1. Alat tangkap yang tertinggal di laut akan menyebabkan tertangkapnya ikan, yang kemudian
karena mati, ikan menjadi busuk. Ikan yang telah membusuk tersebut kemudian menarik ikan atau
biota pemangsa bangkai dan krustasea lainnya berkumpul di sekitarnya. Selanjutnya, kehadiranikan
dankrustaseapemangsabangkai di sekitaralattangkap,menarikikanyangtropiklevelnyalebihtinggi
untukdatangdanmemangsaikandanbiotayangada.Kecelakaanterjadi,beberapaikanterperangkap
alattangkapyangtertinggal danmemicusiklusghostfishingselanjutnya,demikianseterusnya.Proses
ini akan berulangterussampai alat tangkap ituhancur sama sekali.Umurdari siklusghost fishingini
bervariasi, dan sangat bergantung pada kondisi lingkungan di sekitar tertinggalnya alat tangkap
tersebut.
Perhatianyanglebihbesardari ghostfishingperludiberikankepadabubuataualatperangkap
lainnya, bukan pada alat tangkap jaring, seperti gillnetatau trammelnet. Hal ini karena, bubu atau
perangkap biasanya terbangun atas material atau bahan-bahan yang tahan lama dan struktur yang
kuat, misalnya besi, kawat, bambu atau kayu. Sehingga bila tertinggal atau hilang di laut akan
menyebabkanprosesghostfishingyangrelatif lebihlamadibandingkanjaring.Bubuatau perangkap
yang masih berumpan bila hilang atau tertinggal di laut, akan menarik ikan ikan-ikan pemangsa
bangkai ataubiotayang bernilai ekonomislainnyauntukmasukdankemudianterperangkapdi dalam
bubu. Ikan atau biota yang terperangkap tersebut karena kekurangan makanan dan ruang akhirnya
mati,danmenjadikannyaumpanbagi ikanpemangsaselanjutnya.Bilabahandari bubuinimerupakan
bahan yang tidakmudahrusak, maka proseshilangnyasumberdayaikanakibatghostfishingini akan
semakin banyak dan lebih merugikan dibanding jaring.
Nilai danjenisdampakdari ghostfishingsangatberagam, tergantungpada wilayahdanjenis
perikanannya. Meskipun relatif sulit untuk menghitung nilai dampak dari ghost fishing, beberapa
penelitian terhadap alat tangkap statis menunjukkan bahwa kehilangan akibat ghost
fishingdiperkirakan sebesar 10% dari populasi yang ada. Amerika Serikat memperkirakankehilangan
pendapatan sekitar $250 juta per tahun dari hilangnya lobster akibat dari ghost fishing. Dilaporkan
jugabahwa,jeniskerugiandari ghostfishinginibukansajadari hilangnyasumberdayaikan,tetapijuga
dialami oleh sumberdaya non-ikan seperti burung laut dan mamalia. Yang tak kalah pentingnya,
hilangnya alat tangkap di laut ternyata juga berdampak luas terhadap ekologi laut dan juga
transportasi laut khususnya keselamatan kapal di laut.
Mengingatbegitumenakutkannyadampakdari ghost fishing,makaFAOmerekomendasikan
beberapa langkah antisipasi dan penanganan hilangnya alat tangkap termasuk di dalamnya ghost
fishingdalamFAO Code of Conductof Responsible Fisheries.Sebagai solusi kongkret,disarankanalat
penangkapan ikan, khususnya bubu untuk menggunakan lubang keluar dan menggunakan material
yangbiodegradable.Penelitiansecaraberkalaghostfishingdenganunderwatercameraatauteknologi
lainnyajugadisarankan,untukmengantisipasi peningkatandampaknyapadamasayangakan datang.