idn journalIdnJournal
 
Permensos no. 9 tahun 2012 idn journal
Permensos no. 9 tahun 2012 idn journalPermensos no. 9 tahun 2012 idn journal
Permensos no. 9 tahun 2012 idn journalIdnJournal
 
Permensos 129 tahun 2008 idn journal
Permensos 129 tahun 2008 idn journalPermensos 129 tahun 2008 idn journal
Permensos 129 tahun 2008 idn journalIdnJournal
 
Pp no. 39 tahun 2012 idn journal
Pp no. 39 tahun 2012 idn journalPp no. 39 tahun 2012 idn journal
Pp no. 39 tahun 2012 idn journalIdnJournal
 
Permensos no. 111 tahun 2009
Permensos no. 111 tahun 2009Permensos no. 111 tahun 2009
Permensos no. 111 tahun 2009IdnJournal
 
Permenpan2013013jabatanfungsionalkesehatankerja 140225230344-phpapp01
Permenpan2013013jabatanfungsionalkesehatankerja 140225230344-phpapp01Permenpan2013013jabatanfungsionalkesehatankerja 140225230344-phpapp01
Permenpan2013013jabatanfungsionalkesehatankerja 140225230344-phpapp01Aman'k Aries
 
Uu 40 tahun 2004 sistem jaminan sosial nasional
Uu 40 tahun 2004 sistem jaminan sosial nasionalUu 40 tahun 2004 sistem jaminan sosial nasional
Uu 40 tahun 2004 sistem jaminan sosial nasionaltemanna #LABEDDU
 
Undang-Undang (UU) No. 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (...
Undang-Undang (UU) No. 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (...Undang-Undang (UU) No. 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (...
Undang-Undang (UU) No. 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (...BPJS Kesehatan RI
 
Uu no. 11 2009 idn journal
Uu no. 11 2009 idn journalUu no. 11 2009 idn journal
Uu no. 11 2009 idn journalIdnJournal
 
Undang_undang no 40 tahun 2004 tentang SJSN
Undang_undang no 40 tahun 2004 tentang SJSNUndang_undang no 40 tahun 2004 tentang SJSN
Undang_undang no 40 tahun 2004 tentang SJSNNur Fadillah
 
Permenkes Nomor 49 tahun 2013 tentang Pedoman Penanganan Pengaduan Masyarakat...
Permenkes Nomor 49 tahun 2013 tentang Pedoman Penanganan Pengaduan Masyarakat...Permenkes Nomor 49 tahun 2013 tentang Pedoman Penanganan Pengaduan Masyarakat...
Permenkes Nomor 49 tahun 2013 tentang Pedoman Penanganan Pengaduan Masyarakat...Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
 
Pekerja sosial Generalis/ Keputusan Menteri sosial
Pekerja sosial Generalis/ Keputusan Menteri sosialPekerja sosial Generalis/ Keputusan Menteri sosial
Pekerja sosial Generalis/ Keputusan Menteri sosialDewi Kartika
 
Undang undang-tahun-2009-11-09
Undang undang-tahun-2009-11-09Undang undang-tahun-2009-11-09
Undang undang-tahun-2009-11-09Lukman Priasmoro
 

Similar to Akreditasi Lembaga Kesejahteraan (20)

Permensos 16 tahun 2012 idn journal
Permensos 16 tahun 2012 idn journalPermensos 16 tahun 2012 idn journal
Permensos 16 tahun 2012 idn journal
 
Permensosri 111/HUK/2009
Permensosri 111/HUK/2009Permensosri 111/HUK/2009
Permensosri 111/HUK/2009
 
Permensos no. 9 tahun 2012 idn journal
Permensos no. 9 tahun 2012 idn journalPermensos no. 9 tahun 2012 idn journal
Permensos no. 9 tahun 2012 idn journal
 
Permensos 129 tahun 2008 idn journal
Permensos 129 tahun 2008 idn journalPermensos 129 tahun 2008 idn journal
Permensos 129 tahun 2008 idn journal
 
Pp no. 39 tahun 2012 idn journal
Pp no. 39 tahun 2012 idn journalPp no. 39 tahun 2012 idn journal
Pp no. 39 tahun 2012 idn journal
 
Permensos no. 111 tahun 2009
Permensos no. 111 tahun 2009Permensos no. 111 tahun 2009
Permensos no. 111 tahun 2009
 
Tks eksistensi2
Tks eksistensi2Tks eksistensi2
Tks eksistensi2
 
Permensos RI No. 129/HUK/2008
Permensos RI No. 129/HUK/2008Permensos RI No. 129/HUK/2008
Permensos RI No. 129/HUK/2008
 
Permenpan2013013jabatanfungsionalkesehatankerja 140225230344-phpapp01
Permenpan2013013jabatanfungsionalkesehatankerja 140225230344-phpapp01Permenpan2013013jabatanfungsionalkesehatankerja 140225230344-phpapp01
Permenpan2013013jabatanfungsionalkesehatankerja 140225230344-phpapp01
 
Uu 40 tahun 2004 sistem jaminan sosial nasional
Uu 40 tahun 2004 sistem jaminan sosial nasionalUu 40 tahun 2004 sistem jaminan sosial nasional
Uu 40 tahun 2004 sistem jaminan sosial nasional
 
Undang-Undang (UU) No. 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (...
Undang-Undang (UU) No. 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (...Undang-Undang (UU) No. 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (...
Undang-Undang (UU) No. 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (...
 
Pedoman karang taruna
Pedoman karang tarunaPedoman karang taruna
Pedoman karang taruna
 
Uu no. 11 2009 idn journal
Uu no. 11 2009 idn journalUu no. 11 2009 idn journal
Uu no. 11 2009 idn journal
 
Tks eksistensi2
Tks eksistensi2Tks eksistensi2
Tks eksistensi2
 
Uu sjsn
Uu sjsnUu sjsn
Uu sjsn
 
Permenkes No.40 Thn.2012 ttg Pedoman Pelaksanaan Program Jamkesmas
Permenkes No.40 Thn.2012 ttg Pedoman Pelaksanaan Program JamkesmasPermenkes No.40 Thn.2012 ttg Pedoman Pelaksanaan Program Jamkesmas
Permenkes No.40 Thn.2012 ttg Pedoman Pelaksanaan Program Jamkesmas
 
Undang_undang no 40 tahun 2004 tentang SJSN
Undang_undang no 40 tahun 2004 tentang SJSNUndang_undang no 40 tahun 2004 tentang SJSN
Undang_undang no 40 tahun 2004 tentang SJSN
 
Permenkes Nomor 49 tahun 2013 tentang Pedoman Penanganan Pengaduan Masyarakat...
Permenkes Nomor 49 tahun 2013 tentang Pedoman Penanganan Pengaduan Masyarakat...Permenkes Nomor 49 tahun 2013 tentang Pedoman Penanganan Pengaduan Masyarakat...
Permenkes Nomor 49 tahun 2013 tentang Pedoman Penanganan Pengaduan Masyarakat...
 
Pekerja sosial Generalis/ Keputusan Menteri sosial
Pekerja sosial Generalis/ Keputusan Menteri sosialPekerja sosial Generalis/ Keputusan Menteri sosial
Pekerja sosial Generalis/ Keputusan Menteri sosial
 
Undang undang-tahun-2009-11-09
Undang undang-tahun-2009-11-09Undang undang-tahun-2009-11-09
Undang undang-tahun-2009-11-09
 

More from Dewi Kartika

Asean Social Work Journal
Asean Social Work JournalAsean Social Work Journal
Asean Social Work JournalDewi Kartika
 
Cv harry hikmat 2014.docx
Cv harry hikmat 2014.docxCv harry hikmat 2014.docx
Cv harry hikmat 2014.docxDewi Kartika
 
Psikologi pekerjaan sosial ( HBSE)
Psikologi pekerjaan sosial ( HBSE)Psikologi pekerjaan sosial ( HBSE)
Psikologi pekerjaan sosial ( HBSE)Dewi Kartika
 
Permensos no 16 - 2013_tentang_lk3_lembaga konsultasi kesejahteraan keluarga
Permensos no  16 - 2013_tentang_lk3_lembaga konsultasi kesejahteraan keluargaPermensos no  16 - 2013_tentang_lk3_lembaga konsultasi kesejahteraan keluarga
Permensos no 16 - 2013_tentang_lk3_lembaga konsultasi kesejahteraan keluargaDewi Kartika
 
Inpres no. 5 tahun 2014 tentang gerakan nasional anti kejahatan seksual terha...
Inpres no. 5 tahun 2014 tentang gerakan nasional anti kejahatan seksual terha...Inpres no. 5 tahun 2014 tentang gerakan nasional anti kejahatan seksual terha...
Inpres no. 5 tahun 2014 tentang gerakan nasional anti kejahatan seksual terha...Dewi Kartika
 
Analisis data kemiskinan di indonesia 2013
Analisis data kemiskinan di indonesia 2013Analisis data kemiskinan di indonesia 2013
Analisis data kemiskinan di indonesia 2013Dewi Kartika
 
Profil penyandang masalah sosial di indonesia
Profil penyandang masalah sosial di indonesiaProfil penyandang masalah sosial di indonesia
Profil penyandang masalah sosial di indonesiaDewi Kartika
 
Data Kementerian Sosial dalam Angka 13
Data Kementerian Sosial dalam Angka 13Data Kementerian Sosial dalam Angka 13
Data Kementerian Sosial dalam Angka 13Dewi Kartika
 
Panduan teknis sertifikasi
Panduan teknis sertifikasiPanduan teknis sertifikasi
Panduan teknis sertifikasiDewi Kartika
 
Panduan teknis akreditasi 2013
Panduan teknis akreditasi 2013Panduan teknis akreditasi 2013
Panduan teknis akreditasi 2013Dewi Kartika
 
Permensos adopsi 2009
Permensos adopsi 2009Permensos adopsi 2009
Permensos adopsi 2009Dewi Kartika
 

More from Dewi Kartika (12)

Asean Social Work Journal
Asean Social Work JournalAsean Social Work Journal
Asean Social Work Journal
 
Cv harry hikmat 2014.docx
Cv harry hikmat 2014.docxCv harry hikmat 2014.docx
Cv harry hikmat 2014.docx
 
Psikologi pekerjaan sosial ( HBSE)
Psikologi pekerjaan sosial ( HBSE)Psikologi pekerjaan sosial ( HBSE)
Psikologi pekerjaan sosial ( HBSE)
 
Permensos no 16 - 2013_tentang_lk3_lembaga konsultasi kesejahteraan keluarga
Permensos no  16 - 2013_tentang_lk3_lembaga konsultasi kesejahteraan keluargaPermensos no  16 - 2013_tentang_lk3_lembaga konsultasi kesejahteraan keluarga
Permensos no 16 - 2013_tentang_lk3_lembaga konsultasi kesejahteraan keluarga
 
Inpres no. 5 tahun 2014 tentang gerakan nasional anti kejahatan seksual terha...
Inpres no. 5 tahun 2014 tentang gerakan nasional anti kejahatan seksual terha...Inpres no. 5 tahun 2014 tentang gerakan nasional anti kejahatan seksual terha...
Inpres no. 5 tahun 2014 tentang gerakan nasional anti kejahatan seksual terha...
 
Analisis data kemiskinan di indonesia 2013
Analisis data kemiskinan di indonesia 2013Analisis data kemiskinan di indonesia 2013
Analisis data kemiskinan di indonesia 2013
 
Profil penyandang masalah sosial di indonesia
Profil penyandang masalah sosial di indonesiaProfil penyandang masalah sosial di indonesia
Profil penyandang masalah sosial di indonesia
 
Data Kementerian Sosial dalam Angka 13
Data Kementerian Sosial dalam Angka 13Data Kementerian Sosial dalam Angka 13
Data Kementerian Sosial dalam Angka 13
 
Panduan teknis sertifikasi
Panduan teknis sertifikasiPanduan teknis sertifikasi
Panduan teknis sertifikasi
 
Panduan teknis akreditasi 2013
Panduan teknis akreditasi 2013Panduan teknis akreditasi 2013
Panduan teknis akreditasi 2013
 
Permensos adopsi 2009
Permensos adopsi 2009Permensos adopsi 2009
Permensos adopsi 2009
 
Plt adk 2012
Plt adk 2012 Plt adk 2012
Plt adk 2012
 

Recently uploaded

PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptxPPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptxHeruFebrianto3
 
TPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikan
TPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikanTPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikan
TPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikanNiKomangRaiVerawati
 
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...Kanaidi ken
 
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptxTopik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptxsyafnasir
 
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques Rousseau.pdf
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques  Rousseau.pdfPEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques  Rousseau.pdf
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques Rousseau.pdfMMeizaFachri
 
Materi Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 Tesalonika
Materi Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 TesalonikaMateri Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 Tesalonika
Materi Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 TesalonikaSABDA
 
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxWirionSembiring2
 
PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.
PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.
PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.aechacha366
 
UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...
UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...
UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...jumadsmanesi
 
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptxPanduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptxsudianaade137
 
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdfShintaNovianti1
 
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptxadap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptxmtsmampunbarub4
 
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxJurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxBambang440423
 
Pertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.ppt
Pertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.pptPertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.ppt
Pertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.pptNabilahKhairunnisa6
 
Buku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdf
Buku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdfBuku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdf
Buku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdfWahyudinST
 
Konflik, Kekerasan, dan Perdamaian Bagian 1.pptx
Konflik, Kekerasan, dan Perdamaian Bagian 1.pptxKonflik, Kekerasan, dan Perdamaian Bagian 1.pptx
Konflik, Kekerasan, dan Perdamaian Bagian 1.pptxintansidauruk2
 
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptxMATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptxrofikpriyanto2
 
MA Kelas XII Bab 1 materi musik mkontemnporerFase F.pdf
MA Kelas XII  Bab 1 materi musik mkontemnporerFase F.pdfMA Kelas XII  Bab 1 materi musik mkontemnporerFase F.pdf
MA Kelas XII Bab 1 materi musik mkontemnporerFase F.pdfcicovendra
 
SBM_Kelompok-7_Alat dan Media Pembelajaran.pptx
SBM_Kelompok-7_Alat dan Media Pembelajaran.pptxSBM_Kelompok-7_Alat dan Media Pembelajaran.pptx
SBM_Kelompok-7_Alat dan Media Pembelajaran.pptxFardanassegaf
 
Modul Ajar Matematika Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Matematika Kelas 2 Fase A Kurikulum MerdekaModul Ajar Matematika Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Matematika Kelas 2 Fase A Kurikulum MerdekaAbdiera
 

Recently uploaded (20)

PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptxPPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
 
TPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikan
TPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikanTPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikan
TPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikan
 
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...
 
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptxTopik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
 
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques Rousseau.pdf
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques  Rousseau.pdfPEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques  Rousseau.pdf
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques Rousseau.pdf
 
Materi Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 Tesalonika
Materi Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 TesalonikaMateri Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 Tesalonika
Materi Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 Tesalonika
 
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
 
PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.
PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.
PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.
 
UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...
UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...
UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...
 
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptxPanduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
 
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
 
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptxadap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
 
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxJurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
 
Pertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.ppt
Pertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.pptPertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.ppt
Pertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.ppt
 
Buku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdf
Buku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdfBuku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdf
Buku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdf
 
Konflik, Kekerasan, dan Perdamaian Bagian 1.pptx
Konflik, Kekerasan, dan Perdamaian Bagian 1.pptxKonflik, Kekerasan, dan Perdamaian Bagian 1.pptx
Konflik, Kekerasan, dan Perdamaian Bagian 1.pptx
 
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptxMATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
 
MA Kelas XII Bab 1 materi musik mkontemnporerFase F.pdf
MA Kelas XII  Bab 1 materi musik mkontemnporerFase F.pdfMA Kelas XII  Bab 1 materi musik mkontemnporerFase F.pdf
MA Kelas XII Bab 1 materi musik mkontemnporerFase F.pdf
 
SBM_Kelompok-7_Alat dan Media Pembelajaran.pptx
SBM_Kelompok-7_Alat dan Media Pembelajaran.pptxSBM_Kelompok-7_Alat dan Media Pembelajaran.pptx
SBM_Kelompok-7_Alat dan Media Pembelajaran.pptx
 
Modul Ajar Matematika Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Matematika Kelas 2 Fase A Kurikulum MerdekaModul Ajar Matematika Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Matematika Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
 

Akreditasi Lembaga Kesejahteraan

  • 1. SALINAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG AKREDITASI LEMBAGA KESEJAHTERAAN SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 53 Undang- Undang Nomor 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial, perlu membentuk Peraturan Menteri Sosial tentang Akreditasi Lembaga di bidang Kesejahteraan Sosial; b. bahwa Peraturan Menteri Sosial Nomor 107/HUK/2009 tentang Akreditasi Lembaga di bidang Kesejahteraan Sosial sebagaimana diubah dengan Peraturan Menteri Sosial Nomor 12 tahun 2011, tidak dapat dilaksanakan sesuai proses pemberian akreditasi suatu lembaga, sehingga perlu diganti; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Sosial tentang Akreditasi Lembaga di Bidang Kesejahteraan Sosial; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 12, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4967); 2. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Kesejahteraan Sosial (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5294); 3. Keputusan Presiden Nomor 84/P Tahun 2009 tentang Pembentukan Kabinet Indonesia Bersatu II;
  • 2. MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA 4. Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 tentang Pembentukan dan Organisasi Kementerian Negara yang telah beberapa kali diubah, terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 91 Tahun 2011; 5. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2010 tentang Kedudukan, Tugas, dan Fungsi Kementerian Negara serta Susunan Organisasi, Tugas, dan Fungsi Eselon I Kementerian Negara yang telah beberapa kali diubah, terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 92 Tahun 2011; 6. Peraturan Menteri Sosial Nomor 86/HUK/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Sosial; MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN MENTERI SOSIAL TENTANG AKREDITASI LEMBAGA DI BIDANG KESEJAHTERAAN SOSIAL. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan ini yang dimaksud dengan : 1. Lembaga di bidang Kesejahteraan Sosial adalah lembaga yang menyelenggarakan kesejahteraan sosial baik yang dilakukan oleh pemerintah, pemerintah daerah, maupun masyarakat. 2. Lembaga Kesejahteraan Sosial adalah organisasi sosial atau perkumpulan sosial yang melaksanakan penyelenggaraan kesejahteraan sosial yang dibentuk oleh masyarakat, baik yang berbadan hukum maupun yang tidak berbadan hukum. 3. Akreditasi adalah penetapan tingkat kelayakan dan standardisasi Lembaga di bidang Kesejahteraan Sosial yang didasarkan pada penilaian program, sumber daya manusia, manajemen dan organisasi, sarana dan prasarana, dan hasil pelayanan kesejahteraan sosial. 4. Badan Akreditasi Lembaga di bidang Kesejahteraan Sosial yang selanjutnya disebut Badan Akreditasi adalah lembaga yang melakukan penilaian untuk menetapkan tingkat kelayakan dan standardisasi Lembaga di bidang Kesejahteraan Sosial. 2
  • 3. MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA 5. Pekerja Sosial Profesional yang selanjutnya disebut pekerja sosial adalah seseorang yang bekerja, baik di lembaga pemerintah maupun swasta yang memiliki kompetensi dan profesi pekerjaan sosial, dan kepedulian dalam pekerjaan sosial yang diperoleh melalui pendidikan, pelatihan, dan/atau pengalaman praktik pekerjaan sosial untuk melaksanakan tugas-tugas pelayanan dan penanganan masalah sosial. 6. Tenaga Kesejahteraan Sosial yang selanjutnya disingkat TKS adalah seseorang yang dididik dan dilatih secara profesional untuk melaksanakan tugas-tugas pelayanan dan penanganan masalah sosial dan/atau seseorang yang bekerja, baik di lembaga pemerintah maupun swasta yang ruang lingkup kegiatannya di bidang kesejahteraan sosial. 7. Asesor adalah seseorang berdasarkan kompetensi yang dimilikinya diangkat, ditugaskan dan diberhentikan oleh Menteri Sosial serta mendapat penugasan dari Badan Akreditasi untuk melakukan penilaian terhadap tingkat kelayakan dan standardisasi Lembaga di bidang Kesejahteraan Sosial. 8. Standar pelayanan minimal di bidang pelayanan kesejahteraan sosial adalah norma atau kriteria yang ditetapkan oleh kementerian sosial yang digunakan dalam pelayanan kesejahteraan sosial. Pasal 2 (1) Akreditasi dilakukan terhadap Lembaga dibidang Kesejahteraan Sosial baik milik Pemerintah, pemerintah daerah, maupun masyarakat. (2) Lembaga di bidang Kesejahteraan Sosial sebagaimana dimaksud pada ayat 1 terdiri atas : a. Unit Pelaksana Teknis milik Pemerintah; b. Unit Pelaksana Teknis milik pemerintah daerah; dan c. Unit Pelayanan sosial langsung baik yang diselenggarakan oleh Lembaga Kesejahteraan Sosial maupun yang mandiri. BAB II MAKSUD DAN TUJUAN Pasal 3 Akreditasi Lembaga di bidang Kesejahteraan Sosial dimaksudkan untuk menentukan tingkat kelayakan dan standardisasi terhadap : 3
  • 4. MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA a. Unit Pelaksana Teknis milik Pemerintah; b. Unit Pelaksana Teknis milik pemerintah daerah; dan c. Unit Pelayanan sosial langsung baik yang diselenggarakan oleh Lembaga Kesejahteraan Sosial maupun yang mandiri. Pasal 4 Akreditasi bertujuan : a. melindungi masyarakat dari penyalahgunaan praktik pekerjaan sosial yang dilakukan oleh Lembaga di bidang Kesejahteraan Sosial; b. meningkatkan kualitas pelayanan kesejahteraan sosial yang dilakukan oleh Lembaga di bidang Kesejahteraan Sosial; c. memenuhi kebutuhan masyarakat akan pelayanan kesejahteraan sosial; dan d. meningkatkan peran aktif pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat dalam meningkatkan kualitas penyelenggaraan kesejahteraan sosial. BAB III AKREDITASI Pasal 5 (1) Persyaratan akreditasi Unit Pelayanan sosial langsung baik diselenggarakan oleh Lembaga Kesejahteraan Sosial maupun mandiri dilakukan dengan ketentuan: a. berbadan hukum; b. terdaftar di kementerian/instansi sosial; dan c. melakukan pelayanan kesejahteraan sosial langsung kepada penyandang masalah kesejahteraan sosial. (2) Persyaratan akreditasi Unit Pelaksana Teknis milik pemerintah dan pemerintah daerah dilakukan dengan ketentuan: a. mempunyai Struktur Organisasi dan Tata Kerja (SOTK) berdasarkan keputusan pejabat yang berwenang; b. melakukan pelayanan kesejahteraan sosial langsung kepada penyandang masalah kesejahteraan sosial. 4
  • 5. MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA Pasal 6 (1) Akreditasi dilakukan setelah Lembaga di bidang Kesejahteraan Sosial memenuhi standar pelayanan minimal pelaksanaan pelayanan kesejahteraan sosial, yang meliputi program, sumber daya manusia, manajemen organisasi, sarana dan prasarana, proses pelayanan dan hasil pelayanan. (2) Penilaian atas pemenuhan standar pelayanan minimal lembaga di bidang kesejahteraan sosial sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dituangkan dalam instrument akreditasi. Pasal 7 (1) Akreditasi terhadap lembaga di bidang kesejahteraan sosial dilaksanakan secara obyektif dan transparan. (2) Pelaksanaan penilaian akreditasi dilaksanakan oleh tenaga asesor yang ditunjuk oleh Badan Akreditasi. (3) Asesor sebagaimana dimaksud pada ayat (2) bekerja secara kolektif dan mempunyai kompetensi dari berbagai profesi. Pasal 8 (1) Akreditasi terhadap Lembaga di bidang Kesejahteraan Sosial dilakukan dengan tatacara : a. mengajukan permohonan secara tertulis kepada Ketua Badan Akreditasi; b. mengisi formulir dan dilengkapi dengan persyaratan yang ditentukan; c. mengikuti tahapan akreditasi; dan d. memperoleh rekomendasi dari kementerian/instansi sosial. (2) Tata cara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d tidak berlaku akreditasi terhadap Unit Pelaksana Teknis milik Pemerintah dan pemerintah daerah. Pasal 9 Lembaga di bidang Kesejahteraan Sosial yang telah memenuhi unsur yang terdapat dalam instrumen akreditasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (2), dapat diakreditasi dengan tingkatan sebagai berikut : a. akreditasi baik sekali/ A; b. akreditasi baik/B; dan 5
  • 6. MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA c. akreditasi cukup/C. Pasal 10 (1) Akreditasi baik sekali/A sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 huruf a berlaku selama 5 tahun, dan dapat ditetapkan kembali setelah dilakukan penilaian ulang. (2) Akreditasi baik /B sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 huruf b berlaku selama 3 tahun, dan dapat ditetapkan kembali setelah dilakukan penilaian ulang. (3) Akreditasi cukup /C sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 huruf c berlaku selama 2 tahun, dan dapat ditetapkan kembali setelah dilakukan penilaian ulang. Pasal 11 Ketentuan mengenai standar pelayanan minimal, instrumen akreditasi dan kriteria tingkatan akreditasi diatur lebih lanjut oleh Menteri Sosial. Pasal 12 Penetapan tingkatan akreditasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 dapat ditinjau ulang oleh Menteri Sosial atas usulan Badan Akreditasi, dan pertimbangan Dewan Kehormatan Akreditasi dalam hal Lembaga di bidang Kesejahteraan Sosial tidak memenuhi ketentuan dalam hal pelaksanaan stándar pelayanan minimal di bidang kesejahteraan sosial atau terbukti melakukan pelanggaran hukum. BAB IV BADAN AKREDITASI Pasal 13 (1) Badan Akreditasi berkedudukan di Ibukota Negara. (2) Badan Akreditasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibentuk dan bertanggungjawab kepada Menteri Sosial. 6
  • 7. MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA Pasal 14 (1) Badan Akreditasi melaksanakan penilaian terhadap Lembaga di bidang Kesejahteraan Sosial. (2) Penilaian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bersifat independen. (3) Hasil penilaian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan oleh Badan Akreditasi kepada Menteri Sosial untuk ditetapkan. (4) Menteri Sosial dalam menetapkan tingkatan akreditasi dibantu oleh Dewan Kehormatan Akreditasi. Pasal 15 Ketentuan mengenai tata cara penilaian, prosedur, dan penetapan hasil penilaian akreditasi diatur lebih lanjut oleh Kepala Badan Pendidikan dan Penelitian Kesejahteraan Sosial. Pasal 16 Badan Akreditasi berwenang mengusulkan kepada Menteri Sosial: a. pengangkatan dan pemberhentian asesor; dan b. hasil penilaian akreditasi terhadap Lembaga di bidang Kesejahteraan Sosial. Pasal 17 Badan Akreditasi mempunyai tugas : a. menyusun, menetapkan kriteria dan tugas asesor; b. melaksanakan seleksi asesor; c. menugaskan kepada asesor untuk melaksanakan penilaian akreditasi; dan d. memantau dan mengevaluasi terhadap pelaksanaan akreditasi oleh asesor. Pasal 18 (1) Organisasi Badan Akreditasi terdiri dari : a. 1 (satu) orang ketua merangkap anggota; b. 1 (satu) orang wakil ketua merangkap anggota;dan c. 9 (sembilan) orang anggota dan/atau sekurangnya 4 (empat) orang anggota. 7
  • 8. MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA (2) Badan Akreditasi dibantu oleh : a. asesor; dan b. sekretariat. Pasal 19 Keanggotaan Badan Akreditasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ayat (1), harus memenuhi persyaratan sebagai berikut : a. warga negara Indonesia ; b. sehat jasmani dan rohani; c. berkelakuan baik; d. berpendidikan strata 2/spesialis I; e. diutamakan berpengalaman dalam praktik pekerjaan sosial atau Lembaga di bidang Kesejahteraan Sosial; f. diutamakan berpengalaman dalam organisasi profesi; dan g. diutamakan mempunyai karya pengembangan Lembaga di bidang Kesejahteraan Sosial. Pasal 20 (1) Keanggotaan Badan Akreditasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ayat (1) diangkat dan diberhentikan oleh Menteri Sosial. (2) Keanggotaan Badan Akreditasi mempunyai masa tugas 3 (tiga) tahun. (3) Keanggotaan Badan Akreditasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat diangkat kembali untuk 1 (satu) kali periode masa tugas setelah lulus seleksi. Pasal 21 (1) Seseorang dapat diangkat sebagai anggota Badan Akreditasi setelah lulus seleksi yang dilakukan oleh panitia seleksi. (2) Keanggotaan Badan Akreditasi dapat diberhentikan sebelum selesai masa tugasnya apabila : a. meninggal dunia; b. mengundurkan diri; c. dipidana berdasarkan keputusan Pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap; dan d. tidak dapat melaksanakan tugas, karena sakit maupun alasan lain. 8
  • 9. MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA (3) Keanggotaan yang diberhentikan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), penggantinya harus memenuhi persyaratan menjadi anggota Badan Akreditasi tanpa proses seleksi. Pasal 22 (1) Asesor sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ayat (2) huruf a, bertugas menilai Lembaga di bidang Kesejahteraan Sosial dalam pelaksanaan standar pelayanan minimal di bidang kesejahteraan sosial. (2) Asesor sebagaimana dimaksud pada ayat (1), terdiri atas Pekerja Sosial dan TKS. Pasal 23 (1) Sekretariat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ayat (2) huruf b, bertugas membantu pelaksanaan tugas Badan Akreditasi. (2) Anggota sekretariat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berasal dari unsur unit yang berkaitan dengan bidang akreditasi. (3) Anggota sekretariat sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diangkat dan diberhentikan oleh Kepala Badan Pendidikan dan Penelitian Kesejahteraan Sosial. (4) Sekretariat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dipimpin oleh seorang sekretaris, dijabat oleh kepala Unit Kerja Eselon II yang membidangi akreditasi dan ditetapkan oleh Menteri Sosial. Pasal 24 (1) Kedudukan sekretariat berada di Unit Kerja Eselon II yang membidangi akreditasi. (2) Sekretariat sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1) dapat dibentuk di 6 (enam) Balai Besar Pendidikan dan Pelatihan Kesejahteraan Sosial Kementerian Sosial. Pasal 25 Ketentuan lebih lanjut mengenai fungsi dan tata kerja Badan Akreditasi ditetapkan dengan Peraturan Badan Akreditasi. 9
  • 10. MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA Pasal 26 (1) Panitia seleksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 ayat (1) dibentuk oleh Menteri Sosial. (2) Panitia seleksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), bertugas melakukan seleksi calon anggota Badan Akreditasi yang meliputi penjaringan, penilaian dan penetapan hasil seleksi. (3) Dalam hal hasil seleksi sebagaimana dimaksud pada ayat (2), belum terpenuhi, dilakukan seleksi lanjutan. (4) Seleksi lanjutan sebagaimana dimaksud pada ayat (3), hanya dapat diikuti oleh peserta yang belum pernah terdaftar dan mengikuti seleksi sebelumnya. BAB V DEWAN KEHORMATAN AKREDITASI Pasal 27 (1) Dewan Kehormatan Akreditasi dibentuk oleh Menteri Sosial yang beranggotakan para ahli di bidang pekerjaan sosial/kesejahteraan sosial. (2) Keanggotaan Dewan Kehormatan Akreditasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), diangkat dan diberhentikan oleh Menteri Sosial. (3) Keanggotaan Dewan Kehormatan Akreditasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), berjumlah 5 (lima) orang terdiri atas seorang ketua merangkap anggota dan 4 (empat) orang anggota. Pasal 28 Dewan Kehormatan Akreditasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 ayat (1), mempunyai tugas memberikan pertimbangan kepada Menteri Sosial dalam : a. pengangkatan dan pemberhentian asesor; b. pemberian dan pencabutan akreditasi Lembaga di bidang Kesejahteraan Sosial; c. pemberhentian anggota Lembaga di bidang Kesejahteraan Sosial; dan d. pengembangan kebijakan akreditasi. 10
  • 11. MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA BAB VI PEMBIAYAAN Pasal 29 Segala pembiayaan yang diperlukan bagi pelaksanaan Akreditasi bagi Lembaga di bidang Kesejahteraan Sosial bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara. BAB VII KETENTUAN PERALIHAN Pasal 30 Pada saat mulai berlakunya Peraturan Menteri Sosial ini: a. keanggotaan Badan Akreditasi yang telah diangkat sebelum Peraturan Menteri ini dapat ditetapkan kembali menjadi anggota Badan Akreditasi dengan mengajukan permohonan kepada Menteri Sosial tanpa proses seleksi; dan b. keanggotaan Badan Akreditasi dan asesor yang pertama kali diberikan sertifikat langsung oleh Menteri Sosial. BAB VIII KETENTUAN PENUTUP Pasal 31 Pada saat mulai berlakunya Peraturan ini, Peraturan Menteri Sosial Nomor 107/HUK/2009 tentang Akreditasi Lembaga di Bidang Kesejahteraan Sosial sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Sosial Nomor 12/HUK/2011 dicabut dan dinyatakan tidak berlaku. Pasal 32 Peraturan pelaksanan dari Peraturan Menteri Sosial Nomor 107/HUK/2009 tentang Akreditasi Lembaga di Bidang Kesejahteraan Sosial, yang ada pada saat ditetapkan Peraturan ini, masih tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan atau diganti berdasarkan Peraturan ini. 11
  • 12. MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA Pasal 33 Peraturan ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Menteri ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia. Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 12 Juli 2012 MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA, ttd. SALIM SEGAF AL JUFRI Diundangkan di Jakarta pada tanggal 17 Juli 2012 MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA, ttd. AMIR SYAMSUDIN BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2012 NOMOR 726 12