SlideShare a Scribd company logo
1 of 3
FILSAFAT AKHIR PEKAN
Fidel Hardjo

Apa yang terulang di akhir pekan? Pertanyaan ini mirip pertanyaan “What is to be
done? It cannot be undone!” (Apa yang sudah dilakukan tidak bisa diutak-atik lagi).
Demikian Vladimir Ilyich Lenin’s (1902) mengkompor Sosialisme Rusia untuk
mengawetkan kebaruan metode berpikir (thinking) dan bertindak (doing) sosialisme.
Akhir pekan hanya bentangan waktu. Dalam sepekan itu, kita diskeduli dengan
setumpuk rutinitas. Suka atau tidak, kita harus melewati batas waktu itu. Dalam
bentangan waktu itu pula, usia kita terukur. Usia semakin pendek. Semakin banyak
akhir pekan terlewat, semakin pendek pula kilometer usia yang mesti kita lalu-lintasi.
Menurut filsuf Plato merenungi hidup (living an examined life) tak perlu tunggu
setahun jika di akhir pekan bisa dibuat. Itulah “filsafatisasi akhir pekan” (kejangkit
sindrom Vicky-Saskia Gotik-sasi). Sebab, apa yang sudah dilakukan akan telah
menjadi bagian hidup “mengalir” sampai batas waktu-ruang yang tak menentukan.
Kata-kata Lenin di atas sangat relevan jika disandingkan dengan nuansa akhir
pekan. Kita bisa sisihkan waktu untuk “berfilsafat” di tengah merayakan akhir pekan.
Merayakan akhir pekan lazim dipahami hari beristirahat. Kita istirahat dari rutinitas.
Hari memanjakan tubuh-rasa. Tapi, kita lupa mengembangkan pronesis (pikir-rasa).
Pronesis adalah istilah Aristoteles. Pronesis adalah “techne” (teknik) untuk
mengkawali tubuh (praxis) lebih berproduktif. Produktifitas bukan soal kuantitas.
Tetapi kualitas meski sekecil apa pun produktivitas itu. Dan, itu terjadi
mengandaikan ada ruang “pronesis”. Ruang “merenung-batin” aneka aktivitas tubuh.
Karena kadang tubuh tersesat. Tubuh bergerak mengalir di luar skenario “techne”
pikiran. Meskipun ia sudah dirancang masak-masak(pronesis). Pada situasi seperti
ini jalan menuju kesempurnaan episteme kandas. “Kekandasan itu akan terulangulang manakala tidak teridentifikasi keliaran aktivitas tubuh”, tegas kaum behavioris.
Terjadinya aneka kesemrawutan dan chaotic di sekitar kita adalah simbol
ketidaksempurnaan episteme (sesuatu yang mesti diketahui-pengetahuan). Tubuh
kita bisa dituding sebagai penyebabnya. Tubuh menjadi tuan atas pikiran. Pikiran
tenggelam dalam kontrol tubuh. Padahal, ide(Plato) unsur mencahayakan tubuh kita.
Puncak kemegahan pencahayan tubuh adalah kebijksanaan. Tubuh kita hanya
“negara” kecil. Gerombolan tubuh itu menjadi sebuah negara. Plato berkeyakinan
negara yang adil, sejahtera, dan makmur akan terjadi jika tubuh-tubuh dipimpin oleh
cahaya(ide). Negara yang kacau-berantak isyarat tubuh-tubuh berjalan dalam gelap.
Tubuh menjadi daging mentah yang dipaksakan berjalan. Tubuh tanpa cahaya itu
mirip truk besar lintas jalan tanpa lampu. Truk sejenis ini tidak hanya merusak
dirinya. Ia pun berpotensi besar membahayakan orang lain. Lebih celaka lagi.
Setelah membahayakan orang lain, tetap merayakan kehidupan tanpa rasa kasihan.
Daya destruktifnya selalu dituntaskan dengan gampang oleh logika tubuh (uangkuasa). Karena, tubuh satu dan yang lain sama-sama berselera memanjakan tubuh.
Tubuh ditakluk oleh kepenuhan hasrat tubuh itu sendiri. Sementara cahaya tubuh
tidak beri kesempatan bercahaya. Cahaya untuk dirinya dan selebihnya untuk orang.
Cahaya tubuh itu sudah dibagikan kepada setiap orang sejak lahir. Ada cahaya.
Cahaya itu tidak akan berubah jika tidak dirawat. Ada banyak cara merawat cahaya
tubuh. Salah satunya adalah pendidikan. Tetapi juga tidak menuntas perkara
problematik tubuh yang multi rasa. Rasa-rasa itu ingin mendominasi rasa yang lain.
Pierre Hadot (1995) seorang filsuf Roma dalam bukunya “Philosophy as a Way of
Life” menggagaskan sebuah kehidupan yang menabrak cara kita merayakan akhir
pekan(memanjakan tubuh). Hadot adalah filsuf sekaligus sejarahwan Helenistik
Perancis menghadirkan “ruang filsafat” dalam kemeriahan - perayaan akhir pekan.
Filsafat bukan hanya milik filosofer. Setiap orang memiliki ilmu filsafat. Ilmu filsafat
itu bukan ilmu berkata-kata. Meski, disadarinya bahwa filsafat itu kumpulan katakata. Tetapi kata-kata hanya bahasa cahaya dalam tubuh yang disebut ide. Ide
itulah yang menuntun tubuh bukan hanya untuk hidup bijaksana tapi juga filosofistik.
Hidup filosofistik (philosophical life) sebagai pengimbang akan mental
perayaan(permisif memanjakan tubuh) dan ketiadaan atau absennya cahaya tubuh
(meredup-dinikan) dalam rutinitas. Ada tiga cahaya filsafat itu: menghidupi logika –
mebangun fisika – mempertebal etika. Ketiganya adalah cahaya menyala tubuh kita.
Pertama, tubuh kita perlu menghidupi logika (to live a logic). Logika yan menuntun
kita berpikir dan berbicara jelas. Kejelasan berpikir dan berbicara adalah “lampu lalu
lintas” tubuh untuk menghindari aksi ketidakrationalan–kontradiksi–kesalahan yang
kontra produktif. Ketiga penyakit ini selalu menjadi “bom waktu” area hidup bersama.
Ketidakrationalan ini berawal dari perilaku sederhana. Tetapi hasil dari tindak
irasional ini membuat orang lain tidak nyaman. Ketika sikap irational ini dilacak
ternyata irational akibat dari tubuh bergerak terlalu cepat di luar monitor cahaya
tubuh (ide). Kesadaran baru muncul setelah sekian jauh berkelana dengan irational.
Kontradiksi pun demikian. Ada saja kontradiksi. Kontradiksi bukan karena pilihan
bijak tapi karena ingin merusak. Keinginan ini pun adalah kemauan tubuh yang
sifatnya tempotatif. Berkontradiksi (berlawanan) dengan arus pemikiran orang lain
tidak salah. Sejauh kontrakdiksi itu mencahayakan tubuh lain yang kadang meleset.
Kata meleset itu bisa berarti kesalahan. Kesalahan paling banyak dialami manusia
bukan karena kurang pengetahuan tetapi lagi-lagi karena ikut kemauan tubuh.
Sehingga, kita dengar kata penyesalan. Coba saya tidak begini – coba saya begitu.
Atau, muncul decak. Untung saja. Padahal, semua itu adalah bahasa cahaya tubuh.
Kedua, membangun fisika (to live a physics). Tubuh manusia sebagian besar terdiri
dari kerangka fisik. Dunia yang dihuni ini pun terdiri dari ragam fisik dengan kuantitas
tetap. Begitupun fisik manusia adalah sebuah fisik yang terpola. Manusia tidak akan
berubah bentuk fisiknya seperti jepara. Karena, manusia sudah dirancang demikian.
Karena itu, tugas manusia adalah untuk memberi kualitas atas pola tubuh yang
sudah terfisik. Menghindari kehancuran dan menyia-nyiakan. Kerangka fisik manusia
dimanfaatkan untuk menghasilkan sesuatu yang produktif. Takaran produktif adalah
mencahayakan tubuh lain. Cahaya yang tidak mudah padam oleh kehendak tubuh.
Ketiga, mempertebal etika (to live an ethics). Benih etika dalam diri manusia sudah
ada sejak lahir. Tangisan sejak lahir adalah sebuah bahasa etika. Etika untuk tidak
membiarkan orang lain menderita. Penderitaan ada pada orang lain. Penderitaan itu
bisa juga menumpuk dalam diri. Penderitaan itu juga bisa mencahayakan tubuh kita.
Sejauh di tengah penderitaan itu, ada ruang berpronesis (membatin). Kalau tidak
ada pengalaman membatin maka akan mudah penderitaan itu memagnet tubuh lain
untuk menderita. Penderitaan yang kita alami juga berkorelasi dengan ketiadaan
waktu membatinkankan penderitaan itu sendiri. Karena tubuh memilih dimanjakan.
Ketiga cahaya filsafat di atas adalah mercusuar bagi tubuh. Di akhir pekan, selain
merayakan kehidupan stop dari rutinitas tubuh tapi kita terpanggil juga untuk
merayakan filsafat hidup (philosophical’ life). Semeriah merayakan akhir pekan yang
datang - pergi dalam kehidupan tanpa permisi, tetapi kita selalu pusing dibuatnya.
Merayakan filsafat hidup dalam kesunyian dengan menguji dan melacak kehidupan
sepekan: live well by thinking and speaking well, by acting well in the physical world,
and by relating well to others. Payahnya, setiap kali akhir pekan kita mabok dengan
perayaan sementara perkara “mencahayakan tubuh” tenggelam dalam perayaan itu.

More Related Content

Viewers also liked

The art
The artThe art
The artXris
 
Trend
TrendTrend
TrendXris
 
Relative clauses
Relative clausesRelative clauses
Relative clausescarlos
 
Innovation week
Innovation weekInnovation week
Innovation weekXris
 
Instant menssaging and monasteries
Instant  menssaging and monasteriesInstant  menssaging and monasteries
Instant menssaging and monasteriesXris
 
Patents Primer - Filing patents in starups
Patents Primer - Filing patents in starupsPatents Primer - Filing patents in starups
Patents Primer - Filing patents in starupsDino Talic
 
孫子兵法電影苑(桃園場)2010 12-23
孫子兵法電影苑(桃園場)2010 12-23孫子兵法電影苑(桃園場)2010 12-23
孫子兵法電影苑(桃園場)2010 12-23Lin
 
Solar Energy Monitoring System GUI Presentation
Solar Energy Monitoring System GUI PresentationSolar Energy Monitoring System GUI Presentation
Solar Energy Monitoring System GUI PresentationVince Chang
 
Disruptive Innovation - the key drivers behind today's unprecedented rate of ...
Disruptive Innovation - the key drivers behind today's unprecedented rate of ...Disruptive Innovation - the key drivers behind today's unprecedented rate of ...
Disruptive Innovation - the key drivers behind today's unprecedented rate of ...Dino Talic
 

Viewers also liked (11)

The art
The artThe art
The art
 
Uittreden BPF
Uittreden BPFUittreden BPF
Uittreden BPF
 
Trend
TrendTrend
Trend
 
Toenail fungus medicine
Toenail fungus medicineToenail fungus medicine
Toenail fungus medicine
 
Relative clauses
Relative clausesRelative clauses
Relative clauses
 
Innovation week
Innovation weekInnovation week
Innovation week
 
Instant menssaging and monasteries
Instant  menssaging and monasteriesInstant  menssaging and monasteries
Instant menssaging and monasteries
 
Patents Primer - Filing patents in starups
Patents Primer - Filing patents in starupsPatents Primer - Filing patents in starups
Patents Primer - Filing patents in starups
 
孫子兵法電影苑(桃園場)2010 12-23
孫子兵法電影苑(桃園場)2010 12-23孫子兵法電影苑(桃園場)2010 12-23
孫子兵法電影苑(桃園場)2010 12-23
 
Solar Energy Monitoring System GUI Presentation
Solar Energy Monitoring System GUI PresentationSolar Energy Monitoring System GUI Presentation
Solar Energy Monitoring System GUI Presentation
 
Disruptive Innovation - the key drivers behind today's unprecedented rate of ...
Disruptive Innovation - the key drivers behind today's unprecedented rate of ...Disruptive Innovation - the key drivers behind today's unprecedented rate of ...
Disruptive Innovation - the key drivers behind today's unprecedented rate of ...
 

Similar to Filsafat akhir pekan

Firman Filsafat Manusia
Firman Filsafat ManusiaFirman Filsafat Manusia
Firman Filsafat ManusiaPapua Makituma
 
Materi1 dasar dasar pendidikan
Materi1 dasar dasar pendidikanMateri1 dasar dasar pendidikan
Materi1 dasar dasar pendidikanDermawan12
 
Filsafat Manusia.ppt
Filsafat Manusia.pptFilsafat Manusia.ppt
Filsafat Manusia.pptBeatriceEaton
 
Pengertian Macam-macam Ideologi Dunia Secara Filsafat
Pengertian Macam-macam Ideologi Dunia Secara FilsafatPengertian Macam-macam Ideologi Dunia Secara Filsafat
Pengertian Macam-macam Ideologi Dunia Secara Filsafatnorma 28
 
FILSAFAT OLAHRAGA
FILSAFAT OLAHRAGA FILSAFAT OLAHRAGA
FILSAFAT OLAHRAGA amrisanadya
 
Makalah Filsafat Olahraga "Filosofi Manusia"
Makalah Filsafat Olahraga "Filosofi Manusia"Makalah Filsafat Olahraga "Filosofi Manusia"
Makalah Filsafat Olahraga "Filosofi Manusia"KeyshaWahono
 
filsafat manusia
filsafat manusiafilsafat manusia
filsafat manusiaAdib L
 
Makalah filsafat olahraga "PEMIKIRAN FILSUF PLATO"
Makalah filsafat olahraga "PEMIKIRAN FILSUF PLATO"Makalah filsafat olahraga "PEMIKIRAN FILSUF PLATO"
Makalah filsafat olahraga "PEMIKIRAN FILSUF PLATO"Wenesia Fajar
 
Makalah Filsafat Olahraga Tentang "Filosofi Manusia"
Makalah Filsafat Olahraga Tentang "Filosofi Manusia"Makalah Filsafat Olahraga Tentang "Filosofi Manusia"
Makalah Filsafat Olahraga Tentang "Filosofi Manusia"Fahrinfren
 
jahjfhkldshf;khdslgkhsl
jahjfhkldshf;khdslgkhsljahjfhkldshf;khdslgkhsl
jahjfhkldshf;khdslgkhslFaqihuddinSP
 
Aliran Filsafat Epistemologi Modern dalam Ilmu Filsafat
Aliran Filsafat Epistemologi Modern dalam Ilmu FilsafatAliran Filsafat Epistemologi Modern dalam Ilmu Filsafat
Aliran Filsafat Epistemologi Modern dalam Ilmu Filsafatinkian
 
Apa itu hidup dan kehidupan bahagian pertama
Apa itu hidup dan kehidupan   bahagian pertamaApa itu hidup dan kehidupan   bahagian pertama
Apa itu hidup dan kehidupan bahagian pertamaYagi Mohamad
 
tugas kelompok 4 psikososial (UMB MENTENG)
tugas kelompok 4 psikososial (UMB MENTENG)tugas kelompok 4 psikososial (UMB MENTENG)
tugas kelompok 4 psikososial (UMB MENTENG)d_maha
 
problematika filsafat, epistimologi, ontologi aksiologi
problematika filsafat, epistimologi, ontologi aksiologiproblematika filsafat, epistimologi, ontologi aksiologi
problematika filsafat, epistimologi, ontologi aksiologiLtfltf
 
140821 tubuh sbg media transformasi by anna marsiana
140821 tubuh sbg media transformasi by anna marsiana140821 tubuh sbg media transformasi by anna marsiana
140821 tubuh sbg media transformasi by anna marsianaAnna Marsiana
 

Similar to Filsafat akhir pekan (20)

Firman Filsafat Manusia
Firman Filsafat ManusiaFirman Filsafat Manusia
Firman Filsafat Manusia
 
Filsafat Pancasila
Filsafat PancasilaFilsafat Pancasila
Filsafat Pancasila
 
Materi1 dasar dasar pendidikan
Materi1 dasar dasar pendidikanMateri1 dasar dasar pendidikan
Materi1 dasar dasar pendidikan
 
Filsafat Manusia.ppt
Filsafat Manusia.pptFilsafat Manusia.ppt
Filsafat Manusia.ppt
 
Filsafat manusia
Filsafat manusiaFilsafat manusia
Filsafat manusia
 
Filsafat manusia
Filsafat manusiaFilsafat manusia
Filsafat manusia
 
Apa itu akal
Apa itu akalApa itu akal
Apa itu akal
 
Pengertian Macam-macam Ideologi Dunia Secara Filsafat
Pengertian Macam-macam Ideologi Dunia Secara FilsafatPengertian Macam-macam Ideologi Dunia Secara Filsafat
Pengertian Macam-macam Ideologi Dunia Secara Filsafat
 
FILSAFAT OLAHRAGA
FILSAFAT OLAHRAGA FILSAFAT OLAHRAGA
FILSAFAT OLAHRAGA
 
Makalah Filsafat Olahraga "Filosofi Manusia"
Makalah Filsafat Olahraga "Filosofi Manusia"Makalah Filsafat Olahraga "Filosofi Manusia"
Makalah Filsafat Olahraga "Filosofi Manusia"
 
filsafat manusia
filsafat manusiafilsafat manusia
filsafat manusia
 
Makalah filsafat olahraga "PEMIKIRAN FILSUF PLATO"
Makalah filsafat olahraga "PEMIKIRAN FILSUF PLATO"Makalah filsafat olahraga "PEMIKIRAN FILSUF PLATO"
Makalah filsafat olahraga "PEMIKIRAN FILSUF PLATO"
 
Makalah Filsafat Olahraga Tentang "Filosofi Manusia"
Makalah Filsafat Olahraga Tentang "Filosofi Manusia"Makalah Filsafat Olahraga Tentang "Filosofi Manusia"
Makalah Filsafat Olahraga Tentang "Filosofi Manusia"
 
Filsafat manusia
Filsafat manusiaFilsafat manusia
Filsafat manusia
 
jahjfhkldshf;khdslgkhsl
jahjfhkldshf;khdslgkhsljahjfhkldshf;khdslgkhsl
jahjfhkldshf;khdslgkhsl
 
Aliran Filsafat Epistemologi Modern dalam Ilmu Filsafat
Aliran Filsafat Epistemologi Modern dalam Ilmu FilsafatAliran Filsafat Epistemologi Modern dalam Ilmu Filsafat
Aliran Filsafat Epistemologi Modern dalam Ilmu Filsafat
 
Apa itu hidup dan kehidupan bahagian pertama
Apa itu hidup dan kehidupan   bahagian pertamaApa itu hidup dan kehidupan   bahagian pertama
Apa itu hidup dan kehidupan bahagian pertama
 
tugas kelompok 4 psikososial (UMB MENTENG)
tugas kelompok 4 psikososial (UMB MENTENG)tugas kelompok 4 psikososial (UMB MENTENG)
tugas kelompok 4 psikososial (UMB MENTENG)
 
problematika filsafat, epistimologi, ontologi aksiologi
problematika filsafat, epistimologi, ontologi aksiologiproblematika filsafat, epistimologi, ontologi aksiologi
problematika filsafat, epistimologi, ontologi aksiologi
 
140821 tubuh sbg media transformasi by anna marsiana
140821 tubuh sbg media transformasi by anna marsiana140821 tubuh sbg media transformasi by anna marsiana
140821 tubuh sbg media transformasi by anna marsiana
 

Filsafat akhir pekan

  • 1. FILSAFAT AKHIR PEKAN Fidel Hardjo Apa yang terulang di akhir pekan? Pertanyaan ini mirip pertanyaan “What is to be done? It cannot be undone!” (Apa yang sudah dilakukan tidak bisa diutak-atik lagi). Demikian Vladimir Ilyich Lenin’s (1902) mengkompor Sosialisme Rusia untuk mengawetkan kebaruan metode berpikir (thinking) dan bertindak (doing) sosialisme. Akhir pekan hanya bentangan waktu. Dalam sepekan itu, kita diskeduli dengan setumpuk rutinitas. Suka atau tidak, kita harus melewati batas waktu itu. Dalam bentangan waktu itu pula, usia kita terukur. Usia semakin pendek. Semakin banyak akhir pekan terlewat, semakin pendek pula kilometer usia yang mesti kita lalu-lintasi. Menurut filsuf Plato merenungi hidup (living an examined life) tak perlu tunggu setahun jika di akhir pekan bisa dibuat. Itulah “filsafatisasi akhir pekan” (kejangkit sindrom Vicky-Saskia Gotik-sasi). Sebab, apa yang sudah dilakukan akan telah menjadi bagian hidup “mengalir” sampai batas waktu-ruang yang tak menentukan. Kata-kata Lenin di atas sangat relevan jika disandingkan dengan nuansa akhir pekan. Kita bisa sisihkan waktu untuk “berfilsafat” di tengah merayakan akhir pekan. Merayakan akhir pekan lazim dipahami hari beristirahat. Kita istirahat dari rutinitas. Hari memanjakan tubuh-rasa. Tapi, kita lupa mengembangkan pronesis (pikir-rasa). Pronesis adalah istilah Aristoteles. Pronesis adalah “techne” (teknik) untuk mengkawali tubuh (praxis) lebih berproduktif. Produktifitas bukan soal kuantitas. Tetapi kualitas meski sekecil apa pun produktivitas itu. Dan, itu terjadi mengandaikan ada ruang “pronesis”. Ruang “merenung-batin” aneka aktivitas tubuh. Karena kadang tubuh tersesat. Tubuh bergerak mengalir di luar skenario “techne” pikiran. Meskipun ia sudah dirancang masak-masak(pronesis). Pada situasi seperti ini jalan menuju kesempurnaan episteme kandas. “Kekandasan itu akan terulangulang manakala tidak teridentifikasi keliaran aktivitas tubuh”, tegas kaum behavioris. Terjadinya aneka kesemrawutan dan chaotic di sekitar kita adalah simbol ketidaksempurnaan episteme (sesuatu yang mesti diketahui-pengetahuan). Tubuh kita bisa dituding sebagai penyebabnya. Tubuh menjadi tuan atas pikiran. Pikiran tenggelam dalam kontrol tubuh. Padahal, ide(Plato) unsur mencahayakan tubuh kita. Puncak kemegahan pencahayan tubuh adalah kebijksanaan. Tubuh kita hanya “negara” kecil. Gerombolan tubuh itu menjadi sebuah negara. Plato berkeyakinan negara yang adil, sejahtera, dan makmur akan terjadi jika tubuh-tubuh dipimpin oleh cahaya(ide). Negara yang kacau-berantak isyarat tubuh-tubuh berjalan dalam gelap. Tubuh menjadi daging mentah yang dipaksakan berjalan. Tubuh tanpa cahaya itu mirip truk besar lintas jalan tanpa lampu. Truk sejenis ini tidak hanya merusak
  • 2. dirinya. Ia pun berpotensi besar membahayakan orang lain. Lebih celaka lagi. Setelah membahayakan orang lain, tetap merayakan kehidupan tanpa rasa kasihan. Daya destruktifnya selalu dituntaskan dengan gampang oleh logika tubuh (uangkuasa). Karena, tubuh satu dan yang lain sama-sama berselera memanjakan tubuh. Tubuh ditakluk oleh kepenuhan hasrat tubuh itu sendiri. Sementara cahaya tubuh tidak beri kesempatan bercahaya. Cahaya untuk dirinya dan selebihnya untuk orang. Cahaya tubuh itu sudah dibagikan kepada setiap orang sejak lahir. Ada cahaya. Cahaya itu tidak akan berubah jika tidak dirawat. Ada banyak cara merawat cahaya tubuh. Salah satunya adalah pendidikan. Tetapi juga tidak menuntas perkara problematik tubuh yang multi rasa. Rasa-rasa itu ingin mendominasi rasa yang lain. Pierre Hadot (1995) seorang filsuf Roma dalam bukunya “Philosophy as a Way of Life” menggagaskan sebuah kehidupan yang menabrak cara kita merayakan akhir pekan(memanjakan tubuh). Hadot adalah filsuf sekaligus sejarahwan Helenistik Perancis menghadirkan “ruang filsafat” dalam kemeriahan - perayaan akhir pekan. Filsafat bukan hanya milik filosofer. Setiap orang memiliki ilmu filsafat. Ilmu filsafat itu bukan ilmu berkata-kata. Meski, disadarinya bahwa filsafat itu kumpulan katakata. Tetapi kata-kata hanya bahasa cahaya dalam tubuh yang disebut ide. Ide itulah yang menuntun tubuh bukan hanya untuk hidup bijaksana tapi juga filosofistik. Hidup filosofistik (philosophical life) sebagai pengimbang akan mental perayaan(permisif memanjakan tubuh) dan ketiadaan atau absennya cahaya tubuh (meredup-dinikan) dalam rutinitas. Ada tiga cahaya filsafat itu: menghidupi logika – mebangun fisika – mempertebal etika. Ketiganya adalah cahaya menyala tubuh kita. Pertama, tubuh kita perlu menghidupi logika (to live a logic). Logika yan menuntun kita berpikir dan berbicara jelas. Kejelasan berpikir dan berbicara adalah “lampu lalu lintas” tubuh untuk menghindari aksi ketidakrationalan–kontradiksi–kesalahan yang kontra produktif. Ketiga penyakit ini selalu menjadi “bom waktu” area hidup bersama. Ketidakrationalan ini berawal dari perilaku sederhana. Tetapi hasil dari tindak irasional ini membuat orang lain tidak nyaman. Ketika sikap irational ini dilacak ternyata irational akibat dari tubuh bergerak terlalu cepat di luar monitor cahaya tubuh (ide). Kesadaran baru muncul setelah sekian jauh berkelana dengan irational. Kontradiksi pun demikian. Ada saja kontradiksi. Kontradiksi bukan karena pilihan bijak tapi karena ingin merusak. Keinginan ini pun adalah kemauan tubuh yang sifatnya tempotatif. Berkontradiksi (berlawanan) dengan arus pemikiran orang lain tidak salah. Sejauh kontrakdiksi itu mencahayakan tubuh lain yang kadang meleset. Kata meleset itu bisa berarti kesalahan. Kesalahan paling banyak dialami manusia bukan karena kurang pengetahuan tetapi lagi-lagi karena ikut kemauan tubuh. Sehingga, kita dengar kata penyesalan. Coba saya tidak begini – coba saya begitu. Atau, muncul decak. Untung saja. Padahal, semua itu adalah bahasa cahaya tubuh.
  • 3. Kedua, membangun fisika (to live a physics). Tubuh manusia sebagian besar terdiri dari kerangka fisik. Dunia yang dihuni ini pun terdiri dari ragam fisik dengan kuantitas tetap. Begitupun fisik manusia adalah sebuah fisik yang terpola. Manusia tidak akan berubah bentuk fisiknya seperti jepara. Karena, manusia sudah dirancang demikian. Karena itu, tugas manusia adalah untuk memberi kualitas atas pola tubuh yang sudah terfisik. Menghindari kehancuran dan menyia-nyiakan. Kerangka fisik manusia dimanfaatkan untuk menghasilkan sesuatu yang produktif. Takaran produktif adalah mencahayakan tubuh lain. Cahaya yang tidak mudah padam oleh kehendak tubuh. Ketiga, mempertebal etika (to live an ethics). Benih etika dalam diri manusia sudah ada sejak lahir. Tangisan sejak lahir adalah sebuah bahasa etika. Etika untuk tidak membiarkan orang lain menderita. Penderitaan ada pada orang lain. Penderitaan itu bisa juga menumpuk dalam diri. Penderitaan itu juga bisa mencahayakan tubuh kita. Sejauh di tengah penderitaan itu, ada ruang berpronesis (membatin). Kalau tidak ada pengalaman membatin maka akan mudah penderitaan itu memagnet tubuh lain untuk menderita. Penderitaan yang kita alami juga berkorelasi dengan ketiadaan waktu membatinkankan penderitaan itu sendiri. Karena tubuh memilih dimanjakan. Ketiga cahaya filsafat di atas adalah mercusuar bagi tubuh. Di akhir pekan, selain merayakan kehidupan stop dari rutinitas tubuh tapi kita terpanggil juga untuk merayakan filsafat hidup (philosophical’ life). Semeriah merayakan akhir pekan yang datang - pergi dalam kehidupan tanpa permisi, tetapi kita selalu pusing dibuatnya. Merayakan filsafat hidup dalam kesunyian dengan menguji dan melacak kehidupan sepekan: live well by thinking and speaking well, by acting well in the physical world, and by relating well to others. Payahnya, setiap kali akhir pekan kita mabok dengan perayaan sementara perkara “mencahayakan tubuh” tenggelam dalam perayaan itu.